Makalah Evaluasi Pendidikan Kel. 9 Fix New
Makalah Evaluasi Pendidikan Kel. 9 Fix New
PENILAIAN AUTENTIK
Disusun oleh
Kelompok 9 :
TAMBAKBERAS JOMBANG
2023
KATA PENGANTAR
Tim penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penilaian autentik dalam pembelajaran benyak sekali melakukan
penilaian, bukan hanya melalui tes saja tetapi meliputi sikap dan proses.
Penilaian autentik lebih mengutamakan penilaian proses dari pada
kemampuan anak atau bisa juga dikatakan penilaian autentik tidak hanya
mengukur apa yang telah diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih
menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. hal yang
demikian bisa membangkitkan motivasi belajar siswa. Karena apapun
aktivitas yang dilakukan oleh perserta didik itu akan diberi nilai oleh guru.
Penilaian autentik adalah jenis penilaian yang mengarahkan perserta
didik untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi yang
dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan dan situasi yang dijumpai dalam
dunia nyata1 . Dengan demikian penilaian autentik pada saat ini sangat
dibutuhkan karena pada zaman sekarang orang tidak menilai kognitif tetapi
orang lebih menilai apa yang bisa diperbuat.
Sedangkan penilaian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
proses pembelajaran dan dapat menentukan kualitas dari sebuah kegiatan
pembelajaran. Penilaian digunakan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan dalam proses pembelajaran, serta untuk melakukan diagnosis dan
perbaikan proses pembelajaran. Sebuah proses pembelajaran yang bermakna
memerlukan sistem penilaian yang baik, terencana dan
berkesinambungan.2Penilaian autentik merupakan salah satu aspek yang
harus ada dalam pembelajaran. Agar pendidik bisa termotivasi untuk belajar,
dan mengetahui sampai dimana keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik
dalam pelaksanaan tugasnya.Penilaian pembelajaran harus dilakukan secara
terus menerus, untuk mengetehui dan memantau perubahan serta kemajuan
1
Ridwan Abdullah Sani, Penilaian Autentik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), hal. 23
2
Ibid, hal. 1
1
yang dicapai peserta didik, maupun untuk memberi skor, angka atau nilai
yang bisa dilakukan dalam penilaian hasil belajar.3 Skor adalah bilangan yang
secara arbitrer diterakan kepada objek pada sifat tertentu yang diukur
menggunakan sistim atau aturan tertentu.4Dengan demikian penilaian hasil
belajar harus dilakukan untuk mengetahui skor yang diperoleh siswa untuk
pelejaran yang di ajarakan.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penilaian autentik?
2. Apa perbandingan penilaian autentik dan penilaian konvensial?
3. Bagaimana cara penyusunan penilaian autentik?
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui pengertian penilaian autentik?
2. Mengetahui perbandingan penilaian autentik dan penilaian konvensial?
3. Mengetahui cara penyusunan penilaian autentik?
3
Mulyasa, Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
hal. 136
4
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hal. 204
2
BAB II
PEMBAHASAN
5
Zurnial Z & Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan–Pengantar & Dasar-dasar Penilaian Pendidikan,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta & UIN Jakarta Press, 2006), hal 133
6
Trianto. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia Dini TK/RA & Anak Usia
Kelas Awal SD/MI. (Jakarta: Kencana,2011),hal.253.
7
Kunandar, Penilaian Autentik, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,2013) hal. 36
3
Salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik,
dimana guru dalam melakukan penilaian benar-benar memperhatikan
proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan peserta didik. Penilaian Autentik dijelaskan sebagai kegiatan
menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai,
baik proses maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian yang
disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di standar kompetensi
(SK) atau kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD). Selain itu
Dirman dan Juarsih dalam jurnalnya menerangkan bahwa assessment
autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, karena assessment
seperti ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik,
baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring
dan lain-lain.
Hakikat penilaian pendidikan menurut konsep authentic assesment
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu
diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses
pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru
mengindikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, guru
segara bisa mengambil tindakan yang tepat.8
Asesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas
perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka
berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Asesmen
autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik,
bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka
sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak
dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan 9
8
Ratnawulan Elis, Evaluasi Pembelajaran (Bandung : Pustaka Setia, 2014) hal.316
9
Ibid hal. 318
4
B. Macam-macam Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
10
Kunandar,Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum
2013): Suatu Pendekatan Praktis disertai dengan Contoh. Ed. Rev),( Jakarta: Rajawali
Pers,2014),hal.52
11
Imas Kurinasih dan Berlin Sani,Implementasi Kurikulum 2013,(Konsep dan Penerapan),(
Surabaya: Kata Pena,2014),hal,51
12
Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
5
e. Mengamalkan nilai, yaitu mengembangkan nilai tersebut sebagai
ciri pada dirinya dalam berpikir, berkata, berkomunikasi, dan
bertindak (penilaian karakter).
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Menurut Deni Kurniawan juga memberikan penjelasan
mengenai proses berpikir kognitif, yaitu: 13
13
Deni Kurniawan,Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan Penilaian),(Bandung:
Alfabeta,2014),hal.11
14
Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
6
i. Mengamati, yaitu perhatian pada waktu mengamati suatu
objek/membaca tulisan/mendengar dari suatu penjelasan,
catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu
yang digunakan untuk mengamati.
ii. Menanya, yaitu jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang
diajukan siswa
iii. Mengumpulkan informasi/mencoba, yaitu jumlah dan
kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan
informasi, validitasi informasi yang dikumpulkan, dan
instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
iv. Menalar/mengasosiasi, yaitu mengembangkan interpretasi,
argumentasi, dan kesimpulan mengenai keterkaitan
informasi dan berdasarkan dari dua fakta/konsep..
v. Mengomunikasikan, yaitu menyajikan hasil kajian (dari
mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis,
media elektronik,multimedia, dan sebagaianya.
7
penilaian diri yakni laporan diri peserta didik tentang aktivitas yang
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menyangkut praktik
pengalaman ibadah shalat fardu, shalat jum’at, shalat sunnah, puasa
ramadhan, puasa sunnah, membaca Al-Qur’an, mengikuti kegiatan
pengajian di TPA, pengajian remaja masjid, dan sebagainya. Adapun contoh
instrumennya sebagai berikut:15
15
Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi, (Yogyakarta: Insan Madani,2012). Hlm135-
137
8
akibat, menyediakan jawaban seperti isi atau melengkapi), tes lisan
(pertanyaan yang menuntut siswa untuk menjawab secara lisan), dan
penugasan (tugas yang dilakukan secara individu maupun divisi). 16
Sebagaimana telah dilampirkan di dalam Permendikbud No. 66 tahun 2013
menjelaskan bahwa guru mengevaluasi kompetensi pengetahuan melalui
teknik ujian tulis, ujian lisan, dan penugasan: 1) Instrumen yang digunakan
untuk teknik ujian tulis berbentuk soal pilihan ganda, isian jawaban singkat,
betul atau salah, mempertemukan, dan uraian. Untuk instrumen uraian
dipenuhi pedoman penskoran. 2) Instrumen yang digunakan untuk teknik
ujian lisan berbentuk daftar pertanyaan. 3) Instrumen yang digunakan untuk
teknik penugasan berbentuk pekerjaan rumah dan proyek yang dilaksanakan
secara individu atau kelompok searah dengan kriteria tugas. Adapun contoh
instrumen yang digunakan untuk teknik ujian tulis sebagai berikut:
16
Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik (Konsep dan
Aplikasi), (Jakarta : Rajawali Pers, 2015) hlm. 24.
9
Ketiga, penilaian pada kompetensi keterampilan, guru menilai
kompetensi keterampilan menggunakan penilaian kinerja yaitu penilaian
yang menuntut siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi spesifik dengan
10
menggunakan teknik ujian praktik, proyek, dan penilaian portofolio.
Instrumen yang digunakan berbentuk daftar cek ataupun skala penilaian
(rating scale) yang disempurnakan dengan rubrik.20Adapun contoh
instrumen yang digunakan untuk teknik penilaian portofolio sebagai
berikut:21
11
kemacetan dalam belajar, guru segera bisa mengambil tindakan yang
tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran
tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses
pembelajaran, penilaian ini tidak dilakukan di akhir periode saja (akhir
semester). Kegiatan penilaian dilakukan bersamaan dengan kegiatan
pembelajaran. Penilaian otentik mementingkan penilaian proses dan
hasil sekaligus. Dengan demikian, seluruh tampilan siswa dalam
rangkaian kegiatan pembelajaran dapat dinilai secara objektif, apa
adanya, dan tidak semata-mata hanya berdasarkan hasil akhir (produk)
saja. Lagi pula amat banyak kinerja siswa yang ditampilkan selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran sehingga penilaiannya haruslah
dilakukan selama dan sejalan dengan berlangsungnya kegiatan proses
pembelajaran.
Jika dilihat dari sudut pandang teori Bloom sebuah model yang
dijadikan acuan pengembangan penilaian dalam beberapa kurikulum di
Indonesia sebelum ini penilaian haruslah mencakup ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Cara penilaian juga bermacam-macam, dapat
menggunakan model non tes dan tes sekaligus, serta dapat dilakukan
kapan saja bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Namun, semuanya
harus tetap terencana secara baik. Penilaian yang dilakukan lewat
berbagai cara atau model, menyangkut berbagai ranah, serta meliputi
proses dan produk inilah yang kemudian disebut sebagai penilaian
otentik. Otentik dapat berarti dan sekaligus menjamin objektif, nyata,
konkret, benar-benar hasil tampilan siswa, serta akurat dan bermakna.
Penilaian otentik juga disebut dengan penilaian alternatif. Pelaksanaan
penilaian autentik tidak lagi menggunakan format-format penilaian
tradisional (multiple-choice matching, true-false, dan paper and pencil
test), tetapi menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk
menyelesaikan suatu tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi
dalam memecahkan suatu masalah. Format penilaian ini dapat berupa:
a. tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli ke hadapan
siswa (hands-on penilaian)
12
b. tugas (tugas keterampilan, tugas investigasi sederhana dan
tugas investigasi terintegrasi),
c. format rekaman kegiatan belajar siswa (misalnya: portofolio,
interview, daftar cek, dsb.
2. Penilaian konvensional
Adalah sistem penilaian yang biasa digunakan oleh guru dalam
proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur asesment
konvensional dilakukan dengan menguji "bits and pieces". Contoh-
contoh format penilaian tradisional/konvensional antara lain multiple-
choice, matching, true-false, dan paper and pencil test. Dengan
mengkaji kenyataan mengenai penerapan penilaian konvensional dalam
pembelajaran, nampak ada ketidak sesuaian antara pembelajaran di
sekolah dengan sistem penilaian yang digunakannya. Proses penilaian
yang biasa dilakukan guru selama ini hanya mampu menggambarkan
aspek penguasaan konsep peserta didik, akibatnya tujuan kurikuler
mata pelajaran belum dapat dicapai dan atau tergambarkan secara
menyeluruh. Penilaian terhadap kinerja siswa itu amat penting, namun
sebagian besar guru merasa kesulitan dalam melaksanakan karena
belum memahami prosedur penggunaannya. Sebagai contoh kasus ialah
bahwa kegiatan pembelajaran yang melibatkan kinerja siswa dalam
melakukan percobaan sudah sering diterapkan, namun terhadap kinerja
siswa tersebut belum pernah dilakukan penilaian. Hal ini disebabkan
penataran atau pelatihan yang secara khusus membahas penerapan
penilaian kinerja belum pernah diikuti atau belum pernah diadakan di
tingkat satuan pendidikan, sebagian besar.
13
Penilaian autentik dan penilaian konvensional adalah dua
pendekatan yang berbeda dalam mengevaluasi kemajuan dan
pencapaian siswa. Berikut adalah perbandingan antara keduanya:
Penilaian Konvensional:
1. Orientasi pada Tes Tertulis:
Penilaian konvensional cenderung lebih terfokus pada tes tertulis atau
ujian standar yang seringkali bersifat pilihan ganda atau esai.
2. Pembatasan Format:
Penilaian konvensional cenderung menggunakan format tertentu yang
telah mapan, seperti ujian, tugas rumah, dan proyek tertulis.
3. Pentingnya Hasil Akhir:
Biasanya menekankan pada hasil akhir atau produk akhir, tanpa
memberikan perhatian khusus pada proses pembelajaran..
4. Keterbatasan dalam Menilai Kemampuan Kontekstual:
Tidak selalu mampu menilai kemampuan siswa dalam konteks
kehidupan nyata atau situasi yang lebih kompleks.
Penilaian Autentik:
1. Berorientasi pada Konteks Nyata:
Penilaian autentik lebih berfokus pada tugas atau proyek yang
mencerminkan situasi nyata atau kontekstual yang relevan.
2. Variasi Format Penilaian:
Dapat melibatkan berbagai format penilaian, termasuk proyek,
presentasi, portofolio, dan penugasan berbasis masalah.
3. Proses dan Produk:
Menilai baik proses belajar maupun produk akhir, memberikan perhatian
pada pemahaman konsep dan penerapannya.
4. Menghargai Kreativitas dan Pemecahan Masalah:
Mendorong kreativitas dan kemampuan siswa untuk memecahkan
masalah dalam konteks yang lebih luas.
14
5. Objektif, yaitu penilaian autentik harus adil, terencana, dan menerapkan
kriteria yang jelas dalam pemberian skor17
6. Pentingnya Umpan Balik:
Memberikan umpan balik yang konstruktif untuk meningkatkan
pemahaman siswa secara keseluruhan.
7. Keterlibatan Siswa:
Memerlukan keterlibatan siswa yang lebih aktif dalam proses
pembelajaran. 18
17
Kokom Komalasari,Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi,(Bandung: PT Refika
Aditama,2103),hal.151
18
Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik (Konsep dan
Aplikasi), (Jakarta : Rajawali Pers, 2015) hlm.27-28
15
dengan jelas, operasional, tidak ambigu dan tidak rancu, tidak terlalu luas
atau terlalu sempit, mengarahkan pembelajaran dan melakukan penilaian.
16
7. Memutar pengatur halus perlahan-lahan dengan mata tetap
mengamati melalui lensa okuler;
8. Memperlihatkan obyek yang sudah ditemukan (atau menggambar
obyek yang ditemukan).
Contoh sejumlah indikator tidak dalam urutan (dalam matematika):
1. ketepatan kalkulasi;
2. ketepatan pengukuran pada model skala;
3. label-label pada model skala;
4. organisasi kalkulus;
5. kerapihan menggambar;
6. kejelasan keterangan/eksplanasi.
17
observasi mendalam, prediksinya beralasan, kesimpulannya berdasarkan
hasil observasi.
b. Menyiapkan suatu rubrik yang holistic
Dalam rubrik holistic, dilakukan pertimbangan seberapa baik seseorang
telah menampilkan tugasnya dengan mempertimbangkan kriteria secara
keseluruhan. Sebagai contoh, dalam presentasi dapat disiapkan rubrik
keseluruhan sebagai berikut.
Aspek Persentasi Oral Kriteria Penilaian Presentasi Oral
Penguasaan (Mastery) · Selalu melakukan kontak pandang
· Volume selalu sesuai
· Antusiasme hadir selama presentasi
· Rangkuman sangat akurat
Kemahiran (Proficiency) - Biasanya melakukan kontak
pandangan
- Volume biasanya sesuai
- Antusiasme muncul pada
kebanyakan presentasi
- Hanya 1-2 kesalahan dalam
rangkuman
Pengembangan + Kadang-kadang melakukan kontak
pandangan
+ Volume kadang-kadang memadai
+ Sewaktu-waktu antusiasme dalam
presentasi
+ Beberapa kesalahan dalam
rangkuman
Ketidakakuratan = Tak pernah atau jarang melakukan
kontak pandangan
= Volume tidak memadai
= Jarang tampak antusiasme dalam
presentasi
= Banyak kekeliruan dalam rangkuman
18
c. Mencek rubrik yang telah dibuat
Untuk keperluan pengecekan rubrik yang telah dibuat sebaiknya kita
meminta kepada rekan kerja sesama guru untuk merevieuwnya, atau
meminta siswa mengenai kejelasannya. Masukan dari mereka dapat
digunakan untuk memperbaiki standar yang telah kita siapkan. Ada baiknya
kita juga memeriksa atau mencek apakah rubrik tersebut dapat dikelola
dengan mudah. Bayangkan penampilan atau kinerja siswa ketika sedang
melakukannya.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya
diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang
mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang
bermakna. Jenis-jenis penilaian autentik yaitu penilaian kinerja, proyek,
portofolio, dan tertulis. Penilaian kinerja yang digunakan untuk menilai
partisipasi dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian
proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan
oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penilaian portofolio
merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi
yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Penilaian tertulis merupakan bentuk penilaian dengan cara
tertulis yang dapat berupa pilihan ganda, essai, menjodohkan, benar-salah, dan
sebagainya. Kriteria dari penilaian autentik yaitu penilaian yang berbasis pada
kinerja yang terdiri terdiri dari tasks dan rubrics.
Langkah-langkah penilaian autentik terdiri dari Mengidentifikasi
standar Seperti tujuan umum (goal), Memilih suatu tugas otentik, dan
Mengidentifikasi Kriteria untuk tugas (tasks)
B. Saran
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
di pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan makalah atau juga bisa untuk menanggapi kesimpulan dari bahasan
makalah yang telah di jelaskan
20
DAFTAR PUSTAKA
Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses Dan
Produk Dalam Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha
Deni Kurniawan,2014, Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan
Penilaian),Bandung: Alfabeta.
Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep dasar, Tahapan
Pengembangan dan Contoh. Surabaya: UNESA University Press Anggota
IKAPI
Komalasari Kokom, 2013, Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan
Aplikasi,(Bandung: PT Refika Aditama.
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan
kurikulum2013), Jakarta: Rajawali Pers,2013.
Muijs, Daniel & David Reynolds. 2008. Effective Teaching Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratnawulan Elis,2014, Evaluasi Pembelajaran, Bandung : Pustaka Setia.
Ridwan Abdullah Sani,2016, Penilaian Autentik, Jakarta: Bumi Aksara.
Sudarwan, Prof., (2013). Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran,
Makalah pada Workshop Kurikulum. Jakarta. http://www.the-
scientist.com/?articles.view/articleNo/24488/title/The-Scientific-
Approach/: diakses 12 September 2014.
Sukiman, 2012, Pengembangan Sistem Evaluasi, (Yogyakarta: Insan Madani.
21