Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum

Dasar-Dasar Agronomi

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC)

Nama : Muhammad Fadhiil


NIM : G021221018
Kelas : Dasar-Dasar Agronomi A
Kelompok :4
Asisten : Rosmina Rajab

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan limbah bukan lagi hal baru bagi manusia. Limbah yang
dibuang sembarangan dapat membawa permasalahan yang sangat besar.
Salah satu hal yang menjadi permasalahan di masyarakat ialah sampah.
Tumpukan sampah salah satunya yang dapat membawa penyakit dan polusi
yang merusak lingkungan. Salah satu limbah yang belum banyak diolah saat
ini adalah kulit pisang dan daun bambu (Wulandari, 2022).
Masalah lingkungan menjadi isu penting dalam keberlanjutan lingkungan.
Bertambahnya penduduk tentu berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah
limbah rumah tangga. Selain itu limbah rumah tangga yang tidak terkendali dan
jika dibuang sembarangan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Merupakan suatu barang yang sudah tidak dipakai lagi, akan tetapi limbah dapat
menjadi barang yang berguna jika diolah kembali (Prasetyawati et al., 2019).
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran
hewan atau bagian hewan dan limbah organik lainnya yang telah melalui proses
rekayasa. Pupuk organik berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan
mineral, atau mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara.
Pupuk organik juga memiliki beberapa manfaat yaitu menyuburkan tanah serta
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Widowati, 2015).
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan organik
yang berasal dari sisa-sisa tanaman, limbah agroindustri, dan kotoran hewan.
Selain kotoran hewan, kotoran manusia yang memiliki kandungan lebih dari satu
unsur hara. Pupuk organik cair ini juga memiliki segudang manfaat yaitu dapat
secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian
hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat (Tanti, 2019).
Berdasarkan penjelasan diatas perlu dilakukan praktikum mengenai pupuk
organik cair yang memanfaatkan limbah-limbah sayuran untuk mengurangi
masalah lingkungan terhadap limbah yang sering membawa penyakit dan polusi
yang merusak lingkungan.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah untuk melihat pengaruh MOL
terhadap proses pembuatan pupuk organik cair dari berbagai limbah rumah
tangga, pasar, dan pertanian.
Kegunaan dilaksanakan praktikum ini adalah diharapkan setiap peserta
dapat memahami pembuatan pupuk organik cair yang berguna sebagai sumber
hara alternatif dalam budidaya tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pupuk Organik Cair Secara Umum
Tanaman membutuhkan nutrisi untuk menunjang pertumbuhannya.
Pertumbuhan tanaman akan optimum jika tanaman memperoleh unsur hara yang
cukup. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman
adalah menambahkan bahan-bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi dalam tanah. Bahan organik memiliki kemampuan mengikat butiran-
butiran primer tanah menjadi butiran-butiran sekunder yang memberikan
pengaruh baik terhadap tanaman. Pengaruh baik ini berupa kemampuan tanah
menahan air, menyediakan unsur hara yang lebih baik bagi tanaman, serta
memperbanyak jumlah dan jenis mikroba-mikroba (Selviana, 2014).
Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 2/Pert./HK.060/2/2006, yang
dimaksud dengan pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman atau hewan
yang telah mengalami rekayasa. Baik itu berbentuk padat atau cair yang
digunakan untuk memasok bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah. Pupuk organik cair ini juga sering digunakan oleh petani
dikarenakan bahan-bahan yang digunakan relatif mudah didapat (Elma, 2016).
Pupuk organik baik berbentuk padat maupun cair mempunyai fungsi yang
penting yaitu untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan (top soil),
meningkatkan populasi jasad renik, meningkatkan daya serap dan daya simpan
air, yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah. Ada beberapa
jenis pupuk organik yang berasal dari alam, yaitu pupuk kandang, pupuk hijau,
kompos, humus, pupuk hayati dan limbah industri pertanian (Desiana, 2014).
2.1.1 Pengertian Pupuk Organik Cair
Menurut Elma (2016) Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil
pembusukkan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran
hewan, dan manusia. Kelebihan dari pupuk organik cair ini adalah dapat secara
cepat mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan
mampu menyediakan hara secara cepat. Pupuk organik cair umumnya tidak
merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Yang
membuat penggunaan pupuk organik cair menjadi lebih populer dibandingkan
pupuk yang berasal dari bahan anorganik.
Pupuk organik cair merupakan larutan dari pembusukan bahan organik yang
memiliki lebih dari satu unsur hara. Kelebihan pupuk organik cair adalah
memenuhi kebutuhan hara tanaman. Tidak hanya itu pupuk organik cair yang
bentuknya cair dapat disesuaikan kepekatannya sesuai kebutuhan tanaman dan
dapat diberikan kepada tanaman (Hadisuwito, 2014).
Pupuk organik cair adalah pupuk organik dalam bentuk cair yang
ditambahkan ke dalam tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk organik
cair ini mampu meningkatkan aktifitas biologi, kimia maupun fisika tanah.
Namun, pada realitanya sampai saat ini masih banyak petani yang masih saja
bergantung dengan pupuk anorganik (Rahmah et al., 2014).
2.1.2 Manfaat Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair memiliki banyak manfaat salah satunya dalam
memperbaiki kesuburan tanah. Salah satu manfaatnya antara lain dapat menjadi
sumber hara tanaman yang cukup lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro)
dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil, memperbaiki kehidupan biologi tanah
karena ketersediaan makan lebih terjamin. Pupuk organik cair juga dapat
meningkatkan daya sangga tanah karena mengandung banyak mikroorganisme
yang dapat membantu mempercepat proses dekomposisi (Marsiningsih, 2014).
Pupuk organik yang berupa pupuk organik padat maupun pupuk organik
cair keduanya sama-sama memiliki manfaat yang sama. Salah satu manfaatnya
yaitu untuk menggemburkan tanah pada bagian lapisan tanah permukaan (top
soil), meningkatkan jumlah populasi jasad renik, meningkatkan daya serap air
pada tanah, dan daya simpan air (Desiana et al., 2014).
Selain itu manfaat lain dari pupuk organik cair ialah memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah yang membantu pertumbuhan. pupuk organik juga dapat
meningkatkan kapasitas tukar kation, menambah kemampuan tanah menahan air.
Kelebihan yang lain adalah tidak menimbulkan efek negatif bagi tanah dan justru
memperbaiki sifat asli tanah (Kurniati dan Sudartini, 2015).
2.2 Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Cair
Keberhasilan unsur hara memegang peranan penting mulai dari pada saat sel
di dalam tumbuhan membelah kemudian berdiferensiasi, yang di mana kebutuhan
tersebut terus meningkat selama kelangsungan hidup tumbuhan. Ada beberapa hal
yang menjadi faktor keberhasilan pupuk organik cair. Sebagai contoh, diperlukan
N sebagai penyusun protein, enzim dan hormon serta magnesium sebagai
penyusun klorofil. Unsur-unsur makro dan mikro secara bersamaan membantu
metabolisme tumbuhan, seperti unsur P yang merupakan bagian esensial dari
berbagai gula fosfat yang berperan dalam reaksi pada fase gelap fotosintesis,
respirasi dan berbagai proses metabolisme lainnya (Oviyanti et al., 2016).
Pupuk organik cair dapat menjadi alternatif untuk mencukupi kebutuhan
unsur hara yang diperlukan tanaman. Salah satu tanaman yang berpotensi untuk
dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik cair adalah daun gamal.
Salah satu pemanfaatan daun gamal sebagai bahan baku pembuatan pupuk
organik cair dikarenakan daun ini mengandung 3,15% N, 0,22% P, 2,65% K,
1,35% Ca, dan 0,41% Mg (Novriani et al., 2019).
Salah satu tanaman yang termasuk golongan leguminoceae yang berpotensi
sebagai pupuk organik cair yang dapat memicu pertumbuhan tanaman adalah
gamal. Daun gamal dapat diperoleh kandungan hara sebesar 3.15% N, 0.22% P,
2.65% K, 1.35% Ca, san 0.41% Mg. Dalam 1 ha tanah biomassa gamal yang
dibudidayakan secara alley cropping dengan jagung mampu menyumbang hara
sebanyak 150 kg N ha-1, 52 kg P ha-1 150 kg K ha-1, 223 kg Ca ha-1, dan 33 kg
Mg ha-1 pertahun (Oviyanti et al., 2016).
2.3 Kandungan Mikroba Pupuk Organik Cair
Pupuk organik yang mengandung banyak mikroba mampu meningkatkan
kandungan P bagi tanaman karena mikroba tersebut bekerja sama untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Selain faktor dosis pemberian serta
kandungan mikroba di dalam pupuk, pengaruh lain yang dapat menyebabkan
variasi unsur P di dalam tanaman adalah pH tanah. Derajat kemasan tanah (pH)
yang sudah sesuai dengan habitat hidup tanaman, akan mengoptimalkan serapan
fosfor oleh tanaman tersebut (Zamhir, 2021).
Secara umum, pupuk cair mengandung jenis mikroba yang menghasilkan N,
P dan K yang berperan dalam tanaman. Kandungan mikroba yang bermanfaat
bagi tanaman antaranya ada jenis Azotobacter sp. Adapun peran mikroba adalah
dalam proses penguraian atau dekomposisi limbah organik hingga dapat menjadi
pupuk mikroba tersebut antara lain ada mikroba lignolitik, mikroba selulitik,
mikroba periolitik, mikroba lipolitik, mikroba aminolitik, dan mikroba fiksasi
nitrogen dan simbiotik (Sufianto, 2014).
Penggunaan jenis mikroba Azotobacter sp dengan jumlah 9.10 x 106
memberikan peran sebagai penambat N non-simbiotik, menghasilkan enzim
nitrogenase, menghasilkan hormon tumbuh. Mikroba ini dapat digunakan untuk
semua jenis tanaman, aerobik, hidup di dalam tanah, air dan permukaan daun.
Jenis mikroba Aspergillus sp dengan jumlah 1.55 x 106 berperan melarutkan
fosfat, pendegradasi bahan organik, menguraikan lignin dan selulosa, anti hama
dan penyakit hayati (Zamhir, 2021).
2.4 Keberhasilan Pupuk Organik Cair
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses pembuatan pupuk
organik cair. Salah satu hal yang mempengaruhinya yaitu nilai C/N bahan, ukuran
bahan, campuran bahan, mikroorganisme yang bekerja, kelembaban dan aerasi,
temperatur dan keasaman ph. Faktor-faktor ini yang menjadi pemicu dari berhasil
atau gagalnya pupuk organik cair (Nur et al., 2016).
Keberhasilan pupuk organik cair dapat dinilai dari aroma ayng ditimbulkan.
Bila pupuk organik cair mengeluarkan aroma yang harum atau tidak berbau maka
dapat dikatakan berhasil, tandanya jika pupuk organik cair sudah berbau seperti
hasil fermentasi. Sedangkan bila menimbulkan bau yang menyengat maka pupuk
organik cair tersebut dianggap tidak berhasil (Dedy, 2021).
Komposisi bahan yang berada didalam pupuk organik cair dari beberapa
macam bahan organik akan lebih baik dan cepat. Ada juga yang menambahkan
bahan makanan dan zat pertumbuhan yang dibutuhkan mikroorganisme. Hal ini
bertujuan untuk membuat pupuk organik cair menjadi warna yang mirip dengan
coklat muda kegelapan dan terdapat bercak putih yang mengindikasi bahwa pupuk
organik cair telah berhasil dilakukan dengan baik (Indasah et al., 2018).
2.5 Kegagalan Pupuk Organik Cair
Kegagalan pembuatan pupuk organik cair dapat disebabkan karena kurang
rapat dalam menutup botol atau toples yang digunakan. Kegagalan juga bisa
karena tempat penyimpanan botol atau toples tidak sesuai dengan temperaturnya.
Temperatur toples atau botol tidak boleh terlalu dingin atau terlalu panas
dikarenakan akan mempengaruhi pupuk organik cair (Selviana, 2021).
Ukuran bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses
pengomposannya karena semakin luas bahan yang tersentuh dengan bakteri.
Untuk itu, bahan organik perlu dicacah sehingga berukuran kecil. Bahan yang
keras sebaiknya dicacah hingga berukuran 0,5-1 cm, sedangkan bahan yang tidak
keras dicacah dengan ukuran yang agak besar sekitar 5 cm. Pencacahan bahan
yang tidak keras sebaiknya tidak terlalu kecil karena bahan yang terlalu hancur
(banyak air) kurang baik (kelembabannya menjadi tinggi) (Dedy, 2021).
Suhu merupakan faktor yang penting bagi kehidupan bakteri, bakteri hidup
dalam kondisi suhu yang sangat beragam. Bakteri yang menguntungkan umumnya
hidup pada suhu optimum bagi pertumbuhan mahluk hidup lainnya yakni berkisar
18°C - 40°C. Suhu lingkungan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan denaturasi
atau kerusakan protein dan komponen sel lainnya pada bakteri dekomposer
sehingga dapat mengakibatkan kematian. Sedangkan suhu yang terlalu rendah
dapat mengakibatkan mobilitas bakteri terhambat, dan jika terjadi kenaikan suhu
secara ekstrim bakteri akan mati. Hal ini juga membuat pupuk organik cair
memiliki volume yang menyusut dikarenakan menyatunya bahan limbah sayuran
dengan pupuk organik cair yang ada di baskom (Kusrinah et al., 2016).
BAB III
METODOLOGI
3.1. Tempat Dan Waktu
Percobaan ini dilaksanakan di pre-nursery, Experimental farm, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin. Pada hari kamis, 22 September 2022, pukul
16.00 WITA-selesai
3.2. Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan adalah pisau, gunting, selang akuarium 1,5 m, ember
40/50 L dengan penutup, termometer, jerigen, karung, trashbag, corong, saringan
tahu, penggaris dan botol air 1,5 L.
Bahan yang digunakan dalam percobaan II adalah potongan kulit pisang
kepok (limbah pisang epek/penggorengan) yang telah dihaluskan 1 kg, buah
busuk yang telah dihaluskan (pepaya, pisang, nenas, sirsak) 1 kg, cacahan limbah
sayur-sayuran 1 kg, cacahan keladi 1 kg, cacahan daun gamal 1 kg, cacahan
chromolaena 1 kg, air kelapa 1,5 L, larutan gula merah 1,5 L, 1,5 L air cucian
beras, air biasa 1,5 L, EM4, 3 bungkus terasi, sabun colek, lakban hitam, dan tali
rafiah.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum membuat Pupuk
Organik Cair (POC) adalah sebagai berikut:
Tahap 1:
1. Membersihkan ember yang akan digunakan
2. Memasukkan air kelapa, larutan gula merah, dan air biasa ke dalam ember
3. Mengaduk larutan yang telah dimasukkan ke dalam ember
4. Mencampurkan EM4 sebanyak 2-3 tutup botol
Tahap 2:
5. Melubangi bagian bawah karung dengan cara ditusuk menggunakan pisau
atau gunting
6. Memasukkan kulit pisang yang telah dihaluskan dengan cara diblender, bisa
dengan cara mencincang kulit pisang menjadi potongan yang sangat kecil ke
dalam karung.
7. Memasukkan buah yang telah dihaluskan ke dalam karung
8. Memasukkan cacahan limbah sayuran, cacahan keladi, cacahan daun gamal
dan chromolaena ke dalam karung
9. Mengaduk seluruh bahan yang berada di dalam karung dan mengikat karung
Tahap 3:
10. Mengoles bagian atas dan penutup ember dengan sabun colek
11. Menambahkan air ke dalam botol hingga batas leher botol.
12. Menutup botol dengan rapat dan setelah itu melubangi tutup botol sesuai
ukuran selang
13. Melubangi penutup ember sesuai dengan ukuran selang
14. Memasukkan selang ke dalam botol dan ember
15. Menutup ember menggunakan penutup ember lalu dioleskan kembali
dengan sabun colek pada bagian samping ember dan bagian lubang selang
16. Menutup bekas sabun colek menggunakan lakban
17. Menyimpan ember pada tempat yang teduh
PENGAMATAN:
Pada percobaan ini juga dilakukan pengamatan secara rutin yang bertujuan
untuk mengamati proses pembuatan POC adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali sebanyak 3x pada hari ke 2, 4,
dan 6
2. Membuka penutup ember
3. Mengamati pupuk sesuai dengan parameter pengamatan
4. Mengaduk larutan pupuk dengan menggunakan pengaduk yang bersih
5. Menutup kembali ember sesuai dengan TAHAP 3
3.4 Parameter Pengamatan
1. Kecepatan proses perombakan limbah pertanian menjadi pupuk organic
(2x sehari) diamati setiap melakukan pembalikan bahan organik
2. Tekstur (kasar/halus)
3. Warna (coklat muda/coklat tua)
4. Bau (bau khas/menyengat)
5. Volume
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 3. Hasil Pengamatan POC
Pengamatan ke- Warna Aroma Bercak
1 Coklat muda Bau khas Ada
2 Coklat muda Bau khas Ada
3 Coklat muda Bau khas Ada
4 Coklat muda Bau khas Ada
5 Coklat muda Bau khas Ada
6 Coklat muda Bau khas Ada
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022
4.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel pengamatan diatas maka didapatkan hasil bahwa
pembuatan pupuk organik cair mengidentifikasi tanda keberhasilan, berdasarkan
parameter yang diamati yaitu ditandai dengan aroma yang dihasilkan yang
menyerupai bau khas yaitu bau tape atau lebih tepatnya aroma fermentasi. Hasil
pengamatan aroma menunjukkan bahwa pupuk organik cair berbau seperti tape
yang artinya pupuk orgaik cair yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik.
Hal ini sesuai dengan penelitian Dedy (2021), yang mengatakan bahwa
keberhasilan pupuk organik cair dapat dinilai dari aromanya. bila pupuk organik
cair mengeluarkan aroma yang harum atau tidak berbau maka dapat dikatakan
berhasil, tandanya jika pupuk organik cair sudah berbau seperti hasil fermentasi.
Parameter selanjutnya yang menjadi indikator keberhasilan dari pupuk
organik cair adalah warna. Hasil fermentasi pembuatan pupuk organik cair juga
menunjukkan warna yang mengidentifikasi keberhasilan. Warna yang ditunjukkan
pada hasil akhir adalah coklat yang sedikit tua, awalnya bahan dasar berwarna
hijau dengan tekstur yang masih kasar kemudian terdekomposisi oleh
mikroorganisme sehingga ukurannya semakin kecil dan larut oleh bioaktivator
sehingga warna menjadi kuning kecoklatan. Hal ini sesuai dengan penelitian
Indasah et al. (2018), yang menyebutkan pembuatan pupuk organik cair dengan
proses fermentasi keberhasilannya ditandai dengan adanya lapisan putih pada
permukaan, bau yang khas, dan warna berubah dari hijau menjadi coklat dan
pupuk yang dihasilkan berwarna kuning kecoklatan.
Parameter selanjutnya yang mengindikasi keberhasilan pada proses
pembuatan pupuk organik cair adalah dapat dilihat dari parameter suhu,
pemberian larutan mikroorganisme dalam proses pembuatan pupuk organik cair
dapat menaikkan pH dan menurunkan suhu, suhu yang tadinya 33 ℃ berubah
menjadi 25,6℃ pada pengamatan terakhir. Hal ini sesuai dengan penelitian
Kusrinah et al. (2016), yang mengatakan suhu merupakan faktor yang penting
bagi kehidupan bakteri, bakteri hidup dalam kondisi suhu yang sangat beragam.
Bakteri yang menguntungkan umumnya hidup pada suhu optimum bagi
pertumbuhan mahluk hidup lainnya yakni berkisar 18°C - 40°C.
Parameter selanjutnya adalah bercak-bercak putih pada pupuk organik cair.
Pada pupuk organik cair terdapat bercak-bercak putih di atas permukaan. Ini
disebabkan oleh mikroba yang mengeluarkan asam amino dan membentuk lapisan
putih di permukaan untuk mencegah tumbuhnya bakteri pada pupuk organik cair.
Hal ini sesuai dengan penelitian Indasah et al. (2018), yang mengatakan bahwa
komposisi bahan yang berada dalam pupuk organik cair dari beberapa macam
bahan organik akan lebih cepat karena pupuk oragnik cair membutuhkan
mikroorganisme yang bertujuan untuk membuat pupuk organik cair menjadi
warna yang mirip dengan coklat muda kegelapan dan terdapat bercak putih yang
mengindikasi bahwa pupuk organik cair telah berhasil dilakukan dengan baik
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pengamatan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa pengaruh MOL
terhadap proses pembuatan pupuk organik cair terindikasi sukses dengan
menggunakan limbah rumah tangga pasar dan pertanian. Dan peserta memahami
kegunaan dari pupuk organik cair sebagai sumber hara alternatif dalam budidaya
tanaman
5.2 Saran
Untuk bisa menghasilkan pupuk organik cair yang lebih berkualitas
disarankan untuk tetap menjaga kelembaban dan juga menutup rapat baskom agar
tidak terkontaminasi oleh udara luar.
DAFTAR PUSTAKA

Dedy, P., dan Rusdi, E. 2021. Pembuatan dan Upaya Peningkatan Kualitas Pupuk
Organik Cair. Jurnal Agrotropika, 20(2): 68-80.

Desiana, C., Banuwa, I. S., Evidal, R., dan Yusnaini, S. 2014. Pengaruh Pupuk
Organik Cair Urine Sapi dan Limbah Tahu terhadap Pertumbuhan Bibit
Kakao. Jurnal Agroteknologi, 1(1): 113-119.

Elma, M., Nur, T., dan Noor, A. R. 2016. Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari
Sampah Organik Rumah Tangga dengan Bioaktivator EM4. Konversi, 5(2):
44-51

Hadisuwito, S. 2014. Membuat Pupuk Organik Cair. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Indasah, Wardani, R., Eliana, A. D., dan Puspitasari, Y. 2018. Potential


Microbe and Quality of Local Microorganism Solution of Banana Hump
Based on Concentration and Old Fermentation as Bioactivator of Railing.
Indian Journal of Public Health Research and Development. 9(10): 803.

Kurniati, F., dan Sudartini, T. 2015. Pengaruh Kombinasi Pupuk Majemuk NPK
dan Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Pakcoy (Brassica
rapa L.) pada Penanaman Model Veltikultur. Jurnal Siliwangi Seri Sains
dan Teknologi, 1(1): 41-50

Kusrinah, Alwiyah, N., Hayati N. 2016. Pelatihan dan Pendampingan


Pemanfaatan Eceng gondok (Eichornia crassipes) Menjadi Pupuk Kompos
Cair untuk Mengurangi Pencemaran Air dan Meningkatkan Ekonomi
Masyarakat Desa Karangkimpul Kelurahan Kaligawe Kecamatan
Gayamsari Kotamadya Semarang. Jurnal Pelatihan dan Pendampingan,
16(1): 1-22.

Marsiningsih, N. W. 2014. Analisis kualitas larutan MOL (mikroorganisme lokal)


Berbasis Ampas Tahu. Skripsi. Konsentrasi ilmu tanah dan lingkungan.
Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar.

Novriani, Nurshanti Fatma, D., Asroh, dan Ardi. 2019. Pemanfaatan Daun Gamal
Sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.). Klorofil: Jurnal Penelitian
Ilmu-Ilmu Pertanian, 14(1): 7–11.

Nur, T. Noor, A. R., dan Elma, M. 2016. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari
Sampah Organik Rumah Tangga dengan Penambahan Bioaktivator EM4
(Effective Microorganisme), Konversi, 5(2): 5-12.
Oviyanti, F. Syarifah, S. dan Hidayah, N. 2016. Pengaruh Pemberian Pupuk
Organik Cair pada Daun Gamal (Gliricidia Sepium (Jacq) Kunth Ex Walp.)
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brasicca Juncea L.), Jurnal Biota,
2(1): 61-67.

Prasetyawati, M., Casban, Nelfiyanti, dan Kosasih. 2019. Pelatihan Pembuatan


Pupuk Cair dari Bahan Sampah Organik Di RPTRA Kelurahan
Penggilingan. Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat LPPM
UMJ: 1-6.

Rahmah, A., Izzati, M., dan Parman. 2014. Pengaruh Pupuk Organik Cair
Berbahan Dasar Limbah Sawi Putih (Brassicachinensis L.) terhadap
Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. var. Saccharata).
Buletin Anatomi dan Fisiologi. 12(1): 65-71.

Selviana, T. E. 2019. Pengolahan Limbah Nasi Basi Menjadi Pupuk Organik Cair
Mikroorganisme Lokal Mol Bagi Tanaman, Jurnal Ilmiah Pengabdian
Masyarakat, 2(1): 1-6.

Sufianto. 2014. Analisis Mikroba Pada Cairan Sebagai Pupuk Cair Limbah
Organik dan Aplikasinya Terhadap Tanaman Pakcoy. Jurnal Gamma, 9(2):
1-18

Tanti, N., Nurjannah, dan Kalla R. 2019. Pembuatan Pupuk Organik Cair Dengan
Cara Aerob. Jurnal Pertanian, 14(2): 1-6.

Widowati, L. R. Husnain, dan Wiwik, H. 2015. Peranan Pupuk Organik dalam


Peningkatan Produktivitas Tanah dan Tanaman. Jurnal Sumberdaya Lahan.
9(2): 107-120.

Wulandari D. V., Lobo K. J., dan Billah, M. 2022. Pemanfaatan Daun Bambu dan
Kulit Pisang Sebagai Bahan Pembuatan Pupuk Organik Cair, Seminar
Nasional Teknik Kimia Soebardjo Brotohardjono XVIII.

Zamhir, R., Mustafa, H. K., Widyastuti, R., Mansyur, dan Susilawati, I. 2021.
Inovasi Pengawetan Berbentuk Wafer Dari Campuran Turiang Padi dan
Legum Gamal Sebagai Pakan Ruminansia. Jurnal Nutrisi Ternak TRopis
dan Ilmu Pakan. 3(3): 1-8.
LAMPIRAN

Gambar 17. Menyiapkan Gambar 18. Memasukkan Gambar 19. Mengaduk


alat dan bahan air kelapa, larutan gula larutan yang telah
merah, dan air biasa ke dimasukkan ke ember
dalam ember

Gambar 20. Menambahkan Gambar 21. Memasukkan Gambar 22.


EM4 semua bahan padat ke Memasukkan karung ke
dalam karung lalu diaduk dalam ember

Gambar 23. Melubangi Gambar 24. Mengoles Gambar 25. Menutup


tutup botol sesuai ukuran sabun colek pada bagian ember, lalu memberi
selang atas selang lakban pada bagian
yang telah diberi sabun
colek
Gambar 26. Memasukkan Gambar 27. Pengamatan Gambar 28. Pengamatan
selang pada tutup ember ke-1 ke-2
dan tutup botol yang telah
dilubangi

Gambar 29. Pengamatan Gambar 30. Pengamatan Gambar 31. Pengamatan


ke-3 ke-4 ke-5

Gambar 32. Pengamatan Gambar 33. Pemanenan


ke-6

Anda mungkin juga menyukai