Anda di halaman 1dari 153

BAB V

ANALISIS

5.1 Analisis Sektoral


5.1.1 Analisis Kebijakan
5.1.1.1 Analisis Konstelasi Kebijakan Peningkatan Kualitas Permukiman
Infrastruktur Kawasan Timuran

Dokumen Kebijakan

Kebijakan
Kebijakan Penataan Kebijakan Pengembangan
Ruang Pembangunan Kawasan
Permukiman

RTRW Kota RPJMD Kota


RKPKP
Surakarta Surakarta

RP3KP

Gambar 5.1 Skema Analisis Konstelasi Kebijakan

Analisis konstelasi kebijakan peningkatan kualitas permukiman dan


infrastruktur Kawasan Timuran bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antar
kebijakan peningkatan kualitas permukiman dari skala makro hingga mikro.
Berikut ini data yang digunakan dalam analisis konstelasi:

1. Dokumen kebijakan penataan ruang: RTRW Kota Surakarta tahun 2011-


2031
2. Dokumen kebijakan pembangunan: RPJMD Kota Surakarta tahun 2016-
2021
3. Dokumen kebijakan pengembangan kawasan permukiman di tingkat
Kelurahan:
a. RKPKP Kota Surakarta tahun 2015
b. RP3KP Kota Surakarta tahun 2013

V-1
Tabel 5.1 Analisis Konstelasi Kebijakan
ARAHAN KEBIJAKAN/PROGRAM
SEKTOR KONSTELASI
RTRW RPJMD RP3KP RKPKP
Tata Kelurahan Timuran Meningkatkan kualitas  Penyediaan perumahan  Sosialisasi rumah Sehat Kebijakan untuk
Bangunan ditetapkan sebagai penanganan RTLH beserta berdasarkan backlog dan prediksi  Fasilitasi/ Stimulan penanganan
dan kawasan perumahan lingkungan permukiman 20 tahun (2031) perbaikan RTLH permukiman kumuh
Lingkungan kepadatan tinggi kumuh terutama pada  Pengoptimalan lahan di kawasan sudah tersedia
dengan luas kurang kawasan Sudiroprajan perkotaan berkepadatan tinggi
lebih 5,21 ha (lima dengan jumlag RTLH dengan pembangunan secara
koma dua satu terbanyak, dan Kelurahan vertikal
hektar). Timuran dengan luas  10% kavling lahan merupakan
kumuh terluas ruang terbuka hijau
 Membatasi pembangunan rumah
secara horizontal dengan luas
kapling > 200 m2.
 Pembangunan perumahan dengan
cara vertical (Rusunawa,
apartemen, condotel)
 Membuat regulasi tentang
pembangunan apartemen dan
condotel
 Sosialisasi tentang IMB/perijinan
bangunan agar tidak menyalahi
aturan pembangunan yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah Daerah
Sarana dan -  Meningkatkan  Penyediaan Sarana prasarana dasar  Rehabilitasi jalan, Kebijakan terkait saran
Prasarana kuantitas dan kinerja perumahan dan kawasan Latasir 2 cm dan prasarana sudah
IPAL rumah tangga permukiman, seperti jalan, sanitasi,  Rehabilitasi jalan, JPV tersedia, namu belum
dan komunal drainase, air bersih, telepon, listrik, K-225 adanya dukungan
 Meningkatkan dan fasilitas pendukung seperti  Peningkatan saluran spesifik dari penataan
struktur, rehabilitasi pendidikan, kesehatan, Drainase U- 30 terbuka, ruang (RTRW)
dan Pemeliharaan sar- peribadatan, ruang publik, dll 1 sisi jalan
pras secara berkala sesuai dengan arah prioritas

V-2
 Meningkatkan kondisi pembangunan Perumahan dan  Pengadaan TPS mobile
baik jalan dan Permukiman  Pengadaan tong sampah
jembatan serta  Penyediaan prasarana lingkungan  Sosialisasi kepada
mengupayakan permukiman mengikuti teknologi masyarakat mengenai
peningkatan kecepatan modern dengan mengefisienkan pentingnya pengelolaan
penanganan kerusakan lahan : seperti septictank komunal, sampah pada tempatnya
jalan pemakaian listrik yang hemat  Pemberian insentif bagi
 Meningkatkan energy masyarakat/ kelompok/
ketersediaan peralatan wilayah yang mampu
yang mendukung mengelola sampahnya
pemeliharaan jalan dengan baik sebagai
dan SDM serta SDM wilayah percontohan
teknis kebinamargaan  Pelatihan pengelolaan
sampah 3R
 Rehabilitasi MCK
Komunal & Septic Tank

RTH -  Meningkatkan -  Pembangunan sumur Kebijakan terkait


pemanfaatan dan resapan Ø 100 cm Ruang Terbuka Hijau
pengendalian ruang  Pembangunan Taman (RTH) sudah tersedia
DAS di sepanjang Kelurahan
Kali Pepe
 Meningkatkan
pemanfaatan RTH
sempadan Kali Pepe

Mitigasi - Meningkatkan kepasitas -  Sosialisasi masyarakat Belum ada program


Bencana masyarakat dalam mengenai kegiatan spesifik terkait mitigasi
menangani bencana pencegahan dan bencana pada
terutama yang bermukim penanggulangan sempadan sungai.
di sempadan kebakaran
 Penyuluhan dan
pelatihan kegiatan

V-3
pencegahan dan
penanggulangan
kebakaran
 Fasilitasi/ Stimulan
penyediaan APAR di
masing-masing RT,
sebanyak 10 RT
 Fasilitasi/ Stimulan
penyediaan kendaraan
pawang geni di masing-
masing kelurahan
Sumber : RTRW Kota Surakarta, RPJMD Kota Surakarta, RP3KP Kota Surakarta, RKPKP Kota Surakarta

V-4
5.1.1.2 Analisis Ketercapaian Program Peningkatan Kualitas Permukiman
Kawasan
Analisis ketercapaian program peningkatan kualitas permukiman kawasan
digunakan untuk mengetahui ketercapaian program permukiman di kawasan serta
permasalahan sektoral, sehingga bisa ditemukan beberapa alternatif/rekomendasi
program yang akan dijalankan. Berdasarkan data serta analisis yang telah
dilakukan, dapat dilihat bahwa implementasi arah kebijakan dalam bentuk
program pada Kawasan Timuran belum sepenuhnya terealisasikan, terutama untuk
program-program terkait penanganan permukiman kumuh dari segi mitigasi
bencana dan RTH. Adapun program-program terkait peningkatan sarana dan
prasarananya sudah terealisasi, namun dari segi kualitas, output dari program itu
sendiri masih kurang kualitasnya, contohnya pada beberapa ruas jalan yang sudah
diperbaiki hanya bertahan 6 bulan, kemudian jalan tersebut sudah rusak kembali.

Oleh sebab itu, dapat direkomendasikan terkait implementasi program ini


adalah peningkatan standar kualitas, sosialisasi kepada masyarakat, serta
pengawasan yang kuat dari stakeholder terkait.

V-5
Tabel 5.2 Analisis Ketercapaian Program

SEKTOR PROGRAM KETERCAPAIAN


Tata Bangunan dan Penyediaan perumahan berdasarkan backlog dan prediksi 20 tahun (2031) belum terlaksana
Lingkungan Pengoptimalan lahan di kawasan perkotaan berkepadatan tinggi dengan pembangunan secara vertikal dalam proses
10% kavling lahan merupakan ruang terbuka hijau Dalam proses
Membatasi pembangunan rumah secara horizontal dengan luas kapling > 200 m2. Dalam proses
Pembangunan perumahan dengan cara vertical (Rusunawa, apartemen, condotel) Belum terlaksana
Membuat regulasi tentang pembangunan apartemen dan condotel Dalam proses
Sosialisasi tentang IMB/perijinan bangunan agar tidak menyalahi aturan pembangunan yang sudah ditetapkan Dalam proses
oleh pemerintah Daerah
Sosialisasi rumah Sehat Dalam proses
Fasilitasi/ Stimulan perbaikan RTLH Dalam proses
Sarana dan prasarana Penyediaan Sarana prasarana dasar perumahan dan kawasan permukiman, seperti jalan, sanitasi, drainase, air Dalam proses
bersih, telepon, listrik, dan fasilitas pendukung seperti pendidikan, kesehatan, peribadatan, ruang publik, dll
sesuai dengan arah prioritas pembangunan Perumahan dan Permukiman
Penyediaan prasarana lingkungan permukiman mengikuti teknologi modern dengan mengefisienkan lahan : Dalam proses
seperti septictank komunal, pemakaian listrik yang hemat energy
Rehabilitasi jalan, Latasir 2 cm Sudah terlaksana
Rehabilitasi jalan, JPV K-225 Sudah terlaksana
Peningkatan saluran Drainase U- 30 terbuka, 1 sisi jalan Belum terlaksana
Pengadaan TPS mobile Sudah terlaksana
Pengadaan tong sampah Sudah terlaksana

V-6
Sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sampah pada tempatnya Sudah terlaksana
Pemberian insentif bagi masyarakat/ kelompok/ wilayah yang mampu mengelola sampahnya dengan baik Belum terlaksana
sebagai wilayah percontohan
Pelatihan pengelolaan sampah 3R Belum terlaksana
Rehabilitasi MCK Komunal & Septic Tank Belum terlaksana
RTH Pembangunan sumur resapan Ø 100 cm Belum terlaksana
Pembangunan Taman Kelurahan Belum terlaksana
Mitigasi bencana Sosialisasi masyarakat mengenai kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran Belum terlaksana
Penyuluhan dan pelatihan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran Belum terlaksana
Fasilitasi/ Stimulan penyediaan APAR di masing-masing RT, sebanyak 10 RT Belum terlaksana
Fasilitasi/ Stimulan penyediaan kendaraan pawang geni di masing-masing kelurahan Belum terlaksana
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-7
5.1.1.3 SWOT Sektor Kebijakan

Tabel 5.3 SWOT Sektor Kebijakan


S W O T
Program
pengembangan
Program Lingkungan
kinerja Pengelolaan
SehatPerumahan;
Air Minum dan Air
Program Rehabilitasi
Limbah; Program Karakteristik
Jalan dan Jembatan; Merupakan
Peningkatan pengembangan
Program Rehabilitasi kawasan
Kesiagaan dan kawasan
Saluran Drainase/ peruntukan
Pencegahan Bahaya permukiman
Goronggorong; Program permukiman
Kebakaran; Program tidak terpetakan
pengembangan kinerja (RP3KP)
Peningkatan dalam RP3KP
pengelolaanPersampahan
Kualitas
sudah terealisasi di
Lingkungan belum
dalam kawasan.
terealisasi di dalam
kawasan.
Kepadatan
bangunan sedang,
Terdapat backlog
jika
permukiman
dibandingkan
kategori sedang
dengan kelurahan
lain se Surakarta
Dekat dengan
rencana kawasan
preservasi
(Keprabon)
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

5.1.2 Analisis Fisik Dasar


5.1.2.1 Analisis Kemampuan Lahan
Analisis kemampuan lahan dilakukan untuk memperoleh gambaran tingkat
kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi
arahan- arahan kesesuaianlahan pada tahap analisis berikutnya. Dalam analisis ini
digunakan 8 analisis satuan kemampuan lahan (SKL), yaitu SKL Morfologi, SKL
Kemudahan Dikerjakan, SKL Kestabilan Lereng, SKL Kestabilan Pondasi, SKL
Keterediaan Air, SKL Drainase, SKL Erosi, SKL Pembuangan Limbah, dan SKL
Bencana Alam. Dari analisis tiap SKL tersebut kemudian dilakukan perhitungan
dan diperoleh klasifikasi kemampuan lahan. Dalam penilaian variabel pada tiap
SKL dilakukan berdasarkan skala berikut :
Tabel 5.4 Standar Penilaian Variabel
STANDAR PENILAIAN TIAP SKL
NILAI KETERANGAN

V-8
1 Sangat Buruk
2 Buruk
3 Sedang
4 Baik
5 Sangat Baik
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Setelah dilakukan penilaian untuk setiap variabel pada setiap SKL,


dilakukan interpretasi nilai yang diperoleh pada setiap SKL tersebut. Interpretasi
didasarkan pada penilaian skala 1 (terendah) sampai 5 (tertinggi) seperti pada
tabel di bawah ini :
Tabel 5.5 Standar Integrasi Nilai Tiap SKL
STANDAR PENILAIAN TIAP SKL
NILAI KETERANGAN
1 Sangat Buruk
2 Buruk
3 Sedang
4 Baik
5 Sangat Baik
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

a. Satuan Kemampuan Lahan Morfologi


SKL morfologi bertujuan untuk mengetahui bentang alam suatu kawasan
maupun wilayah perencanaan agar dapat dilakukan pengembangan yang sesuaid
engan fungsinya. Menurut Permen PU No. 20/PRT/M/2007, berikut adalah tabel
hasil analisis SKL Morfologi :
Tabel 5.6 SKL Morfologi
Kemiringan
Fisiografi Ketinggian Nilai SKL Morfologi
Lereng (%)
Kemampuan Lahan dari
o-2% Datar 0-50 mdpl 5
Morfologi rendah
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Analisis Satuan Kemampuan Lahan Morfologi dinilai berdasarkan data
topografi, geologi dan ketinggian. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
pada kawasan perencanaan memiliki kemampuan lahan morfologi yang rendah.

V-9
b. Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan
Tujuan dari Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan adalah untuk mengetahui
tingkat kemudahan lahan di suatu wilayah untuk digali bagi keperluan
pengembangan. Menurut Permen PU No. 20/PRT/M/2007, berikut adalah hasil
analisis SKL Kemudahan Dikerjakan :
Tabel 5.7 SKL Kemudahan Dikerjakan
Kemiringan
Fisiografi Ketinggian Geologi Nilai SKL Kemudahan Dikerjakan
Lereng (%)

Tingkat Kemudahan
0-2% Datar 0-50 mdpl Aluvial 5
Dikerjakan tinggi

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019


Analisis Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan dinilai
berdasarkan data topografi, geologi dan jenis tanah. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa pada kawasan perencanaan memiliki satuan kemampuan
lahan dari kemudahan dikerjakan tinggi. Hal ini berarti kawasan perencanan
mudah untuk dikerjakan atau dilakukan pembangunan- pembangunan tertentu
karena terdiri dari jenis tanah alluvial. Hal ini berarti bahwa ketiga kawasan
tersebut mudah untuk dikerjakan.

c. Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng


Analisis SKL Kestabilan Lereng bertujuan untuk mengetahui kemampuan
lereng dalam menerima beban yang ada. Menurut Permen PU No.
20/PRT/M/2007, berikut adalah hasil analisis SKL Kestabilan Lereng:
Tabel 5.8 SKL Kestabilan Lereng

Kemiringan
Fisiografi Ketinggian Geologi Nilai SKL Kestabilan Lereng
Lereng

Kestabilan Lereng
0-2% Datar 0-50 mdpl Aluvial 5
tinggi

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019


Analisis Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng dinilai berdasarkan
data topografi, geologi dan ketinggian. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa pada kawasan perencanaan memiliki satuan kemampuan lahan dari
kestabilan lereng tinggi. Hal ini mendukung untuk berdirinya kawasan

V-10
penggunaan lahan sebagai permukiman dan industri, karena lahan yang stabil
dapat menunjang untuk pembangunan berbagai macam sektor. Hal ini berarti
bahwa ketiga kawasan tersebut dapat mendukung pembangunan berbagai macam
sektor.

d. Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi


Analisis SKL Kestabilan Pondasi bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan untuk menerima beban bangunan berat dalam upaya
pengembangan perkotaan. Menurut Permen PU No. 20/PRT/M/2007, berikut
adalah hasil analisis SKL Kestabilan Pondasi :
Tabel 5.9 SKL Kestabilan Pondasi
Kemiringan SKL Kestabilan
Tekstur Tanah Geologi Nilai
Lereng Pondasi
Daya dukung dan
0-2% Halus Aluvial 5 kestabilan pondasi
tinggi
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Tabel 5.10 Kriteria Kestabilan Pondasi
No Tingkat Kestabilan Pondasi Keterangan
Kawasan akan stabil untuk pondasi bangunan apa
1 Kestabilan Tinggi
saja atau untuk segala jenis pondasi
Kawasan Kurang Stabil, tetapi untuk jenis pondasi
2 Kestabilan Kurang
tertentu bisa lebih stabil
3 Kestabilan Rendah Kawasan Kurang Stabil untuk berbagai bangunan
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007
Analisis Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi dinilai berdasarkan
data topografi, geologi, ketinggian dan tekstur tanah. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa pada kawasan perencanaan memiliki satuan kemampuan
lahan kestabilan pondasi yang tinggi. Kawasan perencanaan mendapatkan nilai 5
sehingga tergolong memiliki kestabilan pondasi yang tinggi. Hal ini berarti bahwa
kelima kawasan tersebut stabil untuk berbagai macam pondasi.
e. Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air
Analisis SKL Ketersediaan Air bertujuan untuk mengetahui tingkat
ketersediaan air dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan,

V-11
guna pengembangan kawasan.Menurut Permen PU No. 20/PRT/M/2007, berikut
adalah hasil analisis SKL Ketersediaan Air :
Tabel 5.11 SKL Ketersediaan Air
SKL
Kemiringan
Fisiografi Ketinggian Geologi Curah Hujan Nilai Ketersediaan
Lereng
Air
SKL
0-2% Datar 0-50 mdpl Aluvial 71,676mm/tahun 3 Ketersediaan
Air sedang
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kawasan perencanaan
memiliki satuan kemampuan lahan dari ketersediaan air sedang.
f. Satuan Kemampuan Lahan Drainase
Analisis SKL Drainase bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan
lahan dalam meresapkan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan
baik bersifat lokal ataupun meluas dapat dihindari. Menurut Permen PU No.
20/PRT/M/2007, berikut adalah hasil analisis SKL Drainase :
Tabel 5.12 SKL Drainase

Kemiringan Lereng Fisiografi Geologi Curah Hujan Nilai SKL Drainase

0-2% Datar Aluvial 71,676mm/tahun 3 SKL Drainase sedang

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019


Analisis Satuan Kemampuan Lahan Drainase dinilai berdasarkan data
topografi, geologi, ketinggian dan iklim. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa pada kawasan perencanaan memiliki satuan kemampuan lahan dari
drainase sedang. Hal ini berarti sistem drainase yang ada pada kawsan
perencanaan kurang mencukupi dan dalam kondisi yang sedang. Hal ini
ditunjukkan dengan masih adanya genangan dan drainase yang kurang berfungsi
sebagaimana mestinya.
g. Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Erosi
Analisis SKL Erosi bertujuan untuk mengetahui daerah-daerah yang
mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan
terhadap erosi serta antisipasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Menurut
Permen PU No. 20/PRT/M/2007, berikut adalah tabel hasil analisis SKL erosi :

V-12
Tabel 5.13 SKL terhadap Erosi
Kemiringan SKL Terhadap
Fisiografi Drainase Geologi Curah Hujan Nilai
Lereng Erosi
Tergolong
Drainase dalam kawasan
0-2% Datar Sedang Aluvial 71,676mm/tahun 4 yang terancam
oleh resiko
erosi rendah
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Lahan Erosi dinilai berdasarkan data topografi, geologi, ketinggian dan


iklim. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kawasan perencanaan
memiliki satuan kemampuan lahan terhadap erosi rendah. Hal ini berarti bahwa
kawasan perencanaan tidak memiliki kemungkinan/ sangat kecil untuk terjadi
erosi walaupun masih terdapat beberapa titik yang terjadi genangan pada saat
hujan. Namun, hal ini masih perlu diantisipasi dengan memperbaiki sistem
drainase yang ada supaya kemungkinan terjadi erosi dapat diminimalisir.
h. Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Kerawanan Bencana
Analisis SKL Bencana Alam bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam menerima bencana alam untuk menghindari/mengurangi
kerugian dan korban akibat bencana tsb. Bencana Alam di Kawasan studi berupa
genangan. Hal itu disebabkan karena kondisi drainase yang buruk. Bencana alam
yang terjadi di kawasan perencanaan adalah genangan. Genangan air yang terjadi
di kawasan terjadi pada saat-saat tertentu seperti pada musim hujan. Penilaian
terhadap tingkat kerawanan terhadap genangan dibawah ini diperoleh dari
pengamatan langsung di lapangan. Menurut Permen PU No. 20/PRT/M/2007,
didapatkan hasil analisis SKL bencana alam sebagai berikut :
Tabel 5.14 SKL Terhadap Kerawanan Bencana
Kemiringan SKL Terhadap
Fisiografi Ketinggian Geologi Curah Hujan Nilai
Lereng Bencana Alam
Potensi bencana
0-2% Datar 0-50 mdpl Aluvial 71,676mm/tahun 3
alam sedang
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-13
Klasifikasi terhadap tingkat kerawanan genangan ditinjau dari kondisi
masing masing saat musim hujan. Untuk nilai dari masing-masing tingkat tersebut
didasarkan pada Permen PU No.20/PRT/M/2007 :

Tabel 5.15 Penilaian Kerawanan Bencana


No Keterangan Nilai
1. Sangat Rawan Bencana 1
2. Rawan Bencana 2
3. Cukup Rawan Bencana 3
4. Kurang Rawan Bencana 4
5. Tidak Rawan Bencana 5
Sumber : Permen PU No.20/PRT/M/2007

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa satuan kemampuan lahan


terhadap kerentanan bencana alam bahwa pada kawasan perencanaan memiliki
potensi bencana alam yang tergolong cukup. Hal ini dikarenakan kawasan
perencanaan masih dilalui oleh Kali Toklo yang dimana ketika hujan deras kali
tersebut mengalami pengeluapan dan mengakibatkan timbulnya genangan yang
tingginya semata kaki. Selain itu penyebab adanya genangan pada kawasan
perencanaan disebabkan juga oleh drainase yang tertutup.

V-14
Gambar 5.2 Peta SKL Morfologi Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-15
Gambar 5.3 Peta SKL Kemudahan Dikerjakan Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-16
\
Gambar 5.4 Peta SKL Kemudahan Dikerjakan Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-17
Gambar 5.5 Peta SKL Kestabilan Pondasi Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-18
Gambar 5.6 Peta SKL Ketersediaan Air Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-19
Gambar 5.7 Peta SKL Drainase Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-20
Gambar 5.8 Peta SKL Terhadap Erosi Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-21
Gambar 5.9 Peta SKL Kerawanan Bencana Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-22
5.1.2.2 Analisis Daya Dukung Wilayah
Daya dukung wilayah (carrying capacity) adalah daya tampung
maksimum lingkungan untuk diberdayakan oleh manusia. Dengan kata lain
populasi yang dapat didukung dengan tak terbatas oleh suatu ekosistem tanpa
merusak ekosistem itu. Daya dukung juga dapat didefinisikan sebagai tingkat
maksimal hasil sumber daya terhadap beban maksimum yang dapat didukung
dengan tak terbatas tanpa semakin merusak produktivitas wilayah tersebut sebagai
bagian integritas fungsional ekosistems yang relevan.
Tabel 5.16 Proyeksi Penduduk
Tahun Penduduk Tahun Proyeksi Penduduk
2015 2089 2020 2005

2016 2181 2021 2024

2017 2055 2022 2044

2018 2074 2023 2065

2019 1985 2024 2085


Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Dengan Luas lahan pada kawasan perencanaan yaitu sebesar 2.82 ha,
maka untuk menghitung daya tamping diperlukan rumus sebagai berikut:

50%{𝑛%𝑥𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑚 }
Daya tampung (n) = x 5 (jiwa)
100
---------------------------------------

Dari perhitungan diatas, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 5.17 Daya Tampung


Proyeksi Jumlah
Luas Lahan Rasio Tutupan Daya Tampung Hasil
Penduduk Tahun
(ha) Lahan (jiwa) Analisis
2020

22.82 30% 171.150 2005 Mencukupi

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa daya tampung di Kawasan


Perencanaan Timuran masih mencukupi sampai akhir tahun perencanaan. Berikut
merupakan peta Daya Tampung Kawasan Perencanaan Timuran:

V-23
5.1.2.4 SWOT Sektor Fisik Dasar

Tabel 5.18 SWOT Sektor Fisik Dasar


S W O T
Jenis tanah aluvial
cocok untuk Termasuk kawasan
Terdapat Potensi
pembangunan rawan banjir (sedang)
banjir pada Kali Toklo
perumahan dan juga
pertanian
Kemiringan lereng 0-
2% cocok untuk
dilakukan
pembangunan
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-24
Gambar 5.10 Peta Daya Tampung Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
V-25
5.1.3 Analisis Demografi dan Sosial Budaya
5.1.3.1 Analisis Proyeksi Penduduk
Dalam melakukan analisis proyeksi penduduk rumus perhitungan proyeksi
penduduk yang digunakan dalam menghitung proyeksi penduduk di Kawasan
Permukiman Kumuh Timuran adalah metode geometris. Hal ini dikarenakan
dalam model ini memiliki asumsi bahwa penduduk akan bertambah/berkurang
pada suatu tingkat pertumbuhan (persentase) yang tetap. Perhitungan proyeksi
penduduk dengan metode geometris menggunakan rumus sebagai berikut
Pn= Po(1+r)n
Keterangan:
Pn : penduduk pada tahun n
Po : penduduk pada tahun awal
1 : angka konstanta
r : angka pertumbuhan penduduk (dalam persen)
n : jumlah rentang tahun dari awal hingga tahun n
Namun perlu diketahui sebeumnya, bahwa dalam memproyeksikan jumlah
penduduk di kawasan perencanaan, dilakukan pengasumsian bahwa nilai “r”
dalam kawasan perencanaan dianggap sama dengan nilai “r” di Kelurahan
Timuran. Hal ini dikarenakan, data time series yang didapatkan sejauh ini adalah
data dengan unit wilayah terkecil pada level kelurahan.
Tabel 5.19 Perhitungan Proyeksi Penduduk Kawasan Timuran

Tahun Jumlah penduduk Kelengkapan perhitungan

2019 2635 Pn = Jumlah penduduk kawasan th 2020


2018 2753 Po = 2052 (Kawasan Timuran)
1 = konstanta
2017 2728
r = 0,98 % (r data Kelurahan Timuran)
2016 2895
n=1
2015 2773
Sumber: Kelurahan Timuran dan dimodifikasi oleh tim Stuperkim Timuran, 2019
Berdasarkan data diatas, maka didapatkan hasil proyeksi penduduk
Kawasan Permukiman Kumuh Timuran adalah 2072 penduduk. Dari hasil
proyeksi tersebut, maka jumlah penduduk hasil proyeksi dapat digunakan untuk
melihat proyeksi pertumbuhan KK di Kawasan Permukiman Kumuh Timuran.

V-26
Proyeksi perhitungan jumlah KK perlu dilakukan karena umumnya, model
penanganan isu-isu permukiman di Indonesia oleh pemerintah cukup sering
didasarkan pada satuan KK. Salah satu contohnya, dalam perhitungan HNA, salah
satu data yang diperlukan untuk diinput adalah data jumlah KK. Asumsi yang
digunakan dalam perhitungan proyeksi KK adalah dengan melihat jumlah rata-
rata penduduk per KK dengan perhitungan sebagai berikut.

Jumlah penduduk eksist


Asumsi jml penduduk per KK =
Jumlah KK

Maka didapatkan hasil asumsi pendudukper KK adalah 2052:674 yaitu


sebesar 3.044 penduduk per KK. Selanjutnya, dalam menghitung jumlah proyeksi
KK, dilakukan dengan perhitungan berikut.

Jumlah penduduk proyeksi


Asumsi proyeksi KK =
Jumlah penduduk per KK

Asumsi proyeksi KK = 2072/3.044


= 680,68
= 681 KK
5.1.3.2 Analisis Struktur Penduduk
Analisis struktur penduduk Kawasan Permukiman Timuran digunakan
untuk mengetahui bagaimana komposisi suatu golongan berpengaruh dan
mempengaruhi golongan penduduk yang lain. Struktur penduduk yang dianalisis,
sebagaimana telah disebutkan dalam bab sebelumnya, akan ditinjau dari Sex Ratio
dan Dependency Ratio.

5.1.3.2.1 Sex Ratio


Sex Ratio digunakan untuk mengetahui perbandingan ketimpangan antara
penduduk perempuan dan penduduk laki – laki. Sex ratio dihitung dengan rumus
Sex Ratio (SR) = (Pa/Pi)x100
Sex Ratio = perbandingan penduduk
Pa = jumlah penduduk laki - laki
Pi = Jumlah penduduk perempuan

V-27
Maka didapatkan nilai perhitungan
SR = (977/1075) x 100
= 91
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan angka SR (sex ratio) di kawasan
perencanaan adalah 91. Artinya, setiap ada 100 orang penduduk perempuan
terdapat 91 orang penduduk laki-laki. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa
komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kawasan Permukiman Kumuh
Timuran relatif berimbang sehingga dalam upaya perencanaan ke depan perlu
adanya pelibatan kedua gender dan tidak boleh hanya menitikberatkan pada satu
gender saja. Artinya, laki-laki dan perempuan di Kawasn Permukiman Kumuh
Timuran harus difasilitasi oleh model perencanaan yang adil. Sama-sama
mendapatkan perhatian pada aspek infrastruktur, pelayanan kesehatan,
pendidikan, dan juga ruang bersosialisasi dan mengaktualisasikan diri.

5.1.3.2.2 Dependency Ratio


Depedency ratio (DR) digunakan untuk mengetahui beban tanggungan
antara penduduk usia produktif dan non produktif. Penduduk usia produktif
adalah penduduk yang berusia 15 hingga 59 tahun. Penduduk muda berusia
dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif
karena secara ekonomis masih bergantung pada orang tua atau orang lain yang
menanggungnya. Dalam menghitung dependency ratio, digunakan rumus
perhitungan berikut.
Depedency Ratio (DR) = (NP/P)x100
DR = beban ketergantungan/ rasio ketergantungan
NP = usia non produktif
P = usia produktif

Maka didapatkan nilai perhitungan


DR = (706/1406) x 100
= 51

V-28
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa setiap 100 penduduk usia
produktif terdapat 51 penduduk usa non produktif . Hal tersebut menunjukkan
bahwa rasio ketergantungan penduduk di Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
termasuk ke dalam kategori rasio ketergantungan yang rendah (<60). Hal ini
mengindikasikan bahwa penduduk di Kawasan Timuran (berdasarkan kondisi
demografisnya) merupakan penduduk yang seharusnya mampu dikembangkan
dan diberdayakan secara sumber daya manusianya untuk pemenuhan sektor
lapangan pekerjaan. Sekaligus di sisi lain, masyarakat ini merupakan masyarakat
yang perlu difasilitasi dalam hal lapangan pekerjaan.

5.1.3.3 Analisis Interaksi Sosial dan Partisipasi Masyarakat


5.1.3.3.1 Analisis Interaksi dan Karakteristik Sosial Kawasan Timuran
Karakteristik sosial masyarakat di Kawasan Timuran dapat dianalisis
berdasarkan blok-blok tertentu untuk mengetahui kecenderungan interaksi sosial
masyarakat dan konflik sosial yang ada di tiap blok.

V-29
Gambar 5.11 Pemetaan Karakteristik Interaksi Sosial di Kawasan Timuran
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-30
Karakteristik interaksi sosial masyarakat di kawasan timuran cenderung
beragam. Pada area tertentu, interaksi sosial seperti tidak terjadi karena karakteristik
bangunan dan fasilitas atau ruang yang tidak tersedia.
Sedangkan analisis partisipasi masyarakat dilakukan dengan menggunakan
tangga partisipasi Arnstein. Dalam menganalisis partisipasi masyarakat dalam tangga
partisipasi arnstein, terlebih dahulu akan dilakukan analisis mengenai jenis kegiatan
dan penyelenggara atau inisiatornya.
Tabel 5.20 Jenis Kegiatan Dan Inisiator di Kawasan Perencanaan

Nama Kegiatan Lingkup Kegiatan Frekuensi Bentuk Aktivitas


Perkumpulan Kepala Keluarga RT Sebulan sekali Pertemuan Rutin
Pertemuan Karang Taruna RT (hanya RT 04 Sebulan Sekali Pertemuan Rutin
RW 01)
Kegiatan Bersih Lngkungan RT Insidental
Peringatan 17 Agustus RT Setahun Sekali Lomba-lomba, malam
tirakat, pengumuman-
pengumuman
Gerakan Wajib Belajar RT Setiap Hari Pendampingan belajar pada
usia wajib belajar
Posyandu Balita RW Sebulan Sekali Sosialisasi Kesehatan Ibu
dan Anak, Vaksinasi,
Imunisasi
Posyandu Lansia Kelurahan Sebulan Sekali Sosialisasi Kesehatan
Penyembelihan Qurban Lingkungan Jamaah Setahun Sekali
Masjid
Sosialisasi kesehatan Kelurahan; Insidental Sosialisasi untuk agenda-
Puskesmas agenda tertentu, misal
AIDS; TBC
Musyawarah Lingkungan RT RT Rangkaian Pembahasan
Musrenbang permasalahan/isu
lingkungan sekitar
Musyawarah Lingkungan RW RW Rangkaian Pembahasan
Musrenbang permasalahn/isu dari
lingkup RT
MusrenbangDES Kelurahan Setahun Sekali Pembahasan
permasalahan/isu tingkat
kelurahan
Patroli Keamanan Kelurahan 24/7 Patroli Siang dan Malam

V-31
Nama Kegiatan Lingkup Kegiatan Frekuensi Bentuk Aktivitas
Forum Anak Kota Surakarta Kota Setahun Sekali
Kirab Budaya Timuran Kelurahan Setahun Sekali Kirab yang diikuti
masyarakar, LPMK , dan
sebagian pelaku usaha di
kelurahan Timuran,
pertunjukan budaya
Kirab Bubur Suran Kota Setahun Sekali Mengirimkan perwakilan
dari kelurahan untuk turut
berpartisipasi dalam
pelestarian budaya skala
Kota
Forum Anak Kota Surakarta Kota Setahun Sekali Mengirimkan perwakilan
untuk mengikuti agenda
pertemuan forum anak
skala kota

Instansi

Komunitas

Masyarakat

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019


Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa jenis aktivitas sosial maupun
budaya yang diakomodasi di Kawasan Perencanaan cukup sering diinisiasi oleh
masyarakat sendiri maupun oleh Kelurahan Timuran. Dari tabel di atas, dapat
digambarkan bagaimana berbagai jenis kegiatan tersebut juga mengakomodasi
partisipasi masyarakat pada tiap level usia maupun pada tiap gender.

5.1.3.3.2 Analisis Partisipasi Masyarakat Kawasan Timuran


Analisis partisipasi masyarakat digunakan untuk menilai sejauh apa level
partisipasi masyarakat dalam suatu penerapan program atau kebijakan. Dalam
melakukan analisis partisipasi masyarakat di Kawasan Timuran, digunakan tangga
partisipasi Arnstein yang dilakukan dengan menggunakan teknik skoring. Hal ini

V-32
dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penentuan strategi atau program yang
sesuai dengan karakter dan level partisipasi masyarakat. Pada dasarnya, level
partisipasi dalam tangga Arnstein terdapat 8 tingkatan yang pada analisis ini akan
digunakan sebagai skor dalam penilaian partisipasi masyarakat di Kawasan Timuran.
Tingkatan partisipasi pada tiap anak tangga memiliki parameter yang berbeda
diantaranya
Tabel 5.21 Skor Penilaian Level Partisipasi Arnstein
Level Penjelasan Skor
Citize Control Inisiasi sepenuhnya datang dari masyarakat baik dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian, tanggung jawab, 8
pembiayaan, dan pemeliharaan.
Delegate Power Inisiasi sudah datang dari masyarakat untuk melakukan perencanaan,
pelaksanaan, pengoperasiang, tanggung jawab, dan pemeliharaan 7
dengan meminta bantuan dari pihak terkait.
Partnership Inisiasi sudah datang dari masyarakat tetapi pada perencanaan masih
6
dibantu oleh pihak terkait dengan adanya kesamaan peran
Placation Masyarakat sudah melakukan kegiatan di atas secara sukarela, sudah
mengetahui manfaatnya, sudah ada keinginan untuk berpendapat, dan 5
masyarakat dipersilahkan menyampaikan usulan mengenai hal tersebut.
Consulting Masyarakat sudah melakukan kegiatan secara sukarela, sudah
mengetahui manfaatnya, dan masyarakat membuat usulan untuk hal 4
tersebut, meskipun belum ada jaminan usulan diterima.
Informing Masyarakat sudah mendapatkan informasi mengenai manfaat dari
3
kegiatan pengelolaan, tetapi tidak diberi kesempatan berpendapat
Therapy Masyarakat melakukan kegiatan dengan terpaksa, namun sudah
2
dijelaskan dan mengetahui manfaatnya
Manipulation Masyarakat melakukan kegiatan dengan terpaksa, tanpa mengetahui
1
manfaatnya
Sumber: Permatasari, Soemirat, & Ainun, 2018
Tiap jenis kegiatan di Kawasan Timuran, selanjutnya dianalisis dengan metode
skoring untuk menentukan level partisipasi masyarakat secara keseluruhan.

V-33
Tabel 5.22 Skor Partisipasi Arnstein Masyarakat Kawasan Timuran

Nama Kegiatan Skor Partisipasi Keterangan


Arnstein
Perkumpulan Kepala Keluarga 8 Karena rutin dan diinisiasi dan
dikelola oleh masyarakat sendiri
Pertemuan Karang Taruna 6 Karena masih ada keterlibatan RT
dalam keaktifan karang taruna
Kegiatan Bersih Lngkungan 6 Karena ada keterlibatan pengurus
RT dalam kelangsungan kegiatan
Peringatan 17 Agustus 7 Inisiasi dan keinginan datang dari
masyarakat, namun tetap dikelola
oleh pengurus RT atau karang
taruna
Gerakan Wajib Belajar 4 Karena dalam tahap ini, masyarakat
sadar, namun tidak bisa menentang
karena merupakan kebijakan
Posyandu Balita 6 Karena ada keterlibatan instansi
dalam keaktifan masyarakat
Posyandu Lansia 6 Karena ada keterlibatan instansi
dalam keaktifan masyarakat
Penyembelihan Qurban 8 Diinisiasi dan dikelola oleh
masyarakat itu sendiri
Sosialisasi kesehatan 5 Masyarakat hanya menjadi bagian
dari program suatu instansi namun
berpartisipasi karena sadar akan
manfaatnya
Musyawarah Lingkungan RT 6 Masyarakat secara sadar
berpartisipasi namun masih
dikoordinasi oleh pengurus RT
Musyawarah Lingkungan RW 6 Masyarakat secara sadar
berpartisipasi namun masih
dikoordinasi oleh pengurus RW
MusrenbangDES 6 Masyarakat secara sadar
berpartisipasi namun masih
dikoordinasi oleh pengurus
Kelurahan
Patroli Keamanan 3 Patroli keamanan disini sebagai
bagian dari kegiatan dan program
kelurahan.
Forum Anak Kota Surakarta 5 Secara sadar dan sukarela
mengikuti, namun sebatas mengikuti

V-34
Nama Kegiatan Skor Partisipasi Keterangan
Arnstein
suatu kegiatan yang memungkinkan
adanya diskusi
Kirab Budaya Timuran 7 Inisiasi dan keinginan masyarakat
turut terlibat, namun masih dikelola
dengan pendanaan kelurahan
Kirab Bubur Suran 6 Masyarakat secara sadar
berpartisipasi namun merupakan
bagian dari program Kota.
Total Skor 95
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Dari skoring tersebut didapatkan total skor 95 poin atau dengan rata-rata nilai
partisipasi 5,94 atau dapat dibulatkan ke angka 6. Pada level ini, partisipasi
masyarakat di Kawasan Timuran menempati level partisipasi “PARTNERSHIP”
yaitu Inisiasi sudah datang dari masyarakat tetapi pada perencanaan masih dibantu
oleh pihak terkait dengan adanya kesamaan peran. Hal ini dapat diinterpretasikan
bahwa pelibatan masyarakat (partisipasi masyarakat) dalam agenda atau aktivitas
perencanaan di Kawasan Timuran akan lebih baik apabila menggunakan model
“partnership” sebagaimana dijelaskan di atas.
Meskipun interaksi sosial di masyarakat Kawasan Timuran antara masyarakat
yang bertempat tinggal di kawasan kumuh dan kawasan yang terkesan prifat (pada
bangunan yang memiliki pagar tinggi) tidak terjalin dengan baik dan seperti ada gap,
namun partisipasi masyarakat dalam agenda perencanaan atau dalam agenda kawasan
baik (ditunjukkan dalam analisis partisipasi masyarakat).
5.1.3.3.3 Analisis Pengaruh Aktivitas Pariwisata Budaya di Kawasan Timuran
Aktivitas atau kegiatan pariwisata budaya di Kawasan Timuran merupakan
salah satu aktivitas yang mempengaruhi kawasan. Analisis mengenai pengaruh
aktivitas pariwisata budaya di Kawasan Timuran bermandaat untuk melihat
keterkaitan aktivitas di sekitar kawaan dengan aktivitas masyarakat.

V-35
Tabel 5.23 Analisis Pengaruh Aktivitas Pariwisata Budaya di Kawasan Timuran
Dampak Terhadap Kawasan Aspek yang
Atraksi Wisata Lokasi Daya Tarik Intensitas
Timuran terdampak
EVENT
Ngarsopura Night Pasar Triwindu Keramaian, atraksi, dan aneka 2 kali per minggu; Memberi kesempatan bagi masyarakat Sosial
Market (Ngarsopuro) jajanan lokal yang hanya ada Sabtu dan Minggu kawasan timuran untuk terlibat dalam Ekonomi
tiap akhir pekan. Nuansa sore-malam kegiatan tersebut. Salah satu pintu Aksesibilitas
malam berakhir pekan di masuk/keluar ke Ngarsopuro Night
pusat kota Market
Car Free Day Koridor Jalan Slamet Keramaian, aneka jajanan, 1 kali per minggu; Ruang bersosialisasi masyarakat Sosial
Riyadi (Purwosari – suasana dan ruang setiap hari Minggu Kawasan Timuran, peluang ekonomi Ekonomi
Gladak) bersosialisasi di Minggu pagi 05.00-09.00 WIB (dengan ikut berjualan, parkir). Aksesibilitas
Car Free Night Koridor Jalan Slamet Keramaian, aneka jajanan, 1 tahun sekali Ruang bersosialisasi masyarakat Sosial
Riyadi (Solo Grand Mall- suasana dan even jalan bebas Kawasan Timuran, peluang ekonomi Ekonomi
Gladak) kendaraan di malam hari (dengan ikut berjualan, parkir). Aksesibilitas
Kirab Satu Suro Kawasan Istana Daya tarik keunikan dan nilai 1 tahun sekali; pada Sedikit dilalui rute kirab, kunjungan Fisik
Mangkunegaran Mangkunegaran dan Jalan warisan budaya Hari Raya Islam wisatawan yang singgah di hostel Sosial
diluar tembok maupun hotel di Kawasan Timuran Ekonomi
mangkunegaran meningkat; potensi parkir dan aktivitas Aksesibilitas
ekonomi lain (berjualan)
Mangkunegaran Jazz Kawasan Istana Even musik Insidental Kunjungan wisatawan yang singgah di Sosial
Festival Mangkunegaran (tergantung hostel maupun hotel di Kawasan Ekonomi
promotor) Timuran meningkat; potensi parkir dan Aksesibilitas
aktivitas ekonomi lain (berjualan)
Mangkunegaran Kawasan Istana Even musik Insidental Kunjungan wisatawan yang singgah di Sosial
Performing Art Mangkunegaran hostel maupun hotel di Kawasan Ekonomi
Timuran meningkat; potensi parkir dan Aksesibilitas
aktivitas ekonomi lain (berjualan)
Kirab Budaya Timuran Kelurahan Timuran Panggung Budaya 1 tahun sekali Peningkatan Partisipasi, Potensi Fisik
ekonomi insidental, peningkatan Sosial
wisatawan Ekonomi
Aksesibilitas
OBJEK
Istana Mangkunegaran Objek wisata budaya Setiap hari Singgah dan/atau berinteraksi di Fisik
Surakarta penginapan, tempat makan, atau Ekonomi
semacamnya Kawasan Timuran Aksesibilitas
Pasar Triwindu Objek wisata budaya Setiap hari Singgah dan/atau berinteraksi di Sosial
(Ngarsopuro) Surakarta penginapan, tempat makan, atau Ekonomi
semacamnya Kawasan Timuran Aksesibilitas
V-36
Dampak Terhadap Kawasan Aspek yang
Atraksi Wisata Lokasi Daya Tarik Intensitas
Timuran terdampak
Monumen/Museum Wisata sejarah Setiap Hari 08.30- Singgah dan/atau berinteraksi di Fisik
Pers Nasional 15.30 WIB penginapan, tempat makan, atau Ekonomi
semacamnya Kawasan Timuran
Dalem Padmosusastran Bangunan Cagar Budaya Belum dikelola dan Merupakan aset budaya di kawasan Fisik
dimanfaatkan timuran
LINKAGE
Kawasan Sriwedari- Linkage objek wisata sejarah Salah satu jalan di Kawasan Timuran Fisik
Museum Pers-Istana merupakan akses penghubung satu Ekonomi
Mangkunegaran objek dengan objek yang lain Aksesibilitas
Pasar Triwindu-Istana Linkage objek wisata budaya Salah satu jalan di Kawasan Timuran Fisik
Mangkunegaran- merupakan akses penghubung satu Ekonomi
Kawasan Sriwedari objek dengan objek yang lain Aksesibilitas
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-37
EVENT
Kirab Budaya Timuran
Rute Kirab Budaya Timuran

OBJEK
Istana Mangkunegaran
Pasar Triwindu/ Koridor Ngarsopuro

EVENT
Ngarsopura Night Market
OBJEK
Museum Pers Nasional Kirab Satu Suro Mangkunegaran

Dalem Padmosusastran Mangkunegaran Jazz Festival

LINKAGE Mangkunegaran Performing Art

Kawasan Sriwedari- Museum Pers-Istana Mangkunegaran Sirkulasi Masuk Event /


Lokasi
Pasar Triwindu-Istana Mangkunegaran- Kawasan Sriwedari
Sirkulasi Keluar Event /
Linkage destinasi wisata

Gambar 5.12 Pemetaan Atraksi Wisata Budaya disekitar Kawasan Timuran


Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-38
5.1.4 Analisis Ekonomi
5.1.4.1 Analisis Tingkat Ekonomi Penduduk
Analisis tingkat ekonomi penduduk dilakukan untuk mengetahui
kemampuan masyarakat untuk mencukupi kebutuhan dan kemampuannya dalam
berkontribusi terhadap pembangunan lingkungan, sehingga dapat dijadikan dasar
dalam melakukan perencanaan. Analisis tingkat ekonomi penduduk dilihat dari
data mata pencaharian penduduk, data pendapatan penduduk, dan data kemiskinan
penduduk.

Distribusi Mata Pencaharian Penduduk


Buruh
Pemilik
Industri
Usaha
9%
4%
Pensiunan
14%
PNS/TNI/POL
RI
17%

Buruh
Bangunan
Angkutan Pedagang
42%
1% 13%

Gambar 5.13 Distribusi Mata Pencaharian Penduduk


Sumber : Kecamatan Banjarsari Dalam Angka, 2018
Dari data mata pencaharian penduduk, diketahui bahwa sebesar 42%
penduduk bermatapencaharian sebagai buruh bangunan. Mata pencaharian buruh
bangunan merupakan jenis mata pencaharian yang mendominasi pada kawasan
perencanaan, sedangkan setelah mata pencaharian buruh bangunan, terdapat mata
pencaharian PNS/TNI/POLRI, pensiunan, pedagang, buruh industri, pemilik
usaha, dan angkutan. Sehingga diketahui bahwa mata pencaharian penduduk
didominasi oleh sektor informal, yaitu kegiatan ekonomi berskala kecil dan
terdapat keterbatasan ketrampilan.
Dilihat dari besaran pendapatan, kegiatan perdagangan memperoleh
pendpatan paling besar tiap bulannya. Sedangkan pendapatan penduduk dengan
mata pencaharian sektor lainnya berada di bawah UMR. Selain itu, sebesar 71%
Kepala Keluarga pada kawasan perencanaan menerima bantuan raskin dari
Pemerintah Kota Surakarta. Dari data tersebut didapatkan bahwa masih banyak

V-39
penduduk yang memiliki pendapatan dibawah UMR. Sehingga belum bisa secara
mandiri memenuhi kebutuhannya.
Tabel 5.24 Besar Pendapatan Penduduk Kawasan Perencanaan Timuran Tahun 2019

Mata Pencaharian Pendapatan/bulan


Petugas Parkir 900.000
Petugas Keamanan 900.000
Buruh Bangunan 900.000
Buruh Serabutan 600.000
Pedagang 2.000.000
Sumber : Wawancara Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Kondisi ekonomi penduduk ini berdampak pada kemampuan masyarakat
dalam menciptakan lingkungan hunian yang nyaman dan sehat. Sehingga dengan
tingkat kemampuan ekonomi yang rendah, masyarakat kawasan perencanaan
belum mampu untuk menciptakan lingkungan hunian yang nyaman dan sehat
yang menyebabkan masih terdapatnya lingkungan perumahan permukiman yang
kumuh pada kawasan perencanaan. Selain itu, kondisi ekonomi penduduk yang
tergolong rendah ini juga merupakan suatu potensi untuk mendukung konsep
perencanaan yaitu kampung kota pendukung pariwisata dari segi sumber daya
manusia masyarakat kampung kota. Penduduk kawasan yang bekerja pada sektor
informal lebih memiliki banyak waktu dirumah untuk mengelola kampung
sebagai penunjang wisata.

5.1.4.2 Analisis Sektor Basis Kawasan


Analisis sektor basis kawasan dilakukan dengan perbandingan PDRB
menurut lapangan usaha ADHK 2010 Kota Surakarta tahun 2017 dengan PDRB
kawasan. Untuk mendapatkan PDRB kawasan dilaukan dengan perbandingan
sektor PDRB dengan sektor tenaga kerja pada tingkat kota dengan tingkat
kawasan.

Tabel 5.25 PDRB Kota Surakarta dan PDRB Kawasan Tahun 2017
Sektor PDRB Kota Surakarta PDRB Kawasan
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 136519.99 0
Pertambangan dan penggalian 530.74 0
Industri Pengolahan 2446405.47 0
Pengadaan Listrik, Gas, dan Air Bersih 72109.52 0
Konstruksi 8255938.75 0
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7415193.59 194515.5601
Pengangkutan dan Transportasi 908893.25 17563.15459
Keuangan dan Jasa Perusahaan 1324758.23 0

V-40
Jasa-Jasa 308354.58 1503.080694
TOTAL 20868704.12 213581.7954
Sektor PDRB Kota Surakarta PDRB Kawasan
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 136519.99 0
Pertambangan dan penggalian 530.74 0
Industri Pengolahan 2446405.47 0
Pengadaan Listrik, Gas, dan Air Bersih 72109.52 0
Konstruksi 8255938.75 0
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7415193.59 194515.5601
Pengangkutan dan Transportasi 908893.25 17563.15459
Keuangan dan Jasa Perusahaan 1324758.23 0
Jasa-Jasa 308354.58 1503.080694
TOTAL 20868704.12 213581.7954
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Dari data PDRB diatas dilakukan perhitungan LQ, didapatkan bahwa


sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran serta sektor Pengangkutan dan
Transportasi merupakan sektor basis kawasan. Hasil perhitungan LQ tersebut
sesuai dengan keadaan ekonomi kawasan yang didominasi oleh kegiatan
perdagangan, hotel, dan restoran. Sehingga kegiatan sektor perdagangan, hotel,
dan restoran pada kawasan perencanaan mampu untuk melayani kebutuhan
hingga luar kawasan. Hasil perhitungan LQ dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.26 Hasil Analisis LQ


Sektor LQ Keterangan
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0 Non basis
Pertambangan dan penggalian 0 Non basis
Industri Pengolahan 0 Non basis
Pengadaan Listrik, Gas, dan Air Bersih 0 Non basis
Konstruksi 0 Non basis
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2.563086 Basis
Pengangkutan dan Transportasi 1.888082 Basis
Keuangan dan Jasa Perusahaan 0 Non basis
Jasa-Jasa 0.476281 Non basis
Sektor LQ Keterangan
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0 Non basis
Pertambangan dan penggalian 0 Non basis
Industri Pengolahan 0 Non basis
Pengadaan Listrik, Gas, dan Air Bersih 0 Non basis
Konstruksi 0 Non basis
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2.563086 Basis
Pengangkutan dan Transportasi 1.888082 Basis
Keuangan dan Jasa Perusahaan 0 Non basis
Jasa-Jasa 0.476281 Non basis
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-41
5.1.4.3 Analisis Potensi Ekonomi Kawasan
Kawasan perencanaan terletak pada kawasan strategis kota dengan
peruntukan salah satunya sebagai kawasan perdagangan dan jasa. Pada kawasan
perencanaan, kegiatan ekonomi sangat beragam. Banyak terdapat kegiatan
ekomoni terutama di sepanjang Jalan slamet Riyadi, Jalan Ronggowarsito, Jalan
Gajahmada, Jalan Kartini dan Jalan Yosodipuro. Kegiatan ekonomi tersebut
antara lain pertokoan, restoran, hotel, maupun kegiatan ekonomi skala kecil
seperti toko kelontong dan warung makan. Persebaran kegiatan ekonomi dapat
dilihat pada Gambar 5.14
Dilihat dari skala kegiatan ekonomi yang ada pada kawasan perencanaan,
kegiatan ekonomi pada kawasan perencanaan didominasi oleh skala kegiatan
ekonomi yang besar seperti pertokoan atria, hotel-hotel, super indo, restoran-
restoran, bengkel motor dan mobil, serta kegiatn ekonomi lainnya. Kegiatan
ekonomi skala besar tersebut umumnya dilakukan bukan oleh penduduk kawasan
Namun penduduk kawasan juga memperoleh keuntungan dengan banyaknya
kegiatan ekonomi yang dilakukan pada kawasan perencanaan melalui tenaga kerja
dan CSR. Banyak penduduk yang bekerja menjadi karyawan, peugas keamanan,
petugas kebersihan, maupu petugas parkir. Selain itu, juga terdapat kegiatan
ekonomi skala kecil yang dilakukan oleh penduduk setempat seperi toko
kelontong dan warung makan. (Peta skala kegiatan ekonomi dapat dilihat pada
Gambar 5.15. Oleh sebab itu, dari banyaknya kegiatan ekonomi pada kawasan
perencanaan yang dilakukan oleh penduduk dari luar kawasan dapat diketahui
bahwa kawasan memiliki potensi nilai lahan yang tinggi terutama digunakan
untuk kegiatan perdagangan dan jasa, namun masyarakat kawasan belum dapat
memanfaatkan secara langsung.
Kegiatan ekonomi skala besar terutama pada sektor perdagangan dan jasa
memiliki rantai kegiatan perdagangan dan jasa yang dimulai dari adanya komoditi
yang heterogen yang berasal dari luar kawasan. Kemudian dalam proses
penampungan barang dilakukan pada sebuah gudang yang terdapat di dalam
kawasan maupun di luar kawasan. Gudang yang berada di dalam kawasan
menjadi satu dengan bangunan toko. Sedangkan konsumen datang dari dalam
kawasan sendiri maupun dari luar kawasan.

V-42
Dengan adanya potensi ekonomi berupa kegiatan perddagangan dan jasa
yang telah berkembang dan menjadi sektor basis kawasan, maka dapat pula
dijadikan sebagai nilai tambah untuk mendukung konsep kawasan sebagai
kampung kota penunjang wisata. Hotel-hotel yang ada pada kawasan perencanaan
dapat dijadikan sebagai akomodasi wisata untuk kelas menengah keatas,
sedangkan untuk kelas backpacker dapat diakomodasi dengan adanya homestay.
Kegiatan perdagangan juga dapat terus dikembangkan terutama untuk mendukung
pariwisata seperti adanya minimarket dan rumah makan.

V-43
Gambar 5.14 Peta Persebaran Kegiatan Ekonomi V-44
Sumber :Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Gambar 5.15 Peta Skala Kegiatan Ekonomi V-45
Sumber :Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
5.1.4.1 SWOT Sektor Ekonomi

Tabel 5.27 SWOT Sektor Ekonomi


S W O T
Lokasi kawasan Adanya persaingan
Banyak lapangan Tingkat Ekonomi
perencanaan terletak memperoleh
pekerjaan yang dapat Penduduk belum
pada lokasi strategis pekerjaan dengan
dimanfaatkan mandiri
perdaganagn dan jasa penduduk luar
Skala pelayanan
kegiatan ekonomi Pelaku kegiatan
bukan hanya ekonomi bukan - -
melayani kebutuhan penduduk setempat
kawasan
Sektor Perdagangan,
Hotel, dan Restoran
serta sektor
Pengangkutan dan - - -
Transportasi
merupakan sektor
basis kawasan
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

5.1.5 Analisis Sarana


Berdasarkan hasil survei primer dan sekunder yang telah dilakukan di
Kawasan Perencanaan dapat diketahui bahwa di dalam Kawasan Perencanaan
sudah ditunjang oleh berbagai sarana dasar untuk permukiman, mulai dari sarana
pemerintahan dan pelayanan umum, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana
peribadatan, sarana perdagangan dan jasa, dan sarana ruang terbuka, taman, dan
lapangan olahraga serta sarana kebudayaan dan rekreasi. Selanjutnya data yang
telah didapatkan dilakukan tahapan analisis data menggunakan beberapa analisis
diantaranya analisis persebaran sarana permukiman, analisis jangkauan pelayanan
sarana permukiman, dan analisis kebutuhan sarana permukiman,. Berikut ini
adalah analisis dari tiap sarana yang ada di Kawasan Perencanaan.

5.1.5.1 Analisis Persebaran Sarana Permukiman


Analisis persebaran sarana permukiman bertujuan untuk mengetahui
persebaran letak sarana permukiman di Kawasan Perencanaan. Analisis
persebaran sarana permukiman menggunakan input data meliputi data letak sarana
pemerintahan dan pelayanan umum, data letak sarana pendidikan, data letak
sarana kesehatan, data letak sarana peribadatan, data letak sarana perdagangan dan
jasa, serta data letak sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan olahragaserta

V-46
sarana kebudayaan dan rekreasi. Keluaran analisis ini berupa peta persebaran letak
– letak sarana permukiman. Berikut adalah uraian hasil analisis persebaran sarana
permukiman di Kawasan Perencanaan.

a. Analisis Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum


Pada Kawasan Perencanaan, sarana pemerintahan dan pelayanan umum
yang terdiri dari pos hansip dan balai pertemuan sudah tersedia. Persebaran sarana
tersebut sudah merata karena hampir di setiap RT memiliki pos hansip dan balai
pertemuan dengan kondisi sarana tergolong dalam kondisi cukup baik, terlihat
dari kondisi bangunan yang masih nyaman untuk kegiatan bersosialisasi di
masyarakat. Berikut ini merupakan gambaran sarana pemerintahan dan pelayanan
umum yang ada di Kawasan Perencanaan

Gambar 5.16 Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum


Sumber :Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-47
Gambar 5.17 Peta Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Sumber : Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-48
b. Analisis Persebaran Sarana Pendidikan
Pada Kawasan Perencanaan, sarana pendidikan yang terdiri dari Taman
Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Dalam Kawasan Perencanaan terdapat satu lokasi TK, dua SD dan juga satu
lokasi SMP. Peresebaran sarana pendidikan sudah cukup merata di Kawasan
Perencanaan. Sarana pendidikan yang tersebar di Kawasan Perencanaan tergolong
dalam kondisi baik, terlihat dari kondisi bangunan yang masih nyaman untuk
proses belajar mengajar. Berikut ini merupakan gambaran sarana pendidikan yang
ada di kawasan perencanaan.

Gambar 5.18 Sarana Pendidikan


Sumber : Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-49
Gambar 5.19 Peta Persebaran Sarana Pendidikan
Sumber : Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
V-50
c. Analisis Persebaran Sarana Kesehatan

Pada Kawasan Perencanaan, sarana kesehatan yang terdiri dari Posyandu,


dan juga Puskesmas Pembantu sudah tersedia. Dalam Kawasan Perencanaan
terdapat empat lokasi posyandu dan satu lokasi puskesmas pembantu. Persebaran
dari sarana kesehatan ini cudah cukup merata. Kondisi dari sarana kesehatan yang
tersebar di Kawasan Perencanaan tergolong dalam kondisi baik, terlihat dari
kondisi bangunan yang masih nyaman untuk kegiatan pelayanan kesehatan.
Berikut ini merupakan gambaran sarana kesehatan yang ada di Kawasan
Perencanaan:

Gambar 5.20 Sarana Kesehatan


Sumber : Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-51
Gambar 5.21 Peta Persebaran Sarana Kesehatan
Sumber : Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019 V-52
d. Analisis Persebaran Sarana Peribadatan
Pada Kawasan Perencanaan, sarana peribadatan yang hanya terdiri dari
Masjid yang sudah tersedia. Dalam Kawasan Perencanaan terdapat dua lokasi
Masjid. Di Kawasan Perencaan persebaran sarana peribadatan kurang merata.
Kondisi dari sarana peribadatan yang tersebar di Kawasan Perencanaan tergolong
dalam kondisi baik, terlihat dari kondisi bangunan yang masih nyaman untuk
aktivitas beribadah dan sarana peribadatan berupa masjid masih ada yang dalam
proses pembangunan. Berikut ini merupakan gambaran sarana peribadatan yang
ada di Kawasan Perencanaan:

Gambar 5.22 Sarana Peribadatan


Sumber : Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-53
Gambar 5.23 Peta Persebaran Sarana Peribadatan
Sumber : Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-54
e. Analisis Persebaran Sarana Perdagangan dan Jasa
Pada Kawasan Perencanaan, sarana perdagangan dan jasa yang terdiri dari
toko atau warung yang menjual kebutuhan pokok sehari – hari dan deretan
pertokoan yang sebagian besar berada di pinggir jalan utama kawasan, terdapat
juga perhotelan yang berada di dekat jalan arteri. Persebaran sarana perdagangan
dan jasa ini sudah sangat merata di kawasan perencanaan. Kondisi dari sarana
perdagangan dan jasa yang tersebar di Kawasan Prioritas tergolong dalam kondisi
baik, terlihat dari kondisi bangunan yang masih nyaman untuk aktivitas berjual
beli. Berikut ini merupakan gambaran sarana perdagangan dan jasa yang ada di
kawasan:

Gambar 5.24 Sarana Perdagangan dan Jasa


Sumber : Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-55
Gambar 5.25 Peta Persebaran Sarana Perdagangan dan Jasa
Sumber : Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-56
f. Analisis Persebaran Sarana Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan
Olahraga
Pada Kawasan Perencanaan, sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan
olahraga yang terdiri dari lahan kosong yang terkadang dimanfaatkan sebagai
ruang parkir kendaraan para warga dan tidak dimanfaatkan dengan baik, serta
belum terdapat taman di kawasan. Persebaran sarana ruang terbuka ini masih
belum merata. Kondisi dari sarana ruang terbuka, dan taman, yang tersebar di
Kawasan Perencanaan tergolong dalam kondisi kurang baik karena kurang terawat
terlihat dari kondisi lahan kosong yang ditumbuhi rerumputan. Berikut ini
merupakan gambaran sarana ruang terbuka, dan taman, yang ada di Kawasan
Perencanaan:

Gambar 5.26 Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olahraga


Sumber : Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-57
Gambar 5.27 Peta Persebaran Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapanagan Olahraga
Sumber : Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
V-58
g. Analisis Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi
Pada Kawasan Perencanaan, terdapat kebudayaan dan rekreasi yang
terdiri dari Museum Pers. Di Kawasan Perencanaan hanya ada satu sarana
kebudayaan dan rekreasi yang terletak dekat dengan jalan arteri. Kondisi dari
kebudayaan dan rekreasi ini terbilang dalam kondisi yang baik Berikut ini
merupakan gambaran sarana kebudayaan dan rekreasi yang ada di Kawasan
Perencanaan:

Gambar 5.28 Sarana Kebudayaan dan Rekreasi


Sumber : Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-59
Gambar 5.29 Peta Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi
Sumber : Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
V-60
Gambar 5.30 Peta Persebaran Sarana Permukiman di Kawasan Perencanaan
Sumber: Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-61
5.1.5.2 Analisis Jangkauan Pelayanan Sarana Permukiman
Analisis jangkauan pelayanan sarana permukiman bertujuan untuk
mengetahui tingkat jangkauan pelayanan sarana permukiman di Kawasan
Perencanaan. Analisis jangkauan pelayanan sarana permukiman menggunakan
input data meliputi data persebaran sarana pemerintahan dan pelayanan umum,
data persebaran sarana pendidikan, data persebaran sarana kesehatan, data
persebaran sarana peribadatan, data persebaran sarana perdagangan dan jasa, serta
data persebaran sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan olahraga serta sarana
kebudayaan dan rekreasi. Selanjutnya data tersebut dibandingkan dengan
ketentuan – ketentuan pada SNI 03 – 1733 – 2004 Tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan untuk mengetahui jangkauan pelayanan
setiap sarana permukiman. Keluaran analisis ini berupa peta jangkauan pelayanan
sarana permukiman. Berikut adalah uraian hasil analisis jangkauan pelayanan
sarana permukiman di Kawasan Perencanaan:

a. Analisis Jangkauan Pelayanan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan


Umum
Hasil dari analisis jangkauan pelayanan sarana pemerintahan dan
pelayanan umum berupa balai pertemuan, pos hansip, MCK umum, Kantor
Kelurahan, Kantor Polisi dan Kantor swasta sudah menjangkau keseluruh
Kawasan Perencanaan.

b. Analisis Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan


Hasil dari analisis jangkauan pelayanan sarana pendidikan berupa Taman
Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sudah menjangkau keseluruh Kawasan Perencanaan.

c. Analisis Jangkauan Pelayanan Sarana Kesehatan


Hasil dari analisis jangkauan pelayanan sarana kesehatan berupa Posyandu
dan Puskesmas Pembantu yang sudah menjangkau keseluruh Kawasan
Perencanaan

V-62
d. Analisis Jangkauan Pelayanan Sarana Peribadatan
Hasil dari analisis jangkauan pelayanan sarana peribadatan berupa Masjid
sudah menjangkau keseluruh Kawasan Perencanaan

e. Analisis Jangkauan Pelayanan Sarana Ruang Terbuka, Taman dan


Lapangan Olahraga
Hasil dari analisis jangkauan pelayanan sarana ruang terbuka, taman, dan
lapangan olahraga berupa ruang terbuka hijau dan taman sudah menjangkau
keseluruh Kawasan Prerencanaan

f. Analisis Jangkauan Pelayanan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi


Hasil dari analisis jangkauan pelayanan sarana kebudayaan dan rekreasi,
berupa Monumen Pers sudah menjangkau keseluruh Kawasan Prerencanaan

V-63
Gambar 5.31 Peta Jangkauan Pelayanan Sarana Permukiman di Kawasan Perencanaan
Sumber :Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-64
Gambar 5.32 Peta Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
V-65
Gambar 5.33 Peta Jangkauan Pelayanan Sarana Kesehatan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019 V-66
Gambar 5.34 Peta Jangkauan Pelayanan Sarana Peribadatan V-67
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Gambar 5.35 Peta Jangkauan Pelayanan Sarana Perdagangan dan Jasa
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
V-68
Gambar 5.36 Peta Jangkauan Pelayanan Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olahraga
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019 V-69
Gambar 5.37 Peta Jangkauan Pelayanan Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olahraga
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019 V-70
5.1.5.3 Analisis Kebutuhan Sarana Permukiman
Analisis kebutuhan pelayanan sarana permukiman bertujuan untuk
mengetahui jumlah kebutuhan sarana permukiman di Kawasan Perencanaan
hingga akhir tahun perencanaan. Analisis kebutuhan sarana permukiman
menggunakan input data meliputi data proyeksi penduduk selama tahun
perencanaan, data jumlah eksisting sarana pemerintahan dan pelayanan umum,
data jumlah eksisting sarana pendidikan, data jumlah eksisting sarana kesehatan,
data jumlah eksisting sarana peribadatan, data jumlah eksisting sarana
perdagangan dan jasa, serta data jumlah eksisting sarana ruang terbuka, taman,
dan lapangan olahraga dan juga sarana kebudayaan dan rekreasi. Selanjutnya data
tersebut dibandingkan dengan ketentuan – ketentuan pada SNI 03 – 1733 – 2004
Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan untuk
mengetahui kebutuhan setiap sarana permukiman selama tahun perencanaan.
Keluaran analisis ini berupa deskripsi kebutuhan sarana permukiman. Berikut
adalah uraian hasil analisis kebutuhan sarana permukiman di Kawasan
Perencanaan:
a. Analisis Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Berikut merupakan tabel perhitungan kebutuhan saran pemerintahan dan
pelayanan umum di Kawasan Perencanaan :
Tabel 5.28 Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum pada Tahun
Perencanaan
Sarana Pemerintahan Jumlah Tambahan
Threshold Kebutuhan Ketersediaan
dan Pelayanan Umum Penduduk Sarana
Kantor Kelurahan 2072 30000 1 1 0
Balai Pertemuan 2072 2500 1 3 0
Pos Hansip 2072 2500 1 1 0
Kantor Polisi 2072 120000 1 1 0
MCK Umum 2072 4000 1 2 0
Sumber:Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan, kebutuhan akan sarana
pemerintahan dan pelayanan umum di Kawasan Perencanaan untuk balai
pertemuan, MCK umum, dan pos hansip sudah mampu tercukupi oleh unit yang
tersedia. Kantor Kelurahan dan Kantor Polisi jangkauan pelayanannya hingga satu
kelurahan. Sehingga sampai akhir tahun perencanaan tidak memerlukan
penambahan sarana pemerintahan dan pelayanan umum di Kawasan Perencanaan.

V-71
Bila dilihat dari segi kualitas sarana yang tersedia di Kawasan Perencanaan
tergolong dalam kondisi yang baik dan terawat sehingga masih mampu
mengakomodir kebutuhan dari masyarakat.

b. Analisis Kebutuhan Sarana Pendidikan


Berikut merupakan tabel perhitungan kebutuhan saran pendidikan di
Kawasan Perencanaan :
Tabel 5.29 Kebutuhan Sarana Pendidikan pada Tahun Perencanaan
Sarana Jumlah Tambahan
Threshold Kebutuhan Ketersediaan
Pendidikan Penduduk Sarana
PAUD/TK 2072 1250 2 2 0
SD/Sederajat 2072 1600 2 2 0
SMP/SLTP 2072 4800 1 1 0
Sumber:Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan, kebutuhan akan sarana
pendidikan di Kawasan Perencanaan untuk Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah
dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) belum mendesak untuk
dilakukan penambahan hingga akhir tahun perencanaan. Untuk Sekolah
Menengah Atas (SMA) tidak tersedia di Kawasan Perencanaan. Sarana
pendidikan di dalam Kawasan Perencanaan sudah mampu mengakomodir
kebutuhan dari masyarakat.
c. Analisis Kebutuhan Sarana Kesehatan
Berikut merupakan tabel perhitungan kebutuhan saran kesehatan di
Kawasan Perencanaan :
Tabel 5.30 Kebutuhan Sarana Kesehatan pada Tahun Perencanaan
Sarana Jumlah Tambahan
Threshold Kebutuhan Ketersediaan
Kesehatan Penduduk Sarana
Posyandu 2072 1.250 2 4 0
Puskesmas 2072 30.000 1 1 0
Pembantu
Sumber:Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan, kebutuhan akan sarana
kesehatan di Kawasan Perencanaan untuk posyandu dan puskesmas pembantu
sudah mampu tercukupi oleh unit yang tersedia dan tidak memerlukan
penambahan unit hingga akhir tahun perencanaan. Bila dilihat dari segi kualitas
sarana yang tersedia di Kawasan Perencanaan tergolong dalam kondisi yang

V-72
cukup baik dan terawat sehingga masih mampu mengakomodir kebutuhan
pelayanan kesehatan masyarakat.
d. Analisis Kebutuhan Sarana Peribadatan
Berikut merupakan tabel perhitungan kebutuhan saran peribadatan di
Kawasan Perencanaan :
Tabel 5.31 Kebutuhan Sarana Peribadatan pada Tahun Perencanaan
Sarana Jumlah Tambahan
Threshold Kebutuhan Ketersediaan
Peribadatan Penduduk Sarana
Masjid 2072 2.500 1 2 0
Sumber:Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan, kebutuhan akan sarana
peribadatan di Kawasan Perencanaan untuk masjid sudah mampu tercukupi oleh
unit yang tersedia. Belum terdesak untuk dilakukan penambahan sarana
peribadatan hingga akhir tahun perencanaan. Bila dilihat dari segi kualitas sarana
yang tersedia di Kawasan Perencanaan tergolong dalam kondisi yang baik dan
terawat sehingga masih mampu mengakomodir kebutuhan peribadatan
masyarakat.

e. Analisis Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa


Berikut merupakan tabel perhitungan kebutuhan saran perdagangan dan jasa
di Kawasan Perencanaan :
Tabel 5.32 Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa pada Tahun Perencanaan
Sarana
Jumlah Tambahan
Perdagangan Threshold Kebutuhan Ketersediaan
Penduduk Sarana
dan Jasa
Toko/Warung 2072 250 9 178 0
Pertokoan 2072 6.000 4 0
Sumber:Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan, kebutuhan akan sarana
perdagangan dan jasa di Kawasan Perencanaan sudah mampu tercukupi oleh unit
yang tersedia dan juga mampu melayani hingga luar Kawasan Perencanaan.
Sehingga tidak memerlukan penambahan unit sarana perdagangan dan jasa
sampai akhir tahun perencanaan. Bila dilihat dari segi kualitas sarana yang
tersedia di Kawasan Perencanaan tergolong dalam kondisi yang baik dan terawat
sehingga masih mampu mendukung untuk aktivitas berjual beli di masyarakat.

V-73
f. Analisis Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan
Olahraga
Berikut merupakan tabel perhitungan kebutuhan saran ruang terbuka, taman
dan lapangan olahraga di Kawasan Perencanaan :
Tabel 5.33 Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman, Lapangan Olahraga pada
Tahun Perencanaan
Sarana
Ruang
Terbuka,
Jumlah Tambahan
Taman, Threshold Kebutuhan Ketersediaan
Penduduk Sarana
dan
Lapangan
Olahraga
Taman/ 2072 250 9 4 5
tempat
main
Sumber:Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan, kebutuhan akan sarana
ruang terbuka, taman, dan lapangan olahraga di Kawasan Perencanaan belum
mampu mencukupi kebutuhan di masyarakat sehingga diperlukan penambahan
berupa 5 unit taman/tempat bermain hingga akhir tahun perencanaan. Pada
Kawasan Perencanaan masih terdapat ruang terbuka yang belum dimanfaatkan
secara optimal sehingga kualitasnya menurun. Ruang terbuka menjadi tidak
terawat, ditumbuhi rerumputan, dan digunakan sebagai tempat parkir mobil.
Sehingga diperlukan penambahan serta mengajak warga sekitar untuk menjaga
dan memelihara sarana berupa taman agar mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat.
g. Analisis Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi
Berikut merupakan tabel perhitungan kebutuhan saran kebudayaan dan
rekreasi di Kawasan Perencanaan :
Tabel 5.34 Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi pada Tahun
Perencanaan
Sarana Jumlah Tambahan
Threshold Kebutuhan Ketersediaan
Rekreasi Penduduk Sarana
Gedung 2072 120.000 1 1 0
Serbaguna
Sumber:Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-74
Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan, kebutuhan akan sarana
kebudayaan dan rekreasi di Kawasan Perencanaan berupa Monumen Pers sudah
mampu tercukupi oleh unit yang tersedia. Tidak perlu adanya penambahan unit
rekreasi ini hingga akhir tahun perencanaan. Bila dilihat dari segi kualitas sarana
yang tersedia di Kawasan Perencanaan tergolong dalam kondisi yang baik dan
terawat sehingga masih mampu mengakomodir kebutuhan masyarakat.

5.1.5.4 SWOT Sektor Sarana

Tabel 5.35 SWOT Sektor Sarana


S W O T
Banyaknya kegiatan
Program penyediaan
ekonomi yang dapat
RTH permukiman
Kawasan perencanaan mengancam
Minimnya taman dan berupa taman
terlayani sarana keberadaan
lapangan olahraga lingkungan untuk
permukiman permukiman di
memenuhi kebutuhan
kawasan perencanaan
ruang terbuka hijau
Pemanfaatan ruang
terbuka yang belum
optimal
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

5.1.6 Sektor Prasarana


5.1.6.1 Jaringan Drainase
a. Analisis Ketersediaan Prasarana Drainase
Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air
permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan, yang
harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan (SNI 03-1733-2004).
Dalam prasarana drainase ini akan menggunakan analisis ketersediaan dan analisis
kapasitas. Saluran drainase yang ada di kawasan perencanaan terdiri dari saluran
drainase primer, sekunder, dan tersier.
Drainase primer dalam kawasan terdiri dari satu sungai yang dinamakan
Kali Toklo, kondisi drainase primer adalah sungai alami yang digunakan sebagai
tempat pembangan limbah air rumah tangga. Untuk drainase sekunder, sebagian
digunakan sebagai tempat pembangan sampah sehingga mengganggu aliran air.
Sedangkan untuk drainase tersier yang merupakan drainase yang berada di kiri
kanan jalan dengan dimensi relative kecil yang mana selain digunakan sebagai

V-75
aliran hujan, juga digunakan sebagai saluran pembuangan air limbah cuci rumah
tangga.
Drainase-drainase terbut terbagi menjadi dua tipe yakni drainase terbuka
dan drainase tertutup. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sebanyak 20%
drainase merupakan tipe drainase terbuka, sedangkan sisanya sebesar 80%
berjenis drainase tertutup. Selain itu untuk drainase tersier hampir semuanya
belum menggunakan sistem terpadu yang terpisah antara limbah dan air hujan.
Adanya kawasan tergenang banjir di di dalam kawasan terdapat dibeberapa titik
dengan luapan 30-50 cm dalam waktu satu jam, terjadi di setiap hujan deras yang
relatif lama.

Tipe Drainase

Terbuka
20%

Tertutup
80%

Gambar 5.38 Diagram Presentase Tipe Drainase Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber: Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Sedangkan untuk kondisi drainase-drainase yang tersebar di dalam kawasan


perencanaan dapat diidentifikasi melalui gambar-gambar berikut ini :

Gambar 5.39 Kondisi Drainase Tertutup Kawasan Permukiman Kumuh Timuran


Sumber: Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-76
Gambar 5.40 Kondisi Drainase Terbuka Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber: Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

b. Analisis Kapasitas dan Kebutuhan Prasarana Drainase


Dalam melakukan analisis kapasitas saluran drainase, dibutuhkan dimensi
saluran drainase seperti yang telah disebutkan di buku II kompilasi studio. Dalam
analisis ini membutuhkan data ketinggian elevasi, jumlah penduduk, kondisi rata-
rata drainase, tinggi dan lebar drainase, dan luas lahan. Berikut merupakan data
yang diketahui untuk menghitung kebutuhan drainase tersier :

• Jumlah penduduk 2019 = 2052 jiwa

• Lebar atas drainase tersier (b) 0,5 m


• Tinggi basah drainase tersier (h) 1,5 m
• Kemiringan dasar saluran (s) : ((96-93dpl)/15 (%) = 0,2 %

• Koefisien manning (n) = 0,013 (koefisien dinding saluran beton dengan


lengkungan dan sedikit gangguan)

• Intensitas Air Hujan (I) = 24 mm/hari

• Koefisien Pengaliran daerah perkotaan (C) = 0,70-0,95


Untuk dapat mengitung kapasitas drainase tersier diperlukan asumsi-asumsi
tertentu yang dituliskan sebagai berikut :

V-77
1. Tidak ada peningkatan debit limpasan untuk jenis pemanfaatan ruang
selain permukiman.
2. Kebutuhan area adalah 9,6 m2/orang
3. Air limbah yang dihasilkan 75% dari kebutuhan air bersih
4. Jumlah penduduk dalam 1 KK adalah 4 orang
5. Kebutuhan air adalah 70 liter/orang/hari
Maka perhitungan kapasitas drainase sebagai berikut :
Luas penampang
A = 0,5 x 1,5
= 0,75 m2
Keliling basah
P = b + 2h
= 0,5 + (2x1,5)
= 3,5 m
Jari-jari hindrolis

Debit saluran

Q = (1/0,013)x0,75x0,222/3x0,21/2
Q = 2,65 m3/detik
Debit Akibat curah hujan
Luas daerah pengaliran = 19,69 ha
=
= x 0,7 x 24 x 19,69
= 0,919 m3/detik

V-78
Debit Akibat air limbah
Air limbah yang dihasilkan adalah sekitar 75% dari air rata-rata yang
disalurkan ke daerah tersebut, sehingga limpasan oleh air limbah adalah:
Q limbah = rata-rata air disalurkan x 0,00000081 x jumlah penduduk
= 0,75 x 0.00000081 x 2052
= 0,00124659 m3/detik
Total Debit Limpasan
Q total = Q limpasan air hujan + Q limpasan air limbah
= 0,919 + 0,00124659
= 0,9202 m3/detik
Debit Saluran Drainase > Debit Rencana Drainase (Debit limpasan
tertinggi), maka debit saluran masih memadai pada tahun 2019. Untuk kebutuhan
tahun 2020 menggunakan rumus yang sama dengan diatas ditemukan sebagai
berikut :
Kebutuhan tahun 2020
Debit saluran : 2,65 m3/detik
Debit limpasan air hujan : 0,929 m3/detik
Debit limpasan air limbah : 0,00126 m3/detik
Total : 0,930 m3/detik
Debit Saluran Drainase > Debit Rencana Drainase (Debit limpasan
tertinggi), maka debit saluran masih memadai pada akhir tahun perencanaan.
Maka dari itu diketahui bahwa munculnya titik-titik genangan pada kawasan
bukan dikarenakan oleh kurangnya kapasitas drainase, namun karena sistem
drainase yang buruk dalam mengalirkan debit air secara besar (genangan muncul
disaat hujan deras dalam kurun waktu cukup lama).

5.1.6.2 Jaringan Sanitasi dan Air Limbah


a. Analisis Ketersediaan Prasarana Sanitasi dan Air Limbah
Pengelolaan air limbah dan sanitasi di kawasan perencanaan masih terbilang
buruk. Tidak semua rumah telah memiliki septic tank sebagai sanitasi.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sebanyak 53% rumah dalam kawasan
belum memiliki septictank, sehingga baru sebesar 47% yang memiliki septictank.

V-79
Pengelolaan Air Limbah

Tidak Memiliki
Memiliki Septictank
Septictank 47%
53%

Gambar 5.41 Diagram Presentase Kepemilikan Septictank Kawasan Permukiman


Kumuh Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

b. Analisis Kapasitas dan Kebutuhan Prasarana Sanitasi dan Air Limbah


Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa tidak terdapat prasarana
pengelolaan air limbah eksisting pada kawasan. Sehingga dibutuhkan perhitungan
kebutuhan akan pengelolaan air limbah kawasan. Dengan asumsi kebutuhan air
bersih rata-rata 100 L/orang/hari, mampu menghasilkan air limbah 80% dari
kebutuhan air bersih. Sehingga air limbah yang dihasilkan 80L/orang/hari (Adi
Purwonugroho).
Tabel 5.36 Limpasan Air Limbah
Tahun Jumlah Penduduk (JP) Limpasan air limbah Limpasan air limbah
(L/hari) (m3/hari)
2019 2052 164160 164,16
2020 2072 165760 165,76
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Dengan asumsi 1 IPAL mampu mengolah sebanyak 17 m3/hari maka
dibutuhkan sebanyak 9 ipal komunal untuk memenuhi keseluruhan kawasan.
Namun mengingat keberadaan septictank sebesar 47% dari kawasan maka
diutamakan pengadaan ipal komunal bagi 53% penduduk, sehingga ipal komunal
yang dibutuhkan sebanyak 5 ipal dengan masing-masing ipal memiliki kapasitas
sebesar 17 m3/hari

V-80
5.1.6.3 Jaringan Air Bersih
a. Analisis Ketersediaan Air Bersih

Presentase Sumber Air Bersih

Air Sumur
37%
PDAM
63%

Gambar 5.42 Diagram Presentase Sumber Air Bersih Kawasan Permukiman Kumuh
Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Terdapat 2 jenis sumber air bersih pada kawasan perencanaan, yakni sumur
dan PDAM. Masyarakat yang menggunakan sumur sebagai sumber air bersih
sebesar 37% dari total keseluruhan. Kemudian untuk PDAM sebesar 63% dari
total keseluruhan. Semua penduduk yang memakai sumur kualitas airnya baik
berdasarkan wawancara warga . Untuk PDAM, berdasarkan wawancara
masyarakat, PDAM yang digunakan kuantitasnya cukup untuk kebutuhan sehari-
hari dan kualitas yang cukup baik.

b. Analisis Kapasitas dan Kebutuhan Air Bersih


Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
534/KPTS/M/2001, standar kebutuhan air bersih di kawasan permukiman adalah
60 – 220 liter/ orang/ hari. Standar tersebut kemudian menjadi acuan untuk
melakukan analisis kebutuhan air bersih berdasarkan hasil analisis proyeksi
penduduk.
Tabel 5.37 Kebutuhan Air Bersih Kawasan Permukiman Kumuh Timuran Tahun
2020

Tahun Jumlah Kebutuhan Kebutuhan Total Kebocoran Total Total


Penduduk air air non kebutuhan air (50%) kebutuhan kebutuhan
domestik domestik air bersih
(L/hari) (L/hari) L/hr L/dt
(25% dari

V-81
domestik)

2019 2052 205200 51300 256300 128150 384450 4,45

2020 2072 207200 51800 259000 129500 388500 4,59

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Tabel 5.38 Kebutuhan SR Kawasan Permukiman Kumuh Timuran Tahun 2020

Tahun Jumlah Penduduk Pipa SR (1 = 5 orang)

2019 2052 411

2020 2072 415

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Dalam analisis kapasitas dan kebutuhan Pipa SR dibutuhkan sebanyak 415


SR untuk mampu mencukupi keseluruhan kawasan. Mengingat kawasan berada
ditengah kota yang mengandalkan sumber air utama dari PDAM. SR dialiri oleh
air dengan debit minimal 4,95 L/dtk, agar mampu untuk memenuhi kapasitas dan
kebutuhan 1 tahun kedepan

5.1.6.4 Jaringan Persampahan


a. Analisis Ketersediaan Jaringan Persampahan
Keseluruhan kawasan perencanaan telah dilayani oleh pengangkutan
sampah menggunakan germosa yang dilakukan setiap harinya dibawah kontrol
Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta. Sampah diangkut dari tempat sampah
milik warga langsung menuju TPA Puto Cempo. Hal ini menyebabkan tidak
terjadi penumpukan timbulan sampah pada tempat sampah pribadi milik warga.

b. Analisis Kebutuhan Jaringan Persampahan


Dengan melihat peningkatan jumlah penduduk, dengan asumsi 1 orang
menghasilan 10 liter sampah setiap harina, dan asumsi lain untuk timbulan
sampah lainnya seperti yang telah dijelaskan pada bab kompilasi maka diketahui
kebutuhan prasarana persampahan sebagai berikut :

V-82
Tabel 5.39 Proyeksi Timbulan Sampah Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Tahun 2019
Tahun Jumlah Timbulan Timbulan Timbulan Total Total
Penduduk Sampah sampah sampah timbulan timbulan
domestik perdagangan lain-lain (L) (m3)
(L) (L) (L)

2019 2052 20520 10260 102600 112860 113


2020 2072 20720 10360 103600 113960 114
Sumber: Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Berdasarkan proyeksi timbulan sampah yang dihasilkan, maka TPA Putri


Cempo masih mampu untuk menampung sampah dari Kawasan Timuran.
Sedangkan untuk penghitungan kebutuhan prasarana penunjang persampahan
sebagai berikut ini :

Tabel 5.40 Proyeksi Kebutuhan Prasarana Penunjang Persampahan


Tahun Jumlah Timbulan sampah/m3 Frekuensi Gerobak TPS Mobile
Penduduk /hari pengangkutan Motor L300 (6 m3)
Sampah
(2,5 m3)
2020 2072 114 m3 1 kali/hari 4 Langsung dibawa
ke TPA
Kebutuhan Gerobak yang Kurang -

Sumber: Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kebutuhan akan prasarana


penunjang persampahan didalam kawasan sudah mampu memenuhi, sehingga
tidak diperlukan rencana penambahan.

V-83
5.1.6.5 Jaringan Listrik
a. Ketersediaan Jaringan Listrik

Tingkat Penggunaan Listrik

12%
36% 9%

30%
13%

Diatas 105.000 va 2200 va 1300 va 900 va 450 va

Gambar 5.43 Diagram Presentase Tingkat Penggunaan Listrik Kawasan Permukiman Kumuh
Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Dalam SNI 03 – 1733 – 2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan menyebutkan bahwa setiap rumah minimal harus memiliki
daya listrik minimal 450 VA. Di kawasan perencanaan setiap bangunan memiliki range
yang begitu jauh. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara, masyarakat menilai tidak ada
masalah berarti mengenai jaringan listrik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ketersediaan jaringan listrik di kawasan perencanaan telah memenuhi.

b. Kebutuhan Jaringan Listrik


Untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kawasan Permukiman Kumuh Timuran, PT
PLN Kota Surakarta menjadi pensuplai utama kebutuhan tersebut. Sumber dari pasokan
listrik di Kawasan Permukiman Kumuh Timuran adalah gardu induk yang terletak di
Manhkunegaran. Dimana sebagian besar penggunaan listrik berdasarkan survey data
primer yaitu wawancara masyarakat, sebagian besar sudah terlayani dengan penggunaan
daya rata-rata sebesar 450 Watt. Untuk mengetahui kapasitas dan kebutuhan jaringan
listrik, maka perlu dilakukan analisi dengan asumsi pemakaian listrik rata-rata per orang
adalah 90 watt/hari.

V-84
Tabel 5.41 Proyeksi Kebutuhan Listrik Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Standar Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Jumlah Kebutuhan
Listrik Penduduk Listrik tahun Penduduk tahun Listrik tahun
(watt/ orang/ hari) tahun 2019 2019 2020 2020
(jiwa) (watt/ hari) (jiwa) (watt/ hari)

90 2052 184680 2072 186480


Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Berdasarkan hasil analisis diketahui kebutuhan listrik yang dibutuhkan pada tahun
2020 adalah sebesar 186.480 watt. Listrik yang disalurkan bersumber dari trafo
Mangkunegaran sebesar 1500000 VA, sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan
listrik pada tahun 2020 telah tercukupi.

5.1.6.6 Jaringan Telekomunikasi


a. Ketersediaan Jaringan Telekomunikasi
Didalam kawasan tidak memiliki BTS, namun signal komunikasi seluler tidak
bermasalah sebab berada di pusat kota yang mendapatkan signal dari BTS di sekitarnya.
Berdasarkan SNI 03 – 1733 – 2004, radius pelayanan dari BTS adalah 3 – 5 km. Oleh
karena itu keberaan BTS sekitar seperti :
• BTS Jl. Imam Bonjol No 1, RT 05/III, Keprabon
• BTS Jl. Kebangkitan Nasional No 5, RT 05/II, Sriwedari
• BTS Jl. Honggowongso 70, Sriwedari
• BTS Jl. Yos Sudarso 71, Kauman
• BTS Jl. Slamet Riyadi 241, Kauman
• BTS Kauman RT 04/III
Menggunakan buffer pada peta sesuai dengan ketentuan radius pelayanan
menyimpulkan bahwa seluruh kawasan telah terlayani oleh BTS. Oleh karena itu, tidak
diperlukan adanya penambahan pada jaringan telekomunikasi.

V-85
5.1.6.7 SWOT Sektor Prasarana
Tabel 5.42 Matriks SWOT Sektor Prasarana
S W O T
Kapasitas drainase Jaringan air bersih Adanya Program Potensi banjir pada Kali
mampu mencukupi PDAM belum rehabilitasi jalan dan Toklo
debit saluran memenuhi jembatan
gerobak motor sampah keseluruhan kawasan
sudah memenuhi
kebutuhan pelayanan
persampahan kawasan
Jaringan listrik dan Adanya Program Potensi
telekomunikasi secara Tidak memiliki ipal rehabilitasi saluran pencemaran air tanah
kuantitas dan kualitas komunal untuk drainase/gorong-
memenuhi kebutuhan melayani limbah gorong
kawasan kawasan

Tidak keseluruhan Adanya Program


bangunan tersambung pengembangan kinerja
dengan septictank pengelolaan air minum
dan air limbah

Drainase tipe tertutup Adanya Program


yang sulit dibersihkan pengembangan kinerja
pengelolaan
persampahan

Tidak tersedia hydran Adanya Program


kebakaran peningkatan kesiagaan
dan pencegahan bahaya
kebakaran

Adanya program
Penyediaan air bersih

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-86
Gambar 5.44 Peta Jaringan Drainase di Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-87
Gambar 5.45 Peta Jaringan Air Limbah di Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-88
Gambar 5.46 Peta Jaringan Air Bersih di Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-89
Gambar 5.47 Peta Jaringan Persampahan di Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-90
Gambar 5.48 Peta Jaringan Listrik di Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-91
Gambar 5.49 Peta Jaringan Pelayanan BTS di Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-92
5.1.7 Analisis Transportasi
5.1.7.1 Analisis Kondisi Jalan
Kondisi perkerasan jalan di Kawasan Timuran sebagian besar memiliki
kualitas baik. Namun, ada dua titik ruas mengalami keruakan perkerasan.
Kemudian, lebar jalan di Kawasan Timuran belum sesuai dengan standar PP No.
34 tahun 2006.

Tabel 5.43 Kondisi Lebar Jalan Kawasan Timuran

Fungsi Jalan Berdasarkan PP No.34 Lebar Keterangan Rencana


Tahun 2006 (m) Eksisting (m) Pelebaran Jalan
(m)

Kolektor 5 3,5 Belum 1,5


Sekunder sesuai

Lingkungan 3,5 2 Belum 1,5


Primer sesuai

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

5.1.7.2 Analisis Transportasi Umum


Trayek angkutan umum yang melewati Kawasan Timuran cukup
menjangkau seluruh kawasan bagi masyarakat yang ingin melakukan perjalanan
menggunakan angkutan umum. Untuk menunjang kegiatan tersebut, pemerintah
harus menyediakan sarana halte agar masyarakat dapat menunggu angkutan
umum dengan aman. Sarana halte BST yang tersedia memiliki keterjangkauan
yang tinggi. Namun, Kawasan Timuran tidak tersedia sarana halte untuk Feeder
BST.

V-93
Gambar 5.50 Peta Titik Kerusakan Jalan Kawasan Timuran
V-94
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Gambar 5.51 Peta Keterjangkauan Sarana Halte Kawasan Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
V-95
5.1.7.3 Analisis Sirkulasi
Sirkulasi di dalam Kawasan Timuran sebagian besar merupakan sistem
dua arah. Dengan sirkulasi eksternal dari dan menuju Kawasan Timuran dari
berbagai arah, aksesibilitas menuju kawasan menjadi lebih mudah. Namun,
kecepatan kendaraan yang melewati Jalan Ronggowarsito terhitung tinggi dan
berpotensi mengganggu kenyamanan bagi warga sekitar. Kemudian, jalan
lingkungan di dalam Kawasan Timuran menggunakan sistem dua arah yang
mengakibatkan sirkulasi pergerakan terganggu, terutama mobil damkar melewati
jalan lingkungan jika terjadi kebakaran. Sebagian besar sirkulasi kendaraan
terbanyak berasal dari Jalan Slamet Riyadi bagian selatan dan Jalan
Ronggowarsito bagian timur.
Sebagian besar sirkulasi kendaraan terbanyak berasal dari Jalan Slamet
Riyadi bagian selatan dan Jalan Ronggowarsito bagian timur. Hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa Kawasan Timuran memiliki aksesibilitas yang tinggi.

V-96
Gambar 5. Peta Sirkulasi Eksternal Kawasan Timuran

Sumber : Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kumuh Timuran, 2019

Gambar 5.52 Peta Sirkulasi Internal Kawasan Timuran


Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
V-97
5.1.7.4 Analisis Parkir
Walaupun telah disediakan sarana parkir, sebagian kendaraan masih
memarkirkan kendaraan sembarangan dan di kawasan permukiman tidak tersedia
sarana parkir yang memadai. Sebagian besar kendaraan memarkirkan kendaraan
di jalan lingkungan permukiman yang mengakibatkan sirkulasi terganggu karena
Kawasan Timuran tidak memiliki sarana parkir untuk menunjang kegiatan
kawasan permukiman dan kegiatan pariwisata Pura Mangkunegaran.

Gambar 5.53 Titik Parkir Eksisting Kawasan Timuran


Sumber : Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kumuh Timuran, 2019

V-98
5.1.7.5 SWOT Sektor Transportasi

Tabel 5.44 SWOT Sektor Transportasi


S W O T
Jalan lingkungan di Kecepatan kendaraan
dalam Kawasan yang melewati Jalan
Sirkulasi eksternal
Sudah terdapat halte Timuran Ronggowarsito
dari dan menuju
BST yang sudah menggunakan sistem terhitung tinggi dan
kawasan membuat
menjangkau seluruh dua arah yang berpotensi
aksesibilitas lebih
Kawasan Timuran mengakibatkan mengganggu
mudah
sirkulasi pergerakan kenyamanan bagi
terganggu. warga sekitar
Kondisi perkerasan Angkutan umum BST
Tidak tersedianya
jalan di Kawasan dan Feeder BST sudah
sarana halte Feeder
Timuran sebagian menjangkau Kawasan
BST
besar kondisi baik Timuran.
Sebagian kendaraan
masih memarkirkan
kendaraan
sembarangan dan di
kawasan permukiman
tidak tersedia sarana
parkir yang memadai
Dimensi jalan di
Kawasan Timuran
masih belum sesuai.
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-99
Gambar 5.54 Peta Titik Parkir Kawasan Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-100
5.1.8 Analisis Tata Guna Lahan
5.1.8.1 Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis kesesuaian lahan merupakan analisis yang digunakan untuk
mengetahui kesesuaian lahan di kawasan kumuh Timuran yang terdiri atas
kesesuaian lahan terhadap kemampuan lahan dan terhadap RTRW Kota Surakarta
tahun 2011-2031. Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan antara
penggunaan lahan eksisting di kawasan kumuh timuran dengan data kemampuan
lahan yang didapatkan dari analisis sektor fisik dasar serta peta RTRW Kota
Surakarta Tahun 2011-2031.

5.1.8.1.1 Analisis Kesesuaian Lahan terhadap Kemampuan Lahan


Analisis kesesuaian lahan terhadap kemampuan lahan adalah analisis
yang digunakan untuk mengetahui kesesuaian lahan di lahan di kawasan
permukiman kumuh Timuran terhadap kemampuan lahan. Data yang digunakan
adalah data peta penggunaan lahan eksisting dan data peta hasil analisis
kemampuan lahan dari sektor fisik dasar. Selanjutnya data tersebut dioverlay
menggunakan GIS untuk mengetahui kesesuaian lahan yang ada di kawasan
permukiman kumuh Timuran. Berikut ini adalah peta kesesuaian lahan terhadap
kemampuan lahan di kawasan permukiman kumuh Timuran.

Gambar 5.55 Analisis Kesesuaian Lahan Terhadap RTRW Kota Surakarta


Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
V-101
Gambar 5.56 Peta Kesesuaian Lahan Terhadap Kemampuan Lahan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-102
Kelas kemampuan lahan di Lahan di kawasan permukiman kumuh
Timuran adalah D atau pengembangan agak tinggi yang berarti arahan
pengembangan adalah untuk kawasan budidaya. Berdasarkan kelas kemampuan
lahan D di kawasan permukiman kumuh Timuran, maka penggunaan lahan di
kawasan permukiman kumuh Timuran dapat diarahkan sebagai kawasan budidaya
maupun kawasan lindung. Jadi, dapat diketahui bahwa penggunaan lahan
eksisting di kawasan permukiman kumuh Timuran sudah sesuai dengan
kemampuan lahannya.

5.1.8.1.2 Analisis Kesesuaian Lahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah


(RTRW)

Analisis kesesuaian lahan terhadap RTRW adalah analisis yang


digunakan untuk mengetahui kesesuaian lahan di kawasan permukiman kumuh
Timuran terhadap RTRW Kota Surakarta. Data yang digunakan adalah data peta
penggunaan lahan eksisting dan data peta RTRW Kota Surakarta tahun 2011-
2031. Selanjutnya data tersebut dioverlay menggunakan GIS untuk mengetahui
kesesuaian lahan yang ada di kawasan permukiman kumuh Timuran. Berikut ini
adalah peta kesesuaian lahan terhadap RTRW di kawasan permukiman kumuh
Timuran.

Gambar 5.57 Analisis Kesesuaian Lahan Terhadap RTRW Kota Surakarta


Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-103
Gambar 5.58 Peta Kesesuaian Lahan Terhadap RTRW Kota Surakarta
2
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-104
Dari hasil analisis kesesuaian lahan kawasan permukiman kumuh
Timuran terhadap RTRW Kota Surakarta Tahun 2011-2031, diketahui bahwa
penggunaan lahan eksisting di kawasan kumuh Timuran sudah sesuai dengan
RTRW Kota Surakarta. Arahan peruntukan lahan di kawasan kumuh Timuran
adalah untuk kawasan budidaya yaitu untuk perumahan kepadatan tinggi,
perdagangan dan jasa, serta perkantoran. Arahan peruntukan lahan tersebut sudah
sesuai dengan penggunaan lahan eksisting yang ada di kawasan permukiman
kumuh Timuran. Karena memiliki peruntukan lahan sebagai perdagangan dan jasa
serta berada di pusat kota, maka nilai lahan di kawasan permukiman kumuh
Timuran tinggi dan cocok dikembangkan untuk kegiatan ekonomi. Namun, hal
tersebut dapat menimbulkan permasalahan yaitu adanya masalah pada sirkulasi
kendaraan akibat banyaknya kendaraan yang parkir di badan jalan. Selain itu,
kawasan permukiman kumuh Timuran juga dekat dengan berbagai kawasan
strategis sosial budaya. Sehingga kawasan permukiman kumuh Timuran dapat
dikembangkan untuk mendukung kegiatan di kawasan strategis sosial budaya.

5.1.8.2 Analisis Pola Penanganan Permukiman Kumuh


Analisis pola penanganan permukiman kumuh adalah analisis yang
digunakan untuk mengetahui pola penanganan permukiman kumuh yang tepat
untuk dilakukan di kawasan permukiman kumuh Timuran. Data yang dibutuhkan
adalah data status kepemilikan lahan dan klasifikasi kumuh di kawasan
permukiman kumuh Timuran. Berikut ini adalah tabel dan peta hasil analisis pola
penanganan permukiman kumuh yang ada di kawasan permukiman kumuh
Timuran.
Tabel 5.45 Analisis Pola Penanganan Permukiman Kumuh
Klasifikasi
No Status Lahan Pola Penanganan Luas (ha) Persentase (%)
kumuh
1 Sedang Lahan Legal Pemugaran/Peremajaan 22.72 99.56
2 Sedang Lahan Ilegal Permukiman Kembali 0.1 0.44
Jumlah 22.82 100.00
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-105
Gambar 5.59 Peta Pola Penanganan Permukiman Kumuh
3 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Sumber: Hasil Analisis Kelompok

V-106
Dari tabel dan peta analisis pola penanganan permukiman kumuh di atas,
dapat diketahui bahwa terdapat beberapa pola penanganan yang sesuai dilakukan
untuk menangani kumuh di kawasan perencanaan. Untuk pola penanganan
pemugaran/peremajaan, sesuai dilakukan di hampir semua wilayah di kawasan
permukiman kumuh Timuran dengan luas 22,72 ha atau dengan persentase
99,56%. Sedangkan pola penanganan permukiman kembali sesuai dilakukan di
sebagian kecil wilayah di kawasan perencanaan yaitu tepatnya di RT02/RW02. Di
tempat tersebut terdapat 15 rumah yang dibangun di atas lahan ilegal sehingga
pola penanganan yang tepat untuk dilakukan adalah pola penanganan permukiman
kembali.

5.1.8.3 Analisis Intensitas Pemanfaatan Lahan


Analisis intensitas pemanfaatan lahan bertujuan untuk mengetahui
intensitas pemanfaatan lahan di suatu kawasan atau wilayah. Analisis intensitas
pemanfaatan lahan dilakukan untuk mengetahui intensitas pemanfaatan lahan di
kawasan permukiman kumuh Timuran. Analisis intensitas pemanfaatan lahan
meliputi Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB),
serta Koefisien Dasar Hijau (KDH). Berikut ini adalah tabel dan peta analisis
intensitas pemanfaatan lahan (KDB, KLB, dan KDH) di kawasan permukiman
kumuh Timuran.
Tabel 5.46 Analisis Intensitas Pemanfaatan Lahan

Sub Luas Luas Dasar Luas Lantai KDB KDH


KLB
Blok (m2) Bangunan (m2 Bangunan (m2) (%) (%)
1A 1791.24 893.78 1427.81 49.9 0.8 50.1
1B 2853.79 1772.42 3334.79 62.11 1.17 37.89
1C 11007.52 3450.79 3450.79 31.35 0.31 68.65
1D 3655.12 1421.64 1421.64 38.89 0.39 61.11
2A 9114.39 6181.39 7231.96 67.82 0.79 32.18
2B 7507.12 3923.74 7079.18 52.27 0.94 47.73
2C 8894.33 4027.82 5046.68 45.29 0.57 54.71
2D 3753.5 1491.09 1491.09 39.73 0.4 60.27
2E 20028.14 9057.76 43314.84 45.23 2.16 54.77
3A 2336.08 1352.74 2135.28 57.91 0.91 42.09
3B 1121.72 580.49 580.49 51.75 0.52 48.25
3C 1681.47 520.21 1040.42 30.94 0.62 69.06
3D 2325.96 713.1 713.1 30.66 0.31 69.34
3E 2191.11 1186.9 1869.83 54.17 0.85 45.83

V-107
3F 2911.91 1125.07 1125.07 38.64 0.39 61.36
3G 3683.72 0 0 0 0 100
3H 1999.74 1094.77 1094.77 54.75 0.55 45.25
3I 2684.6 1561.4 1858.69 58.16 0.69 41.84
3J 11416.42 5079.8 6220.31 44.5 0.54 55.5
3K 15625.93 8222.86 9080.21 52.62 0.58 47.38
3L 2096.25 1240.39 2100.61 59.17 1 40.83
3M 1360.79 934.25 934.25 68.65 0.69 31.35
3N 1200.58 856.17 1260.67 72.26 1.05 27.74
3O 801.66 542.69 1628.07 67.7 2.03 32.3
3P 1377.13 804.5 804.5 58.42 0.58 41.58
3Q 1327.11 751.45 1047.18 56.62 0.79 43.38
3R 5205.48 3061.89 5250.94 58.82 1.01 41.18
3S 2569.47 1897.06 4348.49 73.83 1.69 26.17
4A 2229.47 1563.79 3271.93 70.14 1.47 29.86
4B 2133.37 1031.04 1142.47 48.33 0.54 51.67
4C 5108.19 2594.87 3890.08 50.8 0.76 49.2
4D 2503.31 1845.19 4140.76 73.71 1.65 26.29
4E 8571.56 5035.82 6148.08 58.75 0.72 41.25
4F 3576.55 1838.43 2029.53 51.4 0.57 48.6
4G 1134.36 654.78 962.65 57.72 0.85 42.28
4H 1194.38 879.54 1806.52 73.63 1.51 26.37
4I 847.96 547.51 765 64.57 0.9 35.43
4J 2539.95 1284.07 1284.07 50.55 0.51 49.45
4K 3278.02 1794.71 3625 54.75 1.11 45.25
4L 13885.18 7796.92 9273.11 56.15 0.67 43.85
4M 10529.21 6411.32 12205.59 60.89 1.16 39.11
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-108
Gambar 5.60 Peta Koefisien Dasar Bangunan
4 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Sumber: Hasil Analisis Kelompok

V-109
Gambar 5.61 Peta Koefisien Lantai Bangunan
5 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Sumber: Hasil Analisis Kelompok
V-110
Gambar 5.62 Peta Koefisien Dasar Hijau
6 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Sumber: Hasil Analisis Kelompok
V-111
5.1.8.3.1 Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Koefisien Dasar Bangunan atau KDB merupakan perbandingan antara
luas bangunan dengan luas lahan (kaveling). Nilai KDB di suatu kawasan
menentukan berapa persen luas bangunan di suatu kawasan yang boleh dibangun.
Penentuan KDB ditinjau dari aspek lingkungan dengan tujuan untuk mengatur
intensitas kepadatan dasar bangunan serta mengendalikan luas bangunan di suatu
lahan pada batas-batas tertentu sehingga tidak mengganggu penyerapan air hujan
ke tanah.
KDB di kawasan permukiman kumuh Timuran dibagi menjadi 4 yaitu:

1. Rendah: Sub blok yang memiliki KDB dengan rentang 0%-20% dan
terdiri atas 1 sub blok
2. Sedang: Sub blok yang memiliki KDB dengan rentang 20%-40% dan
terdiri atas 6 sub blok
3. Tinggi: Sub blok yang memiliki KDB dengan rentang 40%-60% dan
terdiri atas 23 sub blok
4. Sangat Tinggi: Sub blok yang memiliki KDB dengan rentang 60%-80%
dan terdiri atas 11 sub blok

Selanjutnya adalah menghitung KDB rata-rata di kawasan permukiman


kumuh Timuran. Berikut adalah perhitungan KDB rata-rata:

%
=

= %
Dari perhitungan di atas didapatkan rata-rata KDB di kawasan
permukiman kumuh Timuran yaitu sebesar 53,50%. Selanjutnya dihitung KDB
maksimum kawasan permukiman kumuh Timuran. KDB maksimum ditetapkan
dengan mempertimbangkan tingkat pengisian atau peresapan air, kapasitas
drainase, dan jenis penggunaan lahan. KDB maksimum dapat diketahui dengan
rumus perhitungan sebagai berikut:

V-112
= %

Dimana :
OS = Iinf/Qinf
A = Luas kawasan
Intensitas dan debit infiltrasi air:
Iinf = S x A
Qinf = C x I x A
Dimana :
S =Koefisien penyimpanan
C = Koefisien infiltrasi
I = Intensitas infiltrasi minimum
Selanjutnya menghitung KDB maksimum di kawasan permukiman
kumuh Timuran dengan perhitungan sebagai berikut:

Diketahui : A = 22,82 ha
S = 0,0018
C = 1,9 (pada kemiringan 5-15%)
I = 6,7 x 10-5 l/detik
Jawab : =
=
= l/menit
= l/detik
=
= x 10-5) x 228200
= l/detik
=
=
= l/detik/ha
=

V-113
=
= ha

= %

= %

= %

Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa KDB maksimum


di kawasan permukiman kumuh Timuran adalah sebesar 76,42%. Blok yang
memiliki KDB tertinggi di kawasan permukiman kumuh Timuran adalah blok 3S
dengan KDB sebesar 73,83%. KDB rata-rata di kawasan permukiman kumuh
Timuran adalah sebesar 49,66%. Dapat disimpulkan bahwa KDB di kawasan
permukiman kumuh Timuran masih berada di bawah batas maksimum sehingga
kawasan permukiman kumuh Timuran masih dapat dikembangkan lagi. Untuk
nilai KLB maksimum di kawasan permukiman kumuh Timuran ditetapkan sesuai
dengan RDTR Kota Surakarta yaitu sebesar 70%.

5.1.8.3.2 Koefisien Lantai Bangunan (KLB)


KLB adalah perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan dengan
luas lahan (kaveling). Pengertian lain menyebutkan Koefisien Lantai Bangunan
(KLB) adalah jumlah lantai penuh suatu bangunan dihitung mulai dari lantai dasar
sampai dengan lantai tertinggi. KLB di kawasan permukiman kumuh Timuran
dibagi menjadi 4 yaitu:

1. Rendah: Sub blok yang memiliki KLB dengan rentang 0-0,5 dan terdiri
atas 6 sub blok
2. Sedang: Sub blok yang memiliki KLB dengan rentang 0,5-1 dan terdiri
atas 23 sub blok
3. Tinggi: Sub blok yang memiliki KLB dengan rentang 1-1,5 dan terdiri
atas 7 sub blok
4. Sangat Tinggi: Sub blok yang memiliki KLB dengan rentang >1,5 dan
terdiri atas 5 sub blok.

V-114
KLB tertinggi di kawasan permukiman kumuh Timuran berada sub blok 2E
dengan nilai KLB 2,16 dan penggunaan lahannya adalah untuk perhotelan.
Sedangkan KLB terendah di kawasan permukiman kumuh Timuran memiliki nilai
0 yaitu di sub blok 3G. Selanjutnya adalah menghitung KLB maksimum. Jumlah
lantai maksimum di kawasan permukiman kumuh Timuran ditetapkan sebanyak 4
lantai, nilai KLB maksimum 70% dan asumsi luas kaveling adalah 100 m2. Maka
perhitungan KLB maksimum adalah sebagai berikut

2
= %

2
=

Luas dasar bangunan yang boleh dibangun pada luas kaveling 100 m2 dengan
KDB maksimum 70% sebesar 70 m2. Selanjutnya menghitung luas lantai
bangunan yang boleh dibangun dengan jumlah lantai maksimum 4.

2
=

2
=

Luas lantai bangunan yang boleh dibangun pada luas kaveling 100 m2 dengan
KDB maksimum 70% dan jumlah lantai maksimum 4 sebesar 280 m2. Selanjutnya
menghitung nilai KLB maksimum dengan cara membagi luas lantai bangunan
yang boleh dibangun dengan luas kaveling. Berikut ini adalah perhitungan KLB
maksimum kawasan permukiman kumuh Timuran.

2
= 2

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa KLB maksimum di


kawasan permukiman kumuh Timuran adalah 2,8. Semua sub blok di kawasan
permukiman kumuh Timuran memiliki nilai KLB di bawah nilai KLB maksimum.
Sehingga kawasan masih dapat dikembangkan lagi.

V-115
5.1.8.3.3 Koefisien Dasar Hijau (KDH)

Koefisien Daerah Hijau (KDH) merupakan perbandingan antara luas


seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL. KDH berfungsi untuk mengatur
berapa luas lahan yang difungsikan sebagau daerah hijau untuk resapan air. KDH
di kawasan permukiman kumuh Timuran dibagi menjadi 4 yaitu:

1. Rendah: Sub blok yang memiliki KDH dengan rentang 20%-40% dan
terdiri atas 11 sub blok
2. Sedang: Sub blok yang memiliki KDH dengan rentang 40%-60% dan
terdiri atas 23 sub blok
3. Tinggi: Sub blok yang memiliki KDH dengan rentang 60%-80% dan
terdiri atas 6 sub blok
4. Sangat Tinggi: Sub blok yang memiliki KDH dengan rentang 80%-100%
dan terdiri atas 1 sub blok

Selanjutnya adalah menghitung KDH minimum:

= %

= % %

= %

KDH minimum di kawasan permukiman kumuhTimuran adalah 70%. Nilai KDH


di kawasan permukiman kumuh timuran masih belum melampaui nilai minimum
KDH sehingga kawasan perencanaan masih dapat dikembangkan.

V-116
5.1.8.4 SWOT Sektor Tata Guna Lahan

Tabel 5.47 SWOT Sektor Tata Guna Lahan


S W O T
Kawasan perdagangan
dan jasa berpotensi
Memiliki lokasi yang Berbatasan dengan menimbulkan konflik
Proporsi RTH kurang
strategis karena kawasan startegis penggunaan lahan
dari 30%
berada di pusat kota sosial budaya (parkir ilegal yang
mengganggu
sirkulasi)
Penggunaan lahan Terdapat 15 rumah
sudah sesuai dengan yang dibangun di atas
kelas kemampuan lahan ilegal yaitu di
lahan RT 02/RW 02
Penggunaan lahan
sudah sesuai dengan
rencana tata ruang
Berada di kawasan
perdagangan dan jasa
sehingga memiliki
potensi ekonomi
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

5.1.9 Tata Bangunan dan Lingkungan


Tata bangunan dan lingkungan menganalisis beberapa hal di Kawasan
Perencanaan diantaranya analisis fisik bangunan, analisis tata bangunan dan
analisis citra kawasan.
5.1.9.1 Analisis Fisik Bangunan
Analisis fisik bangunan merupakan analisis yang memiliki luaran untuk
mengetahui karakteristik bangunan pada Kawasan Perencanaan Timuran.
Beberapa data yang dibutuhkan dari analisis ini antara lain letak bangunan,
orientasi bangunan, ekspresi bangunan, dan kondisi bangunan.
Pada kawasan perencanaan, karakteristik fisik bangunan yang terlihat dapat
dibedakan menjadi bagian-bagian kawasan. Berikut merupakan peta pembagian
karakteristik kawasan beserta penjelasannya.

V-117
Gambar 5.63 Karakteristik Bangunan di Kawasan Perencanaan Timuran
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019 V-118
 Pada bagian ini, bangunan memiliki karakteristik bangunan rumah layak
huni. hal ini terlihat dari dinding yang terbuat dari batu-bata dengan lapisan
cat atau keramik, memiliki atap dengan bahan genteng dan asbes, dan
bangunan dalam kondisi baik. Model bangunan di bagian ini mengusung
gaya bangunan tradisional dan modern-minimalis. Pada umumnya,
bangunan rumah menghadap ke jalan.

Gambar 5.64 Pembagian Karakteristik Kawasan 1


Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Gambar 5.65 Foto Karakteristik Kawasan 1


Sumber: Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kumuh Timuran, 2019

 Bangunan rumah pada bagian ini memiliki karakteristik bangunan rumah


layak huni. Hal ini dilihat dari dinding yang terbuat dari batu bata dengan
lapisan cat, memiliki atap genteng, asbes, dan seng, dan dalam kondisi baik.
Gaya bangunan pada bagian ini adalah minimalis dan modern. Terdapat
pagar tembok, pagar besi, atau kombinasi keduanya untuk membatasi antara

V-119
bangunan rumah dengan jalan. Pada umumnya, bangunan menghadap ke
jalan.

Gambar 5.66 Pembagian Karakteristik Kawasan 2


Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Gambar 5.67 Foto Karakteristik Kawasan 2


Sumber: Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kumuh Timuran, 2019

V-120
 Pada bagian ini, bangunan rumah memiliki karakteristik rumah tidak layak
huni yang dapat dilihat dari dinding yang terbuat dari bambu, kayu, atau
batu bata tanpa lapisan. Bangunan memiliki atap seng atau genteng.
Terdapat beberapa bangunan dengan kondisi yang rusak ringan di bagian
ini. Pada umumnya bangunan rumah menghadap ke jalan.

Gambar 5.68 Pembagian Karakteristik Kawasan 3


Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Gambar 5.69 Foto Karakteristik Kawasan 3


Sumber: Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kumuh Timuran, 2019

 Pada bagian ini, bangunan memiliki karakteristik bangunan rumah layak


huni dikarenakan dinding bangunan terbuat dari batu bata dengan lapisan

V-121
cat, memiliki atap genteng, asbes dan seng, dan dalam kondisi baik.
bangunan bergaya tradisional masih terdapat di kawasan ini, namun terdapat
pula bangunan bergaya minimalis dan modern. Pada umumnya, bangunan
rumah menghadap ke jalan.

Gambar 5.70 Pembagian Karakteristik Kawasan 4


Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Gambar 5.71 Foto Karakteristik Kawasan 4


Sumber: Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kumuh Timuran, 2019

V-122
 Pada bagian ini, bangunan rumah memiliki karakteristik bangunan rumah
tidak layak huni. Terlihat dari dinding bangunan yang terbuat dari kayu,
batu-bata atau campuran keduanya. Bangunan ini memiliki atap seng dan
terdapat beberapa banguna yang kondisinya rusak ringan. Gaya bangunan di
bagian ini pada umumnya minimalis. Bangunan rumah menghadap ke jalan.

Gambar 5.72 Pembagian Karakteristik Kawasan 5


Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-123
Gambar 5.73 Foto Karakteristik Kawasan 5
Sumber: Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kumuh Timuran, 2019

 Pada bagian ini, bangunan rumah memiliki karakteristik rumah tidak layak
huni. Terlihat dari dinding yang terbuat dari batu-bata dan dilapisi cat,
namun tidak terawat karena terdapat bagian-bagian yang catnya terkelupas.
Bangunan memiliki atap genteng. Bangunan rumah menempel pada
bangunan di sebelahnya, dan terlihat tidak tertata. Gaya bangunan di bagian
ini adalah minimalis. Pada umumnya, bangunan rumah menghadap ke jalan.

Gambar 5.74 Pembagian Karakteristik Kawasan 6


Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-124
Gambar 5.75 Foto Karakteristik Kawasan 6
Sumber: Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kumuh Timuran, 2019

 Pada bagian ini bangunan rumah memiliki karakteristik rumah layak huni.
Hal ini dapat dilihat dari dinding bangunan yang terbuat dari batu-bata
dengan lapisan cat, memiliki atap genteng dan dalam kondisi yang baik.
Bangunan memiliki gaya modern di bangian ini. Terdapat pagar tembok,
pagar besi atau kombinasi keduanya untuk membatasi antara bangunan
rumah dengan jalan. Pada umumnya bangunan menghadap ke jalan.

Gambar 5.76 Pembagian Karakteristik Kawasan 7


Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-125
Gambar 5.77 Foto Karakteristik Kawasan 7
Sumber: Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kumuh Timuran, 2019

 Pada bagian ini, bangunan merupakan bangunan hotel dan perdagangan.


Bangunan memiliki karakteristik berupa bangunan dalam kondisi baik dan
terawat, memiliki tinggi lebihdari 3 lantai, memiliki gaya modern dengan
nuansa Abad Klasik dan terkesan elegan. Bangunan memiliki building
massing yang besar dan kokoh. Pada umumnya bangunan menghadap ke
jalan.

Gambar 5.78 Pembagian Karakteristik Kawasan 8


Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-126
Gambar 5.79 Foto Karakteristik Kawasan 8
Sumber: Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kumuh Timuran, 2019

5.1.9.2 Analisis Tata Bangunan


Analisis tata bangunan merupakan analisis yang memiliki luaran untuk
mengetahui arahan penataan bangunan di Kawasan Perencanaan Timuran. Data-
data yang digunakan untuk analisis ini adalah garis sempadan bangunan dan jarak
antar bangunan.
a) Garis Sempadan Bangunan
Bangunan di Kawasan Perencanaan Timuran memiliki variasi Garis
Sempadan Bangunan. Terdapat bangunan yang GSB-nya dibawah 1 meter
dan pada umumnya bangunan ini terdapat di titik-titik permukiman kumuh.
Pada bangunan yang memiliki GBS diatas 3 meter, bangunan tersebut pada
umumnya dekat dengan jalan raya.
b) Jarak Antar Bangunan
Bangunan di Kawasan Perencanaan Timuran memiliki variasi Jarak
Antar Bangunan. Namun Jarak Antar Bangunan dominan antara 0-0,5 m di
kawasan perumahan. Hal ini menunjukkan kerapatan bangunan di kawasan
perumahan memiliki kerapatan tinggi. Sedangkan pada kawasan perdagangan
dan jasa, kerapatan bangunan memiliki kerapatan rendah.
Berikut merupakan peta garis sempadan bangunan dan peta jarak antar bangunan di
Kawasan Perencanaan Timuran.

V-127
Gambar 5.80 Peta Garis Sempadan Bangunan di Kawasan Perencanaan Timuran
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019 V-128
Gambar 5.81 Peta Jarak Antar Bangunan di Kawasan Perencanaan Timuran
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019 V-129
5.1.9.3 Analisis Citra Kawasan
Analisis citra kawasan merupakan analisis yang memuliki luaran untuk
mengetahui kualitas dan kuantitas komponen citra kawasan pada Kawasan
Perencanaan Timuran. Data yang digunakan pada analisis citra kawasan adalah
komponen citra kawasan yaitu path, nodes, landmark, district dan edge.
a) Path
- Path di kawasan perencanaan membentuk pola grid. Hal ini membuat
pergerakan ke seluruh kawasan menjadi lebih mudah.
- Terdapat jalan yang arahnya satu arah.
- Terdapat parkir on street di beberapa titik jalan yang menghambat
sirkulasi kendaraan.
- Pada ruas jalan tertentu jalan sering digunakan untuk bermain anak-
anak dan tempat warga bersosialisasi.
b) Nodes
Nodes berupa titik-titik persimpangan. Pada jam-jam tertentu terutama
jam masuk dan pulang kantor, akan terjadi kemacetan di titik-titik ini
karena penambahan jumlah kendaraan dari luar kawasan.
c) Landmark
- Terdapat 23 signage (18 gapura, 3 papan informasi, 2 preservasi) di
Kawasan Timuran.
- Terdapat gapura di setiap gang yang berada di kawasan perencanaan.
Informasi yang tertera di gapura tersebut pada umumnya berupa nama
kampung beserta RT/RW, dan tulisan “DIRGAHAYU RI – 17 8 45”.
Hal ini berguna untuk mempermudah orang dari luar kawasan dalam
mencari alamat/lokasi.
- Di beberapa titik terdapat papan informasi namun terlihat tidak
berfungsi.
- Terdapat papan penanda jalan di jalan-jalan utama.
- Terdapat preservasi berupa Monumen Pers Nasional dan Dalem
Padmosusastran.

V-130
Gambar 5.82 Foto Monumen Pers Nasional sebagai preservasi
Sumber: Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kumuh Timuran, 2019

Gambar 5.83 Foto Gapura di Kawasan Timuran


Sumber: Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kumuh Timuran, 2019

V-131
Gambar 5.84 Foto Papan Penanda Jalan dan Papan Informasi di Kawasan Timuran
Sumber: Observasi Kelompok 1 Stuperkim Kumuh Timuran, 2019

d) District
Terdapat pembagian-pembagian penggunaan lahan di Kawasan
Perencanaan.
e) Edge
Tiap penggunaan lahan yang berbeda dibatasi dengan jaringan jalan dan
juga dinding.
Dari komponen citra kawasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas
citra kawasan yang ada di Kawasan Perencanaan Timuran sudah baik, namun
belum optimal. Berikut adalah peta komponen citra kawasan di Kawasan
Perencanaan Timuran tahun 2019.

V-132
Gambar 5.85 Path di Kawasan Perencanaan Timuran
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019 V-133
Gambar 5.86 Edge di Kawasan Perencanaan Timuran
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019 V-134
Gambar 5.87 Landmark di Kawasan Perencanaan Timuran
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019 V-135
Gambar 5.88 Guna Lahan di Kawasan Perencanaan Timuran
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019 V-136
5.1.9.4 SWOT Sektor Tata Bangunan dan Lingkungan
Tabel 5.48 SWOT Tata Bangunan dan Lingkungan
S W O T
Pudarnya ciri khas
Terdapat landmark Adanya program
Papan informasi bangunan tradisional
berupa signage (gapura penanganan
tidak berfungsi dengan kesan guyub
dan papan informasi) bangunan kumuh
optimal karena mengikuti
dan preservasi oleh KOTAKU
perkembangan jaman

Garis Sempadan Kemacetan di Nodes


Adanya variasi model Bangunan kurang yang diakibatkan
bangunan dari 1 meter di kenadaraan dari luar
beberapa bangunan kawasan

Path dengan model grid


memudahkan Terdapat rumah
aksesibilitas ke seluruh tidak layak huni
kawasan

Bangunan kepadatan
tinggi di kawasan
perumahan
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

5.1.10 Analisis Kelembagaan dan Pembiayaan Pembangunan


5.1.10.1 Analisis Peran Kelembagaan terkait Peningkatan Kualitas
Permukiman dan Infrastruktur
Seperti yang diketahui bahwa terdapat berbagai macam kelembagaan di
kawasan Permukiman Kumuh Timuran, mulai yang berskala kota, kelurahan
hingga yang paling kecil adalah RT dan RW.
a. Lembaga Pemerintah Skala Pusat dan Skala Kota
Lembaga berskala nasional yang terlibat dalam pengentasan masalah
permukiman di Kelurahan Timuran adalah KEMENPUPR. Dimana seluruh
program pengentasan kekumuhan di kawasan permukiman kumuh timuran yang
digawangi oleh KEMENPUPR sudah terlaksana dengan baik. Hal ini sangat
berbeda dengan kinerja lembaga berskala kota yang memiliki program di
Kawasan permukiman kumuh Timuran. Terdapat beberapa lembaga yaitu
Bappeda, DTRK, DPU, BAPPERMAS, PDAM, DKP, dan DPU-Unit Kebakaran,
ironisnya dari 6 lembaga yang ada, hanya terdapat 1 lembaga yang sudah
melaksanakan programnya di kawasan ini. Hal ini berarti hanya 17% llembaga

V-137
yang memang bekerja dengan sangat baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram di bawah ini :

DIAGRAM KINERJA LEMBAGA

17%
Terlaksana
Belum Terlaksana

83%

Gambar 5.89 Diagram Kinerja Lembaga skala Kota di Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
- Lembaga
Sumberberskala kelurahan
: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Kelurahan Timuran merupakan salah satu kelurahan yang terkecil di Kota


Surakarta, dimana ia hanya memiliki 5 RW sehingga kuantitas/ jumlah pengurus
di setiap lembaganya pun otomatis jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
kelurahan lain. Namun, jika berbicara kualitas dan keaktifan, Kelurahan ini patut
untuk mendapatkan pujian. Bukan tanpa alasan, dari beberapa lembaga yang ada,
hanya terdapat 1 lembaga yang kurang aktif yaitu Karangtaruna. Kendala dalam
Karangtaruna Kelurahan Timuran yang menyebabkan lembaga ini menjadi
lembaga yang paling pasif di Kelurahan Timuran diantaranya adalah :

• Status Keanggotaan Karangtaruna


Sistem keanggotaan stelsel pasif (keanggotaan otomatis). Intinya semua warga
yang berusia 11-45 tahun otomatis menjadi anggota pasif Karang Taruna,
kendati mereka tidak pernah mendaftarkan diri, tidak tahu-menahu mengenai
Karang Taruna, dan tidak pernah aktif mengikuti kegiatan Karang Taruna,
apalagi menjadi pengurus
• Kurangnya Sarana dan Prasarana pendukung
Dalam melaksanakan tugasnya, kendala yang paling sering dialami oleh
Karang Taruna yaitu kurangnya sarana dan prasarana pendukung. Dimana
KarangTaruna Kelurahan Timuran tidak memiliki tempat khusus untuk

V-138
melakukan kegiatan, di samping itu terbatasnya dana yang dimiliki kelurahan
membuat pergerakan Karang Taruna di kawasan Timuran menjadi terbatas
dan kegiatan yang dilakukan cenderung monoton dan tidak ada kemajuan
• Minimnya waktu dalam berkoordinasi dikarnakan kesibukan masing-
masing anggota
Keanggotaan karangtaruna di Kelurahan Timuran hanyalah terdiri dari 37
orang anggota dan 8 pengurus. Jika diriincikan terdapat 9 orang yang masih
berstatus SMA/SMK, 4 orang diploma, dan 14 orang sedang menempuh
pendidikan di Perguruan Tinggi
• Tidak melakukan kemitraan dengaan pihak eksternal secara
berkelanjutan. Hanya even-even tertentu saja
Berbeda dengan LPMK yang sangat gesit dalam menjalin kemitraan dengan
para pelaku usaha, Karang Taruna di Kelurahan Timuran justru sebaliknya.
Terbatasnya jumlah anggota, minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki,
dan minimnya dana membuat mereka menjadi kurang aktif dalam membangun
kemitraan secara berkelanjutan di kawasan Timuran. Padahal jika ditelisik
lebih jauh kawasan ini memiliki potensi khususnya potensi sebagai kawasan
pendukung pariwisata mengingat letaknya yang sangat strategis dan dekat
dengan obyek-obyek pariwisata vital di Kota Surakarta. Dimana seharusnya
karagtaruna mampu menjembatani antara Masyarakat – Pihak Swasta – dan
Pemerintah (Kelurahan) dalam rangka mengoptimalkan potensi pariwisata dan
budaya yang dimilikinya.
Berikut merupakan Perbandingan prosentase lembaga yang aktif dengan
yang tidak aktif di Kelurahan Timuran :

V-139
Kinerja Lembaga di Tingkat Kelurahan

8%

92%

Aktif Tidak aktif

Gambar 5.90 Diagram Kinerja Lembaga skala Kelurahan Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

b. Lembaga berskala RT/RW


Masyarakat di Kelurahan Timuran juga termasuk aktif dalam beberpa
kegiatan kelembagaan di RT/ RW. Partisipasi masyarakat masih tergolong tinggi.
Agenda rutin yang dimiliki oleh masyarakat di kelurahan Timuran pada Tingkat
RT/ RW yaitu PKK, Perkumpulan Bapak-Bapak, Posyandu dan Karangtaruna
(hanya ada di beberapa RT dan banyak yang tidak aktif). Masalah masih tetap
sama, lembaga yang paling pasif diantara lembaga yang ada di RT dan RW adalah
Karangtaruna.
Berikut merupakan hasil analisis mengenai peran kelembagaan yang ada di
tingkat terkecil di kawasan permukiman kumuh Timuran :

V-140
Tabel 5.49 Matriks Keaktifan Lembaga tingkat RT/RW di Kawasan Permukiman Kumuh
Timuran

RW RT PKK PERTEMUAN KARANGTARUNA POSYANDU


BAPAK-BAPAK
1 04
2 01
02
03
3 01
02
03
04
05
06
4 01
02
03
04
05
06
07
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019
Keterangan matriks:
Kuning : Aktif
Hijau : Tidak ada
Coklat : Ada tetapi tidak aktif

5.1.10.2 Analisis Alokasi pembiayaan pengembangan dan peningkatan


Kualitas Permukiman yang bersumber dari pemerintah
Dari hasil penghitungan anggaran beberapa program pembangunan yang
terdapat di permukiman Kumuh Timuran diperoleh bahwa rincian pembiayaan
pembangunan di Kawasan Permukiman Kumuh Timuran adalah sebagai berikut :
 Total pembiayaan pembangunan yang bersumber dari APBN adalah sebanyak
Rp 1.941.305.699
 Total rencana pembiayaan yang berasal dari APBD adalah sebagai berikut
sebesar 148.485.000.
 Total DPK (Dana Pembangunan Kelurahan) di tahun yang sama, hanya sebesar
Rp143.374.000.
Dengan rincian sebagai berikut :
• Biaya Kegiatan Operasional LPMK : Rp 2.500.000
• Kegiatan unggulan, kegiatan prioritas, kegiatan tertentu : Rp 107.474.000
• Kegiatan Khusus : Rp 35.900.000
JUMLAH : Rp 145.874.000

V-141
FORMULASI PENCAIRAN DANA DPK

• Biaya Kegiatan Operasional LPMK : Rp 2.500.000


• 50% Biaya pembangunan kegiatan hasil musrenbangkel : Rp 71.687.000
(TAHAP 1)
• 50% Biaya pembangunan kegiatan hasil musrenbangkel : Rp 71.687.000
(TAHAP 2)
Penghitungan Dana pembangunan Kelurahan :
Dana pembangunan :
= DANA MASUK – DANA KELUAR

= 143.374.000 (diluar dana operasional LPMK) – 148.485.000


= (5.111.000)
Sehingga apabila dilakukan penghitungan berdasarkan data yang kami
peroleh, dana anggaran pembangunan di Kawasan permukiman Kumuh Timuran
mengalami defisit dikarenakan pemasukan < pengeluaran sehingga mengalami
defisit sebesar Rp 5.111.000,00.
Kondisi seperti ini menuntut para stakeholder berfikir bagaimana menutup
kekurangan dana pembiayaan tanpa harus menarik dana dari masyarakat
mengingat peraturan saat ini, kelurahan sama sekalitidak boleh menarik dana dari
masyarakat. Oleh sebab itu dalam kasus ini pemerintah kelurahan Timuran
bersama LPMK mengadakan pendekatan-pendekatan kepada Pelaku usaha yang
ada di sekitar kawasan mereka untuk menadi partner dalam melakukan program
pembangunan demi kesejahteraan masyarakat (CSR). Lebih jelasnya mengenai
CSR akan dibahas pada analisis berikutnya.

5.1.10.3 Analisis Kerjasama Pemerintah – Swasta dan tingkat swadaya


dalam pembiayaan pengembangan infrastruktur dan peningkatan kualitas
permukiman

Dari hasil pendataan dan analisis yang sudah dilakukan oleh peneliti
terhadap Swadaya masyarakat dan CSR di kawasan perencanaan diperoleh
beberapa hal diantaranya :

V-142
a. Tingkat Swadaya Masyarakat dalam Pembiayaan Pembangunan
- Terdapat sebanyak 7 dari 17 RT arau sekitar 41% RT di Permukiman
Kumuh Timuran sama sekali tidak pernah melakukan pembangunan
dengan swadaya.
- Sedangkan sisanya, pernah melakukan pembangunan swadaya.
Keterlibatan masyarakat berbagai macam, ada yang menyumbangkan ide,
ada yang meyumbangkan materi (dana/ perkakas pembangunan seperti
pasir dan lain sebagainya, konsumsi) ataupun dalam bentuk tenaga.
Walaupun memang swadaya dalam bentuk dana yang dilakukan
masyarakat Timuran tidak besar nominalnya, namun mereka tetap
berusaha untuk memberikan swadaya dalam bentuk lain yaitu tenaga dan
ide/gagasan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat CUKUP
BERPERAN AKTIF dalam kegiatan pembangunan pengentasan
permasalahan permukiman kumuh di Kelurahan Timuran

b. CSR dalam Pembiayaan Pembangunan


- Wujud CSR di kawasan permukiman kumuh timuran berbagai macam,
ada yang berupa Dana, Material (barang), Penciptaan lapangan
pekerjaan, ataupun pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Namun yang paling banyak ditemui di lokasi
ini adalah CSR dalam bentuk Penyediaan lapangan pekerjaan dan dalam
bentuk materi.
- CSR di Kawasan Permukiman Kumuh timuran bukan merupakan
program rutin. Melainkan murni merupakan kesadaran dan
tanggungjawab para pelaku usaha untuk menyisihkan sedikit
keuntungannya yang merupakan hak dari maysrakat yang ada di
sekitarnya. Pemerintah Kelurahan Timuran bersama LPMK sudah
membiasakan diri untuk melakukan pembangunan secara mandiri. CSR
dalam bentuk dana merupakan jalan terakhir yang akan mereka tempuh
ketika memang kondisi tidak memungkinkan dan membutuhkan dana
yang cair dalam aktu sekejap.

V-143
Grafik Jumlah RT yang Mendapatkan CSR di
Permukiman Kumuh Timuran
20

15

10

0
Dana Lapangan Kerja Sarpras Materi
Dana Lapangan Kerja Sarpras Materi

Gambar 5.91 Diagram Jumlah RT yang mendapatkan CSR di Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Dari :beberapa
Sumber analisis
Hasil Analisis diatas dapat
Kelompok ditarikKawasan
1 Stuperkim kesimpulan mengenai
Kumuh Timuran,potensi,
2019

V-144
5.1.10.4 SWOT Sektor Pembiayaan Pembangunan dan Kelembagaan

Tabel 5.50 SWOT Pembiayaan Pembangunan dan Kelembagaan

S W O T

Lembaga di Anggaran Terdapat potensi Kurang optimalnya


Kelurahan Timuran Pembangunan pembiayaan kinerja OPD skala
sudah berperan aktif Kelurahan Timuran pembangunan dari Kota dalam menangani
dalam melakukan mengalami defisit Pelaku usaha yang masalah permukiman
penanganan masalah berada di Kawasan Kumuh di Timuran
permukiman kumuh Permukiman Kumuh
di Timuran Timuran

Masyarakat Lembaga di Timuran


Permukiman Kumuh belum mampu
Timuran cukup aktif mengoptimalkan
dalam melakukan potensi Kebudayaan
pembangunan secara dan Pariwisata yang
swadaya dimiliki

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

5.2 Analisis Multisektoral


5.2.1 Housing Need Assesment\
5.2.1.1 Pengitungan HNA
HNA (Housing Need Assessment) merupakan metode untuk memperkirakan
kebutuhan rumah (housing need) sesuai dengan kebutuhan di dalam menjawab
permasalahan perumahan permukiman di suatu area. Untuk dapat menganalisis
HNA diperlukan data-data mengenai jumlah penduduk, jumlah bangunan yang
meliputi bangunan RTLH dan bangunan lainnya.
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk melakukan analisis HNA
adalah melihat pertambahan jumlah penduduk (proyeksi penduduk pada akhir
tahun perencanaan) sebagai berikut :

Tabel 5.51 Penghitungan HNA tahap 1

Wilayah Luas Kawasan Jumlah Penduduk


2019 2024
Kawasan Permukiman 9.81 Ha 1985 2085
Kumuh Timuran
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-145
Kemudian melakukan penghitungan kebutuhan rumah di tahun 2024 :
Jumlah rumah th 2024 :
= Jumlah pertambahan penduduk / asumsi orang per rumah
= 100 penduduk / 3
= 34 rumah
Sehingga diperoleh angka sebagai berikut :

Tabel 5.52 Tabel penghitungan HNA tahap 2

Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Rumah


2019 1985 392
2024 2085 425
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

5.2.1.2 Penghitungan Backlog Rumah


Backlog rumah dapat digunakan dengan konsep Unit Kepala Keluarga
dengan rumus sebagai berikut:

Backlog = Σ faktor penambah - Σ faktor pengurang + Σ faktor eksternal

= (Σ KK tidak punya rumah + Σ rumah rusak ringan + Σ rumah


rusak berat + Σ rumah hancur + Σ bukan RT) – (Σ rumah
dibangun pengembang + Σ rumah dibangun secara swadaya +
rumah diperbaiki + Σ rumah kosong (tidak dihuni)) + (Σ
rumah rusak akibat bencana (banjir + gempa bumi +
kebakaran + bencana lainnya) + Σrumah rusak karena program
kebijakan pemerintah)
= (34 + 24) – (0) + (6)
= 64 rumah
Dari perhitungan diatas maka dapat dilihat Berdasarkan analisis KDB yang
sudah dilakukan oleh sektor Tata Guna Lahan, diperoleh bahwa :
- Kebutuhan rumah pada akhir tahun 2024 sebanyak 64 rumah
- Jika dibandingkan antara KDB kawasan dan Maksimum KDB, seharusnya
masih terdapat lahan di Kawasan Permukiman Timuran yang dapat dibangun
atau dikembangkan menjadi hunian.

KDB KAWASAN : 49.66%


KDB MAKSIMUM : 76.42%
V-146
5.2.1.3 Penghitungan Affordability
Affordability merupakan kemampuan atau keinginan untuk membayar.
Dalam hal ini adalah kemampuan membayar untuk kebutuhan hunian. Berikut
merupakan data pendapatan masyarakat di kawasan permukiman Kumuh Timuran

Tabel 5.53 Tabel penghitungan Affordability


Jenis Pekerjaan Pendapatan / bulan Kesimpulan

Petugas Parkir 900.000 Dari data di samping diketahui bahwa yang


menjadi target group dalam penyediaan
Keamanan 900.000 permukiman adalah kelompok pekerja
Buruh Bangunan 900.000 Petugas Parkir, Petugas Keamanan dan
Buruh bangunan.
Buruh Serabutan 600.000 Hal ini disebabkan karena pada kelompok
buruh serabutan mereka sama sekali tidak
bisa melakukan saving ( karena pendapatan
Pedagang 2.000.000
mereka sangat pas pasan). Selalu habis
hanya untuk keperluan makan sehari-hari

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Sehigga dapat ditarik kesimpulan bahwa Berdasarkan wawancara dengan


masyarakat, rata-rata mereka yang berpenghasilan 900.000/bulan hanya bisa
menyisihkan pendapatan mereka sekitar 20% - 30% setiap bulan untuk keperluan
membeli rumah  maksimal 270.000,00

5.2.2 Analisis Resiko Kebakaran Permukiman


Terdapat beberapa faktor yang harus diperhitungkan dalam menentukan
resiko kebakaran dalam kawasan permukiman, analisis yang dilakukan melalui
pembagian blok sesuai dengan analisis pembagian blok sebelumnya. Perhitungan
setiap blok dan scoring pada setiap klasifikasi sebagai berikut :

1. Klasifikasi dan Scoring Variabel Pola Permukiman


Tabel 5.54 Klasifikasi dan Scoring Variabel Pola Permukiman
Kelas Scoring Keterangan
Teratur 1 >60% bangunan permukiman sejajar dengan jalan
dan bentuk rumah relatif seragam
Agak Teratur 2 40%-60% bangunan sejajar dengan jalan dan
bentuk rumah agak seragam
Tidak Teratur 3 >40% bangunan sejajar dengan jalan dan bentuk
rumah tidak seragam
Sumber : Suharyadi 2000, dalam Wisnu Widyatmadja (2014)

V-147
Tabel 5.55 Scoring Blok Variabel 1
Blok Scoring
1 3
2 2
3 3
4 2
5 1
6 1
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

2. Klasifikasi dan Scoring Variabel Kepadatan Permukiman

Tabel 5.56 Klasifikasi dan Scoring Variabel Kepadatan Permukiman


Kelas Scoring Keterangan
Baik 1 Kepadatan rumah pada unit permukiman <40%
(jarang)
Sedang 2 Kepadatan rumah pada unit permukiman 40%-
60% (sedang)
Buruk 3 Kepadatan rumah pada unit permukiman >60%
(padat)
Sumber : Ditjen Cipta Karya 1985 dalam Herlina (2004)
Tabel 5.57 Scoring Blok Variabel 2
Blok Scoring
1 3
2 3
3 2
4 2
5 2
6 2
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

3. Klasifikasi dan Scoring Bahan Bangunan Permukiman


Tabel 5.58 Klasifikasi dan Scoring Bahan Bangunan Permukiman
Kelas Scoring Keterangan
Permanen 1 >75% bangunan dibuat dari bahan yang tidak
mudah terbakar
Semi Permanen 2 50-75% bangunan dibuat dari bahan yang tidak
mudah terbakar
Non Permanen 3 <50% bangunan dibuat dari bahan yang tidak
mudah terbakar
Sumber : Suharyadi 2000 dalam Wisnu Widyatmadja (2014)
Tabel 5.59 Scoring Blok Variabel 3
Blok Scoring
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
6 1
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-148
4. Klasifikasi dan Scoring Variabel Lebar Jalan Masuk
Tabel 5.60 Klasifikasi dan Scoring Variabel Lebar Jalan Masuk
Kelas Scoring Keterangan
Baik 1 Lebar jalan >6 m, atau dengan asumsi dapat
dilalui mobil pemadam kebakaran besar dengan
leluasa
Sedang 2 Lebar jalan 3-6 meter, atau dengan asumsi dapat
dilalui mobil pemadam kebakaran kecil
Buruk 3 Lebar jalan <3 meter, atau dengan asumsi dapat
dilalui mobil pemadam kebakaran kecil
Sumber : Herlina Sri Martanti (2004)
Tabel 5.61 Scoring Blok Variabel 4
Blok Scoring
1 3
2 3
3 2
4 1
5 2
6 2
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

5. Klasifikasi dan Scoring Variabel Pelanggan Listrik terhadap Blok


Permukiman
Tabel 5.61 Klasifikasi dan Scoring Variabel Pelanggan Listrik terhadap Blok
Permukiman
Kelas Scoring Keterangan
Baik 1 >50% blok permukiman yang berlangganan listrik
ke PLN
Sedang 2 25-50% blok permukiman yang berlangganan
listrik ke PLN
Buruk 3 <25% blok permukiman yang berlangganan listrik
ke PLN
Sumber : Wisnu Widyatmadja (2014)
Tabel 5.62 Scoring Blok Variabel 5
Blok Scoring
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
6 1
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-149
6. Klasifikasi dan Scoring Variabel Aktivitas Internal
Tabel 5.63 Klasifikasi dan Scoring Variabel Aktivitas Internal
Kelas Scoring Keterangan
Baik 1 >50% bangunan pada blok permukiman
merupakan bangunan rumah untuk tempat tinggal
Sedang 2 25-50% bangunan pada blok permukiman
merupakan bangunan rumah untuk tempat tinggal
dan selebihnyadigunakan untuk bengkel, pabrik
dan dagang
Buruk 3 <25% bangunan pada blok permukiman
merupakan bangunan rumah untuk tempat tinggal
dan selebihnya digunakan untuk bengkel, pabrik,
dan dagang
Sumber : Herlina Sri Martanti (2004)
Tabel 5.64 Scoring Blok Variabel 6
Blok Scoring
1 2
2 2
3 2
4 1
5 3
6 1
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

7. Klasifikasi dan Scoring Variabel Sumber Air terhadap Blok Permukiman


Tabel 5.65 Klasifikasi dan Scoring Variabel Sumber Air terhadap Blok
Permukiman
Kelas Scoring Keterangan
Dekat 1 <500 m, dengan asumsi waktu yang dibutuhkan
dari sumber air ke lokasi kebakaran
Sedang 2 500-2000 m, asumsi waktu yang dibutuhkan dari
sumber air ke lokasi kebakaran
Jauh 3 >2000 m, asumsi waktu yang dibutuhkan dari
sumber air ke lokasi kebakaran
Sumber : Wisnu Widyatmadja (2014)
Tabel 5.66 Scoring Blok Variabel 7
Blok Scoring
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 1
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-150
8. Klasifikasi dan Scoring Variabel Jarak Kantor Pemadam Kebakaran
terhadap Blok Permukiman
Tabel 5.67 Klasifikasi dan Scoring Variabel Jarak Kantor Pemadam Kebakaran
terhadap Blok Permukiman
Kelas Scoring Keterangan
Baik 1 Jarak <1.500 meter
Sedang 2 Jarak antara 1.500-3.000 meter
Buruk 3 Jarak >3.000 meter
Sumber : Herlina Sri Martanti (2004)
Tabel 5.68 Scoring Blok Variabel 8
Blok Scoring
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
6 1
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Berdasarkan dari keseluruhan kriteria untuk menentukan blok yang harus


dilakukan upaya minimalisir bahaya kebakaran maka ditentukan melalui scoring
total sebagai berikut :

Tabel 5.69 Scoring Blok

Blok Klasifikasi Klasifikasi Klasifikasi Klasifikasi Klasifikasi Klasifikasi Klasifikasi Klasifikasi Total
1 2 3 4 5 6 7 8
1 3 3 1 3 1 2 2 1 16
2 2 3 1 3 1 2 2 1 15
3 2 2 1 2 1 2 2 1 13
4 2 2 1 1 1 1 2 1 11
5 1 2 1 2 1 3 2 1 13
6 1 2 1 2 1 1 1 1 10
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

Maka berdasarkan hasil scoring diketahui bahwa blok yang diprioritaskan


dalam melakukan pencegahan kebakaran terletak di blok 1. Hal ini sesuai dengan
keadaan eksisting blok 1 yang di dominasi oleh permukiman penduduk menengah
ke bawah yang memiliki tingkat kerapatan bangunan tinggi dan kesesuaian lebar
jalan minimum tidak terpenuhi.

V-151
5.2.3 SWOT Multisektor Kawasan Permukiman Kumuh Timuran

Tabel 5.70 SWOT Multisektor Kawasan Permukiman Kumuh Timuran

S W O T

Kawasan masih dapat Terdapat backlog Kawasan memiliki


dikembangkan untuk rumah sebanyak 64 resiko bencana
memenuhi kebutuhan unit kebakaran yang tinggi
akan hunian terutama pada blok 1

Sumber :Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019

V-152
Gambar 5.92 Peta Tingkat Kerawanan Bencana di Kawasan Permukiman Kumuh Timuran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1 Stuperkim Kawasan Kumuh Timuran, 2019 V-153

Anda mungkin juga menyukai