Anda di halaman 1dari 7

PENGEMBANGAN KEPERAWATAN

PERKEMBANGAN DAN PENGGUNAAN ARTIFISIAL INTELEGENCE


Dosen Pengampu : Bp. Agus Santoso, S.Kep, M.Kep

Disusun oleh :
Nama : Mutiara Zuraedha
NIM : 22020123130089
Kelas : A.23.1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2024
Perkembangan dan Penggunaan Artifisial Intelegence dalam Kehidupan Sehari-hari
dan Profesi Keperawatan

I. PENDAHULUAN

Ilmu teknologi di dunia kini terasa berkembang semakin pesat dengan adanya kehadiran
kecerdasan buatan atau yang bisa kita sebut Artficial Intellegence (AI). Menurut Roberts
(2019) dalam artikel yang berjudul “How Artificial Intellegence Works” menjelaskan bahwa
AI bukanlah teknologi baru, namun akarnya bermula pada tahun 1956 ketika ilmuwan
computer Universitas Stanford John McCarthy menciptakan istilah tersebut saat memimpin
proyek penelitian musim panas Dartmouth. Sejak saat itu bidang AI telah mengalami pasang
surut. Dari proses pasang surut tersebut dikatakan bahwa perkembangan AI tidak selalu
berjalan sesuai harapan, tetapi berkembang dengan adanya keuntungan, peluang, dan
tantangan sehingga membuat kita penasaran untuk mengenali dan menggali tentang apa itu
AI.

Mengenali tentang AI sebenarnya mudah, karena tanpa kita sadari dalam keseharian
aktivitas yang kita lakukan, telah berhubungan dengan penggunaan AI. Dalam
perkembangannya teknologi dan informasi sampai saat ini sudah benar-benar mempengaruhi
aspek kehidupan manusia. Di masa saat ini teknologi itu sendiri sudah menjadi kebutuhan
dalam menjalankan kebanyakan dari aktivitas sehari-hari, seperti penggunaan internet saat ini
sudah bukan lagi hal tabu dan baru, apalagi di daerah kota-kota besar dan sudah benar-benar
menjadi hal yang sangat penting. Penggunaan internet khususnya smartphone di Indonesia
terus meningkat dari tahun ketahun.

Di masa kini, adanya kecerdasan buatan ini bukan berarti pertanda bahwa manusia akan
disingkirkan oleh AI, namun adanya AI ini diharapkan dapat berguna untuk mengembangkan
potensi dalam diri kita yang tidak dapat dilakukan oleh AI tersebut. Setiap orang tentunya
memiliki kemampuan atau potensi yang apabila diasah dapat menjadikan dirinya lebih maju.
Dengan memiliki SDM yang berkualitas, maka akan memudahkan kita sendiri bahkan
mereka untuk menggunakan teknologi yang ada dengan baik dan bijaksana.
II. PEMBAHASAN

Penerapan Artificial Intelligence sudah banyak ditemukan disekitar kita, mulai dari
permainan, drone, alat kokpit penerbangan sampai ke prangkat lunak yang membantu
kehidupan kita sehari-hari. Kemajuan yang mengagumkan telah dibuat dalam artificial
intelligence dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh peningkatan eksponensial dalam
daya komputasi dan oleh ketersediaan sejumlah besar data; dari perangkat lunak yang
digunakan untuk menemukan obat baru, sampai algoritma yang dapat digunakan untuk
memprediksi minat konsumen. Sementara itu, teknologi fabrikasi digital berinteraksi dengan
dunia biologi setiap hari. Bioengineer, bioteknolog, dan perancang teknologi menggabungkan
desain komputasi, cara manufaktur, teknik material, dan biologi sintetis untuk merintis
sebuah simbiosis antara mikroorganisme, tubuh kita, dan produk yang kita konsumsi.

Perkembangan AI kini juga sudah mengambah di dunia kesehatan. Penggunaan AI


atau sistem pakar ini merupakan pendekatan mutakhir dan terupdate dengan menggunakan
teknologi yang terus maju dan mempermudah tenaga kesehatan dalam memberikan
pertolongan. Tujuan dari sistem pakar sendiri sebenarnya bukan untuk mengganti
kemampuan otak maupun skill manusia, namun untuk mempresentasikan kemampuan
berpikir manusia dalam bentuk sistem operasi, sehingga dapat digunakan oleh manusia itu
sendiri. Sistem pakar dibuat berdasarkan ilmu pengetahuan di bidang tertentu yang mendekati
kemampuan seseorang pada kondisi yangspesifik.(Balamba, Lumenta, & Sugiarso, 2017;
Hendrata, Arifin, & Hikmah, 2016; Jonsson et al., 2015; Santoso, 2012).

Dalam beberapa tahun terakhir, perawatan kesehatan berbasis data yang cerdas telah
mendapat perhatian yang meningkat. Hal ini berperan penting dalam keterbukaan data medis,
pemantauan pasien jarak jauh, dan studi perbandingan praktik klinis dan sistem pendukung
keputusan klinis, yang berhasil mengurangi kesalahan dalam pilihan dan dampak yang dapat
dicegah pada pasien. Kecerdasan buatan ini contohnya adalah Halodoc, Alodokter dan
Google, Microsoft, dan IBM dari Amerika.

Tak hanya itu, ketidakadilan tindakan medis di daerah terpencil di Indonesia


menyebabkan pemerintah Indonesia bekerjasama dengan perusahaan untuk menerapkan
inisiatif perawatan kesehatan inklusif sebagai solusi mengatasi masalah kemiskinan karena
penyakit dan mengurangi ketimpangan dalam akses pelayanan kesehatan. Hal ini inisiatif
bertujuan untuk menghilangkan perbedaan sumber daya medis antara daerah perkotaan dan
pedesaan. Seperti dalam perawatan kesehatan inklusif, implementasi proyek yang sukses
terkait dengan teknik penting seperti teknologi informasi (TI). TI sendiri mentransmisikan
informasi dasar pasien dan informasi penyakit secara real-time ke pusat diagnosis dan
perawatan jarak jauh melalui jaringan. Setelah analisis profesional dokter dengan bantuan
analisis data ekstensif, informasi diagnosis dan pengobatan baru dikirimkan ke pasien melalui
Internet secara real-time sebagai umpan balik. Setelahnya, pasien dapat mendiskusikan
perawatan selanjutnya dengan dokter berdasarkan situasi mereka. Tanpa transmisi informasi
perawatan kesehatan melalui Internet, diagnosis jarak jauh dan integrasi data cloud tidak
mungkin terlaksana.

Aspek etik legal dalam penggunaan artificial intelligence (AI) untuk pelayanan
keperawatan adalah hal yang sangat penting diperhatikan. Etika keperawatan mengandung
unsur-unsur pengorbanan, dedikasi, pengabdian, dan hubungan antara perawat dengan klien,
dokter, sejawat perawat, diri sendiri, keluarga klien, dan pengunjung. Maka dari itu,
penggunaan AI dalam pelayanan keperawatan harus memperhatikan prinsip etik dan aturan
hukum yang berlaku. Perawat dapat memastikan penggunaan AI secara etis dalam layanan
kesehatan dengan terlibat langsung dalam proses pembuatan konsep, pengembangan, dan
implementasi AI, terutama ketika AI berdampak pada praktik keperawatan (Karimian et al.,
2022). American Nurses Association (ANA) menyatakan bahwa perawat dalam
menggunakan AI harus mempertimbangkan bagaimana AI diintegrasikan ke dalam praktik
dan menyadari cara-cara yang dapat membantu dan berpotensi mencederai pasien secara
individu dan berkelompok (ANA Center for Ethics and Human Rights, 2022). Pemangku
kepentingan harus didorong untuk fleksibel dalam menggabungkan AI (Rigby, 2019).
Masalah etik seputar AI di bidang kesehatan sangat luas dan perlu diidentifikasi dan ditangani
secara memadai dengan cara terbaik berdasarkan informasi berbasis bukti (Kluge, 2020;
McCarthy, 2019). Perawat harus terlibat dalam semua fase pengembangan proyek, mulai dari
mendefinisikan masalah yang harus dipecahkan hingga mengevaluasi hasil penggunaan AI
(Karimian et al., 2022). Dengan memproduksi AI yang sesuai dengan etik, perawat dapat
membantu menyelesaikan kegiatan dan meminimalkan atau menghindari risiko medical error
(ANA Center for Ethics and Human Rights, 2022; von Gerich et al., 2022).
III. KESIMPULAN

Penerapan AI dalam pelayanan keperawatan telah menunjukkan potensi besar dalam


meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. AI dapat membantu meningkatkan efisiensi
dan akurasi diagnosis penyakit, memperbaiki pengambilan keputusan klinis, dan
meningkatkan kualitas perawatan pasien secara keseluruhan. Akan tetapi, masih ada beberapa
tantangan yang perlu diatasi, seperti masalah privasi dan keamanan data, kurangnya
ketersediaan data klinis yang berkualitas, dan kekhawatiran tentang penggantian peran
manusia dalam pelayanan keperawatan. Oleh karenanya, diperlukan lebih banyak penelitian
dan pengembangan dalam bidang AI di pelayanan keperawatan. Hal ini penting untuk
memastikan bahwa penggunaan AI dalam pelayanan keperawatan efektif, efisien, dan dapat
diterima secara etis dan sosial. Dalam pengembangan AI untuk keperawatan, harus dilakukan
dengan memperhatikan aspek legal, etika, dan sosial, serta memastikan bahwa teknologi yang
digunakan memenuhi standar keamanan dan privasi data yang ketat. Dengan demikian,
penggunaan AI dalam pelayanan keperawatan dapat memberikan manfaat besar bagi pasien
dan tenaga medis, serta meningkatkan kualitas perawatan pasien secara keseluruhan.
IV. DAFTAR PUSTAKA

Umi, K. (2022). Pengenalan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) Kepada Para


Remaja. Universitas Bina Darma.

Alia Qonita, J. S. (2022). Peranan Teknologi Artificial Intelligence Di Era Revolusi Industri
4.0. Universitas Bina Darma.

Bella, F. (2022). Teknologi Kecerdasan Buatan di Bidang Kesehatan. Universitas Bina


Darma.

Komalasari, R. (2022). Pemanfaatan Kecerdasan Buatan (Ai) Dalam Telemedicine: Dari


Perspektif Profesional Kesehatan. Jurnal Kedokteran Mulawarman, 9(2), 72-81.

Kurniawan, M. H., Handiyani, H., Nuraini, T., & Hariyati, R. T. S. (2023). Artificial
Intelligence (AI) in Nursing Services: A Literature Review. Faletehan Health
Journal, 10(01), 77-84.

Arnoldy, V. S. (2023). PENERAPAN KECERDASAN BUATAN (ARTIFICIAL


INTELLIGENCE) DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN: SEBUAH TINJAUAN
LITERATUR. Jurnal Inovasi Kesehatan Adaptif, 5(5).

Muhammad, J., & Latifa, U. (2023). PANGGILAN PERAWAT DARURAT (PAPEDA)


MENGGUNAKAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE UNTUK EFESIENSI KINERJA
PERAWAT DI RSUD KARAWANG. JATI (Jurnal Mahasiswa Teknik
Informatika), 7(4), 2535-2541.

Prasetyo, A., & Prananingrum, D. H. (2022). DISRUPSI LAYANAN KESEHATAN


BERBASIS TELEMEDICINE: HUBUNGAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB
HUKUM PASIEN DAN DOKTER: Indonesia. Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu
Hukum, 6(2), 225-246.

Izzah, A.N. (2021) ‘Pengaruh Kecerdasan Buatan Terhadap Peningkatan Sumber Daya
Manusia di Era Revolusi Industri 4 . 0 The Effect of Artificial Intelligence on the
Improvement of Human Resources in the Industrial Revolution Era 4 . 0’, pp. 2019–
2022.

Halim, W. and Mudjihartono, P. (2022) ‘Kecerdasan Buatan dalam Teknologi Kedokteran :


Survey Paper’, 2(1).

Devianto, Y., & Dwiasnati, S. (2020). Kerangka kerja sistem kecerdasan buatan dalam
meningkatkan kompetensi sumber daya manusia Indonesia. J. Telekomun. dan
Komput, 10(1), 19.

Anda mungkin juga menyukai