ia datang lagi, berulangulang hampir ada niatku untuk membunuh: kusiapkan parang yang sudah kuasah berjam-jam di malam jumat kliwon aku berpikir, sapi besar dan garang akan putus lehernya saat kusembelih begitu pun mimpi; si kurus yang lehernya mungil. akan meregang jika parang kutebaskan mimpi yang datang ini lebih licin dari pencuri kambuhan. lebih sigap dari seluruh hewan lincah mimpi datang, diamdiam, karena memang tak kuundang. berulangulang. datang lalu menghilang sudah kusiapkan parang di sebelah kepalaku di bawah bantal. tanganku selalu siaga dekat parang. begitu datang, kepalanya hilang (maksudku terpisah dari raganya) cuma mimpi sebentar datang. ia tahu, pikirku, nasib sialnya menanti. Segera ia lari “kau tak akan lagi datang, takut ini parang,” kataku. tersenyum. dalam tidur kelak akan kudaur mimpi itu seperti barang barang bekas