Nanang Arifin - F0120088 - B - UTS Perekonomian Indonesia
Nanang Arifin - F0120088 - B - UTS Perekonomian Indonesia
1. Secara umum perekonomian pada masa penjajahan didominasi oleh perusahaan asing dan
lemahnya pribumi, berdasarkan hal itu jelaskan pertanyaan di bawah ini:
a. Gunakan konsep dualisme masyarakat (Boeke) dan teknologi (Higgins) untuk
menjelaskan keadaan di atas? Bagaimana strategi pemerintah Orde Lama, Orde Baru,
dan Orde Reformasi merespons ini?
Jawab :
Konsep dualism Boeke
Dualisme yang dimaksud menurut Boeke adalah terkait dengan system ekonomi yang
berlaku pada masa itu yaitu system ekonomi subsisten & system ekonomi kapitalis.
Dualisme tersebut dapat dilihat pada perbedaan corak atau ciri ekonomi perkebunan
Belanda yang padat modal (modal besar) dengan ekonomi pedesaan yang bertumpu pada
pertanian yang terbatas (subsisten)
Ekonomi desa sebagai subsisten, yaiyu system ekonomi ekonomi yang belum memiliki
instrument ekonomi yang lengkap seperti uang sebagai sarana transaksi, pasar untuk
menjual hasil produksi, dan juga modal transportasi untuk distribusi. Seementara itu,
ekonomi perekbunan Belanda lebih modern karena sudah menggunakan uang, system
perbankan, pasar, dan modal transportasi
Jika kita melihat kondisi Indonesia pada zaman colonial memang terdapat perbedaan
yang mencolok antara perekonomian Belanda dengan pribumi yang disebabkan oleh
perbedaan teknologi tersebut. Belanda sudah menggunakan mesin-mesin dalam
produksinya sedangkan pribumi belum sehingga terdapat dualism teknologi pada masa
itu.
b. Jelaskan juga situasi pada sektor pertanian di mana terjadi “Involusi” seperti yang
dikemukakan oleh Clifford Geertz! Bagaimana kebijakan pemerintah Orde Lama, Orde
Baru, dan Orde Reformasi merespons ini?
Jawab :
Kondisi sector pertanian zaman kolonialisme
Istilah involusi pertanian dipaparkan oleh Geertz dalam karyanya yang berjudul
“Involusi Pertanian Proses Perubahan Ekologi di Indonesia”. Melalui buku tersebut
Geertz menggambarkan kondisi Ketika sector pertanian mengalami stagnasi bahkan
cenderung menurun. Jika kita lihat pada zaman colonial Belanda, adanya stagnasi atau
bahkan penurunan pada masa itu juga disebabkan karena system ekonomi & factor
politik yang diterapkan pemerintah colonial
Pada masa itu contohnya pada masa pemerintahan Van Den Bosch telah diterapkan
kebijakan tanam paksa untuk pribumi. Sistem tanam paksa ini bertujuan untuk
mengambil hasil pertanian di Indonesia sementara pihak pribumi yang menanggung
beban sewa lahan juga ada kewajiban lain untuk menanam tanaman ekspor seperti tebu
dan kopi. Selain itu factor budaya masyarakatnya juga memengaruhi di mana Ketika
terjadi pembagian warisan akan semakin mempersempit kepemilikan lahan dan
kemiskinan pun terjadi. Hal tersebut pun pasti juga akan berdampak pada ketahanan
pangan karena lahan semakin sempit sementara kebutuhan pangan dan pekerjaan
semakin banyak.
Jawab :
Saat ini terdapat dua sistem ekonomi paling dominan di dunia yaitu sistem ekonomi
kapitalis/pasar dan sistem sosialis/komando. Menurut saya sistem pancasila tidak masuk
di antara kedua kelompok tersebut. Sistem pancasila memiliki ciri/corak tersendiri yang
membedakan dengan dua tersebut. Sistem kapitalis snagat menekankan pada kebebasan
pasar, peran swasta yang dominan, peran pemerintah minim dan dampaknya yang
lemah/tidak memiliki modal akan tertindas. Sementara itu, sistem sosialis pemerintah
punya peran sangat kuat sedangkan swasta minim. Namun, sistem ini sangat rawan
terhadap praktik korupsi, kolusi, nepotisme karena peran pemerintahnya yang sangat
kuat. Yang ditakutkan adalah sistem ini tidak akan berjalan baik jika pemerintahnya
kurang kompeten. Dalam sistem pancasila terdapat keseimbangan antara peran
pemerintah dan juga swasta. Pemerintah hanya menguasai sumber-sumber yang vital saja
yang memiliki dampak besar terhadap kepentingan rakyat sedangkan sisanya diserahkan
kepada swasta.
b. Jelaskan konsep sistem ekonomi Indonesia dari sejak awal Indonesia merdeka sampai
saat ini!
Jawab :
Konsep awal/era orde lama
Terkait konsep sistem ekonomi di Indonesia bisa kita lihat dalam pasal 33 UUD 1945.
Bunyi pasal 33 UUD 1945 yaitu ”perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan, cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Azas kekeluargaan menjadi ruh dasar dari
ekonomi Indonesia dalam penjelasan dari naskah asli UUD NRI Tahun 1945 disebutkan
secara langsung bahwa koperasilah sebagai wujud dari asas kekeluargaan.
Konsep tersebut tak lepas dari hasil pemikiran Bung Hatta mengenai ekonomi kerakyatan.
Ekonomi kerakyatan merupakan sebuah konsep ekonomi-politik yang memusatkan
pembangunannya pada rakyat. Konsep ini adalah tanggapan atas kegagalan sistem
komunisme dan kapitalisme yang berkembang pada masa itu. Konsep ekonomi
kerakyatan itu dituangkan ke dalam pasal 33 UUD 1945
Bung Hatta berpendapat bahwa ekonomi yang ideal adalah mengedepankan kepentingan
rakyat tanpa harus mengorbankan hak individu. Pemikirannya merupakan kritik keras
terhadap liberalisme dan kapitalisme yang sangat individualistik. Karakteristik ekonomi
kerakyatan di antaranya :
1) Memberikan kepastian hak kepada rakyat akan kehidupan dan pekerjaan layak
(pasal 27 ayat 2)
2) Menyusun perekonomian sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan
(pasal 33 ayat 1)
3) Negara menguasai sektor-sektor ekonomi yang penting dan menyangkut hajat
hidup orang banyak (pasal 33 ayat 2)
4) Menguasai dan memastikan pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaan yang
terkandung di dalamnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 33 ayat
3)
5) Memelihara fakir miskin dan anak terlantar (pasal 34)
Adanya amandemen ini seakan menyiratkan kita bahwa system ekonomi Pancasila tidak
bisa mengikuti perkembangan zaman. Dengan adanya amandemen ini diharapkan system
ekonomi Pancasila menjadi lebih fleksibel. Fleksibel dalam artian memberikan kesepatan
pada investor-investor asing tetapi juga melindungi hak-hak penguasaan individu, dan
mengurangi monopoli dalam pasar.
Jawab :
BUMN merupakan perusahaan milik negara yang tujuan utamanya adalah mencari profit
dan dari profit itu digunakan sebagai salah satu sumber pendapatan APBN. Karena
perusahaan negara maka modalnya pun berasal dari pemerintah melalui penyertaan
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Terdapat dua jenis
perusahaan negara (BUMN) yaitu Persero di mana pemerintah memiliki saham 51% nya .
Tujuan utama persero adalah hanya mencari keuntungan. Semantara itu Perum
(perusahaan umum) seluruh modalnya dimiliki negara dan tujuan utamanya kemanfaatan
umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang ermutu tinggi dan sekaligus
mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
Performa
Untuk melihat perbandingan performa BUMN dengan perusahaan swasta dapat kita lihat
melalui kinerja keuangan perusahaannya yang meliputi Return on Asset (ROA), Return
on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Capital Adequacy Ratio (CAR), dll Selain
itu juga kita tidak bisa menilai kinerja perusahaan jika hanya melihat pada satu sector
bisnis saja. Sekarang telah banyak BUMN yang bergerak di berbagai sector bisnis.
1) Sektor farmasi
Dalam jurnal yang ditulis oeh (Mardiyani, 2017) mengatakan bahwa terdapat
perbedaam kinerja yang signifikan antara perusahaan BUMN yang bergerak di
bidang farmasi dengan perusahaan swasta jika dilihat melalui variable ROE.
Perusahaan swasta memiliki ROE lebih besar di atas batas aman 15% sedangkan
BUMN tidak. Hal ini disebabkan karena perbedaan struktur modal di mana
perusahaan swasta mengungguli permodalan BUMN.
Namun, jika dilihat EVA perusahaan farmasi BUMN dan swasta tidak terdapat
perbedaan yang signifikan karena kedua jenis perusahaan ini sama-sama memiliki
nilai EVA negatif.
2) Sektor perbankan
Dalam penelitian oleh (Supit dkk, 2019) tentang perbedaan kinerja bank BUMN
dengan bank swasta dipaparkan data mengenai kinerja keuangan beberapa bank
BUMN dan swasta. Data tersebut di antaranya ROA bank BUMN 15,10%
sedangkan bank swasta 12,97% ROE bank BUMN 88,34% sedangkan bank
swasta 64,03% NIM bank BUMN 42,45% sedangkan bank swasta 55,4% CAR
bank BUMN 111,26% bank swasta 153,46%. Dari data tersebut kemudian diolah
secara statistic dan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja yang
signifikan antara bank BUMN dengan bank swasta.
3) Sektor telekomunikasi
Dalam jurnal yang ditulis oleh (Hasan & Setyawati, 2012) mengungkapkan
terdapat perbedaan performa yang signifikan antara perusahaan BUMN (Telkom)
dengan beberapa perusahaan swasta (Indosat, XL, Bakrie Telkom, dan Mobil-8
Telecom). Variabel yang digunakan adalah net profit margin (NPM), return on
asset (ROA), dan return on equity (ROE). Hal tersebut disebabkan karena
perusahaan BUMN sudah lebih terkenal dulu oleh masyarakat sehingga memiliki
pasar yang lebih luas. Selain itu, perusahaan swasta memiliki kendala pemasaran
karena harga yang ditetapkan lebih mahal disbanding perusahaan pemerintah.
Masalah
Permasalahan yang dihadapi BUMN di antaranya :
1) BUMN ibarat sebagai sapi perahan. BUMN dituntut untuk menghasilkan laba
bagaimanapun juga karena untuk menambah pendapatan APBN. Namun, hal itu
tidak menghiraukan kondisi keuangan perusahaan
2) Menjadi objek eksploitasi bersama. Dengan kata lain BUMN dimanfaatkan oleh
beberapa pihak lain untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Hal tersebut jelas
merugikan negara, karena hasil keuntungan yang seharusnya masuk ke APBN
tetapi justru diambil oleh pihak-pihak tidak bertangung jawab.
3) Kebiasaan BUMN untuk merambah semua sektor usaha. Dalam hal ini sebuah
BUMN seharusnya fokus dan maksimal dalam bidang usaha yang menjadi
kegiatan utamanya. Perilaku yang tidak fokus dan merambah semua bidang usaha,
tanpa strategi yang matang bisa menjadi penyebab kebangkrutan BUMN.
Permasalahan yang dihadapi perusahaan swasta di antaranya :
1) Masalah permodalan. Sebagai perusahaan swasta yang tidak bergantung
sepenuhnya dengan pemerintah menjadi tantangan tersendiri bagi para perusahaan
swasta karena tidak disuntik modal oleh pemerintah.
2) Persaingan yang semakin kuat. Sekarang perekonomian semakin maju, telah
banyak muncul inovasi-inovasi baru sehingga menjadi masalah bagi perusahaan
yang tidak memiliki kreaitvitas. Selain itu, semakin terbukanya arus globalisasi
menjadikan mudahnya perusahaan asing untuk masuk di Indonesia.
3) Kondisi makro ekonomi yang resesi. Jelas akan berdampak pada perusahaan
swasta karena menyebabkan penjualan turun,
Koperasi
Keberadaan koperasi dalam perekonomian Indonesia menempati tempat yang sangat
penting. Kedudukan yang sangat penting ini dapat dinyatakan dengan jelas dalam pasal 4
Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Peran
koperasi dalam perekonomian Indonesia adalah :
1) Mengembangkan keterampilan dan kemampuan keuangan para anggotanya agar
kehidupan sosial-ekonomi meningkat
2) Meningkatkan kualitas hidup individu anggotanya
3) Memperkuat ekonomi kerakyatan sebagai tumpuan utama perekonomian
Indonesia
4) Mewadahi usaha bersama para anggotanya
UMKM
UMKM bisa dibilang sebagai unit usaha terkecil dalam perekonomian Indonesia. UMKM
sebenarnya adala usaha yang dijalankan oleh individu atau lembaga dan modalnya masih
kecil. Peranan UMKM dalam perekonomian di Indonesia :
1) UMKM menyerap tenaga kerja sangat besar. Hal ini karena pertumbuhan UMKM
akhir-akhir ini sangat cepat sekali.
2) Sebagai stimulus prekonomia di negara berkembang
3) Mendorong pemanfaatan sumber daya lokal secara maksimal
4) Mengembangkan sumber daya manusia karena mayoritas UMKM dikelola oleh
masyarakat sekitar
4. Memahami Indikator ekonomi yang penting bagi perekonomian Indonesia sangat penting
yang menjadi momok krisis ekonomi adalah inflasi harga dan depresiasi rupiah, berkaitan
dengan itu jawablah pertanyaan di bawah ini:
a. Masalah ekonomi yang dihadapi oleh pemerintah sejak merdeka hingga awal Orde Baru
adalah “hiperinflasi, respons pemerintah pada waktui itu adalah Gunting Sjafruddin
(1950) dan Sanering I (1959), dan Sanering II (1965), jelaskan kebijakan pemerintah di
awal orde baru untuk mengatasi situasi ini ?
Jawab :
Kebijakan yang diberlakukan pemerintah orde baru untuk mengatasi hiperinflasi adalah
sebagai berikut :
1. Menjaga stabilitas politik.
Hal yang paling penting menurut pemerintah adalah politik harus stabil terlebih
dahulu. Hal ini karena pada tahun-tahun sebelumnya terdapat kekacauan politik
akibat Gerakan 30 september. Politik yang kuat maka akan memudahkan
pemerintah untuk menerapkan kebijakannya
2. Kebijakan moneter : mengurangi jumlah uang beredar
Beberapa instrument kebijakan moeneter yang dipakai yaitu : meningkatkan
tingkat suku bunga 6-9% per bulan dan suku bunga kredit 5% per bulan dan
pemerintah juga menerapkan kredit selektif untuk mengurangi volume jumlah
uang beredar
3. Kebijakan fiscal : disiplin anggaran
Pemerintah orde baru menerapkan program APBN berimbang antara pengeluaran
dan pemasukkan untuk mengurangi jumlah uang beredar yang merupakan factor
utama penyebab inflasi. Dalam praktiknya pemerintah menghemat pengeluaran
seperti BBM, subsidi, departemen, dan menggencarkan penerimaan negara
melalui pajak.
4. Kebijakan decontrol : melepas pasung
Inti dari kebijakan ini adalah perubahan system ekonomi dari yang semula
komando/terpusat (strict) menjadi lebih longgar (fleksibel)
5. Kebijakan neraca perdagangan : melonggarkan ketersediaan devisa
Pemerintah memberlakukan kebijakan ini untuk mendorong eskpor dan
melancarkan arus dana kas masuk agar bisa digunakan untuk membiayai program-
program pemerintah
Jawab :
Awal krisis 1998
Sumber krisis sebenarnya berasal dari Thailand pada awal juli 1997. Pada masa itu
terjadi capital outflow besar-besaran yang menyebabkan tekanan pada baht Thailand.
Kemudian, efek tersebut merembet ke negara-negara asia lain seperti Indonesia. Rupiah
pun mulai mengalami depresiasi pada masa itu. Kurs terdepresiasi hamper 700% ke Rp
16000/dolar pada 1998. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya modal asing yang
keluar dari Indonesia. Akibatnya industry di Indonesia kewalahan untuk membeli bahan
baku impor, PHK di mana-mana, bank-bank mulai kesulitan likuiditas karena banyaknya
nasabah yang menarik uangnya.
Kebijakan Soeharto
Kebijakan awalnya di antaranya :
1) Memperketat kebijakan moneter. Pada masa itu suku bunga acuan BI mencapai
30%. Pemerintah juga menerbitkan SBI dan mendorong BUMN untuk
membelinya agar jumlah uang beredar berkurang
2) Memperketat kebijakan fiscal. Proyek pemerintah yang memakan banyak devisa
dan dana pemerintah ditunda
3) BI sebagai the leander of the last resort memberikan bantuan likuiditas kepada
bank-bank yang bermasalah. Kebijakan ini sebenarnya bertentangan dengan
pengetatan kebijakan moneter tetapi tetap diambil agar situasi lebih buruk tidak
terjadi. Pemerintah takut akan terjadi efek domina dari runtuhnya ban-bank besar
yang kekurangan likuiditas
4) Pemerintahan Soeharto menundang IMF untuk bersama-sama mengatasi masalah
Krisi moneter. IMF meminjamkan dana sebesa USD 10 miliar untuk memperkuat
cadangan devisa
Kebijakan menjelang turunnya Soeharto :
1) Kombinasi kebijakan moneter ketat dan kebijakan fiscal longgar.
2) Membenahi sector perbankan. Intinya adalah agar tidak terjadi kontradiksi
kebijakan yang diterapkan karena sebelumnya BI menaikkan suku bunga untuk
mengurangi jumlah uang berdar tetapi BI juga memberikan bantuan likuiditas
kepada para bank-bank bermasalah
Kebijakan B. J Habibie
1) Defisit anggaran 8,5% dari PDB.. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah
uang beredar yang diakibatkan dari pembiayaan proyek-proyek pemerintah
2) Kebijakan moneter diperketat. Pemerintah menaikkan suku bunga mencapai 70%
pada masa presiden BJ Habibie
3) Kebijakan jarring pengaman. Contohnya seperti pemberian subsidi dan suplai
bahan pokok
4) Pembenahan bank-bank bermasalah. Bagi bank yang terkena masalah likuiditas
dilakukan merger, pemberian bantuan likuiditas, bahkan ada yang ditutup
Kebijakan Abdurrahman Wahid
1) Melanjutkan program pembenahan ban-bank yang bermasalah
2) Melanjutkan penganganan utang swasta
3) Mengimplementasikan desentralisasi fiskal
Kebijakan Megawati
1) Memperbaiki hubungan dengan IMF. Hal ini dilakukan untuk menciptakana
kepercayaan pasar terhadap program-program pemerintah
2) Konsolidasi fiscal. Tujuannya untuk menstabilkan ekonomi
3) Koordinasi antara pemegang otoritas fiscal (kemenkeu) dengan otoritas moneter
(BI). Tujuannya agar kebijakan yang disusun tidak saling tumpeng tindih
4) Menyelesaikan persoalan perbankan. Dalam hal ini BPPN berperan untuk
menangani masalah pengelolaan ase untuk memaksimalkan nilai recovery-nya
dan menuntaskan program divestasi perbankan
5) Privatisasi BUMN. Singkatnya “menswastakan” perusahaan negara
a. Secara umum bagaimana proses tranformasi structural ekonomi Indonesia itu terjadi?
(pergunakan tabel di bawah ini)
Jawab :
Dari table tersebut dapat kita lihat bahwa sector pertanian mengalami trend penurunan
dalam rentang waktu 50 tahun. Tercatat penuruna tersebut yang terbesar disbanding 3
sektor lain yaitu sekitar 60,4%. Kemudian sector industry mengalami kenaikan yang
sangat signifikan disbanding 3 sektor lainnya yaitu 170% dari tahun 1970-2020.
Sektor jasa juga naik tetapi tidak sebesar industry yaitu sekitar 38,27% Data tersebut
menjadi bukti bahwa terjadi pergeseran struktur ekonomi di Indonesia dengan
industry sebagai penyangga utama perekonomian nasional
Perubahan struktur ekonomi Indonesia dimulai pada masa Presiden Soeharto, program
orde baru seperti REPELITA berhasil merubah struktur ekonomi dari yang memiliki
produktivitas rendah ke sector yang memiliki produktivitas tinggi. Sektor indsutri
menjadi salah satu yang memiliki peran besar pada masa itu hal ini sebagai akibat
kebijakan REPELITA IV dan V yang menggencarkan ndustrialisasi. Tercatat terdapat
kenaikan signifikan pada tahun 1970 sekitar 12,3% menjadi 25,8% pada tahun 1990.
b. Kalau ada sementara ekonom yang menggangap bahwa Indonesia telah mengalami
proses deindustrialisasi Apakah anda setuju?, Jelaskan?
Jawab :
Deindustrialisasi adalah suatu kondisi kebalikan industrialisasi, di mana ketika
deindustrialisasi terjadi penurunan kontribusi sector industry terhadap perekonomian
suatu negara yang dicerminkan melalui PDB. Penurunan bisa diukur dari total
produksi disbanding dengan total produksi barang & jasa di negara tersebut. Sebelum
mengambil kesimpulan sebaiknya kita harus melhat data PDB Indonesia terlebih
dahulu
Pertanian,
Industri Jasa keuangan
Tahun kehutanan, dan
Pengolahan & asuransi
perikanan
Jika kita lihat melalui data persentase kontribusi sector ekonomi terhadap PDB
memang terlihat terjadi trend penurunan dari sector industry. Dari tahun 2010 s.d
tahun 2022 terdapat penurunan total sekitar 14,50% Maka saya setuju dengan
pendapat ekonom tersebut mengenai deindustrialisasi. Kita lihat kondisi ekonomi
sekarang. Penyerapan tenaga kerjanya di sector ini masih rendah sehingga
dampaknya output yang dihasilkan pun rendah. Kenapa bisa begitu? Karena sector
industry memang membutuhkan SDM yang berkualitas sedangkan SDM berkualitas
dihasilkan dari tingkat Pendidikan. Dampaknya adalah tenaga kerja lebih banyak
yang terserap ke sector informal.