Anda di halaman 1dari 8

Perekonomian Pada Masa

Penjajahan

Lukman Hakim
Dominasi Perusahan Asing dan
Lemahnya Pribumi
 Sejak jaman VOC telah beroperasi banyak
perusahaan Eropa – sebagian besar dari
Belanda- yang bergerak dalam bidang
perkebunan, perdagangan, perbankan dan
konstruksi. Selain itu, ada juga
perusahaan asing yang dimiliki oleh
keturunan Tionghoa yang juga
berkembang, sedangkan hanya sedikit
pengusaha pribumi yang eksist.
Dominasi Perusahan Asing dan
Lemahnya Pribumi
 Sejak jaman VOC telah beroperasi banyak perusahaan
Eropa –Beberapa perusahaan perdagangan Belanda
adalah Internatio; Borsumij; Jacobson van der Berg; Geo
Wehry; Mirandolle & Voute dan JPB; Lindetevis.
 Yang berasal dari Jerman adalah Java-Stool Stokvis.
 Perusahaan konstruksi Belanda adalah NV. Fermont
Cuypers; Indemec; Job en Sprey; Nederlandsche; De
Kondor; Kantoor Indonesie; Volker; Vis en Co;
Associatic; Ingenegeren Vrijburg.
 Perbankan Belanda diantaranya adalah Dutch Algemene
Volkscredietbank (BRI); De Javasche Bank (BI)
Dominasi Perusahan Asing dan
Lemahnya Pribumi
 Sementara juga sudah ada pengusaha Tionghoa salah satunya
yang terbesar adalah Oei Tiong Ham. Taoke ini menguasai sejumlah
perusahaan dengan jaringan internasional yang luas. Termasuk
dalam kelompok imperium bisnisnya adalah: (1) N.V.Handel Mij.
Kian Gwan, suatu perusahaan dagang yang mempunyai cabang di
Bombay, Kalkuta, Karachi, Shanghai, Hongkong, Amoy, Singapura
dan London; (2) N.V. Algemene Mij Tot Exploitatie der Oei Tiong
Ham Suiker fabrieken yang mengendalikan lima pabrik gula dengan
kapasitas produksi sekitar 10.000 ton per tahun; (3) N.V. Heap Eng
Moh Steamship Co. yang bergerak di bidang pelayaran yang
melayani rute pelabuhan-pelabuhan Jawa dan koloni Inggris di
Malaka dan Singapura. Untuk menunjang usaha pelayaran yang
dimilikinya dia mendirikan N.V. Midden Java Veem. Di bidang
perbankan Oei Tiong Ham mendirikan N.V. Bank Vereeniging Oei
Tiong Ham. Ini merupakan bank Cina pertama di Jawa. (Yoshihara,
1988:229).
Dominasi Perusahan Asing dan
Lemahnya Pribumi
 Sebagian besar pengusaha pribumi bergerak pada
sektor kerajinan, pengusaha pribumi di Jawa juga
bergerak pada industri rokok kretek. Bahkan antara
tahun 1929- 1932 terjadi peningkatan gaji tenaga kerja
dari 10 % menjadi 35 % pada industri rokok kretek
pribumi. Hal ini menunjukkan bahwa performa industri
rokok kretek pada masa itu cukup meyakinkan, pada
era ini tercatat seorang pengusaha rokok kretek
terbesar, Nitisemito, yang mendirikan pabrik rokok
kretek di Kudus dan mempekerjakan 10.000 buruh
(Sutter, 1959: 48).
Dualisme Ekonomi Boeke
 Menurut Boeke dalam perekonomian Hindia
Belanda terdapat dua sub sistem masyarakat
yakni masyarakat kapitalis dan pra-kapitalis.
Perbedaan dari kedua masyarakan itu adalah
jika pada masyarakat kapitalis menggunakan
metode dan institusi moderen, maka pada pra-
kapitalis memakai alat-alat ekonomi tradisional.
Selain ciri itu, Boeke juga mengetengahkan
beberapa persepsi mengenai masyarakat
tradional seperti cepat puas, kebutuhan
terbatas, dan buruh tidak mobil.
Dualisme Ekonomi Higgins
 Higgins membantah pendapat Boeke, menurutnya ciri-ciri
pertum-buhan masyarakat Hindia terjadi juga pada
masyarakat di negara lain. Di Eropa pada masa permulaan
juga mengalami tahap dari tradisional ke moderen. Hal itu
bukan monopoli di negara-negara Timur. Sebaliknya, Higgin
justru menunjukkan fakta bahwa yang terjadi hanya
dualisme teknologi, yaitu adanya teknologi yang moderen
dan tradisional. Contoh yang empirik adalah seperti
ditunjukkan dalam produksi gula. Gula putih diproduksi oleh
pengusaha Belanda dengan menggunakan pabrik yang
canggih ketika itu. Sementara itu, pengusaha pribumi
memproduksi gula merah atau “gula jawa”, dengan
memakai teknologi yang sangat sederhana. Pangsa pasar
gula-gula itu juga khusus. Gula merah dikonsumsi oleh
masyarakat Belanda dan untuk kepentingan ekspor,
sedangkan gula jawa dikonsumsi oleh masyarakat pribumi.
Involusi Pertanian
(Clifford Geertz)
 Perkembangan pedesaan di Jawa menunjukkan
kemandekan atau sulit dilakukan perubahan.. Dengan
semakin banyaknya jumlah penduduk, tidak dapat
dihindarkan hubungan kepemilikan lahan garapan menjadi
berbelit-belit dan pengaturan kerja dalam sistem gotong
royong menjadi semakin kompleks. Sehingga terjadi proses
pembangunan yang berjalan ditempat atau diistilahkan
“involusi” pada sector pertanian.
 Ini disebabkan proses tata susunan sosial budaya yang
kokoh dan rumit yang memandang bahwa kenikmatan dan
kesengsaraan harus dinikmati bersama, maka terjadi apa
yang disebut Geertz sebagai share poverty atau kemiskinan
yang ditanggung bersama. Situasi ini mengakibatkan tidak
terjadinya proses pertumbuhan yang wajar atau evolusi
seperti yang terjadi pada masyarakat moderen.

Anda mungkin juga menyukai