3
Pluralisme: Apakah Harus
Kita Paksakan
Pandangan-pandangan
Kita?
Kita setuju batwa orang Kristen harus teribat dalam pro-
blemaproblema sosial. Dan ita bergelut untuk berpikir
secara Kristianl tentang Isusu.soslal yang kita. hadapl
Dengan akibat bahwa kita memang berhasil menelorkan cara-
cara penanggulangan yang keserasiannya. bagl Kita cukup
‘meyakinken. Tapl orang lain pendapatnya tidak sama dengan
‘ata. Dan inllah yang Kian lama Kian merupakan kenyataan,
Dahwa orang Kristen semakin mendapati dirinya sebagal satu
golongan kecll di antara sekian banyak golongen lin yang
lebi kuat pengarubnya, Jadi, apa yang harus kita perbuat?
‘Atau babkan, masih adaiah sesuatu yang dapat ite perbuat?
‘Apakah Wita ‘masih dapat berharap mampu berbuat sesuatu
atau mempunyai peluang untuk berbuat sesuatu, agar negara
ita, dalam hukum-nukumnya, lembagelembaganya dan ke-
budayaannya bergerak ke arah — yang selaku orang Kristen
— hata citacitakan?
Di Eropa dan Amerika, dan di negaranegara_ yang
‘mengadopsi "kebudayaan Kristian’ Barat sudah molal timbul
suatu pluralisme baru. John Briggs member! kita suatu surval
historls yang kompeten mengenal perkembangan ini dalam
eseinya "From Christendom to Pluralism’ (ari Kekristenan ke
pluralisme). Ada dua faktor yang menjadi penyebab utama
pluralisme, Pertama, proses sekularisasl, yang dillhat sebagal
engaruh gerela yang semakin menyusut terhadap manusla-
‘manusla maupun lembaga-lembaga. Sebagaimana lazimnya,
82
data statistik yang akurat memang sukar dicari dan ditasir-
kan, Namun agaknya cukup nyata bahwa Gereja Protestan dl
Inggris, Wales dan Skotlandia misalnya, menurun dari 13%
jumlah’ populas! pada tahun 1920 ke 8% pada tahun 1970,
yang berart! kehllangan anggota sebesar 40% dalam waktu 50,
tahun, Dan kembali lagi, selama periode 11 tahun antara 1971
kee 1982, 828 gedung milk Gereja inggris dlanggap puso, dan
direneanakan akan dibongkar atau dipakal untuk keperiuan-
keeperluan lain (kultural sebagai perumahan dsb). Memang,
‘kemungkinan pemulihan sudah mulal nampak. Menurut kum-
pul pendapat yang diselenggarakan Departemen Riset dari
Lembaga Allitab Inggris, yang dipublikasikan tahun 1983, 15%
dari populas! Inggris mengaku menghadiri kebaktian di gere)a,
sekall seminggu atau lebih. Namun, jika dibandingkan dengan
setengah abad yang lalu, apalagl dengan abad ke-19, maka
tidak ada keraguan lagi bahwa gerea telah kehilangan banyak.
pengaruh.
Sejajar dengan kemunduran gereja ini telah terjadi pula
kenaikan dalam alternatifalternati! nor-Kristlanl. Sebabnya
jalah Karena penyebad kedua pluralisme adalah poltik im
‘grast bebas, yang berlaku selama tahun-tahun sesudah Perang
Dunia Il, Akibatnya lala kebanyakan negara Barat dewasa ini
populasiaya mencakup lapisanlapisan etnik dari Afrika, Asta,
Timur Tengah dan Karibia, yang cukup besar. Ini dl satu plhak
memungkinkan tuan rumah memperkaya keanekaragaman
pengalaman kulturalnya. Tapi di lain pihak, int mengakibatkan
timbulnya persaingan agama dan tuntutan pengabsahan ago-
‘ma-agama lain dalam sistem pendldikan, perundang-undangan,
embagelembaga tuan rumah yang bersangkutan. Dilema Mi
ccukup serius, ka dihitung misalnya jumlah kelompokcke-
lompok non-Kristlant di Inggris (slam, Sikh, Yahudl, Hindu)
itambah dengan sekte-sekte Kristian! yang lain, maka total
nya hampir 1,5 juta, dan itu Derarti dua kali lipat jumlah
fanggota gereja Metodis dan Baptis di selurun Inggrs.
Di baglan lain dari dunia, kendatl golongan Kristen me-
nnempati Kedudukan sebagai minoritas yang substantif, namun,
kebudayaan yang utama lalah Hindu, Budha, Yehudi, Islam,
Marxis atau sekular. Jadi juga di sini, blasanya dalam bentuk
8IV Ad Extirpanda tahun 1252, siksaan diperbolenkan dlsam-
ping pemeriksaan oleh pengadllan. Pemurtadpemurtad yang
tidak mau bertobat, dljatuhi hukuman ekskomunilasi, pe-
‘menjaraan atau penyitaan harta milik, atau diserahlan kepada
negara untuk dibakar hidup-hidup. Inkuissi int berlangsung
kira-kira 300 tahun, dan baru berhasil dihentikan pada tahun
1542, TapiInkulsis! Spanyol (yang paling kejam), yang
ierlakukan pada akhir abad ke-15 oleh raja Ferdinand dan
ratu Isabella demi keamanan nasional, yang ditujukan khusus
terhadap orang Yahudi, Moor dan Protestan, baru ditiadakan
pada tahun 1834,
Dewasa ini rasanya, orang-orang Kristen darl semua tra-
list sangat malu bahwa metode yang demlkian pernah dipakat
alam nama Yesus Kristus. Inkulsis! adalah suatu lembaran
hitam yang menyeramkan dalam sejarah gereja, yang. tak
kcunjung boleh terulang lagi. Namun, diktator-dlktator ber-
hhaluan kis) maupun kanan masih saja bersalah karena ber-
lusaha membungkamkan oposis| dan_memaksakan kemavan-
nya dengan memakai kekerasan. Tap! syukurlah, bahwa
semua orang Kristen kini sependapat, bahwa totalltarisme dan
siksaan adalah dua-duanya sama selall tidak berterima bagi
akal budi dan spirit Yesus,
Contoh historis kedua, yang lebih dekat Kepada zaman ini,
lalah "Probubition’ (pemberantasan) di Amerika Serikat, yakni
Jarangan legal memproduksi atau menjual minuman ‘keras,
"The National Prohibition Party’ (Partal Pemberantas Nasio-
nal) int terdiet dari sekelompok orang Protestan kulit putt,
Motivasi mereka mula, Kuatir karena meningkataya jumlah
peminum berat dan pemabuk, khususaya dalam kalangan para
Imigran miskin. Menanggapi ini sebagal ancaman terhadap
ketertiban umumm, mereka bertekad akan berusaha dengan
segala daya, agar minuman keras dilarang secara total di se-
Juruh negerl, Pada tahun 1895 ‘Anti Saloon League of America’
(Liga anti warung minum Amerika) didirikan olen sekelompok
pemipin gereja, dan sesudah kirackira 25 tahun berkampa-
hye, maka pada tahun 1919 Kongres mengeluarkan Aman-
ddemen kedelapan belas pada Undangundang Dasar Amerika,
yang melarang pembuatan, penjualan dan pengedaran
‘yang lebih akut lagi, orang Kristen dihadapkan kepada dilema
Yyang sama. Dalam banyak isu mereka percaya bahwa mereka
tahu Kehendak Allah. Mereka juga percaya bahwa adalah
kewajiban mereka untuk berdoa dan bekerja agar kehendak
Allah diwujudkan. Apakah mereka harus berharap keyakinan
Kristiani mereka dapat dipaksakan kepada para penganut
agama-agama lain? Jka itu mungkin, apakah itu Joga layak?
Kendati ada peluang mencobanya, apakah peluang itu layak
séimantaatkan?
Kedua respons yang paling jamak atas pertanyaan-per-
tanyaan inl terdiri dari dua sikap ekstrim yang saling ber-
Jawanan, Yang satu falah ‘memaksakan’, ariinya, melakukan
tekanan melalul perundang-undangan supaya orangorang,
‘menyetujul cara Kristian!, Yang lain ialah sikap ‘tidak mau
‘campur_tangen’ dengan pasrah membiarkan orangorang
‘mengambil keputusan berdasarkan keyakinan masing-masing,
dan setal-4all Jjangan mencoba _mempengaruhi mereka,
Balklah kita teliti dulu alternatif int satu demi satu, dengan
Deberapa contoh historis, sebelum kita beranjak ke ke-
‘mungkinan ketiga yang lebih bak.
‘Memaksakan
Orang Kristen kategort inl adalah orangorang yang dengan
kkeprihatinan yang sangat mendalam ingin melayani Allah dan
Keralaan-Nya. Mereka percaya akan penyataan Allah, dan
‘mereka slap se¢ia melakukan apa pun untuk memberlaiukan
kebenaran serta kehendak Allah yang sudah dinyatakan-Nya
ty. Jadi, jlka mereka tergoda untuk mencapal tujuan int
dengan paksa maka Itu dapat dipahaml
Contoh historis pertama ialah Inkulsisi di Eropa, yang
merupakan suatu lembaga pengadilan khusus yang didirkan
Gereja Roma Katolik pada abad ke-13 untuk memerangl
kemurtadan. Orang-orang yang dicurigal sebagal_ pemurtad
‘mula-mula diburu dan ditangkap, kemudian dibujuk untuk
‘mengaku, dan jika menolak, mereka dinadapkan ke pengadilan
‘untuk diperiksa, Berdasarkan surat keputusan Paus Inosensius
58
x‘minuman eras. Amandemen itu mulal berlaku setahun ke-
‘mudian, dan 46 dari 48 negara bagian meratifikasinya dalam
Jang waktu kira-kira 2 tahun,
Namun_ hasilnya jalah, terjad! pelanggaran secara Iuas
terhadap larangan itu. Pembuatpembuat minuman keras se-
‘cara gelap menjual dan menyelunduplannya secara legal, dan
{tokotoko yang menjual minuman keras secara sembunyi-
sembunyi tumbuh seperti cendawan. Maka pada tahun 1933,
yakni 13 tahun sesudah apa yang lazim disebut "Eksperimen
Mulia’ dimulal, Amandemen kedua puluh satu membatalkan
‘Amandemen kedelapan belas, yang ditandatangani olen
Presiden Roosevelt, dan ‘Larangan’ pun berakhirlah, Larangen
itu bukannya memberantas penyalahgunaan minuman keras,
melainkan bahkan memancing dan _meningkatkannya, i
samping undang-undang mendapat nama buruk.
Apakah undang-undang Larangan itu dimasulkan diam-
iam ke dalam perundangundangan negara, atau apakah
‘orang banyak memang menghendakinya? Mereka yang ter
masul golongan ‘kering’ mengklaim bahwa undang-undang itu
hasil konsensus nasional; golongan "basah’ mengatakan bahwa
itu terjadl semate-mata sebagai hasil kegiatan legisla, bukan,
sebagai hasil pemungutan suara terbanyak, dan hanya dapat
terjadi karena pikiran rakyat Amerika pada waktu itu dipenvhi
‘leh langkah pemerintah Amerika memasuki Perang Dunia 1.
John Kabler menulis: “Faktefakta yang dapat dikumputkan
‘dak bisa menguatkan Klaim yang mana pun. Berdasarkan
faktaakta itu Kita tidak mungkin member jawaban yang
persis, sehingga terpaksa membiarkannya terbuka untuk sela-
‘madamanya’. Namun, Kabler menguncl penyelidikan historis-
‘nya itu demikiat: 'Akhirulkalam, kesimpulan yang agaknya
hharus kita. tarik jalah, bahwa penduduk daerah pedesaan
Amerika, yang terdiri dari petantpetani yang sebagian besar
‘merupakan orang Kristen Protestan yang lugu, memaksakan
Jarangan minuman-minuman keras kepada penduduk kotaeota,
Industri Amerika, yang terditi dari orang-orang dengan latar
Delakang rasial, agama dan kebudayaankebudayaan asing
yang helerogen’
56
Kalau kita tengok sekarang ke belakang, kepada kedua
contoh yang telah diberikan, satu darl Eropa dan satu dart
‘Amerika, maka Inkulsist adalah usaha memaksakan Kepereayar
fan, dan Larangan adalah usaha memaksakan perilaku, Dua
‘duanya ternyata gagol, karena, orang tidak dapat dipaksa
‘mempercayal apa yang mereka tidak percayal, atau mem
praktikkan apa yang mereka tidak mau mempraktikkannya,
Demikan pula jika kita pada masa sekarang membayangkan
dapat memaksakan keyakinan-keyakinan dan tolok ukur Kris
tian! Kita kepada masyarakat, itu sama seialt tidak realists
dlsamping suatu ketololan yang tak termaafkan.
"Latsaes - Falre’
Kebalikan dari ‘memaksakan’ alah lalssez“aire’ (bahasa
Peraneis: laissez - biarkan, faire ~ terjadl, berlangsung).
Pemakalan Istlah Hu berasal dari zaman ‘teori ekonomt
Perdagangan Bebas pada abad ke-18, dan konsep itu men-
ddominas| masyarakat abad ke-19,Istilah itu sama sekall bebas
dari Konotasi kelesuan atau apati, Sebaliknya, Istlah itu
‘mencerminkan keyakinan yang prinsipl dari masyarakat pada
zaman itu, bahwa pemerintah tidak boleh campur tangan
dalam sepak terjang ekonom
‘Namun, pemakaian istlah itu berangsur-angsur berubah,
ddan dalam pemakalan bahasa masa Kini Istlah itu meng-
‘gambarkan suasana apati dan ketldakpedullan. Istllah itu
sama dikenakan balk kepada warga negara maupun kepada
pemerintah, Kita katakan, sedikit pun kita tidak berminat
memaksakan pandangan-pandangan kita, bahkan mempropa-
‘gandakannya pun tidak, apalagi mendesak orang menerima-
nya. Kita ingin. supaya orang mengurus urusannya sendii,
sebagaimana kta dambakan dari lubuk hatl kita supaya kita
juga diperkenankan mengurus urusan kita sendir
Lalssezaire bahlan kadang-kadang merupakan sikap yang
dadops! orang Kristen dalam nama toleransi. Memang, orang.
Kristen harus-memilit spirit toleranst. Harus menunjukkan
rasa hormat terhadap mereka yang pandangannya berbeda.
faOrang Kristen juga harus menunjukkan toleransi sosial, dalam
arti ingin supaya minoritas-minoritas politik dan relgius dt-
terima dalam masyarakat dan dilindungi oleh undang-undang,
sama sebagalmana minoritas Kristian! dalam suatu negara
yang tidak Kristini diharapkan dapat bebas secara legal
‘untuk menganut, mempraktikkan serta menyebatkan Inj. Tapi
Dagaimana orang Kristen dapat secara intelektual toleran
terhadap pendapat-pendapat yang kta tahu adalah palsu, atau,
tindakan-tindakan yang kita tahu adalah jahat?:Bukankah
tolerans! macam ini merupakan kesabaran yang tak bermoral?
‘Allah mencium balk bau harum maupun bau busuke
‘masyarakat, la bukannya tidak pedull atau tidak mau tahu
‘tentang masalah Ketidakadilan, jadi bagaimanakah umat-Nya
bisa sabar? Sikap membungkam dan tidak berbuat apa-apa
fila Kekelirvan atau kejahatan sedang berlangsung, mempu-
yal akibatakibat yang amat serius. Sebab nilal alternatif
Kristani itu siena adalah karena kelalalan, Dan kalau Kita
dalam hubungan int melihat ke Eropa, bukankah (eetidake
{idaknya untuk sebagian) akibat Kelalalan orang Kristen me
nyvarakan Yesus Kristus, maka negaranegara Eropa. Ibarat
Japal yang terlepas dari talbtemali Kristianinya, hanyut
semakin jauh?
Contoh modem yang paling ngeri dari stkap latssezaire
Kristiani in, ialah Kegagalan gereja Jerman menentang ke-
bladaban Nazi terhadap orang Yahudi. Kisahnya panjang dan
ssuram, didokumentasikan oleh Richard Gutteridge dalam
bukunya Open Thy Mouth for the Dumb @ukalaly mulutimu
demi orang bisu), la menelusuri ulang kelkutsertaan orang
Kristen dalam komplotan antisemitisme Jerman hingga ke
abad ke-19, tatala Kelristenan bergabung dengan suatu
jgerakan patriotlsme Jerman yang mistk, yang semakin meluas
Sesudah Jerman kalah dalam Perang Dunia I. Adalah kala inl
Dahwa beberapa usgha dilakukan untuk menteologikan nial
instrinsik patrotismé Jerman sebagai suatu "Bangsa Aria’ yang
lunggul. Contohnya, Paul Althaus menulls pada tahun 1932:
"Adalat kehendak Allah babwa kita harus mempertahankan
keemurnian kita sebagal ras dan bangsa agar tetap menjadi
‘manusia Jerman, dan bukan menjadi bangsa blasteran seperti
se
orangorang yang berdarah Yahud!'. Gereja kala itu agaknya
hersekutu dengan Gerakan Sosialisme Nasional (Naz!) Hanya
segelintr orang seperti Kari Barth dan Paul Tillich yang bera-
‘i Dangkit melancarkan protes. Namun sementara itu "Gerakan
Iinan orang Kristen Jerman’ dengan Partal Nazi sebagal
perlindungannya telah mensakan ras Aria,
‘Sesudah Hitler berkuasa pada tahun 1933, sebuah undang-
Uundang dikeluarkan’ untuk membersihkan tubuh. pamong praja
ddat pegawat-pegawai keturunan non-Aria, dan, betapa pun tak
masuk akal Kedengaran, namun orangorang Kristen Jerman
Yang pro konsep rasial Hitler Ini Ingin juga menerapkan
Klausula Arla’ itu pada gereja. Beberapa sinode menyetujul-
nya, meskipun ada yang menentangnya, seperti Martin
Niembller, Walter Konneth, Hans Lille dan Dietrich Bon-
hoelfer. Namun ‘Gereja Evangelis Jerman tak pernah secara
resml menyatakan keberatan terhadap perundangundangan
‘Avia itu’. Bonhoeller sangat terpukul oleh pembungkaman
igerela dan sering mengutip Ams 31:8: "Bukalah mulutmu untuk
(Gem) orang yang bisu’.
Dalam ‘pogrom’ (pembunuban dan perampokan yang
latut) yang mengerikan pada. bulan November 1938, 119
Sinagoge dibakar (dari jumlah inl 76 musnah total), 20.000
‘orang Yahuadi ditangkap, tokotoko dijarah dan tokob-tokoh
Yahudi terkemuka dihina i depan umum. Orang banyak
terkejut, dan beberapa pemimpin gereja memprotes. Namun
‘vidak ada kesempatan Gerela Evangelis Jerman selalar ke
Juruhan menyuarakan kengerian dan kemarahannya, semen-
tara Gereja Roma Katolk hampir membisu sama sekall, dan
Irarki mereka tak tahu apa yang harus dikatakan’.
‘Penyelesalan Alhir' Hitler yang menyeramkan itu, yang
sudah matang direncanakannya masih sebelum Perang Dunla
|W meletus, mulai diberlalukan pada tahun 1941. Namun baru
2 tahun Kemudian, suatu konferens! pemimpin-pemimpin
igereja Lutheran mengambil keputusan untuk menyerang pe-
‘merintah Nazi atas Kekejamanekejaman ant-Yahudi yang
telah mereka lakukan, Richard Gutteridge menyimpulkan dall-
nya sebagal berlkut:"Gereja sebagal gerela tidak menemukan
50ssuatu kata yang menentukan dari Alkitab secara keseluruhan
‘untuk mencakup isu itu secara keseluruhan ... Selama konflik
itu tidak seorang pun penyandang wibawa membuat pernya-
taan telak dan sepenuhnya mencela antisemitisme sebagai
‘sesuatu yang harus dltolak’.
Barth menyebutnya ‘dosa terhadap Roh Kudus' dan "peng.
Khlanatan terhadap kasih setia Allah’. Ada juga beberapa
ppejabat gereja yang sama beraninya, dan membayaraya
dengan sangat mahal. Namun, pada suatu pertemuan para
ppemimpin Gereja Evangelis Jerman seusai perang, tatkala
‘mereka mengeluarkan "Deklarasl Stuttgart’ mereka, mereka
terpaksa mengakul: ‘Adalah tuduhan diri kami, bahwa kam!
{dak berant menyatakan iman kam! Gutteridge menyimpul-
kan: "Kegagalan gereja yang terdalam bukan terletak pada
ketdakmampuan para bishop dan sinode-sinode untuk mem-
bbuat pemyataanpernyataan yang telak dan tegas di depan
lumum’, meskipun itu termasuk dalamnya, melainkan leblh-
lebih kealpaan Iuapan protes spontan yang seharusnya datang
dari kalangan rakyat besa umat Kristen .... Suatu luapan
amarah yang sejatl, yang merata dan dinyatakan secara
terangterangan di depan umum, tentu akan ditanggap! serius
leh para pemimpin Nazi, dan past! besar sekali dampaknya
dalam membendung ekses-ekses ketidakadilan dan kebrutalan,
dan tidak mustahil bahkan keruntuhan tiranl yang demikian
‘mengerlkan dan tidak kenal hukum.
KKisah yang diutarakan Richard Gutteridge berbicara bagi
‘dirinya, Tidak perlu. dibumbul dengan berbagal tambahan.
Keterlibatan ‘orang Kristen Jerman’ dalam keahatan Nazi
akibat kegagalannya, mengembangkan rik allitabiah guna
‘menentang raslalisme yang demikian mencolok, rasanya cu-
‘kup untuk membuat kita bertobat selamalamanya dari sikap
"alssee faire’
Persuasl
Leblh balk dari kedua sikap ekstrim ‘memaksakan’ dan
“lalssezfalre’, alah strateg\ ‘persuasi" melalui argumentasi,
o
Dengan cara inllah akal budi Kristian! bekerja agar vist
Kristian! berterima bagi orangorang, sebab itulah strategt
yang labie dengan sendirinya dari doktrin alktabiah tentang
‘lah dan manus,
Allah yang menyatakan diriNya kepada kita dalam Alkitab,
yang menjadikan dan memelihara alam semesta ini, mencipta-
an manusia dengan maksud supaya mereka hidup dalam
persekutuan yang saling mengasihi, Dan lebih dart it, ke-
‘dilan-Nya merupakan unglapan yang esenslal dari kasih-Nya.
a mencintal keadilan dan membenct penindasan. la pendekar
bagi orang miskin dan terkucll, bagi para janda dan yatim
platu, la member! makan orangorang yang lapar, membert
pakaian kepada orang-orang yang telanjang, menyembuhkan
yang sakit, meneari yang hillang, la ingin agar seluruh umat
Imanusia diselamatkan dan mengenal kebenaran itu dalam
‘Anakya, Yesus Kristus.
Sekarang, visi allitabiah tentang Allah int berdampak
dalam sikap ita terhadap masyarakat, sebab apa yang men-
jadi kepribatinan Allah otomatis menjadi keprihatinan umat-
[Nya pula, Juga kita menghormati prla dan wanita yang dh
ciptakan segambar dengan Allah. Berusaha agar keadilan
terwujud, membenct Ketidakadllan, mencurahkan perhatian
kepada orang-orang yang hina dan papa. Menjunjung martabat
pekerjaan, mengakul perlunya Narl_perhentian, -memper-
{ahankan ‘kesuclan perkawinan, menekunl kemuliaan Yesus
Kristus dan merindukan agar setiap lutut bertekuk oi hadap-
‘an-Nya dan setiap lidah mengaku bahwa Dia adalah Tuhan,
Sebab apa? Sebab semuanya int merupakan keprihatinan
‘Allah, Bagaimana kita bisa diam diam menyetujul hab-hal yang
ditolak mentabsmentah oleh Allah, atau berpure-pura tidak
melihat atau tidak mau tahu tentang habhal yang sangat
‘diutamakan-Nya? Sikap lalssezaire adalah asing bagi orang
kristen yang berpegang pada citra Allah seperti diajarkan
dalam Alkitab.
Tapi di lain plhak, Kebijakan ‘memaksakan' adalah
pantangan bagi orang yang berpegang pada citra manusia
Seperti dlajarkan dalam Alkitab. Sebab Allah menciptakan‘manusla sebagai makhluk yang bertanggung jawab, Allah
Derfirman kepada mereka supaya beranak cucu (menjalankan
4kekuasaan prokreasi), menaklukkan bumi dan berkuasa atas.
seluruh isinya, bekerja dan berhenti dari bekerja, dan memay
‘uh Dia Cboleh kaw ..janganlah kat.
Perintah-perintah int akan tanpa arti andaikata Allah tidak
‘mengaruniakan dua _macam pemberian yang unik kepada
‘manusia — hati nurani (untuk mampu membedakan antara
alternatitalternatif) dan Rebebasan (antuk mampu membuat
pilinan). Seluruh bagian Alkitab yang selebitinya menegaskan
‘dan memperkuat inl. Di situ senantiasa diasumsikan bahwa
‘manusia bermoral, yang harus_mempertanggunglawabkan
Perbuatanperbuatannya. Manusia maklum akan adanya,
‘hulu moral, sebab Allah telah ‘menaruh tu dalam hati
mereka’, dan didesak supaya menaatinya dan diperingatkan
‘kan hokumen-hukuman yang alan dijatuhkan kalau tidak
‘menaatinya, Tapi manusia itu tak pernah ditekan untuk ber-
buat sesuatu. Allah tak pernah menggunakan paksaan, Hanya
Dersuast melalut penalaran: ‘marllah, baikiah kita berperkara,
(menalar bersama-sama) — firman Tuhan’ (Yes 1:18),
Selah satu alasannya yang hakiki jalan bahwa hati nurant
manusiaharus diperiakukan dengan hormat eka. Rasul
Paulus menyatakan tekad pribadinya untuk "hidup dengan hati
‘ran! yang murat di hadapan Allah dan manusia’ (Kis 24:6),
4a juga banyak berbicara tentang kebagaimanaan hati nurani
manusia, Hati‘nurant orang bisa "kuat’ (artinya, tinggi dan
bebas dar kungkungan) atau lemah’ (tidak tegas dan dihantul
Kekuatiran). Namun, entah bagaimanapun kondisi hati nurant
‘sescorang, bahkan sekalipun melenceng, kita harus senantiasa
‘menghormatinya, Hatt nuran! yang lemah harus dikokohkan,
ddan hati nurani yang menipu dirinya harus diberi penerangan.
‘Tapi yang sama sekall tidak diizinkan ialah menggertak atau,
‘mengintimidast hati nuranl orang. Hanya dalam keadaan yang,
paling ekstrim kita boleh membujuk seseorang untuk ber-
‘Undak bertentangan dengan hati nuraninya.
Pada umumnya, hatl nuran! manusia harus dididik, bukan
‘igagahl. Prinsip ini, yang timbul dari doktrin Kristian tentang
e
eS Sa Raa
ea rere ee py
see ee
ieee eee
ees
en Se ad eee ae
sre rm eri re a
ieee aoe See ers ae ee
Tl st treme caren Set
i ma Se a a
pe aoe een eee
och er
Zoe sot non oromracee a ea
ine a Oe
rege emi pa a nate
sie lel a eo
= ee
Se eee
ee a a
nen er eee Po
epee ee eer nea
ber a eee
Se a
a oa ee
tan Sb at ary ae ee
ssc ane ay a a be
a eee ore
cit ome in ee a ee
tant brs ein te are ea
fr ene rata
aoe
arena ee
meee ee
le ae
ser Saar sana
an ea ng eee
Spe i gece a
eswadaya dan karena itu membuktkan sendiri keotentikannya,
ni bukan berarti bahwa kedua otoritas itu saling berten-
tangan, melainkan bahwa otoritas Allah adalah dua-duanya.)
Prinsip ini adalah yang sama berlaku balk dalam pekabaran
[nfl maupun dalam aksi sosial
alam pekabaran In| Janganlah memaksa orang mem-
Percayal Inj, Tap juga tidak boleh membungkam seakan-akan
kita tidak pedull pada respons mereka, atau sematamata
‘mengandalkan uralan dogmatis nas-nas Alkitab (betapa pun
vitalnya paparan — eksposisi — alktablah yang otoritati
Perilaku yang benar — sama sepert| dipraktikkan para rasul
— alah berbicara dengan mereka dan berpikir bersamasama
tentang alam dan Alktab, menunjuk kepada Injil Allah dengan
‘menggunakan nalar rasional.
Demikian pula halnya dalam aksi sosial,jangan coba-coba
memaksakan tolok ukur Kristiant kepada suatu publik yang
tidak menginginkannya, atau membungkam dan melongo saja
melihat masyarakatsemakin merosot, atay_menganggap
sudah cukup kalau berbicara menggebu-gebu tentang. nila
nila alltabiah. Yang harus kita lakukan alah menalar ber
sama mereka tentang keuntungan-keuntungan moralitas Kes-
tani, menawarkan hukum-hukum Allah kepada mereka dengan
perantaraan nalar rasional
Kita percaya bahwa hukum Allah bukan saja balk pada
irinya, ‘tap! juga universal dalam penerapannya. Sebab
hhukum’ Allah bukan hukum sembarangan, melainkan hulcum
yang sengaja dibuat Allan bagl manusia ciptaan-Nya. Ini
‘dinyatakan Allah sejak dari awal Ia memberikan hukum itu,
demikianlah firman-Nya, ‘supaya balk keadaanmu’ (Ul 10:13),
ddan meminta umat itu dengan sangat mematuhinya ‘supaya
Dak Keadaan mereka dan anakanak mereka untuk selama-
lamanya’ (UI 5:29 dst). Jad, ada hubungan timbal ballk yang
{sensial antara ‘apa yang balk dan benar di mata Tuhan’ dan
“keballan keadaan mereka dan anakanak mereka’ (UI 12:28),
Artinya, melakukan apa yang balk dan benar di mata Tuhan
adalah sinonim dengan mendatangkan kebaikan bagl orang
Dersangkutan dan keturunannya. Dan lag, tentu semua orang
6
‘memilkd semacam kesadaran akan hal In|, Tapl karena lurang,
‘mampu atau tidak bersedia mengakulnya, maka kita peru
mmenggunakan nalar untuk membawa ke permukaan dan men-
‘demonstrasikan bahwa hukum Allah adalah dem! kebalkan
‘dan kesejahteraan individu maupun masyarakat.
Sebab itu kita memeriukan apologetika doktrin dalam
ppekabaran Inj (nalar tentang kebenaran inj) dan apologetika
Ctika dalam aksi sosial (nalar tentang kebalkan hukum mora).
Kita sangat memerlukan apologls-apologis kedua ragam ini
dalam gereja dan dunia masa kin
Contoh-contoh persuas! melalul nalar (argumentas!)
Marilah kita mulal dengan pertanyaan yang amat kontro-
versial tentang pengajaran agama dan moral. Di Amerika
Serikat, akibat pemisahan yang ketat antara gereja dan nega-
a, pelajaran agama tidak diperbolehkan di sekolah-sekolah
lumi. Tapi di Inggris, di mana pendidikan adalah yang di-
rintis oleh gerela, serentetan Undang-undang Pendidikan
mengharuskan sekolal-sekolah pemerintah untuk mengajar-
kan agama. Undangundang Pendidikan tahun 1944. yang
termasyhur itu, yang berhasil digolkan oleh R.A Butler dalam
Parlemen, membuat pengadaan kebaktian setlap hari dan
pelajaran ‘agama dalam Kelas sesual kurikulum yang disetujul
bersama, menjadi peraturan,
alam masa 40 tahun seJak undang-undang itu diberlaku-
an, pengaruh gereja ternyata kian menurun, dan masyarakat
an majemuk, sedanglan kekuatan humanisme sekular kian
‘mengental. Sekarang yang timbul jalah tuntutan agar anak-
‘nak sekolah diberikan pelalaran komperatif (perbandingan)
entang agama-agama, ideolog-ideoiogi dan sistem-sistem
‘moral yang beragam macam itu, tanpa memberlkan perlakuan
Istimewa pada yang mana pun. Tuntutan int dapat dipahami.
Kita tentu tidak boleh mewalibkan, misalnya, anakanak
Yahudt atau Islam menglkutl pelajaran agama Kristen (dalam
hubungan ini Undangundang Butler memvat suatu Kausula
lentang kebebasan mengikut! tuntutan hati nuranf), dan kitaJayak menyediakan kesempatan bagi anak-anak demikian, jlka
para oranglua menginginkannye, untuk mendapat pelajaran
dalam agama mereka sendiri (Undang-undang Butler mengha-
ruskan pengadaan kelas-kelas untuk tujuan Itu, ke mana anak
‘anak bisa ‘mengundurkan dir,
‘Tapi, bagalmana dengan sikap, suasana dan pendekatan
sekolah itu secara keseluruhan? Pendidikan adalah proses
‘untuk memungkinkan insan-insan bertumbuh menjadi dewasa.
Jadi, lta tak dapat mendefinisikan apa artinye “dewasa’ tanpa,
‘mendefinisikan apa artinya ‘insan', dan kita jelas tak dapat
‘mendefinisikan apa artinya “Insan’ itu tanpa rujukan kepada
nlla-nilal kepercayaan dan perilaku. Artinya, tanpa rujukan
kepada agama dan moralitas. Jadi, pertanyaannya lalah, ilal-
nilai apa yang harus dlajarkan dan dituntut oleh sekolah-
‘sekolah umum itu? Pendekatan yang berperanti Keancks-
‘ragaman terang tak bisa dipertanggungjawabkan, karena anal
‘anak tidak memilié krterla untuk membuat plithan; mereka
‘memerlulan bantuan untuk mampu menilai keanekaragaman
yang dihadapkan kepada mereka, Dan Kenetralan adalah tidak
‘mungkin dalam pendidian,
Pendidikan yang bebas dari acuan nllal, adalah suatu
‘contradictio in termin’ (ramus yang bertentangan dengan apa
‘yang hendak dirumuskannya). Sebab, jika bukan nilabnilat
Kristian! yang menjadi acuan, harus diambil nilal-nial lain
‘sebagal gantinya. Jad, langkablanglah yang harus dlambil
demi rona Kristian} pendidikan dalam suatu. masyarakat,
Inggris yang pluraistik, harus dipertimbangkan masalemmasale
‘dan menyeluruh. Tapl satu hal pastl, ita tak mungkin men-
ddasarkannya pada keunikan Kristus, betapa tak tergoyahnya
Dun epercayaan kita kepadaNya. Namun entah apa pun
argumentast yang kita kerahlan guna mempertahankan ke-
akraban pendidikan Inggris pada nilaaila Kristian, argumen-
tasi itu harus senantlasa bersilat persuasif dan tidak me-
‘maksa. Dan jika ita sudah dltuntut berperllaku demikian di
kandang send, apalagi di kandang orang. Pada hemat saya,
4 bagian-baglan dunia yang mayoritasnya pemeluk agama
Jan, minoritas Kristen harus lebih bertenggang rasa lagl. Dari,
‘ite malahan dituntut harus mampu berargumentasi melalul
6
perbustan nyata, Artinya, menerjemahkan Iman Kristian itu
sedemikian rupa dalam perilaku sehariharl yang maujud
(kongkrit), sehingga masyarakat tertarik dan lalu terbuka
untuk menerimanya selaku acuan nial,
Sekarang marilah beralh dari pendidikan ke etika seksual
Tolok ukur Kristian, yang melarang hubungan seksual di luar
pemikatian dan menuntut kesetiaan kepada partner seksual di
alam pernikahan, Klan ditantang dan dlsangkal. Perllaku
seksual yang tak terkendali kian meluas. Perkawinan uji coba
Sebelum menikah bukan saja dipraktikian secara luas, me-
Tainkan Joga dianjurkan secara luas. Kohabitasi, atau hidup
serumah sebagal suamiistr dl luar pernikahan, bukan dalam
arti "kawin di bawab angen’, melainkan dalam arti secara
Sadar tidak mau menikah karena menganggap pernikahan itu
kebiasaan yang sudah usang dan tak terpakal lag, kink sama
sekali atau hampir tidak menimbulkan reaksi lagi darl ma
syarakat. Barter Istri sudah dlanggap suatu permainan yang.
mengrsyikkan di daerah pinggiran kota-ota besar, Pernikahan
yang lazim disebut ‘pernikahan terbuka’, yaitu. pernikahan
‘yang dikukuhkan tapi dalam mana sang suaml tahu tentang
istrinya mempunyal partner-partner seksual yang lain, dan
sang iste tahu tentang hal yang sama pada suaminya, dan
u-duanya saling mengizinkan, dan bahkan menganjurkan-
riya, bukan lagl merupakan sesuatu yang luar biasa. Dalam
Deberapa keadaan kawin ceral secara berulang-ulang malahan
ianggap sebagal sesuatu yang ‘memperkaya’ (penderitaan
fanakeanak tidak dihiraukan, atau diberi berbagal_ alasan
sehingga berterima bag! akal), dan skatan homoseksual Kian
diabsahkan sebagal alternatif perkawinan heteroseksval
Dalam revolust seksual yang berlangsung sekitar kita, kita
tentu arus tetap bertahan pada tolok ukur hukum Allah yang.
tidak berubah-ubah itu, dan menyatakannya kepada orang:
‘orang. Namun demikian, adalah tidak mencukupi apabila kita,
‘memanjat Gunung Sinai dan dar! puncak otoritas tertinggh itu
memproklamasikan kesepuluh Perintah Allah. Sekalipun orang
sudah bertobat dan mengalami kelahiran baru (yang tetap
Imerupakan keprihatinan kita yang paling atas dan rute yang
paling pasti untuk tiba pada suatu ketulusan moral yang
6hhandal), nmamun mereka masth membutubkan alasan-alasan
guna memantapkan ketaatan mereka,
Ansan pertama best antropologs. Adah Raymond
Jonnston, Dreltur CARE, yang dalam ses ceramany ten
tang Kekistenan Masa Kil dalam tahun 1978 memperkena
Nan uk tarangan 1D Unwin, Ser_and_ Cuter ck dan
Kura, sang dilaton Jobson
melliskan bust sebagal ‘salah satu kaye dntopol
Derbandingan yang monumental. Unyin mengeku, batwa i
emul! penelliannys dengan alam pan yang ter da
tampa syavasangat dan alam qua cguar Tempe
tmempunyalsasaran Kuss dan tana eyangan fetany ke
Inala bla baa sen, ang menaal sj mane
da hubungan tnbal alle amar peradaban dan pengends
Han shoul, aebagainana enum, dugnan org
Imempeljrt 80 masyaraiat prin an 16 masyarlat ber
fab, dan mendapat abwa enrg altura sata masyarlat
Clesnin, sans, tenolognya ds) Kian mening fae Ran
Imampu mengendaiian eer sesuslye,
Stud! yang dilakukannya terhadap beberapa ‘masyarakat
inamis,, menyingkapkan bahwa ‘anggota masyarakat dalam
setiap kasus itu mampu mengurangi kesempatan seksualnya
hhingga minimum karena menerapkan Kewajiban -monogami
Secara mutlak; dalam setlap kasus itu kungkungan yang di-
erita akibat pembatasan kesempatan seksual itu berubah
‘menjadi Iuapan energl sosial yang besar. Kelompok yang
menderita kxngkungan yang paling berat dalam masyarakat
itu, menampilian luapan energi yang paling besar dan men-
dominasi masyarakat.” Sebaliknya, kapan saja monogamt di
Jonggarkan dalam sesuatu masyarakat maka energl kultural
‘masyarakat itu pun akan susut. Kesimpulan yang ditarik J.D
Unwin dalam bukunya ialah, bahwa apabila suntu masyarakat