Anda di halaman 1dari 19

KONFLIKASI PERSALINAN

DISUSUN OLEH :

1. MERYANTI GULTOM
2. YOHANA SIMBOLON
3. SUKMA ADEN NUR INTAN HARAHAP
4. TISAH RAJAGUKGUK
5. TRIFOSA LASE
6. RISMA ALPURI BR SIAHAAN

PRODI SARJANA KEBIDANAN TINGKAT IV


UNIVERSITAS IMELDA MEDAN (UIM)

2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahh-nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KONFLIKASI PERSALINAN” penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Pelayanan dalam kebidanan. Kami berharap dapat menambah wawasan
dan pengetahuan khususnya dalam bidang medis. Serta pembaca dapat mengetahui
tentang bagaimana dan apa sebenarnya konflikasi persalinan

Menyadari banyaknya kekurangan dalam peyusunan makalah ini. Karena itu,


kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi
segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
selama proses penyusunan makalah ini.

Medan,oktober 2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I

A. Latar Belakang.................................................................................................................

B. Rumusan masalah..............................................................................................................

BAB II

1. konflikasi persalinan…………………………………………………………………….

2. persalinan pre term………………………………………………………………………

3. factor resiko pre term……………………………………………………………………

4. kecil masa kehamilan……………………………………………………………………

5. factor resiko kecil masa kehamilan………………………...……………………………

6. trauma persalinan……………………………………………………………………….

BAB III

A. Kesimpulan......................................................................................................................

B. Saran..................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Komplikasi masa kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah

kesehatan yang penting, jika tidak ditanggulangi bisa menyebabkan

kematian ibu yang tinggi.tragedi yang mencemaskan dalam proses

reproduksi salah satunya kematian yang terjadi pada ibu. Keberadaan

seorang ibu adalah tonggak untuk keluarga sejahtera. Untuk itu Indonesia

mempunyai target pencapaian kesehatan melalui Millennium Development

Goals (MDGs) sehingga tercapai pembangunan masyarakat sejahtera.

MDGs adalah hasil kesepakatan negara-negara yang bertujuan mencapai

kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat yang berisi 8

tujuan.MDGs ke-5 bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dengan

menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar tiga perempatnya antara

tahun 1990 dan 2015 (Depkes, 2013).

Menurut Word Health Organization (WHO, 2010) kematian ibu

adalah kematian seorang perempuan dalam masa hamil atau dalam 42 hari

setelah kehamilan berakhir dengan sebab apapun, terlepas dari tuanya

kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan.Pada

tahun 2013 AKI didunia sebesar 210 kematian per 100.000 kelahiran hidup,

sedangkan di negara berkembang 14 kali lebih tinggi bila dibandingkan

negara maju, yaitu 230 per 100.000 kelahiran (WHO, 2014).

1
2

Berdasarkan laporan WHO (2013), kematian ibu di dunia disebabkan

pre-eklamsi 28%, perdarahan 27%, eklampsi 14%, aborsi tidak aman 8%,

infeksi 11%, penyulit persalinan 9%, dan emboli 14%. Menurut Profil

Kesehatan Indonesia (2012) kasus obstetrik terbanyak (56,06%) disebabkan

oleh penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya diikuti dengan

kehamilan yang berakhir abortus (26%). Penyebab kematian terbesar adalah

pre eklampsi dan eklampsi dengan case fatality rate (CFR) 2,35%, proporsi

kasusnya 49 % dari keseluruhan kasus obstetri.

Angka Kematian Ibu di Indonesia tergolong tinggi jika dibandingkan

dengan Negara-negara ASEAN lainnya. Tampak pada tahun 2013 AKI di

Indonesia 190/100.000 kelahiran hidup, Malaysia 29/100.000 kelahiran

hidup, Vietnam 49/100.000 kelahiran hidup, Singapore 6/100.000 kelahiran

hidup, Fhilipina 120/100.000 kelahiran hidup, Thailand 26/100.000

kelahiran hidup (WHO, 2014). Hal ini masih menjadi masalah sulitnya

mencapaian derajat kesehatan di Indonesia.Selama periode tahun 1991

sampai 2007 angka kematian ibu mengalami penurunan dari 390 menjadi

228 per 100.000 kelahiran hidup namun pada tahun 2012 angka kematian

ibu melahirkan mengalami peningkatan mencapai 359/100.000 kelahiran

hidup ini menandakan sulit mencapai target MDGs tahun 2015 sebesar 102

per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2012). Profil kesehatan provinsi Jawa

Tengah tahun 2012 didapat AKI sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan Dinas Kesehatan Kota Surakarta, kematian ibu mengalami

kenaikan 100% dari 3 kasus tahun 2013 meningkat jadi 6 kasus pada tahun
3

2014. AKI menggambarkan tingkat kesadaran prilaku hidup sehat, keadaan

status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat

pelayanan terutama untuk ibu hamil, pelayanan melahirkan dan masa nifas

(Dinkes, 2012).

Angka kelahiran di Indonesia masih tinggi dan kira-kira 15% dari

seluruh wanita hamil mengalami komplikasi dalam persalinan. Hal ini

membutuhkan penanganan khusus selama persalinan. Sectio caesarea

adalah jalan keluar untuk penanganan persalinan dengan komplikasi

(Muchtar, 2011). Menurut WHO standar persalinan sectio caesarea namun

di Inggris tahun 2008 sampai 2009 angka section caesarea mengalami

peningkatan sebesar 24,6 % yang pada tahun 2004 sekitar 24,5 % dan di

Australia tahun 2007 terjadi peningkatan 31% yang pada tahun 1980 hanya

sebesar 21% (Afriani, 2012).

Di Indonesia sectio caesarea umumnya dilakukan bila ada indikasi

medis tertentu, sebagai tindakan mengakhiri kehamilan dengan komplikasi.

Selain itu sectio caesarea juga menjadi alternative persalinan tanpa indikasi

medis karena dianggap lebih mudah dan nyaman. Sectio caesarea sebanyak

25% dari jumlah kelahiran yang ada dilakukan pada ibu-ibu yang tidak

memiliki resiko tinggi untuk melahirkan secara normal maupun komplikasi

persalinan lain (Depkes, 2012). Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea

mengalami peningkatan pada tahun 2000 jumlah ibu bersalin dengan sectio

caesarea 47,22%, tahun 2001 sebesar 45, 19 %, tahun 2002 sebesar 47,13%,

tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar 53,2%, tahun 2005 sebesar
4

51,59%, dan tahun 2006 sebesar 53,68% dan tahun 2007 belum terdapat data

yang signifikan, tahun 2009 sebesar sekitar 22,8% (Karundeng, 2014). Berbagai

survei ditemukan proporsi persalinan sectio caesarea dirumah sakit di Bali dan

Jakarta cukup tinggi berada jauh dari standar yang ditentukan. Presentasi

persalinan section caesarea di rumah sakit pemerintah sebesar 20-25 % dari

total persalinan sedangkan untuk rumah sakit swasta sebesar 30-80 % dari

semua persalinan (Ningrum, 2011).

Adapun hasil survei pendahuluan di Rumah Sakit Moewardi Daerah

Surakarta, pada tahun 2014 proporsi ibu yang mengalami persalinan dengan

sectio caesarea 36,3 % yaitu 693 dari 1906 persalinan. Berdasarkan latar

belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mendeskripsikan

karakteristik apa saja yang mempengaruhi kejadian persalinan sectio caesarea

yang di Rumah Sakit Moewardi tahun 2014.


5

PEMBAHASAN

BAB II

1. Konflikasi persalinan

Komplikasi masa kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah kesehatan yang
penting, jika tidak ditanggulangi bisa menyebabkan kematian ibu yang tinggi.tragedi yang
mencemaskan dalam proses reproduksi salah satunya kematian yang terjadi pada ibu.
Keberadaan seorang ibu adalah tonggak untuk keluarga sejahtera. Untuk itu Indonesia
mempunyai target pencapaian kesehatan melalui Millennium Development Goals (MDGs)
sehingga tercapai pembangunan masyarakat sejahtera. MDGs adalah hasil kesepakatan
negara-negara yang bertujuan mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat
yang berisi 8 tujuan.MDGs ke-5 bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dengan menurunkan
Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990 dan 2015 (Depkes,
2013).

Menurut Word Health Organization (WHO, 2010) kematian ibu adalah kematian seorang
perempuan dalam masa hamil atau dalam 42 hari setelah kehamilan berakhir dengan sebab
apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri
kehamilan.Pada tahun 2013 AKI didunia sebesar 210 kematian per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan di negara berkembang 14 kali lebih tinggi bila dibandingkan negara maju, yaitu
230 per 100.000 kelahiran (WHO, 2014).

A. Persalinan pre term


a) Pengertian
Persalinan preterm didefinisikan sebagai persalinan pada usia kehamilan
kurang dari 37 minggu setelah dianggap viabel. Insidens persalinan preterm
berbeda-beda antar negara. Di Amerika Serikat, insidens meningkat dari 9,5%
pada tahun 1981 menjadi 12,7% pada tahun 2005.1 Sementara itu, di Eropa dan
negara berkembang, insidens berkisar 5-9%.2 Angka persalinan preterm di
Indonesia mencapai 15,5% pada tahun 2010.3 Di Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo sebagai pusat rujukan tersier insidens persalinan preterm sebesar
38,5% pada tahun 2013.4
Persalinan preterm berkontribusi langsung terhadap risiko morbiditas dan
mortalitas maternal, janin, dan neonatus. Pada neonatus, defisit neurokognitif,
6

disfungsi paru, dan gangguan penglihatan menjadi efek dari persalinan preterm.
Sementara itu, kematian janin intrauterin, pertumbuhan janin terhambat, sepsis
awitan dini, perdarahan intraventrikel, serebral palsi, anemia, konstipasi, dan
sindrom twin-twin transfusion berkaitan erat dengan kejadian persalinan preterm.5
Artikel ini membahas klasifikasi, faktor risiko, mekanisme, tatalaksana hingga
pencegahan persalinan preterm.

Secara umum, persalinan preterm dibagi menjadi 4, yaitu: „

I. Sangat-sangat preterm: usia kehamilan kurang dari 28 minggu (5%) „


II. Sangat preterm: usia kehamilan antara 28-31 minggu (15%) „
III. Preterm sedang: usia kehamilan 32-33 minggu (20%) „
IV. Mendekati aterm: usia kehamilan 34-36 minggu (60-70%)

Prekursor obstetri yang menyebabkan persalinan preterm dapat dibagi menjadi


persalinan akibat indikasi maternal atau janin (30-35%), persalinan preterm
spontan dengan membran utuh (40-45%), dan ketuban pecah dini (KPD) preterm
(25-30%).

b) Factor resiko persalinan preterm

dapat disebabkan dari faktor maternal, janin, paternal, lingkungan, dan genetic

Mekanisme persalinan preterm tidak berbeda dengan persalinan aterm, yaitu


kontraktilitas uterus, pematangan serviks, dan ruptur membran. Perbedaan
fundamental ialah bahwa proses aktivasi pada persalinan aterm merupakan bagian
dari aktivasi fisiologis, sedangkan pada persalinan preterm bersifat patologis. Jalur
lazim persalinan dapat dilihat berdasarkan anatomi, biokimia, imunologi,
endokrinologi, dan gejala klinis. Aktivasi komponen uterus dapat bersifat sinkron
dan asinkron. Aktivasi sinkron akan berujung pada persalinan preterm spontan;
sedangkan aktivasi asinkron menimbulkan fenotip yang berbeda. Sebagai contoh
aktivasi membran akan menyebabkan KPD preterm, aktivasi serviks
menyebabkan insufisiensi serviks, dan aktivasi miometrium menyebabkan
kontraksi uterus preterm.
7

B. kecil masa kehamilan


a) pengertian
KMK adalah berat badan bayi dibawah persentil 10 atau ≤ 2 standar deviasi
sesuai usia kehamilan. Definisi KMK dijelaskan sebagai berat badan bayi lebih
rendah dari populasi normal atau lebih rendah dari berat badan yang telah ditentukan.
Ponderal index merupakan suatu formula yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi massa jaringan lunak pada bayi yang tidak sesuai dengan
perkembangan skeletal. Oleh karena itu, Ponderal index dibawah persentil 10
digunakan untuk identifikasi bayi PJT (Pertumbuhan janin terhambat).5 Jadi, semua
bayi PJT belum tentu KMK, dan semua bayi KMK belum tentu kecil sebagai hasil
dari proses restriksi pertumbuhan
KMK tidak dapat didefinisikan secara langsung. Hal ini membutuhkan
beberapa persyaratan, seperti:
1) Pengetahuan yang akurat tentang usia kehamilan (idealnya berdasarkan
pemeriksaan USG pada trimester pertama usia kehamilan),
2) Pengukuran yang tepat pada saat kelahiran meliputi berat badan, panjang
badan, dan lingkar kepala, dan
3) Patokan terhadap data referensi dari populasi yang relevan. Patokan ini
memiliki berbagai variasi pada per sentil ke-10, 3, atau kurang dari 2 SD dari nilai
rata-rata (persentil ke 2).
Beberapa penelitian menjelaskan tentang definisi KMK sebagai berat atau
panjang lahir dibawah persenil 3, 5, atau 10 sesuai masa kehamilan, meskipun 2 SD
secara umum digunakan untuk mengelompokkan sebagian besar bayi dengan
gangguan pertumbuhan pada saat janin. Sejumlah penelitian mendefinisikan pola
pertumbuhan dan respon pasien terhadap pengobatan Growth Hormon dengan
menggunakan -2 SD sebagai cuttoff untuk KMK. Secara luas deskripsi KMK
mencakup berat badan lahir rendah tetapi panjang lahir normal, sebaliknya, bayi yang
lahir dengan panjang badan yang pendek dengan berat badan lahir normal, beberapa
anak yang lahir dengan KMK memiliki panjang dan berat badan lahir yang rendah.
Karenanya, bayi yang lahir dengan KMK dapat diklasifikasikan sebagai KMK dengan
berat badan rendah, KMK dengan panjang badan rendah, atau KMK dengan berat dan
panjang badan yang rendah.
Penyebab bayi KMK dapat diketahui meskipun tidak secara pasti, mekanisme
yang mendasari bermacam-macam dan dapat mempengaruhi panatalaksanaannya.
8

Mekanisme utama dihubungkan dengan metabolisme abnormal yang bervariasi dan


dapat mempengaruhi penentuan pengelolaan bayi dengan KMK. Perlu dicatat bahwa
diagnosis keluarga dengan perawakan pendek, Turner syndrome, sindroma perawakan
pendek yang lainnya, defisiensi Hormon Pertumbuhan, atau displasia skeletal tidak
dapat disamakan dengan klasifikasi KMK.

b) Kelemahan pertumbuhan saat janin MKM bisa disebabkan banyak faktor


mencakup faktor :
1. Faktor maternal : umur, paritas, kondisi medis seperti hipertensi, infeksi
(biasanya toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpesvirus), malnutrisi,
penggunaan alkohol, merokok.
2. Faktor plasenta : meliputi ketidaksesuaian antara perfusi plasenta dan
oksigenasi janin, pemeriksaan plasenta oleh patologis dapat membantu menemukan
penyebabnya termasuk vaskular.
3. Faktor janin : kromosom abnormal, dan kerusakan genetika, tes genetik
khusus dan atau konsultasi dengan ahli genetika sangat berguna.

Berdasarkan National Center for Health Statistics (NCHS) (1999), terdapat


bayi lahir dari 3.959.417 kelahiran di USA, 2,3 % KMK (-2 SD ekivalen dengan
persentil 2,3 ), atau sekitar 91.000 bayi di USA lahir KMK setiap tahunnya. Penelitian
di swedia didapatkan 3650 lahir bayi genap bulan yang sehat pada tahun 1973, 1974,
1975, 5,4 % (198) merupakan KMK.3
Tahun 2004 di Amerika diperkirakan, 4.115.590 bayi lahir, menandakan
bahwa 2,3 % dari populasi kira-kira 95.000 bayi lahir dengan KMK. Insidensi
defisiensi GH diperkirakan 1 : 3500 dan terdiagnos hampir 1200 bayi pada interval
yang sama.
Menurut data WHO tahun 2013, prevalensi bayi yang lahir dengan KMK di
Indonesia adalah sekitar 30-40%. Di Asia Tenggara, angka kejadian KMK aterm
adalah sekitar 21% pada tahun 2013, angka KMK preterm sekitar 3%, dan total angka
kejadian SGA di Asia Tenggara tahun 2013 adalah 24%.2

c) Komposisi Tubuh
Individu yang lahir dengan KMK memiliki massa otot yang kecil dan lemak
sentral yang tinggi. Indeks massa tubuh / Body Mass Index (BMI) digunakan untuk
9

tujuan klinis, tetapi memiliki nilai yang terbatas dalam menentukan komposisi tubuh
pada anak-anak yang lahir KMK karena rendahnya nilai prediksi terhadap komposisi
jaringan otot dan lemak. Berat badan lahir memiliki nilai positif yang lemah terkait
dengan BMI selanjutnya, sedangkan peningkatan berat badan yang cepat pada masa
anak-anak berhubungan dengan peningkatan kejadian obesitas di kemudian hari.
Dua tinjauan sistematis telah menunjukkan bahwa pada masa bayi menyusui dapat
melindungi risiko terjadinya obesitas dalam jangka panjang. Tidak jauh berbeda untuk
bayi KMK. Namun demikian, berdasarkan data ini, mungkin tidak tepat diberikan
makanan padat berkalori untuk bayi yang lahir KMK.

d) Dampak neurologis dan intelektual


Hasil studi observasional berskala besar, terdapat hubungan antara gangguan
kognitif dengan berat badan lahir rendah, panjang badan lahir yang pendek, dan
lingkar kepala yang kecil untuk masa kehamilan. Efek gangguan kognitif ini adalah
sedang namun bermakna. Mereka tumbuh tanpa tahap tumbuh kejar terkait dengan
tinggi badan dan / atau lingkar kepala.5 Bayi yang terlahir sebagai bayi KMK,
khususnya berhubungan dengan kemampuan kognitif yang lebih rendah dalam bidang
matematika dan kepahamannya dalam hal membaca, lebih emosional, dan memiliki
Gangguan Perhatian dan Perilaku Hiperaktif (GPPH). Hasil penelitian yang diperoleh,
perlu dilakukan evaluasi dan intervensi dini terhadap perkembangan neurologis bagi
anak-anak dengan risiko tinggi. ASI eksklusif (24 minggu atau lebih) dapat mencegah
beberapa penurunan intelektual.
Terapi Growth Hormon (GH) dapat menginduksi pertumbuhan kejar lingkar
kepala terutama pada mereka yang memiliki lingkar kepala kecil saat lahir. Ada
beberapa bukti bahwa GH juga dapat meningkatkan Intelegensy Quotion (IQ) pada
anak KMK, namun diperlukan beberapa data tambahan.11 Hasil data evaluasi jangka
panjang untuk anak-anak yang lahir KMK tidak menunjukkan adanya perbedaan
dalam hal pekerjaan, status perkawinan, atau kebahagiaan dalam hidup. Namun,
dalam hal pekerjaan, mereka lebih rendah dari segi profesionalitas dan manajerial dan
penghasilan mereka pun lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan mereka
yang lahir normal.
1
0
e) Faktor Risiko Kecil Masa Kehamilan
I. Lingkungan
Peran lingkungan (environment) merupakan hal yang mendasar
mempengaruhi kesakitan atau gangguan kesehatan secara signifikan bagi
setiap individu.
II. Pelayanan Kesehatan
Jenis pelayanan kesehatan yang harus dilakukan oleh ibu hamil adalah
pemeriksaan kehamilan/pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal harus
dilakukan, sehingga kondisi ibu dan janin dapat dikontrol dengan baik.
III. Kultural
Kultur masyarakat yang komunal dan paternal, cenderung membuat individu
tidak dapat mengambil keputusan sendiri, melainkan rembuk keluarga, desa, dan
pemuka masyarakat.
Permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah
gizi. Permasalahan gizi pada ibu hamil di Indonesia tidak terlepas dari faktor budaya
setempat. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-
pantangan terhadap beberapa makanan. Kepercayaan bahwa ibu hamil dan post
partum pantang mengkonsumsi makanan tertentu menyebabkan kondisi ibu post
partum kehilangan zat gizi yang berkualitas. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari
tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa
makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan
berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Kemiskinan masyarakat akan
berdampak pada penurunan pengetahuan dan informasi, dengan kondisi ini keluarga,
khususnya ibu akan mengalami resiko kekurangan gizi, menderita anemia dan akan
melahirkan bayi berat badan lahir rendah. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi
pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.
IV. Status Ekonomi Keluarga
Sosial ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam
masyarakat yang ditentukan dengan variabel pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan,
karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan.
Sosial ekonomi keluarga memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap
kejadian bayi Kecil Masa Kehamilan. Keluarga dengan pendapatan cukup mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan. Sebaliknya keluarga yang
berpendapatan rendah akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan gizi.
1
1
Pada ibu hamil, kekurangan nutrisi sangat berpengaruh pada kondisi janin yang
dikandung.
Berdasarkan survei UMK Jawa Tengah 2015, kota Semarang adalah Rp
1.287.000.21 Pada penelitian di Finlandia didapatkan 50% bayi Kecil masa kehamilan
disebabkan karena status sosial ekonomi yang rendah.

V. Pendidikan Ibu Pendidikan


adalah suatu kegiatan proses pelajaran untuk mengembangakan untuk
mengembangkan atau meningkatkan pengetahuan tertentu sehinga sasaran pendidikan
itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri,kepribadaian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di
perlukan dirinya dan masyarakat.
Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang eksponensial dengan tingkat
kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima informasi
yang diterima. konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan.
Salah satu penyebab terjadinya BBLR yaitu status gizi ibu yang tidak baik. Latar
belakang pendidikan seseorang ibu sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
ibu semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin mudah ibu untuk mendapatkan
informasi.
Jika tingkat pendidikan ibu rendah maka sulit untuk mendapatkan informasi
tentang pemenuhan asupan gizi ibu selama kehamilan, asupan gizi yang kurang sangat
berpengaruh terhadap petumbuhan janin kurangnya gizi pada saat hamil dapat
menyebabkan lahirnya bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Hal ini jelas
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan janin dalam kandunganya. selain itu
dengan pendidikan dan informasi cukup yang dimiliki ibu diharapkan pelaksanaan
keluarga berancana dapat berhasil sehingga dapat membatasi jumlah anak,
menjarangkan kehamilan, dan dapat menunda kehamilan jika menikah pada usia
muda.
Pendidikan banyak menentukan sikap dan tindakan dalam menghadapi
berbagai masalah misalnya kesedian menjadi peserta keluarga, termasuk pengaturan
makanan bagi ibu hamil untuk mencegah timbuinya bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) bahwa ibu mempunyai peranan yang cukup penting dalam kesehatan
1
2
dan pertumbuhan, akan dapat ditunjukan oleh kenyataan berikut, anak- anak dan ibu
mempunyai latar belakang. Pendidikan

VI. Faktor Janin


Kelainan kariotipe seperti trisomy 21 atau 18 mempunyai peranan dalam
pertumbuhan janin. Sekitar 38% dari kelainan kromosom pada janin menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat di dalam kandungan. Kelainan genetik lainnya seperti
dwarfism juga dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.
Kelainan kongenital seperti potter’s sindrom, kelainan jantung merupakan
kelompok besar yang berpengaruh pada pertumbuhan janin. Pada penelitian
ditemukan 8% yang mengalami KMK oleh karena faktor tersebut

VII. Umur Ibu


Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 16
tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkan
dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda,
perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain
itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu
tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi
komplikasi.

C. trauma persalinan

a) Pengertian
Melahirkan bisa menjadi hal yang memunculkan trauma bagi para ibu. Proses
kelahiran yang traumatis akan berdampak pada kesehatan mental setelah melahirkan
bagi perempuan. Tidak hanya itu, kelahiran yang traumatis dapat pula berdampak
pada hubungan keluarga.
trauma persalinan adalah cedera jiwa yang dialami ibu dan janin yang terjadi
saat persalinan. Tanpa adanya upaya penyembuhan, cedera jiwa ini berpotensi
menimbulkan permasalahan jangka panjang, tak hanya bagi ibu namun juga bayi.

b) Factor penyebab trauma kelahiran


1
3
 Persalinan lama. Ini merupakan pemicu paling sering terjadinya trauma dalam
bersalin. Seperti diketahui, proses melahirkan terbagi dalam 10 fase, yakni
pembukaan awal (pembukaan satu) hingga fase pembukaan akhir (pembukaan
sepuluh), termasuk tahap mengejan yang perlu dijalani ibu sekitar 8-10 jam. karena
ada suatu kendala, proses persalinan bisa mencapai lebih dari 10 jam bahkan ada yang
sampai menunggu berhari-hari lamanya. Kondisi ini membuat ibu merasakan mulas
dan nyeri lebih lama. Ada pun yang menjadi kendala sehingga proses melahirkan
berlangsung lama dan sulit di antaranya:
 Hambatan fisiologis, yaitu lingkar panggul ibu sempit atau kecil sehingga janin sulit
keluar.
 Pembukaan berlangsung sangat lambat lantaran terjadi penebalan rahim. * Otot-otot
saluran jalan rahim dan vagina tak lentur karena ketegangan vagina.
 Posisi janin sungsang sehingga pembukaan lambat.
 Munculnya kendala secara tiba-tiba. Contoh, tekanan darah ibu mendadak naik
drastis.
 Asma bumil kambuh sampai mengakibatkan penurunan kesadaran.
 Janin terlalu besar (di atas 4 kg), janin kembar, atau terjadi distosia bahu janin
sehingga persalinan lama dan menyebabkan trauma.
 Tindakan persalinan. Trauma fisik juga bisa terjadi karena suatu tindakan atau cara
pertolongan persalinan yang dilakukan ahli medis.
 Penggunaan alat-alat vakum atau forsep.
 Episotomi atau pengguntingan perineum (daerah antara vagina dengan anus) untuk
memperluas jalan lahir serta penjahitannya.
 Induksi.
 Persalinan operatif atau sesar juga bisa membuat trauma, misalnya saat pemberian
epidural serta efek pascabersalin sesar yang terasa tidak nyaman bagi ibu.

c) Cara Mengatasi Trauma Pasca-Kelahiran


Gejala psikologis termasuk baby blues menjadi hal yang umum pasca
kelahiran. Namun, apabila ibu masih merasa tertekan selama lebih dari 2 minggu
kemungkinan besar ibu mengalami depresi atau kecemasan dan trauma setelah
melahirkan. Penelitian di Australia menyebutkan bahwa 1 dari 20 ibu dapat
1
4
menunjukkan tanda trauma setelah melahirkan pada 12 minggu setelah proses
mleahirkan. Berikut adalah cara untuk mengatasinya: ·
 Berbicara dengan tenaga kesehatan segera setelah melahirkan tentang
pengalaman yang dialami. ·
 Minta dukungan secara praktis dan emosional dari teman atau keluarga. ·
 Alihkan stres pada hal positif seperti berolahraga dan lain-lain. ·
 Minum obat dan lakukan terapi jika diperlukan. ·
 Konsultasi terus dengan dokter atau tenaga kesehatan yang profesional.
1
5

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komplikasi masa kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah kesehatan yang
penting, jika tidak ditanggulangi bisa menyebabkan kematian ibu yang tinggi.tragedi yang
mencemaskan dalam proses reproduksi salah satunya kematian yang terjadi pada ibu.
Keberadaan seorang ibu adalah tonggak untuk keluarga sejahtera. Untuk itu Indonesia
mempunyai target pencapaian kesehatan melalui Millennium Development Goals (MDGs)
sehingga tercapai pembangunan masyarakat sejahtera. MDGs adalah hasil kesepakatan
negara-negara yang bertujuan mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat
yang berisi 8 tujuan.MDGs ke-5 bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dengan menurunkan
Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990 dan 2015 (Depkes,
2013).

Permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi.
Permasalahan gizi pada ibu hamil di Indonesia tidak terlepas dari faktor budaya setempat. Hal
ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap
beberapa makanan. Kepercayaan bahwa ibu hamil dan post partum pantang mengkonsumsi
makanan tertentu menyebabkan kondisi ibu post partum kehilangan zat gizi yang berkualitas.

B. Saran

Mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang Serviks inkompeten dan kaitannya


dengan sistem reproduksi perempuan serta. Kami selaku penyusun merasa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan yang bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-
baiknya.
1
6
DAFTAR PUSTAKA

prints.ums.ac.id/42452/7/BAB%20I.pdf

http://elibrary.almaata.ac.id/1048/1/3.BAB%20I.pdf

https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/persalinan-preterm

ed.unhas.ac.id/obgin/wp-content/uploads/2016/08/1.-pencegahan-persalinan-preterm.pdf

https://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/kmk-kurang-masa-kehamilan--risiko-kematian-
pada-bayi-kmk

http://eprints.undip.ac.id/46847

asional.kompas.com/read/2012/04/09/14040148/2-pemicu-trauma-bersalin

Anda mungkin juga menyukai