Anda di halaman 1dari 4

HARUMNYA PESANTRENKU

Karya : M. Rofiul Anam*

Sinar terik matahari mengecup jendela kamarku. Perlahan aku membuka mata dan
menatap jam dinding, ternyata sudah pukul 13.23 WIB. Aku pun bergegas ke kamar mandi
unntuk mengambil wudhu’ dan segera melaksanakan shalat dzuhur. Ach. Andi Aziz, nama
santri tersebut yang mempunyai postur tubuh kekar besar dan berwajah teduh. Selesai sholat,
aku langsung berganti baju dan segera mengambil sapu lidi dan serok. Di depan kantor
pesantren aku dibuat tercengang melihat sebuah pohon besar, dimana daun kering dan
reranting berjatuhan diterpa oleh kencangnya tiupan angin serta sampah plastik juga ikut
beterbangan. Dengan ikhlas hati aku menuju pohon besar itu dan mulai membersihkan
sampah-sampah yang berserakan, semua sudut aku bersihkan dengan teliti, disaat aku masih
melakukan kegiatan menyapu mataku tiba-tiba menangkap sesosok tubuh besar nan gemok
membuang sampah sembarangan, padahal disamping dia membuang sampah itu ada tong
sampah yang begitu besar dan lengkap dengan tulisan “Tempat Sampah”. Aku pun mencatat
santri tersebut di dalam benakku, “Sangat memilukan sekali”. Gumamku, aku kembali
melanjutkan kegiatan semula lebih teliti lagi takut-takut ada sampah tertinggal.

@@@

Mentari pagi telah muncul kembali, sinar kuning keemasannya menambah keindahan
burung-burung berkicau di atas pepohonan yang rindang. Selesai sholat jamaah subuh tadi
aku langsung bersiap diri untuk mandi, namun tidak lupa sarapan dulu ke kantin setelah itu
aku pun bergegas untuk mandi karena takut kesiangan untuk berangkat sekolah. Setelah
mandi dan menggunakan seragam kini aku duduk didepan kamar sambil lalu menunggu
teman-teman yang lain untuk berangkat sekolah, jarum jam menunjukkan pukul 07.00 WIB,
aku berangkat kesekolah seraya menatap tugu yang berdiri tegak tidak jauh dari komplek
kamarku berada dan tertera tulisan “PONDOK PESANTREN AL-KUDUSI JAKARTA”. Iya
aku mondok disini sejak kelas VII SLTP sampai saat ini kelas XII SLTA, dimana kegiatan
keseharian aku selain belajar dan sekolah, aku membersihkan jalan dan halaman komplek
pondok. Sesampainya di dalam kelas aku langsung duduk di mejaku sambil lalu membaca
buku pelajaran dan menunggu guru datang.
Selesai sekolah aku hanya berdiam diri di dalam kamar ditemani jam dinding yang
bernyanyi memecah kesunyian, aku hanya duduk melamun di depan lemari kamar hingga
suara panggilan membuyarkan lamunanku. “Saudara Andi dibutuhkan dikantor pesantren
saat ini juga”. Mendengar panggilan itu aku bergegas pergi kekantor pesantren,
“Assalamualaikum, ada ya pak ?”. ucapku di depan pintu “Waalaikum Salam, sini masuk
andi”. Kata pengurus itu yang sedang berada didepan computer. “silahkan duduk andi”
ucapnya lagi “iya pak terima kasih” aku pun duduk didepannya, “Apakah sore nanti kamu
punya kesibukan di” ucap pengurus itu. “tidak ada pak” ucapku “kalau bisa, kamu
membersihkan halaman komplek blok D ya”,ujar pengurus itu “dengan senang hati saya siap
pak” jawabku antusias, “Alhamdulillah syukur kalau begitu” ujar pengurus itu seraya
tersenyum kepadaku. Sebelum aku keluar dari kantor tiba-tiba pengurus tersebut mengambil
sesuatu dari dalam lemari “ini makan kamu” ujar pengurus tersebut sambil lalu menjulurkan
sepiring nasi kehadapan aku, “terima kasih pak” ucapku seraya mengambil sepiring nasi itu
dengan perasaan senang. “kurangilah menggunakan benda sekali pakai karena itu berdampak
negatif terhadap lingkungan, ya sudah kamu boleh kesana” ucap pengurus itu “terima kasih
pak, Assalamualaikum” ucapku “Waalaikum salam” ujar pengurus tersebut, dalam hati aku
bersyukur karena mendapatkan makanan gratis hitung-hitung bisa irit.

@@@

Senja mulai menyelimuti bumi, burung-burung saling tegur sapa, daun-daun


berjatuhan dari tangkainya ke tanah, angin menerpa wajahku yang sedang berdiri di halaman
blok D sambil lalu memegang sapu lidi dan teman karibnya yaitu serok. Sore ini aku
melaksanakan kegiatan yang sama namun di halaman blok D sesuai dengan perintah
pengurus tadi siang. Ditengah-tengah kesibukanku menyapu tiba-tiba ada seseorang yang
menyapa dari belakang “kak boleh bantu tidak” ujar suara itu, “iya boleh, memangnya kamu
sanggup dan kuat” ucap aku melihat asal suara tadi “kuat dong kak” ujarnya sambil lalu
menunjukkan lengannya “yasudah kalau begitu silahkan ambil sapunya di bawah jemuran
itu” ucapku sambil menunjukkan arah. Ditengah-tengah kesibukan aku menyapu tiba santri
tadi Kembali bertanya “nama kakak siapa” ucapnya “panggil saja andi, kalau kamu siapa”
ujarku “yoga kak, oh iya kak andi sudah berapa lama melakukan seperti ini” tanya yoga
“sejak awal kelas VIII sampai sekarang dik” jawabku “sekarang kakak kelas berapa” tanya
yoga lagi, “sudah kelas XII dik” ucapku sambil melihat yoga “gimana jika ingin seperti
kakak” tanya yoga dengan wajah polosnya “sulit dik, membutuhkan kesabaran yang besar”
jawabku, karena memang seseorang yang peduli akan lingkungan harus sabar menghadapi
orang-orang yang suka buang sampah sembarangan. “masih banyak para santri yang belum
sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup, mereka masih suka buang sampah
sembarangan” ucapku pada yoga yang cuma mangguk-mangguk saja “susah ya kak kalau
begitu” ujarnya lagi “susah memang, tapi dibalik kesusahan tersebut ada barokah yang
terselip diantara sampah-sampah ini” ujarku sambil menuangkan sampah pada tempatnya
“terkadang kita hanya fokus pada apa yang cuma menjadi kesenangan sesaat, tidak
memikirkan terhadap apa yang nantinya akan terjadi dimasyarakat”. Ucapku pada yoga yang
sudah duduk didekat tong sampah “sekarang kita hanya bisa bersabar menjalani ini
semuanya” tambahku yang disambut anggukan kepala oleh yoga.

Pangeran senja tergantikan oleh malam, suara dzikir di lantunkan dengan hidmat dan
merdu, di dalam masjid selesai mengaji al-qur’an aku lanjut berdzikir. PLAK. Suara itu
memecah kekhusukan para santri yang sedang mengaji dan berdzikir, semua mata tertuju
pada satu titik ditengah-tengah masjid asal suara tadi. “Siapa itu ron” ucapku pada roni yang
ada disampingku “biasa si akbar buat ulah lagi”. Ucap roni, sementara aku masih sibuk
mencari wajah santri tersebut yang terkena pukul oleh pengurus tadi dan ternyata dia yang
suka membuang sampah sembarangan “oh aktar toh namanya” gumamku “dia nakal ya ron”
tanyaku lagi pada roni “dia terkenal an, masak kamu tidak tahu ?” ucap roni disela-sela
berdzikirnya “terkenal kenapa memangnya ron” ucapku penasaran “terkenal kenakalannya
lah, dia sangat nakal an sampai-sampai orang tuanya pernah di panggil kesini” jelas roni
“kasihan orang tuanya ya ron” ucapku pada roni.

@@@

Keesokan harinya setelah selesai sholat jamaah dzuhur, aku kembali melakukan
aktivitas seperti biasa, tapi kali ini sudah memiliki personel baru yaitu yoga santri cilik yang
sudah mulai peka terhadap lingkungan “kak, ini sampah apa” tanya yoga sambil menunjuk
kulit pisang yang sudah mulai membusuk. “ini sampah organik” jawabku sambil
menindahkan sampah itu pada tempatnya, “memangnya sampah itu ada macamnya ya kak”
tanya yoga sambil berhenti melakukan aktivitasnya dan menghadapku “ada” ucapku simple
“apa saja kak, aku ingin tau nih” ujar yoga dengan ekspresi wajah tidak sabar menunggu
jawaban aku “ada dua macam dik” ucapku sambil lalu duduk dibawah pohon “pertama
sampah organik, yaitu sampah dari sisa manusia yang mudah terurai secara alami tanpa
proses campur tangan manusia untuk bisa terurai, kedua sampah non-organik yaitu sampah
yang sulit untuk hancur dan meskipun bisa terurai harus campur tangan manusia dulu”.
Jelasku panjang lebar, sedangkan yoga hanya mengangguk saja, setelah itu kita kembali
melanjutkan lagi aktivitas kami tidak selang beberapa menit matahari menunjukkan dirinya
dari yang mulanya mendung tiba-tiba panas sehingga keringat dari tubuh aku dan yoga saling
berkucuran membasahi pakai kami “panas sekali ya dik yog” ucapku pada yoga yang sedang
asik mengipasi wajahnya “iya kak panas banget, padahal tadi mendung sekarang tiba-tiba
panas”ucap yoga seraya mengipasi wajahnya, ditengah-tengah teriknya matahari angin
menyapa tubuh kami berdua, sehingga kami merasakan kehangatan dan menikmati angin
tersebut.

Setelah sholat jamaah ashar kami melakukan aktivitas lagi, namun tidak lama kami
membersihkan komplek pondok tiba-tiba ada santri yang membuang sampah sembarangan
sehingga hal itu mengenai wali santri. Aku hanya melihat kejadian itu apakah santri tersebut
minta maaf atau tidak ternyata dia asik bergurau, melihat hal itu aku pun langsung
menghampirinya dan membawa tempat sampah terisi penuh kemudian melempar pada santri
itu, dia adalah akbar yang sudah asal melempar sampah tadi sampai mengenai wali santri,
melihat aku yang melempar sampah pada dirinya dia pun marah “maksud kamu apa hah”
ucap akbar di depanku, PLAK. PLAK. PLAK. “kamu tau akibat kamu asal buang sampah
sembarangan tadi, kamu itu sudah dewasa bar masak kamu kalah sama yoga, lihat dia sudah
mulai peka terhadap lingkungan tapi kamu mana, bisanya selalu buang sampah
sembarangan”. Sementara akbar hanya menunduk karena malu disaksikan oleh santri yang
lain “kalian juga semuanya jangan asal membuang sampah sembarangan, gunakan fasilitas
yang ada jangan cuma dijadikan pajangan” ucapku pada santri yang lain.

Sejak kejadian beberapa bulan yang lalu para santri sudah bisa mengontrol
sampahnya masing-masing, sehingga dari hal tersebut kawasan pondok kami mendapatkan
penghargaan oleh pemerintah sebagai “PONDOK PESANTREN PEDULI TERHADAP
LINGKUNGAN” yang diberikan langsung oleh pemerintah pusat. Sejak saat itu pula pondok
kami menerapkan peraturan yang melarang santrinya mengunakan barang sekali pakai.
Wallahu a’lam.

Annuqayah, 2024.

*penulis bermukim di blok C/9 dan berasal dari Birsa Bakeong Guluk-Guluk Sumenep.

Anda mungkin juga menyukai