Anda di halaman 1dari 6

Riset Penggunaan Kawasan Hutan:

Dasar Hukum:

 PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2018 TENTANG PEDOMAN
PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN (“PMLHK 27/2018”).

 PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR: P.22/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018/K.1/8/2018
TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA PELAYANAN
PERIZINAN TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK LINGKUP KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN (“PMLHK 22/2018”)

 Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 10 Tahun 2018 Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Riau (“Perda Riau 10/2018”). *Luas Kawasan Hutan Hal. 196, Hal.
423, Hal. 439. Daerah Aliran Sungai Hal. 450).

 PEDOMAN PERIZINAN BERUSAHA MELALUI SISTEM OSS untuk Pelaku Usaha


Oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia
(“Pedoman ISS”)

Pengertian Kawasan Hutan:

 Dalam PMLHK 27/2018, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan
lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan
(Pasal 1 angka 7). Sedangkan pengertian kawasan hutan adalah wilayah tertentu
yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan
tetap (Pasal 1 angka 8).

 Penggunaan kawasan hutan adalah penggunaan atas sebagian kawasan hutan


untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah fungsi
dan peruntukan kawasan hutan tersebut (Pasal 1 angka 12). Untuk menggunakan
kawasan hutan, maka pihak yang hendak menggunakan kawasan hutan wajib
memiliki Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (“IPPKH”). IPPKH adalah izin yang
diberikan untuk menggunakan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di
luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah fungsi dan peruntukan kawasan hutan.

Kawasan Hutan Provinsi Riau:


Dalam Perda Riau No.10 Tahun 2018, dijelaskan bahwa Luas hutan Provinsi Riau adalah
9,02 juta hektar. hutan alam yang tersisa hanya 29,17% dari daratan Riau.
Dalam PMLHK 27/2018, diatur bahwa dalam penerbitan IPPKH dilakukan dengan
ketentuan:
a. pada provinsi yang luas kawasan hutannya sama dengan atau kurang dari 30% (tiga
puluh perseratus) dari luas daerah aliran sungai, pulau, dan/atau provinsi, dengan
kompensasi:
1) lahan untuk penggunaan kawasan hutan yang bersifat komersial, dengan ratio 1:2
(satu berbanding dua);

2) melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai terutama


pada kawasan hutan untuk penggunaan kawasan hutan yang bersifat non
komersial, dengan ratio 1:1 (satu berbanding satu);

Pengajuan dan Persyaratan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan berdasarkan PMLHK
22/2018:

Nomor Induk Berusaha

Berdasarkan Pedoman ISS, Nomor Induk Berusaha (“NIB”) adalah identitas Pelaku Usaha
yang diterbitkan oleh Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran. NIB
sekaligus berlaku sebagai:

 Tanda Daftar Perusahaan (TDP)


 Angka Pengenal Impor (API), jika pelaku usaha akan melakukan kegiatan impor
 Akses Kepabeanan, jika pelaku usaha akan melakukan kegiatan ekspor dan/atau
impor
NIB wajib dimiliki pelaku usaha yang ingin mengurus perizinan berusaha melalui OSS, baik
usaha baru maupun usaha yang sudah berdiri sebelum operasionalisasi OSS.
Pelaku usaha dapat memperoleh dokumen Pendaftaran Lainnya saat pendaftaran NIB,
yaitu:

 NPWP Badan atau Perorangan, jika pelaku usaha belum memiliki;


 Surat Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA);
 Bukti Pendaftaran Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan;
 Notifikasi kelayakan untuk memperoleh fasilitas fiskal dan/atau ✓ Izin Usaha;
misalnya untuk Izin Usaha di sektor Perdagangan (Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP)).
Bagi Pelaku usaha yang akan membangun, Pelaku usaha kemudian menyatakan bahwa
prasara yang digunakan merupakan tidak sewa pada kolom status bangunan usaha Izin
yang dibutuhkan:

 Izin Usaha;
 Izin Komersial/Operasional;
 IMB;
 Izin Lokasi; dan
 Izin Lingkungan (jika diperlukan).

Langkah-langkah untuk memperoleh NIB

 Log-in pada sistem OSS;


 Mengisi data-data yang diperlukan, seperti: data perusahaan, pemegang saham,
kepemilikan modal, nilai investasi dan rencana penggunaan tenaga kerja, termasuk
tenaga kerja asing;
 Tenaga kerja asing. Jika pelaku usaha menggunakan tenaga kerja asing, maka
pelaku usaha akan menyetujui pernyataan penunjukan tenaga kerja;

Persyaratan Teknis

a. Perizinan/ Perjanjian di bidangnya yang diterbitkan oleh pejabat sesuai


kewenangannya;

b. Lokasi dan luasan areal yang dimohon yang dituangkan dalam bentuk peta skala
paling kecil 1:50.000 atau lebih besar dalam bentuk softcopy format shapefile
dengan koordinat sistem UTM Datum WGS 84;

c. Rekomendasi Gubernur terkait penggunaan kawasan hutan;

d. Izin lingkungan;

e. Peta citra penginderaan jauh dengan resolusi minimal 5 (lima) meter liputan 1
(satu) tahun terakhir dilampiri dengan softcopy dengan koordinat sistem UTM
Datum WGS 84;

Persyaratan Komitmen:

a. Menyelesaikan AMDAL/UKL UPL;

b. Menyelesaikan tata batas areal IPPKH;

c. Menyampaikan peta lokasi rencana penanaman dalam rangka rehabilitasi


Daerah Aliran Sungai;

d. Menyerahkan lahan kompensasi kepada Menteri dengan ratio 1:2 yang


dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima Lahan Kompensasi bagi pemegang
izin pinjam pakai kawasan hutan dengan kompensasi lahan;

e. Menyampaikan matriks dan peta baseline penggunaan kawasan hutan sesuai


dengan hasil tata batas dan dokumen lingkungan bagi pemegang izin pinjam
pakai kawasan hutan dengan kewajiban membayar PNBP penggunaan kawasan
hutan; dan

f. Menyampaikan pernyataan dalam bentuk Akta Notariil bahwa bersedia untuk


memenuhi kewajiban izin pinjam pakai kawasan hutan.

Note: Bagi izin usaha untuk kegiatan pembangunan nasional yang bersifat vital, yaitu panas
bumi, minyak dan gas bumi, ketenagalistrikan, waduk, bendungan, dan kegiatan yang
termasuk dalam proyek strategis nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah, dapat
melakukan kegiatan usaha sebelum menyelesaikan Pemenuhan Komitmen, kecuali
Komitmen huruf a (AMDAL/UPL-UKL).
Pengajuan IPPKH dengan Penyelesaian Melalui Lembaga OSS (PMLHK 28/2018 (pasal 25-
29))
 Berdasarkan PMLHK 28/2018 Pengajuan IPPKH oleh perusahaan yang telah
memperoleh NIB ditujukan kepada Menteri melalui Lembaga OSS dilengkapi
persyaratan teknis dan komitmen;

 Direktur Jenderal yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang planologi
kehutanan dan tata lingkungan (“Direktur Jenderal”) dalam jangka waktu 24 (dua
puluh empat) hari kerja melakukan pengawasan terhadap Pernyataan Komitmen
dan Persyaratan Teknis.

 Permohonan yang telah memenuhi persyaratan dan telah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan dilaporkan oleh Direktur Jenderal kepada Menteri
dalam bentuk dokumen elektronik melalui sistem elektronik yang terintegrasi atau
surat secara manual berupa telaah teknis dan peta yang ditandatangani Direktur
Jenderal, dalam hal memenuhi ketentuan teknis (“Laporan”);

 Menteri akan memberikan arahan terhadap Laporan Direktur Jenderal;

 Berdasarkan arahan terhadap Laporan, Direktur Jenderal dalam jangka waktu 5


(lima) kerja menyampaikan hasil pengawasan kepada Lembaga OSS dalam bentuk
dokumen elektronik melalui sistem elektronik yang terintegrasi berupa notifikasi
persetujuan (“Notifikasi”) dalam hal permohonan telah memenuhi persyaratan dan
telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan Peta yang
disetujui akan menjadi peta areal IPPKH.

 Berdasarkan Notifikasi, Lembaga OSS menerbitkan IPPKH berdasarkan komitmen


atau menolak permohonan.

Note: Ketentuan tata waktu penyelesaian permohonan IPPKH tidak berlaku dalam
hal terdapat permasalahan teknis maupun hukum yang memerlukan verifikasi
lapangan.

Pengajuan IPPKH Melalui Kementerian (PMLHK 28/2018 (pasal 30-39))

 berdasarkan PMLHK 28/2018 Pengajuan IPPKH oleh perusahaan yang telah


memperoleh NIB ditujukan kepada Menteri melalui Lembaga OSS dilengkapi
persyaratan teknis dan komitmen;

 berdasarkan permohonan dan persyaratan permohohan, Direktur yang diserahi


tugas dan bertanggung jawab di bidang perizinan penggunaan kawasan hutan
(“Direktur”) dalam jangka waktu 24 (dua puluh empat) hari kerja melakukan
pengawasan terhadap Pernyataan Komitmen dan Persyaratan Teknis ;

 Direktur menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Direktur jenderal,


Permohonan yang telah memenuhi persyaratan dan telah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan dilaporkan oleh Direktur Jenderal kepada
Sekretaris Jenderal dalam bentuk dokumen elektronik melalui sistem elektronik yang
terintegrasi atau surat secara manual berupa telaah teknis dan peta yang
ditandatangani Direktur Jenderal, dalam hal memenuhi ketentuan teknis;

 Sekretaris Jenderal dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
menerima telaahan teknis dan konsep peta lampiran IPPKH sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) huruf b, melakukan penelaahan hukum dan selanjutnya
menyampaikan konsep keputusan IPPKH dan peta lampiran IPPKH kepada Menteri.

 Menteri dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah menerima konsep
keputusan IPPKH dan peta lampiran IPPKH, menerbitkan keputusan IPPKH.
Note: Ketentuan tata waktu penyelesaian permohonan IPPKH tidak berlaku dalam hal
terdapat permasalahan teknis maupun hukum yang memerlukan verifikasi lapangan.

Larangan Pemegang IPPKH

Pemegang IPPKH dilarang:

 memindahtangankan IPPKH kepada pihak lain atau perubahan nama pemegang izin
pinjam pakai tanpa persetujuan Menteri;
 menjaminkan/mengagunkan areal IPPKH kepada pihak lain.

Jangka waktu berlaku IPPKH (Pasal 54)

Dalam hal pengajuan IPPKH adalah untuk instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi
listrik serta teknologi energi baru dan terbarukan antara lain panas bumi yang dimohon
selain oleh Pemerintah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah/Badan Usaha
Milik Desa/ Badan Usaha Milik Desa Bersama IPPKH diberikan paling lama sama dengan
jangka waktu perizinan dibidangnya atau keputusan tentang tahap kegiatan.

Status istimewa Penerbitan IPPKH untuk Proyek Strategis Nasional (Pasal 57)
Dalam hal terdapat kawasan hutan yang telah diterbitkan IPPKH akan digunakan untuk
kegiatan proyek strategis nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah baik seluruhnya
maupun sebagian, maka areal IPPKH dapat dilakukan pencabutan atau pengurangan. Surat
pemberitahuan pencabutan atau pengurangan sebagaimana dimaksud ayat (1) diterbitkan
oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri.

Hapusnya IPPKH (Pasal 65)


IPPKH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dan Pasal 30 ayat (6) hapus apabila:
 jangka waktu IPPKH telah berakhir;
 dicabut oleh Menteri;
 diserahkan kembali secara sukarela oleh pemegang IPPKH kepada Menteri sebelum
jangka waktu berakhir dengan pernyataan tertulis. Penyerahan kembali secara
sukarela oleh pemegang IPPKH dilampiri dengan hasil evaluasi untuk kegiatan
operasi produksi. Pencabutan dilakukan dengan persetujuan Menteri.
 perizinan/perjanjian yang diterbitkan oleh pejabat sesuai kewenangannya antara lain
Izin Usaha Pertambangan, Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dicabut oleh
pejabat sesuai kewenangannya.

Anda mungkin juga menyukai