Anda di halaman 1dari 23

REFLEKSIVITAS DIRGANTARA DALAM NILAI IBADAH DAN ISRA

MIKRAJ PADA PT ANGKASA PURA DAN KOMPETITOR UNTUK


MENINGKATKAN KINERJA

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kaitan antara ekonomi syariah dengan
kedirgantaraan pada pengelola lapangan terbang terkait pandemi dan nilai kesamaan dalam
peristiwa isra mikraj. Metode pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder yang bersumber
dari data eksternal secara kualitatif dengan waktu pengumpulan secara insidentil. Penelitian ini
merupakan penelitian kepustakaan menggunakan pendekatan empiris dengan metode dokumentasi
melalui studi pustaka, eksplorasi literature dan laporan yang dipublikasi serta untuk kuantitatif
menggunakan laporan keuangan PT Angkasa Pura II. Metodologi analisis data dengan deskriptif
analisis menghubungkan ekonomi yang dikaitkan juga dengan pandemi Covid-19 pada wilayah
bisnis penerbangan dengan tambahan metode Hefdyn. Hasil yang diperoleh bahwa terdapat kaitan
antara ekonomi Syariah dengan industri kedirgantaraan pada pengelolaan lapangan terbang oleh
PT Angkasa Pura. Ditambah ditengah pandemi Covid-19 umat Islam harus berpegang teguh pada
prinsip agama Islam untuk melewati pandemi yang saat ini tengah menjangkiti seluruh wilayah di
muka Bumi. Penerbangan juga sangat terpengaruh dengan adanya pandemi Covid-19 membuat
refleksivitas nilai salat pada tahun pandemi menurun dan kembali naik lagi setelah new normal.PT
Angkasa Pura II memiliki Reflektivitas kinerja keuangan dengan komposit nilai indeks yang
tinggi dimaknai oleh nilai isra mikraj, dimana keduanya memiliki beberapa kesamaan makna.
Kata kunci: ekonomi, Islam, refleksivitas, efisiensi, efektivitas,isra mikraj

1
BAB I
PENDAHULUAN

Isra' Mikraj adalah peristiwa yang sangat berharga dalam keyakinan setiap umat islam, yang
kokoh dalam catatan sejarah Al-Qur'an dan segala ucapan Nabi Muhammad SAW. Meskipun
masih ada perdebatan tentang apakah perjalanan tersebut bersifat rohaniah atau fisik, perspektif
sejarah, seperti teori nol Kelvin, menyiratkan bahwa Nabi melaksanakan Isra Mikraj dengan kedua
jasad dan rohnya. Ini menanggapi keraguan yang meluas dari zaman kenabian hingga era modern.
Meskipun telah didokumentasikan dalam Al-Qur'an dan perkataan Nubuatan, keraguan tentang
keaslian Isra Mikraj masih ada. Namun, konvergensi antara keyakinan agama dan disiplin ilmiah,
seperti teori the zero kevin, memperkuat keberadaan peristiwa signifikan ini. Berdasarkan
pemahaman ini, para ulama menekankan bahwa penolakan terhadap kebenaran Isra' Mikraj dapat
menyebabkan seseorang murtad untuk menjadi seorang muslim. Imam Anas bin Malik
menyatakan bahwa mereka yang percaya pada kenyataan peristiwa ini telah menyempurnakan
iman mereka. Dalam Surah Al-Isra '(17:1), Allah menegaskan bahwa Nabi Muhammad diambil
dalam perjalanan malam dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa, kemudian naik ke Sidratul
Muntaha (langit ke 7) untuk menerima tugas Salat dari Allah. Salat, yang diutamakan dalam Al-
Qur'an, berfungsi untuk mencegah para mukmin dari kemungkaran atau perbuatan salah. Ini
membuat amal yang pertama kali akan ditimbang oleh Allah pada Hari Kiamat. Secara esensial,
Isra' Mikraj tidak hanya divalidasi oleh kitab suci agama tetapi juga mendapat dukungan dari
pemahaman ilmiah, menekankan signifikansinya yang mendalam dalam iman dan pengetahuan.

Pada abad ke-20, lahirlah keajaiban ilmiah dengan teori relativitas Einstein yang mengubah
pemahaman tentang kemutlakan waktu. Di masa lalu, fisika klasik menganggap waktu bersifat
tetap. Sebelumnya, fisika klasik menganggap waktu sebagai kepastian. Namun, Al-Qur'an telah
menggambarkan konsep ini dalam surat Al-Ma’rij ayat ke 4, yang sering dihubungkan dengan
teori relativitas Einstein: "Sudut dan Jibril bangkit (menghadap) kepada Allah, dalam sehari setara
dengan lima puluh ribu tahun." Mengacu pada informasi dalam jurnal "Korelasi Antara Israk
Mikraj dan Teori Relativitas Einstein" karya Dr. Leyla Hilda, Teori Einstein menunjukkan bahwa
semakin besar kecepatan suatu benda atau partikel, maka semakin lambat pula waktu yang
diperlambat oleh benda atau partikel tersebut. Banyak ilmuwan yang menggunakan teori
relativitas khusus Einstein, menghubungkan fenomena ini dengan konsep dilatasi waktu (Agus,
2021). Sejak Nabi SAW sedang dalam perjalanan menuju Mi’raj bersama malaikat Jibril,
kecepatan kendaraan yang digunakan Nabi SAW menyamai kecepatan cahaya dan mencapai
300.000 Kilometer per Jam. Jika Mikraj terjadi antara pukul 8 Malam hingga 4 Pagi, berarti
perjalanan dari bumi menuju langit dan kembali ke bumi memakan waktu 8 jam. Namun hal
tersebut tidak masuk akal, jika kecepatan Nabi Muhammad SAW sama dengan kecepatan cahaya,
maka beliau tidak akan meninggalkan tata surya. Karena jika dihitung kecepatan cahaya 300.000
Kilometer Per Jam maka jaraknya mencapai 4.320.000.000 Kilometer dari Bumi. Artinya
perjalanan ini hanya akan mencapai planet Neptunus yang merupakan planet terluar di Tata Surya.
Dengan kata lain, dibutuhkan waktu sekitar 4,4 tahun cahaya untuk mencapai Alphacentauri.

Pada akhir tahun 2019, dilaporkan adanya kasus pneumonia yang disebabkan oleh tipe baru virus
corona, yang ditemukan pertama kali di kota Wuhan, Tiongkok. Penyakit ini kemudian meluas

2
dengan cepat ke penjuru dunia dan kebanyakan diketahui dengan sebutan Covid-19. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa, Per 11 Maret 2020 Covid-19 telah mencapai status
pandemi di dunia, termasuk Indonesia. WHO menegaskan, infeksi COVID-19 melalui saluran
pernapasan manusia dapat menimbulkan gejala mulai dari ringan hingga fatal. Dengan masa
inkubasi yang singkat, Covid-19 dapat menyebar dengan luas dan cepat (Kirigia, 2020). Jumlah
kasus Covid-19 terus meningkat secara signifikan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia (Yamali
dan Putri, 2020). Banyak negara menerapkan berbagai kebijakan sebagai responnya, termasuk
tindakan lockdown dan pembatasan sosial dan fisik, yang di Indonesia dikenal sebagai pembatasan
sosial yang diperpanjang (PSBB). Dampak kebijakan ini paling terasa pada sektor UMKM,
dimana pendapatan turun tajam dan banyak yang terpaksa gulung tikar karena kendala arus kas.

Sepanjang sejarah, manusia seringkali menemukan makna mendalam dalam setiap peristiwa yang
berkaitan dengan perjalanan, baik dalam dimensi spiritual maupun fisik. Salah satu perjalanan
paling istimewa dalam sejarah agama Islam adalah Isra Mikraj, perjalanan religi Nabi
Muhammad SAW yang membawa pesan-pesan ketuhanan. Namun dunia saat ini dipersatukan
oleh peristiwa global yang tak kalah monumentalnya, yaitu pandemi COVID-19. Terkait hal ini,
yang menjadi sorotan adalah maskapai penerbangan, khususnya PT Angkasa Pura II, yang
menghadapi perubahan signifikan akibat perubahan pola perjalanan global. Sebagai perjalanan
spiritual menuju akhirat, Isra Mi’raj membuat kita berpikir tentang makna perjalanan ruang dan
waktu. Pada saat yang sama, pandemi global COVID-19 yang menyebar dengan cepat mengubah
paradigma perjalanan fisik dan menghadirkan tantangan baru yang belum pernah kita
pertimbangkan sebelumnya. Sehubungan dengan hal tersebut, PT Angkasa Pura II sebagai salah
satu pemain terpenting dalam industri penerbangan Indonesia menghadapi dinamika yang luar
biasa untuk menjawab panggilan adaptasi. Epidemi COVID-19 bukan hanya mempengaruhi
sektor kesehatan, namun telah mempengaruhi ke seluruh sektor perekonomian, pendidikan, dan
kehidupan sosial Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan
bahwa jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia mencapai 6.575 kasus pada 19 April 2020.
Situasi ini memaksa beberapa petinggi daerah untuk merealisasikan kebijakan pembatasan sosial
komprehensif (PSBB), yang kemudian membatasi berbagai kegiatan, termasuk kegiatan ekonomi,
pendidikan, dan sosial. Penurunan berbagai aktivitas secara signifikan berdampak buruk pada
keadaan sosial ekonomi masyarakat, terutama masyarakat yang rentan dan miskin. Oleh karena
itu, para petinggi terus mengembangkan berbagai kebijakan untuk pusat dan daerah guna
mencegah penyebaran COVID-19 dan mengatasi dampak sosial dan ekonominya. Namun
implementasi kebijakan-kebijakan tersebut memerlukan pemantauan dan evaluasi yang
menyeluruh untuk menilai efektivitasnya.

Tentu saja keterkaitan antara dirgantara dengan perekonomian terkait dengan industri
penerbangan. Seperti yang kita ketahui bersama bandara yang sangat terkenal di Indonesia adalah
Bandara Soekarno-Hatta. Bandara ini dimiliki oleh PT Angkasa Pura II sehingga membuat kami
tertarik untuk mengaitkan laporan keuangan yang penting dari PT Angkasa Pura dari tahun 2018-
2022 dan menggunakan efektivitas nilai solat. Pandemi Covid-19 tentu saja berdampak pada
kinerja dari PT Angkasa Pura II sehingga menjadi topik yang sangat menarik untuk dibahas.
Penilaian dengan menggunakan aspek ibadah dengan asumsi Covid-19 di bandara milik PT
Angkasa Pura II ini merupakan suatu ide baru yang kami gunakan pada artikel kami. Penilaian
asumsi ini menjurus pada aktivitas salat yang bisa diadakan di musala bandara milik PT Angkasa

3
Pura II. Menurut hasil analisis kami, aktivitas salat ketika sebelum covid nilainya dominan tinggi,
sedangkan ketika pandemi dominan rendah.
Tahun Pemasukan Pengeluaran Bobot nilai
Salat
2018 11,193,000,000,000 8,042,000,000,000 0,85
2019 11,084,000,000,000 8,747,000,000,000 0,85
2020 5,843,000,000,000 7,209,000,000,000 0,5
2021 5,446,000,000,000 7,971,000,000,000 0,6
2022 8,500,000,000,000 7,500,000,000,000 0,75

Dalam tabel di atas, dapat dilihat bahwa efektivitas total penjualan pada PT Angkasa Pura II
cenderung mengalami profit dari tahun ke tahun selama periode 2018 - 2019 dan periode 2022.
Sedangkan pada periode 2020 - 2021 PT Angkasa Pura II mengalami kerugian yang cukup drastis
akibat pandemi Covid-19.

Untuk bisa bepergian dari satu tempat ke tempat lain, seseorang pasti membutuhkan sarana untuk
bisa menjangkaunya. Entah itu bepergian dalam jarak dekat maupun jauh, dari satu kota ke kota
lain, atau dari satu negara ke negara lain. Untuk bisa menjangkaunya seseorang membutuhkan
transportasi agar lebih mudah dan efisien. Dalam pelayanan transportasi baik itu di darat, laut,
maupun udara dibutuhkan pelayanan dari pengelola jasa supaya aktivitas dapat berjalan dengan
baik. Hal tersebut sebagai wujud kepentingan umum yang dapat menunjang keamanan dan
keselamatan penumpang serta membantu mengkoordinasikan perjalanan pengguna transportasi
mulai dari pelayanan, penyediaan, pengembangan, perawatan atau pemeliharaan, dan
pengusahaan.

Tentunya banyaknya bandara yang ada di Indonesia tidak terlepas dari penanganan oleh pengelola
pelayanan jasa kebandarudaraan. Pengelolaan ini membantu dalam pengoperasian bandar udara
agar dapat memenuhi standar ketentuan penerbangan, sebab pengelola tidak hanya melakukan
pelayanan kepada penumpang saja, tetapi juga untuk barang dan pos penyediaan dan
pengembangan. Di setiap bandara pun memiliki penanggung jawab pengelolaan yang berbeda,
seperti halnya PT Angkasa Pura II yang memegang tanggung jawab atas pengelolaan di beberapa
bandara. Selain itu, ada juga PT Cardig Aero Services Tbk yang melakukan pengelolaan
pelayanan jasa di beberapa bandara. Pengelola harus memperhatikan fasilitas pelayanan mulai dari
penyimpanan pesawat, lepas landas, pendaratan, parkir, dan manuver. Fasilitas terminal yang
mampu membantu penumpang dalam mengetahui tempat tunggu dan keberangkatan, kargo, dan
pos. Fasilitas ruang tunggu, tempat ibadah, toilet, listrik, air, instalasi limbah buangan, dan
elektronik lainnya.

Bandara pastinya akan selalu ramai digunakan karena orang-orang tidak hanya menggunakan
transportasi udara untuk bepergian ke luar negeri, tetapi juga bisa digunakan untuk bepergian antar
kota.

4
BAB II
TEORI

Reflektivitas

Reflektivitas merupakan sebuah daya atau usaha dari suatu material dalam membuat pantulan
gelombang elektromagnetik ke sebuah permukaan yang terpapar. Pengertian lain mengenai
reflektivitas yaitu sebuah kemampuan intelektual yang mana membuat seseorang tersadar akan
sesuatu. Individu yang memiliki kapasitas untuk berpikir mengenai suatu hal tidak hanya
sepenggal rangkaian ide saja tetapi juga berpikir mengenai serangkaian cara dan memikirkan
pikirannya disebut dengan konsep refleksivitas. Selain itu, kemungkinan bagi sebuah entitas untuk
dapat melihat dan memberikan tampilan dari hasil yang ditangkap secara lengkap bisa juga disebut
sebagai reflektivitas. Cakupan dari kemampuan refletivitas yaitu agar bisa memahami pengaruh
serta tujuan juga pengaruh dari kegiatan meliputi evaluasi dari hasil tersebut. Cakupan lain dari
reflektivitas yaitu mengenai keterampilan untuk mengambil hasil dari proses yang ada dengan cara
yang lebih terpadu dan secara menyeluruh dengan mengutamakan nilai-nilai bersifat universal
agar keputusan yang diambil di masa depan lebih baik.

Epistemologi memiliki kaitan dan berperan dalam refleksivitas. Epistemologi merupakan cabang
dari ilmu filsafat yang memiliki kaitan dengan teori pengetahuan. Cabang ilmu ini membahas
mengenai esensi pengetahuan, pembenaran, dan rasionalitas keyakinan. Hubungan epistemology
dan reflektivitas yaitu berfokus untuk menganalisis tentang alasan seseorang dapat berpikir
sebagaimana yang kita pikirkan, mencakup mengenai mekanisme atau proses mental, sebuah ide,
rasional dan lainnya. Sehingga epistemologi menjadi sebuah ilmu yang bertanggungjawab untuk
memahami akal manusia melalui reflektivitas.

Berproses secara intelektual, refletivitas juga muncul dalam bidang psikologi dan disiplin lain
yang menganalisis konten subjek itu sendiri seperti dalam penggunaan metodologi.

Bisnis Transportasi Udara atau Penerbangan

Transpotasi merupakan perpindahan manusia ataupun barang dari satu tempat ke tempat lainnya
yang memiliki tujuan tertentu. Ada berbagai jenis moda yaitu moda laut, udara dan darat. Setiap
jenisnya sendiri memiliki ciri khas, baik fungsi, bentuk maupun biaya yang beragam, hal itu dapat
disesuaikan dengan keperluan dan tujuan. Filosofi pokok berkembangnya sebuah teknologi
transportasi yaitu sebagai upaya dalam peningkatan efisiensi bergeraknya orang dan barang
dengan merujuk pada indikator dari karakteristik teknologi tersebut. Tantangan yang akan
dihadapi oleh domain yang melibatkan batasan kapasitan antara jarak tempuh dan muatan. Hingga
sekarang, belum ada bentuk teknologi transportasi yang sepenuhnya mampu memenuhi semua
aspek. Aspek-aspek tersebut antara lain yakni jumlah muatan yang dapat diangkut, jarak yang
mampu di tempuh, pergerakan yang cepat, kenyamanan serta biaya yang mudah dijangkau.

Segala sesuatu yang memiliki hubungan dengan transportasi disebut sistem transportasi. Sistem
transportasi adalah hubungan baik antara manusia, kendaraan, barang, infrastruktur, dan fasilitas
dalam konteks perpindahan orang atau barang, baik secara alamiah maupun melalui upaya

5
rekayasa atau buatan. Layanan transportasi dituntut utuk dapat melaukan penyediaan dan
pemeliharaan infrastruktur yang baik selain itu juga harus ada penerapan strategi manajemen
system operasi. Tujuan manajemen system operasi adalah pengefesiensian infrastruktur dengan
optimasi manajemen angkutan umum. Optimasi dilakukan melalui manajemen permintaan dan
penawaran dengan cara mengatur pergerakan baik orang maupun barang serta manajemen jalan.
Pengaturan pergerakan ini dilakukan kapan, dimana dan bagaimana perjalanan dilakukan.

Dalam sistem transportasi, ada yang dinamakan dengan system transportasi nasional. Sistem
transportasi nasional merupakan suatu tata Kelola transportasi yang diorganisir secara terstrutkut,
melibatkan jalan raya, kereta api, angkutan dalam negeri dan laut, Infrastrutktur penerbangan
mencakut bandara sebagai pusat kegiatan dan fasilitas lalu lintas udara. Jaringan transportasi udara
terdiri dari rute domestic dan internasional. Transportasi udara adalah sarana untuk mengangkut
orang atau barang melalui udara. Berbagai aspek bisnis terkait penerbangan, seperti maskapan
penerbangan, penumpang, penanganan darat, operator bandara, regulasi pemerintah, pengguna
layanan dan komunitas tempat.

Sistem transportasi moda udara yang dikembangkan yaitu printisan lapangan terbang,
pengembangan lapangan terbang dan juga pengembangan sarana angkutan udara. Terdapat
kelebihan dan kekurangan saat menggunakan alat transportasi udara. Kelebihannya yaitu dapat
mencapat tujuan dengan waktu singat, dapat menjangkau wilayah yang sulit dilalui menggunakan
transportasi darat atau laut, dan cocok apabila digunakan untuk mengirimkan barang penting
dengan jarak tempuh relatif jauh. Sedangkan kekurangannya yaitu biaya yang digunakan lebih
tinggi dibandingkan alat transportasi lainnya, kondisi alam sangat menjadi pertimbangan dalam
melakukan perjalan dan perlunya tempat khusus untuk landasan pesawat.

Covid-19

Epidemi Covid-19, yang sebelumnya dikenal sebagai 2019-nCoV, dipicu oleh virus SARS_CoV-2
dan merebak dimulai dari kota Wuhan, Provinsi Huben, China pada Desember 2019. Penyebaran
covid-19 ini terjadi secara global akibat penularannya yang cepat. Jumlah kasus yang dilaporkan
dari China kemungkinan telah mencapai puncaknya dan saat ini telah menurun. Virus ini bisa
menular dengan cepat dan biasanya akan dimulai dengan kemunculan pra-gejala. Penularan utama
terjadi melalui droplet (udara) dari manusia ke manusia, dan Sebagian kecil dari mereka yang
terinfeksi tidak menunjukkan gejala, tetapi dapat menyebarkan penyakit. Penularan juga dapat
terjadi melalui sentuhan, gigitan, proyeksi melalui tetesan seperti batuk, bersin atau meludah atau
juga bisa melalui kulit. Penularan tidak langsung melibatkan partikel aerosol yang dapat bertahan
lama di udara.

Covid-19 memberikan dampak bagi seluruh sektor di berbagai negara, tidak terkecuali di
Indonesia. Dampaknya adalah sebagai berikut :

● Terjadi PHK besar-besaran dengan data menunjukkan angka di atas 1,5 juta pekerja yang
dirumahkan.
● Pada Maret 2020 terjadi penurunan indeks PMI Manufaktur Indonesia dengan anka 45,3%.
● Turunnya besaran impor sejumlah 3,7% selama tiga bulan pertama
● Bulan Maret 2020 jumlah inflasi yaitu 2,96% yang dipengaruhi oleh kenaikan komoditas
pangan dan emas.

6
Dampak dalam dunia penerbangan sendiri akibat adanya covid-19 yaitu adanya pembatasan
perjalaan dan penurunan kapasitas penumpang. Turunnya jumlah tersebut mengakibatkan batalnya
sejumlah jadwal penerbangan, memaksa banyak maskapai penerbangan untuk melakukan PHK
atau kasus lebih parahnya beberapa mengalami kebangkrutan. Ada sejumlah maskapai memilih
untuk tidak mengembalikan dana tiket yang dibatalkan sebagai upaya untuk dalam menanggulangi
kerugian.

Isra Mikraj dan Pandangan dalam Sains

Peristiwa Isra Miraj sebenarnya terdiri dari dua peristiwa yang berbeda meskipun keduanya terjadi
dalam satu malam yaitu Isra dan Mikraj. Meskipun demikian, masyarakat cenderung menganggap
keduanya sebagai peristiwa yang sama.

Secara etimologi, Isra asalnya dari kata “Saro” yang berarti di malam hari. Secara istilah, Isra
merujuk pada perjalanan Rasulullah bersama malaikat Jibril dari Mekkah ke Baitul Maqdis
dengan mengendarai Buraq dalam waktu yang relatif singkat. Perjalanan ini dapat disebut sebagai
perjalanan horizontal karena Rasulullah masih berada di permukaan bumi.

Mikraj dari segi etimologi merujuk pada alat yang digunakan untuk naik. Secara istilah, Mikraj
berarti tangga khusus yang digunakan oleh Rasulullah untuk naik dari bumi ke langit, melewati
tujuh langit, dan mencapai Sidratul Muntaha, yang harfiahnya berarti “Tumbuhan sidrah yang tak
terlampaui”. Tempat ini tidak dapat dilampaui dan diketahui lebih lanjut oleh siapapun. Mikraj
melibatkan perjalanan dari Masjidil Aqsa di Palestina, naik ke luar angkasa melalui beberapa
tingkatan langit, menuju Baitul Makmur dan akhirnya mencapai Sidratul Muntaha dan Arsy
(Tahta Tuhan. Melalui peristiwa ini Rasulullah mendapatkan perintah untuk mendirikan salat lima
waktu sehari.

Pembahasan selanjutnya mengenai pandangan dunia fisika terhadap kejadian Isra Mikraj. Fisika
merupakan cabang ilmu yang memfokuskan kajiannya pada alam semesta dan segala isinya, baik
yang hidup maupun tidak. Pada akhir abad ke-19, muncul fenomena-fenomena yang tidak dapat
dijelaskan oleh fisika klasik. Seiring dengan peristiwa Isra Miraj, pada periode ini banyak
penelitian yang berfokus pada teori-teori terkait kecepatan yang sangat tinggi (relativitas) dan
transformasi energi. Kemajuan ilmu fisika pada masa itu memudahkan para peneliti atau fisikawan
untuk mengkaji peristiwa Isra Mikraj secara ilmiah.

Teori relativitas yang digagas oleh Albert Einstein menghasilkan berbagai konsep, salah satunya
yang terkenal adalah konsep kesetaraan massa dengan energi yang dirumuskan dalam persamaan
E = mc ^2. Persamaan ini menjadi prinsip dasar dalam transformasi partikel yaitu perubahan
energi menjadi materi dan sebaliknya. Pada awalnya gagasan ini sulit diterima, tetapi kemudian
Einstein membuktikan kebenarannya dan mengoreksi pemahaman sebelumnya mengenai
relativitas khusus.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian mencakup evaluasi refleksivitas dalam manajemen kedirgantaraan di PT


Angkasa Pura dengan perspektif nilai Islam. Penelitian ini fokus pada analisis efektivitas dan
efisiensi dengan menggunakan refleksivitas dan data kuantitatif. Periode penelitian berlangsung
dari tahun 2018 hingga 2022, dengan data yang didasarkan pada statistik, populasi, laporan
keuangan, informasi perusahaan, institusi, lembaga, pemerintah daerah, pemerintah pusat,
lembaga negara, kementerian, dan semua data yang relevan untuk penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan studi kepustakaan yang melibatkan eksplorasi dan analisis literatur
terkait dengan isu yang sedang diteliti, serta kegiatan terkait pengumpulan data pustaka,
pembacaan, pencatatan, dan pengolahan bahan penelitian. Pendekatan ini menggunakan sumber
daya perpustakaan sebagai basis untuk mendapatkan informasi penelitian. Metode dokumentasi,
yang melibatkan pengumpulan informasi dari literatur, eksplorasi literatur, dan laporan yang
diterbitkan oleh lembaga kredibel seperti Badan Pusat Statistik, merupakan metode yang
digunakan dalam penelitian ini.

Proses pengumpulan data melibatkan penerapan teori Hahslm untuk mengidentifikasi dan
mencocokkan angka sebelum posisi data, sehingga memfasilitasi pengumpulan data. Penggunaan
teori sains terkait dengan penggunaan tabel sebagai komponen dari setiap indikator, diharapkan
dapat meningkatkan efektivitas tabel dalam pengumpulan data.

Selain itu, penelitian ini mengaitkan pengumpulan data dengan ilmu ekonomi, khususnya ilmu
akuntansi, di mana konsep debet dan kredit dianggap sebagai aspek yang berbanding terbalik.
Pendekatan ini memungkinkan penelitian untuk melihat pengumpulan data dari perspektif yang
berbeda.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, yang melibatkan
penelusuran literatur dan laporan keuangan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) atau
lembaga terpercaya lainnya. Data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan PT
Angkasa Pura II dan laporan keuangan tahunan PT Cardig Aero Services Tbk sebagai objek
pembading, pada periode 2018-2022 melibatkan informasi mengenai pemasukan, laba, biaya
operasional, pembiayaan, dan pajak.

Metode Analisis Data

Analisis data ini menghubungkan empat elemen dasar model, yakni Islam, Sains, Teknik Fisika,
dan Ekonomi, dengan situasi ekonomi di tengah wabah Covid-19, serta cara integrasi keempat
elemen dasar tersebut. Pada gambar di bawah, terlihat bahwa Islam menjadi bagian atau dasar dari
teori Hahslm, melibatkan keturunan seperti yang ditunjukkan pada gambar. Islam dianggap
sebagai inti dari semuanya, di dalamnya terdapat Hahslm, dan manusia diharapkan

8
mengamalkannya sesuai dengan kekuatan yang dimiliki dari pembelajaran. Pembelajaran ini
diyakini tidak akan sia-sia, karena apa yang ditanam akan menuai hasil.

Hahslm Reflexivity Dynamics (Hefdyn) adalah aplikasi yang bertujuan meningkatkan kemampuan
analisis untuk mengidentifikasi dan mengintegrasikan faktor-faktor yang mempengaruhi
refleksivitas dalam unit-unit yang berbeda. Aplikasi ini juga memungkinkan analisis untuk
mengevaluasi dinamika refleksivitas antar unit, menganalisis refleksivitas internal di antara unit,
dan menilai efektivitas refleksivitas dengan memahami nilai ibadah. Refleksivitas Hefdyn dapat
diukur dengan membandingkan antara refleksivitas input (Appreciation) dan refleksivitas
depreciation (Depreciation). Skor Hefdyn rendah menunjukkan ketidakefisienan perusahaan,
sementara skor tinggi menunjukkan efisiensi penggunaan sumberdaya.

Hefdyn diperkenalkan oleh Roikhan pada tahun 2023 dan nilai Refleksivitas yang dihasilkan tidak
dapat secara langsung diterapkan pada kelompok unit lainnya. Diferensiasi refleksivitas terletak
pada masukan nilai religiusitas atau makna ibadah ke dalam sistem penilaian, yang sebelumnya
hanya mengandalkan pengukuran berdasarkan faktor keuangan empiris. Hefdyn berusaha
memperkenalkan penghitungan yang menyatukan aspek empiris dan non empiris, fisik dan non
fisik, serta keuangan dan non keuangan, menggabungkan nilai keuangan dan nilai ibadah. Konsep
ini menekankan bahwa, secara universal, tidak ada perbedaan antara empiris dan non empiris,
karena pencipta alam semesta hanya satu, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu,
menciptakan suatu sistem baru yang mencakup nilai keuangan dan non keuangan, termasuk nilai
ibadah, dianggap sebagai langkah yang logis.

9
BAB IV
ANALISIS

Adanya wabah pandemi Covid-19 membuat rusaknya tatanan ekonomi negara-negara di dunia.
Secara umum, pasar keuangan Indonesia setidaknya memiliki dua indikator utama yang
menunjukkan dampak Covid-19, yakni pertama nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang nilainya
mencapai 16.575 rupiah per dolar AS dan kedua Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mengalami
ledakan Indeks Harga Saham Gabungan (JKSE) yang stabil di kisaran 6.200 hingga akhir Januari
lalu turun tajam menjadi 4.000 pada pekan terakhir Maret sebelum naik menjadi 4.500 pada April
2020 karena sentimen positif dari beberapa produsen obat seperti Sido Muncul, Indofarma, Kimia
Farma, dan Kalbe Farma karena permintaan produk kesehatan yang terus meningkat.

Langkah ideal yang bisa dilakukan adalah penguatan sistem jaminan sosial dan pengentasan
kemiskinan sangat penting bagi masyarakat miskin pada masa pandemi dan membutuhkan
kolaborasi antar sektor serta komitmen dan visi pemerintah (Zar, 2020). Islam mempunyai standar
untuk menjaga kesehatan, tradisi Islam tentang gaya hidup sehat, yang sebagian besar konsisten
dengan resep ilmu pengetahuan modern, menawarkan paradigma fisik dan spiritual yang unik
untuk melawan penyakit-penyakit toksik pada tubuh manusia dan pandemi seperti COVID-19
(Islam et al., 2021).

Pandemi Covid-19 juga menimbulkan dampak pada sektor penerbangan yang dapat dilihat dari
penurunan jumlah dan volume penerbangan serta pergerakan penumpang secara domestik atau
internasional. Dengan adanya penurunan dalam penggunaan jasa transportasi udara tersebut, maka
akan berdampak buruk terhadap bisnis pengelolaan bandar udara secara menyeluruh. Diketahui
untuk penggunaan kargo domestik relatif lebih stabil jika dibandingkan dengan kargo
internasional yang menurun. Namun, pergerakan maskapai pada tanggal 1 sampai 15 Maret antara
tahun 2019 dan 2020 cenderung mengalami peningkatan untuk aktivitas domestik, sedangkan
aktivitas internasional cenderung mengalami penurunan yang cukup besar. Terdapat beberapa
strategi yang dilakukan oleh maskapai, yaitu adanya tren perubahan jenis pesawat yang dipakai,
yaitu dari yang lebar tubuh menjadi pesawat sempit tubuh.

Tinjauan kuantitatif dengan memasukan bobot nilai salat. Analisis ini menggunakan software
Hefdyn yang memfasilitasi perhitungan dengan metode Hahslm Efficiency Dynik.

Tabel Hefdyn
Tahun Efektivitas Bobot Sholat Refleksivitas
Appreciation Appreciation
2019 0,89 0,85 0,75
2020 0,47 0,5 0,23
2021 0,83 0,6 0,50
2022 1,79 0,75 1,34
Tahun Efektivitas Bobot Sholat Refleksivitas

10
Depreciation Depreciation
2019 0,89 0,85 0,76
2020 1,18 0,5 0,59
2021 0,88 0,6 0,52
2022 1,03 0,75 0,77

Hasil Analisis

Penelitian ini merupakan penelitian non parametrik dengan menggunakan metode Hefdyn. konsep
yang digunakan dalam penelitian ini adalah keislaman, yaitu “salat” dan nilai efektivitas pada
perusahaan Angkasa Pura II, untuk mencari nilai reflektivitas. Adapun rumus yang digunakan
untuk mencari nilai reflektivitas adalah:

Reflektivitas=Efektivitas X Bobot Sholat


Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa nilai reflektivitas tidak pernah konsisten dan tidak pernah
stabil sejak tahun pertama sampel yaitu tahun 2018 hingga tahun 2022, baik appreciation maupun
depreciation. Pada tahun 2018-2019 nilai reflektivitas appreciation PT Angkasa Pura II berada di
angka 75%. Pada tahun 2019-2020 nilai appreciation PT. Angkasa Pura II mengalami penurunan
hingga mencapai nilai 23%, hal tersebut menjadikannya nilai reflektivitas terendah. Rendahnya
nilai reflektivitas pada tahun itu disebabkan oleh parahnya penyebaran Pandemi Covid-19, yang
menyebabkan diberlakukannya kebijakan “Lockdown” untuk mengurangi kasus penyebaran
Covid-19. Dengan diterapkannya kebijakan lockdown, membuat bandara-bandara yang dikelola
oleh PT. Angkasa Pura II ditutup sementara karena tidak boleh ada penerbangan yang masuk
maupun keluar, maka secara otomatis, hal itu juga membuat salat sulit untuk dilaksanakan di
musala atau masjid yang ada di bandara.

Peningkatan nilai reflektivitas mulai terjadi pada tahun 2021 dengan nilai 50%, hal tersebut terjadi
karena kebijakan lockdown sudah tidak seketat sebelumnya, kasus penyebaran covid-19 di
Indonesia juga sudah mengalami penurunan, dan diberlakukannya era “New Normal”. Meskipun
pada saat itu aturan untuk pergi dengan penerbangan masih ketat dan salat masih dilaksanakan
secara berjarak untuk setiap jemaah. Nilai reflektivitas terbesar berada pada tahun 2022 dengan
nilai 134%, hal tersebut terjadi karena aturan untuk bepergian dengan penerbangan sudah tidak
ketat atau seperti biasanya sebelum pandemi dan salat juga sudah bisa dilaksanakan seperti
sebelum pandemi atau tanpa jarak.

Adapun untuk nilai deppreciation, pada tahun 2018-2019 nilai reflektivitasnya berada di nilai 76%
sebelum adanya pandemi dan salat masih bisa dilaksanakan seperti biasanya. Pada tahun 2020
nilai reflektivitas dari depreciation mengalami penurunan yaitu menjadi 59% karena pada tahun
itu pandemi sedang menyebar dan masyarakat harus tetap berada di rumah. Pada tahun 2021 nilai
reflektivitas depreciation nya mengalami penurunan lagi menjadi 52% dan ini merupakan nilai
yang terendah, hal tersebut bisa terjadi karena meskipun sudah ada era new normal, banyak hal
yang harus diperbaiki oleh pihak Angkasa Pura II sebagai efek dari pandemi. Lalu nilai

11
reflektivitas tertinggi berada di tahun 2022 dengan nilai 77%, hal tersebut ditandai dengan seluruh
aktivitas yang sudah bisa dilakukan seperti sebelum pandemi.

Strategi Pemulihan Bisnis Penerbangan Akibat Covid-19

Berdasarkan hasil kajian untuk menutupi kebutuhan armada pasca pandemi Covid-19 dapat
dilakukan hal berikut:
1. Pemerintah harus memberikan insentif untuk membantu maskapai domestik pulih dari
pandemi Covid-19, sesuai dengan kondisi dan regulasi yang ada.
2. Sinergi Pengambilan Keputusan Kolaborasi Bandara (ACDM) dan Manajemen Arus Lalu
Lintas Udara (ATFM) dalam satu platform dengan kolaborasi cerdas dari pemangku
kepentingan penerbangan (regulator, perawatan pesawat, penerangan maskapai, layanan
lalu lintas udara, pengelola dan operator bandara serta staf).
3. Penataan ulang jam buka bandara, khususnya bandara hub (koneksi), efisien dan efektif
untuk operasional bandara, dengan tetap mengutamakan keselamatan penerbangan.
(Yuliana et al., 2022)

Penggunaan bandara secara domestik dan internasional mampu memberikan pendapatan yang
besar kepada pihak bandara dan pengelola. Jika dilihat dari data pada tahun 2018 dari kedua PT
pengelola sebelum adanya wabah virus Covid-19, menunjukkan penggunaan bandara mencapai
angka yang paling tinggi dibandingkan tahun setelahnya saat Covid-19 menyebar ke banyak
negara. Tetapi sejak ditemukannya wabah virus Covid-19 pada akhir tahun 2019 dan dinyatakan
virus tersebut menyebar ke beberapa negara pada awal tahun 2020 menyebabkan beberapa negara
melakukan lockdown yang tidak memperbolehkan adanya bepergian antar negara. Bahkan
aktivitas kerja pun dilakukan secara jarak jauh atau Work From Home (WFH). Perjalanan antar
kota pun dibatasi untuk mencegah penyebaran virus ke kota yang belum terjangkit. Hal tersebut
menyebabkan aktivitas perjalanan terhenti baik itu di bandara, stasiun, maupun halte. Dari
penghentian tersebut tentunya memberikan dampak terhadap pendapatan PT Angkasa Pura II dan
PT Cardig Aero Services Tbk, di mana pendapatan mereka mengalami penurunan dari tahun 2020
sampai tahun 2022. Dari kedua PT tersebut memiliki pengeluaran yang penurunannya lebih kecil
dibandingkan dengan penurunan pemasukannya, karena pengelola harus tetap memelihara dan
menjaga fasilitas bandara agar tidak terjadi masalah dalam pelayanan. Dari penjelasan tersebut,
dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini yang berisi data dari pemasukan dan pengeluaran PT
Angkasa Pura II dan PT Cardig Aero Services Tbk pada tahun 2018 sampai 2022.

Tabel 1. Data Pemasukan dan Pengeluaran PT Angkasa Pura II tahun 2018 – 2022
Tahun Pengeluaran Pemasukan Bobot Nilai
Salat

2018 8.042.000.000.000 11.193.000.000.000 0,85

2019 8.747.000.000.000 11.084.000.000.000 0,85

2020 7.209.000.000.000 5.843.000.000.000 0,5

2021 7.971.000.000.000 5.446.000.000.000 0,6

12
2022 7.500.000.000.000 8.500.000.000.000 0,75

Tabel 2. Data Pemasukan dan Pengeluaran PT Cardig Aero Services Tbk


tahun 2018 – 2022
Tahun Pengeluaran Pemasukan Bobot Nilai
Salat

2018 1.788.893.775 2.200.342.255 0,7

2019 1.758.980.000 2.194.306.000 0,8

2020 1.933.888.000 1.222.921.000 0,75

2021 1.167.794.000 1.407.396.000 0,65

2022 1.337.449.000 1.737.746.000 0,5


(Sumber: Website CASGroup.co.id, Laporan Keuangan PT Cardig Aero Services Tbk tahun 2018-
2022).

13
Berdasarkan tabel data dari kedua PT tersebut yang berasal dari pemasukan pendapatan
menunjukkan bahwa pada tahun 2018 kedua PT memiliki pemasukan terbesar dari tahun lainnya,
di mana pada saat itu dunia dalam keadaan baik dan tidak adanya wabah virus yang menyebabkan
pemberhentian aktivitas transportasi. Pada tahun 2019 kedua PT pengelola tersebut mengalami
penurunan pemasukan meskipun dengan nilai yang cenderung kecil dari tahun 2018, hal ini
diakibatkan oleh wabah virus Covid-19 yang mulai ditemukan di beberapa negara. Penurunan
pemasukan yang signifikan terjadi pada tahun 2020 dan 2021 yang mula-mula pada tahun 2019
PT Angkasa Pura II memiliki pemasukan sebesar Rp11.084.000.000.000 mengalami penurunan
yang signifikan pada tahun 2020 sebesar Rp5.843.000.000.000. Pada PT Cardig Aero Services
Tbk memiliki pemasukan pada tahun 2019 sebesar Rp2.194.306.000 dan mengalami penurunan
yang signifikan pada tahun 2020 sebesar Rp1.222.921.000.

Sedangkan pengeluaran dari kedua PT tersebut hanya mengalami penurunan dengan nominal yang
cenderung sedikit, dimana PT Angkasa Pura II melakukan pengeluaran pada tahun 2020 sebesar
Rp7.209.000.000.000, dibandingkan dengan pengeluaran di tahun 2019 sebesar
Rp8.747.000.000.000, pengeluaran tersebut bisa dikatakan tidak terlalu besar dibandingkan
dengan penurunan pemasukan yang didapat oleh PT Angkasa Pura II. Pada PT Cardig Aero
Services Tbk melakukan pengeluaran pada tahun 2020 sebesar Rp1.933.888.000, dibandingkan
dengan pengeluaran di tahun 2019 sebesar Rp1.758.980.000, justru pengeluaran 2020 lebih besar
dibandingkan 2019. Naik turunnya pemasukan dan pengeluaran dari kedua PT tersebut memang
tidak menentu dan tidak bertahan lama karena setiap tahunnya terus berubah mengikuti kondisi
dunia.

Berdasarkan data nilai ibadah di bandara yang dikelola PT Cardig Aero Services Tbk, data bobot
salat hanya meningkat pada tahun 2019. Dari bobot 0,7 di tahun 2018 meningkat menjadi 0,8 di
tahun 2019. Tidak bertahan lama, pada tahun 2020 hingga 2022 bobot salat mengalami penurunan
karena adanya wabah virus Covid-19 yang menyebabkan aktivitas penggunaan transportasi
dibatasi dan aktivitas di luar rumah juga dibatasi. Hal tersebut menunjukkan terbatasnya aktivitas
di umum terutama salat karena mereka hanya berdiam diri di rumah.

Dari hasil laporan data pemasukan dan pengeluaran serta bobot nilai ibadah yang dimiliki PT
Cardig Aero Services Tbk, selanjutnya akan dilakukan olah data menggunakan software Hefdyn
untuk melihat reflektivitas dengan nilai efektivitas dan nilai salat.
Rumus Nilai Reflektivitas:

Reflektivitas = Efektivitas X Bobot Sholat

Tabel 3. Hasil Perhitungan Nilai Reflektivitas


Tahun Efektivitas Bobot Salat Reflektivitas
Appreciation Appreciation

2019 0,99 0,8 0,80

2020 0,55 0,75 0,42

2021 1,15 0,65 0,75

14
2022 1,23 0,5 0,62
(Sumber: Software Hefdyn 2023)

Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa nilai reflektivitas tidak pernah konsisten dan tidak pernah
stabil sejak tahun pertama sampel yaitu tahun 2018 hingga tahun 2022, baik appreciation maupun
depreciation. Pada tahun 2018-2019 nilai reflektivitas appreciation berada di angka 80%. Pada
tahun 2019-2020 nilai appreciation mengalami penurunan hingga mencapai nilai 42%, hal tersebut
menjadikannya nilai reflektivitas terendah. Rendahnya nilai reflektivitas pada tahun itu disebabkan
oleh parahnya penyebaran Pandemi Covid-19, yang menyebabkan diberlakukannya kebijakan
“Lockdown” untuk mengurangi kasus penyebaran Covid-19. Dengan diterapkannya kebijakan
lockdown, membuat bandara-bandara yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura dan PT Cardig Aero
Services Tbk ditutup sementara karena tidak boleh ada penerbangan yang masuk maupun keluar,
maka secara otomatis, hal itu juga membuat salat sulit untuk dilaksanakan di musala atau masjid
yang ada di bandara.

Peningkatan nilai reflektivitas mulai terjadi pada tahun 2021 dengan nilai 75%, hal tersebut terjadi
karena kebijakan lockdown sudah tidak seketat sebelumnya, kasus penyebaran Covid-19 di
Indonesia juga sudah mengalami penurunan, dan diberlakukannya era “New Normal”. Meskipun
pada saat itu aturan untuk pergi dengan penerbangan masih ketat dan salat masih dilaksanakan
secara berjarak untuk setiap jemaah. Nilai reflektivitas pada tahun 2022 mengalami penurunan
kembali dengan nilai 62%, hal tersebut terjadi karena aturan untuk bepergian dengan penerbangan
diketatkan kembali karena adanya lonjakan orang yang terkena virus Covid-19 dengan variasi
baru, sehingga salat juga dilaksanakan secara berjarak dengan tetap menggunakan masker.

Adapun untuk nilai depreciation, pada tahun 2018-2019 nilai reflektivitasnya berada di nilai 73%
sebelum adanya pandemi dan salat masih bisa dilaksanakan seperti biasanya. Pada tahun 2020
nilai reflektivitas dari depreciation mengalami penurunan yaitu menjadi 61% karena pada tahun
itu pandemi sedang menyebar dan masyarakat harus tetap berada di rumah. Pada tahun 2021 nilai
reflektivitas depreciation-nya mengalami kenaikan menjadi 96% dan ini merupakan nilai tertinggi,
hal tersebut bisa terjadi karena kebijakan lockdown sudah tidak seketat sebelumnya, kasus
penyebaran Covid-19 di Indonesia juga sudah mengalami penurunan, dan diberlakukannya era
“New Normal”. Lalu nilai reflektivitas pada tahun 2022 mengalami penurunan kembali dengan

15
nilai 39%, dan ini merupakan nilai terendah yang ditandai dengan adanya lonjakan kembali wabah
virus Covid-19 dengan variasi terbaru.

Nilai Reflektivitas antara PT Angkasa Pura II dengan Peristiwa Isra Mikraj

PT Angkasa Pura II memiliki Reflektivitas kinerja keuangan dengan komposit nilai indeks yang
tinggi dimaknai oleh nilai isra mikraj, dimana keduanya memiliki kesamaan. PT Angkasa Pura II
merupakan perusahaan yang bergerak dibidang penerbangan yaitu berupa transportasi udara
seperti pesawat. Sedangkan peristiwa Isra Mikraj sendiri merupakan suatu peristiwa perjalanan
yang dialami oleh Rasulullah SAW ke langit ketujuh dalam satu malam dengan mengendarai
hewan Buraq. Kita bisa mengumpamakan pesawat adalah buraq, dimana keduanya memiliki
fungsi yang sama yaitu sebagai alat transportasi yang dapat digunakan dari satu tempat ke tempat
lain melalui udara dengan kecepatan yang tinggi. Meskipun kecepatan pesawat tidak akan bisa
menyamai kecepatan buraq, tetapi pesawat merupakan alat transportasi paling cepat dan lebih
efisien dibandingkan alat transportasi yang lainnya di zaman sekarang.

Hijrahnya nabi pun dari satu tempat ke tempat lain dapat digambarkan seperti pesawat yang
melakukan perjalanan sangat jauh dan mengharuskan untuk melakukan transit di bandara lain
sesuai dengan sistem hub and spoke, sebab tidak banyak maskapai yang mampu menjangkau jarak
hampir atau bahkan sampai setengah bumi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kecepatan buraq
ataupun pesawat dalam model teori relativitas umum menunjukkan Isra Mikraj yang dijalani oleh
Nabi Muhammad SAW tetap membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa sampai ke tujuan
dan kembali ke tujuan awal lagi, karena bumi yang berbentuk bulat sehingga lintasan
perjalanannya pun berbentuk bulat. Akan tetapi dalam transit ini dapat menunjukkan bahwa
seseorang dapat menyinggahi tempat yang bukan tujuannya seperti Nabi Muhammad yang mampu
berada di berbagai tempat dalam waktu yang hampir bersamaan.

16
BAB V
KESIMPULAN

Dalam kesimpulan ini, dilakukan analisis reflektivitas kinerja perusahaan Angkasa Pura II
berdasarkan konsep keislaman, terutama dalam konteks praktik salat, sebagai indikator efektivitas.
Metode penelitian non-parametrik dengan menggunakan metode Hefdyn digunakan untuk
menganalisis nilai reflektivitas dengan rumus Reflektivitas = Efektivitas x Bobot Salat. Hasil
penelitian menunjukkan fluktuasi nilai reflektivitas perusahaan dari tahun 2018 hingga 2022,
dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa seperti pandemi COVID-19 dan kebijakan lockdown.
Meskipun terjadi penurunan pada tahun-tahun pandemi, terjadi peningkatan signifikan pada tahun
2022 setelah dilonggarkannya aturan perjalanan udara dan pelaksanaan salat seperti sebelum
pandemi.

Selain itu, strategi pemulihan bisnis penerbangan akibat COVID-19 diusulkan, termasuk
pemberian insentif pemerintah untuk membantu maskapai domestik, sinergi pengambilan
keputusan kolaboratif di bandara, dan penataan ulang jam buka bandara. Data pemasukan dan
pengeluaran PT Angkasa Pura II dan PT Cardig Aero Services Tbk menunjukkan dampak
signifikan pandemi terhadap industri penerbangan dengan penurunan pendapatan. Meskipun
pengeluaran cenderung mengalami penurunan yang lebih kecil, hal ini menunjukkan tantangan
besar dalam mempertahankan fasilitas bandara tanpa menurunkan kualitas layanan.

17
Analisis reflektivitas juga melibatkan bobot nilai ibadah, terutama salat, yang mengalami
penurunan selama pandemi. Data ini dianalisis menggunakan software Hefdyn untuk melihat
reflektivitas dengan nilai efektivitas dan nilai salat. Kesimpulan dari analisis tersebut adalah
adanya fluktuasi yang signifikan dalam reflektivitas perusahaan, yang dipengaruhi oleh peristiwa
eksternal seperti pandemi dan kebijakan penerbangan. Seiring dengan usulan strategi pemulihan
bisnis, analisis reflektivitas memberikan pandangan lebih dalam tentang korelasi antara praktik
keislaman dan kinerja perusahaan penerbangan.

Kesimpulan lainnya juga bahwa Isra Mikraj, sebuah peristiwa dalam agama Islam, menimbulkan
berbagai interpretasi dan pertanyaan. Beberapa orang memandangnya sebagai peristiwa metafisik
yang sulit dipahami, terutama dalam konteks pengetahuan ilmiah dan fisika modern seperti teori
relativitas Einstein.

Sebagian orang meragukan kebenaran Isra Mikraj, sementara upaya harmonisasi antara sains dan
Al Quran terus meningkat. Pembahasan mencakup pertimbangan ilmiah terkait kecepatan, ruang,
dan waktu, dengan merujuk pada teori relativitas Einstein. Namun, peristiwa ini juga diakui
sebagai mukjizat Allah yang tidak dapat sepenuhnya dipahami secara rasional atau ilmiah.

Penting untuk diingat bahwa interpretasi terhadap Isra Mikraj dapat bervariasi, dan beberapa
meyakini bahwa pemahaman sains modern mungkin belum dapat sepenuhnya menjelaskan
peristiwa tersebut. Kesimpulan akhir mencerminkan kompleksitas dan ketidakpastian dalam
merangkai aspek agama, sains, dan keyakinan.

Kesimpulan lainnya juga menekankan peran agama, khususnya Islam, sebagai jawaban untuk
kedamaian jiwa dan keamanan abadi. Penekanan pada salat sebagai kewajiban dalam Islam juga
ditekankan, dengan menyatakan bahwa salat memiliki dampak positif pada tubuh fisik dan mental,
memberikan terapi, kesabaran, dan doa yang berhasil. Namun, teks juga menyoroti bahwa dalam
era modern saat ini, salat mungkin diabaikan oleh beberapa orang yang terlalu sibuk dan terobsesi
dengan dunia.

Kemudian, kita membandingkan situasi saat ini dengan pandemi COVID-19, menekankan
penyebaran yang cepat dan dampaknya yang luas. Pengaruh ini tidak hanya terbatas pada
kesehatan fisik, tetapi juga mencakup konsekuensi ekonomi dan sosial, seperti penurunan GDP,
kenaikan tingkat pengangguran, peningkatan kejahatan, dan kemiskinan. Pemerintah di seluruh
dunia, termasuk Indonesia, dihadapkan pada tantangan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan
mengambil langkah-langkah yang diperlukan.

18
REFERENCE
A religious nature: Philosopher Seyyed Hossein Nasr on Islam and the environment. (2015).
Bulletin of the Atomic Scientists, 71(5), 13–18. https://doi.org/10.1177/0096340215599785
Abbas, A. H. (2020). Politicizing the Pandemic: A Schemata Analysis of COVID-19 News in Two
Selected Newspapers. International Journal for the Semiotics of Law - Revue Internationale
de Sémiotique Juridique, 883–902. https://doi.org/10.1007/s11196-020-09745-2
Acıkgenc, A. (1996). Islamic Science: Towards a Definition. ISTAC.
Adawiyah, W. R., & Pramuka, B. A. (2017). Scaling the notion of Islamic spirituality in the
workplace. In Journal of Management Development (Vol. 36, Issue 7).
https://doi.org/10.1108/JMD-11-2014-0153
Ahmed, A.-R. Y. (2002). Methodelogical Approach to Islamic Economics: Its Philoshopy,
Theoritical, Construction and Applicability (H. Ahmed (Ed.); 3rd ed.). King Fand National
Library Cataloging.
Akmal, & Abidin, Z. (2015). Korelasi Antara Islam dan Ekonomi. Jurnal Penelitian, 9(1), 1–18.
Al-Attas, S. M. N. (1992). Prolegmenato The Metaphysics of Islam. Mizan.
Al-Attas, S. M. N. (1993). Islam and Secularism. ISTAC.
Al-Attas, S. M. N. (2001). Islam dan Filsafat Sains Prolegomena to The Metaphysics of Islam.
ISTAC.
Al-Kaaf, A. Z. (2002). Ekonomi Dalam Perspektif Islam. Pustaka Setia.
Alqahtani, F., Mayes, D. G., & Brown, K. (2016). Economic turmoil and Islamic banking:
Evidence from the Gulf Cooperation Council. Pacific Basin Finance Journal, 39, 44–56.

19
https://doi.org/10.1016/j.pacfin.2016.05.017
Andaka, D. (2020). DAMPAK PELARANGAN MUDIK AKIBAT PANDEMI COVID19
TERHADAP BISNIS ANGKUTAN UDARA DI INDONESIA. Journal of Civil
Engineering and Planning, 1(2), 123–136.
Anugraha, R. (2011). Teori Relativitas dan Kosmologi. UGM.
Anwar, S., & Elfiash, R. (2019). Science and religious integration (implications for the
development at UIN Raden Intan Lampung). Journal of Physics Conference Series, 1155(1).
A, R. M. (2020). SCIENCE OF SALAT MOVEMENT IN COVID-19 ERA AND TURBULENCE
ECONOMIC.

Aziz, R. M. (2016). TEORI H SEBAGAI ILMU WAHYU DAN TURATS DALAM ISLAM.
Jurnal Ushuluddin, 24(1), 103–112.
Bagir, Z. A. (2002). Riwayat “Sains dan Agama.” In E. R. Muhammad (Ed.), Juru Bicara Tuhan:
Antara Sains dan Agama (pp. 22–24). Mizan.
Bakar, O. (2005). History of Islamic Science.
Bakar, O. (2008). Tauhid & Sains : perspektif Islam tentang agama & sains. Pustaka Hidayah.
Bakar, O. (2016). Agama dan Sains dalam Perspektif Islam. INSISTS Jakarta.
Bank, D. (2020). The Economic Impact of the COVID-19 Outbreak on Developing Asia.
Barbier, E. B. (2020). Sustainability and development after COVID-19. World Development, 135.
https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2020.105082
Bayramov, A. (2018). Review: Dubious nexus between natural resources and conflict. Journal of
Eurasian Studies, 9(1), 72–81.
Belbute-Peres, F. de A., Smith, K. A., Allen, K. R., Tenenbaum, J. B., & Kolter, J. Z. (2018). End-
to-End Differentiable Physics for Learning and Control. 32nd Conference on Neural
Information Processing Systems (NeurIPS 2018), 7178–7189.
Branine, M., & Pollard, D. (2010). Human resource management with Islamic management
principles: A dialectic for a reverse diffusion in management. Personnel Review, 39(6), 712–
727. https://doi.org/10.1108/00483481011075576
Celina, F., & Suprapto, N. (2020). Study of Relativity Theory of Einstein: The Story of Ashabul
Kahf and Isra’ Mi’raj. Philosophy of Science and Education, 1(3), 118–126.
Chu, J. (2021). A statistical analysis of the novel coronavirus (COVID-19) in Italy and Spain.
PLoS ONE, 16(3). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0249037
Ciotti, M. (2020). COVID-19 Outbreak: An Overview. Chemotherapy, 64(5), 215–223.
https://doi.org/10.1159/000507423
Ciotti, M., Ciccozzi, M., Terrinoni, A., Jiang, W.C., Wang, C.B. and Bernardini, S., 2020. The
COVID-19 pandemic. Critical reviews in clinical laboratory sciences, 57(6), pp.365-388.
Clapp, J., & Moseley, W. G. (2020). This food crisis is different: COVID-19 and the fragility of
the neoliberal food security order. Journal of Peasant Studies, 47(7), 1393–1417.
https://doi.org/10.1080/03066150.2020.1823838
Celina, F.M. and Suprapto, N., 2020. Study of relativity theory of Einstein: The story of Ashabul
Kahf and Isra’Mi’raj. Studies in Philosophy of Science and Education, 1(3), pp.118-126.
Daud, W. M. N. W. (2013). Islamisasi Ilmu-Ilmu Kontemporer Dan Peran Universitas Islam.
Debata, B., Patnaik, P., & Mishra, A. (2020). COVID-19 pandemic! It’s impact on people,
economy, and environment. J Public Affair. https://doi.org/10.1002/pa.2372
Dutta, A. (2020). COVID-19 and oil market crash: Revisiting the safe haven property of gold and
Bitcoin. Resources Policy, 69. https://doi.org/10.1016/j.resourpol.2020.101816
Elleby, C., Domínguez, I. P., Adenauer, M., & Genovese, G. (2020). Impacts of the COVID-19

20
Pandemic on the Global Agricultural Markets. Environmental and Resource Economics,
76(4), 1067–1079. https://doi.org/10.1007/s10640-020-00473-6
Fakhri, J. (2010). Sains Dan Teknologi Dalam Al-Qur’an Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran.
Ta’dib:Journal of Islamic Education (Jurnal Pendidikan Islam), 15(1), 121–142.
Guessoum, N. (2014). Islam and science. The Customization of Science: The Impact of Religious
and Political Worldviews on Contemporary Science, 21–36.
https://doi.org/10.1057/9781137379610_2
Halik, A. (2013). DIALEKTIKA FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (ARGUMENTASI DAN
EPISTIMOLOGI) (Dialectics Philosophy of Islamic Education). ISTIQRA’, 1(1), 22–28.
Hamid, E. S. (1998). Sistem Dan Reformasi Ekonomi Indonesia. In Perekonomian Indonesia (pp.
1–30).
Hilda, L. (2014). HUBUNGAN PERISTIWA ISRAK MIKRAJ DENGAN TEORI
RELATIVITAS EINSTEIN. Logaritma: Jurnal Ilmu-Ilmu Pendidikan Dan Sains, 11(2), 1–
17.
HR. Bukhari dan Muslim. (n.d.).
Huda, M., Yusuf, J. Bin, Azmi Jasmi, K., & Nasir Zakaria, G. (2016). Al-Zarnūjī’s Concept of
Knowledge (‘Ilm). SAGE Open, 6(3). https://doi.org/10.1177/2158244016666885
Ibn-Mohammed, T., Mustapha, K. B., Godsell, J., Adamu, Z., Babatunde, K. A., Akintade, D. D.,
Acquaye, A., Fujii, H., Ndiaye, M. M., Yamoah, F. A., & Koh, S. C. L. (2021). A critical
review of the impacts of COVID-19 on the global economy and ecosystems and
opportunities for circular economy strategies. Resources, Conservation and Recycling,
164(May 2020), 105169. https://doi.org/10.1016/j.resconrec.2020.105169
Islam, M. H., Islam, M. S., & Adam, F. (2021). Preventive measures for a healthy life: Towards an
Islamic perspective with reference to COVID-19. Intellectual Discourse, 28(2), 487–510.
Istiqomah, H., & Sholeh, I. M. (2020) The Concept of Buraq in the Events of Isra’ Mi'raj:
Literature and Physics Perspective. AJIS : Academic Journal of Islamic Studies, vol. 5, no. 1.
Khan, M. A. (2018). Methodology of Islamic economics from Islamic teachings to Islamic
economics. Turkish Journal of Islamic Economics, 5(1), 35–61.
Lapidus, I. M. (1997). Islamic Revival and Modernity: The Contemporary Movements and The
Historical Paradigms. Journal of the Economic and Social History of the Orient, 40(4), 444–
460.
Leach, M., MacGregor, H., Scoones, I., & Wilkinson, A. (2021). Post-pandemic transformations:
How and why COVID-19 requires us to rethink development. World Development, 138,
105233. https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2020.105233
Mahzar, A. (2002). Melawan Ideologi Materialisme Ilmiah: Menuju Dialog Sains dan Agama.
Mizan.
Mansour, N. (2011). Science teachers’ views of science and religion vs. the Islamic perspective:
Conflicting or compatible? Science Education, 95(2), 281–309.
https://doi.org/10.1002/sce.20418
McKibbin, W., & Fernando, R. (2020). The global macroeconomic impacts of COVID-19: Seven
scenarios. Asian Economic Papers, 20(2), 1–30.
Mujizatullah, M., 2019. Islamic-Based Physics Learning Model in the Subject of Solar System
and Life on Earth. Jurnal Pendidikan Fisika, 7(1), pp.19-31.
Nahriyah, S. (2017). Metodologi Dalam Ekonomi Islam. FAI UniversitasMajalengka, 1(1), 12–24.
Niyozov, S. (2009). Teachers’ perspectives on the education of muslim students: A missing voice
in Muslim education research. Curriculum Inquiry, 39(5), 637–677.

21
https://doi.org/10.1111/j.1467-873X.2009.00463.x
Normore, C. (2015). Metaphysics in the orbit of Islam. Aristotle and the Arabic Tradition, 177–
199. https://doi.org/10.1017/CBO9781316182109.011
Qidwai, S. A. (2019). Darwin or Design?: Examining Sayyid Ahmad Khan’s Views on Human
Evolution. The Cambridge Companion to Sayyid Ahmad Khan, 214–232.
https://doi.org/10.1017/9781108594196.013
Rachmatullah, A., Park, S., & Ha, M. (2022). Crossing borders between science and religion:
Muslim Indonesian biology teachers’ perceptions of teaching the theory of evolution. In
Cultural Studies of Science Education (Vol. 17, Issue 2). Springer Netherlands.
https://doi.org/10.1007/s11422-021-10066-4
Rahmati, R., 2020. The Journey of Isra'and Mi'raj In Quran And Science Perspective. Ar-Raniry: International
Journal of Islamic Studies, 4(2), pp.323-336.
Riyai, V., & Buchari, A. (2009). Islamic Economics: Ekonomi Syariah Bukan OPSI. Tetapi
SOLUSI! Bumi Aksara.
Rosly, S. A. (2010). Shariah parameters reconsidered. International Journal of Islamic and
Middle Eastern Finance and Management, 3(2), 132–146.
https://doi.org/10.1108/mf.2008.00934jaa.001
Saiful Azhar Rosly, & Bakar, M. A. A. (2003). Performance of Islamic and mainstream banks in
Malaysia. International Journal of Social Economics, 30(12), 1–5.
Shang, Y., Li, H., & Zhang, R. (2021). Effects of pandemic outbreak on economies: evidence
from business history context. Frontiers in Public Health.
Sherif, M. (2020). The impact of Coronavirus (COVID-19) outbreak on faith-based investments:
An original analysis. Journal of Behavioral and Experimental Finance, 28, 100403.
https://doi.org/10.1016/j.jbef.2020.100403
Singh, S., Kumar, R., Panchal, R., & Tiwari, M. K. (2021). Impact of COVID-19 on logistics
systems and disruptions in food supply chain. International Journal of Production Research,
59(7), 1993–2008. https://doi.org/10.1080/00207543.2020.1792000
Sudarmojo, A. H. (2008). Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Quran. Mizan.
Saturwa, H. N., Suharno., Ahmad, A. Z. (2021) The impact of Covid-19 pandemic on MSMEs.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 24, 65 - 82. www.ejournal.uksw.edu/jeb
Takhim, M., & Purwanto, H. (2018). Filsafat Ilmu Ekonomi Islam. Syariati: Jurnal Studi Al-
Qur’an Dan Hukum, 4(1), 105–114.
Tarmizi, T. (2020). COMPARISON OF ISLAMIC ECONOMY AND CONVENTIONAL
ECONOMY TO PEOPLE’S INCOME GROWTH IN REDUCING POVERTY AND
UNEMPLOYMENT. Jurnal Ilmiah Teunuleh, 1(2), 259–274.
Thalib, P., Sabrie, H. Y., & Kurniawan, F. (2020). Islamic law principles in islamic business
activity. International Journal of Innovation, Creativity and Change, 13(5), 378–387.
Torales, J. (2020). The outbreak of COVID-19 coronavirus and its impact on global mental health.
International Journal of Social Psychiatry, 66(4), 317–320.
https://doi.org/10.1177/0020764020915212
Tulchinsky, T. H., & Varavikova, E. A. (2014). Communicable Diseases. The New Public Health,
149–236.
Weissleder, R., Lee, H., Ko, J., & J.Pittet, M. (2020). COVID-19 diagnostics in context. Science
Translational Medicine, 12(546), 1–6.
West, J. B. (2008). Ibn al-Nafis, the pulmonary circulation, and the Islamic Golden Age. Journal
of Applied Physiology, 105(6), 1877–1880. https://doi.org/10.1152/japplphysiol.91171.2008
Wu, J., Lu, E., Kohli, P., Freeman, B., & Tenenbaum, J. (2017). Learning to See Physics via

22
Visual De-animation. NeurIPS.
Yuliana, D., Sitompul, M. R., Sakti, R. D., Mora, M., & Rahmawati, L. D. (2022). Jurnal
Perhubungan Udara Layanan Angkutan Udara Pasca Pandemi Covid-19 : Pemenuhan
Kebutuhan Armada Pesawat Udara Air Transport Services post Covid-19 Pandemic :
Meeting the Needs of the Aircraft Fleet. 9066.
Zar, H. J. (2020). Challenges of COVID-19 in children in low- and middle-income countries.
Paediatric Respiratory Reviews, 35, 70–74. https://doi.org/10.1016/j.prrv.2020.06.016
Zhussipbek, G. (2019). Epistemological reform and embracement of human rights. what can be
inferred from islamic rationalistic maturidite Theology? Open Theology, 5(1), 347–365.
https://doi.org/10.1515/opth-2019-0030
Zulkhibri, M. (2016). Financial inclusion, financial inclusion policy and Islamic finance.
Macroeconomics and Finance in Emerging Market Economies, 9(3), 303–320.
https://doi.org/10.1080/17520843.2016.1173716

23

Anda mungkin juga menyukai

  • So Si Oooooo
    So Si Oooooo
    Dokumen5 halaman
    So Si Oooooo
    lumoseagguk
    Belum ada peringkat
  • Tamba Han
    Tamba Han
    Dokumen2 halaman
    Tamba Han
    lumoseagguk
    Belum ada peringkat
  • Presentasi PKN
    Presentasi PKN
    Dokumen3 halaman
    Presentasi PKN
    lumoseagguk
    Belum ada peringkat
  • Sosiologi
    Sosiologi
    Dokumen3 halaman
    Sosiologi
    lumoseagguk
    Belum ada peringkat
  • Teori
    Teori
    Dokumen4 halaman
    Teori
    lumoseagguk
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 1
    Kelompok 1
    Dokumen16 halaman
    Kelompok 1
    lumoseagguk
    Belum ada peringkat
  • Materi NPWP
    Materi NPWP
    Dokumen3 halaman
    Materi NPWP
    lumoseagguk
    Belum ada peringkat