Anda di halaman 1dari 115

Pengaruh Senam Peregangan Fleksi William Terhadap Tingkat

Nyeri Low Back Pain (LBP) Pada Perawat IGD


RS. Pusat Pertamina

Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan

Oleh
CICIH WIARSIH
11222159

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN 2023
PENELITIAN

Pengaruh Senam Peregangan Fleksi William Terhadap Tingkat Nyeri


Low Back Pain (LBP) Pada Perawat IGD
RS. Pusat Pertamina

Dibuat untuk memenuhi persyaratan penyelesaian


Tugas akhir pada Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan

Oleh
Cicih Wiarsih
11222159

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN 2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Penelitian dengan judul:

Pengaruh Senam Peregangan Fleksi William Terhadap Tingkat Nyeri Low Back
Pain (LBP) Pada Perawat IGD
RS. Pusat Pertamina

Laporan penelitian ini telah diperiksa disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim
Penguji Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA
Jakarta Selatan, November 2023

Menyetujui,
Pembimbing Skripsi,

…………………………………..
Ns. Alfonsa Reni O, S.Kep., M.KM

Mengetahui,
Kepala Program Studi S1 Keperawatan

……………………………………..
Wasijati, S.Kp., M.Si., M.Kep.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan penelitian dengan judul “Pengaruh Senam Peregangan Fleksi William


Terhadap Tingkat Nyeri Low Back Pain (LBP) Pada Perawat IGD RS. Pusat
Pertamina”, ini telah diujikan dan dinyatakan LULUS dalam ujian sidang
dihadapan Tim Penguji pada tanggal Februari 2024.

Pembimbing,

………………………………….
Ns. Alfonsa Reni Okatvia S.Kep., M.KM

Penguji I,

…………………………………
Ns. Dewi Susanti S.Kep M.Kep

Penguji III

…………………………………
Ns. Muhammad Ali, SKM, M. Kep.

iii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
Riset, Januari 2024

Cicih Wiarsih
Pengaruh Senam Peregangan Fleksi William Terhadap Tingkat Nyeri
Low Back Pain Pada Perawat IGD RS. Pusat Pertamina
VII + 112 Halaman + 10 Tabel + 6 Gambar + 3 Skema + 14 Lampiran

ABSTRAK

Low Back Pain (LBP) adalah rasa nyeri yang dirasakan pada punggung
bawah. Low back pain bila tidak ditangani akan menimbulkan rasa sakit,
kelemahan dan kelumpuhan. Penatalaksanaan untuk menurunkan nyeri
low back pain dengan senam peregangan fleksi William.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam peregangan fleksi William
terhadap tingkat nyeri Low Back Pain pada perawat IGD RS. Pusat
Pertamina. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimen
dengan rancangan penelitian posttest only control design. Jumlah populasi
sebanyak 30 responden dengan jumlah sampel 30 responden. Teknik
pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah total sampling.
Instrument yang digunakan dalam menilai nyeri low back pain
menggunakan numeric rating scale (NRS). Uji hipotesa yang digunakan
adalah Uji Independent t testt. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak
ada pengaruh senam peregangan fleksi William terhadap tingkat nyeri Low
Back Pain pada perawat IGD RS dengan p value 0,664 (p>0,05). Pusat
Pertamina. Saat pengukuran tingkat nyeri semua responden tidak ada nyeri
low back pain. Saran dari peneliti untuk penelitian selajutnya bisa
menggunakan teknik non farmakologi yang lain.

Kata Kunci : Nyeri low back pain (LBP), senam peregangan fleksi William
Daftar Pustaka : 49 (2014-2022)

iv
PERTAMEDIKA HEALTH SCIENCE BACHELOR
DEGREE NURSING PROGRAM
Research, Januari 2024

Cicih Wiarsih
The effect of William flexion stretching exercise on low back pain levels of
nurses in emergency room Pertamina Center Hospital
VII + 112 Pages + 10 Table+ 6 Picture + 3 Schema + 14 Attachments

ABSTRACT
Low Back Pain (LBP) is pain felt in the lower back. Low back pain if left
untreated will cause pain, weakness and paralysis. Management to reduce low
back pain with William flexion stretching exercises.This study aims to determine
The effect of William flexion stretching exercise on low back pain levels of nurses
in emergency room Pertamina Center Hospital. This study used a quasi-
experimental research design with a posttest only control design research design.
The total population is 30 respondents with a sample of 30 respondents. The
sampling technique in this study is total sampling. An instrument used in
assessing low back pain using a numeric rating scale (NRS). The hypothesis test
used is the Independent t testt. The results showed that there was no effect of
William flexion stretching exercise on the level of Low Back Pain of nurses in
emergency room Pertamina Center hospital with p value 0,664 (p>0,05). When
measuring pain levels, all respondents did not have low back pain. Suggestions
from researchers for further research can use other non-pharmacological
techniques.

Keywords: Low back pain, William flexion stretching exercise


Bibliography : 49 (2014-2022)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

v
Nama : Cicih Wiarsih
NPM : 11222159
Mahasiswa S1 Keperawatan /Angkatan : S1 Keperawatan Non Reguler XVI

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan


Laporan Proposal Mata Ajaran Riset Keperawatan saya yang berjudul:

“Pengaruh Senam Peregangan Fleksi William Terhadap Tingkat Nyeri Low


Back Pain (LBP) Pada Perawat IGD RS. Pusat Pertamina”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sangsi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta , Januari 2024


Yang Membuat Pernyataan

(Cicih Wiarsih)

KATA PENGANTAR

vi
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunianya peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “Pengaruh Senam Peregangan Fleksi William Terhadap Tingkat Nyeri
Low Back Pain (LBP) Pada Perawat IGD RS. Pusat Pertamina”

Penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata ajar skripsi pada Program
Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA. Peneliti
menyadari banyak pihak yang turut membantu sejak awal penyusunan sampai
selesainya proposal penelitian ini. Pada kesempatan ini peneliti ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Drg. Mira Dyah Utami, MARS, selaku Direktur Utama PERTAMEDIKA/IHC
dan Pembina Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
2. Dr. Asep Saefudin., SH., MM., CHRP., CHRA, selaku Ketua Pengurus
Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
3. Ns. Maryati, S.Sos., S.Kep., MARS, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
4. Wasijati, S.Kp., M.Si., M.Kep, selaku selaku Wakil Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
5. Sri Sumartini, SE., MM, selaku Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
6. Ns. Achirman, SKM., M.Kep, selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
7. Ns.Tati suryati, M.Kep, SP.KJ selaku Pjs Kepala Program Studi S1 Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
8. Ns. Alfonsa Reni Oktavia, S.Kep., M.KM, selaku Pembimbing Proposal
Skripsi yang dengan kesabaran dan kebaikannya telah membimbing penulis
selama proses penelitian ini.
9. Ns. Dewi Susanti S.Kep M.Kep selaku Penguji II yang telah bersedia menjadi
penguji kelompok dalam proposal penelitian ini.
10. Ns. Muhammad Ali, SKM, M. Kep selaku Penguji III yang telah bersedia
menjadi penguji kelompok dalam penelitian ini

vii
11. Dr. Neny Herawati, MKKK, selaku Direktur Utama Rumah Sakit Pusat
Pertamina (RSPP).
12. Para dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
13. Suamiku (MUDI) yang tidak pernah lelah memberikan semangat juga
mendukung dalam hal materi dan non materi “ Love You so much” dan anak-
anakku tercinta (Tiara, Shakila, Zia) untuk suport doa dan dukungannya
selama ini (peluk Sayang selalu), sehingga penelitian ini dapat selesai sesuai
dengan waktunya.
14. Orang tua Khususnya (Mamah Wiwi) yang tak pernah putus dengan Doanya,
abang serta adik-adik saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya
dalam melakukan penelitian ini, sehingga laporan penelitian ini dapat selesai
sesuai dengan waktunya.
15. Para responden atau keikutsertaan dan kerjasamanya, sehingga laporan
proposal penelitian ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
16. Teman-teman Angkatan Non Reguler XVI Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
17. HOOD, supervisor Ruangan IGD RSPP.
18. Teman teman Regu 1 di Ruangan IGD, Mas Ali Gujdawi, Wo Riyanti, Kak
Tyas, mas Bayu, Mas Bagas, atas suport dan waktunya sehingga proposal
penelitian ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
19. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut
berpartisipasi sehingga selesainya penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini banyak sekali
kekurangannya, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
demi perbaikan penulisan dan penyusunan proposal penelitian dimasa mendatang.

Jakarta, Januari 2024

(Cicih Wiarsih)
DAFTAR ISI

viii
PENELITIAN...........................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN.........................................................................................vi
KATA PENGANTAR............................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
DAFTAR SKEMA................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Perumusan Masalah...............................................................................6
C. Tujuan Penelitian...................................................................................6
D. Manfaat Penelitian.................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................9
A. Deskriptif Teoritik..................................................................................9
1. Perawat......................................................................................................9
3. Ergonomi dalam asuhan keperawatan.....................................................10
4. Low back pain.........................................................................................12
4. Peregangan Fleksi William......................................................................26
B. Penelitian Terkait.................................................................................31
C. Kerangka Teori....................................................................................35
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL & HIPOTESIS..36
A. Kerangka Konsep.................................................................................36
B. Hipotesis..............................................................................................37
C. Definisi Operasional............................................................................38
BAB IV METODE PENELITIAN.......................................................................42
A. Desain Penelitian.................................................................................42
B. Populasi, Sample dan Teknik Pengambilan Sample............................43
C. Tempat Penelitian................................................................................44
D. Waktu Penelitian..................................................................................44
E. Etika Penelitian....................................................................................44

ix
F. Alat Pengumpulan Data / Instrumen Penelitian..................................45
G. Prosedur Pengumpulan Data................................................................46
H. Pengolahan Data dan Analisa Data......................................................48
BAB V HASIL PENELITIAN...............................................................................56
A. Analisa Univariat.................................................................................56
B. Analisa Bivariat...................................................................................59
BAB VI PEMBAHASAN.....................................................................................61
A. Interpretasi hasil penelitian dan diskusi hasil......................................61
B. Keterbatasan........................................................................................70
BAB VII PENUTUP.............................................................................................71
A. Kesimpulan..........................................................................................71
B. Saran....................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................73
LAMPIRAN...........................................................................................................78

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional…………………………………………………...38


Tabel 4.1 Hasil normalitas variabel tingkat nyeri pada perawat low back pain di
IGD RS Pusat Pertamina tahun 2024 (n=30)………………………….52
Tabel 5.1 Distribusi usia responden di IGD RS Pusat Pertamina tahun 2024
(n=30)……………...………………………………………………….56
Tabel 5.2 Distribusi jenis kelamin responden di IGD RS Pusat Pertamina tahun
2024 (n=30)…………………………………………………………...56
Tabel 5.3 Distribusi masa kerja responden di IGD RS Pusat Pertamina tahun 2023
(n=30)…………………………………………………………………..57
Tabel 5.4 Distribusi indeks massa tubuh (IMT) responden di IGD RS Pusat
Pertamina tahun 2024 (n=30)…………………………………………..57
Tabel 5.5 Rata-rata tingkat nyeri low back pain (LBP) pada perawat sesudah
diberikan intervensi senam peregangan fleksi william di IGD RS Pusat
Pertamina tahun 2024 (n=15)…………………………………………..58
Tabel 5.6 Rata-rata tingkat nyeri low back pain (LBP) pada perawat kelompok
kontrol di IGD RS Pusat Pertamina tahun 2024 (n=15)……………….58
Tabel 5.7 Selisih Tingkat Nyeri Low back Pain (LBP) kelompok intervensi dan
kelompok kontrol pada Perawat di IGD RS. Pusat Pertamina tahun 2024
(n=30)………………………………………………………………….59
Tabel 5.8 Analisa pengaruh Senam Peregangan Fleksi William Terhadap Tingkat
Nyeri Low back Pain (LBP) pada Perawat IGD RS. Pusat Pertamina
tahun 2024 (n=30)…………………………………………………..
………...59

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gerakan tarik nafas………………………………………………..28


Gambar 2.2 Gerakan mengangkat satu lutut…………………………………....28
Gambar 2.3 Gerakan menekuk lutut……………………………………….…...29
Gambar 2.4 Gerakan mengangkat kepala………………………………………29
Gambar 2.5 Gerakan mengayunkan kaki……………………………………….30
Gambar 2.6 Gerakan stabilitas………………………………………………….30

xii
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori……………………………………………………….35


Skema 3.1 Kerangka Konsep…………………………………………………….37
Skema 4.1 Non equivalent control group design………………………………...41

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan di Rumah Sakit. Pelayanan keperawatan
tersebut harus memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan pelayanan
keperawatan yang profesional (Kusnandar,2019). Perawat dalam
melaksanakan asuhan kepada pasien memiliki tugas yang bervariasi, antara
lain melakukan tindakan mandiri seperti memenuhi kebutuhan Activity Daily
Living (ADL) pasien, memandikan di tempat tidur, membantu mobilisasi
pasien dengan cara mengangkat pasien mulai dari yang ringat sampai yang
berat, melakukan resusitasi jantung paru, merawat luka dan lain-lain. Selain
tindakan mandiri perawat juga mempunyai tugas yang sifatnya kolaboratif
seperti memberikan obat melalui suntikan, memasang cateter dan lain-lain.
Perawat dalam melakukan pekerjaannya tersebut banyak menggunakan
gerakan membungkuk dan memutar tubuh, khususnya di sekitar tulang
punggung bawah, mengangkat benda berat, dan mentransfer pasien
merupakan faktor risiko terbesar terkena low back pain (Ningsih, 2017).
Perawat juga sering ditetapkan sebagai pekerjaan yang terpapar faktor resiko
berkaitan dengan kendala ergonomi (Bandeira et al., 2012). Perawat telah
diidentifikasi menduduki urutan kedua sebagai salah satu profesi yang paling
beresiko mengalami low back pain setelah pekerja industri (Van Hoof et al.,
2018).

Berdasarkan data World Health Organization pada tahun 2022 bahwa


gangguan musculoskeletal di dunia berjumlah 1,71 milyar sedangkan kejadian
low back pain merupakan masalah kesehatan ke 3 di dunia. Di negara maju
yang mengalami low back pain setiap tahun bertambah 15-45% orang dewasa
yang menderita low back pain, dan di antara satu dari 20 penderita yang
mnegalami harus dirawat di rumah sakit karena serangan akut yang dialami

1
2

(Novisca et al, 2021). Prevalensi low back pain pada perawat di dunia
memiliki rata-rata 70% per tahunnya dengan prevalensi seumur hidup
mencapai sekitar antara 35 hingga 80% serta tingkat kekambuhan melebihi
70% (Van Hoof et al., 2018). Prevalensi perawat rumah sakit di Iran yang
mengalami low back pain sebesar 30-60% (Nourollahi et al., 2018).
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (2018), prevalensi penyakit
muskuloskeletal di Indonesia yang pernah di diagnosis oleh tenaga kesehatan
yaitu 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala yaitu 24,7%. Jumlah
penderita nyeri punggung bawah di Indonesia tidak diketahui pasti, namun
diperkirakan antara 7,6% sampai 37%. Menurut Susanto & Endarti, (2019)
prevalensi perawat IGD di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta yang menderita
nyeri punggung bawah sebanyak 65%.

Low Back Pain (LBP) juga dapat disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang
berasal dari luar punggung bawah seperti penyakit atau kelainan pada testis
atau ovariuum (Sitepu & Sinaga.2015). Penyebab low back pain meliputi
nyeri punggung bawah nonspesifik tidak memiliki dasar patologi yang jelas,
termasuk nyeri punggung bawah mekanikyeri punggung bawah spesifik
adalah nyeri punggung yang disebabkan oleh suatu penyebab patologis
tertentu yang diketahui, misalnya fraktur, sindrom radikular, proses inflamasi,
tumor, maupun infeksi (Hidayat, 2022). Tanda dan gejala yang dapat di
rasakan seperti nyeri sepanjang tulang belakang, nyeri tajam terlokalisasi di
leher, punggung atas atau punggung bawah terutama setelah mengangkat
benda berat atau terlibat dalam aktivitas berat lainnya, nyeri punggung
menjalar sampai ke pantat, dibagian belakang paha, ke betis dan kaki,
ketidakmampuan untuk berdiri tegak tanpa rasa sakit dan kejang otot di
punggung bawah (Hidayat, 2022).

Low back pain terjadi akibat peregangan otot atau spasme, peregangan
ligamen, degenerative diskus, atau herniasi dari nukleus pulposus dari bagian
tengah diskus intevertebralis. Herniasi diskus ini banyak muncul antara
lumbar ke empat dan ke lima (L4-5) sekitar 95% sedangkan, sisanya 5%
3

terjadi pada regio servikal dan thorakal. Peregangan otot atau spasme yang
terjadi terus menerus akan menyebabkan pemecahan glikogen menjadi asam
laktat. Asam laktat yang menumpuk dapat mengiritasi serabut saraf otot
sehingga menimbulkan rasa nyeri yang terdapat di punggung bawah atau yang
disebut Low back pain (Smeltzer, 2014). Low back pain dapat menyebabkan
komplikasi meliputi nyeri, spasme, dan kelemahan otot, kekakuan, rasa baal
(mati rasa), kelemahan, kesemutan, inkontinesia, kelumpuhan (Tiaranita,
2013). Low back pain pada perawat merupakan penyebab utama
ketidakhadiran dalam kerja, selain itu dapat pula meningkatkan resiko
kronisitas, meningkatkan pembiayaan kesehatan, mengurangi efisiensi tenaga
kerja perawat, penurunan kualitas hidup, dan kelelahan (Van Hoof et al.,
2018).; Nourollahi et al., 2018). Aktifitas perawat IGD cukup tinggi, hal ini
dikarenakan tuntutan pekerjaan yang menuntut kecepatan dan ketepatan
sehingga aspek ergonomi sering terabaikan karena perawat lebih berorientasi
pada keselamatan dan kenyamanan pasien (Dewi et al., 2019).

Pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita low back pain melakukan
aktivitas dengan posisi ergonomi dan dapat melakukan pengobatan
farmakologi atau non farmakologi (Purwata, 2014). Penatalaksanaan pada low
back pain terbagi menjadi dua yaitu secara farmakologi dan non farmakologi.
Terapi farmakologi yang dapat diberikan antara lain obat anti inflamasi non
steroid (OAINS),obat golongan gabapentinoid,Golongan muscle relaxants
(Bhatia, et.al., 2020 ; Van der Gaag (2020); Shanthanna et al., 2016)).
Sedangkan terapi noon farmakologi pada low back pain akut yaitu manipulasi
spinal, tirah baring, korset lumbal, kompres hangat, terapi latihan; William
Flexion Exercise dan pada low back pain kronik yaitu terapi infrared, TENS
(transcutaneous Electrical Nerves Stimulation), akupuntur, Terapi latihan;
William Flexion Exercise (Marhamah, 2021).

Latihan Stretching Fleksi William merupakan suatu teknik latihan atau


penguluran yang dilakukan untuk pemanjangan otot yang patologis berupa
pemendekan otot agar terjadi rileksasi pada otot tersebut oleh karena
4

terulurnya muscle spindle dan golgi tendon (Fahrurrazi,2018). Menurut


Kusumawati & Wahyono, (2015), manfaat latihan stretching fleksi william
dapat mengurangi adanya ketegangan pada otot, untuk mengoreksi postur
tubuh yang salah, meregangkan otot dan fascia (meningkatkan ekstensibilitas
jaringan lunak) di daerah dorsolumbal, penguatan otot-otot daerah abdomen
sehingga ketegangan otot dapat menurun. Selama melakukan latihan
peregangan fleksi william terutama gerakan pelvic tilting pada posisi
terlentang maka aktivitas EMG pada otot-otot area lumbal dan sacral menurun
yang berarti kontraksi otot juga berkurang. Dengan berkurangnya kontraksi
otot-otot lumbal dan sacral maka spasme akan menurun dan berakhir pada
keluhan nyeri yang berkurang (Sidarto et al., 2022).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Khasanah (2020) Yang Berjudul


Pengaruh Latihan Stretching Fleksi William Terhadap Tingkat Nyeri Punggung
Bawah Di Wilayah Kerja Puskesmas Geger. Latihan stretching fleksi william
tiga kali dalam seminggu tiap sore hari. Sebelum diberikan latihan stretching
fleksi william terhadap tingkat nyeri punggung bawah yang mengalami nyeri
berat sebanyak 9 responden (34,6%), nyeri sedang sebanyak 14 responden
(53,8%) dan skor nyeri ringan sebanyak 3 responden (11,5%). Setelah
dilakukan intervensi latihan stretching fleksi william terhadap tingkat nyeri
pada nyeri punggung bawah setelah dilakukan observasi tingkat nyeri
didapatkan hasil yaitu tidak nyeri yaitu sebanyak 1 orang (3,8%), nyeri ringan
sebanyak 18 orang (69,2%) dan nyeri sedang sebanyak 7 orang (26,9%). Pada
pre dan post terdapat hubungan yang signifikan terhadap tingkat nyeri pada
nyeri punggung bawah dengan nilai p value = 0,000 , dapat disimpulkan ada
pengaruh yang signifikan antara latihan stretching fleksi william terhadap
tingkat nyeri punggung bawah di wilayah kerja puskesmas geger. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wahab & Wahyuni, (2021)
didapatkan nilai pvalue = 0,000< 0,05, hal ini menunjukkan ada terdapat
pengaruh latihan fleksi wiliam (stretching) terhadap tingkat nyeri punggung
bawah pada Lansiadi Posyandu Lansia Desa Bonra Kecamatan Mapilli.
5

Berdasarkan studi pendahuluan data yang diperoleh dari rekam medis tahun
2023 di Rumah Sakit Pusat Pertamina pada perawat IGD yang memiliki
penyakit low back pain sebanyak 30 orang. Peneliti melakukan wawancara
sebanyak 10 orang dengan keluhan nyeri punggung sampai kesemutan di kaki
sebanyak 3 orang (30%), nyeri ringan dan pegal didaerah pinggang sebanyak
6 orang (60%), dan pegal sesaat sebanyak 1 orang (10%). Responden cara
mengatasi Low back Pain (LBP) selama ini didapatkan data operasi 0 %,
dengan farmakologi sebanyak 2 orang (20%), responden yang didiamkan saja
sebanyak 6 orang (60%), fisioterapi sebanyak 2 orang (20%). Adapun perawat
IGD di RS Pusat Pertamina Pusat yang sampai terjadi komplikasi HNP
sebanyak 1 orang (3,3%), kesemutan sebanyak 10 orang (33,3%), nyeri
pinggang dan pegal otot sebanyak 19 orang (63,3%). Perawat yang memiliki
low back pain mengatakan sering mengangkat pasien dan memindahkan
pasien menggunakan brankar, sering mengerahkan tenaga ketika membantu
pasien dari duduk ke berdiri, sering membungkuk dalam waktu yang lama,
duduk dikursi yang tidak sesuai, duduk di mobil ambulans dalam waktu yang
lama, postur tubuh yang buruk, kurang berolahraga, kegemukan, hamil,
mengangkat, menjinjing, mendorong, atau menarik beban yang terlalu berat,
sebagian besar perawat melakukan tindakan keperawatan tanpa
memperhitungkan faktor ergonomi, misalnya perawat tidak
mempertimbangkan tinggi tempat tidur dan tidak memposisikan dengan baik
peralatan yang dibawa. Begitu pula saat melakukan rawat luka. Saat terjadi
keluhan nyeri berat pada low back pain dapat meneyebabkan kualitas kerja
menurun dan tidak hadir dalam bekerja. Selama ini perawat di IGD hanya
minum obat antinyeri dan belum mengatahui latihan streaching fleksi william
dapat menurunkan nyeri low back pain

Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian tentang “Pengaruh Senam Peregangan Fleksi William Terhadap
Tingkat Nyeri Low Back Pain (LBP) Pada Perawat IGD RS. Pusat
Pertamina”.
6

B. Perumusan Masalah
Perawat sebagai salah satu profesi yang paling beresiko mengalami low back
pain. Low Back Pain (LBP) dapat disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang
berasal dari luar punggung bawah seperti penyakit atau kelainan pada testis
atau ovariuum. Penyebab low back pain meliputi nyeri punggung bawah
nonspesifik dan nyeri punggung bawah spesifik. Low back pain dapat di
rasakan seperti nyeri sepanjang tulang belakang, nyeri tajam terlokalisasi di
leher, punggung atas atau punggung bawah terutama setelah mengangkat benda
berat atau terlibat dalam aktivitas berat lainnya, nyeri punggung menjalar
sampai ke pantat, dibagian belakang paha, ke betis dan kaki, ketidakmampuan
untuk berdiri tegak tanpa rasa sakit dan kejang otot di punggung bawah.
Penatalaksanaan pada low back pain terbagi menjadi dua yaitu secara
farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi yang dapat diberikan
antara lain obat anti inflamasi non steroid (OAINS),obat golongan
gabapentinoid,Golongan muscle relaxants. Sedangkan terapi noon farmakologi
pada low back pain yaitu manipulasi spinal, tirah baring, korset lumbal,
kompres hangat, terapi infrared, TENS (transcutaneous Electrical Nerves
Stimulation), akupuntur, Terapi latihan; William Flexion Exercise.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di IGD RS Pusat Pertamina didapatkan


data low back pain pada perawat IGD dengan jumlah seluruh perawat IGD
mengalami low back pain. Sebagian besar mereka belum mengetahui terapi
latihan peregangan fleksi william dapat menurunkan skala nyeri pada low back
pain.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini
”Adakah Pengaruh Senam Peregangan Fleksi William Terhadap Tingkat Nyeri
Low Back Pain (LBP) Pada Perawat IGD RS. Pusat Pertamina?”.
7

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
Senam Peregangan Fleksi William Terhadap Tingkat Nyeri Low Back
Pain (LBP) Pada Perawat IGD RS. Pusat Pertamina.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Teridentifikasi gambaran karakteristik responden (umur, jenis kelamin,
lama bekerja dan indeks massa tubuh (IMT)) pada perawat IGD RS.
Pusat Pertamina.
b. Teridentifikasi nilai rata-rata tingkat Nyeri Low back Pain (LBP) pada
perawat IGD RS. Pusat Pertamina sesudah diberikan intervensi
peregangan Fleksi William pada kelompok Intervensi
c. Teridentifikasi nilai rata-rata tingkat Nyeri Low back Pain (LBP) pada
perawat IGD RS. Pusat Pertamina pada kelompok kontrol.
d. Teranalisa perbedaan tingkat nyeri Low back Pain (LBP) kelompok
intervensi dan kelompok kontrol pada Perawat di IGD RS. Pusat
Pertamina
e. Menganalisa Pengaruh Senam Peregangan Fleksi William Terhadap
Tingkat Nyeri Low back Pain (LBP) pada Perawat IGD RS. Pusat
Pertamina.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Pelayanan Keperawatan
Dari hasil proposal penelitian ini dapat memberikan informasi pada
Perawat khususnya yang bertugas di IGD RS. Pusat Pertamina mengenai
sikap kerja yang baik dan pengetahuan tentang pentingnya mencegah
kejadian low back pain (LBP), untuk menurunkan atau mengurangi skala
nyeri pada low back pain (LBP), menggunakan pengobatan non
farmakologi dengan pemberian senam peregangan Fleksi William agar
dapat meningkatkan produktivitas kerja secara optimal.
8

2. Bagi Perkembangan ilmu keperawatan


Hasil proposal penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber
informasi dan data awal untuk melanjutkan penelitian dalam kejadian
masalah serupa di bidang hubungan pendidikan kesehatan tentang
ergonomis tubuh saat pekerja terhadap kejadian low back pain (LBP) pada
perawat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskriptif Teoritik
1. Perawat
a. Definisi Perawat
Menurut Widiyono et al., (2022) peran perawat merupakan tingkah
laku yang diharapkan oleh organisasi lain seseorang sesuai dengan
kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari profesi perawat maupun luar profesi keperawatan
yang bersifat konstan.
Beberapa peran perawat proessional meliputi:
1) Care giver, sebagai pemberi asuhan keperawatan.
2) Client advocate, sebagai pembela untuk melindungi klien
3) Counseller, sebagai pemberi bimbingan/konseling klien
4) Educator, sebagai pendidik klien
5) Collaborator, sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk
dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain.
6) Coordinator, sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan
sumber-sumber dan potensi klien.
7) Change agent, sebagai pembaru yang selalu di tuntut untuk
mengadakan perubahan-perubahan.

b. Fungsi perawat
Bentuk asuhan yang menyeluruh dan utuh, dilandasi tentang
keyakinan manusia sebagai makhluk biopsiko-sosio-spiritual yang
unik dan utuh. Ilmu keperawatan berfokuskan pada fenomena khusus
dengan menggunakan cara khusus dalam memberi landasan teoritik
dan fenomena keperawatan yang teridentifikasi. Perawat bertanggung
jawab terhadap hal-hal yang dilakukan dalam praktik keperawatan
(Widiyono et al., 2022).

9
10

3. Ergonomi dalam asuhan keperawatan


a. Definisi Ergonomi
Ergonomi merupakan bentuk penyerasian antara kapasitas pekerja
dengan jenis pekerjaan, jenis peralatan dan lingkungan yang bertujuan
meminimalisir kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Akhriansyah et
al.,2023).

b. Kategori Ergonomi
Menurut Akhriansyah et al., (2023) Ergonomi dapat dibagi menjadi
tiga kategori yaitu;
1) Ergonomi fisik berhubungan dengan biomekanik, fisiologi,
antropometri dan anatomi manusia. Misalnya sikap kerja, gerakan
repetitif (aktivitas kerja berulang), aktivitas angkat beban,
gangguan muskuloskeletal akibat kerja serta keselamatan dan
kesehatan kerja.
2) Ergonomi kognitif: berhubungan dengan mental manusia ketika
bekerja. Misalnya beban mental akibat kerja, proses pengambilan
keputusan, keterampilan pekerja.
3) Ergonomi organisasi, berhubungan dengan pengoptimalan sistem
sosioteknis. Misalnya manajemen sumber daya dan kualitas kerja.
Ergonomi dalam asuhan keperawatan adalah salah satu dari delapan
hazard atau bahaya potensial yang sering dialami perawat di tempat
kerja. Faktor ergonomi dalam asuhan keperawatan yang berisiko
menyebabkan penyakit akibat kerja adalah mengangkat pasien,
memindahkan pasien, melakukan perawatan luka ataupun memasang
infus, bekerja diatas bahu atau dibawah lutut, mendorong peralatan,
mengangkat pasien obesitas, manual handling, menggunakan
peralatan yang berat dalam jangka waktu lama. Penyakit akibat kerja
terjadi karena perawat tidak menerapkan postur tubuh atau sikap kerja
yang ergonomis.
11

f. Penyakit akibat kerja


Menurut Akhriansyah et al., (2023) Penyakit akibat kerja karena
faktor ergonomi yang sering dialami perawat yaitu :
a. Muskeleteal disorders
Muskuloskeletal disorder adalah gangguan pada otot, tulang
belakang, saraf, sendi, ligament dan tendon. Gangguan
muskuloskeletal yang paling umum dialami perawat dinilai dari
Nordic Body Map yaitu keluhan di leher, bahu kiri dan kanan,
punggung, pingging, panggul dan betis. Posisi kerja yang tidak
ergonomis atau postur tubuh yang salah seperti membungkuk,
jongkok, berusaha menjangkau peralatan yang jauh, membuat
perawat rentan mengalami Low Back Pain, myalgia (nyeri otot),
shoulder syndrome dan keluhan pada anggota tubuh.
b. Hernia nukleus pulposus (HNP)
Hernia nukleus pulposus dikenal dengan istilah saraf kejepit
adalah kondisi rupturnya annulus pulposus (cincin diluar diskus)
sehingga nucleus pulposus mengalami herniasasi yang
meneybabkan penekanan pada daerah saraf spinal, menimbulkan
nyeri dan bisa saja defisit neurologi. Penyebab terjadinya HNP
diskuis lumbal adalah aktivitas duduk lama, membungkuk dan
mengangkat beban berat lebih dari 10kg dengan cara
membungkuk ke depan > 0 derajat.
c. Low back pain
Menurut Fitriani, (2013) gerakan pinggang berlebih atau tidak
benar (mengangkat beban berat tiap kali, terpapar getaran untuk
waktu yang lama), kecelakaan atau patah, degenerasi tulang
belakang karena penuaan, infeksi, tumor, kegemukan, otot tegang
atau kram, keseleo atau terkilir, otot atau ligament sobek, masalah
sendi, merokok, penyakit lain (osteoarthritis, spondylitis)
merupakan penyebab terjadinya Low Back Pain (LBP).
12

Menurut Sulistyaningtyas, (2022), pencegahan keluhan low back


pain (LBP) di lingkungan kerja rumah sakit dapat menerapakn
hierki pengendalian risiko ergonomi yaitu:
1) Substitusi: Penggunaan tempat tidur, brankar transport dan
bangku adjustable. Penguanaan tempat tidur yang ergonomis
membuat petugas kesehatan merasa leboh aman, nyaman,
keterampilan meningkat.
2) Rekayasa teknik: Mengupayakan pemakaian alat bantu kerja
seperti lift table, crane, hand truck, fork lift truck, kereta
dorong dan pengungkit.
3) Administrasi: Pendidikan, pelatihan, penjadwalan yang
seimbang antara waktu kerja dan istirahat, perbaikan
perencanaan tugas kerja dan peregangan otot secara berkala.

4. Low back pain


a. Definisi low back pain
Low Back Pain (LBP) adalah rasa nyeri yang dirasakan pada
punggung bawah yang sumbernya adalah tulang belakang daerah
spinal (punggung bawah), otot, syaraf, dan struktur lainnya yang
ada disekitar tersebut. Low Back Pain (LBP) juga dapat
disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang berasal dari luar
punggung bawah seperti penyakit atau kelainan pada testis atau
ovarium (Sitepu & Sinaga.2015). Low back pain (LBP)
didefinisikan sebagai nyeri yang terlokalisasi antara batas
costaedan lipatan gluteaus inferior yang berlangsung selama
lebih dari satu hari. Bisa disertai dengan nyeri kaki atau mati rasa
tetapi tidak termasuk rasa sakit yang terkait dengan menstruasi
dan kehamilan (Fujii et al.,2019). Nyeri punggung bawah
merupakan penyebab utama kecacatan yang mempengaruhi
pekerjaan dan kesejahteraan umum. Keluhan nyeri punggung
bawah dapat terjadi pada setiap orang, baik jenis kelamin, usia,
ras, status pendidikan dan profesi (WHO, 2013)
13

b. Etiologi low back pain (LBP)


Menurut Hidayati, (2022) Nyeri punggung bawah dibagi menjadi
dua meliputi :
1) Nyeri punggung bawah nonspesifik
Nyeri punggung bawah nonspesifik tidak memiliki dasar
patologi yang jelas, termasuk nyeri punggung bawah mekanik.
2) Nyeri punggung bawah spesifik
Nyeri punggung bawah spesifik adalah nyeri punggung yang
disebabkan oleh suatu penyebab patologis tertentu yang
diketahui, misalnya fraktur, sindrom radikular, proses
inflamasi, tumor, maupun infeksi.

c. Faktor-faktor terjadinya low back pain (LBP)


Faktor–faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Low back pain
(LBP) yaitu karakteristik individu yang meliputi Indeks Masa
Tubuh (IMT), tinggi badan, kebiasaan olahraga, masa kerja,
posisi kerja, dan berat beban kerja.
1) Usia
Nyeri punggung bawah merupakan keluhan yang berkaitan
erat dengan usia. Berdasarkan teori, nyeri punggung bawah
bisa dialami oleh siapa saja dan pada umur berapa saja.
Namun, keluhan ini jarang ditemukan pada anak usia 0 -10
tahun. Hal tersebut bisa disebabkan oleh etiologi tertentu
yang lebih sering ditemukan oleh kelompok usia lebih tua.
Biasanyakeluhan nyeri punggung bawah ini mulai ditemui
pada dekade kedua dan meningkat kejadiannya hingga dekade
kelima sekitar usia 55 tahun (Winata,2014). Meningkatnya
usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini
mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia
30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan,
penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan
14

cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan


otot menjadi berkurang. Semakin tua seseorang, semakin
tinggi risiko orang tersebut mengalami penurunanelastisitas
pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala nyeri
punggung bawah. Semakin bertambahnya usia seseorang,
risiko untuk menderita nyeri punggung bawah akansemakin
meningkat karena terjadinya kelainan pada diskus
intervertebralis pada usia tua (WHO, 2013).
Batasan usia menurut Permenkes (2016) sebagai berikut:
a) Neonatal dan bayi (0-1tahun).
b) Balita (1-5 tahun).
c) Anak prasekolah 5-6 tahun.
d) Anak-anak 6-10 tahun.
e) Remaja 10-19 tahun.
f) Wanita usia subur (WUS)/ pria usia subur (PUS) 15-49
tahun.
g) Dewasa 19-44 tahun.
h) Pra lanjut usia 45-59 tahun.
i) Lanjut usia 60 tahun ke atas.
2) Jenis kelamin
Kejadian nyeri punggung bawah lebih sering terjadi pada
perempuan terutama Ketika menstruasi. Selain itu proses
menopause juga dapat mengakibatkan kepadatan tulang
berkurang yang merupakan akibat dari penurunan hormon
estrogen yang bisa menyebabkan nyeri punggung bawah
(Winata, 2014).
3) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan
menerima beban yang membebani sehingga memudah kan
terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang.
Salah satu daerah pada tulang belakang yang paling berisiko
akibat efek dari obesitas adalah verterbae lumbal (Utami,
15

2017). Kegemukan yang berhubungan dengan kejadian nyeri


punggung bawah yaitu dengan IMT >25 Kg/m 2 (Dianat et
al., 2018).
Menurut Kemenkes (2018) kategori nilai indeks massa tubuh
sebagai berikut :
1. <18,5 = berat badan kurang (underweight)
2. 18,5-22,9 = berat badan normal
3. 23-24,9 kelebihan berat badan (overweight) dengan resiko
4. 25-29,9 = obesitas I
5. ≥ 30 = obesitas II
4) Beban Kerja
Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial
yang diterima oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam
waktu tertentu, sesuai dengan kemampuan fisik, maupun
keterbatasan pekerja yang menerima beban tersebut.
Pekerjaan atau gerakanyang menggunakan tenaga besar akan
memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon,
ligamen dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan
iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon dan
jaringan lainnya (Andini, 2015).
5) Masa kerja
Masa kerja adalah pekerja dengan masa kerja 1 – 3 tahun
merupakan pekerja dengan tahun peralihan dari pekerja baru
menjadi pekerja lama, artinya mereka yang telah bekerja
dengan masa kerja tersebut telah merasa berpengalaman dan
ingin melakukan segala sesuatunya dengan cepat, tepat waktu,
tergesa-gesa, dan melupakan keselamatan dirinya sendiri.
Pekerja dengan masa kerja lebih lama semakin memahami
pekerjaan dan kondisi lingkungan kerja, sehingga kualitas
dan kuantitas mereka dapat bertambah (Widiyasari et al.,
2014).
16

d. Patofisiologi low back pain


Diskus intervertebralis adalah sendi utama yang terletak di antara
2 diskus. Setiap diskus memiliki 3 struktur yang berbeda, yaitu
nukleus pulposus pada bagian dalam, annulus fibrosus pada
bagian luar, dan kartilgo pada bagian atas dan bawah. Sel yang
menyusun nukleus pulposus adalah serat elastin dan serat kolagen.
Sel yang menyusun annulus fibrosus pada bagian dalam adalah
Chondrocyte-like, ada bagian luar adalah fibroblast-like,
Fibroblast-like mensintesis kolagen tipe 1 dan kolagen tipe 2.
Chondrocyte-like mensintesis kolagen tipe 2, non kolagen, dan
proteoglikan. proteoglikan adalah protein utama yang berasal dari
glikosaminoglikan yang terdiri dari kondroitin sulfa dan keratin
sulfa. Proteoglikan ini kemudian akan bergabung membentuk
asam hialuronik dan kemudian akan bergabung membentuk asam
hialironik dan kemudian membentuk aggrecan. Aggrecan
merupakan proteoglikan yang paling banyak ditemukan di diskus.
Aggrecan mengisi 70% nukleus pulposus dan 25% annulus
fibrosus. Aggrecan memiliki pengaruh dalam peningkatan densitas
dan peningkatan tekanan osmotik untuk menyerap air (Sidemen &
Claudia, 2016).

Diskus yang sehat bersifat elastis, memiliki konten air yang tinggi
pada nukleus dan annulus bagian dalam sehingga memungkinkan
jaringan untuk bergerak atau mengikuti mobilitas secara elastis,
hanya pada bagian terluar annulus yang bersifat kaku untuk
menahan atau sebagian penyangga dari nukleus. Sel-sel diskus
dapat mensintesis matriks dan memecah matriks yabf lama
dengan mengaktifkan enzim degradasi seperti MMPs (Matrics
and Metalloproteinases) dan ADAMs (a disintegrein and
Metalloproteinases). Beberapa faktor pertumbuhan seperti BMP-2
(Bone morphogenetic protein-2), BMP-7 (Bone morphogenetic
protein-7), yang juga dikenal sebagai osteogenetic protein-1: OP-
17

1, GDF-5 (Growth differentiation faktor-5), TGF-β (Transforming


gerowth factor β), IGF-1 (insulin-like growth factor-I) dan
komponen lain yang dapat menstimulasi produksi matriks,
sementara IL-I (interleukial) dan TNF- α (Tumor necrosis Faktor-
α) bekerja dengan menghambat sintesis matriks dengan
meningkatkan aktivitas katabolik. Degenerasi diskus akan terjadi
bila terdapat ketidakseimbangan antara komponen degenerasi dan
komponen penyusun matrik, yang pada tingkat molekuler akan
terlihat dengan peningkatan produksi komponen yang
mendegradasi matriks seperti IL-I dan TNF-α serta penurunan dari
MMP-s. Penyebab lain juga dapat diperhitungkan sebagai
penyebab degenerasi diskus seperti usia, jenis kelamin, beban
mekanik dan gaya hidup (Sidemen & Claudia, 2016)

e. Jenis-jenis nyeri low back pain


Menurut Sulvici (2015) ada 6 jenis Nyeri LBP yaitu:
1) Nyeri punggung lokal Jenis nyeri ini paling sering ditemukan.
Biasanya terjadi pada garis tengah dengan radiasi ke kanan
dan ke kiri. Nyeri dapat berasal dari bagian-bagian bawah
seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpuss vertebra, sendi dan
ligamen.
2) Iritasi pada radiks Rassa nyeri dapat berganti ganti dengan
parestesi dan dirasakan pada dermatom yang bersangkutan
pada salah satu sisi badan, dan kadang-kadang dapat disertasi
hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat
disebabkan oleh prosses desak ruang pada foramen vertebra
atau didalam kalanis vertebralis.
3) Nyeri rujukan somatik Iritasi serabut-serabut sensoris
dipermukaan dapat dirasakan lenbih dalam pada dermaton
yang bersangkutan. Sebalikanya iritasi dibagian bagian dalam
dapat dirasakan dibagian lebih superfisial.
18

4) Nyeri rujukan Viserosomatis Adanya gangguan pada alat-alat


retroperitonium, intra abdomen atau dalam ruangan panggul
dapat dirasakan di daerah pinggang.
5) Nyeri karena Iskemia Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa
nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat dirasakan di
pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat
disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan Aorta atau
pada Arteri Iliyaka komunis.
6) Nyeri Psikogen Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai
dengan distribusi saraf dan dermaton dengan reaksi wajah
yang sering berlebihan.
f. Tanda dan gejala low back pain
Menurut Ratini, (2015) adapun tanda dan gejala LBP yaitu:
1) Nyeri sepanjang tulang belakang yaitu dari panggal leher
sampai ujung tulang ekor.
2) Nyeri tajam terlokalisasi di leher, punggung atas atau punggung
bawah terutama setelah mengangkat benda berat atau terlibat
dalam aktivitas berat lainnya.
3) Sakit kronis di bagian punggung tengah atau punggung bawah,
terutama setelah duduk atau berdiri dalam waktu yang relatif
lama.
4) Nyeri punggung menjalar sampai ke pantat, dibagian belakang
paha, ke betis dan kaki.
5) Ketidakmampuan untuk berdiri tegak tanpa rasa sakit dan
kejang otot di punggung bawah.

g. Durasi dan Intensitas low back pain


Menurut Hidayati, (2022) Durasi low back pain meliputi :
1) Nyeri punggung bawah akut berlangsung kurang dari 4
minggu.
2) Nyeri punggung subakut berlangsung antara 4-12 minggu
19

3) Nyeri punggung bawah kronik berlangsung lebih dari 12


minggu.
Intensitas low back pack
1) Nyeri punggung bawah kronik ringan (mild), memiliki skor
nmeric rating scale (NRS) 0-3.
2) Nyeri punggung bawah sedang (moderate) memiliki skor NRS
4-6
3) Nyeri punggung bawah berat (severe) memiliki skor NRS 7-10

h. Pengukuran intensitas nyeri


Menurut Andarmoyo (2013) intensitas nyeri adalah gambaran
tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran
intensitas nyeri bersifat sangat subjektif dan nyeri dalam intensitas
yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda.
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mugkin
adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu
sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak
dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri. Salah
satu pengukuran intensitas nyeri yaitu dengan menggunakan
Numerical Rating Scale (NRS).

Kriteria nyeri adalah sebagai berikut :


1) Skala0
Tidak ada rasa nyeri yang dialami
2) Skala 1-3
Merupakan nyeri ringan dimana secara objektif, klien masih
dapat berkomunikasi dengan baik. Nyeri yang hanya sedikit
dirasakan.
3) Skala 4-6
20

Merupakan nyeri sedang dimana secara objektif, klien


mendesis, menyeringai dengan menunjukkan lokasi nyeri.
Klien dapat mendeskripsikan rasa nyeri, dan dapat mengikuti
perintah. Nyeri masih dapat dikurangi dengan alih posisi.
4) Skala 7-9
Merupakan nyeri berat dimana klien sudah tidak dapat
mengikuti perintah, namun masih dapat menunjukkan lokasi
nyeri dan masih respon terhadap tindakan. Nyeri sudah tidak
dapat dikurangi dengan alih posisi.
5) Skala 10
Merupakan nyeri sangat berat.Klien sudah tidak dapat
berkomunikasi klien aka nmenetapkan suatu titik pada skala
yang berhubungan dengan persepsinya tentang intensitas
keparahan nyeri.

Skala penilaian numerik lebih digunakan sebagai pengganti alat


pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10. Skala ini paling efektif digunakan saat
mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi
(Andarmoyo,2013).

i. Pemeriksaan Penunjang low back pain


Menurut Purwata, (2014) Pemeriksaan penunjung pada penyakt
low back pain antara lain :
1) Neuroimaging
Gambaran MRI atau CT yang menunjukkan adanya bulging
disc tanpa disertai penekanan saraf seringkali non spesifik
sehingga diperlukan diagnostik penunjang yang lain seperti tes
neurofisiologi
2) Foto polos
Pemeriksaan foto polos vertebra untuk evaluasi awal
disarankan pada pasien dengan risiko tinggi terjadinya fraktur
21

kompresi seperti riwayat trauma vertebra, osteoporosis dan


penggunaan steroid.
3) MRI atau CT scan
Pemeriksan ini dilakukan pada pasien dengan gejala defisit
neurologik yang progresif atau dicurigai menderita penyakit
spinal yang serius dimana keterlambatan diagnosis dapat
berakibat fatal. MRI lebih unggul daripada CT scan.
4) Neurofisiologi.
Pemeriksaan neurofisiologi dapat membantu membedakan
apakah lesinya bersifat iritatif atau kompresif.
5) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laju endap darah, darah tepi lengkap, C reactive
protein , faktor rematoid, alkali fosfatase, kalsium dilakukan
sesuai dengan indikasi.

j. Komplikasi low back pain


Menurut Tiaranita, (2013) komplikasi pada low back pain sebagai
berikut:
1) Nyeri, spasme, dan kelemahan otot
Low back pain biasanya akan menimbulkan rasa nyeri pada
pinggang yang kemudian menjalar sampai daerah tungkai
bawah bahkan ada yang sampai ujung ibu jari kaki dan juga
ditandai Sakit.
2) Kekakuan
3) Rasa baal (mati rasa)
4) Kelemahan
5) Rasa kesemutan (seperti ditusuk jarum) dengan nyeri yang
sangat hebat ketika pasien mengejan, bersin atau batuk. Dengan
adanya nyeri tersebut, maka akan menimbulkan spasme otot di
sekitar vertebra dan keterbatasan gerak pada vertebra lumb
fleksi, ekstensi, dan latero fleksi yang akan menyebabkan
lordosis lumbal semakin mendatar.
22

6) Inkontinensia
Jika nyeri yang dirasakan sampai menjalar mengenai konus atau
kunda ekuina dapat menyebabkan gangguan defekasi, gangguan
miksi, yang dimulai dengan tertahan, sulit buang air kecil
maupun buang air besar, hingga akhirnya menjadi intkontinensia
(keluar begitu saja tanpa bisa ditahanan) dan dapat juga
mengalami gangguan pada fungsi seksual.
7) Kelumpuhan
Nyeri yang dirasakan pada tingkatan berat dapat menyebabkan
keluhan seperti lumpuh pada bagian pinggang sampai kaki. Hal
ini terjadi karena terjepitnya sarsf-saraf di tulang belakang

j. Penatalaksanaan low back pain


1) Farmakologi
a) Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) merupakan
golongan obat yang paling sering digunakan pada
tatalaksana low back pain. Obat ini direkomendasikan
untuk pasien low back pain kronik dalam jangka pendek.
OAINS dapat mengurangi nyeri dan disabilitas pada pasien
low back pain kronik dibandingkan dengan pemberian
placebo (Bhatia, et.al., 2020).
Obat anti inflamasi non steroid bekerja dengan
kemampuannya menghambat produksi prostaglandin.
Prostaglandin menjadi media untuk berjalannya fungsi
fisiologis seperti barrier mukosa lambung, regulasi aliran
darah ke ginjal, dan regulasi endotel. Selain itu,
prostaglandin berperan penting dalam proses inflamasi dan
nosiseptif. OAINS dapat diberikan secara oral atau
intravena yang kemudian akan dibawa dalam darah menuju
seluruh tubuh, sehingga dibutuhkan konsentrasi yang tinggi
dalam darah untuk mencapai konsentrasi efektif pada
23

jaringan yang nyeri dan mengalami inflamasi. Konsentrasi


yang tinggi dalam darah ini yang dapat meningkatkan efek
samping dalam penggunaan OAINS (Van der Gaag, 2020).
b) obat golongan gabapentinoid
Obat golongan gabapentin juga dijadikan pilihan
tatalaksana low back pain kronis. Gabapentinoid
merupakan golongan obat antikonvulsan yang biasa
digunakan pada kondisi epilepsi, neuralgia post herpes, dan
nyeri neuropati. Gabapentinoid sebagai contoh adalah
gabapentin dan pregabalin yang bekerja melalui modulasi
neurotransmiter pada reseptor presinaps neuron aferen.
Kedua obat ini bekerja pada subunit α-2 delta-2 pada kanal
kalsium yang bergantung dengan tegangan dan memiliki
farmakodinamika yang mirip dengan nyeri dan gejala
lainnya. Golongan ini diketahui efektif pada keadaan nyeri
neuropati. Penggunaan gabapentinoid pada low back pain
kronik membutuhkan titrasi dosis terapi secara perlahan dan
agar dapat mempertahankan manfaat secara lebih lama.
Efek samping yang ditimbulkan pada golongan ini adalah
sedasi, pusing, edema perifer, kelelahan, mual, dan
penambahan berat badan (Shanthanna,2016).
c) Golongan muscle relaxants
Muscle relaxants terdiri atas berbagai macam obat berbeda
yang bekerja pada reseptor yang berbeda pula. Golongan ini
dikategorikan menjadi 2, yakni agen antispastik dan agen
antispasmodik. Agen antispastik bekerja melalui korda
spinalis atau otot rangka secara langsung untuk
meningkatkan hipertonisitas otot dan spasme involunter,
sedangkan agen antispasmodik bekerja dengan mengurangi
spasme otot melalui perubahan konduksi sistem saraf pusat.
Contoh obat golongan ini antara lain eperisone, tizanidine
(agonis α-2), orphenadrine (antagonis kolinergik
24

muskarinik, antihistamin), carisoprodol (GABA-ergic),


baclofen (agonis GABA-B), dan benzodizepin (Abdel,
2016).
2) Nonfarmakologi
a) Low back pain akut
Menurut Marhamah (2021) terapi nonfarmakologi
meliputi :
(1) Manipulasi spinal (kiropraktik).
Pada pasien nyeri punggung bawah akut tanpa
radikulopati dapat dipertimbangan terapi manipulasi
spinal yang telah terbukti bermanfaat.
(2) Tirah baring.
Lamanya tergantung kasus, sebaiknya dilakukan tidak
lebih dari 3 hari dan diusahakan untuk kembali ke
aktivitas normal secepat mungkin, karena tirah baring
yang lama bisa menimbulkan kelemahan otot dan
demineralisasi tulang.
(3) Korset lumbal Korsert dan penopang lumbal yang lain
terbukti tidak mengurangi nyeri pada pasien nyeri
punggung bawah akut.
(4) Kompres hangat Kompres hangat dapat memberikan
manfaat untuk mengurangi sakit pada nyeri punggung
bawah akut
b) Low back pain kronik
Menurut Marhamah (2021) terapi nonfarmakologi meliputi:
(1) Terapi Infrared
Terapi infared adalah salah satu jenis terapi dalam
bidang rahabilitas menggunakan gelombang
elektromagneti infamerah. Efek-efek fisiologis terapi
infrared mengaktifkan reseptor panas superfisial pada
kulit yang nantinya dapat mengubah hantaran atau
konduksi dari saraf sensorik saat menghantar nyeri
25

sehingga nyeri bisa berkurang. Terapi panas bisa


menyebabkan vasodilatasi dan mengoptimalkan aliran
darah (Marhamah et al., 2021)
(2) TENS (transcutaneous Electrical Nerves Stimulation)
TENS (transcutaneous Electrical Nerves Stimulation)
adalah terapi dengan menggunakan energi listrik yang
berfungsi untuk merangsang system saraf melalui
permukaan kulit untuk mengurangi rasa nyeri
(Marhamah et al., 2021).
(3) Akupunktur
Terapi ini juga dapat merangsang pengeluaran hormon
endorphin yang dapat membuat rasa nyaman alami dan
mengalihkan reseptor nyeri ke otak. Pada saat titik –
titik akupressur distimulasi ketengangan yang ada pada
otot akan dilepaskan oleh tubuh, terjadi kenaikan sirkusi
darah, dan memperkuat energi 12 tubuh (qi) untuk
mempercepat penyembuhan (Herfina, 2021).
(4) Intervensi psikologis Cognitive Behavioral
Terapi dan Progressive Relaxation terbukti lebih efektif
untuk NPB kronik dan subakut daripada plasebo dan
sham therapy.
(5) Terapi latihan
Terapi latihanyang direkomendasikan untuk
menurunkan nyeri pada low back pain yaitu William
Flexion Exercise dan Mc Kenzie (Herfina, 2021).
Latihan ini terdiri dari 8 bentuk gerakan yang dirancang
untuk mengurangi nyeri punggung dengan memperkuat
otot-otot yang memfleksikan lumbosacral spine
terutama otot abdominal dan otot gluteus maksimus dan
meregangkan kelompok otot ekstensor (Harwanti &
Cahyo, 2018). Terapi latihan dapat diberikan pada
26

penderita low back pain akut dan kronik (Marhamah,


2021)

4. Peregangan Fleksi William


a. Definisi Fleksi William
Stretching atau peregangan dilakukan pada saat akan memulai suatu
aktifitas olahraga. Streching (peregangan) atau lebih dikenal orang
dengan istilah pemanasan ini sangat diperlukan. Streching adalah
bentuk dari penguluran atau peregangan pada otot – otot disetiap
anggota badan agar dalam setiap melakukan olahraga terdapat
kesiapan serta untuk mengurangi dampak cedera yang sangat rentan
terjadi (Colby, 2013 dalam Khasanah, 2020). Menurut Kusuma
(2015) Stretching Fleksi William adalah exercise therapy
diperkenalkan oleh Dr. Paul Williams pada tahun 1937. Latihan
Stretching Fleksi William ini dirancang untuk peregangan otot yang
bisa mengurangi rasa nyeri pada punggung bawah. Menurut
Fahrurrazi (2018) latihan Stretching Fleksi William merupakan
suatu teknik latihan atau penguluran yang dilakukan untuk
pemanjangan otot yang patologis berupa pemendekan otot agar
terjadi rileksasi pada otot tersebut oleh karena terulurnya muscle
spindle dan golgi tendon. Latihan Stretching Fleksi William bisa di
kerjakan setiap hari, tidak hanya pada waktu rasa sakit saja dan
tidak melebihi batas nyeri.

b. Manfaat peregangan Fleksi William


Menurut Kusumawati & Wahyono, (2015), beberapa manfaat
latihan stretching fleksi william:
1. Mengurangi adanya ketegangan pada otot.
2. Untuk mengoreksi postur tubuh yang salah.
3. Meregangkan otot dan fascia (meningkatkan ekstensibilitas
jaringan lunak) di daerah dorsolumbal, penguatan otot-otot
daerah abdomen sehingga ketegangan otot dapat menurun.
27

c. Mekanisme Metode Latihan Peregangan Fleksi William


Saat melakukan latihan peregangan Fleksi William maka
mekanisme stretching pada otot menjadi pembahasan yang utama
yang berhubungan dengan sifat fisiologi otot. Pada saat dilakukan
stretching dengan penahanan beberapa detik pada posisi otot
memanjang, maka struktur muscle fiber akan mengalami
peregangan karena anyaman-anyaman myofilamen yang overlap
akan berkurang dan secara otomatis menyebabkan struktur muscle
fiber 8 menjadi memanjang. Dengan peregangan ini nyeri dapat
berkurang. Selama melakukan latihan peregangan fleksi william
terutama gerakan pelvic tilting pada posisi terlentang maka
aktivitas EMG pada otot-otot area lumbal dan sacral menurun yang
berarti kontraksi otot juga berkurang. Dengan berkurangnya
kontraksi otot-otot lumbal dan sacral maka spasme akan menurun
dan berakhir pada keluhan nyeri yang berkurang (Sidarto et al.,
2022).

Mekanisme kedua dari berkurangnya spasme karena pemberian


stretching adalah karena proprioseptor otot atau muscle spindle
yang teraktivasi saat melakukan stretching. Muscle spindle
bertugas untuk mengatur sinyal ke otak tentang perubahan panjang
otot dan perubahan tonus yang mendadak dan berlebihan. Jika ada
perubahan tonus otot yang mendadak dan berlebihan, maka muscle
spindle akan mengirimkan sinyal ke otak untuk membuat otot
tersebut berkontraksi sebagi bentuk pertahanan dan mencegah
cidera. Oleh karena itu, dalam melakukan stretching dilakukan
penahanan beberapa saat (pada penelitian ini gerakan ditahan 10
detik) dengan tujuan untuk memberikan adaptasi pada muscle
spindle terhadap perubahan panjang 9 otot yang kita berikan,
sehingga sinyal dari otak untuk mengkontraksikan otot menjadi
berkurang. Dengan kontraksi otot yang minimal pada saat
28

stretching, maka akan memudahkan muscle fibers untuk


memanjang dan spasme otot dapat berkurang (Sidarto et al., 2022).

d. Kontraindikasi peregangan Fleksi William


Menurut Pramita, (2014) latihan ini meningkatkan tekanan intra
abdominalis, maka sebaiknya latihan ini dilakukan secara hati-hati
bahkan dihindari pada pasien seperti riwayat infak miokard akut
dan stroke, mengalami patah tulang, mengalami cidera.

e. Prosedur peregangan Fleksi William


Latihan Stretching Fleksi William terdiri dari gerakan tarik nafas,
gerakan 5 satu lutut, gerakan menekuk lutut, gerakan mengangkat
kepala,gerakan mengayunkan kaki gerakan stabilitas dengan tujuan
untuk meregangkan otot dan fascia di daerah lumbal serta
mengkoreksi postur tubuh 10 yang salah dengan memperkuat otot-
otot abdominal. Dengan melakukan latihan ini maka akan
mengurangi spasme dan nyeri pada otot-otot lewat efek stretching
dan dapat memperbaiki postur lewat efek strengthening otot-otot
abdominal (Abdullah, 2015).
1) Gerakan tarik nafas
Posisi awal : Terlentang, kedua lutut menekuk dan kedua kaki
rata pada permukaan matras.
Gerakan : pasien diminta meratakan pinggang ke permukaan
lantai dengan mengontraksikan otot perut dan otot pantat
melalui tarik nafas. Setiap kontraksi ditahan 3 detik kemudian
lemas, ulangi 3x. hitungan. Usahakan pada waktu lemas
pinggang tetap rata.
Tujuan : penggunaan otot perut.

Gambar 2.1 Gerakan tarik nafas


29

2) Gerakan mengangkat satu lutut


Posisi awal: Sama dengan nomor 1
Gerakan: Pasien diminta untuk memfleksikan satu lutut kearah
dada semampunya, kemudian kedua tangan mencapai paha
belakang dan menarik lututnya. Pada waktu bersamaan angkat
kepala dan bahu, tahan 3 detik. Latihan diulang pada tungkai
lain, ulangi sebanyak 3x Kedua tungkai lurus naik harus
dihindari, karena akan memperberat problem pinggangnya.
Tujuan: Merapatkan lengkungan pada lumbal, penguluran otot-
otot, sendi panggul.

Gambar 2.2 Gerakan mengangkat satu lutut


3) Gerakan menekuk lutut
Posisi awal: Sama dengan nomor, tetapi satu kaki rata di lantai.
Gerakan: pasien diminta untuk melakukan latihan yang sama
dengan nomor 2, tetapi lutut dalam posisi menekuk
semampunya sampai terasa ada kontraksi, dinaikkan ke atas
dan kedua tangan menompangi lutut tahan 3 detik, ulangi
gerakan 3x.
Tujuan: Penguluran otot- otot

Gambar 2.3 Gerakan menekuk lutut


4) Gerakan mengangkat kepala
Posisi awal : sama dengan nomor 1.
Gerakan: pasien diminta mengkontraksikan otot perut dan
memfleksikan kepala semampunya hingga terasa saja. Setiap
kontraksi ditahan 3 detik, kemudian lemas dan ulangi 3x
gerakan. Tujuan: penguatan otot-otot perut.
30

Gambar 2.4 Gerakan mengangkat kepala


5) Gerakan mengayunkan kaki
Posisi awal: Masih sama dengan sebelumnya.
Gerakan: Berbaring terlentang, kedua tangan lurus berada
disamping tubuh. Kepala dan leher dinaikkan dan kedua
tungkai melakukan gerakan seperti mengayun sepeda. Gerakan
dilakukan selama 3 detik.
Tujuan: Penguatan otot.

Gambar 2.5 Gerakan mengayunkan kaki


6) Gerakan stabilitas
Posisi awal: Posisi sama dengan sebelumnya. Kedua kaki
menekuk.
Gerakan: Kencangkan otot perut dan menjaga t angan tetap
lurus keatas. Perlahan-lahan, gerakkan tangan dan sentuh lantai
diatas kepala sampai terasa kontraksi. Gerakan ditahan 3 detik,
diulang 3x gerakan.
Tujuan: Peregangan otot.

Gambar 2.6 Gerakan stabilitas

Menurut Khasanah (2022), latihan Stretching Fleksi William dengan


durasi 15 menit selama 3 kali dalam seminggu di sore hari jam 15.00.
31

Sejalan dengan Fairuz (2018) latihan dilakukan 2-3 kali per minggu
dengan durasi 10-15 menit.

B. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan Sari et al., (2019) yang berjudul Pengaruh
Latihan Fleksi William Terhadap Skala Nyeri Punggung Bawah Pada
Pengrajin Ukiran Penelitian ini menggunakan desain quasi-eksperimental
bahwa kelompok kontrol pretest-posttest dilakukan pada 30 responden
yang telah dipilih dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara dengan skala nyeri punggung bawah dan
karakteristik responden. Hasil penelitian ini pada 15 sampel kelompok
perlakuan mengandung pengurangan yang signifikan dalam skala nyeri
punggung bawah, sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perubahan
signifikan dalam skala nyeri punggung bawah antara pretest dan posttest.
Uji normalitas data skala nyeri punggung bawah pretest dan posttest pada
kedua kelompok menunjukkan data berdistribusi normal sehingga
dilakukan analisis parametrik yaitu paired sampel t-test untuk
menganalisis perubahan skala nyeri punggung bawah pada masing -
masing kelompok. Berdasarkan data pretest rata-rata skala nyeri punggung
bawah kelompok perlakuan adalah 4,86 dan rata-rata skala nyeri punggung
bawah pretest pada kelompok kontrol adalah 5,20. Rata-rata skala nyeri
punggung bawah posttest pada kelompok perlakuan lebih rendah dari
kelompok kontrol. Rata - rata skala nyeri punggung bawah posttest pada
kelompok perlakuan adalah 1,73 dan rata-rata skala nyeri punggung bawah
posttest pada kelompok kontrol adalah 5,06. Hasil analisis disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skala nyeri punggung
bawah pretest dan posttest pada kelompok perlakuan (p=0,000). Hasil
analisis pada kelompok kontrol menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara skala nyeri punggung bawah pretest dan
posttest (p=0,499). Sedangkan uji independen sample t-test Berdasarkan
uji-t sampel independen, perbedaan ini signifikan secara statistik dengan
32

tingkat signifikansi p =0,000, itu berarti ada pengaruh latihan William


Flexion pada skala nyeri punggung bawah pada pengrajin.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Rohmatul Khasanah (2020) Yang
Berjudul Pengaruh Latihan Stretching Fleksi William Terhadap Tingkat
Nyeri Punggung Bawah Di Wilayah Kerja Puskesmas Geger. Jenis
penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis
penelitian Pre-eksperimental dengan One Group Pre-Post test design.
Populasi penelitian ini adalah seluruah orang yang memiliki riwayat
penyakit nyeri punggung di wilayah kerja Puskesmas Geger. Jumlah
sampel adalah 26 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data
dengan skala NRS. Teknik analisis menggunakan uji wilcoxon. Dilakukan
intervensi latihan stretching fleksi william tiga kali dalam seminggu.
sebelum diberikan latihan stretching fleksi william terhadap tingkat nyeri
punggung bawah yang mengalami nyeri berat sebanyak 9 responden
(34,6%), nyeri sedang sebanyak 14 responden (53,8%) dan skor nyeri
ringan sebanyak 3 responden (11,5%). Kemudian setelah dilakukan
intervensi latihan stretching fleksi william terhadap tingkat nyeri pada
nyeri punggung bawah setelah dilakukan observasi tingkat nyeri
didapatkan hasil yaitu tidak nyeri yaitu sebanyak 1 orang (3,8%), nyeri
ringan sebanyak 18 orang (69,2%) dan nyeri sedang sebanyak 7 orang
(26,9%). Pada pre dan post terdapat hubungan yang signifikan terhadap
tingkat nyeri pada nyeri punggung bawah dengan nilai p value = 0,000 ,
dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara latihan stretching
fleksi william terhadap tingkat nyeri punggung bawah di wilayah kerja
Puskesmas Geger.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Masyitah Wahab & Wahyuni (2021) yang
berjudul Pengaruh Latihan Fleksi William (Stretching) Terhadap Tingkat
Nyeri Punggung Bawah Pada Lansia. Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pra Eksperimen dengan pendekatan One
Group Pre test- Post test. Penelitian dilakukan pada 20 responden.
Instruen penelitian yang digunakan Numeric Rating Scale (NRS). Nilai
33

rata-rata tingkat nyeri pre test sebesar 4.35 tergolong tingkat nyeri sedang,
nilai standar deviasi sebesar 0.813 dengan tingakt nyeri terendah sebelum
diberikan latihan fleksi william (stretching) sebesar 2 dan tingkat nyeri
tertinggi sebesar 5. Rata-rata tingkat nyeri posttest sebesar 2.50 tergolong
tingkat nyeri ringan, nilai standar deviasi sebesar 1.100 dengan tingkat
nyeri terendah setelah diberikan latihan fleksi william (stretching) sebesar
1 dan tingkat nyeri tertinggi sebesar 5. Hasil analisis Uji t Berpasangan
mengenai pengaruh latihan fleksi wiliam (stretching) terhadap tingkat nyeri
punggung bawah pada Lansia dengan nilai pvalue = 0,000< 0,05, hal ini
menunjukkan Ho ditolak, sehingga disimpulkan ada terdapat pengaruh
latihan fleksi wiliam (stretching) terhadap tingkat nyeri punggung bawah
pada lansia di Posyandu Lansia Desa Bonra Kecamatan Mapilli
4. Penelitian yang dilakukan oleh Achmad Sidarto, Agung Hadi Endaryanto,
Dian Pitaloka Priasmoro , Achmad Abdullah (2022) pengaruh pemberian
william flexion exercise terhadap LBP miogenik pada karyawan kantor
pusat PT. Nusantara Medika Utama. Penelitian ini bersifat eksperimen
dengan menggunakan One Group Pretest and Posttest. Metode One
Group Pretest and Posttest dipilih karena hanya satu kelompok yang
diambil sebagai subyek penelitian tanpa dibandingkan dengan kelompok
yang lain. Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel berupa
Purposive sampling. Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan PT
NMU yang berjumlah 50 orang. Sampel populasi yang diambil sejumlah
30 orang karyawan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di dalam
penelitian ini. Pengukuran nyeri menggunakan alat ukur Visual Analog
Scale (VAS). Adanya penurunan nyeri pre dan post test sesudah dilakukan
William Flexion Exercise sebesar 4,0 dan dengan nilai p= 0,001 < 0,005.
Sehingga dapat disimpulkan adanya pengaruh pemberian William Flexion
Exercise terhadap penurunan nyeri pada pasien low back pain myogenik.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari & Nani, (2020) yang berjudul
pengaruh fleksi william terhadap tingkat nyeri punggung bawah pada
perawat pelaksana di Medan. Jenis penelitian ini adalah quasi-experiment
dengan bentuk rancangan quasi pretest postest design. Jumlah sampel
34

sebanyak 39 orang yang diambil dari teknik purposive sampling. Rata-rata


skala tingka nyeri sebelum diberikan latihan fleksi Willam didapatkan nilai
mean adalah 3,82, standar deviasi 1,211. Rata-rata skala tingkat nyeri
sesudah diberikan latihan fleksi william didapatkan nilai mean adalah 2,59,
standar deviasi 1,250. Hasil uji statistik menggunakan paired samples T-
test didapatkan nilai p value 0,000 (p < 0,05) menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan latihan
fleksi Willam terhadap nyeri punggung bawah.

C. Kerangka Teori
Skema 2.1 Kerangka Teori

Penyakit akibat kerja Etiologi Low back Low Back Pain (LBP)
terjadi karena perawat pain : Nyeri punggung adalah rasa nyeri yang
tidak menerapkan postur bawah nonspesifik dan dirasakan pada punggung
tubuh atau sikap kerja yang Nyeri punggung bawah yang sumbernya
ergonomis bawah spesifik adalah tulang belakang
daerah spinal (punggung
bawah), otot, syaraf, dan
Tanda dan gejala: struktur lainnya yang ada
Nyeri sepanjang tulang Low back pain disekitar tersebut
belakang, leher, sulit
berdiri tegak Komplikasi: Nyeri,
Penatalaksanaan spasme, dan kelemahan
Indeks massa tubuh (IMT) otot, Kekakuan, Rasa baal
(mati rasa),kelemahan,
kesemutan, inkontinesia,
kelumpuhan
Penatalaksanaan nonfarmakologi: manipulasi
spinal, tirah baring, korset lumbal, kompres
hangat, terapi infrared, TENS (transcutaneous Farmakologi : Obat anti
Electrical Nerves Stimulation), akupuntur, inflamasi non steroid
Terapi latihan ; William Flexion Exercise (OAINS),obat golongan
gabapentinoid,Golongan
muscle relaxants.

William Flexion Exercise dilakukan dengan durasi 15


menit selama 3 kali dalam seminggu
35

Selama melakukan latihan peregangan fleksi william terutama gerakan pelvic tilting pada
posisi terlentang maka aktivitas EMG pada otot-otot area lumbal dan sacral menurun
yang berarti kontraksi otot juga berkurang. Dengan berkurangnya kontraksi otot-otot
lumbal dan sacral maka spasme akan menurun. Muscle spindle yang teraktivasi saat
melakukan stretching. Muscle spindle akan mengirimkan sinyal ke otak untuk membuat
otot tersebut berkontraksi sebagi bentuk pertahanan dan mencegah cidera

Nyeri long back pain berurang Nyeri low back pain tidak berkurang

Sumber : Akhriansyah et al., (2023) ; Abdel,( 2016); Andarmoyo (2013);


Marhamah (2021); Herfina, (2021); Sitepu & Sinaga (2015); Shanthanna,
(2016);Tiaranita, (2013).
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL & HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan formulasi atau simplifikasi dari kerangka teori
atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Oleh sebab itu, kerangka
konsep ini terdiri dari variabel-variabel serta hubungan variabel yang satu
dengan yang lain. Adanya kerangka konsep akan mengarahkan kita untuk
menganalisis hasil penelitian (Notoatmodjo, 2018).
Penelitian ini melibatkan dua variabel. Variabel adalah atribut objek yang
akan diukur atau diamati yang sifatnya bervariasi anara satu obek ke objek
lainnya (Sutriyawan, 2021)
1. Variabel independen (Variabel bebas)
Variabel independen atau disebut juga variabel bebas adalah variabel yang
menjadi keterangan situasi masalah atau yang dapat mempengaruhi
(menjadi sebab) perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat)
(Sutriyawan, 2021).
Variabel independen dalam penelitian ini afalah senam peregangan Feksi
William.
2. Variabel dependen (Variabel terkait)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel independen (bebas) (Sutriyawan, 2021).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat nyeri low back pain
(LBP).

36
37

Skema 3.1 Kerangka Konsep


Variabel Independen Variabel Dependen
Variabel Independen
Peregangan Fleksi Tingkat Nyeri Low back pain
William (LBP)

Karakteristik Responden
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Masa kerja
4. Indeks massa tubuh (IMT)

Keterangan : : variabel yang akan diteliti

----- : variabel yang tidak diteliti namun dikontrol dalam

kriteria inklusi dan eksklusi serta dikontrol pada

saat penelitian berlangsung

B. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2020). Dalam pengujiannya hipotesis
dijumpai ada dua jenis hipotesis, yaitu hipotesis nol (Ho) dan hipotesis
alternative (Ha). menurut (Luknis & Hastono, 2018) hipotesis berarti
penyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya dengan melakukan
pengujian hipotesis. Ada dua jenis pengujian hipotesis yaitu, hipotesis nol
(H0) dan hipotesis alternative (Ha). Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang
digunakan untuk melakukan pengukuran statistic dan interpretasi hasil
statistic. Hipotesis nol (H0) menyatakan tidak adanya perbedaan atau
hubungan antara dua kelompok atau variabel satu dengan variabel lain.
Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis penelitian yang
menyatakan adanya perbedaan, pengaruh, atau hubungan suatu kejadian antara
38

kedua kelompok atau variabel satu dengan variabel lainnya yang bersifat
sederhana atau kompleks.
Sesuai dengan tujuan dari penelitian, dapat dirumuskan hipotesis penelitian
adalah:
Pengaruh Senam Peregangan Fleksi William Terhadap Tingkat Nyeri Low
back Pain (LBP) pada Perawat IGD RS. Pusat Pertamina.
Ho : Tidak ada pengaruh senam peregangan fleksi William terhadap skala
nyeri Low Back Pain pada perawat IGD RS. Pusat Pertamina.
Ha : Ada pengaruh senam peregangan fleksi William terhadap skala nyeri
Low Back Pain pada perawat IGD RS. Pusat Pertamina

C. Definisi Operasional
Menurut Notoatmodjo, (2018) definisi operasional adalah uraian batasan
antara variabel yang akan diteliti, diamati atau tentang apa yang akan diukur
oleh variabel bersangkutan. Definisi operasional bermanfaat untuk
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel variabel
serta pengembangan intrumen (alat ukur).

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Cara Skala
Alat Ukur Hasil Ukur
Penelitian Operasional Ukur Ukur
Variabel Independent
Senam Gerakan Responden 1. Matras 1. Diberikan Nominal
peregangan peregangan melakukan 2. SOP intervensi
Fleksi william pada otot senam senam senam
dan fasia di peregangan peregan peregangan
daerah Fleksi gan Flexi
lumbal william Fleksi William
dengan waktu 15 Willia 2.Tidak
memadukan menit m diberikan
teknik dengan 3. Video intervensi
pernafasan frekuensi 3 tutorial senam
39

kali dalam 4. Laptop peregangan


1 minggu dan Flexi
tiap sore sound William
hari system

Variabel Dependent
Tingkat nyeri Suatu Nyeri bisa 1. Mengguna 1. Mean Interval
low back pain pengalaman di ukur kan nyeri low
sensorik dengan cara Lembar back
dan Numeric observasi pain pada
emosional Rating nyeri kelompo
yang tidak Scale Numeric k
menyenang (NRS) Rating intervensi
kan dan sesudah Scale adalah
berhubunga intervensi (NRS). 0,80
n dengan pada kedua 2. Memakai 2. Mean
kerusakan kelompok Alat tulis nyeri low
jaringan back
aktual pain pada
maupun kelompo
potensial. k kontrol
Yang di adalah
akibatkan 0,93
oleh cedera
otot pada
bagian
punggung
belakang di
karenakan
postur
tubuh tidak
ergonomis
40

Karakteristik responden
Usia Lama waktu Kusioner Responden 1.Usia 19-44 Ordinal
hidup yang (usia) mengisi tahun =
dijalani kuesioner Usia
responden Dewasa.
sampai sat 2.Usia 45-59
pengisian tahun = Pra
kuisioner lanjut usia
(Permenkes,
2016)
Jenis kelamin Identitas Kuesioner Responden 1. laki-laki Nominal
seksual (jenis mengisi 2. perempuan
responden kelamin) kuesioner
yang berupa ceklist
dibedakan
secara
biologis
Masa kerja Dihitung Kuesioner Responden 1.  1 tahun Interval
sejak berisi lama mengisi 2. 2 - 5 tahun
seseorang bekerja kuesioner 3. 6 – 10
bekerja berupa ceklist tahun
pertama kali 4. > 10 tahun
di
perusahaan
Indeks massa Pengukuran Kuesioner Responden 1. <18,5 = Ordinal
tubuh (IMT) untuk berisi mengisi berat berat
menentukan berat badan dan badan
berat badan badan dan tinggi badan kurang
ideal tinggi (underwei
dengan cara badan ght)
membagi 2. 18,5-22,9
41

berat badan = berat


dengan badan
tinggi badan normal
kuadrat. 3. 23-24,9
kelebihan
berat
badan
(overweig
ht) dengan
resiko
4. 25-29,9 =
obesitas I
5. ≥ 30 =
obesitas II
(Kemenkes,
2018)
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan sebagai rencana, struktur dan strategi
penyelidikan yang hendak dilakukan guna mendapatkan jawaban dari
pertanyaan atau permasalahan penelitian. Rencana tersebut merupakan
skema atau program lengkap dari sebuah penelitian, mulai dari
penyusunan hipotesis yang berimplikasi pada cara, prosedur penelitian dan
pengumpulan data sampai dengan analisis data (Adiputra et al., 2021).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah Quasi
experimental design. Quasi experimental design adalah peneliti dapat
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen.
Ciri utama dari true experimental design adalah bahwa sampel yang
digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil
secara random dari populasi tertentu (Sugiyono,2020). Rancangan
penelitian menggunakan posttest only control design. Posttest only control
design adalah terdapat dua kelompok yang dipilih secara random,
kemudian di bandingkan perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol (Sugiyono, 2019).

R X O1
R O2
Skema 4.1 posttest only control design (Sugiyono, 2019)

Keterangan :
R : Responden penelitian
01 : Post test kelompok perlakuan
02 : Post test kelompok kontrol
X : Uji coba/intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protokol

42
43

B. Populasi, Sample dan Teknik Pengambilan Sample


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi objek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penentuan populasi
merupakan tahapan penting dalam penelitian serta dapat memberikan
informasi atau data yang berguna bagi suatu penelitian (Sugiyono,
2014). Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah perawat
IGD RS Pusat Pertamina sebanyak 30 responden.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2018). Menurut (Sani, 2018), jumlah sampel
untuk penelitian eksperimental minimal 15 sampel. Jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 30 responden. Dimana tiap kelompok
intervensi jumlah responden sebanyak 15 responden dan kelompok
kontrol sebanyak 15 rsponden. Pada penelitian ini semua responden
dapat mengikuti proses pelaksanaan penelitian dari awal sampai akhir
penelitian.
3. Teknik pengambilan sampling (sampel)
Pada penelitian ini, teknik pengambilan sample yang digunakan
peneliti nonprobability sampling dengan Total sampling. Total
sampling adalah teknik sampling yang mengambil semua anggota
populasi sebagai responden atau partisipan dalam penelitian
(Swarjana,2023).
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
a) Kriteria Inklusi
1) Bersedia menjadi responden
2) Memiliki Riwayat penyakit LBP
b) Kriteria eksklusi:
1) Responden yang menderita komplikasi tulang belakang
(adanya fraktur, kelainan atau penyakit tulang belakang).
44

C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruangan IGD RSPP. Peneliti memilih lokasi ini
karena di ruangan IGD ini peneliti bertugas, dan 90% perawatnya
mempunyai keluhan Low Back Pain (LBP) dan belum ada penelitian
sebelumnya yang meneliti pengaruh senam peregangan Fleksi William
terhadap skala nyeri LowBack Pain (LBP) pada perawat IGD RS Pusat
Pertamina.

D. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukkan mulai dari persiapan, pelaksanaan dan
penyusunan laporan penelitian yaitu bulan Oktober 2023 – Januari 2024.
Sedangkan pelaksanaan atau intervensi penelitian dilakukkan selama tiga
kali dalam seminggu.

E. Etika Penelitian
Etika penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Benefience
a. Bebas dari bahaya
Peneliti dalam melaksanakan penelitian meyakinkan kepada
responden bahwa penelitian dilakukan tidak menggunakan bahan
yang berbahaya. Peneliti menginformasikan dalam penelitian ini
seperti gerakan senam yang dapat dilakukan sehari-hari.
b. Bebas dari eksploitasi
Peneliti meyakinkan kepada responden bahwa partisipasinya dalam
penelitian atau informasi yang telah di berikan, tidak akan di
pergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan responden dalam
bentuk apapun.
c. Resiko (benefits ratio)
Peneliti menjelasakan kepada responden antara manfaat dan
mempertimbangkan resiko yang akan terjadi dalam penelitian.
45

Peneliti telah menginformasikan manfaat dari senam peregangan


william exercise dapat mengurangi nyeri pada low back pain.
2. Menghargai Martabat Manusia
a. Hak untuk menetapkan diri (self determination)
Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa responden
mempunyai hak untuk memutuskan apakah bersedia menjadi
responden atau tidak, tanpa adanya sanksi. Responden berhak
untuk bersedia atau menolak dalam mengikuti penelitian ini.
b. Hak untuk mendapatkan penjelasan lengkap (full disclosure)
Peneliti secara penuh menjelaskan tentang prosedur penelitian,
tindakan yang akan di lakukan dan bahan yang di gunakan dalam
penelitian. Pada (informed consent) juga di cantumkan bahwa data
yang diperoleh hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.
3. Mendapatkan Keadilan
a. Hak mendapatkan perlakuan yang adil
Peneliti memperlakukan responden secara adil dalam pemberian
peregangan fleksi william dan mengukur tingkat nyeri low back
pain baik sebelum, selama dan setelah keikutsertaannya dalam
penelitian tanpa adanya diskriminasi.
b. Hak untuk dijaga kerahasiannya (privacy)
Peneliti memastikan kepada responden bahwa data yang di berikan
dirahasiakan, hanya responden dan peneliti yang tahu akan
kebenaran data responden dan menejelaskan bahwa setiap
informasi yang didapat dari responden untuk kepentingan
penelitian. Selama pengisian data, peneliti dan asisten peneliti
hanya mencantumkan nama inisial bukan nama lengkap.

F. Alat Pengumpulan Data / Instrumen Penelitian


1. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2013) alat pengumpulan data adalah alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan
46

mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan


dapat dipermudah. Instrumen penelitian adalah alat-alat yang
digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2018). Instrumen
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Kuesioner karakteristik responden.
b. Instrumen Untuk Senam peregangan Fleksi William
Alat yang di gunakan adalah: Matras, Sop senam peregangan fleksi
William, Video tutorial, laptop dan sound system
c. Instrumen Untuk menilai skala nyeri, kuisioner metode NRS.
Untuk menilai Numeric Rating Score dengan keterangan sebagai
berikut
1) Nilai 0 = Tidak nyeri
2) Nilai 1 - 3 = Nyeri ringan
3) Nilai 4 - 6= Nyeri sedang
4) Nilai 7 – 9 = Nyeri berat
5) Nilai 10 = Nyeri sangat berat
Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dan realibilitas karena
alat atau instrumen yang di pakai peneliti hanya lembar observasi penilaian
tingkat nyeri dan SOP Peregangan Fleksi William.

G. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini
dibagi menjadi dua teknik yaitu secara administratif dan secara teknis yang
dijelaskan sebagai berikut:
1. Prosedur Administratif
a. Membuat dan menyerahkan surat permohonan izin untuk
melakukkan survey pendahuluan dan penelitian kepada ketua
STIKes PERTAMEDIKA
b. Peneliti menyerahkan surat ijin penelitian dari ketua STIKes
PERTAMEDIKA kepada Dr. Neny Herawati, MKKK, selaku
Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP).
47

c. Setelah mendapatkan ijin, penelitii menemui HOOD IGD RSPP


untuk menjelasakan maksud dan tujuan penelilitian.

2. Prosedur teknis
a. Peneliti mendapatkan data dari hasil wawancara perawat IGD RSPP.
b. Peneliti menggunakan asisten peneliti untuk penelitian ini dengan
kriteria asisten ahli yaitu perawat senior yang sudah memiliki Gelar
D3 keperawatan yang sudah memahami tentang metode dan SOP
senam peregangan fleksi willian dan melakukan pengukuran tingakt
nyeri low back pain pada kelompok intervensi. Asisten peneliti
memahami pengukuran tingkat nyeri low back pain pada kelompok
kontrol
c. Peneliti mengidentifikasi responden yang akan dijadikan sampel
berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi.
d. Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian ini
kepada responden, dalam pelaksaan penelitian intervensi senam
peregangan Fleksi Williami dilaukan 3 kali selama 1 minggu (senin-
Kamis-Minggu) dan sesuai shift responden bila shift pagi jam 08.00
WIB, shift siang jam 14.00 WIB, shift malam jam 20.00 WIB.
e. Peneliti membagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok Kontrol
sebanyak 15 responden dan kelompok Intervensi sebanyak 15
responden.
f. Pada responden yang bersedia mengikuti penelitian maka peneliti
membagikan lembar persetujuan atau inform consent untuk di baca,
diisi dan ditanda tangani.
g. Setelah responden setuju, responden mengisi kuesioner berupa
identitas responden berupa nama responden (inisial), usia, jenis
kelamin, lama bekerja.
h. Peneliti memeriksa kelengkapan kuesioner yang telah diisi oleh
responden.
i. Pada hari ke-1 dimana saat pengambilan sampel penelitian, peneliti
dan asisten peneliti langsung memberikan intervensi senam
48

peregangan Fleksi Williami pada kelompok kelompok interevnsi di


hari Senin shift pagi jam 08.00 sebanyak 5 responden, shift siang
jam 14.00 WIB sebanyak 5 responden dan shift malam jam 20.00
WIB sebanyak 5 responden.
j. Hari ke 2-3 responden pada kelompok intervensi tidak diberikan
intervensi senam peregangan Fleksi William.
k. Pada hari ke-4 peneliti dan asisten peneliti memberikan intervensi
senam peregangan Fleksi William pada kelompok intervensi di hari
Kamis shift pagi jam 08.00 sebanyak 5 responden, shift siang jam
14.00 WIB sebanyak 5 responden dan shift malam jam 20.00 WIB
sebanyak 5 responden.
l. Pada hari ke 5-6 responden pada kelompok intervensi tidak
diberikan intervensi senam peregangan Fleksi William.
m. Pada hari ke-7 peneliti dan asisten peneliti memberikan intervensi
senam peregangan Fleksi Williami pada kelompok interevensi di hari
minggu shift pagi jam 08.00 sebanyak 5 responden, shift siang jam
14.00 WIB sebanyak 5 responden dan shift malam jam 20.00 WIB
sebanyak 5 responden.
n. Pada hari ke-8 peneliti dan asisten peneliti melakukan pengukuran
skala nyeri menggunakan numeric rating scale pada setelah
dilakukan intervensi senam peregangan Fleksi William dan pada
kelompok kontrol
o. Hasil pengukuran di catat didalam lembar observasi.
p. Setelah selesai melakukan penelitian ini, peneliti memebrikan hadiah
kepada responden berupa bingkisan sebagai tanda terima kasih telah
bersedia menjadi reponden dalam penelitian ini.

H. Pengolahan Data dan Analisa Data


1. Teknik pengolahan data
Langkah-langkah pengolahan data penelitian adalah sebagai berikut:
a. Editing
49

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian


formulir atau kuesioner. Hasil wawancara, angket atau pengamatan
drai lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih
dahulu (Sutriyawan,2021). Pada tahap ini dilakukan penegcekan
kelengkapan isian, hasil pengkajian dan evaluasi tingkat nyeri.
b. Coding
Coding merupakan lembaran atau kode berisi nomor responden
dan nomor-nomor pertayaan. Koding atau pemberian kode ini
sangat berguna dalam memasukkan data (data entry)
(Sutriyawan,2021).
Pemberian koding dalam penelitian diantaranya:
1) Usia:
a) Usia 19-44 tahun = Usia Dewasa.
b) Usia 45-59 tahun = Pra lanjut usia.
2) Jenis kelamin
a) Laki-laki diberi koding 1
b) Perempuan diberi koding 2
3) Masa kerja
a) Masa kerja  1 tahun diberi koding 1
b) Masa kerja 2 - 5 tahun diberi koding 2
c) Masa kerja 6 – 10 tahun diberi koding 3
d) Masa kerja > 10 tahun diberi koding 4
4) IMT
a) <18,5 = berat badan kurang (underweight) diberi koding 1
b) 18,5-22,9 = berat badan normal diberi koding 2
c) 23-24,9 kelebihan berat badan (overweight) dengan resiko
diberi koding 3
d) 25-29,9 = obesitas I diberi koding 4
e) ≥ 30 = obesitas II diberi koding 5
5) Kelompok intervensi diberi koding 1
6) Kelompok kontrol diberi koding 2
c. Data Entry
50

Data entry adalah mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak


lembaran kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-
masing pertanyaan. Jawaban-jawaban dari masing-masing
responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf)
dimasukkan ke dalam program atau software komputer
(Sutriyawan,2021). Peneliti memasukkan data satu persatu ke
komputer untuk keperluan analisis menggunakan program
komputer.
d. Cleaning
Semua data dari setiap sumber data atau respondenselesai
dimasukkan, perlu dicek kembaliuntuk melihat kemungkinan
adanya kesalahan kode ketidaklengkapan, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi (Sutriyawan,2021). Proses membersihkan
data untuk memastikan data telah benar dengan cara mengecek
kembali apakah ada kesalahan atau tidak, untuk selanjutnya
dianalisis menggunakan komputer.
e. Tabulating
Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan
penelitianyang diinginkan oleh peneliti. Pada tahap ini setelah data
di analisis menggunakan program komputer selanjutnya hasil
analisis akan di tampilkan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

2. Analisa data
a. Hasil uji Normalitas
Menurut Wardana (2020) uji normalitas merupakan uji untuk
mengukur apakah data memiliki distribusi mormal sehingga dapat
dipakai dalam statistik parametrik. Salah satu untuk uji normalitas
menggunakan skewness. Pada penelitian ini menggunakan uji
skewness. Metode pertama adalah menghitung rasio skewness,
yaitu, dengan membagi nilai skewness dengan nilai standar error
skewness. Uji normalitas menggunakan nilai skewness dengan
keputusan uji bila hasil ukur didapatkan nilai -2 sampai dengan +2
51

maka data dinyatakan berdistribusi normal dapat diujikan dengan


uji parametrik.
Rumus Skewness sebagai berikut :

Keterangan:
Sk : Koefisien Skewness
X̅ : Rata-rata
Mo : Modus
S : Simpangan baku
Sebelum menentukan uji statistic maka peneliti terlebih dahulu
melakukan uji normalitas data. Uji normalitas menggunakan nilai
Z skewness dengan keputusan uji -2 sampai dengan +2 maka data
berdistribusi normal. Bila data berdistribusi normal maka uji
statistik yang digunakan oleh peneliti yaitu uji parametrik dengan
independent t test, salah satu syarat menggunakan independent t
test adalah distribusi data yang normal. Bila data berdistribusi tidak
normal maka uji statistic menggunakan uji nonparametric dengan
Main whitney.
Tabel 4.1
Hasil normalitas variabel tingkat nyeri pada perawat low back pain
di IGD RS Pusat Pertamina tahun 2024 (n=30)

Variabel Kelompok Skewnes Std Hasi Keterangan


s error l
Intensita Kelompok 0.383 0.58 0.66 Data
s nyeri intervensi 0 berdistribus
senam i normal
pereganga
n Fleksi
William
Kelompok 0,859 0.58 1,48 Data
kontrol 0 berdistribus
52

tidak i normal
dilakukan
senam
pereganga
n Fleksi
William

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa tingkat nyeri pada kelompok


intervensi senam peregangan Fleksi William dan kelompok kontrol
menunjukkan data berdistribusi normal dimana nlai Z skewness
berada diantara -1 sampai +2 maka uji statistik menggunakan uji
parametrik yaitu independent t test.

b. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan pada suatu variabel dari hasil
penelitian,yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam
analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap
variabel yang diteliti (Notoatmodjo,2018). Bentuknya tergantung
dari jenis datanya. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah proporsi dari distribusi frekuensi untuk karakteristik
responden (usia, jenis kelamin, lama bekerja dan indeks massa
tubuh (IMT)). Untuk data numeric digunakan nilai mean (rata-
rata), standar deviasi, minimal dan maksimal.

Distribusi frekuensi menggunakan rumus :


Distribusi Frekuensi
X
F= x 100%
N
Keterangan:
F = Frekuensi
X = Jumlah Data
N = Jumlah populasi
53

Menurut Swarjana (2022), untuk mengetahui gambaran rerata


menggunakan rumus sebagai berikut :
1) Mean
Mean adalah hasil penjumlahan semua nilai observasi dibagi
dengan banyaknya observasi.
Rumus :

x= Xi
n
Keterangan:

× = Penjumlahan unsur pada variabel

n = jumlah subjek
2) Standar deviasi
Standar deviasi adalah akar kuadrat dari variance.

c. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independent dengan variabel dependen, apakah variabel tersebut
mempunyai hubungan yang signifikan atau hanya hubungan secara
kebetulan (Oktovina, 2021).
Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian ini menggunakan uji
parametric yaitu independent t test.
Uji Parametrik
Independent t Test
54

Independent t Test merupakan uji parametrik yang tujuannya untuk


menguji perbedaan rata-rata dua kelompok data independen atau untuk
membandingkan nilai mean dua kelompok data independen
(Sutriyawan, 2021). Menurut Ismail, (2018), rumus untuk menentukan
perbedaan atau pengaruh dengan menggunakna uji t dua sampel
independen pada jumlah sampel yang sama sebagai berikut :

T = lambang t test
Ȳ1 = skor rata-rata pada kelompok 1
Ȳ2 = skor rata-rata pada kelompok 2
S Ȳ1= standar error pada kelompok 1
S Ȳ1= standar error pada kelompok 2
Keputusan uji :
Jika probabilitas >0,05, Ho diterima, artinya Tidak ada pengaruh
senam peregangan fleksi William terhadap skala nyeri low back pain
pada perawat IGD RS. Pusat Pertamina.
Jika probabilitas  0,05, Ho ditolak, artinya Adanya pengaruh senam
peregangan fleksi William terhadap skala nyeri low back pain pada
perawat IGD RS. Pusat Pertamina.
BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden
a. Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia yang mengalami tingkat
nyeri low back pain (LBP) di IGD RS Pusat Pertamina
Tabel 5.1
Distribusi usia responden di IGD RS Pusat Pertamina tahun 2024
(n=30)

Usia Jumlah (n) Persentase (%)


Usia dewasa 14 46,7
Pra lanjut usia 16 53,3
Total 30 100

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan usia


diperoleh berusia pra lanjut usia sebanyak 16 responden (53,3%),
sedangkan usia dewasa sebanyak 14 responden (46,7%). Hal ini
menunjukkan bahwa responden berusia pra lanjut usia lebih banyak
dibanding responden berusia usia dewasa.

b. Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang mengalami
tingkat nyeri low back pain (LBP) di IGD RS Pusat Pertamina

Tabel 5.2
Distribusi jenis kelamin responden di IGD RS Pusat Pertamina
tahun 2024 (n=30)

Jenis kelamin Jumlah (n) Persentase (%)


Laki-laki 17 56,7
Perempuan 13 43,3
Total 30 100
57

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan jenis


kelamin diperoleh berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17 responden
(56,7%), sedangkan perempuan sebanyak 13 responden (43,3%). Hal
ini menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki lebih
banyak dibanding responden perempuan.

c. Masa kerja
Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja yang mengalami
tingkat nyeri low back pain (LBP) di IGD RS Pusat Pertamina
Tabel 5.3
Distribusi masa kerja responden di IGD RS Pusat Pertamina
tahun 2024 (n=30)

Masa Kerja Jumlah (n) Persentase (%)


≤ 1 tahun 2 6,7
2-5 tahun 5 16,7
6-9 tahun 1 3,3
≥ 10 tahun 22 73,3
Total 30 100

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan masa


kerja diperoleh ≥ 10 tahun sebanyak 22 responden (73,3%), 2-5 tahun
sebanyak 5 responden (16,7%), ≤ 1 tahun sebanyak 2 responden
(6,7%) dan 6-9 tahun sebanyak 1 responden (3,3%). Hal ini
menunjukkan bahwa responden dengan masa kerja ≥ 10 tahun lebih
banyak dibandingkan dengan < 10 tahun.

d. Indeks Massa Tubuh (IMT)


Karakteristik responden berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) yang
mengalami tingkat nyeri low back pain (LBP) di IGD RS Pusat
Pertamina

Tabel 5.4
58

Distribusi indeks massa tubuh (IMT) responden di IGD RS Pusat


Pertamina tahun 2024 (n=30)

Indeks massa tubuh (IMT) Jumlah Persentase


(n) (%)
Berat badan kurang 1 3,3
(underweight)
Berat badan normal 4 13,3
Kelebihan berat badan 8 26,7
(overweight) dengan resiko
Obesitas I 11 36,7
Obesitas II 6 20,0
Total 30 100

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan


indeks massa tubuh (IMT) diperoleh obesitas II sebanyak 11
responden (36,7%), kelebihan berat badan (overweight) dengan resiko
sebanyak 8 responden (26,7%), berat badan normal sebanyak 4
responden (13,3%) dan berat badan kurang (underweight) sebanyak 1
responden (3,3%). Hal ini menunjukkan bahwa paling banyak
responden memiliki obesitas II.

e. Rata-rata tingkat nyeri low back pain (LBP) pada perawat


kelompok intervensi senam peregangan fleksi william
Tabel 5.5
Rata-rata tingkat nyeri low back pain (LBP) pada perawat sesudah
diberikan intervensi senam peregangan fleksi william di IGD RS Pusat
Pertamina tahun 2024 (n=15)

Tingkat Mean Standar Min-Max 95% CI


nyeri Deviasi
Kelompok
0,80 0,775 0-2 0.37 – 1,23
intervensi

Tabel 5.5 menunjukkan di dapatkan rata-rata tingkat nyeri pada


perawat setelah diberikan intervensi senam peregangan fleksi william
adalah mean 0,80 dengan standar deviasi 0,775. Tingkat nyeri
59

terendah adalah 0 dan tertinggi 2. Hasil analisis dapat disimpulkan


bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata tingkat nyeri berada diantaar
0,37 sampai dengan 1,23.

f. Rata-rata tingkat nyeri low back pain (LBP) pada perawat


kelompok kontrol
Tabel 5.6
Rata-rata tingkat nyeri low back pain (LBP) pada perawat kelompok
kontrol di IGD RS Pusat Pertamina tahun 2024 (n=15)

Tingkat Mean Standar Min-Max 95% CI


nyeri Deviasi
Kelompok
0,93 0,884 0-3 0,44 – 1,42
kontrol

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat nyeri pada perawat


kelompok kontrol adalah mean 0,93 dengan standar deviasi 0,884.
Tingkat nyeri terendah adalah 0 dan tertinggi 3. Hasil analisis dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata tingkat nyeri berada
diantaar 0,44 sampai dengan 1,42.

B. Analisa Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menguji efektifitas senam peregangan fleksi
william terhadap tingkat nyeri low back pain (LBP). Untuk menentukan
melihat pengaruh efektifitas pada variabel independen terhadap variabel
dependen digunakan uji independent t test dengan ketentuan p value > 0,05
dapat disimpulkan Ho ditolak, jika p value ≤ 0,05 dapat disimpulkan Ho
diterima.

1. Perbedaan tingkat nyeri low back Pain (LBP) kelompok intervensi dan
kelompok kontrol pada Perawat di IGD RS. Pusat Pertamina
Tabel 5.7
Selisih Tingkat Nyeri Low back Pain (LBP) kelompok intervensi dan
kelompok kontrol pada Perawat di IGD RS. Pusat Pertamina tahun
2024 (n=30)
60

Kelompok Mean Selisih


Kelompok intervensi 0,80
0,13
Kelompok kontrol 0,93

Table 5.7 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat nyeri pada kelompok


intervensi senam peregangan Fleksi William adalah 0,80 dan rata-rata
tingkat nyeri kelompok kontrol adalah 0,93. Selisih tingkat nyeri dari
kelompok intervensi senam peregangan Fleksi William adalah 0,13.

2. Pengaruh Senam Peregangan Fleksi William Terhadap Tingkat Nyeri Low


back Pain (LBP) pada Perawat IGD RS. Pusat Pertamina

Tabel 5.8
Analisa pengaruh Senam Peregangan Fleksi William Terhadap Tingkat
Nyeri Low back Pain (LBP) pada Perawat IGD RS. Pusat Pertamina
tahun 2024 (n=30)

Kelompok Mean SD P value


Kelompok 0,80 0,775 0,664
intervensi
Kelompok 0,93 0,884
kontrol

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat nyeri pada kelompok


intervensi senam peregangan fleksi william adalah 0,80 dengan standar
deviasi 0,775. Dan rata-rata tingkat nyeri kelompok kontrol adalah 0,93
dengan standar deviasi 0,775. Hasil independent t test di dapatkan p value
0,664 (p>0,05), artinya secara statistik tidak ada pengaruh senam
peregangan fleksi william terhadap tingkat nyeri low back pain (LBP) pada
perawat IGD RS. Pusat Pertamina.
BAB VI
PEMBAHASAN

A. Interpretasi hasil penelitian dan diskusi hasil


1. Analisa Univariat
a. Karakteristik responden
1) Usia
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berusia pra lanjut usia yaitu sebanyak 16 responden (53,3%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Achmad Sidarto, et al (2022) yang berjudul “Pengaruh Pemberian
William Flexion Exercise Terhadap LBP Miogenik Pada Karyawan
Kantor Pusat PT. Nusantara Medika Utama” didapatkan usia 25-40
tahun sebanyak 5 orang dan usia 41-58 tahun sebanyak 25 orang.
Penelitian didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Septiyanti
et al., (2022) didapatkan rata-rata usia pada kelompok interevnsi
dengan usia 40 tahun dan kelompok kontrol berusia 39 tahun.

Pada usia ≥ 30 terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan,


pergantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan.
Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi
berkurang. Pertambahan umur seseorang akan disertai dengan
penurunan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional. Salah satu
gejala proses penuaan adalah terjadinya degenerasi tulang, yang
dapat meningkatkan risiko nyeri punggung bawah. Hal ini terjadi
pada saat seseorang berusia 40 tahun ke atas, sehingga kemampuan
kerjanya menurun (Olviana, Saftarina, & Wintoko, 2013 dalam
Sari et al., 2019). Usia memiliki hubungan yang sangat erat dengan
keluhan otot, terutama otot leher dan bahu. Pada usia 50-60 tahun,
kekuatan otot menurun 25%, kemampuan sensorik-motorik
menurun 60%, dan kemampuan fisik seseorang yang berusia >60

62
63

tahun akan menurun 50% dari seseorang yang berusia 25 tahun


(Kreiner & Matz, 2020).

Menurut analisa peneliti sebagian besar responden pada usia pra


lanjut usia, hal ini dikarenakan penempatan perawat IGD di RS
Pusat Pertamina yang sudah berpengalaman menangani kasus-
kasus kegawatdaruratan, sesuai keahlian dalam menangani
kegawatdaruratan dan minimal bekerja 1 tahun di ruang rawat inap.

2) Jenis kelamin
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17 responden (56,7%).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Lestari & Nani, (2020) yang berjudul pengaruh fleksi william
terhadap tingkat nyeri punggung bawah pada perawat pelaksana di
Medan didapatkan mayoritas responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 35 orang (89,7%). Penelitian tersebut
didukung oleh Sidarto et,al (2020) didapatkan hasil penelitian yang
mengalami nyeri low back pain pada Karyawan Kantor Pusat PT.
Nusantara Medika Utama lebih banyak perempuan sebanyak 18
orang (60%).

Secara fisik pada umumnya laki-laki diberi bentuk yang lebih kuat
dan lebih perkasa daripada perempuan yang pada umumnya diberi
sikap lemah lembut dan gemulai. Laki-laki identik dengan
ketegasan dan keperkasaan. Laki-laki memiliki kestabilitas
emosional lebih tinggi di banding perempuan. Laki-laki memiliki
kesadaran terhadap aturan dan kewaspadaan (Iqbal & Fawzea,
2020)
64

Menurut analisa peneliti sebagian besar berjenis kelamin laki-laki,


karena dilihat dari aspek Case Manager yang di perlukan sesuai
dengan karkteristik pelayanan di ruangan IGD dilihat dari
pertimbangan secara fisik dan tindakan yang banyak di lakukan
cukup berat baik dari segi fostur tubuh secara fisik, dan mental
dalam cara menangani pasien komplain apa lagi sampai pasien
berbuat kekerasan fisik dan ancaman. Dalam hal ini peneliti
melihat bahwa di IGD memang dibutuhkan dominan perawat laki-
laki yang lebih kuat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien seperti memindahkan pasien dari tempat tidur, mendorong
tempat tidur pasien dan tindakan emergency seperti tindajan henti
nafas dibanding prempuan.

3) Masa kerja
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berdasarkan masa kerja diperoleh ≥ 10 tahun sebanyak 22
responden (73,3%),

Hasil penelitian ini sejalan dengan pnelitian yang dilakukan oleh


Lestari & Nani, (2020) yang berjudul pengaruh fleksi william
terhadap tingkat nyeri punggung bawah pada perawat pelaksana di
Medan menunjukkan sebagian besar responden dalam masa kerja
didapatkan >10 tahun sebanyak 22 orang (59%). Penelitian ini juga
didukung oleh Rachmawati et al., (2022) yang berjudul “Low Back
Pain: Based on Age, Working Period and Work Posture”mayoritas
Masa kerja lebih dari 5 tahun sebanyak 32 orang.

Masa kerja merupakan akumulasi aktivitas kerja seseorang yang di


lakukan dalam jangka waktu yang panjang (Pujianan, 2021).
Dalam pelayanan kesehatan diperhatikan kompetensi sesuai level
pada perawat klinis meliputi perawat klinis I melakukan asuhan
keperawatan dasar dengan penekanan pada keterampilan teknis
65

keperawatan, perawat klinis II melakukan asuhan keperawatan


holistik pada klien secara mandiri dan mengelola klien/sekelompok
klien secara tim serta memperoleh bimbingan untuk penanganan
masalah lajut, perawat klinis III melakukan asuhan keperawatan
komprehensif pada area spesifik dan mengembangkan pelayanan
keperawatan berdasarkan bukti ilmiah dan melaksanakan
pembelajaran klinis, perawat klinis IV melakukan asuhan
keperawatan pada masalah klien yang kompleks di area spesialistik
dengan pendekatan tata kelola klinis secara interdisiplin,
multidisiplin, melakukan riset untuk mengembangkan praktek
keperawatan serta mengembangkan pembelajaran klinis, Perawat
klinis V kemampuan memberikan konsultasi klinis keperawatan
pada area spesialistik, melakukan tata kelola klinis secara
transdisiplin, melakukan riset klinis untuk pengembangan praktik,
profesi dan kependidikan keperawatan (Permenkes, 2017).

Menurut analisa peneliti responden lebih banyak memiliki masa


kerja ≥ 10 tahun dengan dengan level kompetensi perawat klinis II.
Pada perawat yang bekerja di IGD banyak melakukan aktivitas
yang berkaitan dengan postur tubuh dan sikap tubuh dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Perawat yang
bekerja dalam waktu 7 jam pada shit pagi, 8 jam shift sore dan 12
jam pada shift malam, pada tiap shift terkadang melakukan
tindakan emergency seperti tindakan henti nafas dan jantung
dimana postur tubuh lebih banyak membungkuk.

4) Indeks massa tubuh (IMT)


Hasil penelitian ini menujukkan bahwa sebagian besar responden
berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) diperoleh obesitas II
sebanyak 11 responden (36,7%).
66

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh


Lestari & Nani, (2020) yang berjudul pengaruh fleksi william
terhadap tingkat nyeri punggung bawah pada perawat pelaksana di
Medan didapatkan sebagian besar responden yang mengalami low
back pain berdasarkan indeks massa tubuh normal sebanyak 25
orang.

Obesitas merupakan timbunan triasil gliserol berlebih di jaringan


lemak akibat asupan energi berlebih dibandingkan penggunaannya.
Obesitas ditandai dengan penumpukan lemak yang berlebihan atau
terjadi dalam kompartemenjaringan adiposa yang berbeda.
Penyebab dari obesitas meliputi faktor genetik dan faktor
lingkungan (Hastuti, 2019). Berat badan dan tinggi badan yang
beragam membuat perbedaan beban pada vertebra lumbalis,
dimana semakin berat seseorang atau dengan kata lain Indeks
Massa Tubuh semakin tinggi maka kemungkinan Nyeri Punggung
bawah akan semakin besar (Knutsson et al., 2015). Obesitas akan
menyebabkan tekanan berlebihan pada vertebra lumbalis dan dapat
terjadi robekan anular dan sirkumferensial pada diskus vertebralis,
gangguan nutrisi dan oksigen pada nukles pulposus akan
memperberat keadaan sehingga suatu saat diskus akan menekan
epidural juga jaringan otot dan ligament sekitarnya, menimbulkan
Nyeri Punggung Bawah (Simanjuntak, et.al.2018).

Menurut analisa peneliti responden mengalami obesitas II, hal ini


dapat disebabkan oleh faktor keturunan, stress, pola tidur tidak
baik, pola makan yang tidak sehat seperti makan di malam hari saat
berdinas shift malam, menu makan untuk shift malam yang tinggi
karbohidrat.
67

5) Rata-rata tingkat nyeri low back pain (LBP) pada perawat


kelompok intervensi senam peregangan fleksi william
Hasil penelitian ini didapatkan rata-rata tingkat nyeri pada perawat
setelah diberikan intervensi senam peregangan fleksi william
adalah mean 0,80.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Sari et al., (2019) yang berjudul
Pengaruh Latihan Fleksi William Terhadap Skala Nyeri Punggung
Bawah Pada Pengrajin Ukiran didapatkan rata-rata skala nyeri
punggung bawah posttest pada kelompok perlakuan adalah 1,73.

Penatalaksaan low back pain dapat diberikan secara farmakologi


dengan obat anti inflamasi dan nonfarmakologi salah satunya
dengan senam peragangan william exercise (Marhamah, 2021).
Menurut Fahrurrazi (2018) latihan Stretching Fleksi William
merupakan suatu teknik latihan atau penguluran yang dilakukan
untuk pemanjangan otot yang patologis berupa pemendekan otot
agar terjadi rileksasi pada otot tersebut oleh karena terulurnya
muscle spindle dan golgi tendon. Menurut Kusumawati &
Wahyono, (2015), manfaat latihan stretching fleksi william meliputi
mengurangi adanya ketegangan pada otot,untuk mengoreksi postur
tubuh yang salah, meregangkan otot dan fascia (meningkatkan
ekstensibilitas jaringan lunak) di daerah dorsolumbal, penguatan
otot-otot daerah abdomen sehingga ketegangan otot dapat menurun.
Latihan Stretching Fleksi William bisa di kerjakan setiap hari, tidak
hanya pada waktu rasa sakit saja dan tidak melebihi batas nyeri.
Menurut Khasanah (2022), latihan Stretching Fleksi William
dengan durasi 15 menit selama 3 kali dalam seminggu.

Menurut analisa peneliti tingkat nyeri responden sesudah diberikan


intervensi memiliki tingkat nyeri ringan. Hal ini dikarenakan
responden pada kelompok intervensi diberi latihan peregangan
68

Fleksi William dengan durasi 15 menit selama 3 kali dalam


seminggu dimana latihan peregangan Fleksi William memiliki
manfaat untuk mengurangi ketegangan pada otot, dan mengurangi
nyeri. Saat diberikan intervensi latihan peregangan Fleksi William
responden mengungkapkan tubuh terasa lebih relaksasi, tidak
tegang pada otot-otot punggung.

6) Rata-rata tingkat nyeri low back pain (LBP) pada perawat


kelompok kontrol
Hasil penelitian ini didapatkan rata-rata tingkat nyeri pada perawat
kelompok kontrol adalah mean 0,93.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh


Sari et al., (2019) yang berjudul Pengaruh Latihan Fleksi William
Terhadap Skala Nyeri Punggung Bawah Pada Pengrajin Ukiran
didapatkan rata-rata skala nyeri punggung bawah posttest pada
kelompok kontrol adalah 5,06.

Low back pain (LBP) didefinisikan sebagai nyeri yang terlokalisasi


antara batas costaedan lipatan gluteaus inferior yang berlangsung
selama lebih dari satu hari. Bisa disertai dengan nyeri kaki atau
mati rasa tetapi tidak termasuk rasa sakit yang terkait dengan
menstruasi dan kehamilan (Fujii et al.,2019). Secara teori
mekanisme terjadinya low back pain dari diskus intervertebralis
adalah sendi utama yang terletak di antara 2 diskus. Setiap diskus
memiliki 3 struktur yang berbeda, yaitu nukleus pulposus pada
bagian dalam, annulus fibrosus pada bagian luar, dan kartilgo pada
bagian atas dan bawah. Sel yang menyusun nukleus pulposus
adalah serat elastin dan serat kolagen. Sel yang menyusun annulus
fibrosus pada bagian dalam adalah Chondrocyte-like, ada bagian
luar adalah fibroblast-like, Fibroblast-like mensintesis kolagen tipe
1 dan kolagen tipe 2. Chondrocyte-like mensintesis kolagen tipe 2,
69

non kolagen, dan proteoglikan. proteoglikan adalah protein utama


yang berasal dari glikosaminoglikan yang terdiri dari kondroitin
sulfa dan keratin sulfa. Proteoglikan ini kemudian akan bergabung
membentuk asam hialuronik dan kemudian akan bergabung
membentuk asam hialironik dan kemudian membentuk aggrecan.
Aggrecan merupakan proteoglikan yang paling banyak ditemukan
di diskus. Aggrecan mengisi 70% nukleus pulposus dan 25%
annulus fibrosus. Aggrecan memiliki pengaruh dalam peningkatan
densitas dan peningkatan tekanan osmotik untuk menyerap air
(Sidemen & Claudia, 2016).

Hasil analisa peneliti responden pada kelompok kontrol memiliki


nyeri ringan dengan rentang skala nyeri 1-3. Pengukuran skala
nyeri dilakukan saat responden tidak mengalami nyeri yang
signifikan, kondisi di IGD tidak ada tindakan berat yang
mempengaruhi postur tubuh dan sikap tubuh responden.

2. Analisa Bivariat
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selisih tidak ada pengaruh Senam
Peregangan Fleksi William Terhadap Tingkat Nyeri Low back Pain (LBP)
pada Perawat IGD RS. Pusat Pertamina dengan p value 0,664 (p>0,05).

Hasil penelitian berbeda dengan Lestari & Nani, (2020) yang berjudul
pengaruh fleksi william terhadap tingkat nyeri punggung bawah pada
perawat pelaksana di Medan didapatkan rata-rata nyeri low back pain
sebelum dilakukan latihan fleksi william adalah 3,82 dengan standar
deviasi 1,211 dan rata-rata nyeri low backpain sesudah dilakukan latihan
fleksi william adalah 2,59 dengan standar deviasi 1,251. Uji analisa
statistik paired t test adalah 0,000, menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan latihan fleksi Willam
terhadap nyeri punggung bawah ( p<0.05). Hasil penelitian lain berbeda
70

oleh Sari et al., (2019) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang


signifikan antara skala nyeri punggung bawah pretest dan posttest pada
kelompok perlakuan (p=0,000). Hasil analisis pada kelompok kontrol
menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
skala nyeri punggung bawah pretest dan posttest (p=0,499).

Latihan Stretching Fleksi William terdiri dari gerakan tarik nafas, gerakan
5 satu lutut, gerakan menekuk lutut, gerakan mengangkat kepala,gerakan
mengayunkan kaki gerakan stabilitas dengan tujuan untuk meregangkan
otot dan fascia di daerah lumbal serta mengkoreksi postur tubuh 10 yang
salah dengan memperkuat otot-otot abdominal. Dengan melakukan latihan
ini maka akan mengurangi spasme dan nyeri pada otot-otot lewat efek
stretching dan dapat memperbaiki postur lewat efek strengthening otot-
otot abdominal (Abdullah, 2015). Menurut Sari et al., (2019) berpendapat
intervensi latihan stretching fleksi william dapat menurunkan nyeri sedang
menjadi nyeri ringan.

Saat melakukan latihan peregangan Fleksi William maka mekanisme


stretching pada otot menjadi pembahasan yang utama yang berhubungan
dengan sifat fisiologi otot. Pada saat dilakukan stretching dengan
penahanan beberapa detik pada posisi otot memanjang, maka struktur
muscle fiber akan mengalami peregangan karena anyaman-anyaman
myofilamen yang overlap akan berkurang dan secara otomatis
menyebabkan struktur muscle fiber 8 menjadi memanjang. Dengan
peregangan ini nyeri dapat berkurang. Selama melakukan latihan
peregangan fleksi william terutama gerakan pelvic tilting pada posisi
terlentang maka aktivitas EMG pada otot-otot area lumbal dan sacral
menurun yang berarti kontraksi otot juga berkurang. Dengan berkurangnya
kontraksi otot-otot lumbal dan sacral maka spasme akan menurun dan
berakhir pada keluhan nyeri yang berkurang (Sidarto et al., 2022).
71

Mekanisme kedua dari berkurangnya spasme karena pemberian stretching


adalah karena proprioseptor otot atau muscle spindle yang teraktivasi saat
melakukan stretching. Muscle spindle bertugas untuk mengatur sinyal ke
otak tentang perubahan panjang otot dan perubahan tonus yang mendadak
dan berlebihan. Jika ada perubahan tonus otot yang mendadak dan
berlebihan, maka muscle spindle akan mengirimkan sinyal ke otak untuk
membuat otot tersebut berkontraksi sebagi bentuk pertahanan dan
mencegah cidera. Oleh karena itu, dalam melakukan stretching dilakukan
penahanan beberapa saat (pada penelitian ini gerakan ditahan 10 detik)
dengan tujuan untuk memberikan adaptasi pada muscle spindle terhadap
perubahan panjang 9 otot yang kita berikan, sehingga sinyal dari otak
untuk mengkontraksikan otot menjadi berkurang. Dengan kontraksi otot
yang minimal pada saat stretching, maka akan memudahkan muscle fibers
untuk memanjang dan spasme otot dapat berkurang (Sidarto et al., 2022).

Menurut analisa peneliti tidak ada pengaruh senam peregangan Fleksi


William dalam menurunkan tingkat nyeri low back pain (LBP). Adapun
klasifikasi skala nyeri antara lain tidak ada nyeri (skala nyeri 0), nyeri
ringan (skala nyeri 1-3), nyeri sedang (skala nyeri 4-6), nyeri berat (skala
nyeri 7-9), nyeri sangat berat (skala nyeri 10). Saat dilakukan pengukuran
skala nyeri responden dalam keadaan nyeri punggung bawah pada
klasifikasi nyeri ringan, setelah dikaji responden meminum obat nyeri,
aktivitas di IGD tidak melakukan tindakan berat seperti mengangkat
pasien, memindahkan pasien dari tempat tidur, tindakan henti jantung dan
nafas sehingga intervensi Senam Peregangan Fleksi William kurang
optimal.

B. Keterbatasan
Pada saat melakukan penelitian, peneliti memiliki keterbasan pemilihan
sampel, subjek penelitian kurang banyak, tidak represntatif, penelitian ini
72

tidak hanya dengan yang memiliki riwayat tetapi responden yang memiliki
nyeri punggung bawah.
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Karakteristik responden pada low back pain di IGD RS Pusat
Pertamina adalah sebagian besar responden berusia pra lanjut usia
yaitu sebanyak 16 orang (53,3%), responden berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 17 (56,7%), responden berdasarkan masa kerja
diperoleh ≥ 10 tahun sebanyak 22 (73,3%), responden berdasarkan
indeks massa tubuh (IMT) diperoleh obesitas II sebanyak 11 (36,7%).
2. Rata-rata tingkat nyeri low back pain (LBP) pada perawat kelompok
intervensi senam peregangan fleksi william adalah 0,80.
3. Rata-rata tingkat nyeri low back pain (LBP) pada perawat kelompok
kontrol adalah 0,93.
4. Selisih antara kelompok intervensi Senam Peregangan Fleksi William
dan kelompok kontrol sebesar 0,13.
5. Tidak ada pengaruh Senam Peregangan Fleksi William Terhadap
Tingkat Nyeri Low back Pain (LBP) pada Perawat IGD RS. Pusat
Pertamina dengan p value 0,664 (p > 0,05).

B. Saran
1. Bagi pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi perawat di
pelayanan IGD RS Pusat Pertamina untuk mengaplikasikan intervensi
senam peregangan fleksi william dalam menurunkan nyeri low back
pain (LBP)
2. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Hasil penelitian dapat menjadi refersni dalam pembelajaran yang akan
datang serta dapat menambah wawasan dalam bidang ilmu
keperawatan serta selain itu juga dapat menjadi acuan untuk

72
73

penelitian selanjutnya mengingat adanya keterbatasan dalam


penelitian ini maka diharapkan untuk penelitian selanjutnya
pengukuran tingkat nyeri dapat diobservasi sesudah dilakukan
intervensi Senam Peregangan Fleksi William dengan metode time
series, sampel penelitian pada responden yang sedang mengalami
nyeri low back pain dan terapi nonfarmakologi bisa menggunakan
modifikasi terapi komplementer lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2015). Terapi Latihan William Flexion Dapat Mengurangi Nyeri


Punggung Bawah Pada Pekerja.
http://ejournal.stikeslogo.ac.id/index.php/article/plus/509.

Abdel S, C., Maher, C. G., Williams, K. A., & McLachlan, A. J. (2017). Efficacy
and tolerability of muscle relaxants for low back pain: Systematic review and
meta-analysis. European journal of pain (London, England), 21(2), 228–237.
https://doi.org/10.1002/ejp.907.

AZ, R., Dayani, H., & Maulani, M. (2019). Masa Kerja, Sikap Kerja Dan Jenis
Kelamin Dengan Keluhan Nyeri Low Back Pain. REAL in Nursing Journal,
2(2), 66. https://doi.org/10.32883/rnj.v2i2.486

Adiputra, M.S. et al. (2021).Metodologi Penelitian Kesehatan. Medan:Yayasan


Kita Menulis.

Akhriansyah, M., Safitri, W., Polii, G. B., Kada, M. K. R., Yulis, R., Nilawati, S.,
& Lumowa, F. N. (2023). Keselamatan Pasien Dan Keselamatan Kerja
Dalam Keperawatan. Get Press Indonesia. https://books.google.co.id/books?
id=K-_UEAAAQBAJ.

Andini, F. (2015). Fauzia Andini| Risk Factors of Low Back Pain in. Workers J
MAJORITY |, 4, 12.

Bandeira, M. G., Diniz, R. L., & Sardinha, A. H. (2012). Ergonomic constraints


among nursing workers in the sectors of emergency care in two public
hospitals in Brazil. Work, 41(SUPPL.1), 1849–1854.
https://doi.org/10.3233/WOR-2012-0396-1849

Dewi, N. F., Gawat, I., & Igd, D. (2019). Risiko Musculoskeletal Disorders
(MSDs) pada Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD). Jurnal Vokasi
Indonesia, 7(2). https://doi.org/10.7454/jvi.v7i2.152

Dianat, I., Alipour, A., & Asghari Jafarabadi, M. (2018). Multigroup latent class
model of musculoskeletal pain combinations in children/adolescents:
identifying high-risk groups by gender and age. Journal of Headache and
Pain, 19(1). https://doi.org/10.1186/s10194-018-0880-0

Hidayati, H. (2022). Nyeri Punggung Bawah. Airlangga University Press.


https://books.google.co.id/books?id=rw1pEAAAQBAJ

Herfina. (2021). Terapi Nonfarmakologi Nyeri Punggung Bawah Pada Ibu Hamil.
1–16.

74
74

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
repository.upnvj.ac.id/7866/2/ARTIKEL
%2520Kl.pdf.pdf&ved=2ahUKEwjfyNGbhN3zAhXl7HMBHTgtDTU4KBA
WegQIBBAB&usg=AOvVaw0flbjf7RPhMbMAnklnLVMR

Ismail, M. P. (2018). Statistika Untuk Penelitian Pendidikan dan Ilmu-Ilmu


Sosial. Kencana. https://books.google.co.id/books?id=D9B1DwAAQBAJ.

Iqbal, M., & Fawzea, K. (2020). Psikologi Pasangan: Manajemen Konflik Rumah
Tangga. gema insani Press. https://books.google.co.id/books?id=k-
nzDwAAQBAJ

Knutsson, B., Sandén, B., Sjödén, G., Järvholm, B., & Michaëlsson, K. (2015).
Body Mass Index and Risk for Clinical Lumbar Spinal Stenosis: A Cohort
Study. Spine, 40(18), 1451–1456.
https://doi.org/10.1097/BRS.0000000000001038

Kurniawan. (2018). Metodologi Penelitian Farmasi Komunitas dan


Eksperimental. Deepublish. https://books.google.co.id/books?id=FY-
IDwAAQBAJ

Kusnandar, H. (2019). Perpustakaan Universitas Airlangga. Toleransi


Masyarakat beda Agama, 30(28), 5053156.

Kusumawati, Y. R., & Wahyono, Y. (2015). Latihan Core Stability Dan William ’
S Flexion Dalam Menurunkan Nyeri , Peningkatan Keseimbangan Dan
Kemampuan Fungsional. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 4(1), 15–18.

Kreiner, D.S & Matz, P. (2020). Evidence-Based Clinical Guidelines for


Multidisciplinary Spine Care: Diagnosis & Treatment of Low Back Pain. In
North American Spine Society (Numero January).

Lestari, & Nani, Z. (2020). Pengaruh Fleksi William Terhadap Tingkat Nyeri
Punggung Bawah Pada Perawat Pelaksana Di Medan.Jurnal Mutiara Ners
Jurnal Mutiara Ners. Jurnal Mutiara Ners, 3(1), 37–42.

Luknis, S., & Hastono, S. P. (2018). Statistik Kesehatan (9° ed.).

Putro, Yusdi Nurdin Lamatenggo, & Wahyu Retno Widiyaningsih. (2023).


Ragam Penelitian Olahraga. Deepublish. https://books.google.co.id/books?
id=cEjnEAAAQBAJ

Marhamah, N., Arum, S. ., & Lidiawati. (2021). Pendekatan Diagnosis Dan


Tatalaksana Pada Kasus Low Back Pain. Prociding Call For Paper
Thalamus Fakultas Kedokteran , 130–135.

Ningsih, K. W. (2017). Keluhan Low Back Pain Pada Perawat Rawat Inap Rsud
Selasih Pangkalan Kerinci. Jurnal Ipteks Terapan, 11(1), 75.
75

https://doi.org/10.22216/jit.2017.v11i1.1466

Nourollahi, M., Afshari, D., & Dianat, I. (2018). Awkward trunk postures and
their relationship with low back pain in hospital nurses. Work, 59(3), 317–
323. https://doi.org/10.3233/WOR-182683.

Novisca et al, 2021. (2021). Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Nelayan.
Indonesia Journal of Public Health and Community Medicine, 2(1), 21–26
.
Sutriyawan, A (2021). Metodologi Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan. Pt.
Refika Aditama. https://books.google.co.id/books?id=C5oD0AEACAAJ

Pengantar Aplikasi SPSS Versi 20. (2020). LPPM Universitas Muhammadiyah


Buton Press. https://books.google.co.id/books?id=3aUCEAAAQBAJ

Purwata, T. E. (2014). I . Nyeri Punggung Bawah. Nyeri Punggung Bawah, 86–


100.

Rachmawati, S., Suryadi, I., & Pitanola, R. D. (2022). Low back pain: Based on
Age, Working Period and Work Posture. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
17(2), 287–292. https://doi.org/10.15294/kemas.v17i2.26313

Samuella, C., & Kusmawan, D. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kejadianlow Back Pain Pada Dosen Selama Masa Pandemicovid-
19 Di Lingkunganuniversitas Jambi Tahun2021. Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, AMHESIC, 272–283.

Sari., Prapti., & Sulistiowati. (2019). Pengaruh Bekam terhadap Skala Nyeri
Punggung Bawah pada Pengrajin Ukiran. Community of Publishing in
Nursing (COPING), 7(2), 67–74.

Septiyanti, S., Milda, M., & Hermansyah, H. (2022). the Effect of William Flexion
Exercise (Wfe) on Low Back Pain Among Nursing in Dr. M. Yunus Hospital,
Bengkulu City. Proceeding B-ICON, 1(1), 319–325.
https://doi.org/10.33088/bicon.v1i1.57

Shanthanna, H., Gilron, I., Thabane, L., Devereaux, P. J., Bhandari, M., AlAmri,
R., Rajarathinam, M., & Kamath, S. (2016). Gabapentinoids for chronic low
back pain: a protocol for systematic review and meta-analysis of
randomised controlled trials. BMJ Open, 6(11), e013200.
https://doi.org/10.1136/bmjopen-2016-013200

Sidarto, A., Endaryanto, A. H., Priasmoro, D. P., & Abdullah, A. (2022).


Pengaruh Pemberian William Flexion Exercise Terhadap LBP Miogenik
Pada Karyawan Kantor Pusat PT. Nusantara Medika Utama. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah, 7(2), 54–58. http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/JKM
76

Sidemen, S., & Claudia, C. (2016). Manajemen pada Nyeri Low Back Pain. In Fk
Unud (pagg. 1–3).

Simanjuntak, Erica, et.al.(2018). Bunga Rampai Saintifika FK UKI (Nomer


7).Jakarta:FK UKI.

Sitepu, D.S., Sinaga. (2015). Faktor faktor yang Berhubungan Dengan Keluhan
Low Back Pain Pada Petani Jeruk Di Desa Dokan. Lingkungan dan
Kesehatan Kerja, 4(1).

Sulistyaningtyas, N. (2022). Upaya Pengendalian Secara Ergonomi pada


Keluhan Low Back Pain pada Perawat di Rumah Sakit. Journal of Health
Quality Development, 2(1), 19–26. https://doi.org/10.51577/jhqd.v2i1.380

Susanto, H., & Endarti, A. T. (2019). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan
Keluhan Low Back Pain (Lbp) Pada Perawat Di Rumah Sakit X Jakarta.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10(2), 220–227.
https://doi.org/10.37012/jik.v10i2.58

Van Hoof, W., O’Sullivan, K., O’Keeffe, M., Verschueren, S., O’Sullivan, P., &
Dankaerts, W. (2018). The efficacy of interventions for low back pain in
nurses: A systematic review. International Journal of Nursing Studies, 77,
222–231. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2017.10.015

Wahab, M., & Wahyuni. (2021). Pengaruh Latihan Fleksi William (Stretching)
Terhadap Tingkat Nyeri Punggung Bawah Pada Lansia. Bina Generasi :
Jurnal Kesehatan, 12(2), 63–71. https://doi.org/10.35907/bgjk.v12i2.185

Wáng, Y. X. J., Wáng, J. Q., & Káplár, Z. (2016). Increased low back pain
prevalence in females than in males after menopause age: Evidences based
on synthetic literature review. Quantitative Imaging in Medicine and
Surgery, 6(2), 199–206. https://doi.org/10.21037/qims.2016.04.06

Widiyasari, K. ., Ahmad, A., & Budiman, F. (2014). Hubungan Faktor Individu


Dan Faktor Risiko Ergonomi Dengan Keluhan Low Back Pain (LBP) Pada
Penjahit Sektor Usaha Informal CV. Wahyu Langgeng Jakarta Tahun 2014.
Jurnal Inohim, 2(2), 90–99.
https://inohim.esaunggul.ac.id/index.php/INO/article/view/107

Widiyono, Atik Aryani., Indriyati, Sutrisno., Anik Suwarni, Fajar Alam Putra,M.,
& Vitri Dyah Herawati,. (2022). Buku Ajar Terapi Komplementer
Keperawatan. Lembaga Chakra Brahmana Lentera.
https://books.google.co.id/books?id=U6SnEAAAQBAJ

Winata,SD.(2014).Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah dari


Sudut Pandang Okupasi. Jurnal Kedokteran Meditek.20 (54):20-27.
77

World Health Organization.2013.Low Back Pain. Priority Medicines for


Europe and the World. 81: 671-6

Van der Gaag, W. H., Roelofs, P. D., Enthoven, W. T., van Tulder, M. W., & Koes,
B. W. (2020). Non-steroidal anti-inflammatory drugs for acute low back
pain. The Cochrane database of systematic reviews, 4(4), CD013581.
https://doi.org/10.1002/14651858.CD013581

Van Hoof, W., O’Sullivan, K., O’Keeffe, M., Verschueren, S., O’Sullivan, P., &
Dankaerts, W. (2018). The efficacy of interventions for low back pain in
nurses: A systematic review. International Journal of Nursing Studies, 77,
222–231. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2017.10.015.
LAMPIRAN

78
Lampiran 1

SURAT IZIN STUDI PENDAHULUAN PENELITIAN


Lampiran 2

SURAT PENGANTAR PENELITIAN


Lampiran 3

SURAT BALASAN DARI RS PUSAT PERTAMINA


Lampiran 4

INFORMED CONSENT

Kepada Yth. Jakarta, Januari 2024


Calon Responden Penelitian
Di Tempat

Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : CICIH WIARSIH
NIM : 11222159
Adalah mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Stikes Pertamedika
dengan judul Skripsi “Pengaruh Senam Peregangan Fleksi William terhadap
tingkat nyeri Low Back Pain (LBP) pada perawat IGD RS. Pusat Pertamina”.

Penelitian ini memberikan manfaat kepada responden yaitu untuk mengetahui


Pengaruh Senam Peregangan Fleksi William Terhadap Tingkat Nyeri Low Back
Pain (LBP) Pada Perawat IGD RS. Pusat Pertamina. Penelitian ini tidak akan
merugikan responden, saya selaku peneliti akan merahasiakan identitas dan
jawaban saudara sebagai responden dalam penelitian ini. Bersama surat ini kami
lampirkan lembar persetujuan menjadi responden. Responden dipersilahkan
menandatangani lembar persetujuan apabila anda bersedia secara sukarela
menjadi responden penelitian.

Besar harapan saya agar anda bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Atas kesediaan dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Peneliti
Lampiran 5
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi responden penelitian
yang dilakukan oleh :
Nama Responden :
Alamat :
1. Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian ini.
Saya mengerti bahwa data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan. Semua
berkas yang mencantumkan identitas responden hanya digunakan untuk
terkait penelitian.
2. Saya mengerti bahwa tidak ada resiko yang akan terjadi. Apabila ada
pertanyaan dan respon tidak nyaman atau berakibat negative pada saya, maka
peneliti akan menghentikan pengumpulan data dan peneliti memberikan hak
kepada saya untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa resiko apapun.

Demikian surat pernyataan ini saya tanda tangani tanpa suatu paksaan. Saya
bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini secara sukarela.

Jakarta, Januari 2024

( )

Lampiran 6
LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN PENELITIAN

Saya, Cicih Wiarsih, dari Program Studi S1 Keperawatan Non Reguler Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Pertamedika Jakarta akan melakukan penelitian Pengaruh
Senam Peregangan Fleksi William terhadap tingkat nyeri Low Back Pain (LBP)
pada perawat IGD RS. Pusat Pertamina. Peneliti meminta bantuan dan kesediaan
Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Adapun Subjek penelitian ini
adalah peregangan Fleksi William.

A. Kesukarelaan untuk ikut penelitian


Bapak/Ibu bersedia secara sukarela untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
tanpa ada paksaan. Bila Bapak/Ibu tidak bersedia untuk berpartisipasi maka
Bapak/Ibu tidak akan dilibatkan dalam penelitian ini.
B. Prosedur penelitian
Apabila Bapak/Ibu bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, Bapak/Ibu
diminta menandatangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk
Bapak/Ibu simpan, dan satu untuk untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah
Bapak/Ibu dimohon untuk mengikuti intervensi yang akan diberikan tiga kali
dalam seminggu.
C. Kewajiban informan penelitian
Sebagai responden penelitian, Bapak/Ibu berkewajiban mengikuti aturan atau
petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila ada yang belum jelas,
Bapak/Ibu bisa bertanya lebih lanjut kepada peneliti.
D. Resiko
Bapak/Ibu tidak akan mendapat resiko apapun dengan memberikan keterangan
dan informasi pada penelitian ini bila dalam pelaksanaan Peregangan Fleksi
William sesuai dengan standar operasional prosedur untuk mencegah kram
otot.
E. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas responden penelitian akan
dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan
dipublikasikan tanpa identitas responden penelitian.
F. Kompensasi
Bapak/Ibu akan mendapatkan kompensasi berupa satu paket souvenir atas
partisipasinya dalam penelitian ini.
G. Pembiayaan.
Semua biaya yang terkait penelitian akan ditanggung oleh peneliti.
Lampiran 7
KUESIONER KARAKTERISTIK RESPONDEN

No. Responden :

Kode Responden :

Petunjuk pengisian.

a. Bacalah dengan teliti pertanyaan di bawah ini


b. Jawablah setiap pertanyaan dengan kondisi yang ada
c. Jawaban ditulis disamping pertanyaan atau tanda ceklis pada
kolom yang tersedia

Pertanyaan

1. Nama (inisial) : ...........................................................


2. Tanggal lahir : ...........................................................
3. Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
4. Usia : ...........................................................
5. Berapa lama bekerja di RS Pusat Pertamina?
 1 tahun 2 - 5 tahun
6 – 10 tahun >10 tahun
6. Berat badan : ………..kg
7. Tinggi badan : ………...cm
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
LEMBAR OBSERVASI SKALA NYERI KELOMPOK INTERVENSI

Indeks
Nama Jenis
NO Usia Lama bekerja massa Post test
Inisial kelamin
tubuh
1 Ns. Al 50 Tahun L 24 TAHUN 24 1
2 Ns. R 46 Tahun P 24 TAHUN 34 2
3 Ns. Ft 43 Tahun P 13 TAHUN 31 1
4 Ns. B 34 Tahun L 10 TAHUN 24 0
5 Ns. Bg 25 Tahun L 3 TAHUN 31 0
6 Ns. H 54 Tahun P 33 TAHUN 28 0
7 Ns. Mif 49 Tahun L 13 TAHUN 25 1
8 Ns. K 48 Tahun L 10 TAHUN 28 0
9 Ns. Shr 50 Tahun L 26 TAHUN 25 1
10 Ns. Ws 50 Tahun L 26 TAHUN 35 0
11 Ns. Yli 49 Tahun P 25 TAHUN 30 1
12 Ns. Ta 45 Tahun L 24 TAHUN 24 0
13 Ns. EV 45 Tahun P 25 TAHUN 34 1
14 Ns. Gt 33 Tahun P 11 TAHUN 43 2
15 Ns. Rk 36 Tahun L 11 TAHUN 25 2
Lampiran 11
LEMBAR OBSERVASI SKALA NYERI KELOMPOK KONTROL

Nama Jenis Lama Indeks massa


NO Usia Post test
Inisial kelamin bekerja tubuh

1 Ns. N 32 Tahun P 4 TAHUN 24 0


2 Ns. Ars 44 Tahun L 22 TAHUN 25 1
3 Ns. Hru 54 Tahun L 26 TAHUN 25 1
4 Ns. Wrs 38 Tahun P 13 TAHUN 26 0
5 Ns. Z 33 Tahun L 3 TAHUN 26 3
6 Ns. Ro 32 Tahun L 3 TAHUN 23 0
7 Ns. Sbg 49 Tahun L 13 TAHUN 17 1
8 Ns. Fny 29 Tahun P 4 TAHUN 22 2
9 Ns. Ami 50 Tahun P 26 TAHUN 23 1
10 Ns. Luf 33 Tahun L 11 TAHUN 29 0
11 Ns. Int 32 Tahun P 9 TAHUN 22 2
12 Ns. St 50 Tahun P 23 TAHUN 27 1
13 Ns. Hln 46 Tahun P 25 TAHUN 27 1
14 Ns. Mnk 33 Tahun L 3TAHUN 25 0
15 Ns. Anc 36 Tahun L 3 TAHUN 28 1

Lampiran 12
SOP Senam Peregangan Fleksi William
Definisi latihan Stretching Fleksi William
merupakan suatu teknik latihan atau
penguluran yang dilakukan untuk
pemanjangan otot yang patologis berupa
pemendekan otot agar terjadi rileksasi
pada otot tersebut oleh karena terulurnya
muscle spindle dan golgi tendon.
Tujuan 1. Mengurangi adanya ketegangan pada
otot.
2. Untuk mengoreksi postur tubuh yang
salah.
3. Meregangkan otot dan fascia
(meningkatkan ekstensibilitas
jaringan lunak) di daerah
dorsolumbal, penguatan otot-otot
daerah abdomen sehingga
ketegangan otot dapat menurun.

Indikasi 1. Indikasi
dan a. Klien dengan keluhan nyeri
kontra sendi (rematik).
indikasi b. Klien dengan keluhan nyeri
punggung bawah atau Low
back Pain (LBP).
c. Klien dengan keluhan
ketegangan dan nyeri pada
otot.
2. Kontraindikasi
Pada penderita yang mengalami
riwayat infak miokard akut dan
stroke, mengalami patah tulang,
mengalami cidera
Pelaksanaan Tiap pagi dilakukan tiga kali dalam
seminggu

KOMPONEN KRITERIA

YA TIDAK

Prosedur 1) Persiapan alat : Matras


2) Persiapan klien : kontrak topik,
waktu, tempat dan tunjuan
dilaksanakan streaching fleksi
william
3) Persiapan lingkungan : ciptakan
lingkungan yang nyaman bagi
pasien, jaga privasi responden.
4) Prosedur :
a) Fase orientasi
(1) Mengucapkan salam
(2) Memperkenalkan diri
(3) Menjelaskan prosedur
(4) Menanyakan kesiapan klien
b) Fase Kerja
(1) Menjaga privasi klien
(2) Berikan klien posisi duduk
(3) Gerakan tarik nafas
Posisi awal : Terlentang,
kedua lutut menekuk dan
kedua kaki rata pada
permukaan matras.
Gerakan : pasien diminta
meratakan pinggang ke
permukaan lantai dengan
mengontraksikan otot
perut dan otot pantat
melalui tarik nafas. Setiap
kontraksi ditahan 3 detik
kemudian lemas, ulangi
3x. hitungan. Usahakan
pada waktu lemas
pinggang tetap rata.
Tujuan : penggunaan otot
perut.

(4) Gerakan mengangkat satu


lutut
Posisi awal: Sama dengan
nomor 1
Gerakan: Pasien diminta
untuk memfleksikan satu
lutut kearah dada
semampunya, kemudian
kedua tangan mencapai
paha belakang dan menarik
lututnya. Pada waktu
bersamaan angkat kepala
dan bahu, tahan 3 detik.
Latihan diulang pada
tungkai lain, ulangi
sebanyak 3x Kedua
tungkai lurus naik harus
dihindari, karena akan
memperberat problem
pinggangnya.
Tujuan: Merapatkan
lengkungan pada lumbal,
penguluran otot-otot, sendi
panggul.

(5) Gerakan menekuk lutut


Posisi awal: Sama dengan
nomor, tetapi satu kaki rata
di lantai.
Gerakan: pasien diminta
untuk melakukan latihan
yang sama dengan nomor
2, tetapi lutut dalam posisi
menekuk semampunya
sampai terasa ada
kontraksi, dinaikkan ke
atas dan kedua tangan
menompangi lutut tahan 3
detik, ulangi gerakan 3x.
Tujuan: Penguluran otot-
otot

(6) Gerakan mengangkat


kepala.
Posisi awal : sama dengan
nomor 1.
Gerakan: pasien diminta
mengkontraksikan otot
perut dan memfleksikan
kepala semampunya
hingga terasa saja. Setiap
kontraksi ditahan 3 detik,
kemudian lemas dan
ulangi 3x gerakan. Tujuan:
penguatan otot-otot perut.

(7) Gerakan mengayunkan


kaki.
Posisi awal: Masih sama
dengan sebelumnya.
Gerakan: Berbaring
terlentang, kedua tangan
lurus berada disamping
tubuh. Kepala dan leher
dinaikkan dan kedua
tungkai melakukan
gerakan seperti mengayun
sepeda. Gerakan dilakukan
selama 3 detik.
Tujuan: Penguatan otot.

(8) Gerakan stabilitas


Posisi awal: Posisi sama
dengan sebelumnya.
Kedua kaki menekuk.
Gerakan: Kencangkan otot
perut dan menjaga tangan
tetap lurus keatas.
Perlahan-lahan, gerakkan
tangan dan sentuh lantai
diatas kepala sampai terasa
kontraksi. Gerakan ditahan
3 detik, diulang 3x
gerakan.
Tujuan: Peregangan otot.

c) Fase Terminasi
(1) Melakukan evaluasi
tindakan
(2) Menyampaikan renacana
tindak lanjut
(3) Catat hasil kegiatan ke
dalam lembar observasi
(4) Mengucapkan salam

Lampiran 13
Hasil SPSS
Usia
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid Usia dewasa 14 46.7 46.7 46.7
Pra lanjut 16 53.3 53.3 100.0
usia
Total 30 100.0 100.0

Jenis kelamin
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid Laki-laki 17 56.7 56.7 56.7
Perempuan 13 43.3 43.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

Masa kerja
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid kurang dari sama dengan 2 6.7 6.7 6.7
1 tahun
2-5 tahun 5 16.7 16.7 23.3
6-9 tahun 1 3.3 3.3 26.7
Lebih dari sama dengan 22 73.3 73.3 100.0
10 tahun
Total 30 100.0 100.0

Indeks massa tubuh


Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid berat badan kurang 1 3.3 3.3 3.3
(underweight)
berat badan normal 4 13.3 13.3 16.7
kelebihan berat badan 8 26.7 26.7 43.3
(overweight) dengan
resiko
obesitas I 11 36.7 36.7 80.0
obesitas II 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tingkat nyeri kelompok 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%
intervensi
Tingkat nyeri kelompok 15 100.0% 0 0.0% 15 100.0%
kontrol

Descriptives
Statistic Std. Error
Tingkat nyeri kelompok Mean .80 .200
intervensi 95% Confidence Interval Lower .37
for Mean Bound
Upper 1.23
Bound
5% Trimmed Mean .78
Median 1.00
Variance .600
Std. Deviation .775
Minimum 0
Maximum 2
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness .383 .580
Kurtosis -1.117 1.121
Tingkat nyeri kelompok Mean .93 .228
kontrol 95% Confidence Interval Lower .44
for Mean Bound
Upper 1.42
Bound
5% Trimmed Mean .87
Median 1.00
Variance .781
Std. Deviation .884
Minimum 0
Maximum 3
Range 3
Interquartile Range 1
Skewness .859 .580
Kurtosis .668 1.121

Group Statistics
Kelompok intervensi Std. Std. Error
dan kontrol N Mean Deviation Mean
Tingkat kelompok intervensi 15 .80 .775 .200
nyeri kelompok kontrol 15 .93 .884 .228

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Std. Confidence
Mean Error Interval of
Differ Differ the
Significance ence ence Difference
One- Two-
Side Sided Low
F Sig. t df dp p er Upper
Tingkat Equal .009 .925 -.43 28 .332 .664 -.133 .303 -.75 .488
nyeri variances 9 5
assumed
Equal -.43 27.5 .332 .664 -.133 .303 -.75 .489
variances 9 27 5
not
assumed

Lampiran 14

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai