Anda di halaman 1dari 10

BAB I

Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan


I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan gelombang demokrasi ketiga, tuntutan demokratisasi dlam praktik
dan social pascarezim Orde Baru merupakan salah satu agenda bersama gerakan reformasi. Di sela-
sela tuntutan tersebut terdapat gugatan terhadap Pendidikan Kewarganegaraan yang pernah dilakukan
di masa lalu. Pendidikan Kewiraan sebagai bentuk pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi
pada masa Orde Baru dipandang oleh banyak kalangan sudah tidak relevan dengan semangat
revormasi. Karenanya diperlukan paradigma baru dalam pendidikan kewarganegaraan bagi warga
Negara Indonesia saat ini dan ke depan.
Pendidikan Kewiraan yang difungsikan sebagai pendidikan kewarganegaraan pada masa lalu
bertolak belakang dengan semangat dan hakikat pendidikan kewarganegaraan yang umumnya terjadi
di Negara-negara demokrasi yang telah mapan, di mana pendidikan kewarganegaraan difungsikan
sebagai instruuumen dan media pendidikan nilai-nilai demokrasi, HAM, dan penguatan masyarakat
madani.
Melihat kenyataan tersebut, Indonesian Center for Civic Education (ICCE) UIN Jakarta sejak tahun
1999 melakukan rekonstruksi, reorientasi, dan revitalisasi pendidikan kewarganegaraan melalui mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Upaya ini dari kalangan perguruan tinggi dalam menemukan
format baru pendidikan demokrasi di Indonesia yang sesuai dengan semangat demokrasi dan
pembangunan Negara dan karakter bangsa.
Dalam konteks pendidikan nasional, Pendidikan Kewarganegaraan dijadikan sebagai wadah dan
instrument untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu “berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.” Di samping itu, Pendidikan Kewarganegaraab berfungsi juga sebagai instrumen
pelaksana pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Warga negara diartikan sebagai orang-orang yang menjadi bagian dari suatu penduduk yang
menjadi unsur negara. Istilah warga negara lebih sesuai dengan kedudukannya sebagaiorang merdeka
dibandingkan dengan istilah hamba atau kawula negara karena warga negara mengandung arti peserta,
anggota, atau warga dari suatu negara, yakni peserta darisuatu persekutuan yang didirikan dengan
kekuatan bersama. Untuk itu, setiap warga negara mempunyai persamaan hak di hadapan hukum.
Semua warga negara memiliki kepastian hak, privasi, dan tanggung jawab .

1.2 Rumusan Masalah


 Apa latar belakang Kewarganegaraan?
 Apa kompetensi yang diharapkan dengan adanya Kewarganegaraan?
 Apa landasan Kewarganegaraan?
 Apa tujuan Kewarganegaraan?

1.3 Tujuan
- Menjelaskan latar belakang Kewarganegaraan.
- Menjelaskan kompetensi yang diharapkan dengan adanya Kewarganegaraan.
- Menjelaskan landasan Kewarganegaraan.
- Menjelaskan tujuan Kewarganegaraan
II. PEMBAHASAN

II.1. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan (Pkn) adalah salah satu mata pelajaran wajib bagi pelajar di
Indonesia. Tidak hanya pelajar, mahasiswa pun wajib mempelajari Pendidikan kewarganegaraan
(Pkn). Sesuai namanya, pendidikan kewargaan diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik
menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. [Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Jakarta:
Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1998].
Pendidikan kewarganegaraan dalam konteks pendidikan nasional bukanlah hal baru di Indonesia.
Beragam model dan nama pendidikan kewarganegaraan yang mengemban misi pendidikan demokrasi
dan HAM telah banyak dilakukan pemerintah. Di antara nama-nama tersebut adalah :
pelajaran Civics (1957 / 1962), Pendidikan Kemasyarakatan yang merupakan integrasi sejarah, ilmu
bumi, dan kewarganegaraan (1964), Pendidikan Kewargaan Negara ( 1968 / 1969 ), Pendidikan
Kewarganegaraan, Civics, dan Hukum (1973), Pendidikan Moral Pancasila atau PMP ( 1975 / 1984 ),
dan PPKn ( 1994 ). Di tingkat Perguruan Tinggi pernah ada mata kuliah Manipol dan USDEK,
Pansila dan UUD 1945 ( 1960-an), Filsafat Pancasila ( 1970-sampai sekarang ), Pendidikan Kewiraan
( 1989-1990-an ). Pendidikan kewarganegaraaan di perguruan tinggi saat ini diwujudkan dengan mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 267 / Dikti / Kep
/ 2000 tentang Penyempurnaan Kuriklum Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Selanjutnya diperbarui dengan Surat Keputusan Dirjen Dikti
No. 38 / Dikti / 2002 t tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
di Perguruan Tinggi.
Dalam konteks pendidikan nasional, Pendidikan Kewarganegaran dijadikan sebagai wadah dan
instrumen untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu “berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan serta
bertanggung jawab.” Di samping itu Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi juga sebagai instrumen
pelaksana pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dengan penyelenggaraan Pendidikan Kewarganegaraan mulai dari tingkat pendidikan Sekolah
Dasar hingga Perguruan Tinggi diharapkan mampu membentuk watak warga negara yang
mengetahui, meyadari, dan bersedia melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara
sesuai dengan UUD 1945. Kesadaran setiap warga negara dalam melaksanakan hak dan kewajibannya
sebagai warga negara sesuai dengan UUD 1945 sangat membantu terwujudnya stabilitas nasional.
Stabilitas suatu negara hanya dapat terwujud bila seluruh warga negaranya saling bekerja sama
menciptakan keserasian dan keselarasan hidup dengan cara melaksanakan hak dan kewajibannya
secara seimbang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Negara adalah suatu daerah atau wilayah yang ada di permukaan bumi di mana terdapat
pemerintahan yang mengatur ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan keamanan, dan lain
sebagainya. Di dalam suatu negara minimal terdapat unsur-unsur negara seperti rakyat, wilayah,
pemerintah yang berdaulat serta pengakuan dari negara lain. Pengertian Negara Berdasarkan Pendapat
Para Ahli :
-Roger F. Soltau : Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan
bersama atas nama masyarakat.
- Georg Jellinek : Negara merupakan organisasi kekuasaan dari kelompok manusia yang telah
berdiam di suatu wilayah tertentu.
- Prof. R. Djokosoetono : Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang
berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berbentuk republik yang telah diakui oleh dunia
internasional dengan memiliki ratusan juta rakyat, wilayah darat, laut dan udara yang luas serta
terdapat organisasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang berkuasa. Negara merupakan suatu
organisasi dari rakyat negara tersebut untuk mencapai tujuan bersama dalam sebuah konstitusi yang
dijunjung tinggi oleh warga negara tersebut. Antara tujuan dan fungsi negara merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Namun demikian keduanya memiliki arti yang yaitu :

NO TUJUAN FUNGSIberbeda
1 Berisi sasaran – sasaran yang Mencerminkan suasana gerak , aktivitas nyata
hendak dicapai yang telah dalam mencapai sasaran.
ditetapkan .
2 Menunjukan dunia cita yakni Merupakan pelaksanaan atau penafsiran dari
suasana ideal yang harus tujuan yang hendak dicapai .
dijelmakan / diwujudkan .
3 Bersifat abstrak-ideal Bersifat rill-konkrit

Beberapa pendapat para ahli tentang tujuan negara :


1. Plato : tujuan negara adalah memajukan kesusilaan manusia.
2. Roger H Soltau : tujuan negara adalah mengusahakan agar rakyat berkembang serta
mengembangkan daya cipta sebebas mungkin.
3. John Locke : tujuan negara adalah menjamin suasana hukum individu secara alamiah atau
menjamin hak–hak dasar setiap individu.
4. Harold J Laski : tujuan negara adalah menciptakan keadaan agar rakyat dapat memenuhi
keinginannya secara maximal.
5. Montesquieu : tujuan negara adalah melindungi diri manusia sehingga dapat tercipta
kehidupan yang aman, tentram dan bahagia.
6. Aristoteles : tujuan negara adalah menjamin kebaikan hidup warga negaranya.
Namun pada dasarnya tujuan negara secara umum adalah sebagai yang tercantum dalam UUD 1945
yaitu :
1. Memperluas kekuasaan semata
2. Menyelenggarakan ketertiban umum
3. Mencapai kesejahteraan umum
Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat dipisahkan dari peristiwa
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena melalui peristiwa proklamasi tersebut bangsa
Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar (bangsa lain) bahwa
sejak saat itu telah ada negara baru yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Apabila ditnjau dari sudut hukum tata negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang lahir pada
tanggal 17 Agustus 1945 belum sempurna sebagai negara, mengingat saat itu Negara Kesatuan
Republik Indonesia baru sebagian memiliki unsur konstitutif berdirinya negara. Untuk itu PPKI dalam
sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah melengkapi persyaratan berdirinya negara yaitu berupa
pemerintah yang berdaulat dengan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden, sehingga PPKI disebut
sebagai pembentuk negara. Disamping itu PPKI juga telah menetapkan UUD 1945, dasar negara dan
tujuan negara. Negara kesatuan republik Indonesia Negara kesatuan yang meliputi persatuan seluruh
wilayah Indonesia dari sabang sampai merauke.
Tujuan negara Republik Indonesia adalah :
1. melindungi sgenap bangsa Indonesia
2. memajukan kesejahteraan umum
3. mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan abadi dan keadilan sosial.
Bangsa adalah suatu komunitas etnik yang cirri-cirinya adalah: memiliki nama, wilayah tertentu,
mitos leluhur bersama, kenangan bersama, satu atau beberapa budaya yang sama dan solidaritas
tertentu. Bangsa juga merupakan doktrin etika dan filsafat, dan merupakan awal dari ideology
nasionalisme.
Berikut pendapat beberapa para ahli tentang pengertian bangsa.
A. Ernest Renan (Perancis) = Bangsa adalah suatu nyawa, suatu akal yang terjadi dari 2 hal, yaitu
rakyat yang harus hidup bersama-sama menjalankan satu riwayat, dan rakyatyang kemudian harus
mempunyai kemauan atau keinginan hidup untuk menjadi satu.
B. Otto Bauer (Jerman) = Bangsa adalah kelompok manusia yag memiliki kesamaan karakter.
Karakteristik tumbuh karena adanya persamaan nasib.

C. F. Ratzel (Jerman) = Bangsa terbetuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu timbul karena
adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat tinggalnya (paham geopolitik).
Jadi dari definisi diatas, bangsa adalah suatu kelompok manusia yang memiliki karakteristik dan ciri
yang sama (nama, budaya, adat), yang bertempat tinggal di suatu wilayah yang telah dikuasai nya atas
sebuah persatuan yang timbul dari rasa nasionalisme serta rasa solidaritas dari sekumpulan manusia
tersebut serta mengakui negaranya sebagai tanah airnya.

Pembentukan Negara,berdasarkan sejarah perkembangan pemikiran kenegaraan, gagasan


pemisahan kekuasaan secara horizontal pertama kali dikemukakan oleh John Locke
dalam buku “Two Treaties of Civil Government”. Dalam buku tersebut, John
Locke membagi kekuasaan dalam sebuah negara menjadi tiga cabang kekuasaan yaitu kekuasaan
legislatif (legislative power), kekuasaan eksekutif (executive power), dan kekuasaan federatif
(federative power). Dari ketiga cabang kekuasaan itu: legislatif adalah kekuasaan membentuk undang-
undang; eksekutif adalah kekuasaan melaksanakan undang-undang, dan federatif adalah
kekuasaan untuk melakukan hubungan internasional dengan negara-negara
lain. Selanjutnya, konsep pemisahan kekuasaan yang dikemukakan John Locke
dikembangkan oleh Baron de Montesquieu dalam karyanya L’Espirit des Lois (The
Spirit of the Laws). Dalam uraiannya, Montesquieu membagi kekuasaan pemerintahan
dalam tiga cabang, yaitu kekuasaan membuat undang-undang (legislatif), kekuasaan
untuk
menyelenggarakan undang-undang yang oleh Montesquieu diutamakan tindakan di
bidang politik luar negeri (eksekutif) dan kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran
undang-undang (yudikatif). Ketiga kekuasaan itu harus terpisah satu sama lain, baik
mengenai tugas (fungsi) maupun mengenai alat perlengkapan (lembaga) yan g
menyelenggarakannya.
Konsepsi yang dikembangkan Montesquieu lebih dikenal dengan ajaran Trias
Politica.Jika dibandingkan konsep pembagian kekuasaan Locke (1632-1704) dan
Montesquieu (1689-1785), perbedaan mendasar pemikiran keduanya: Locke
memasukkan kekuasaan yudikatif ke dalam kekuasaan eksekutif sedangkan
Montesquieu memandang kekuasaan yudikatif berdiri sendiri. Montesquieu sangat
menekankan kebebasan badan yudikatif karena ingin memberikan perlindungan
terhadap hak-hak asasi warga negara yang pada masa itu menjadi korban despotis raja-
raja Bourbon.Sementara pemikiran Locke sangat dipengaruhi praktik ketatanegaraan
Inggris yang meletakkan kekuasaan peradilan tertinggi di lembaga legislatif,
yaitu House of Lor.

HAK DAN KEWAJIBAN


Di dalam Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik,
kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (krn telah ditentukan oleh undang-undang,
aturan, dsb), kekuasaan yg benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat.

Sedangkam kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus
dilaksanakan). Di dalam perjalanan sejarah, tema hak relatif lebih muda usianya dibandingkan dengan
tema kewajiban, walaupun sebelumnya telah lahir . Tema hak baru “lahir” secara formal pada tahun
1948 melalui Deklarasi HAM PBB, sedangkan tema kewajiban (bersifat umum) telah lebih dahulu
lahir melalui ajaran agama di mana manusia berkewajiban menyembah Tuhan, dan berbuat baik
terhadap sesama. Pasal pasal yang mengatur tentang Hak dan Kewajiban
Pemahaman hak dan kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26,
27, 28, dan 30, yaitu sebagai berikut :
1. Pasal 26,ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsaIndonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undangsebagai warga negara. pada
ayat (2), syarat-syarat mengenaikewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
2. Pasal 27,ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalamhukum dan
pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itudengan tidak ada
kecualinya. Pada ayat (2), taip-tiap warga negara berhak ataspekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
3. Pasal 28,kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. pasal 30,ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalampembelaan
negara.Ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur denganundang-undang.

II.2. Kompetensi yang Diharapkan


Standar kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan ( Civics Education ) adalah menjadi warga negara
yang cerdas dan berkeadaban ( Intelligent and Civilized Citizens ). Sedangkan kompetensi dasar atau
yang sering disebut kompetensi minimal yang akan ditransfornasikan dan ditransmisikan pada pserta
didik terdiri dari tiga jenis : pertama, kompetensi pengetahuan kewargaan ( civic knowledge), yaitu
kemampuan dan kecakapan terkait dengan materi inti Pendidikan Kewarganegaan ( Civics
Education ), yaitu demokrasi, hak asasi manusia, dan masyarakat madani; kedua, kompetensi sikap
kewarganegaraan (civic dispositions), yaitu kemampuan dan kecakapan terkait dengan kesadaran dan
komitmen warga negara antara lain komitmen akan kesetaraan gender, toleransi, kemajemukan, dan
komitmen untuk peduli serta terlibat dalam penyelesaian persoalan-persoalan warga negara yang
terkait dengan pelanggaran HAM; ketiga, kompetensi keterampilan kewagaan ( civic skill), yaitu
kemampuan dan kecakapan mengartikulasikan keterampilan kewarganegaraan seperti kemampuan
berpatisipasi dalam proses pembuatan keputusan publik, kemampuan melakukan kontrol terhadap
penyelenggara dan pemerintahan.
Ketiga kompetensi tersebut merupakan tujuan pembelajaran ( learning objectives ) mata kuliah ini
yang diselenggarakan melalui cara pembelajaran yang demokratis, partisipatif, dan aktif ( active
learning ) sebagai upaya transfer pembelajaran ( transfer of learning ) , nilai (transfer of value ), dan
prinsip-prinsip ( transfer of principles ) demokrasi dan HAM yang merupakan prasyarat utama
tumbuh kembangnya masyarakat madani.

II.3. Landasan Kewarganegaraan


Landasan pendidikan kewarganegaraan meliputi landasan filosofis, landasan teoritis, landasan
histori, landasan sosiologi, dan landasan yuridis.
1. Landasan filosofis
Membangun semangat kebangsaan kebangsaan dalam mengisi kemerdekaan disegala aspek bukan
suatu hal yang mudah dan instan. Untuk itu diperlukan pendidikan kewarganegaraan.
2. Landasan teoritis
Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
3. Landasan historis
Melihat penglaman bangsa Indonesia dalam mempetahankan keutuhan dan kemerdekaan NKRI maka
perlu adanya pendidikan karakter bangsa, moralitas bangsa dalam kehidupan demokrasi yang
seimbang dalam tanggung jawabnya dalam pembelaan Negara demi terjaga dan terwujudnya intregasi
bangsa.
4. Landasan sosiologis
Keanekaragaman yang ada pada Bangsa Indonesia harus harus di arahkan dan dibina dalam
meningkatkan kesadaran bersama dalam kehidupan kesatuan bangsa Indonesia.
5. Landasan yuridis
Pasal 27 ayat(3) amandemen menyebutkan; setiap warga Negara berhak dan wajib turut serta dalam
upaya pembelaan negara, pasal 30 ayat(1); tiap-tiap waga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan keamanan negara.
Pendidikan kewarganegaraan dengan tujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
6. Landasan Ilmiah (Dasar Pemikiran)

1). Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan


Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara dan bangsanya,
serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya. . Warga negara dituntut
hidup berguna dan bermakna bagi negara dan bangsanya, mampu mengantisipasi perkembangan serta
perubahan masa depan. Untuk itu diperlukan pembekalan IPTEKS yang berlandaskan nilai-nilai
keagamaan, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut berperan
sebagai panduan dan pegangan hidup setiap warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

2). Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan


Setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat ilmiah yang mempunyai objek, metode, sistem dan bersifat
universal. Objek pembahasan setiap ilmu harus jelas, baik objek material maupun objek formal. Objek
material adalah bidang sasaran yang dibahas dan dikaji oleh suatu bidang atau cabang ilmu. Objek
material PKn adalah segala hal yang berkaitan dengan warga negara baik yang empirik maupun yang
non empirik, yang meliputi wawasan, sikap, dan perilaku warga negara dalam kesatuan bangsa dan
negara. Objek formal adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untuk membahas objek material
tersebut. Objek formal PKn adalah hubungan antara warga negara dengan negara dan Pendidikan
Pendahuluan Bela Negara.
Objek formal adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untuk membahas objek material tersebut.
Objek formal PKn adalah hubungan antara warga negara dengan negara dan Pendidikan Pendahuluan
Bela Negara. Objek pembahasan PKn menurut Kep. Dirjen Dikti No. 267/dikti/Kep./ 2000 meliputi
pokok bahasan sebagai berikut:
1) Pengantar PKn
a. Hak dan kewajiban warga negara
b. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
c. Demokrasi Indonesia
d. Hak Asasi Manusia
2) Wawasan Nusantara
3) Ketahanan Nasional
4) Politik dan Strategi Nasional
3. Rumpun Keilmuan

Pendidikan Kerwarganegaraan (Kewiraan/ kewarganegaraan) dapat disejajarkan dengan civics


education yang dikenal diberbagai negara. PKn bersifat interdisipliner (antar bidang) bukan
monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu kewarganegaraan diambil dari
berbagai disiplin ilmu seperti hukum, politik, administrasi negara, sosiologi, dsb. Pada hakekatnya
pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin
kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya.Selaku warga masyarakat,warga bangsa dan
negara,secara berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi hari depan mereka yang selalu
berunah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya,bangsa,negara dan hubungan
international,maka pendidikan tinggi tidak dapat mengabaikan realita kehidupan yang mengglobal
yang digambarkan sebagai perubahan kehidupan yang penuh dengan paradoksal dan ketidak
keterdugaan.
Dalam kehidupan kampus di seluruh perguruan tinggi indonesia,harus dikembangkan menjadi
lingkungan ilmiah yang dinamik,berwawasan budaya bangsa,bermoral keagamaan dan berkepribadian
indonesia.Untuk pembekalan kepada para mahasiswa di indonesia berkenaan dengan pemupukan
nilai-nilai,sikap dan kepribadian,diandalkan kepada pendidikan pancasila,Bela Negara,Ilmu Sosial
Dasar,Ilmu Budaya Dasar dan Ilmu Alamiah Dasar sebagai latar aplikasi nilai dalma kehidupan,yang
disebut Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK).
II. 4. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan.
Adapun tujuan mata kuliah Pendidikan Kewargaan adalah mengebangkan kompetensi sebagai
berikut:
- Memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis dann kreatif, sehingga mampu memahami
berbagai wacana kewarganegaraan.
- Memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan
bertanggung jawab.
Rumusan tersebut sejalan dengan aspek-aspek kompetensi yang hendak dikembangkan dalam
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Aspek-aspek kompetensi tersebut mencakup pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan watak atau
karakter kewarganegaraan (civic dispositions).
Aspek kompetensi pengetahuan kewarganegaraan menyangkut kemampuan akademik yang
dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum, dan moral. Secara lebih terperinci,
materi pengetahuan pendidikan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang hak dan tanggung
jawab warga negara, hak asasi manusia, prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah
dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasar hukum dan peradilan yang bebas dan
tidak memihak, konstitusi, serta nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
Keterampilan kewarganegaraan meliputi keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Contoh keterampilan intelektual adalah keterampilan
dalam merespon berbagai persoalan politik, misalnya merancang dialog dengan anggota partai
politik. Contoh keterampilan berpartisipasi adalah keterampilan menggunakan hak dan kewajiban di
bidang hukum, misalnya segera melapor kepada polisi atas tindakan kejahatan yang diketahui. Watak
atau karakter kewarganegaraan sesungguhnya merupakan materi yang paling substantive dan esensial
dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dimensi ini dapat dipandang sebagai muara dari
pengembangan kedua dimensi sebelumnya.
Dengan demikian seorang warga negara pertama-tama perlu memiliki pengetahuan kewarganegaraan
yang baik, memiliki keterampilan intelektual maupun partisipatif, dan pada akhirnya pengetahuan
serta keterampilan itu akan membentuk suatu karakter atau watak yang mapan, sehingga menjadi
sikap dan kebiasaan sehari-hari. Watak yang mencerminkan warga negara yang baik itu misalnya
sikap religius, toleran, jujur, adil, demokratis, taat hukum, menghormati orang lain, memiliki
kesetiakawanan sosial dan lain-lain.
Menurut Branson (1999:7) tujuan civic education adalah partisipasi yang bermutu dan
bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat lokal, negara bagian, dan
nasional. Tujuan pembelajaran PKn dalam Depdiknas (2006:49) adalah untuk memberikan
kompetensi sebagai berikut:
a. Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter
masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Menurut Djahri tujuan pendidikan Kewarganegaraan(1994/1995:10) adalah sebagai berikut:


a. Secara umum. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan harus ajeg dan mendukung keberhasilan
pencapaian Pendidikan Nasional, yaitu : “Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki kemampuan pengetahuann dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan”.

b. Secara khusus. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yaitu membina moral yang diharapkan
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang
bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung kerakyatan yang
mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga
perbedaan pemikiran pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah mufakat, serta
perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.

Sedangkan menurut Sapriya (2001), tujuan pendidikan Kewarganegaraan adalah partisipasi yang
penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-
nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Partisipasi warga negara yang
efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu pengetahuan dan
keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan serta. Partisipasi yang efektif dan
bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui pengembangan disposisi atau watak-
watak tertentu yang meningkatkan kemampuan individu berperan serta dalam proses politik dan
mendukung berfungsinya sistem politik yang sehat serta perbaikan masyarakat.

III. PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Pendidikan kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran wajib bagi pelajar di Indonesia. Tidak
hanya pelajar, mahasiswa pun wajib mempelajari Pendidikan kewarganegaraan. Sesuai namanya,
pendidikan kewargaan diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang
memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam konteks pendidikan nasional, Pendidikan Kewarganegaran dijadikan sebagai wadah dan
instrumen untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu “berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan serta
bertanggung jawab.” Di samping itu Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi juga sebagai instrumen
pelaksana pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Standar kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan ( Civics Education ) adalah menjadi warga negara
yang cerdas dan berkeadaban ( Intelligent and Civilized Citizens ). Sedangkan kompetensi dasar atau
yang sering disebut kompetensi minimal yang akan ditransfornasikan dan ditransmisikan pada pserta
didik terdiri dari tiga jenis : pertama, kompetensi pengetahuan kewargaan ( civic knowledge), kedua,
kompetensi sikap kewarganegaraan (civic dispositions), ketiga, kompetensi keterampilan kewagaan
( civic skill ). Kemudian Landasan pendidikan kewarganegaraan meliputi landasan filosofis, landasan
teoritis, landasan histori, landasan sosiologi, dan landasan yuridis.
IV. DAFTAR PUSTAKA

Andri. 2007. Tujuan PKn. (Online), (http://andriez1980.blogspot.com/2007/07/


tujuan-pkn_10.html), diakses pada hari Rabu tanggal 14 September 2011.
Hidayat, Komardin dan Azra, Azyumardi. 2008. Pendidikan Kewargaan ( Civics
Education ). Jakarta : Kencana

Nukhrid.2011. Landasan Kewarganegaraan. (Online), (http://nukhrid88.blog.


com/2011/05/11/landasan-kewarganegaraan/), diakses pada hari Rabu tanggal 14
September 2011.
Nunu. 2011.Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. (Online),
(http://noenoeaciel.blogspot.com/2011/01/landasanpendidikankewarganegaraan.html),
diakses pada hari Rabu tanggal 14 September 2011.
________. 2011. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan. (Online), http://www.
gudangmateri.com/2011/05/tujuan-pendidikan-kewarganegaraan.html), diakses pada
hari Rabu tanggal 15 September 2011.

http://wibisono.net78.net/warga.html
http://farson20.wordpress.com
www.dieksjetkid.co.cc wikipedia
http://ppkn1endang.blogspot.com
MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGA NEGARAAN

PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

NAMA : RAHMA LATIVA TRIANI


NIM : 122310019
NAMA : MELDA APRILIANI
NIM : 122310010
NAMA : KARMAH HERWINDA
NIM : 122310016

PRODI : PGPAUD 23.C

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS PELITA BANGSA


2023 / 2024

Anda mungkin juga menyukai