Skripsi Autopsi Final (Repaired)
Skripsi Autopsi Final (Repaired)
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
MULKAN MUSTAFA
71210811094
FAKULTAS KEDOKTERAN
Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
Hasil karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran.
Dalam penulisan Hasil karya tulis ilmiah ini, saya telah banyak mendapat
bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
Mulkan Mustafa
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................................3
1.3.3 Manfaat Penelitian......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5
2.1 Pengetahuan....................................................................................................5
2.1.1. Definisi...................................................................................................5
2.1.2. Proses Pengetahuan................................................................................5
2.1.3. Tingkat Pengetahuan..............................................................................6
2.2 Autopsi Forensik............................................................................................8
2.2.1. Definisi...................................................................................................8
2.2.2 Jenis-jenis Autopsi...................................................................................8
2.2.3 Dasar-dasar Hukum Autopsi Forensik.....................................................9
2.2.4 Teknik Autopsi......................................................................................10
2.2.5. Faktor-faktor penghambat autopsi forensik..........................................13
2.3. Visum Et Repertum.....................................................................................14
2.3.1. Definisi.................................................................................................14
2.3.2. Peranan dan fungsi visum et repertum..................................................14
2.3.3 Jenis dan bentuk visum et repertum.......................................................15
2.3.4. Dasar hukum.........................................................................................15
2.4 Autopsi dalam Pandangan Islam..................................................................17
2.5 Kerangka Teori.............................................................................................19
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1....................................................................................................................19
Gambar 2. 2....................................................................................................................20
v
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Di Inggris dan Wales , tingkat dilakukannya autopsi turun dari 8,9% pada
tahun 1966 menjadi 0,69% di 2013, penurunan serupa telah dilaporkan di Kanada,
Perancis, Cina, dan Zambia (journal of Indonesian forensic and legal medicine,
2009) (Oluwasola, 2009).
Nigeria memiliki setidaknya 250 kelompok etnis yang berbeda, Negara ini
terdiri dari sekitar 50% Muslim, Kristen 40%, dan 10% agama tradisional Afrika.
Dalam studi ini, orang yang beragama Kristen lebih mungkin untuk mengatakan
bahwa mereka bersedia untuk menyetujui autopsi pada diri mereka sendiri
dibandingkan dengan umat Islam. Keberatan keagamaan untuk autopsi adalah
ortodoksi dalam Islam, sebagian karena almarhum harus dikubur dalam waktu 24
jam dari kematian sebagai tanda menghormati. Jenjang pendidikan juga dikaitkan
1
2
2. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
perkembangan ilmu dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan
otopsi jenazah tindak pidana
3. Bagi Penelitian Berikutnya
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan sebagai dasar untuk
peneliti lain yang melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan
tentang otopsi di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1. Definisi
. Pengetahuan adalah hasil ’tahu’, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2. Proses Pengetahuan
2. Interest (merasa tertarik), dimana orang merasa tertarik terhadap stimulus atau
objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
5
6
1. Tahu (know)
2. Memahami (comprehension)
3. Aplikasi (application)
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
• Ayat 1:
• Ayat 2:
• Ayat 3:
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Semua
ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan
keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji
akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut
pengetahuan dalam bidang keahliann
1. Masalah administratif
4. Penundaan penguburan
6. Agama
7. Etnik
14
2.3.1. Definisi
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana
tertulis dalam pasal 184 KUHAP. Visum et repertum turut berperan dalam proses
pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Visum et
repertum menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang
tertuang di dalam bagian Pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai
pengganti benda bukti. Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat
dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian
Kesimpulan (Budiyanto, 1994).
Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu
kedokteran dengan ilmu hukum, sehingga dengan membaca Visum et Repertum,
dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang dan para
praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang
menyangkut tubuh/jiwa manusia. Apabila visum et repertum belum dapat
menjernihkan duduknya persoalan di sidang Pengadilan, maka hakim dapat
meminta keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum
dalam KUHAP, yang memberi kemungkinan dilakukannya pemeriksaan atau
penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari
terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan (ps 180
KUHAP) (Budiyanto, 1994).
15
1. Pasal 186
keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang
pengadilan.
2. Pasal 187
surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu
keadaan yang diminta secara resmi dari padanya.
Keduanya termasuk ke dalam alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan
dalam KUHAP Pasal 184, Alat bukti yang sah adalah :
1. Keterangan saksi;
2. Keterangan ahli;
3. Surat;
4. Petunjuk;
5. Keterangan terdakwa;
16
Dari pasal-pasal di atas tampak bahwa yang dimaksud dengan keterangan ahli
maupun surat (butir c) dalam KUHAP adalah visum et repertum.
1. Pasal 133 KUHAP
1.1 Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati
yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
1.2 Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan secara tertulis yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat
dan atau pemeriksaan bedah mayat.
1.3 Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter pada rumah sakit harus diperlakukan baik dengan penuh
penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yg
memuat identitas mayat diberi cap jabatan yang dilekatkan pada
ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Gambar 2. 1
Gambar 2. 2
1. Kriteria inklusi :
2. Kriteria eksklusi :
21
22
n = N
{ 1+ N (d²) }
dimana :
n = besar sampel
N = jumlah populasi (250)
d = derajat kemaknaan 10% (0,1)
Dapat diperhitungkan sebagai berikut :
n = 250
{ 1+ 250 (0,1²) }
= 71,42
Bunuh diri
kecelakaan
1) BUKU
Amir, Amri., 1995. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Medan: Ramadhan.
Jakarta
Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
cipta.
2) PERUNDANG-UNDANGAN:
25
26
4) SUMBER INTERNET
Detik.com, 2018 Wartawan Sriwijaya Post Tewas Diracun, Diambil dari:
https://m.detik.com/news/berita/d-1442727/wartawan-sriwijaya-post-
tewas-diracun, [Diakses pada 27 juli 2023].
Mcphee, SJ. 1996. Maximizing the benefits of autopsy for clinicians and families.
Souder, E., 2004. Autopsy 101, New York Geriatric Nursing. Diambil dari:
http://www.medscape.com/viewarticle/466795, [Diakses pada 23 juli
2023].
27
Lampiran 1
Nama:
Umur:
Jenis kelamin:
Agama:
Suku:
Alamat:
Pendidikan:
Pekerjaan:
28
A. Pengetahuan
b. Tidak
c. Tidak tahu
8. Visum et repertum adalah salah satu alat bukti sah yang turut
berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap
kesehatan dan jiwa manusia.
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
10. Pasal 222 KUHP menjelaskan sanksi hukum terhadap orang yang
menghalang-halangi dilakukannya autopsi forensik.
30
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
Lampiran 2
Lampiran 3