Anda di halaman 1dari 6

LENTERA MUDA, GENERASI INTELEKTUAL YANG

BERMORAL DENGAN NILAI-NILAI KEPESANTRENAN


(Essay untuk memenuhi salah satu tugas PKKMB-LKMM Pra-TD 2023)

Oleh :
IISA AINUR ROCHMAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BILLFATH
LAMONGAN
2023
PENDAHULUAN

Generasi muda memiliki peran penting dalam membentuk masa depan suatu
bangsa. Mereka adalah agen perubahan, pemegang nilai-nilai, dan penentu arah
perjalanan suatu masyarakat. Untuk memastikan perubahan yang positif dan
berkelanjutan, diperlukan generasi intelektual yang bermoral dengan nilai-nilai
kepesantrenan yang kuat. Karna nilai-nilai kepesantren juga memiliki peran yang sangat
penting dalam menciptakan generasi Intelektual. Dalam esai ini, kita akan menjelajahi
konsep lentera muda sebagai generasi intelektual yang memadukan intelektualitas dengan
moralitas, serta bagaimana nilai-nilai kepesantrenan membentuk karakter mereka.

LENTERA MUDA: SIAPA MEREKA?

Lentera muda adalah generasi yang memiliki pengetahuan dan keterampilan


intelektual yang tinggi, namun juga menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang kuat.
Mereka bukan hanya sekedar memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga memiliki
kesadaran akan pentingnya moralitas dalam setiap aspek kehidupan mereka. Lentera
muda adalah sosok yang menjadi panutan bagi masyarakat, membawa cahaya dan
kebaikan dalam kegelapan yang ada.

PERAN PESANTREN SANGAT STRATEGIS DIDIK GENERASI MUDA

Pesantren adalah salah satu tempat mendidik para generasi muda untuk dapat
memperdalam ilmu agama agar bisa menjadi pemimpin baik itu pemimpin dalam doa,
imam salat, dan memimpin pengajian. Namun pesantren kini memadukan ilmu agama
dengan ilmu umum yang dipelajari oleh siswa di luar pesantren.

Karena begitu lulus dari pesantren, seorang santri tidak hanya pandai ilmu agama,
tetapi juga menguasai ilmu-ilmu umum yang diharapkan juga bisa dapat menjadi
pemimpin di negeri ini di kemudian hari nantinya. Dengan begitu, jika dia menjadi
pemimpin, dia akan menjadi pemimpin yang banyak membawa maslahat bagi rakyatnya.

Tentunya kita tetap menginginkan adanya sebuah kehidupan yang harmoni,


terwujudnya ukhuwah islamiyah di antara kita semuanya di antara umat dan tentunya
peran dari Pondok Pesantren sangat strategis. Karena Pondok Pesantren ini membina
anak-anak generasi muda Indonesia. Dalam melakukan upaya pencegahan paham radikal
terorisme kepada generasi muda tersebut tentu perlu adanya komunikasi yang intensif
dengan para alim ulama ataupun dengan para pimpinan pondok pesantren.

Kita juga harus bisa membuka ruang komunikasi yang konstruktif, menjaga agar
anak muda tidak mudah terpapar yang untuk hal-hal yang sifatnya mengarah kepada
sikap-sikap yang intoleran dan bahkan melakukan tindakan yang destruktif . Itu yang bisa
tidak diinginkan. Oleh karena itu kita berharap tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh
masyarakat untuk kiranya bisa terus memberikan bimbingan kepada para generasi muda
agar nantinya bisamenjadi generasi yang cinta kepada negara Republik Indonesia ini
Apalagi di era teknologi informasi yang makin berkembang ini pengaruh media sosial
saat ini sungguh luar biasa. Karena propaganda yang terbanyak pada hari ini tentunya
melalui media sosial. Dan ini tentunya kita harus bijak dalam menggunakan ataupun
memanfaatkan informasi pada media sosial karena dari pengguna media sosial kita
ketahui di Indonesia ini adalah umumnya para generasi muda.

Indonesia saat ini sedang menghadapi bonus demografi sampai dengan tahun 2045,
sehingga generasi usia produktif ini sangat dominan. Oleh karena itu dalam penggunaan
media sosial ini juga tentu perlu adanya bimbingan yang dilakukan dengan langkah-
langkah literasi maupun edukasi kepada generasi muda kita. Karena tidak semua isi
informasi yang ada di media sosial itu adalah bersifat positif. Karena ada yang sifatnya
menyebarkan paham-paham yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa kita. Ada
yang bertentangan dengan nilai-nilai agama, ada yang mempromosikan cara-cara
kekerasan atau destruktif dengan menyikapi suatu keadaan.

PESANTREN SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN LENTERA MUDA

Pesantren, sebagai lembaga pendidikan tradisional di Indonesia, memainkan peran


sentral dalam membentuk lentera muda. Di pesantren, generasi muda tidak hanya
diajarkan ilmu agama, tetapi juga nilai-nilai moral yang kuat. Mereka diajarkan untuk
hidup dengan disiplin, kesederhanaan, dan kejujuran. Pesantren mengajarkan pentingnya
menjunjung tinggi norma-norma kehidupan yang baik, dan itu membentuk karakter
generasi muda yang kuat.
PENDIDIKAN SEBAGAI KUNCI PEMBENTUKAN LENTERA MUDA

Pendidikan adalah faktor kunci dalam membentuk lentera muda yang bermoral.
Generasi intelektual harus mendapatkan pendidikan yang memadukan ilmu pengetahuan
dengan nilai-nilai kepesantrenan. Pendidikan yang mengutamakan integritas dan
moralitas akan membantu generasi muda mengembangkan karakter yang kuat. Oleh
karena itu, per Regenerate adanya kerjasama erat antara lembaga pendidikan formal dan
pesantren untuk membentuk hubungan dengan erat guna menciptakan generasi muda
intelektual yang bermoral dengan nilai-nilai kepesantrenan.

TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

Menurut Yusuf Qardhawi adalah pembentukan manusia seutuhnya, akal dan


hatinya, jasmani dan rohaninya, akhlak dan keterampilannya. Untuk itu pendidikan Islam
bertujuan juga untuk menyiapkan manusia untuk bisa hidup dalam kondisi damai maupun
perang, dalam kondisi masyarakat dengan seluruh kebaikan dan kejahatannya, manis dan
pahitnya.

Dan terdapat beberapa pendapat lain mengenai Tujuan pendidikan islam, antara lain:

[1] Adapun Hasan Langgulung menulis bahwa tujuan pendidikan Islam adalah upaya
penyiapan generasi muda agar bisa mengisi peranan dengan cara memindahkan
pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk
beramal di dunia dan memetik hasilnya di akherat.

[2] Endang Saifuddin Anshari memberikan gambaran bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah untuk membimbing jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, dan lainnya) dan
raga dengan materi tertentu, waktu tertentu, metode tertentu demi terciptanya pribadi
tententu sesuai dengan ajaran Islam.

[3] Tujuan pendidikan Islam menurut Ramayulis adalah untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Adapun tujuan
pendidikan Islam di sekolah adalah untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
Muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

[4] Tujuan umum pendidikan Islam menurut Al-Abrasyi dalam Langgulung (2004:51)
meliputi lima tujuan. Diantaranya adalah :

1. Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia.


2. persiapan untuk kehidupan di dunia maupun di akherat.
3. Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi manfaat atau disebut juga
tujuan vokasional dan profesional.
4. Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan dan memuaskan keingintahuan
(curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri.
5. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknikal dan pertukangan supaya dapat
menguasai profesitertentu agar ia dapat mencari rezeki dalam hidup di samping
memelihara segi kerohanian dan keagamaan.

[5] Merespons problem degradasi moral remaja dan pelajar sebagai hasil sistem
pendidikan, Zakiah Daradjat memberikan pandangan akan pentingnya sebuah institusi
pendidikan yang secara serius dan terorganisir mengelola pembinaan akhlak atau moral
para anak didiknya. Pembinaan moral meliputi dua hal penting yakni tindak moral (moral
behavior) dan moral concept (pengertian tentang moral). Dari kedua hal itu yang mesti
didahulukan adalah tindak moral, sejak dini anak-anak harus dibina untuk mengarah
kepada moral yang baik. Sebab moral tumbuh bersama pengalaman langsung dari
lingkungan di mana anak-anak hidup, kemudian berkembang menjadi kebiasaan, baik
dimengerti ataupun tidak, kelakukan adalah hasil dari pembinaan yang terjadi secara
langsung atau tidak langsung, formil atau tidak formil. Dengan kata lain pembinaan moral
fokus kepada keteladanan sang guru atau orang tua. Janganlah anak dikatakan nakal,
karena laku yang buruk dan bertentangan dengan nilai moral, tetapi sebenarnya mereka
adalah orang yang menderita jiwa dan tidak mendapat bimbingan yang membawanya
kepada kehidupan yang penuh dengan nilai moral. Dalam hal ini agamalah yang dapat
menjamin pembinaan moral manusia, baik anak-anak, remaja maupun dewasa. Karenanya
yang pertama bertanggungjawab atas pendidikan akhlak anak adalah orang tua, lantas
guru dan masyarakat.
Pendidikan Akhlak di Pesantren Modern
Berdasarkan penelusuran penulis di lima pesantren modern di kabupaten Bogor,
maka dapat dirumuskan bahwa konsep pendidikan akhlak mulia di pesantren meliputi
setidaknya enam aspek penting. Pertama aspek pemahaman tentang makna akhlak yakni
sikap dan perilaku baik yang didasarkan pada ajaran Islam dan bersumber dari Al Qur’an
dan Al Hadist yang meliputi akhlak kepada diri sendiri, kepada orang lain, kepada Allah
dan kepada lingkungan hidup. Kedua tujuan pendidikan akhlak pada prinsipnya adalah
perbaikan diri baik kedudukannya sebagai diri sendiri, sebagai hamba Allah dan sebagai
bagian dari masyarakat. Dengan kata lain tujuan utama pendidikan akhlak yang
dijalankan pesantren modern adalah untuk membentuk anak sholeh dan sholehah yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah dengan indikasi menjalankan perintahNya dan
menjauhi laranganNya dan bermanfaat bagi kehidupan sosial. Ketiga, program
pembentukan akhlak berupa pembiasaan yang dikemas menjadi kegiatan harian,
mingguan, bulanan dan bahkan tahunan. Keempat, materi akhlak meliputi sikap dan
perilaku yang diwajibkan oleh ajaran Islam baik kepada diri sendiri, orang lain, Allah dan
kepada lingkungan hidupnya. Kelima, rujukan materi akhlak yang digunakan di
pesantren modern setidaknya ada tujuh yakni Al Qur’an, Al Hadist, kitab Aqidah Akhlak,
Kitab Ta’lim Al Muta’allim, Kitab Al Akhlak lil Banin wal Banat, nilai-nilai
kepesantrenan (sunnah pondok) dan tradisi pesantren. Keenam, kualifikasi guru yang
disyaratkan di pesantren modern untuk menumbuhkan akhlak mulia pada santri adalah
yang memiliki kematangan intelektual, kematangan psikologis, kematangan sosial,
kematangan perilaku dan kematangan spiritual.

Anda mungkin juga menyukai