Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

SMK3L PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI


Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah SMK3L Pada
Program Diploma III Program Studi Teknik Sipil
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Pontianak

Oleh :

Reski (3201901028)

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas nikmat dan rahmat-Nya penyusun dapat
menyelesaikan Makalah SMK3L ini yang merupakan salah satu tugas pada mata SMK3L tepat
pada waktunya.

Dengan telah selesainya Makalah SMK3L ini tentu tidak lepas dari partisipasi serta
bimbingan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Zeldi Muhardi, ST, MT Selaku dosen pada mata kuliah SMK3L
2. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan dukungan dan mendo’a kan kami.
3. Serta teman kelompok, rekan – rekan Mahasiswa/i Program Studi Teknik Perencanaan
Perumahan dan rekan – rekan sepejuangan yang telah banyak berpartisipasi demi kelancaran
dalam penyusunan Makalah SMK3L.

Akhir kata penulis berharap, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan Makalah SMK3L Mall ini, dan mudah – mudahan Makalah SMK3L ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

Pontianak, 4 Juli 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

2
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................iii

DAFTAR TABEL..........................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Batasan Masalah....................................................................................................................2

1.3 Tujuan....................................................................................................................................3

1.4 Manfaat..................................................................................................................................3

1.5 Metodologi.............................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................5

2.1 Pengertian K3.........................................................................................................................5

2.2 Jenis-Jenis Bahaya Konstruksi...............................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN...............................................................................................................7

3.1 Tipe Induksi SMK3L.............................................................................................................7

3.2 Tata Cara Induksi K3.............................................................................................................7

3.3 Komunikasi K3......................................................................................................................8

3.4 Rambu-rambu K3...................................................................................................................9

3.5 Identifikasi Potensi Bahaya.................................................................................................11

3.6 Peraturan Perundang-undangan K3 pada Konstruksi.........................................................12

3.7 Pelaksanaan Prosedur K3 pada Pekerjaan Konstruksi........................................................14

BAB IV PENUTUP......................................................................................................................19

4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................19

4.2 Saran.....................................................................................................................................19

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Warna Rambu K3…………………………………………………………………10

4
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jenis Bahaya…………………………………………………………………………..12

Tabel 3.2 Peraturan Keselamatan Umum………………………………………………………..12

Tabel 3.3 Peraturan Jasa Konstruksi……………………………………………………………..13

5
Tabel 3.4 Peraturan Kesehatan dan Tenaga Kerja……………………………………………….13

Tabel 3.5 Peraturan Environmental……………………………………………………………...14

6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia dan menjadi
naluri dari setiap makhluk hidup. Kondisi perburuhan yang buruk dan angka
kecelakaan yang tinggi mendorong berbagai kalangan untuk berupaya
meningkatkan perlindungan bagi tenaga kerja. Salah satu diantaranya
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (Ramli, 2012).

Pada kenyataannya dalam dunia industri, perlindungan terhadap tenaga kerja


masih jauh dari yang diharapkan karena masih banyak terjadi kecelakaan kerja
serta potensi bahaya kerja yang dapat membahayakan tenaga kerja. Terkait
masalah perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan kerja, perusahaan menerapkan
sistem manajemen yang dapat melindungi tenaga kerja dari kecelakaan kerja dan
menghindari kerugian yang besar terhadap perusahaannya. Salah satu sistem
manajemen yang harus diterapkan adalah Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja selanjutnya disingkat menjadi SMK3. Berdasarkan laporan
Internasional Labour Organi Secara umum utilitas gedung dapat dikatakan
kelengkapan gedung, baik itu berupa alat atau peralata maupun fasilitas lainnya
yang ditambahkan, diluar unsur atau komponen utama gedung (bangunan).
Beberapa peralatan atau fasilitas yang dikategorikan utilitas gedung ialah seperti ;
listrik, pompa air , instalasi plumbing dan kelengkapannya, drainase, penangkal
petir, telfon, AC (air condicioner), pemadam kebakaran, dan reservoar.

Berdasarkan laporan Internasional Labour Organization (ILO), ada pekerja


meninggal setiap hari akibat kecelakaan kerja atau penyakit terkait pekerjaan.
Lebih dari 2,78 juta kematian per tahun. Selain itu, ada sekitar 374 juta cidera
dan penyakit akibat kecelakaan kerja non-fatal setiap tahun, banyak di antaranya
mengakibatkan ketidakhadiran dalam pekerjaan.Sementara di Indonesia angka

1
kecelakaan kerja tiga tahun 2 terakhir cenderung naik. Pada tahun 2015 terdapat
98.970 kasus kecelakaaan kerja, 2016 terdapat 106.129 kasus kecelakaan kerja,
dan 2017 terdapat 123.000 kasus kecelakaan kerja. Untuk total jumlah
kecelakaan kerja setiap tahunnya mengalami peningkatan hingga 5% (Prins
David Saut, 2018).

Berdasarkan data tersebut, menunjukan bahwa kinerja Keselamatan dan


Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 di perusahaan– perusahaan
Indonesia masih jauh dari yang diharapkan karena masih banyak kasus
kecelakaan yang terjadi, yang seharusnya angka kecelakaan disuatu perusahaan
adalah kecelakaan nihil (Zero Accidient).

Penerapan SMK3 mendapatkan perhatian yang sangat serius diseluruh dunia


dengan digunakannya standar Occupational Health and Safety Mangement
Systems oleh berbagai perusahaan multinasional. Di Indonesia, pemerintah juga
telah menunjukan komitmennya dengan diterbitkannya Peraturan Menteri
Tenaga Kerja (Permenaker) No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3), yang kemudian ditingkatkan dengan
dikeluarkannya PP NO.50 Tahun 2012. Dalam permenaker No.5/MEN/1996
maupun PP No.50 Tahun 2012 dijelaskan bahwa perusahaan yang
mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih atau mengandung
potensi bahaya yang ditimbulkan oleh proses produksi dapat megakibatkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan SMK3.

1.2 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah yang diambil pada penyusunan makalah utilitas yang
telah kami buat adalah:

1. Mengetahui tipe induksi pada K3


2. Mengetahui tata cara induksi K3
3. Mengetahui komunikasi di dalam K3

2
4. Rambu-rambu K3
5. Mengidentifikasi potensi bahaya
6. Mengidentifikasi Peraturan Perundang-undangan K3 pada Konstruksi
7. Mengetahui pelaksaan prosedur K3 pada pekerjaan konstruksi

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:

1. Mahasiswa dapat mengetahui SMK3L pada konstruksi


2. Mahasiswa dapat mengetahui tipe induksi pada K3
3. Mahasiswa dapat mengetahui tata cara induksi K3
4. Mahasiswa dapat mengetahui komunikasi di dalam K3
5. Mahasiswa dapat mengatahui fungsi dari rambu-rambu K3
6. Mahasiswa dapat mengidentifikasi potensi bahaya
7. Mahasiswa dapat mengidentifikasi Peraturan Perundang-undangan K3 pada
Konstruksi
8. Mahasiswa dapat mengetahui pelaksaan prosedur K3 pada pekerjaan
konstruksi

1.4 Manfaat
1. Dapat mempraktikkan teori yang didapatkan di kampus dan dapat
menerapkannya dalam bentuk makalah.
2. Dapat menjadi bahan bacaan dan sebagai informasi mengenai SMK3L
Konstruksi
3. Dapat menambah wawasan yang lebih luas bagi mahasiswa.

1.5 Metodologi
Adapun metodologi yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Data Sekunder

3
Data sekunder adalah data yang diambil melalui perantara atau pihak yang
telah mengumpulkan data tersebut sebelumnya, dengan kata lain peneliti tidak
langsung mengambil data sendiri ke lapangan.
Data sekunder yang kami gunakan meliputi:
a. Literatur
Data-data yang terdapat pada literatur antara lain dari buku, makalah,
jurnal dan lain-lain.
b. Instansi Pemerintah
Data-data yang terdapat seperti dokumen pemerintah. Seperti aturan-
aturan SNI yang dibuat oleh pemerintah.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian K3
K3 (Keselamtan dan Kesehatan Kerja) saat ini menjadi sebuah hal yang cukup
familiar dalamdunia kerja. Namun belum semua orang mengetahui pengertian K3
sebenarnya. Berikut adalah beberapa pengertian K3 menurut ILO (International
Labour Organization) dan beberapa ahli:

1. ILO (International Labour Organization)

Suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan


fisik, mental dansosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan,
pencegahan penyimpangankesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat
penempatandan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasik
an dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi.
2. Mangkunegara (2002)

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dankesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja
pada khususnya, dan manusia padaumumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.

3. Suma’mur (2001)

Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja


yang aman dantentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang
bersangkutan.

5
4. Simanjuntak (1994)

Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan
dan kerusakandimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi
mesin, peralatankeselamatan, dan kondisi pekerja.

5. Mathis dan Jackson (2002)

Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik


seseorang terhadapcedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk
pada kondisi umum fisik, mentaldan stabilitas emosi secara umum.6.

6. Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000

Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang
sehat dan aman baikitu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar pabrik atautempat kerja tersebut.

7. Jackson (1999)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi


fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja
yang disediakan oleh perusahaan.

2.2 Jenis-Jenis Bahaya Konstruksi


Jenis-jenis bahaya konstruksi adalah:

a. Physical Hazards
b. Chemical Hazards
c. Electrical Hazards
d. Mechanical Hazards
e. Physiological Hazards
f. Ergonomic
g. Unsur Terkait dalam Proyek Konstruksi.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Tipe Induksi SMK3L


a. Induksi Umum
Penjelasan dan pengarahan tentang K3 Yang bersifat umum, yang diberikan
kepada karyawan baru atau karyawan yang lebih kembali setelah 6 bulan atau
lebih meninggalkan kegiatan.
b. Induksi Lokal
Penjelasan dan pengarahan tentang K3 yang bersifat khusus/spesifik yang
diberikan kepada karyawan baru yang telah mengikuti induksi umum dan
karyawan mutasi/pindahan dalam perusahaan yang sama.
c. Induksi Ulang
Penyimpangan dan penjelasan tentang K3 yang diberikan kepada karyawan
yang melakukan penyimpangan prosedur atau kurang paham terhadap aspek
K3 selama tugas/pekerjaanya.

3.2 Tata Cara Induksi K3


a) Induksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus diberikan pada karyawan dan
tamu.
b) Induksi harus dilakukan di ruangan khusus.
c) Bahan/materi induksi harus tersedia dalam jumlah yang sesuai dengan jumlah
peserta dan jenis induksi.
d) Alat bantu untuk mempermudah dan memperjelas penyampaian materi
induksi harus disesuaikan dengan jenis dan kondisi yang ada di lokasi.
e) Setiap peserta induksi harus mengisi daftar hadir dan daftar periksa.
f) Daftar periksa yang telh ditandatangani peserta dan penyaji induksi diarsipkan
oleh bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
g) Hasil induksi didokumentasikan oleh perusahaan.

7
h) Jenis induksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah induksi umum,
induksi lokal, induksi tamu dan induksi ulang.

3.3 Komunikasi K3
a. Lambang Komunikasi
Lambang komunikasi adalah lambing-lambang atau simbol-simbol yang
mengandung arti. Berikut jenis-jenis lambang komunikasi:
1. Lambang suara
2. Lambang bahasa
3. Lambang warna
4. Lambang gambar
5. Lambang gerak

b. Unsur Komunikasi

Adapun unsur-unsur komunikasi terbagi menjadi 5, yaitu:

1. Komunikator (communicator) atau sender yaitu:


Pihak yang menyampaikan berita atau sumber berita, bisa perorangan
bisa juga kelompok.
2. Komunikan (communicant) atau receiver yaitu:
Pihak yang menerima berita dan men-terjemahkan lambang-lambang
atau isyarat-isyarat.
3. Pesan (message) yaitu:
Berita yang mengandung arti atau inti sari berita dari komunikator
yang disampaikan dalam bentuk lambang-lambang.
4. Umpan Balik (Feed Back) yaitu:
Output yang dihasilkan berupa tanggapan atau respon berupa hasil
pengaruh pesan.

8
c. Manfaat Komunikasi
1. Untuk mendapatkan keterangan atau informasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan,
2. Untuk mewujudkan kerjasama antar personil di tempat kerja dalam
rangka pelaksanaan tugas/pekerjaan.
3. Untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan.
4. Untuk memudahkan dalam penyampaian kebijakan, peraturan,
ataupun ketentuan yang berlaku di tempat kerja.
5. Untuk meningkatkan nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan di
tempat kerja.
6. Untuk memudahkan karyawan maupun pimpinan dalam mengakses
perkembangan ilmu dan teknologi.

3.4 Rambu-rambu K3
Rambu-rambu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan alat bantu
yang bermanfaat untuk membantu menginformasikan bahaya dan untuk melindungi
kesehatan dan keselamtan para pekerja atau pengunjung yang berada di tempat kerja
tersebut.

a. Fungsi Rambu-rambu K3
1. Menarik perhatian setiap orang terhadap adanya bahaya K3
2. Menunjukan kemungkinan terdapat potensi bahaya yang mungkin tidak
terlihat di tempat kerja.
3. Menyediakan informasi secara umum serta memberikan pengarahan.
4. Memberitahukan kepada para pekerja dimana mereka harus menggunakan alat
pelindung diri saat berada di tempat kerja.
5. Menginformasikan dimana peralatan darurat keselamatan diletakkan.
6. Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan atau perilaku
yang tidak diperbolehkan dilakukan di tempat kerja.

9
b. Warna Rambu-rambu K3

Warna yang menarik perhatian yang dipakai pada rambu-rambu keselamatan


kerja juga untuk keperluan lainnya yang menyangkut keselamatan pekerja.
Misalnya, warna untuk menginformasikan isi aliran dalam suatu pipa dan bahaya
yang terkandung di dalam aliran tersebut.

Pemilihan warna pada rambu-rambu keselamatan kerja juga menuntut


perhatian dari kemungkinan terdapat potensi bahaya yang dapat menyebabkan
celaka, misalnya potensi akan adanya bahaya dapat digambarkan dengan
menggunakan warna kuning. Bila mana pekerja menyadari adanya potensi bahaya
disekitarnya, kemudian pekerja dapat melakukan tindakan pencegahan dini agar
tidak terjadi kecelakaan.

Gambar 3.1 Warna Rambu K3


Sumber: Google.co.id

10
3.5 Identifikasi Potensi Bahaya
Potensi Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang
berakibat pada kerugian. Risiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian
yang berbahaya dan peluang terjadinya kejadian tersebut. Mustahil untuk mengetahui
semua bahaya yang ada.

a. Kategori Bahaya
1. Bahaya nyata, yaitu bahaya yang jelas kelihatan dan dapat dirasakan,
seperti mesin-mesin peralatan yang tidak diberi pelindung, kerusakan
bangunan, peralatan listrik yang cacat, rem kendaraan yang tidak pakem
dsb.
2. Bahaya tersembunyi, yaitu bahaya yang tidak tampak dan sulit dirasakan,
seperti instalasi listrik, uap beracun atau berfrekuensi tinggi.
3. Bahaya yang berkembang, yaitu bahaya yang tidak segera dikenali dan
akan berkembang sepanjang waktu, misalnya pemakaian ban karet pada
mobil-crane, kabel baja yang kawatnya mulai putus-putus, suara bising
yang menyebabkan tuli, kuli tubuh terkena larutan kimia yang bisa
menyebabkan sakit kulit dsb.
4. Bahaya sementara, yaitu bahaya yang kadang-kadang muncul, misalnya
ketika beban mesin terlalu berat (overload), listrik atau mesin yang
kadang-kadang mati.
b. Jenis-jenis bahaya keselamatan konstruksi
Adapun jenis-jenis bahaya keselamatan konstruksi, pada tabel berikut:

11
Tabel 3.1 Jenis Bahaya
Sumber: Google.co.id

3.6 Peraturan Perundang-undangan K3 pada Konstruksi


Berikut tabel-tabel yang menjelaskan peraturan perundang-undangan K3 pada
konstruksi:

a. Keselamatan Umum
Tabel 3.2 Peraturan Keselamatan Umum
Sumber: Google.co.id

12
b. Jasa Konstruksi
Tabel 3.3 Peraturan Jasa Konstruksi
Sumber: Google.co.id

c. Kesehatan, hygiene kantor & Asuransi Tenaga Kerja


Tabel 3.4 Peraturan Kesehatan & Tenaga Kerja
Sumber: Google.co.id

13
d. Environmental
Tabel 3.5 Environmental
Sumber: Google.co.id

3.7 Pelaksanaan Prosedur K3 pada Pekerjaan Konstruksi


a) Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pihak manajemen harus membuat kebijakan K3 yang akan menjadi landasan


keberhasilan K3 dalam kegiatan proyek konstruksi. Isi kebijakan merupakan
komitmen dan dukungan dari manajemen puncak terhadap pelaksanaan K3.
Kebijakan K3 tersebut harus direalisasikan kepada seluruh karyawan dan
digunakan sebagai kesadaran kebijakan proyek yang lain.

b) Administrasi dan Prosedur

Menetapkan sistem organisasi pengelolaan K3 dalam proyek serta


menetapkan personil dan petugas yang menangani K3 dalam proyek. Menetapkan
prosedur dan system kerja K3 selama proyek berlangsung termasuk tugas dan
wewenang semua yang terkait. Kontraktor harus memiliki:

14
1. Organisasi yang mempunyai K3 yang besarnya sesuai dengan kebutuhan dan
lingkup kegiatan.
2. Akses kepada penanggung jawab proyek.
3. Personal yang cukup yang bertanggung jawab mengelola kegiatan K3 dalam
perusahaan yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.
4. Personil atau pekerja yang cakap dan kompeten dalam menangapi setiap jenis
pekerjaan serta mengetahui system cara kerja aman untuk masing-masing
kegiatan.
5. Kelengkapan dokumen kerja dalam perizinan yang berlaku
6. Manual K3 sebagai kebijakan K3 dalam perusahaan/proyek
7. Prosedur kerja akan sesuai dengan jenis pekerjaan dalam kontrak yang
dikerjakan

c) Project Safety Review

Sesuai dengan perkembangan proyek, dilakukan kajian K3 yang mencakup


kehandalan K3 dalam rancangan dan pelaksanaan pembangunannya. Kajian K3
dilaksanakan untuk meyakinkan bahwa proyek dibangun dengan standar
keselamatan yang baik sesuai dengan persyaratan. Bila diperlukan kontraktor

harus melakukan project safety review untuk setiap tahapan kegiatan kerja,
terutama bagi kontraktor EPC (Engineering, Procurement, Contruction). Project
safety review bertujuan untuk mengevaluasi potensi bahaya dalam setiap tahapan
project secara sistematis.

d) Safety Committee (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja/P2K3)

P2K3 merupakan salah satu penyangga keberhasilan K3 dalam proyek


konstruksi serta merupakan saluran untuk membina keterlibatan dan kepedulian
semua terhadap K3. Kontraktor harus membentuk P2K3 yang beranggotakan
wakil dari masing-masing fungsi yang ada dalam kegiatan kerja P2K3 membahas

15
permasalahan K3 dalam kegiatan proyek konstruksi serta memberikan masukan
dan pertimbangan kepada manajemen untuk meningkatkan K3.

e) Safe Working Practice

Harus disusun pedoman K3 untuk setiap pekerjaan berbahaya di lingkungan


proyek, misalnya:

1. Pekerjaan pengelasan
2. Pemasangan perancah/scaffolding
3. Bekerja di ketinggian
4. Penggunaan bahan kimia berbahaya
5. Bekerja di ruang terbatas (confined spaces)
6. Bekerja di peralatan mekanik
7. Dan sebagainya.

f) Sistem Izin Kerja


Untuk mencegah kecelakaan dan berbagai kegiatan berbahaya, perlu
dikembangkan izin kerja. Semua pekrjaan berbahaya hanya boleh dimulai jika
telah memiliki izin kerja yang dikeluarkan oleh fungsi berwenang (pengawas
proyek atau ahli K3). Izin kerja memuat cara melakukan pekerjaan, safety
precaution, dan peralatan keselamatan yang diperlukan.

g) Safety Inspection

Safety inspection merupakan program penting dalam phase konstruksi untuk

meyakinkan bahwa tidak ada “unsafe act” maupun “unsafe condition” di lingkungan
kegiatan proyek. Inspeksi harus dilakukan secara berkala dan dapat dilakukan oleh

petugas K3 atau dibentuk joint inspection semua unsur dan sub kontraktor.

16
h) Equipment Inspection

Semua peralatan (mekanis, proyek tools, alat berat, dsb) harus diperiksa oleh
ahlinya sebelum diizinkan digunakan dalam proyek. Semua peralatan yang sudah
diperlukan diberi sertifikat penggunaan dilengkapi dengan label. Pemeriksaan
harus dilakukan secara berkala.

i) Keselamatan Kontraktor

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang meminta kontraktor maupun sub


kontraktor harus memenuhi standar keselamatan yang telah ditetapkan dan setiap
sub kontraktor harus memiliki petugas K3. Pelatihan K3 harus diberikan secara
berkala kepada karyawan sub kontraktor.

j) Keselamatan Transportasi

Kegiatan proyek melibatkan aktivitas transportasi yang tinggi, sehingga


diperlukan pembinaan dan pengawasan transportasi baik diluar maupun di dalam
lokasi proyek. Semua kendaraan angkutan proyek harus memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan.

k) Pengelolaan Lingkungan

Selama proyek berlangsung harus dilakukan pengelolaan lingkungan dengan


baik, mengacu kepada dokumen AMDAL/UKL dan UPL. Selama proyek
berlangsung dampak negatif yang diakibatkan oleh kegiatan proyek harus ditekan
seminimal mungkin untuk menghindarkan kerusakan terhadap lingkungan.

l) Pengelolaan Limbah dan K3

Kegiatan proyek dapat menimbulkan limbah yang kemungkinan dalam jumlah


yang lebih besar dalam berbagai bentuk. Limbah yang dihasilkan harus dikelola

17
dengan baik sesuai dengan jenisnya pada waktu-waktu tertentu. Limbah harus
dikeluarkan dari proyek dibuang ke tempat yang sudah ditentukan.

m) Keadaan Darurat

Apapun dapat terjadi selama proyek berlangsung, misalnya: kebakaran,


kecelakaan, peledakan dan sebagainya. Oleh karena itu perlu diperoleh keadaan
darurat dan direalisasikan serta dilakukan pelatihan/simulasi yang diikuti oleh
semua karyawan proyek.

n) Accident Investigation and Reporting System

Semua kegiatan kecelakaan selama proyek berlangsung harus diselidiki oleh


petugas yang telah terlatih dengan tujuan untuk mencari penyebab utama agar
kejadian/kecelakaan serupa tidak terulang kembali. semua kejadian kecelakaan
harus dicatat serta dibuat sesuai statistik kecelakaan yang nantinya dapat
digunakan sebagai bahan rapat dan pertemuan rutin P2K3.

o) Audit K3

Proyek konstruksi secara berkala harus diaudit disesuaikan dengan jangka


waktu kegiatan proyek. Audit K3 berfungsi untuk mengetahui kelemahan dan
kelebihan pelaksanaan K3 dalam proyek sebagai masukan pelaksanaan proyek
berikutnya. Hasil audit juga dapat sebagai masukan dalam memberikan
penghargaan K3.

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pelaksanaan prosedur K3 dalam pekerjaan konstruksi bangunan telah diatur
dengan berbagai aturan yang secara jelas memberikan batasan-batasan dalam
pekerjaan kosntruksi agar pekerjaankonstruksi berjalan dengan baik tanpa
menimbulkan bahaya. Prosedur K3 juga telah memberikan langkah-langkah dalam
mencegah dan menangani bahaya dan kecelakaan dalam proyek kosntruksi.
4.2 Saran
Dari hasil kesimpulan diatas ada beberapa saran – saran yang dapat diterapkan
agar kontraktor atau perusahaan kontruksi lebih mengutamakan kemampuan seorang
tim ahli K3 dan faktor resiko K3:

1. Lebih harus sangat selektif lagi dalam pemilihan SDM yang mau bekerja di
dalam tim ahli K3 tersebut.

2. Ada syarat – syarat penting untuk rekruitmen dalam tim ahli entah itu harus
memilik berbagai macam sertifikat tentang K3, supaya tim ahli tersebut lebih
berkompeten.

3. Menyangkut persoalan kecelakan sebaik nya dipertahan sampai benar tidak


ada lagi kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi gedung, supaya dari
kontraktor itu sendiri tidak mengalami dampak negatif yang dapat merugikan para
pekerja dan proyek yang sedang berjalan.au kondisi alat kerja agar tidak
membahayakan pekerja.

19
20

Anda mungkin juga menyukai