Anda di halaman 1dari 13

Nama : Nanang Arifin

Kelas : Perekonomian Indonesia B


NIM : F0120088

Jawaban UTS Perekonomian Indonesia

1. Secara umum perekonomian pada masa penjajahan didominasi oleh perusahaan asing dan
lemahnya pribumi, berdasarkan hal itu jelaskan pertanyaan di bawah ini:
a. Gunakan konsep dualisme masyarakat (Boeke) dan teknologi (Higgins) untuk
menjelaskan keadaan di atas? Bagaimana strategi pemerintah Orde Lama, Orde Baru,
dan Orde Reformasi merespons ini?

Jawab :
Konsep dualism Boeke
Dualisme yang dimaksud menurut Boeke adalah terkait dengan system ekonomi yang
berlaku pada masa itu yaitu system ekonomi subsisten & system ekonomi kapitalis.
Dualisme tersebut dapat dilihat pada perbedaan corak atau ciri ekonomi perkebunan
Belanda yang padat modal (modal besar) dengan ekonomi pedesaan yang bertumpu pada
pertanian yang terbatas (subsisten)

Ekonomi desa sebagai subsisten, yaiyu system ekonomi ekonomi yang belum memiliki
instrument ekonomi yang lengkap seperti uang sebagai sarana transaksi, pasar untuk
menjual hasil produksi, dan juga modal transportasi untuk distribusi. Seementara itu,
ekonomi perekbunan Belanda lebih modern karena sudah menggunakan uang, system
perbankan, pasar, dan modal transportasi

Konsep dualisme Higgins


Teori Higgins sebenarnya merupakan kritik dari teori Boeke. Menurut Higgins awal
mula dualism berasal dari perbedaan teknologi antara sector modern dan tradisional.
Teknologi yang digunakan kemudia lebih efisien dan padat modal karena tidak
membutuhkan banyak tenaga kerja. Sebaliknya pada sector tradisional masih bergantung
pada tenaga manusia. Dampaknya adalah sector ini kurang berkembang karena
lambatnya pembentukan modal

Jika kita melihat kondisi Indonesia pada zaman colonial memang terdapat perbedaan
yang mencolok antara perekonomian Belanda dengan pribumi yang disebabkan oleh
perbedaan teknologi tersebut. Belanda sudah menggunakan mesin-mesin dalam
produksinya sedangkan pribumi belum sehingga terdapat dualism teknologi pada masa
itu.

Strategi pemerintah orde lama


Beberapa kebijakan yang diberlakukan pada masa orde lama adalah sebagai berikut :
1) Program benteng. Tujuan pemerintah orde lama memberlakukan kebijakan ini
adalah agar wirausaha/pengusaha pribumi dapat bersaing dengan pengusaha
asing seperti Belanda dan Tionghoa. Melalui kebijakan ini pemerintah
memberikan lisensi impor kepada perusahaan pribumi dan juga memberikan
bantuan kredit.
2) Program Ali-Baba. Yaitu kerja sama antara pengusaha China dan pribumi.
Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihanlatihan pada pengusaha
pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta
nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik karena pengusaha pribumi
kurang berpengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan
kredit dari pemerintah.
3) Soemitro plan. Program ini bertujuan untuk mendorong industrialisasi
4) Nasionalisasi Javasche Bank sebagai bank sentral dan sirkulasi

Strategi pemerintah orde baru


Beberapa kebijakan yang diberlakukan pada masa orde baru adalah sebagai berikut :
1) REPELITA I-V. Fokus pemerintah pada REPELITA I adalah memenuhi
kebutuhan dasar dahulu seperti sandang, pangan, dan papan kemudian sampai
akhirnya pada REPELITA V berfokus pada peningkatan industry berbasis ekspor
2) Paket kebijakan 6 Mei (Pakem). pemerintah menghapus sertifikat ekspor (SE)
yaitu fasilitas empuk yang banyak digunakan eksportir untuk memperoleh
pengembalian bea masuk dan unsur subsidi, dan ini diberikan bersamaan dengan
kredit ekspor
3) Deregulasi 15 Januari 1987 tentang industry kendaraan bermotor, mesin industry,
dan tarif bea masuk. Untuk bea masuk, pemerintah memberikan keringanan bea
terhadap barangbarang tertentu, seperti Tekstil, kapas, dan besi baja. Sedangkan
untuk industri mesin pemerintah memberikan perlakuan kemudahan ijin usaha.
Untuk industri kendaraan bermotor, pemerintah memberikan kemudahan
perakitan kendaraan dan pembuatan dan perakitan bagian kendaraan bermotor.
4) Membuat PP No 13 tahun 1987 yang bertujuan untuk menyederhanakan ivestasi
di bidang industry, pertambangan, pertanian, dan Kesehatan di mana semula ada
4 izin menjadi 2 izin

Strategi pemerintah era reformasi


Beberapa kebijakan yang diberlakukan pada masa orde baru adalah sebagai berikut :
1) Kebijakan privatisasi BUMN pada masa Megawati. Dari penjualan itu
pertumbuhan ekonomi Indonesia 4,1%
2) Pemerintah SBY menggelontorkan banyak APBN untuk sector Pendidikan
misalnya melalui bidikmisi untuk meningkatkan taraf Pendidikan. Tujuannya
adalah meningkatkan kualitas SDM

b. Jelaskan juga situasi pada sektor pertanian di mana terjadi “Involusi” seperti yang
dikemukakan oleh Clifford Geertz! Bagaimana kebijakan pemerintah Orde Lama, Orde
Baru, dan Orde Reformasi merespons ini?

Jawab :
Kondisi sector pertanian zaman kolonialisme
Istilah involusi pertanian dipaparkan oleh Geertz dalam karyanya yang berjudul
“Involusi Pertanian Proses Perubahan Ekologi di Indonesia”. Melalui buku tersebut
Geertz menggambarkan kondisi Ketika sector pertanian mengalami stagnasi bahkan
cenderung menurun. Jika kita lihat pada zaman colonial Belanda, adanya stagnasi atau
bahkan penurunan pada masa itu juga disebabkan karena system ekonomi & factor
politik yang diterapkan pemerintah colonial

Pada masa itu contohnya pada masa pemerintahan Van Den Bosch telah diterapkan
kebijakan tanam paksa untuk pribumi. Sistem tanam paksa ini bertujuan untuk
mengambil hasil pertanian di Indonesia sementara pihak pribumi yang menanggung
beban sewa lahan juga ada kewajiban lain untuk menanam tanaman ekspor seperti tebu
dan kopi. Selain itu factor budaya masyarakatnya juga memengaruhi di mana Ketika
terjadi pembagian warisan akan semakin mempersempit kepemilikan lahan dan
kemiskinan pun terjadi. Hal tersebut pun pasti juga akan berdampak pada ketahanan
pangan karena lahan semakin sempit sementara kebutuhan pangan dan pekerjaan
semakin banyak.

Kebijakan orde lama


Ide-ide kebijakan pertanian zaman orde lama cenderung dilandasi oleh paham
Marhaenisme yang diperkenalkan Soekarno. Soekarno melihat bahwa petani-petani di
sekitarnya dengan peralatan alat-alat produksi seadanya dan lahan yang minim membuat
mereka terperangkap dalam jurang kemiskinan sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan
sendiri. Pemerintah pada masa itu lebih melihat membangun system pertanian yang
sudah ada disbanding dengan mengubah system agrarian. Beberapa kebijakan dalam
bidang pertanian masa orde lama adalah sebagai berikut :
1) Mendirikan Badan Pendidikan Masyarakat Desa (BPMD) pada tahun 1950.
Program ini sudah diwacanakan sejak tahun 1945 tetapi baru terlaksana pada
tahun 1950 karena terhambat kestabilan politik pasca kemerdekaan. Badan ini
bertujuan untuk penyuluhan pertanian
2) Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE) diketuai oleh Soekarno. Dalam
hal ini untuk memperbaiki sarana pertanian, dibentuk Komando Operasi Gerakan
Makmur (KOGM) mulai dari tingkat pusat sampai tingkat desa. Di tingkat desa,
dibentuk Pamong Tani Desa (PTD) yang bertugas membantu kepala desa
mencapai swasembada beras.
3) Membentuk Badan Perusahaan Bahan Makanan dan Pembuka Tanah (BMPT) .
Tugasnya meningkatkan penyediaan sarana produksi pertanian
4) Menerbitkan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) No 5 dan UU No 56 tahun
1956 tentang penetapan luas tanah pertanian.
5) Menerbitkan UU Perjanjian Bagi Hasil No 2 yang mengatur mekanisme
pembagian bagi hasil. Tujuannya adalah agar hasil produksi terdistribusi secara
merata dan adil
6) Membentuk Koperasi Produksi Pertanian (Koperta) kemudian dikenal sebagai
Demonstrasi Massal (Demas) pada tahun 1963. Program ini dianggap berhasil
karena hasilnya sangat baik, sehingga arealnya diperluas 15 kali lipat pada bulan
juli 1965 tetapi sejak tahun 1965 program tersebut tidak diteruskan karena alas an
ketidakstabilan politik akibat peristiwa G30S PKI

Kebijakan orde baru


Kebijakan pertanian pada masa ordu baru dapat dilihat pada masa REPELITA I &
REPELITA II (1970-1985). Pada masa itu dilakukan pembangunan besar-besaran di
bidang pertanian yang bertujuan mengejar ketertinggalan ekonomi akibat krisis ekonomi-
politik di era 1965-an. Tujuan sebenarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat khususnya pangan. Beberapa kenijakan pertanian zaman orde baru :

1) Mendirikan Bimbingan Massal (Bimas) yang bertujuan untuk meningkatkan


produksi beras dan koperasi sebagau organisasi ekonomi masyarakat pedesaan
2) Membentuk Badan Urusan Logistik (BULOG) yang fungsinya untuk
menyalurkan sarana pengolahan dan pemasaran hasil produksi.
3) Mendirikan Koperasi Unit Desa (KUD) sebagai bagian dari pembangunan
nasional. KUD melakukan kegitan pengadaan pangan untuk persediaan nasional
yang diperluas dengan tugas menyalurkan sarana produksi pertanian (pupuk,
benih, dan obat-obatan
4) Pendirian pabrik-pabrik pupuk. Dan petani diberikan kemudahan kredit oleh bank
sehingga dapat membeli pupuk
5) Diperkenalkan juga manajemen usaha tani, dimulai dari Panca Usaha Tani,
Bimas, Operasi Khusus, dan Intensifikasi Khusus yang terbukti mampu
meningkatkan produksi pangan, terutama beras. Saat itu, budi daya padi di
Indonesia adalah yang terbaik di Asia
6) Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL) yang berada di bawah naungan
departemen pertanian. Berrtugas untuk mengenalkan teknologi pertanian kepada
para petani
7) Kelompencapir (kelompok pendengar, pembaca, dan pemirsa). Merupakan
kegiatan mempertemukan petani, neayan, peternak dengan sesamanya, Menteri,
bahkan Presiden Soeharto

Kebijakan era reformasi


1) Pengembangan sarana dan prasarana produksi. Ditujukkan untuk secara gradual
melepaskan proteksi dan subsidi harga agar mengarah ke mekanisme pasar
2) Pengembangan pasar produk. Sebuah upaya untuk mengarahkan pasar produk
pertanian mengantisipasi liberalisasi perdagangan
3) Deregulasi untuk pengembangan usaha dan ekonomi wilayah. Untuk memberikan
pelayanan prima kepada petani yang dapat meningkatkan partisipasi masyarakat
dan lebih mendorong pertumbuhan sector pertanian
4) Pemberdayaan para petani, peternak, dan nelayan. Di dalamnya erdapat program
PKPN-MPMP untuk meningkatkan ketahanan pangan, membuka lapangan kerja
padat karya, dan pengembangan usaha kecil dan menengah.
5) Meningkatkan aksesibilitas petani terhadap modal. Melalui program kredit usaha
tani (KUT), kredit koperasi primer untuk anggotanya, kredit kelayakan usaha
(KUK), dll

2. Bagaimanakah posisi sistem ekonomi Indonesia di tengah-tengah sistem ekonomi dunia,


berdasarkan hal itu jawablah pertanyaan di bawah ini:
a. Menurut anda dalam kelompok manakah sistem ekonomi Indonesia itu!

Jawab :
Saat ini terdapat dua sistem ekonomi paling dominan di dunia yaitu sistem ekonomi
kapitalis/pasar dan sistem sosialis/komando. Menurut saya sistem pancasila tidak masuk
di antara kedua kelompok tersebut. Sistem pancasila memiliki ciri/corak tersendiri yang
membedakan dengan dua tersebut. Sistem kapitalis snagat menekankan pada kebebasan
pasar, peran swasta yang dominan, peran pemerintah minim dan dampaknya yang
lemah/tidak memiliki modal akan tertindas. Sementara itu, sistem sosialis pemerintah
punya peran sangat kuat sedangkan swasta minim. Namun, sistem ini sangat rawan
terhadap praktik korupsi, kolusi, nepotisme karena peran pemerintahnya yang sangat
kuat. Yang ditakutkan adalah sistem ini tidak akan berjalan baik jika pemerintahnya
kurang kompeten. Dalam sistem pancasila terdapat keseimbangan antara peran
pemerintah dan juga swasta. Pemerintah hanya menguasai sumber-sumber yang vital saja
yang memiliki dampak besar terhadap kepentingan rakyat sedangkan sisanya diserahkan
kepada swasta.
b. Jelaskan konsep sistem ekonomi Indonesia dari sejak awal Indonesia merdeka sampai
saat ini!

Jawab :
Konsep awal/era orde lama
Terkait konsep sistem ekonomi di Indonesia bisa kita lihat dalam pasal 33 UUD 1945.
Bunyi pasal 33 UUD 1945 yaitu ”perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan, cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Azas kekeluargaan menjadi ruh dasar dari
ekonomi Indonesia dalam penjelasan dari naskah asli UUD NRI Tahun 1945 disebutkan
secara langsung bahwa koperasilah sebagai wujud dari asas kekeluargaan.

Konsep tersebut tak lepas dari hasil pemikiran Bung Hatta mengenai ekonomi kerakyatan.
Ekonomi kerakyatan merupakan sebuah konsep ekonomi-politik yang memusatkan
pembangunannya pada rakyat. Konsep ini adalah tanggapan atas kegagalan sistem
komunisme dan kapitalisme yang berkembang pada masa itu. Konsep ekonomi
kerakyatan itu dituangkan ke dalam pasal 33 UUD 1945

Bung Hatta berpendapat bahwa ekonomi yang ideal adalah mengedepankan kepentingan
rakyat tanpa harus mengorbankan hak individu. Pemikirannya merupakan kritik keras
terhadap liberalisme dan kapitalisme yang sangat individualistik. Karakteristik ekonomi
kerakyatan di antaranya :
1) Memberikan kepastian hak kepada rakyat akan kehidupan dan pekerjaan layak
(pasal 27 ayat 2)
2) Menyusun perekonomian sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan
(pasal 33 ayat 1)
3) Negara menguasai sektor-sektor ekonomi yang penting dan menyangkut hajat
hidup orang banyak (pasal 33 ayat 2)
4) Menguasai dan memastikan pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaan yang
terkandung di dalamnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 33 ayat
3)
5) Memelihara fakir miskin dan anak terlantar (pasal 34)

Pada perkembangan selanjutnya terdapat pergeseran istilah dari ekonomi kerakyatan


menjadi system ekonomi Pancasila tetapi sebenarnya inti pemikirannya sama saja. Istilah
ini pertama kali dicetuskan oleh Emil Salim

Era orde baru


Pada masa pemerintahan presiden Soeharto system ekonomi yang dipakai cenderung
liberal/kapitalisme yang berasal dari pemikiran ekonom klasik (Adam Smith, David
Ricardo, dll) sehingga jelas terjadi penyimpangan pada masa itu. Hal tersebut dapat
dilihat Ketika Presiden Soeharto membuka ruang pada perusahaan asing untuk
berinvestasi pada berbagai bidang. Masyarakat hanya dijadikan tenaga kasar tidak
mendapatkan manfaat materiil. Karena ekonomi yang sangat bergantung pada asing
mengakibatkan perekonomian rentan terkena krisis.
Era reformasi
Terdapat beberapa kali amandemen pada rentang tahun 1999-2002. Amandemen tersebut
bertujuan untuk menyesuaikan dengan kelestarian lingkungan sebagai akibat dari
aktivitas ekonomi. Selain itu juga untuk bisa beradaptasi dengan perekonomian global
yang semakin terintegrasi dan terkoneksi sebagai akibat globalisasi.
Terdapat dua ayat tambahan pada pasal 33 UUD 1945 amandemen tahun 2002 yaitu :
1) perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional dan
2) ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang

Adanya amandemen ini seakan menyiratkan kita bahwa system ekonomi Pancasila tidak
bisa mengikuti perkembangan zaman. Dengan adanya amandemen ini diharapkan system
ekonomi Pancasila menjadi lebih fleksibel. Fleksibel dalam artian memberikan kesepatan
pada investor-investor asing tetapi juga melindungi hak-hak penguasaan individu, dan
mengurangi monopoli dalam pasar.

3. Dalam perekonomian Indonesia, pelaku ekonomi yang mendominasi adalah perusahaan


negara (BUMN) dan pedagangan besar (konglomerat}. Sementara pelaku yang lain yakni
Koperasi dan UMKM sangat lemah peranannnya. Berkaitan dengan itu jawablah pertanyaan
di bawah ini:
a. Bandingkan performa dan masalah yang dihadapi oleh perusahaan negara (BUMN) dan
pedagang besar?

Jawab :
BUMN merupakan perusahaan milik negara yang tujuan utamanya adalah mencari profit
dan dari profit itu digunakan sebagai salah satu sumber pendapatan APBN. Karena
perusahaan negara maka modalnya pun berasal dari pemerintah melalui penyertaan
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Terdapat dua jenis
perusahaan negara (BUMN) yaitu Persero di mana pemerintah memiliki saham 51% nya .
Tujuan utama persero adalah hanya mencari keuntungan. Semantara itu Perum
(perusahaan umum) seluruh modalnya dimiliki negara dan tujuan utamanya kemanfaatan
umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang ermutu tinggi dan sekaligus
mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.

Performa
Untuk melihat perbandingan performa BUMN dengan perusahaan swasta dapat kita lihat
melalui kinerja keuangan perusahaannya yang meliputi Return on Asset (ROA), Return
on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Capital Adequacy Ratio (CAR), dll Selain
itu juga kita tidak bisa menilai kinerja perusahaan jika hanya melihat pada satu sector
bisnis saja. Sekarang telah banyak BUMN yang bergerak di berbagai sector bisnis.

1) Sektor farmasi
Dalam jurnal yang ditulis oeh (Mardiyani, 2017) mengatakan bahwa terdapat
perbedaam kinerja yang signifikan antara perusahaan BUMN yang bergerak di
bidang farmasi dengan perusahaan swasta jika dilihat melalui variable ROE.
Perusahaan swasta memiliki ROE lebih besar di atas batas aman 15% sedangkan
BUMN tidak. Hal ini disebabkan karena perbedaan struktur modal di mana
perusahaan swasta mengungguli permodalan BUMN.

Apabila dilihat berdasarkan EPS terdapat perbedaan signifikan antara EPS


perusahaan farmasi milik BUMN dan swasta karena laba per lembar saham milik
perusahaan farmasi Swasta rata-ratanya jauh lebih tinggi dari perusahaan BUMN.
Hal itu juga diakibatkan oleh perbedaan net income yang signifikan. Perusahaan
farmasi BUMN hanya mendapatkan Rp 100 miliar sedangkan perusahaan swasta
Rp 459 miliar

Namun, jika dilihat EVA perusahaan farmasi BUMN dan swasta tidak terdapat
perbedaan yang signifikan karena kedua jenis perusahaan ini sama-sama memiliki
nilai EVA negatif.

2) Sektor perbankan
Dalam penelitian oleh (Supit dkk, 2019) tentang perbedaan kinerja bank BUMN
dengan bank swasta dipaparkan data mengenai kinerja keuangan beberapa bank
BUMN dan swasta. Data tersebut di antaranya ROA bank BUMN 15,10%
sedangkan bank swasta 12,97% ROE bank BUMN 88,34% sedangkan bank
swasta 64,03% NIM bank BUMN 42,45% sedangkan bank swasta 55,4% CAR
bank BUMN 111,26% bank swasta 153,46%. Dari data tersebut kemudian diolah
secara statistic dan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja yang
signifikan antara bank BUMN dengan bank swasta.

3) Sektor telekomunikasi
Dalam jurnal yang ditulis oleh (Hasan & Setyawati, 2012) mengungkapkan
terdapat perbedaan performa yang signifikan antara perusahaan BUMN (Telkom)
dengan beberapa perusahaan swasta (Indosat, XL, Bakrie Telkom, dan Mobil-8
Telecom). Variabel yang digunakan adalah net profit margin (NPM), return on
asset (ROA), dan return on equity (ROE). Hal tersebut disebabkan karena
perusahaan BUMN sudah lebih terkenal dulu oleh masyarakat sehingga memiliki
pasar yang lebih luas. Selain itu, perusahaan swasta memiliki kendala pemasaran
karena harga yang ditetapkan lebih mahal disbanding perusahaan pemerintah.

Masalah
Permasalahan yang dihadapi BUMN di antaranya :
1) BUMN ibarat sebagai sapi perahan. BUMN dituntut untuk menghasilkan laba
bagaimanapun juga karena untuk menambah pendapatan APBN. Namun, hal itu
tidak menghiraukan kondisi keuangan perusahaan
2) Menjadi objek eksploitasi bersama. Dengan kata lain BUMN dimanfaatkan oleh
beberapa pihak lain untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Hal tersebut jelas
merugikan negara, karena hasil keuntungan yang seharusnya masuk ke APBN
tetapi justru diambil oleh pihak-pihak tidak bertangung jawab.
3) Kebiasaan BUMN untuk merambah semua sektor usaha. Dalam hal ini sebuah
BUMN seharusnya fokus dan maksimal dalam bidang usaha yang menjadi
kegiatan utamanya. Perilaku yang tidak fokus dan merambah semua bidang usaha,
tanpa strategi yang matang bisa menjadi penyebab kebangkrutan BUMN.
Permasalahan yang dihadapi perusahaan swasta di antaranya :
1) Masalah permodalan. Sebagai perusahaan swasta yang tidak bergantung
sepenuhnya dengan pemerintah menjadi tantangan tersendiri bagi para perusahaan
swasta karena tidak disuntik modal oleh pemerintah.
2) Persaingan yang semakin kuat. Sekarang perekonomian semakin maju, telah
banyak muncul inovasi-inovasi baru sehingga menjadi masalah bagi perusahaan
yang tidak memiliki kreaitvitas. Selain itu, semakin terbukanya arus globalisasi
menjadikan mudahnya perusahaan asing untuk masuk di Indonesia.
3) Kondisi makro ekonomi yang resesi. Jelas akan berdampak pada perusahaan
swasta karena menyebabkan penjualan turun,

b. Uraikan eksistensi, peranan dan problema koperasi dan UMKM !


Jawab :

Koperasi
Keberadaan koperasi dalam perekonomian Indonesia menempati tempat yang sangat
penting. Kedudukan yang sangat penting ini dapat dinyatakan dengan jelas dalam pasal 4
Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Peran
koperasi dalam perekonomian Indonesia adalah :
1) Mengembangkan keterampilan dan kemampuan keuangan para anggotanya agar
kehidupan sosial-ekonomi meningkat
2) Meningkatkan kualitas hidup individu anggotanya
3) Memperkuat ekonomi kerakyatan sebagai tumpuan utama perekonomian
Indonesia
4) Mewadahi usaha bersama para anggotanya

Problem-probelm yang dihadapi koperasi sebagai salah satu lembaga ekonomi :


1) Koperasi relatif lebih lemah dibanding BUMN dan swasta. Perlu ada upaya
pemulihan agar koperasi memiliki peran yang besar dalam perekonomian makro
2) Masalah keterampilan manajemen. Saat ini sudah era teknologi, koperasi harus
bisa beradaptasi dengan kondisi tersebut.
3) Generasi muda sekarang kurang berminat dengan koperasi. Koperasi perlu
berinovasi agar dapat berintegrasi dengan generasi muda demi kelangsungannya.
Perubahan tersebut harus koperasi pelajari agar koperasi tidak hanya dikenal
sebagai bagian dari masa lalu
4) Globalisasi. Globalisasi mengarah pada ekonomi liberalisasi dan pasar bebas,
yang bertentangan dengan tujuan utama koperasi membentuk ekonomi yang
berdasarkan kekeluargaan

UMKM
UMKM bisa dibilang sebagai unit usaha terkecil dalam perekonomian Indonesia. UMKM
sebenarnya adala usaha yang dijalankan oleh individu atau lembaga dan modalnya masih
kecil. Peranan UMKM dalam perekonomian di Indonesia :
1) UMKM menyerap tenaga kerja sangat besar. Hal ini karena pertumbuhan UMKM
akhir-akhir ini sangat cepat sekali.
2) Sebagai stimulus prekonomia di negara berkembang
3) Mendorong pemanfaatan sumber daya lokal secara maksimal
4) Mengembangkan sumber daya manusia karena mayoritas UMKM dikelola oleh
masyarakat sekitar

Problem-problem yang dihadapi UMKM, di antaranya :


1) Keterbatasan kemampuan dalam memperoleh peluang pasar
2) Keterbastasan kemampuan untuk memperbesar pangsa pasar
3) Manajemen dan organisasi yang masih sederhana/kurang efisien
4) Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh akses
terhadap modal
5) Kurangnya jaringan usaha
6) Iklim usaha yang sangat keras karena antar UMKM saling mematikan
7) Terkadang usahanya masih dianggap sebelah mata sehingga berkurangnya
konsumen
8) Kurangnya pembinaan yang terpadu

4. Memahami Indikator ekonomi yang penting bagi perekonomian Indonesia sangat penting
yang menjadi momok krisis ekonomi adalah inflasi harga dan depresiasi rupiah, berkaitan
dengan itu jawablah pertanyaan di bawah ini:
a. Masalah ekonomi yang dihadapi oleh pemerintah sejak merdeka hingga awal Orde Baru
adalah “hiperinflasi, respons pemerintah pada waktui itu adalah Gunting Sjafruddin
(1950) dan Sanering I (1959), dan Sanering II (1965), jelaskan kebijakan pemerintah di
awal orde baru untuk mengatasi situasi ini ?

Jawab :
Kebijakan yang diberlakukan pemerintah orde baru untuk mengatasi hiperinflasi adalah
sebagai berikut :
1. Menjaga stabilitas politik.
Hal yang paling penting menurut pemerintah adalah politik harus stabil terlebih
dahulu. Hal ini karena pada tahun-tahun sebelumnya terdapat kekacauan politik
akibat Gerakan 30 september. Politik yang kuat maka akan memudahkan
pemerintah untuk menerapkan kebijakannya
2. Kebijakan moneter : mengurangi jumlah uang beredar
Beberapa instrument kebijakan moeneter yang dipakai yaitu : meningkatkan
tingkat suku bunga 6-9% per bulan dan suku bunga kredit 5% per bulan dan
pemerintah juga menerapkan kredit selektif untuk mengurangi volume jumlah
uang beredar
3. Kebijakan fiscal : disiplin anggaran
Pemerintah orde baru menerapkan program APBN berimbang antara pengeluaran
dan pemasukkan untuk mengurangi jumlah uang beredar yang merupakan factor
utama penyebab inflasi. Dalam praktiknya pemerintah menghemat pengeluaran
seperti BBM, subsidi, departemen, dan menggencarkan penerimaan negara
melalui pajak.
4. Kebijakan decontrol : melepas pasung
Inti dari kebijakan ini adalah perubahan system ekonomi dari yang semula
komando/terpusat (strict) menjadi lebih longgar (fleksibel)
5. Kebijakan neraca perdagangan : melonggarkan ketersediaan devisa
Pemerintah memberlakukan kebijakan ini untuk mendorong eskpor dan
melancarkan arus dana kas masuk agar bisa digunakan untuk membiayai program-
program pemerintah

c. Pada masa jatuhnya Presiden Soeharto (1998), rupiah mencapai Rp16.000/USD,


kemudian pada pada masa Presiden Abdurrahman Wahid (2001) diturunkan juga
mencapai Rp 14.00/USD, jelaskan fenomana ini bagaimana langkah kebijakan untuk
mengatasi ini?

Jawab :
Awal krisis 1998
Sumber krisis sebenarnya berasal dari Thailand pada awal juli 1997. Pada masa itu
terjadi capital outflow besar-besaran yang menyebabkan tekanan pada baht Thailand.
Kemudian, efek tersebut merembet ke negara-negara asia lain seperti Indonesia. Rupiah
pun mulai mengalami depresiasi pada masa itu. Kurs terdepresiasi hamper 700% ke Rp
16000/dolar pada 1998. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya modal asing yang
keluar dari Indonesia. Akibatnya industry di Indonesia kewalahan untuk membeli bahan
baku impor, PHK di mana-mana, bank-bank mulai kesulitan likuiditas karena banyaknya
nasabah yang menarik uangnya.

Kebijakan Soeharto
Kebijakan awalnya di antaranya :
1) Memperketat kebijakan moneter. Pada masa itu suku bunga acuan BI mencapai
30%. Pemerintah juga menerbitkan SBI dan mendorong BUMN untuk
membelinya agar jumlah uang beredar berkurang
2) Memperketat kebijakan fiscal. Proyek pemerintah yang memakan banyak devisa
dan dana pemerintah ditunda
3) BI sebagai the leander of the last resort memberikan bantuan likuiditas kepada
bank-bank yang bermasalah. Kebijakan ini sebenarnya bertentangan dengan
pengetatan kebijakan moneter tetapi tetap diambil agar situasi lebih buruk tidak
terjadi. Pemerintah takut akan terjadi efek domina dari runtuhnya ban-bank besar
yang kekurangan likuiditas
4) Pemerintahan Soeharto menundang IMF untuk bersama-sama mengatasi masalah
Krisi moneter. IMF meminjamkan dana sebesa USD 10 miliar untuk memperkuat
cadangan devisa
Kebijakan menjelang turunnya Soeharto :
1) Kombinasi kebijakan moneter ketat dan kebijakan fiscal longgar.
2) Membenahi sector perbankan. Intinya adalah agar tidak terjadi kontradiksi
kebijakan yang diterapkan karena sebelumnya BI menaikkan suku bunga untuk
mengurangi jumlah uang berdar tetapi BI juga memberikan bantuan likuiditas
kepada para bank-bank bermasalah
Kebijakan B. J Habibie
1) Defisit anggaran 8,5% dari PDB.. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah
uang beredar yang diakibatkan dari pembiayaan proyek-proyek pemerintah
2) Kebijakan moneter diperketat. Pemerintah menaikkan suku bunga mencapai 70%
pada masa presiden BJ Habibie
3) Kebijakan jarring pengaman. Contohnya seperti pemberian subsidi dan suplai
bahan pokok
4) Pembenahan bank-bank bermasalah. Bagi bank yang terkena masalah likuiditas
dilakukan merger, pemberian bantuan likuiditas, bahkan ada yang ditutup
Kebijakan Abdurrahman Wahid
1) Melanjutkan program pembenahan ban-bank yang bermasalah
2) Melanjutkan penganganan utang swasta
3) Mengimplementasikan desentralisasi fiskal
Kebijakan Megawati
1) Memperbaiki hubungan dengan IMF. Hal ini dilakukan untuk menciptakana
kepercayaan pasar terhadap program-program pemerintah
2) Konsolidasi fiscal. Tujuannya untuk menstabilkan ekonomi
3) Koordinasi antara pemegang otoritas fiscal (kemenkeu) dengan otoritas moneter
(BI). Tujuannya agar kebijakan yang disusun tidak saling tumpeng tindih
4) Menyelesaikan persoalan perbankan. Dalam hal ini BPPN berperan untuk
menangani masalah pengelolaan ase untuk memaksimalkan nilai recovery-nya
dan menuntaskan program divestasi perbankan
5) Privatisasi BUMN. Singkatnya “menswastakan” perusahaan negara

5. Perkembangan perekonomian Indonesia dapat dilihat dari perubahan struktur ekonomi


atau transformasi struktural, berdasarkan tabel sumbangan sektoral PDB terhadap
perekonomian (dalam persentase), jawablah pertanyaan di bawah ini!

No Sektor 1970 1980 1990 2000 2005 2020


1 Pertanian 55.3 40.2 34.6 26.4 23.9 21.9

2 Industri 12.3 21.5 25.8 33.9 34.9 33.3

3 Jasa 32.4 38.3 39.6 39.7 41.2 44.8

Sumber : Badan Pusat Statistik,Beberapa tahun, diolah

a. Secara umum bagaimana proses tranformasi structural ekonomi Indonesia itu terjadi?
(pergunakan tabel di bawah ini)

Jawab :
Dari table tersebut dapat kita lihat bahwa sector pertanian mengalami trend penurunan
dalam rentang waktu 50 tahun. Tercatat penuruna tersebut yang terbesar disbanding 3
sektor lain yaitu sekitar 60,4%. Kemudian sector industry mengalami kenaikan yang
sangat signifikan disbanding 3 sektor lainnya yaitu 170% dari tahun 1970-2020.
Sektor jasa juga naik tetapi tidak sebesar industry yaitu sekitar 38,27% Data tersebut
menjadi bukti bahwa terjadi pergeseran struktur ekonomi di Indonesia dengan
industry sebagai penyangga utama perekonomian nasional

Perubahan struktur ekonomi Indonesia dimulai pada masa Presiden Soeharto, program
orde baru seperti REPELITA berhasil merubah struktur ekonomi dari yang memiliki
produktivitas rendah ke sector yang memiliki produktivitas tinggi. Sektor indsutri
menjadi salah satu yang memiliki peran besar pada masa itu hal ini sebagai akibat
kebijakan REPELITA IV dan V yang menggencarkan ndustrialisasi. Tercatat terdapat
kenaikan signifikan pada tahun 1970 sekitar 12,3% menjadi 25,8% pada tahun 1990.

b. Kalau ada sementara ekonom yang menggangap bahwa Indonesia telah mengalami
proses deindustrialisasi Apakah anda setuju?, Jelaskan?

Jawab :
Deindustrialisasi adalah suatu kondisi kebalikan industrialisasi, di mana ketika
deindustrialisasi terjadi penurunan kontribusi sector industry terhadap perekonomian
suatu negara yang dicerminkan melalui PDB. Penurunan bisa diukur dari total
produksi disbanding dengan total produksi barang & jasa di negara tersebut. Sebelum
mengambil kesimpulan sebaiknya kita harus melhat data PDB Indonesia terlebih
dahulu

Pertanian,
Industri Jasa keuangan
Tahun kehutanan, dan
Pengolahan & asuransi
perikanan

2010 13,93 22,04 3,49

2011 13,51 21,87 3,46

2012 13,37 21,96 3,72

2013 13,36 21,03 3,88

2014 13,34 21,08 3,86

2015 13,49 20,99 4,03

2016 13,48 20,52 4,19

2017 13,16 20,16 4,2

2018 12,81 19,86 4,15

2019 12,71 19,7 4,24

2020 13,7 19,87 4,51

2021 13,28 19,25 4,34


Sumber : BPS diolah

Jika kita lihat melalui data persentase kontribusi sector ekonomi terhadap PDB
memang terlihat terjadi trend penurunan dari sector industry. Dari tahun 2010 s.d
tahun 2022 terdapat penurunan total sekitar 14,50% Maka saya setuju dengan
pendapat ekonom tersebut mengenai deindustrialisasi. Kita lihat kondisi ekonomi
sekarang. Penyerapan tenaga kerjanya di sector ini masih rendah sehingga
dampaknya output yang dihasilkan pun rendah. Kenapa bisa begitu? Karena sector
industry memang membutuhkan SDM yang berkualitas sedangkan SDM berkualitas
dihasilkan dari tingkat Pendidikan. Dampaknya adalah tenaga kerja lebih banyak
yang terserap ke sector informal.

Selain factor tersebut, deindustrialisasi juga diakibatkan factor eksternal seperti


harga minyak dunia yang fluktuatif dan nilai tukar rupiah. Industri tidak bisa
dilepaskan dari minyal karena minyak digunakan untuk menggerakkan mesin-mesin.
Jika harga minyak dunia tinggi maka biaya perusahaan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai