Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
1. PSAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dapat dilengkapi dengan IPSAP
dan/atau Buletin Teknis SAP.
2. IPSAP dan Buletin Teknis SAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan
diterbitkan oleh KSAP dan diberitahukan kepada Pemerintah dan Badan Pemeriksa
Keuangan.
3. Rancangan IPSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Badan
Pemeriksa Keuangan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum IPSAP
diterbitkan.
BAB II
PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Pasal 4
Pasal 5
1. Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2), perubahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat
pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan.
2. Rancangan perubahan PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh KSAP
sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam penyusunan SAP.
Pasal 6
Pasal 7
1. Penerapan SAP Berbasis Akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dapat
dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi
penerapan SAP Berbasis Akrual.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan.
Pasal 8
1. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dinyatakan
dalam bentuk PSAP.
2. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi
dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9
I. UMUM
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam
Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan. Standar akuntansi pemerintahan tersebut disusun oleh
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan yang independen dan ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan
Pemeriksa Keuangan.
Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses
baku penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut
merupakan pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara lengkap terdapat
dalam Lampiran III.
Penyusunan PSAP dilandasi oleh Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan, yang merupakan konsep dasar penyusunan dan pengembangan
Standar Akuntansi Pemerintahan, dan merupakan acuan bagi Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna
laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum
diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Keuangan Negara tersebut,
Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan
tersebut menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja
dan pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas
dana.
Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual
dimaksudkan untuk memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku
kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan
pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan
salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding
dengan manfaat yang diperoleh.
I. PENDAHULUAN
I.1 TUJUAN
Kerangka Konseptual ini merumuskan konsep yang mendasari 3 penyusunan
dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan yang 4 selanjutnya dapat
disebut standar. Tujuannya adalah sebagai acuan bagi:
a. Penyusun standar dalam melaksanakan tugasnya.
b. Penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang
belum diatur dalam standar.
c. Pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan standar, dan
d. Para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang
disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar.
Kerangka Konseptual ini berfungsi sebagai acuan dalam hal terdapat masalah
akuntansi yang belum dinyatakan dalam standar akuntansi pemerintahan.
Dalam hal terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar, maka
ketentuan standar diunggulkan relatif terhadap kerangka konseptual ini. Dalam
jangka panjang, konflik demikian diharapkan dapat diselesaikan sejalan dengan
pengembangan standar akuntansi pemerintahan di masa depan.
ASUMSI DASAR
1. Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di
dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi
masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa
lalu.
2. Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan
dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat
diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya
tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial
dapat menyesatkan.
3. Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan
keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.
4. Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan
batas pemahaman para pengguna.
1. Basis akuntansi
2. Prinsip nilai historis
3. Prinsip realisasi
4. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal
5. Prinsip periodisitas
6. Prinsip konsistensi
7. Prinsip pengungkapan lengkap
8. Prinsip penyajian wajar
ASET
Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi aset
tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, bagi
kegiatan operasional pemerintah, berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja
bagi pemerintah. Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan nonlancar. Suatu aset
diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau
dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
pelaporan. Aset yang tidak dapat dimasukkan dalam kriteria tersebut diklasifikasikan
sebagai aset nonlancar.
Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan
persediaan. Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, danaset tak
berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan
pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset nonlancar diklasifikasikan
menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.
LAPORAN OPERASIONAL
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas
Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang
dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan
untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan
yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
KENDALA PENGUKURAN
Kriteria pengakuan pada umumnya didasarkan pada nilai uang akibat peristiwa
atau kejadian yang dapat diandalkan pengukurannya. Namun ada kalanya pengakuan
didasarkan pada hasil estimasi yang layak. Apabila pengukuran berdasarkan biaya dan
estimasi yang layak tidak mungkin dilakukan, maka pengakuan transaksi demikian cukup
diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
PENGAKUAN ASET
Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset dalam
bentuk kas yang diperoleh pemerintah antara lain bersumber dari pajak, bea masuk,
cukai, penerimaan bukan pajak, retribusi, pungutan hasil pemanfaatan kekayaan negara,
transfer, dan setoran lain-lain, serta penerimaan pembiayaan, seperti hasil pinjaman.
PENGAKUAN KEWAJIBAN
PENGAKUAN PENDAPATAN
Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada
aliran masuk sumber daya ekonomi. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di
Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas 33 pelaporan.
Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau
terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.