Makalah Asfiksia
Makalah Asfiksia
Di Susun Oleh :
1. Angga Permana : NIM. 11222253
2. Carolina Oktavia : NIM. 11222256
3. Dina Indriani : NIM. 11222257
4. Ganis Duning. R : NIM. 11222260
5. Hertawati Manurung : NIM. 11222261
6. Mariati Sinambela : NIM. 11222264
7. Nia Carolina Tambun : NIM. 11222266
8. Rista Lusiana : NIM. 11222268
9. Rofi Nurhayati : NIM. 11222269
10. Sartika Lutfiani : NIM. 11222271
11. Tanti Swi Syah Putri : NIM. 11222273
12. Tri Anjawati : NIM. 11222275
Assallamualaikum. WR..WB.
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmatnya penulis masih diberi kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tulisan penulis yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
ASFIKSIA NEONATORUM”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................3
1.3. Tujuan..............................................................................................3
1.4. Manfaat............................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................5
2.1. Konsep Neonatus.............................................................................5
2.1.1. Pengertian Neonatus......................................................................5
2.1.2. Ciri-ciri Neonatus..........................................................................5
2.1.3. Klasifikasi Neonatus......................................................................6
2.2. Konsep Asfiksia Neonatorum..........................................................7
2.2.1. Pengertian Asfiksia Neonatorum...................................................7
2.2.2. Etiologi dan Faktor Predisposisi Asfiksia Neonatorum.................8
2.2.3. Manifestasi Klinis Asfiksia Neonatorum.......................................9
2.2.4. Pathofisiologi Asfiksia Neonatorum..............................................11
2.2.5. Pemeriksaan Penunjang Asfiksia Neonatorum..............................14
2.2.6. Tindakan Medis Asfiksia Neonatorum..........................................15
2.2.7. Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum..........................................16
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................20
3.1. Pengkajian........................................................................................20
3.2. Diagnosa Keperawatan.....................................................................26
3.3. Intervensi Keperawatan....................................................................27
BAB 4 PENUTUP...................................................................................31
4.1. Kesimpulan......................................................................................31
4.2. Saran.................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
kesehatan anak pada saat ini serta merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan suatu bangsa, dan juga asfiksia neonatorum salah satu penyebab
utama morbilitas dan mortalitas pada bayi baru lahir baik di Negara berkembang
faktor ibu yang meliputi kehamilan postterm, partus lama, preeklamsia, ketuban
pecah dini dan plasenta previa, kemudian faktor tali pusat yang meliputi lilitan tali
pusat, prolapsus tali pusat, simpul tali pusat dan tali pusat terlalu pendek,
selanjutnya faktor bayi yang meliputi air ketuban bercampur mekonium (berwarna
(Yuni, 2018).
Menurut data dari World Health Organization (WHO) pada awal periode
kehidupan bayi baru lahir. Kematian bayi baru lahir yang disebebkan oleh
kematian bayi yang disebabkan oleh asfiksia di usia 0 - 27 hari terbanyak terdapat
di India sebanyak 114.306 bayi, diikuti oleh Nigeria sebanyak 76.154 bayi,
tertinggi kematian neonatal adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
yaitu sebesar 7.150 (35,3%) kasus dan diikuti oleh bayi baru lahir dengan asfiksia
Dampak dari asfiksia neonatorum akan bertambah buruk jika tidak ditangani
dengan benar akan menyebabkan hipoksia dan kerusakan otak bahkan kematian,
dimana hipoksia merupakan kondisi yang terjadi ketika bayi tidak mendapatkan
pasokan oksigen yang cukup sebelum, selama, atau setelah dilahirkan. Hipoksia
pada bayi baru lahir dapat menyebabkan cedera otak. Jika tidak dirawat dengan
tepat, kondisi ini dapat berkembang menjadi gangguan permanen, seperti cerebral
rawat di rumah sakit perawat dapat melakukan asuhan keperawatan yang tepat
dengan asfiksia neonatarum yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas
fisiotrapi dada, lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik dan Berikan
Berdasarkan hasil penelitian Nurviyanti dan Sri (2021), Terapi oksigen yang
akan digunakan pada bayi baru lahir dengan asfiksia, RDS dan Meconium
3
Aspiration Syndrom (MAS) antara lain oksigen terapi nasal, Continuous Positive
Downes score pada pasien asfiksia neonatorum, Downes score merupakan alat
ukur kegawatan nafas pada neonatus cepat dan cukup sederhana, sekaligus
sebagai acuan menentukan jenis terapi oksigen yang hendak digunakan. Downes
Score dapat digunakan dirumah sakit untuk mengukur keefektifan terapi oksigen
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
3. Bagi Penulis
4. Bagi Perawat
Makalah ini dapat menambah wawasan perawat tentang apa itu asfiksia
neonatorum.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2015). Neonatus adalah usia bayi sejak lahir hingga akhir bulan pertama
memiliki berat 2.700 sampai 4.000 gram, panjang 48-53 cm, lingkar kepala 33-
10. Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, dan
12. Refleks Moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik.
6
Pembagian masa neonatal usia 0–28 hari, masa neonatal dini, usia 0–7
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan
Penurunan berat badan neonatus pada hari hari pertama sering menjadi
penurunan berat badan sekitar 4-7% dari berat lahir selama minggu
lahir yang mengalami gangguan tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan hipoksia
melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir
atau beberapa saat sesudah lahir. Bayi mungkin lahir dalam keadaan asfiksia
yaitu asfiksia primer atau asfiksia sekunder mungkin dapat bernafas tetapi
Fauziah, 2013).
(penurunan suplai oksigen ke otak dan jaringan) dan kerusakan otak atau
2017).
neunatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
8
secara spontan dan teratur segera setelah lahir sehingga tidak mendapatkan
yaitu:
a. Faktor ibu
ginjal.
2. Hipoksia ibu.
b. Faktor plasenta
1. Infark plasenta
2. Solusio plasenta
trimester III, walaupun dapat pula terjadi pada setiap saat dalam
kehamilan.
3. Plasenta previa
c. Faktor neonatus
kehijauan)
neuromuskular menurun.
lemah.
d. Warna kulit
gejala yang muncul pada asfiksia berat antara lain: frekuensi jantung
kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan
napas, tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada, bayi tidak dapat
dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih
11
post partum.
bernapas kembali. Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul
antara lain: frekuensi jantung lebih dari 100x/menit, tonus otot kurang
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul antara lain:
napas lebih dari 100 kali per menit, warna kulit bayi tampak kemerah-
dimana akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan
reversible atau tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia
12
yang dimulai dengan satu periode apnea (primary apneo) disertai dengan
kerusakan otak dan organ yang irreversibel (tidak bisa kembali), yang
periode apnea primer akan mulai melakukan usaha napas lagi. Stimulasi
dapat terdiri atas stimulasi taktil (mengeringkan bayi) dan stimulasi termal
Bayi dengan asfiksia ringan akan mengalami apnea primer yaitu bayi
baru lahir dapat memulai pola pernapasan biasa (walaupun tidak teratur dan
mungkin tidak efektif). Bayi yang mengalami proses asfiksia lebih jauh
berbeda dalam tahap apnea sekunder. Apnea sekunder dapat dengan cepat
pernapasan buatan, dan bila perlu, dilakukan kompresi jantung. Warna bayi
berubah dari biru ke putih karena bayi baru lahir menutup sirkulasi perifer
13
kerja resusitasi janin yang persisten. Foramen ovale terus membuat pirau
darah ke aorta, melewati paru-paru yang konstriksi. Bayi baru lahir dalam
2013).
yang dibutuhkan untuk sumber energi pada saat kedaruratan. Hal ini
metabolik hanya akan hilang setelah periode waktu yang signifikan dan
pada sel-sel otak. Beberapa efek hipoksia yang paling berat muncul akibat
tidak adanya zat penyedia energi, seperti ATP, berhentinya kerja pompa
akibat radikal bebas oksigen. Seiring dengan penuran aliran darah yang
24 jam pertama setelah bayi lahir. Awitan kejang selama periode ini
asfiksia neonatorum :
jika PaO2 2O, PaCO2>55 mmH2O dan pH <7,30 (Ghai etal 2010 dalam
meliputi:
2. Elektrolit darah
5. Pemeriksaan radiologi
1. Analisis gas darah secara langsung mengukur Ph PaCO2 dan PaO2 dan
O2.
3. Gas darah vena biasanya memiliki Ph lebih rendah, PCO2 lebih tinggi,
PO2 lebih rendah daripada ABG (Hamm, 1999 dalam Haws, Paulette
makanan alterannya.
3. Jika bayi berkemih kurang dari enam kali per hari atau tidak
menghasilkan urin :
makan alternatif.
17
asfiksia.
1. Memberikan kehangatan
posisi faring, laring, dan trakea dalam satu garis lurus yang akan
b. Bila terdapat mekonium dalam cairan amnion dan bayi tidak bugar
frekuensi jantung kurang dari 100 kali per menit) scgera dilakukan
18
yang benar.
c. Kompresi dada
expander)
3.1. Pengkajian
Pengkajian Keperawatan menurut Budiono (2015) adalah tahap awal dari proses
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Adapun pengkajian yang akan dikaji dalam asuhan keperawatan
A. Biodata
Biodata terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak ke
berapa, jumlah saudara, dan tanggal masuk, no,MR, identitas keluarga, yang
Neonatorum.
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
a. Prenatal
22
b. Intranatal
lama, rupture uteri yang memberat, tekanan terlalu kuat dari kepala
anak pada placenta, prolaps fenikuli tali pusat, pemberian obat bius
c. Posnatal
kehamilan dan persalinan, dalam keluarga tidak ada keluarga atau saudara
4. Kebutuhan dasar :
pasien, terutama saat BAB dan BAK, saat BAB dan BAK harus
diganti popoknya.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
tonus otot lemas atau ekstermitas terkulai, dan pernapasan tidak teratur
2. Tanda-tanda vital
neonatus :
kedalaman.
c. Suhu : 36 °C -37,5°C
Pada asfiksia nadi menurun < 100 x/menit, suhu tubuh menurun
3. Kulit
4. kepala
Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung, sutura
5. Mata
6. Hidung
25
7. Telinga
Simetris kanan dan kiri, tulang rawan padat dengan bentuk yang baik,
8. Mulut
9. Dada
10. Abdomnen
11. Ekstremitas
12. Genetalia
13. Refleks
b. Reficka leher (tonik neck reflek) pada bayi dalam keadaan tertidur
menunjukkan reflek dengan cepat putar kearah satu sisi respon yang
khas jika bayi menghadap kekiri lengan dan kaki pada sisi itu
yang berlawanan).
menimbulkan reflek sentuhan bibir, pipi atau sudut mulut bayi dengan
D. Pemeriksaan Khusus
APGAR SKORE
keseriusan dari depresi bayi baru lahir yang terjadi serta langkah segera
tanda. Yaitu:
R : Respiration (pernapasan).
Tanda-tanda 0 1 2
Rupa/warna (penampakan Pucat dan biru Tubuh merah, Seluruhnya merah
tangan dan kaki
biru
27
interaksi aktual / potensial) dari individu atau kelompok tempat anda secara
legal mengidenfikasi dan anda dapat memberikan intervensi secara pasti untuk
perubahan. Menurut Nuranf, Amin Huda (2015) diagnosa pada pasien dengan
Edukasi
11. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Edukasi.
10. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan.
Kolaborasi
Terapi pemberian obat dengan
tepat dan sesuai prosedur
30
membaik Terapeutik
10. Bersihkan secret pada mulut,
hidung, dan trakea.
11. Pertahankan kepatenan jalan
napas
12. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Kolaborasi
31
4.1. Kesimpulan
4. hipotermi
4.2. Saran
1. Bagi masyarakat
DAFTAR PUSTAKA