Anda di halaman 1dari 16

KAJIAN PONDASI TIANG BOR JEMBATAN PENDEKAT BUTON-

MUNA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Mohammad Aqsha Qudus, S.T., M.T.

Abstract

Muna-Buton Approach Bridge on the Buton side is located in Lea-Lea District, Palabusa
Village, Bau-Bau City, Southeast Sulawesi Province. The type of foundation to be used is
bore pile foundation. In this paper, a study is carried out related to bore pile foundations
with qualitative research methods using secondary data from the Planning Consultant.
From the bore hole data, it can be seen that the clay layer is at a depth of 0 – 4 meters
from the existing elevation, from a depth of 4 – 80 meters is a rock layer, where from a
depth of 4 – 33 meters is a limestone layer, a depth of 33 – 80 meters is a clay stone.
This is the reason for using the foundation in the bore pile type. If using a bore pile with a
diameter of 1200 mm, 1 (one) pile can withstand an axial load of 27100 kN  2710 tons.
By using the group bore pile configuration, the carrying capacity is considered effective
and efficient in holding the approach bridge load. This is because the traffic load borne
from the approach bridge is a two-lane traffic load. The height of the piers for the
approach bridge is > 40 m, so that the axial load carried is quite large. The
implementation method is also a consideration for the use of bore pile foundations. This
bridge is categorized as a special bridge with a pillar height above 40 meters, a
foundation depth of > 45 m so that the use of bore pile foundations is easier to
implement than other types of foundations related to the soil or rock structure that
supports the foundation.

Keywords: Foundation, Bore pile, Bridge, Bearing Capacity, Rock, Implementation


Method

Abstrak

Jembatan Pendekat Muna-Buton sisi Buton berada di Kecamatan Lea-Lea, Kelurahan


Palabusa, Kota Bau-Bau, Provinsi Sulawesi Tenggara. Jenis pondasi yang akan digunakan
adalah pondasi tiang bor. Pada tulisan ini dilakukan kajian terkait pondasi tiang bor
dengan metode penelitian secara kualitatif dengan menggunakan data sekunder dari
Konsultan Perencana.
Dari data bor dapat dilihat bahwa lapisan tanah lempung berada pada kedalaman 0 – 4
meter dari elevasi eksisting, dari kedalaman 4 – 80 meter merupakan lapisan batuan,
dimana dari kedalaman 4 - 33 meter merupakan lapisan batu gamping, kedalaman 33 -
80 meter merupakan lapisan batu lempung. Hal ini merupakan alasan digunakannya
pondasi dalam jenis tiang bor. Jika menggunakan tiang bor diameter 1200 mm maka 1
(satu) tiang dapat menahan beban aksial sebesar 27100 kN ≈ 2710 ton. Dengan
menggunakan konfigurasi tiang bor grup maka daya dukung tersebut dianggap efektif
dan efisien dalam menahan beban jembatan pendekat. Hal ini disebabkan beban lalu
lintas yang dipikul dari jembatan pendekat adalah beban lalu lintas dua jalur. Ketinggian
pilar rencana jembatan pendekat > 40 m, sehingga beban aksial yang dipikul cukup
besar. Metode pelaksanaan juga menjadi pertimbangan digunakannya pondasi tiang bor.
Jembatan ini dikategorikan sebagai jembatan khusus ketinggian pilar di atas 40 meter,
kedalaman pondasi > 45 m sehingga dengan penggunaan pondasi tiang bor lebih mudah
pelaksanaannya dibandingkan jenis pondasi lain terkait struktur tanah atau batuan yang
menopang pondasi.

Kata Kunci: Fondasi, Tiang Bor, Jembatan, Daya Dukung, Batuan, Metode
Pelaksanaan
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pondasi adalah konstruksi struktur bawah yang memikul seluruh beban dari bangunan
untuk diteruskan ke tanah. Cara penerusan beban oleh pondasi ke tanah adalah
berdasarkan daya dukung tanah. Kegagalan di pekerjaan pondasi akan menyebabkan
kegagalan diseluruh konstruksi bangunan. Untuk itu diperlukan pemahaman spesifikasi,
gambar, dan metode pelaksanaan dengan baik (Leonardo Mandak, 2016).
Suatu elemen pondasi harus mampu mendistribusikan dan mentransmisikan beban-beban
statik maupun beban-beban dinamik dari struktur atas ke lapisan tanah berupa beban
aksial momen dan beban lateral, sehingga tidak terjadi penurunan yang besar. Pemilihan
jenis pondasi pada dasarnya bergantung pada letak kedalaman tanah keras. Pada
umumnya jenis pondasi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu pondasi
dangkal (yang memiliki dasar pondasi pada kedalaman maksimal 2 meter dari muka tanah
asli) serta pondasi dalam (yang memiliki dasar pondasi pada kedalaman tanah keras lebih
dari 2 meter) (Agus Setiawan, 2016).
Hasil boring Jembatan Pendekat Buton-Muna, didapatkan data stratigrafi tanah untuk Sisi
Buton dan Sisi Muna. Untuk sisi Buton salah satu titik pengeboran didapatkan tanah keras
pada kedalaman 5 meter. Adapun untuk jenis pondasi dalam yang direncanakan akan
digunakan adalah pondasi tiang bor, dikarenakan untuk jenis pondasi dalam tiang pancang
dihindari sebab lapisan yang ada merupakan batuan. Atas dasar hal tersebut maka pada
tulisan ini dilakukan kajian terkait pondasi tiang bor pada Jembatan Pendekat Muna –
Buton di Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.2 Rumusan Masalah


Apa yang mendasari pemilihan pondasi tiang bor pada Jembatan Pendekat Buton-Muna
Provinsi Sulawesi Tenggara?.

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk memberikan hasil kajian terkait pemilihan pondasi tiang bor pada Jembatan
Pendekat Buton-Muna Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.4 Batasan Masalah


Terkait daya dukung pondasi tiang bor, penulis membatasi pada daya dukung aksial tiang
tunggal.
2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pondasi Tiang Bor


Pondasi tiang bor atau bor pile adalah salah satu contoh pondasi dalam yang memiliki
bentuk seperti tabung dan terbuat dari campuran beton bertulang dengan dimensi
diameter tertentu. Tiang bor dipasang ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah
terlebih dahulu, kemudian diisi tulangan dan dicor beton (Nunuk R. dan R. Ilmi, 2020).
Kelebihan pondasi tiang bor adalah sebagai berikut:
1. Pada proses pelaksanaannya tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran yang
membahayakan bangunan di sekitarnya sehingga cocok untuk pekerjaan di daerah
yang padat penduduknya.
2. Diameter dan kedalaman tiang bor lebih mudah divariasikan.
3. Proses pemasangan pondasi tiang bor pada tanah lempung tidak akan membuat tiang
bergeser ke samping dan juga tidak akan membuat tanah bergelombang.
4. Dasar dari pondasi tiang bor dapat diperbesar yang akan memberikan ketahanan yang
besar untuk gaya ke atas.
5. Mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap beban lateral.
6. Tiang bor tunggal dapat digunakan pada tiang kelompok atau pile cap.
7. Tiang bor dapat dipasang menembus batuan (kerikil atau padas muda), sedang tiang
pancang akan kesulitan bila pemancangan menembus lapisan batuan.
8. Tanah dapat diperiksa dan dicocokkan dengan data laboratorium.

Kekurangan pondasi tiang bor adalah sebagai berikut:


1. Keadaan cuaca yang kurang mendukung dapat mempersulit pengeboran dan
pengecoran, dapat diatasi dengan cara menunda pengeboran dan pengecoran sampai
keadaan cuaca menjadi lebih baik atau memasang tenda sebagai penutup.
2. Mutu beton bila tidak terjamin keseragamannya di sepanjang badan tiang bor,
sehingga mengurangi kapasitas dukung tiang bor terutama bila tiang bor cukup dalam.
3. Ketika beton dituangkan, dikhawatirkan adukan beton bercampur dengan reruntuhan
tanah. Oleh karena itu, beton harus segera dituangkan setelah penggalian tanah
dilakukan.
4. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah,
sehingga mengurangi kapasitas dukung tanah terhadap tiang. Hal ini dapat diatasi
dengan penyedotan menggunakan mesin sedot air.
5. Akan terjadi tanah runtuh bila tindakan pencegahan tidak dilakukan, maka dipasang
temporary casing untuk mencegah kelongsoran.
6. Walaupun penetrasi dengan menggunakan pondasi tiang bor mampu mencapai
kedalaman yang direncanakan, terkadang yang terjadi adalah tiang pendukung kurang
sempurna karena adanya lumpur yang tertimbun di dasar. Oleh karena itu, dibutuhkan
pemasangan pipa paralon pada tulangan tiang bor untuk pekerjaan base grouting.
7. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa pasir atau
tanah berkerikil maka digunakan bentonite sebagai penahan longsor.
Metode pembuatan lubang bor yang digunakan biasanya ditentukan oleh kontraktor
dengan mempertimbangkan berbagai faktor yaitu kondisi lokasi proyek terutama lokasinya
di air atau di darat, jenis tanah, metode transfer beban yang diinginkan (skin friction, end
bearing, atau kombinasi) dari konstruksi pondasi.
Ada tiga metode pelaksanaan pembuatan lubang bor yang umum digunakan yaitu:
1. Metode Kering
Metode ini cocok digunakan pada tanah yang muka air tanahnya rendah yang ketika
dibor dinding lubangnya tidak longsor seperti lempung kaku homogen. Metode kering
juga dapat dilakukan pada tanah-tanah di bawah muka air tanah jika tanahnya
memiliki permeabilitas rendah sehingga ketika dilakukan pengeboran air tidak masuk
ke dalam lubang bor saat lubang masih terbuka.
Pada metode ini, tanah dibor tanpa diberi pipa pelindung (casing) pada dinding lubang.
Setelah itu dasar lubang yang kotor oleh rontokan tanah dibersihkan. Tulangan yang
telah dirangkai dimasukkan ke dalam lubang bor dan kemudian dicor
beton. Keuntungan dari metode ini adalah kehilangan nilai friction akibat pengeboran
dapat diminimalkan sehingga daya dukung yang didapt akan maksimal.

Gambar 1. Ilustrasi Metode Bor Kering


(Nunuk R. dan R. Ilmi, 2020)
2. Metode Basah
Metode basah umumnya digunakan bila pengeboran melewati muka air tanah dan
tidak memungkinkannya dipasang casing sehingga lubang bor selalu longsor bila
dindingnya tidak ditahan. Agar lubang tidak longsor, didalam lubang diisi dengan
slurry. Slurry dapat berupa air saja, atau campuran antara bentonite dan air bersih
yang disebut minerally slurry atau campuran antara polimer dengan air bersih yang
disebut polymer slurry. Penggunaan polymer slurry semakin umum karena cocok
dengan lingkungan dan dapat digunakan kembali lebih sering dibandingkan dengan
bentonite.
Pengaruh penggunaan slurry terhadap daya dukung tiang ditentukan oleh jenis slurry
serta lamanya slurry berada di dalam lubang pondasi. Secara umum, mineral slurry
yang menempel pada dinding lubang akan terdesak naik oleh beton sehingga lubang
menjadi bersih. Akan tetapi jika mineral slurry berada dalam lubang terlalu lama,
maka akan terbentuk lapisan yang disebut filter cake yang tebal dan sulit dihilangkan.
Slurry yang menempel di dinding lubang akan mengurangi daya dukung
friksi, sedangkan slurry yang bercampur dengan beton akan menyebabkan beton
menjadi lemah. Untuk menghilangkan lapisan filter cake dapat dilakukan circulating
slurry, seperti yang telah dilakukan oleh “Caltrans (Califronia Department of
Transportation)”.
Jadi, metode ini pengeborannya dilakukan di dalam larutan. Jika kedalaman yang
direncanakan telah tercapai, lubang bor dibersihkan dan tulangan yang telah dirangkai
dimasukkan ke dalam lubang bor yang masih berisi larutan. Setelah itu adukan beton
dimasukkan ke dalam lubang bor dengan pipa tremie. Larutan akan terdesak keluar
lubang oleh adukan beton. Larutan yang keluar dari lubang bor ditampung dan
digunakan lagi untuk pengeboran di lokasi selanjutnya.

Gambar 2. Ilustrasi Metode Bor Basah


3. Metode Casing
Metode ini digunakan bila lubang bor sangat mudah longsor, misalnya tanah di lokasi
proyek adalah pasir di bawah muka air tanah. Untuk menahan agar lubang tidak
longsor digunakan casing. Pada umumnya casing berupa pipa baja dengan diameter
dalam sama dengan atau lebih besar dari diameter lubang yang direncanakan. Casing
tersebut dapat berupa casing permanen atau casing sementara. Akan tetapi karena
keberadaan casing dapat mengurangi daya dukung friksi, ada baiknya jika casing
bersifat sementara.
Pemasangan casing ke dalam lubang bor dilakukan dengan cara memancang,
menggetarkan atau menekan casing sampai kedalaman yang ditentukan. Sebelum
sampai menembus muka air tanah, casing dimasukkan. Tanah di dalam casing
dikeluarkan saat penggalian atau setelah casing sampai kedalaman yang diinginkan.
Setelah casing sampai pada kedalaman yang diinginkan, lubang bor dibersihkan dan
tulangan yang telah dirangkai dimasukkan ke dalam lubang bor. Adukan beton
dimasukkan ke dalam lubang dengan menggunakan pipa tremie. Setelah pengecoran
selesai, casing dikeluarkan dari lubang, namun kadang-kadang casing ditinggalkan di
tempat.
Keberadaan casing juga berfungsi sebagai guidance pengeboran, memberi
perlindungan terhadap pekerja dan mencegah keruntuhan tanah ke dalam lubang.
Akan tetapi kedalaman masuknya casing terbatas dan casing yang permanen relatif
mahal.

Gambar 3. Ilustrasi Metode Bor Casing


3 METODE PENELITIAN

Metode Penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kualitatif dengan
menggunakan data sekunder dari Konsultan Perencana.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pendukung


Berikut merupakan data tanah pada lokasi rencana pembangunan Jembatan Muna- Buton
yang digunakan dalam kajian penggunaan pondasi tiang bor.

Gambar 4. Bor Log Yang Digunakan, Kedalaman 0-20 m


Gambar 5. Bor Log Yang Digunakan, Kedalaman 20-40 m
Gambar 6. Bor Log Yang Digunakan, Kedalaman 40-60 m
Gambar 7. Bor Log Yang Digunakan, Kedalaman 60-80 m

Gambar 8. Data Laboratorium Yang Digunakan


Gambar 9. Data Laboratorium Yang Digunakan
Dari data bor dapat dilihat bahwa lapisan tanah lempung berada pada kedalaman sampai
sekitar 5 meter dari elevasi eksisting lapangan. Lalu dari kedalaman 5 meter ke bawah
sudah merupakan lapisan batuan. Dimana dari kedalaman 5 sampai 33 meter merupakan
lapisan batu gamping, sedangkan dari kedalaman 33 sampai 80 meter merupakan lapisan
batu lempung. Hal ini merupakan alasan digunakannya pondasi dalam jenis tiang bor.
Dikarenakan jika menggunakan pondasi tiang pancang, maka kurang tepat dikarenakan
lapisan yang ada merupakan batuan.

4.2 Analisis Daya Dukung Tanah Tiang Tunggal

Data hasil boring dan laboratorium digunakan untuk menghitung daya dukung tiang
tunggal. Kapasitas aksial tiang dihitung berdasarkan nilai SPT dalam memperkirakan
kekuatan tak terdrainase (undrained) dan gesekan internal (internal friction) untuk tanah
liat dan pasir. Untuk tiang bor beton, analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan
perangkat lunak komputer. Analisis yang diberikan dalam laporan ini didasarkan pada
kondisi tanah yang sebenarnya dan tidak termasuk pengaruh perbaikan tanah atau beban
timbunan di masa mendatang jika ada. Kapasitas tiang didasarkan pada asumsi bahwa
tidak ada likuifaksi pada lapisan pasir sepanjang umur jembatan.
Berikut merupakan data hasil analisis daya dukung tiang tunggal.

Tabel 1. Tabel Daya Dukung Tanah Aksial Pondasi Bor Tiang Tunggal

Ultimate Allowable Axial Capacity


Embedment
Axial Axial at 25 mm
Diameter (1)
Length (2) (3
(mm) Capacity Capacity settlement
(m) )
(kN) (kN) (kN)

1200 45.0 52005.8 20682.0 27100

1500 45.0 60186.5 23903.8 28130

2000 45.0 76905.7 30488.5 29140


Sumber: Analisis Konsultan, 2021
(1)
Note: Diukur dari elevasi eksisting lapangan
(2)Kapasitas daya dukung di analisis pada kondisi normal dengan SF = 2.5 untuk daya
dukung sisi dan SF = 3 untuk daya dukung ujung. Likuifaksi dan efek penurunan konsolidasi
tidak termasuk dalam perhitungan
(3)
Daya dukung sisi uplift ulitimit sebesar 70% dari daya dukung sisi ultimit dengan SF = 2.5,
berat sendiri tiang diabaikan
Jika menggunakan tiang bor diameter 1200 mm, maka 1 (satu) tiang dapat menahan
beban aksial sebesar 27100 kN ≈ 2710 ton. Dengan menggunakan konfigurasi tiang bor
grup maka daya dukung tersebut dianggap efektif dan efisien untuk menahan beban
jembatan pendekat. Hal ini disebabkan beban lalu lintas yang dipikul dari jembatan
pendekat adalah beban lalu lintas dua jalur dengan ketinggian pilar jembatan pendekat
>40 m, sehingga beban aksial yang dipikul tentunya cukup besar.

Gambar 10. Rencana Ketinggian Pilar Jembatan Pendekat Buton-Muna

4.3 Metode Pelaksanaan


Metode pelaksanaan menjadi pertimbangan digunakannya pondasi tiang bor pada
Jembatan Pendekat Muna- Buton. Hal ini dikarenakan jembatan ini dikategorikan sebagai
jembatan khusus (ketinggian pilar > 40 meter) dan kedalaman pondasi yang diperlukan
cukup besar (>45) sehingga dengan penggunaan pondasi tiang bor lebih mudah
pelaksanaannya dibandingkan jenis pondasi lain terkait struktur tanah/batuan yang
menopang pondasi.
Berikut merupakan metode pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang bor.
1. Tahap 1 Pekerjaan Persiapan
- Mobilisasi Peralatan dan bahan
• Crawler crane
• Leader
• Unit mata bor drilling bucket
• Bucked cleaning
• Pipa tremi
• Genset
• Mesin Wind
• Baja tulangan
• Profil baja
- Persiapan area tempat pengeboran
• Pemasangan sheet pile
• Penimbunan lokasi kerja

2. Tahap 2 Marking Titik Bor


Marking titik bor dilakukan oleh tenaga surveyor dan dalam pengkuran ini marking
harus dilakukan untuk semua titik bor yang ada pada konstruksi jembatan. Titik pusat
dari pondasi tiang di survai dan diberi tanda dengan angker baja. Penentuan titik lubang
bor setiap saat harus dilakukan pengecekan berulang kali karena kondisi lahan yang
rusak akibat pengeboran. Penempatan alat bor pada posisi yang telah ditentukan,
kemudian dilakukan pengecekan posisi vertikal dan horizontal.

3. Tahap 3 Pelaksanaan Pengeboran

Gambar 11. Ilustrasi Pengeboran


- Pengeboran awal
Pengeboran awal pada pondasi jembatan Muna Buton dilakukan sampai kedadalaman
2.00 m dan harus dilakukan dengan teliti dan hati hati agar lobang bor tidak miring
dan harus dipandu koordinat dari alat ukur yang sudah dipasang lebih dulu. Hal ini
agar pada saat alat memutar untuk melakukan cleaning dan membuang keluar
material maka alat bor akan kembali pada posisi awal dengan tepat.

- Pemasangan casing
Setelah dilakukan pengeboran awal dilakukan pemasangan casing.
Gambar 12. Ilustrasi Casing Pada Lubang Bor
- Pembersihan dasar lubang
Setelah segmen pertama casing dipasang setelah pengeboran awal maka dilakukan
pembersihan dasar lobang bor, yang mana alat memutar membuang hasil
pembersihan dan akan kembali ke titik awal dengan panduan koordinat dari patok
bantu.

4. Tahap 4 Pengeboran Lanjutan


Setelah dilakukan pengeboran dan alat bor kembali ke titik awal maka pengeboran
lanjutan dilakukan.

5. Tahap 5 Pembesian Tiang Bor


- Pembuatan spiral
Pembengkokan tulangan spiral dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan alat
menggunakan alat tekuk elektris.
- Perakitan pembesian
Perakitan pembesian bor dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu
• Perakitan pembesian dalam segmentasi 12.00 m
• Diangkat dengan crane dan dimasukan dalam lobang bor kemudian diganjal
dengan profil baja yang dipasang diatas casing
• Segmen tulangan berikutnya diangkat dan disambungkan ke tulangan segmen
pertama
• Tulangan tahap pertama ( segmen 1 dan 2 ) diturunkan
• Langkah selanjunya apabila tulangan Panjang dilakukan seperti diatas

6. Tahap 6 Pengecoran Tiang Bor


- Instalasi Pipa Tremi
• Pemasangan pipa tremi harus teliti agar mencapai kedalaman yang direncanakan
• Pengambilan sapel beton dari truck mixer untuk cylinder kuat tekan beton
• Pipa tremi memilki Panjang 3.00 m jadi perlu penyambungan dan sambungannya
harus kedap air
- Pengecoran
• Tahap awal beton dituangkan dalam pipa tremi secara kontinu dan cepat
dengan menarik tuas pada truck mixer, hal ini agar beton yang masuk langsung
menekan lumpur dan kotoran lainnya naik keatas dan terbuang
• Selama pengecoran ujung pipa tremi harus tetap tebenam dalam beton minimal
1.50 m dan maksimal 5.00 m

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pondasi tiang bor digunakan pada Jembatan Pendekat Muna- Buton dengan beberapa
pertimbangan :
1. Lapisan yang akan menopang pondasi pada lokasi jembatan pendekat merupakan
lapisan batuan. Lapisan batuan terdiri dari batu gamping dan batu lempung. Lapisan
batu gamping dimulai dari kedalaman 5 meter sampai 33 meter, sedangkan lapisan
batu lempung berada dari kedalaman 33 meter ke bawah, sehingga penggunaan
pondasi tiang bor dinilai efektif dibanding pondasi lainnya.
2. Penggunaan pondasi tiang bor dianggap efektif dan efisien dalam menahan beban
jembatan pendekat yang cukup besar dari sisi daya dukung tanahnya. Hal ini
disebabkan beban lalu lintas yang mesti dipikul dari jembatan pendekat adalah beban
lalu lintas dua jalur dengan ketinggian pilar rencana jembatan pendekat >40 m,
sehingga beban aksial yang mesti dipikul tentunya cukup besar.
3. Jembatan pendekat Buton-Muna dikategorikan sebagai jembatan khusus (ketinggian
pilar >40 meter), dan kedalaman pondasi yang diperlukan cukup besar (>45 m),
sehingga dengan penggunaan pondasi tiang bor lebih mudah pelaksanaannya
dibandingkan jenis pondasi lain terkait struktur tanah / batuan yang menopang
pondasi.

5.2 Saran
Beberapa saran terkait penggunaan pondasi tiang bor pada Jembatan Pendekat Muna -
Buton :
1. Penggunaan alat bore pile perlu ditinjau dari tingkat kemudahan dan kesulitan dalam
mencapai lokasi proyek serta ketelitian dalam pelaksanaan dilapangan, hal ini untuk
menghindari terjadinya kegagalan dalam pelaksanaan bore pile yang sering terjadi.
2. Disarankan untuk melakukan kontrol daya dukung pondasi dengan melaksanakan
Static Loading test, PDA atau tes lain yang mendukung, dimana bertujuan untuk
mengetahui daya dukung akhir dari pondasi tiang bor yang dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Mandak, Leonardo. (2016). Perencanaan Dan Metode Pelaksanaan Pondasi Bore Pile Proyek
Pembangunan Butik Gunung Langit Manado. Manado: Politeknik Negeri Manado.
Rohmawati, Nunuk., & Ilmi, Renovano. (2020). Operasional Pembuatan Bored Pile. Surabaya:
ITS.
Setiawan, Agus. (2016). Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013.
Jakarta: Erlangga.
PT. Yodya Karya KSO.(2021). Special Report Jembatan Muna-Buton. Kendari.

Anda mungkin juga menyukai