Anda di halaman 1dari 3

Nilai – Nilai Dalam Pakaian Melayu Riau

Filosofi Busana Melayu Riau Ungkapan Adat Melayu mengatakan “Adat


memakai yang sesuai, adat bersolek menuju yang baik” maksudnya:
memakai pakaian, terutama dalam berpakaian adat, haruslah sesuai
dengan ketentuan adat, demikian pula tata riasnya, haruslah bertujuan
untuk kebaikan dan keselamatan pemakainya. Kerenanya adat Melayu
Riau mengatur pula tata cara berpakaian serta meletakkan lambang dan
filosofinya didalamnya. Diiringi dengan ungkapan dari Ediruslan Pe
Amanriza budayawan Riau, secara umum filosofi busana Melayu Riau
sebagai berikut :

✓ Menegakkan Syarak
✓ Mengokohkan Adat
✓ Mengekalkan jati diri Melayu
✓ Menolak Bala
✓ Memberikan Tunjuk Ajar

Pengertian Budaya, Kebudayaan, dan Peradaban Pertanyaan yang sering


diajukan adalah “Apa sebenarnya hakikat kebudayaan itu?”, atau
“Apakah sebenarnya yang tercakup dalam konsep kebudayaan?”
Kebudayaan berasal dari kata “budaya”. Budaya diserap dari kata bahasa
Sanskerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari “buddhi” yang berarti
budi atau akal. Jadi kebudayaan dapat diartikan “segala hal yang
bersangkutan dengan budi atau akal”. Koentjaraningrat (1981;5)
mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan perkembangan dari
bentuk jamak “budi daya”, artinya daya dari budi, kekuatan akal. Adapun
kata budaya dalam istilah Inggrisnya berasal dari kata Latin colere, yang
berarti “mengolah, mengerjakan”, terutama mengolah tanah atau bertani.
Dari arti ini berkembang menjadi culture, yang maksudnya segala daya
dan usaha manusia untuk mengubah alam. Sebagian orang memberikan
artian yang terbatas terhadap kebudayaan yaitu pikiran, karya, dan hasil
manusia yang memenuhi hasratnya akan keindahan. Singkatnya
kebudayaan adalah kesenian. Dalam arti seperti ini, konsep kebudayan
memang terlampau sempit, dan cenderung kurang tepat.

Untuk lebih jelasnya mengenai definisi kebudayaan, yang menjadi tokoh


alangkah baiknya kita mengkaji kebudayaan. Orang yang dalam kajian
ilmu tentang pertama kali merumuskan definisi kebudayaan adalah E.B.
Taylor (1832-1917), guru besar Antropologi di Universitas Oxford pada
tahun 1883. Pada tahun E.B. Taylor mendefinisikan kebudayaan sebagai
berikut: “kebudayaan adalah mencakup ilmu pengetahuan, kepercayaan,
seni, moral, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan, serta kebiasaan-
kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat”.
Sementara itu, beberapa ilmuan Indonesia telah membuat definisi
mengenai kebudayaan. Koentjaraningrat, Guru Besar Antropologi di
Universitas Indonesia mendefinisikan kebudayaan sebagai: “keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara
belajar”. Hal-hal yang tidak termasuk kebudayaan adalah tidak hanya
beberapa reflex yang berdasarkan naluri. Namun juga ada sesuatu
perbuatan yang sebenarnya berdasarkan naluri seperti makan, oleh
manusia dilakukan dengan peralatan dan tata cara sopan santun, dan
bahkan ada memakai protokoler, sehingga hanya bisa dilakukan dengan
baik sesudah suatu proses be ajar tata cara makan, dan ini juga bagian dari
kebudayaan
Unsur-unsur Kebudayaan Untuk keperluan analisis konsep kebudayaan
itu perlu dipecah lagi ke dalam unsur-unsurnya. Unsur terbesar yang
terjadi kerana pecahan tahap pertama disebut “unsur kebudayaan yang
universal”, dan merupakan unsur-unsur yang pasti bisa didapat di semua
kebudayaan di dunia, baik yang hidup dalam masyarakat pedesaan yang
kecil terpencil, maupun dalam masyarakat modern perkotaan yang besar
dan kompleks. Unsur-unsur universal itu adalah:

✓ Sistem religi dan upacara keagamaan;


✓ Sistem dan organisasi kemasyarakatan;
✓ Sistem Pengetahuan;
✓ Bahasa;
✓ Kesenian;
✓ Sistem mata pencaharian hidup;
✓ Sistem teknologi dan peralatan.

Anda mungkin juga menyukai