Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Supervisi

1. Pengertian supervisi

Salah satu tugas Kepala Madrasah adalah sebagai supervisior, yaitu

mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh staf. Salah satu sebagai pokok dalam

supervisi tersebut adalah mensupervisi guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Dan memang kegiatan utama sekolah adalah menyelenggarakan

pembelajaran. Jadi wajar jika tugas Kepala Madrasah dalam mensupervisi guru

mengajar sangat penting. Supervisi semacam itu biasanya disebut supervisi akademik.

Perkataan supervisi berasal dari bahasa Inggris: “supervision” yang terdiri dari
dua perkataan “ supur “ super berarti atas atau lebih, sedangkan mission brarti
melihat atau meninjau. Oleh karena itu secara etimologis supervisi ( supervision)
berarti melihat atau meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang
dilakukan oleh pihak atasan ( orang yang memiliki kelebihan )terhadap perwujudan
kegiatan hasil kerja bawahan.1

Ada baiknya dibedakan antara suprvisi dengan pengawasan atau inspeksi.

Pengawasan atau inspeksi adalah “ kegiatan untuk menyelidiki kesalahan bahwa,

ketidak patuhnya dalam menjalankan instruksi sehingga mendapat hukuma. Latar

belakang pengawasan adalah setiap instruksi atau perintah harus dilaksanakan oleh

bawahan tanpa ada bantahan. Sedangkan suoervisi bertujuan untuk melihat kesalahan

atau kelebihan bawahan. Apa yang dipandang salah peril diperbaiki dan apa yang

dipandang baik perlu ditingkatkan. Dengan demikian hakekat supervisi adalah

pelayanan dari atasan untuk peningkatan kualitas bawahan dan kualitas pekerjaan. 2

Supervisi “adalah bantuan professional kepada guru, melalui siklus

perencanaan yang sistematis, pengamatan cermat, dan umpan balik yang obyektif dan
1
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta Agung, 1985), h. 103.
2
Ahmad Djazuli (dkk), bahan inti peningkatan kependidikan guru agama islam sekolah dasar, ( Jakarta :
depdiknas, 1997), h. 43.
segera. Dengan cara itu guru dapat menggunakan balikan tersebut untuk memperbaiki

kinerjanya”3.

Supervisi kepala sekolah merupakan salah satu tugas kepala sekolah dalam

membina guru melalui fungsi pengawasan. Pengawasan yang dilakukan oleh kepala

sekolah pada intinya yaitu melakukan pembinaan, bimbingan untuk memecahkan

masalah pendidikan termasuk masalah yang dihadapi guru secara bersama dan bukan

mencari kesalahan guru.

Kegiatan supervisi merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam

penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan supervisi yang dilaksanakan oleh

kepala sekolah untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran. Kepala

sekolah sebagai pimpinan tertinggi berpengaruh dalam menentukan kemajuan sekolah

oleh karenanya harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan

luas dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang abaik harus

dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan

tenaga kependidikan. Oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau

sifat-sifat yang baik dan kemampuan serta ketrampilan- ketrampilan untuk memeimpin

sebuah tenaga kependidikan. Salah satu tehnik yang dapat menunjang peningkatan

kinerja guru dalam pembelajaran pendidikan agama islam adalah tehnik observasi

kunjungan kelas.

Observasi kelas merupakan salah satu tehnik dalam supervisi. Dengan teknik ini

seorang observer (dalam hal ini tenaga pengawas/kepala sekolah) meninjau, mengamati,

memperhatikan adan mencatat data dan fakta baik kuantitatif maupun kualitatif yang

berkaitan secara langsung maupun tidak dengan pembelajaran dikelas. Melakukan

pengamatan atau observasi memiliki makna tidak sekedar melihat atau mengamati

aktivitas guru, melainkan lebih dari itu, yaitu dengan cara melibatkan semua indera,
3
Depdiknas, Panduan Menajemen Sekolah, ( Jakarta : Depdiknas, 2009) H. 129
logika, strategi, dan instrument yang suadah divalidasi. Hal terpenting lainya mengapa

teknik supervisi observasi kelas dipilih untuk mensupervisi kinerja guru adalah : a).

Yang diamati keseluruhan proses belajar mengajar dalam satu pertemuan, dan bukan

sampel-sampel pembelajaran yang diinginkan, b). Untuk mengetahui aktivitas belajar

mengajar secara keseluruhan, bukan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas khusus, c).

Supervisor tidak boleh berpartisipasi dalam pemebelajaran, d). Dilakukan pada waktu

pelajaran berlangsung.

Kinerja guru dalam proses pembelajaran dapat dinilai dari kemampuan dalam

merencanakan, melaksanakan atau mengelola proses pembelajaran dan melaksanakan

evaluasi pembelajaran.

Berdasarkan kerangka pikir tersebut dapat digambarkanbagan sebagai berikut :

Meningkatan
Kinerja Guru
Supervisi Merencanakan Supervisi
1. Kemampuan guru
Kepala Melakasanakan Supervisi dalam merencanakan
Madrasah
pembelajaran
2. Kemampuan guru
Menindaklanjuti hasil dalam me;laksanakan
Supervisi proses pembelajaran.
3. Kemampuan guru
Gambar 1 Kerangka pikir dalam mengevaluasi
pembelajaran

Berdasarkan keterangan diatas dapat dipahami bahwa supervisi pada intinya

merupakan kegiatan seorang atasan untuk menilai, memberikan bimbingan dan arahan

kepada bawahan agar kinerja bawahan meningkat. Supervisi hakikatnya bentuk

pelayanan yang diberikan atasan kepada bawahannya.

Suharsimi Arikunto menyatakan tentang pengetian supervisi pengajaran


dengan menyebit sebagai “ supervisi klinis” yaitu suatu bentuk supervisi yang
difokuskan pada peningkatan kualitas mengajar dengan melalui sarana siklus yang
simpatik untuk langkah – langkah intensif dan cermat tentang penampilan mengajar
yang nyata serta bertujuan untuk mengadakam perubahan dengan cara yang rasional. 4

Glickman dalam Ibrahim Bafadal mendefinisikan supervisi pengajaran adalah

serangkain kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola

proses pembeljaran demi pencapaian tujuan pengajaran. Daresh mengemukakan

supervisi pengaran adalah upaya membantu guru-guru mengembangkan

kemampuannya mencapai tujuan pengaran.5

Menurut pendapat Harris dalam Piet A. Sahertian Supervisi Pengaran adalah

apa yang dilakukan oleh petugas sekolah terhadap stafnya untuk memlihara (maintain)

atau mengubah pelaksanaan kegiatan di sekolah yang langsung berpengaruh terhadap

proses mengajar guru dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.6

Berdsarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulakan supervisi

pengajaran adalah upaya seorang kepada sekoalh dalam pembinaan guru agar guru

dapat meningkatkan kualitas mengajarnya dengan melalui langkah-langkah

perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan

cara yang rasional dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Tujuan Supervisi

Tujuan supervisi adalah menilai kemampuan guru dan Kepala Madrasah dalam

rangka membantu mereka melakukan perbaikan serta peningkatan kualitas diri dan

tugas masing-masing bila peril dengan menunjukan kelemahan atau kekurangan agar

dapat diatasi dengan usaha sendiri. Atas dasar itu supervisi tidak boleh dilakukan

dengan sepihak untuk mencari-cari kesalahan.

4
Suharsimi Arikunto, Organisasi Dan Administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, (Jakarta :
Rajawali Pers, 1989), H. 99.
5
Ibrahim bahal, supervise pengajaran teori dan aplikasinya dalam membius professional guru (Jakarta:
rinaka cipta, 1989), h. 100
6
Piet a. sahertian dan ida aleida sahertian, supervise pendidikan dalam rangka inservice aducation
(Jakarta : rineka cipta, 1992) h. 56
Jadi tujuan utama supervisi akademik adalah untuk meningkatkan kemampuan

professional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengajaran yang

baik. Salah satu supervisi akademik yang popular adalah supervisi klimis.

Menurur Oteng Sutisna dalam bukunya supervisi dan administrasi pendidikn

mengemukakan tujuan supervisi adalah : “ membantu para guru memperoleh arah

diridan belajar memecahkan sendiri masalah-masalah yang mereka hdapi, dan

mendorong mereka kepada kegiatan-kegiatan untuk menciptakan situasi-situasi

dimana murid dapat belajar dengan lebih efektif”.7

Pendapat tersebut menunjukan bahwa tujuan supervisi pengajran untuk

membantu guru dapat melaksanakan proses belajar mengajar secara baik bantuan

yang dimaksut adalah bantuan profesional yang memungkinkan guru dapat

merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi proses belajar mengajar secara efektif

dan efesien.

Berdasarkan ungkapan tersebut dapat disimak bahwa tujuan supervisi

pengajaran adalah untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan serta

ketrampilan mengajar guru agae dapat mengerjakan tugas mengajar dengan baik.

Tujuan supervisi pengajaran juga tercermin pada devinisi supervisi pengajaran yang

mengandung makna:

a. Bahwa supervisi pengajaran adalah perbuatan secara langsung mempengaruhi

prilaku guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana proses belajar

mengajar.

b. Bahwa supervisi pengajaran melalui pengaruhnya terhadap prilaku guru,

bertujuan untuk mempertinggi mutu belajar murid demi mencapai hasil yang

tinggi pula.

7
Oteng Sutisna, Supervise Dan Administrasi Pendidikan, ( Bandung : Jemars, 1999), H. 8
Berdasarkan rumusan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa tujuan supervisi

adalah melakukan pembinaan professional guru untuk meningkatkan kemampuan dan

ketrampilan mengajar mereka serta kualutas proses belajar mengajar.

Supervisi tidak mungkin dapat dilakukan sepenuhnya oleh pengawas

pendidikan, karena pengawas belum tentu menguasi seluruh bidang studi yang ada

disuatu sekolah, maka untuk dikembangkan strategi supervisi. Strategi yang dapat

dikembangkan adalah supervisi langsung dan tak langsung. Supervisi langsung,

dilaksanakan secara langsung terhadap guru-guru, berupa pertemuan pribadi,

konsultasi, rapat kelompok, dan kunjungan kelas. Sedangkan supervisi tak langsung

adalah dengan mendayagunakan orang atau sarana lain, seperti bantuan dan guru

senior, guru sejawat, guru bidang studi diberi kesempatan berkonsultasi dengan pihak-

pihak yang dipandang memiliki keahlian, dalam tugas kesupervisian. Kegiatan

supervisi secara langsung maupun tidak langsung merupakan teknik-teknik supervisi

pengajaran yang dikembangkan oleh para pakar. Teknik dapat digunakan Kepala

Madrasah sesuai dengan situasi dan kondisi guru dan tentunya lingkungan sekolah.

3. Peranan Kepala Madrasah sebagai supervisior

Kepala Madrasah merupakan motor penggerak penentu arah kebijakan sekolah

yang akan menentukan bagai man tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada

umumnya direalisasikan. Sehubung dengan MBS, kepala sekoalh dituntut senantiasa

meningkatkan evektivitas kinerja. Dengan begitu, MBS sebagai para digma baru

pendidikan dapat memberikan hasil yang memuaskan.

Kinerja kepemimpinan Kepala Madrasah dalam kaitannya dengan MBS ada

segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh Kepala Madrasah

dalam mengimplementasikan MBS di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan


pendidikan secara efektif dan efesien. Sehubungan dengan itu, kepemimpinan Kepala

Madrasah yang efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut

a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran


dengan baik, lancer, dan produktif.
b. Dapat menyelesaiakan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan
c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat
melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan
pendidikan
d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah;
e. Bekerja dengan tim manajemen; serta
f. Berhasil mewujudkn tujuan sekolah secara produktoif sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.8

Pidarta mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus dimilik oleh

Kepala Madrasah untuk menyukseskan kepemimpinannya. Ketiga keterampilan

tersebut adalah keterampilan konseptual, yaitu keterampilan untuk memahami dan

mengoperasikan organisasi; keterampilan manusiawi, yyaitu keterampilan untuk

bekerja sama, memotivasi dan memimpin; serta keterampilan teknik ialah

keterampilan dalam menggunakan tudas tertentu.9

Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk memiliki kemampuan, terutama

keterampilan konsep, para Kepala Madrasah diharapkan melakukan kegiatan-kegiatan

berikut: (1) senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja para

guru dan pegawai sekolah lainya: (2) melakukan observasi kegiatan manajemen

secara terencana; (3) membac berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegitan

yang sedang dilaksanakan; (4) memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain; (5)

berfikir untuk masa yang akan datang, dan (6) merumuskan ide-ide yang dapat

diujicobakan.

8
E. mulyasa,
9
sdghm
Kepala Madrasah sebagai supervisor dalam aktivitasnya tentu membutuhkan

kemampuan manajerial dengan asumsi bahwa kegiatan supervisi dilakukan secara

kintinu dan nerlangsung dengan manajemen yang baik. Oleh karena itu kegiatan

Kepala Madrasah dapat dijelaskan sebagai berikut: kegiatan supervisi pendidikan

paling tidak terdiri dari tiga tahapan, yaitu pertemuan awal, pengamatan, pertemuan

umpan balik.

Adapun perinciannya sebagai berikut :

a. Supervisi yang diberikan kepada guru brupa bantuan (bukan perintah), sehingga
inisiatif terletak di tangan guru
b. Aspek yang disupervisi harus berdasarkan usul guru. Usul tersebut dikaji bersama
Kepala Madrasah ( sebagai supervisior) untuk dijadikan kesepakatan.
c. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan Kepala
Madrasah
d. Umpan balik diberikan segera setelah pengamalan selesei
e. Mendiskusikan hasil ana lisis dan data hasil pengamatan dengan mendahulukan
interpretasikan guru
f. Kegiatan supervisi dilakukan secara tatap muka dan dalam suasana terbuka
g. Kepala Madrasah sebagai supervisior lebih banyak, mendengarkan dan menjawab
pertanyaan guru dari pada memeberi pengarahan
h. Pemberian penguatan terhadap perubahan perilaku yang positip sebagai hasil
pembinaan dan dilakukan secara berkelanjutan.10

Ada enam prinsip yang harus yang harus dilaksanakan dalam supervisi

akademik yaitu:

a. Hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkhis


b. Dilaksanakan secara demokratis
c. Terpusat pada guru
d. Didasarkan pada kebutuhan guru
e. Umpan balik berdasarkan data hasil observasi
f. Bersifat bantuan.11

Supervisior pengajaran, tentu memiliki peran berbeda dengan “pengawas”.

Supervisior, lebih berperan sebagai “guru- gurunya” yang siap membantu kesulitan

guru dalam mengajar. Supervisior pengajaran bukanlah seorang pengawas yang hanya

mencari-cari kesalahan guru.

10
Ibid, h. 55
11
Ibid, h. 56
Oloiva mengemukakan peran supervisior yang utama ada empat hal, yaitu :

(a) sebagai koordinator, berperan mengkoordinasikan program-program dan


bahan-bahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran
dan harus membuat laporan mengenai pelaksanaan programnya; (b) sebagai konsultan,
supervisior harus memiliki kemampuan sebagai spesialis dalam masalah kurikulum,
metodologi pembelajaran, dan pengembangan staf, sehingga supervisior dapat
membantu guru baik secara individual maupun kelompok; (c) pemimpin kelompok
( gruop leader), supervisior harus memiliki kamampuan memimpin, memahami
dinamika kelompok, dan menciptakan berbagai bentuk kegiatan kelompok; dan (d)
sebagai evaluator,supervisior harus dapat memberikan bantuan pada guru untuk dapat
mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum, serta harus mampu membantu
mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi guru, membantu melakukan penelitian
dan pengembangan dalam pembelajaran dan sebagainya.12

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa peran supervisior yang

utama ada empat yakni sebagai koordinator, konsultan, pemimpin kelompok dan

sebagai evaluator. Peran tersebut harus benar benar dilaksanakan oleh seorang

supervisor sehingga pelaksanaan supervisi dapat mencapai tujuan

4. Teknik – Teknik Supervisi

Dengan bekal kompetensi di atas, supervisior diharapkan dapat melaksanakan

tugasnya dengan baik. Dalam pelaksanaan supervisi terdapat berbagai teknik dan

pendekatan yang dapat diterapkan oleh supervisior.

Teknik suprvisi, dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.

Neagley, Ross, Evans dan Dean sebagai mana dikutip Made Pidarta mengidentivikasi

sebagai teknik supervisi individual meliputi kegiatan di dalam dan di luar kelas.

Aktivitas supervisi individual yang dilakukan didalam ruan kelas, antara lain: (a)

kunjungan dan observasi kelas, (b) supervisi dengan tujuan untuk mengetahui

kompetensi, (c) supervisi klinis, dan (d) perbincangan supervisior dengan guru.13

Secara individual, program supervisi di luar ruang kelas dalam arti


pengembangan provesional guru secara umum, antara lain berupa: (a) mengabil mata
12
Olivia, Peter, F. Supervisor For Today’s School,2 Edition. (New York: Longman, 1984), h.76
13
Made Pidarta, Op. Cit., h. 76
kuliyah di perguruan tinggi, (b) keterlibatan dalam evaluasi, (c) konferensi dan
lainnya, (e) membaca jurnal /bacaan profesi, (f) menulis artikel mengenai profesi ,
(g)pemilhan guru/staf provesional, (h) pertemuan informal supervisior dengan guru,
dan (i) berbagai bentuk pengalaman lain yang memungkinkan peningkatan
provesional guru. Berbagai kegiatan supervisi yang dilakukan secara kelompok,
antara lain (a) orientasi bagi guru baru, (b ) ujicoba di kelas atau penelitian tindakan
kelas, (c) penelitian sensitivitas, (d) pertemuan guru yabg efektif, (e) melakukan
teknik Delphi untuk mengambil keputusan mengenai perbaikan pengajaran/sekolah,
(f)mengunjungi guru lain yang provesional, (g) pengembangan instrumen ujian secara
bersama, dan (h) pusat kegiatan guru14

Dalam kegiatan supervisi kelompok tersbut, tentu saja peran supervisior yang

menonjol adalah sebagai koordinator dan group leadar. Sememntara itu adalah

kegiatan supervisi individual, supervisior lebih berperan sebagai konsultan. Berbagai

bentuk kegiatan atau teknik supervisi tersebut tentunya sangat tergantung pada

inisiatif supervisior.

Berkaitan dengan hakikat pengajaran, supervisior harus memahami keterkaitan

berbagai variabel yang berpengaruh. Pertama adalah faktor-faktor organisasional,

terutama budaya organiasasi dan keberadaan tenaga provesional lainnya dalam

lembaga pendidikan. Kedua, berkaitan dengan pribadi guru, menyangkut pengetahuan

guru, kemampuan membuata perencaan dan mengambil keputusan, mptivasi kerja,

tahapan perkembangan atau pengamatan, dan ketrampilan guru. Ketiga, berkaitan

dengan support syistem dalam pengajaran, yaitu kurikulum, berbagai buku teks, seta

ujian-ujian. Terkhir, adalah siswa sendiri yang keberadaannya didalam kelas sangat

bervariasi.

Dalam pelaksanaan supervisi, karateristik guru yang dihadapi oleh supervisior

pasti berbede-beda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari sisi usia dan kematangan,

pengalaman kerja, motivasi maupu kemampuan guru. Karena itu, supervisior harus

merupakan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik guru yang dihadapinya.

14
Ibid, h. 79
Apabila pendekatan yang digunakan tidak sesuai, maka kegiatan supervisi

kemungkinan tidak akan berjalan dengan efektif.

Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan memperhatikan


secara teliti terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas adalah teknik observasi
yang dilukan oleh supervisior terhadap preses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Tujuannya adalah untuk memperoleh data sobyektif mungkin mengenai aspek-aspek
dalam situasi belajar mengajar, kesulitan – kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam
usaha memperbaiki proses belajar mengajar.15

Secara umum, aspek-aspek yang diamati selama proses pembelajaran yang


sedang berlangsung:
1) usaha-usahadan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran
2) cara penggunaan media pembeljaran
3) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar
4) keadaan media pengajaran yang dipakai dari segi materialnya.16

Pelaksanaan observasi kelas ini melalui beberapa tahap, yaitu: (1) persiapan

observasi kelas;(2) pelaksanaan observasi kelas;(3) penutupan pelaksanaan observasi

kelas; (4) penilaian hasil observasi ; (5) tindak lanjut. Dalam melaksanakan obsevasi

kelas ini, sebaiknya supervisior menggunakan instrumen observasi tertentu, antara

lain berupa evaluative check-list, ativity check-list.

Kepala Madrasah melakukan obsevasi pada kelas yang sedang belajar dibawah

bimbingan guru. Tujuannya ingin memperoleh data tentang segala sesuatu yang

terjadi di dalam proses belajar mengajar. Data ini sebagai dasar bagi supervisi di

dalam melakukan pembinaan terhadap guru yang diobservasi. Hal-hal yang perlu

dicatat oleh supervisior:

(1) suasana kelas, (2) cara melalui dan menutup pelajaran, (3) kecocokan
metode yang dipakai, (4) media yang digunakan, (5) tugas-tugas yang diberikan
kepala siswa. Kehadiran Kepala Madrasah untuk mengobservasikan dapat

15
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral Peningkata Mutu Pendidikan Dan Tenaga
Kependidikan, Metode Dan Teknik Supervise, ( Jakarta: Departemen Pendidikkan Nasional, 2008) H 23
16
Ibid, h. 24
diberitahukan kepada guru atau tidak diberitahukan terlebuh dahulu kedua-duanya
mengandung kebaikan maupun kelemahan.17

Supervisi pengajaran harus dilakukan oleh Kepala Madrasah yang memiliki

kompetensi kepengawasan yang provesional. Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005

pasal 39 mengatur kompetensi Kepala Madrasah dalam kepengawasan harus memiliki

kualivikasi: (1) merencanakan supervisi, (2) melaksanakan supervisi, dan (3)

menindaklanjuti hasil supervisi.18

Uraian tentang proses teknik supervisi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

perencanaan (persiapan), proses supervisi, dan pertemuan balikan.19 Satu persatu

diurikan pada bagian berikutnya:

a. Persiapan

Persiapan supervisi hanya dilakukan oleh supervisior sendiri, tidak

bersama guru atau oleh guru. Persiapan yang dimaksud terdiri dari:

1) Guru siapa yang akan disupervisi


2) Materi yang diajarkan
3) Di ruang kelas mana
4) Alat-alat yang dipakai mencatat hasil supervisi
5) Cara menentukan waktu, diberitahu sebelumnya, datang tiba-tiba, atau hanya
diberitahu bulan kedatangan saja20

b. Proses supervisi

Begitu jam pelajaran dimulai guru dan supervisior masuk kelas. Guru

memulai mengajar di depan kelas, dan supervisor duduk dibelakang. Yang yang

perlu diperhatikan dalam proses supervisi:

1) Sikiap supervisor. Supervisor harus bisa membawa diri agar tampak tidak

mencolok di mata para siswa, agar suasana tidak berubah disebabkan oleh
17
Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervise Pendidikan Jakarta : Bumi Aksara, (1996), H. 21
18
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, ( Bandung: Citra
Umara, 2008), H. 82
19
Made Pidarta, Supervise Pendidikan kontekstual (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), H. 93
20
Ibid, h. 93
kedatangan orang lain. Supervisor duduk dengan tenang dan tidak perlu

berbicara. Hanya tangan sekali kali bergerak menuliskan sesuatu, kalu

memang ada data yang perlu ditulis.

2) Cara mengamati guru. Supervisor mengobservasi guru mengajar adalah sambil

duduk dibelakang atau sekali-kali berdiri kalau memang merasa payah duduk.

Pengamatan dilakukan secara terus menerus selama pelajaran berlangsung,

sehingga semua data tentang guru ini dapat diketahui dan dicatat.

3) Hal-hal yang diamati. Banyal hal yang harus diamati mencakup:

a) Kepribadian guru, watak, dan bakatnya

b) Gaya mengajar dan mendidik

c) Suara guru

d) Pakaian dan cara berdandan.

e) Cara mendidik dan mengembangkan efektf

f) Cara mengajar, yang mencakup:

(1) membuka pelajaran.

(2) Mengorganisasi materi pelajaran

(3) Metode mengajar.

(4) Menggunakan alat-alat belajar

(5) Mengaktifkan siswa.

(6) Mengelola kelas.

(7) Menilai hasil belajar.

(8) Menutup pelajaran

g) Respons kelas dan para siswa, mencakup:

(1) dinamika kelas

(2) suasana kelas.


(3) Afeksi siswa.

(4) Kepuasan siswa.

(5) Penguasaan materi.

(6) Keterampilan siswa.

h) Kesan umum:

(1) pribadi guru.

(2) Kemampuan guru secara umum.

(3) Kesan para siswa

4) Cara mencatat data. Bentuk catatan ada dua macam yaitu bentuk daftar isian

dan bentuk uraian. Kalau memakai daftar isisan, supervisor cukup enuliskan

tanda cek pada tempat yang sesuai dengan keadaan. Tetapi kalu memakai

bentuk uraian, supervisor harus menuliskan tentang apa saja yang

diaobservasi. Keduabentuk catatan ini mempunyai keterbatasan. Bentuk daftar

isian akan membatasi supervisio untuk mencatat data, dia hanya dapat

mencatat hal-hal yang sudah tertulis saja pada daftar isian itu. Sebaliknya

bentuk uraian memberi peluang untuk tidak mencatat secara lengkap tentang

apap-apa yang harus dicatat. Sebab itu disarankan mengambil jalan tengah,

ialah dengan memakai daftar isian yang dilengkapi dengan kolom-kolom

kosong untuk memcatatkan hal-hal yang belum disebutkan dalam daftar isisan

atau dapat juga dengan membuat daftar isian yang singkat singkat seprti

pedoman observasi, sehingga supervasi, sehingga supervisior hanya

menuliskan data itu dibelakang kata yang menjadi pedoman.

5) Mengangkhiri proses supervisi. Menjelang pelajaran usai guru mulai menutup

kelas, misalnya dengan merumuskan iktisar pelajaran atau dengan

mengadakan evaluasi singkat, supervior pun bersiap-siap untuk mengakhiri


pekerjaannya mengamati dan mencatat segala sesuatu tentang guru beserta

kelasnya.21

c. Pertemuan Balikan

Segera sesudah proses supervisi selesai, diadakan pertemuan balikan.

Dalam pertemuan ini tidak perlu ada guru lain yang ikut hadir, agar guru

bersangkutan merasa bebas mengemukakan pendapat dan hal-hal yang

mengganjal dalam hatinya. Yang harus diperhatikan oleh supervisor dalam

pertemuan ini adalah:

1) Kontak hubungan: hubungan yang harmonis perlu diciptakan pertama kali,


sebelum membahas hasil pengamatan dalam proses supervisi sifat hubungan
sangat bergantung pada kemampuan supervisor menghayati pribadi, watak,
dan bakat guru bersangkutan, atas dasar penghayatan ini dibentuk suatu
hubungan yang harmonis.
2) Membahas hasil supervisi: dalam membicarakan data hasil supervisi, juga
perlu memekai prinsip supervisi kontekstual. Artinya, sikap supervisor dalam
acara pembahasan itu juga disesuaikan dengan sifat guru yang diajak
berbicara. Guru yang berpribadi halus harus dihadapi secara hati-hati dan
halus. Guru yang sulit berbicara perlu dibimbing dalam berbicara.
3) Penguatan : dalam kesempatan ini guru perlu diberi penguatan agar ia tidak
berputus asa dan tetap bersemangat untuk maju. Penguatan positif dilakukan
dengan cara memuji hal-hal yang sudah dia lakukan dengan baik. Dan
penguatan negative dilakukan dengan cara mengurangi beban guru, misalnya
dalam waktu enam bulan tidak perlu diadakan supervisi sebab cara kerja guru
sudah baik. Atau diizinkan tidak ikut penataran.
4) Tindak lanjut : pertemuan balikan diakhiri dengan membuat kesepakatan
tentang tindak lanjut supervisi yang baru saja dilakukan.22

21
Ibid, h. 93-94
22
Ibid, h. 94-95
Berbagai pendekatan supervisi, antara lain (a) supervisi ilmiah (scientific

supervision), (b) supervisi klinis (clinical supervision), (c) supervisi artistik, (d)

integrasi diantara ketiga pendekatan tersebut.23

a. Supervisi ilmiah

Terdapat tiga pandangan mengenai supervisi imiah sebagai berikut :

Pertama, supervisi ilmiah dipandang sebagai kegiatan supervisi yang

dipengaruhi oleh berkembangnya manajemen ilmiah dalam dunia industri.

Menurut pandangan ini, kekurang berhasilan guru dalam mengajar, harus

dilihat dari segi kejelasan pengaturan serta pedoman-pedoman kerja yang

disusun untuk guru. Oleh karena itu, melalui pendekatan ini, kegiatan

mengajar harus dilandasi oleh penelitian, agar dapat dilakukan perbaikan

secara tepat.

Kedua, supervisi ilmiah dipandang sebagai penerapan penelitian ilmiah

dan metode pemecahan masalah secara ilmiah bagi penyelesaian

permasalahan yang dihadapi guru didalam mengajar. Supervisor dan guru

bersama-sama mengadopsi kebiasaan eksperimen dan mencoba berbagai

prosedur baru serta mengamati hasilnya dalam pembelajaran.

Ketiga, supervisi ilmiah dipandang sebagai democratic ideology.

Maksudnya setiap penelitian atau judgment terhadap baik buruknya seorang

guru dalam mengajar, harus didasarkan pada penelitian dan analisis statistik

yang ditemukan dalam action research terhadap problem pembelajaran yang

dihadapi oleh guru. Intinya supervisor dan guru harus mengumpulkan data

yang cukup dan menarik kesimpulan mengenai problem pengajaran yang

dihadapi guru atas dasar data yang dikumpulkan. Hal ini sebagai perwujudan

23
Suharsimi Arikunto, Op.Cit, h. 86
terhadap ideologi demokrasi, dimana seorang guru sangat dihargai

keberadaannya, serta supervisior menilai tidak atas dasar opini semata.

Keempat, pandangan tersebut tentunya sampai batas tertentu saat ini

masih relevan untuk diterapkan. Pandangan bahwa guru harus memiliki

pedoman yang baku dalam mengajar, perlu juga dipertimbangkan. Demikian

pula pendapat bahwa guru harus dibiasakan melakukan penelitian untuk

memecahkan problem mengajarnya secara ilmiah, dapat pula diadopsi.

Pandangan terakhir tentunya harus menjadi landasan sikap supervisor,

dimana ia harus mengacu pada data yang cukup untuk menilai dan membina

guru.

b. Supervisi Artistik

Supervisi artistik dapat dikatakan sebagai antitesa terhadap supervisi

ilmiah. Supervisi ini bertolak dari pandangan bahwa mengajar, bukan

semata-mata sebagai science tapi juga merupakan suatu art. Oleh karena itu

pendekatan yang digunakan dalam meningkatkan kinerja mengajar guru juga

harus mempertimbangkan dimensi tersebut.

Pendekatan supervisi artistik, ialah pendekatan yang menekankan pada

sensitivitas, perceptifity, dan pengetahuan supervisor untuk mengapresiasi

segala aspek yang terjadi dikelas, dan kemudian menggunakan bahasa yang

ekspresif, puitis serta ada kalanya metaforik untuk mempengaruhi guru agar

melakukan perubahan terhadap apa yang telah diamati didalam kelas. Dalam

supervisi ini, instrumen bukanlah alat ukur atau pedoman observasi,

melainkan manusia itu sendiri yang memiliki perasaan terhadap apa yang

terjadi. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas

kehidupan (suasana) kependidikan disekolah.


Berdasarkan pengertian tersebut, mungkin dapat dianalogikan dengan

pendekatan penelitian. Supervisi ilmiah paradigmanya identik dengan

penelitian kuantitatif sementara itu supervisi artistik lebih dekat dengan

pendekatan penelitian kualitatif.

c. Supervisi Klinis

Supervisi klinis berangkat dari cara pandang kedokteran, yaitu untuk

mengobati penyakit. Inilah yang harus dilakukan oleh supervisor terhadap

guru apabila ia hendak membantu meningkatkan kualitas pembelajaran

mereka.

Supervisi klinis dilakukan melalui tahapan-tahapan: (a) pra observasi,

yang berisi pembicaraan dan kesepakatan antara supervisor dengan guru

mengenai apa yang akan diamati dan diperbaiki dari pengajaran yang

dilakukan, (b) observasi, yaitu supervisor mengamati guru dalam mengajar

sesuai dengan fokus yang telah disepakati, (c) analisis, dilakukan secara

bersama-sama oleh supervisor dengan guru terhadap hasil pengamatan, dan

(d) perumusan langkah-langkah perbaikan, dan pembuatan rencana untuk

perbaikan.

Dalam konsepsi islam,hubungan seseorang dengan yang lain hubungan

kerja yang dibangun Rasulullah adalah menyerahkan atau membiarkan

sahabat menetapkan sesuatu,mendorong ijtihad sahabat dan menghargai

inisiatif seseorang. Dalam kasus atau peristiwa khandaq umpamanya Rasul

menghargai inisiatif Salman al farisi, yang mengusulkan penggalian parit

(khandaq) dalam menghadapi serbuan kafir quraisy. Sikap Rasulullah dalam

peristiwa perang Badar, beliau menerima pendapat dari Habbab bin Munzir

dalam penempatan pasukan, “Habbab mengusulkan supaya Nabi pindah ke


tempat lain (yang ditunjukkan) dan Nabi menyetujuinya, karena pilihan Nabi

terhadap tempat itu bukan atas perintah wahyu Ilahi”. Begitu juga dalam

mengambil sikap tentang perang Badar itu.24

Muhammad menyetujui pendapat Abu Bakar Siddiq tentng pemberian

kompensasi bagi pembebasan tawanan perang Badar,dengan kewajiban

mendidikan anak-anak dan pemuda islam. Rasulullah menolak pendapat

Umar bin Khattab yang mengusulkan supaya tawanan perang Badar itu

dibunuh saja. Sikap dan pendekatan yang diterapkan Rasulullah tersebut

dengan memberikan kepercayaan dan kesempatan yang luas bagi para

sahabat untuk mengambil inisiatif, bukan membiakan nya dalam kesesatan.

Hadist dari Abu Tsa’Ibah Nabi bersabda:

Yang artinya: dan abu tsa’labah khusani bin nasyir r.a dan nabi saw
bersabda: “sesungguhnya allah mewajibkan beberapa hal maka janganlah
disia-siakan, dan menenrukan batasan-batasan maka jangan dilampaui, dan
mengaharamkan beberapa hal maka jangan dilarang, serta
mendiamkan )membiarkan) hal-hal lain sebagai rahmat untuk kalian, bukan
kareana lupa maka jangan mencari-cai” ( hadits riwayat darul ikhutni dan
lainnya).25

Pemberian kesempatan kepada sahabat-sahabat itu karena Nabi

berkeyakinan bahwa mereka menyampaikan pendapat adalah atas

pertimbangan kemaslahatan umat Islam, dan mereka tidak mendustai

Nabinya.

Dalam alqur’an Surat An-Nahl ayat 116 ditegaskan:

‫م ِّلَتۡف َت ُروْا‬ٞ‫ل َو َٰه َذ ا َح َر ا‬ٞ ‫َو اَل َتُقوُلوْا ِلَم ا َتِص ُف َأۡل ِس َنُتُك ُم ٱۡل َك ِذَب َٰه َذ ا َح َٰل‬
١١٦ ‫َع َلى ٱِهَّلل ٱۡل َك ِذ َۚب ِإَّن ٱَّلِذ يَن َيۡف َتُروَن َع َلى ٱِهَّلل ٱۡل َك ِذَب اَل ُيۡف ِلُحوَن‬

24
Yurnalis Atek, Supervise Akandemik Dan Evalouasi Pengajaran, (Jakrta: Transmisi Media, 2006), H.
45
25
Yahya Bin Syaraf An Nawawy, Riyadhus Shalihin, Terjemahan Muslich Shabir, ( Semarang: Karya
Toha Putra, Cetakan Ke Dua, Maret 2004), H. 87
Artinya: “dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang

disebut-sebut oleh lidahmu secara Dusta "Ini halal dan ini haram", untuk

mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang

yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah Tiadalah beruntung”.26

Dengan bentuk pendekatan tersebut (Islam) yang menganggap positif

terhadap orang lain, akan berdampak baik bagi pengembangan kreatif

sahabat. Pengawas pendidikan agama sebagai supervisor pengajaran dapat

menggunakan pendekatan sebagaimana yang dilakukan Rasul terhadap

sahabat-sahabatnya.

Islam mendorong hubungan antara sesama manusia yang

memungkinkan terjadinya kerjasama antara seseorang dengan yang lain,

antara atasan danbawahan, antara sesma bawahan, antara teman sekerja.

Dalam kondisi hubungan seperti itu terjadilah tenggang rasa saling

menghargai satu dengan lain yang berakibat akan saling membantu kerja

sama mencapai tujuan.

Mengemangkan hubungan kemanusiaan yang islami dalam kegiatan

supervisi pengajaran sangat penting, karena tugas pokok supervisi adalah

membantu para guru memecahkan sendiri persoalan mereka hadapi,

supervisor hanya mendorong dan menunjukkan arah.

Dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pengawas dan Kepala

Madrasah harus mampu menempatkan diri sebagai rekan kerja dengan para

guru, menunjukkan sikap dan prilaku yang baik, sopan dan lemah lembut.

Kepala Madrasah dan pengawas dapat menciptakan kondisi yang kondusif

bagi berlangsungnya proses belajar mengajar yang tentram. Allah SWT

berfirman:
26
Departemen Agama RI, Al- Qur’an Dan Terjemahnya, ( Surabaya: CV. Mahkota, 1996) h. 419
‫َظ ٱۡل َقۡل ِب ٱَلنَفُّض وْا ِم ۡن‬L‫َفِبَم ا َر ۡح َم ٖة ِّم َن ٱِهَّلل ِلنَت َلُهۖۡم َو َل ۡو ُك نَت َفًّظ ا َغ ِلي‬
‫َح ۡو ِلَۖك َفٱۡع ُف َع ۡن ُهۡم َو ٱۡس َتۡغ ِفۡر َلُهۡم َو َش اِوۡر ُهۡم ِفي‬
١٥٩ ‫ٱَأۡلۡم ِۖر َفِإَذ ا َع َز ۡم َت َفَتَو َّك ۡل َع َلى ٱِۚهَّلل ِإَّن ٱَهَّلل ُيِح ُّب ٱۡل ُم َتَو ِّك ِليَن‬

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah


lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya. ( QS: Ali-Imron : 159).27

Seorang pengawas pendidik agama sebagai supervisor dalam

melakukan pembinaan terhadap guru-guru perlu menjiwai langkah-langkah

dengan petunjuk-petunjuk agama. Dengan demikian kegiatan yang dilakukan

oleh Kepala Madrasah sebagai supervisor pengajaran benar-benar bertujuan

untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam.

27
Ibid., h. 103

Anda mungkin juga menyukai