Anda di halaman 1dari 6

THREE POINT

Di akhir tahun ini sekolah kami berhasil sampai ke babak final perlombaan
basket se kota Depok, kami disebut-sebut sebagai kuda hitam karena dapat
mengalahkan sang juara bertahan di semi final. Setelah mengalahkan sang juara
bertahan kami pun diunggulkan di babak final ini melawan SMA Trisatya. Para
pendukung kami pun sudah sangat yakin bahwa kami akan mengangkat Trofi ini
setelah 5 tahun berpuasa gelar. Tetapi takdir berkata lain, kami harus kalah
ditangan SMA Trisatya dengan skor yang cukup telak yaitu 71-55. Semua
pendukung kami benar-benar sedih dan tidak percaya dengan skornya, aku pun
juga begitu, banyak yang ingin ku pertanyakan pada mereka yang bermain di
lapangan, namun setelah melihat mereka yang tampak sama bahkan lebih sedih
dari kami, aku pun menahan pertanyaan itu, karena aku tau perjuangan mereka,
walaupun aku tidak bermain tetapi aku dapat merasakan kesedihan mereka,
aku pun mulai menerima ini dengan lapang dada.

Sejak saat itu, aku menjadi semakin giat berlatih basket, terlebih setelah aku
ingat bahwa ini adalah tahun terakhirku berada di SMA ini. Setiap pulang
sekolah aku selalu menyempatkan diri untuk berlatih bersama Juna, Juna adalah
kapten kami dan dia adalah temanku sejak TK.

“Heran gw, skill lu bagus gini kok bisa gak masuk skuat utama?” Tanya Juna

“Gatau gw juga” Jawabku

“Padahal lu bisa jadi shooting guard andalan kita loh” Kata Juna

“Lu liat ga kemaren? Shooting guard kita payah banget” Lanjut Juna

“Si Ares?” Tanya ku

“Iya si Ares” Jawab Juna

“Lagi mental break mungkin” Kata ku

“Mungkin ya” Kata Juna

“BTW, Lu sama nyokap gimana?” Tanya ku

“Ya…..gitu dam” Jawab Juna

“Gitu gimana?” Tanya ku lagi

“Nyokap selalu berharap lebih tentang gw, dam” Jawab Juna


“Nyokap gw bilang, ‘Kalo gabisa juara gimana mamah bisa bangga, kamu mamah
bayarin masuk klub mahal-mahal itu biar bisa jadi kapten, kok malah bikin malu
mamah’ gitu kata nyokap gw” Lanjut Juna

“Nyokap gw bilang, ‘Kalo gabisa juara gimana mamah bisa bangga, kamu mamah
bayarin masuk klub mahal-mahal itu biar bisa jadi kapten, kok malah bikin malu
mamah’ gitu kata nyokap gw” Lanjut Juna

“Yaudah berarti lu harus berusaha lebih keras lagi Jun” Kataku

Ya kira-kira setiap harinya aku berlatih seperti itu, berlatih namun juga sambil
berbicara tentang hal apa saja.

Enam bulan telah berlalu dan minggu ini adalah pembuktian hasil dari 6 bulan
latihanku, karena seminggu ini akan dilakukan seleksi untuk masuk skuat yang
akan dibawa ke lomba akhir tahun nanti,Aku melakukan pekerjaanku sebaik
mungkin. Di sela-sela istirahat, Ares menghampiriku dan dia berkata

“OI SADDAM” Panggil Ares

“Kenapa res?” Tanya ku

“Buat apa sih lu ikut seleksi tim basket lagi?” Tanya Ares

“Lu buang-buang tenaga doang tau gak, tahun lalu aja lu gak kepilih” Lanjut Ares

Dan aku membalasnya dengan senyuman dan berkata, “Kita liat aja nanti”, Lalu
aku pergi meninggalkan Ares

“OI SADDAM, ORANG KAYAK LU PALING MASUK TIM UTAMA PAKE JALUR
NYOGOK” Kata Ares

Aku pun tak menghiraukan perkataannya, aku menganggap dia sedang takut
karena posisi shooternya terganti oleh ku. Dan perlu diketahui Ares adalah
saudara ku, dan dia selalu iri dengan yang aku punya.

Sepulangnya seleksi di hari pertama, seperti biasa aku kembali berlatih bersama
Juna,

“Dam, gw lagi bingung dah” Juna berkata padaku disela-sela latihan

“Bingung mulu lu, kenapa lagi?” Tanyaku

“Nyokap nyuruh gw berenti basket, dia kagak mau bayar lebih biar gw masuk
skuat” Jawab Juna

“Tapi sebenernya passion lu tuh apa sih?” Tanyaku

“Basket” Jawab juna dengan yakin


“Kalau kayak gitu harusnya lu gak butuh bantuan dari nyokap dong, lu cukup
berusaha semaksimal mungkin terus lu buktiin ke nyokap” Jawabku

“Tapi gimana ya dam, lu tau sendiri di sekolah kita kalau gak dari jalur belakang
gak bakal bisa tembus skuat utama” Jawab Juna

“Iya sih, kepala sekolah tau gak ya tentang masalah jalur belakang ini?” Tanya ku

“Kayaknya sih gatau dam, kepala sekolah kan pengen banget kita menang
perlombaan ini, tapi kalau pelatihnya kayak gini mah kapan kita bisa juara”
Jawab Juna

“Tahun lalu masuk final aja udah untung” Lanjut Juna

“Jadi lu mau gimana sama nyokap lu?” Tanya ku

“Gw kayaknya bakal ngikutin saran lu” Jawab Juna

Satu minggu telah berlalu, dan hari ini adalah hari penentuan skuat utama,
namun sebelum pengumuman kita akan melakukan seleksi terakhir yang akan
ditonton langsung oleh kepala sekolah.

“Pokoknya saya mau kalian menunjukan penampilan terbaik kalian hari ini” Kata
kepala sekolah

Pada saat seleksi, aku bermain satu tim dengan Juna, Juna berposisi sebagai
Point Guard, dan aku sebagai Shooting Guard. Kami pun berhasil memenangkan
permainan dengan skor yang cukup telak, selain menang kami juga mendapat
pujian dari kepala sekolah.

“Saddam dan Juna, kalian bermain bagus sekali, kalian harus masuk kedalam
tim.” Kata kepala sekolah

“Coach Henry, pastikan Saddam dan Juna masuk kedalam tim utama” Kata
kepala sekolah kepada pelatih basketku.

Setelah selesai istirahat, Coach Henry memanggil kita untuk berkumpul untuk
pengumuman skuat utama, disana juga ada kepala sekolah.

“Siapapun yang terpilih adalah yang terbaik dari yang terbaik, jadi kalian yang
tidak terpilih jangan berkecil hati karena kalian masih punya banyak
kesempatan” kata kepala sekolah sebelum pengumuman

Dan akhirnya coach henry mengumumkan skuat utamanya,

“Juna,Abi, Vero, Hendra dan Saddam, kalian akan menjadi starter” Kata Coach
Hendry

“Untuk cadangannya ada Evan. Ares, Kevin, Nata, Derrel, Revan dan Vano” Lanjut
Coach Henry
“Selamat untuk kalian, dan bulan depan kita akan memulai Sparing melawan
SMA lain” Lanjut Coach Henry

Setelah pulang seleksi, aku dan juna mampir dulu ke cafe dekat sekolah untuk
ngopi dan makan sebentar.

“Jun, gimana kabar lu dan nyokap?” Tanyaku

“Gw udah bilang ke nyokap kemaren” Jawab Juna

“Bilang gimana?” Tanya ku

“Gw bilang, ‘mah, Juna mohon….stop bayar lebih ke coach Henry, mamah hanya
akan kecewa, Juna mau berusaha sendiri mah, pake keringet Juna sendiri’ gitu
kata gw” Jawab Juna

“Kita liat aja nanti, gw bakal tetep starter atau gak” Lanjut Juna

Beberapa bulan kemudian, tim basketku melakukan sparing melawan SMA-SMA


lain. Sparing ini dilakukan sebulan 2 kali, dan masih ada dua bulan lagi menuju
lomba.

Sebelum sparing coach Henry berkata, ”Ada perubahan di skuat utama, Evan.
Abi, Vero, Hendra dan Ares kalian menjadi starter, sisanya cadangan”

Ya…aku sudah memprediksi hal ini akan terjadi, alhasil aku dan juna hanya
duduk dibangu cadangan selama 4 kali sparing, dan juga selama 4
kali sparing tim kami selalu kalah terbantai.

“Gimana sih kamu ini, kamu bisa melatih basket tidak?!”Tanya kepala sekolah
kepada coach Henry

“Empat kali sparing dan semuanya kalah terbantai, minggu depan kita sudah
mulai perlombaan loh” Lanjut kepala sekolah.
Satu minggu telah berlalu dan Hari yang ditunggu pun tiba, hari perlombaan. Hari ini adalah hari
pertama perlombaan dimulai, kami sudah berlatih dan berdoa dan tentunya kami mengharapkan
hasil yang terbaik. Sebelum memulai pertandingan Juna memimpin tim untuk berdoa, ya…Juna
akhirnya dimainkan oleh pelatih dan dia menjadi kapten kembali karena Evan terkena cidera yang
mengakibatkan dia tidak dapat mengikuti lomba dan harus melakukan perawatan. Dan aku….Aku
tetap berada dibangku cadangan.

Setelah melewati laga-laga yang sulit, akhirnya kami dapat masuk final kembali. Kami tidak
memenangkan pertandingan dengan mudah, kami sering kali kewalahan menghadapi permainan
lawan, tapi kurasa peran Juna pada perlombaan kali ini sangat amat terlihat, ia selalu menyemangati
tim saat kami sudah hilang harapan dan Ares….dia belum menghasilkan poin hingga sekarang, semua
tembakannya meleset, namun pelatih masih tetap memakainya.
Di babak final ini kami bertemu musuh bebuyutan kami, sang juara bertahan, mereka diprediksi akan
menjadi juara kembali tahun ini, mereka menyelesaikan semua laga dengan mudah, namun kami
tidak mau menyerah.

Dan….pertandingan sudah dimulai, Pertandingan dikuasai oleh Wisteria, kami sedikit kewalahan
menghadapinya. Dan kami tertinggal oleh SMA Wisteria hingga quarter pertama berakhir.

Lanjut quarter kedua, kami masih saja kewalahan menghadapi Wisteria yang kian semakin kuat. Ares
beberapa kali gagal saat hendak melakukan three point, Hingga selesai quarter kedua, kami masih
tertinggal poin.

Disaat break menuju quarter 3, coach henry mengarahkan kita untuk melakukan man to man
marking, dan melakukan serangan balik. Dan saat berjalannya pertandingan, strategi itu berjalan dan
membuat kami dapat menghasilkan serangan dan mengejar ketertinggalan. Hingga di akhir quarter 3
kami dapat menyamakan kedudukan.

Disaat break menuju quarter 4, kedua pelatih dari kedua tim memberikan arahan kepada anak
didiknya, karena inilah quarter terakhir, quarter penentuan. Selain strategi, mental juga diperlukan di
sini.

Quarter keempat pun dimulai, pertandingan sangat sengit, pertukaran poin yang begitu cepat, baik
Trisatya dan Wisteria benar-benar berjuang seluruh tenaganya. SMA Wisteria banyak menghasilkan
three point, sedangkan kami, Ares selalu saja gagal mengeksekusinya.

“ARES!!!!FOKUS!” Teriak Juna di lapangan

Disisa satu menit terakhir poin masih sama ketat yaitu 70-70, dan kedua tim masih saling melakukan
serangan, hingga akhirnya Ares melakukan foul kepada salah satu pemain lawan, sehingga mereka
mendapatkan 2 kali free throw. Coach henry yang sudah terlihat frustasi akhirnya mengganti Ares
dengan ku, dan 2 kali free throw itu dilakukan dengan sempurna menjadikan poin 70-72 untuk
wisteria. Waktu hanya tersisa 10 detik,

“MASIH ADA 10 DETIK!!” Teriak Juna menyemangati tim

Juna mengambil bola rebound dan mengumpan kepadaku, aku pun melakukan dribble melewati
beberapa pemain dengan cepat, lalu berhenti di garis three point, dan aku melakukan shoot.
Dan…………BOOM….Bola itu masuk kedalam ring dan diikuti dengan peluit akhir.

Ya… Akhirnya kami memenangkan pertandingan dengan skor 73-72. Para pendukung kami turun
kelapangan untuk berselebrasi dengan para pemain. Coach henry langsung datang dan memeluk
kami, sungguh ini adalah hari terbahagia bagiku. Aku bersyukur bisa memenangkan ini ditahun
terakhirku.

NAMA: Dealova ayu pratiwi

KELAS: 12 IPS 3

Anda mungkin juga menyukai