Anda di halaman 1dari 9

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 2.

3
COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

Fasilitator Bapak Anwar Zaini, S.Pd.I,M.Pd.

Pengajar Praktik Ibu Sulastri, S.E., S.Pd.

Assalamualaikum Wr.Wb Salam sehat untuk kita semua

Salam Guru Penggerak...!!!!


Saya Anna Yusmawati, S.Pd.Gr, Calon Guru Penggerak Angkatan 9 Kabupaten Aceh Tengah
Provinsi Aceh, Pada kesempatan kali ini saya akan membuat sebuah catatan mengenai jurnal
refleksi dwimingguan modul 2.3 yang merupakan sebuah kewajiban bagi saya selaku Calon Guru
Penggerak yang mengikuti diklat CGP khususnya di angkatan 9 tahun 2023 ini. Modul Coaching
untuk supervisi akademik ini merupakan sebuah modul yang menuntut saya selaku calon guru
penggerak untuk lebih memahami tentang bagaimana upaya kita selaku pendidik khususnya peran
sebagai pemimpin pembelajaran dalam memenuhi tuntutan pendidikan yang berkualitas dilingkungan
sekolah yang salah satunya dapat kita penuhi melalui upaya supervisi akademik terhadap guru, siswa
dan tenaga kependidikan di sekolah. Jurnal dwi mingguan ini adalah tulisan hasil proses belajar yang
saya alami, saya dapatkan dan saya aplikasikan guna menunjang tugas sebagai pendidik yang
nantinya berfungsi sebagai pemimpin pembelajaran terutamanya dalam modul 2.3. tentang
bagaimana upaya saya dalam melakukan coacing sebagai salah satu metode dalam melakukan
supervisi akademik. Kegiatan modul 2.3 terkait coaching untuk supervisi akademik kami mulai sejak
tanggal 17 November 2023 sehari sebelum pelaksanaan lokakarya 3 yang kami laksanakan pada
tanggal 18 November 2023 di aula Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Tengah.
Penulisan jurnal ini menggunakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway,
yang mencakup: 1). Fact, 2). Feeling, 3). Findings, dan 4). Future (4F). Yang diterjemahkan
menjadi 4P (1. Peristiwa, 2. Perasaan, 3. Pembelajaran, dan 4. Penerapan).

1. Facts (Peristiwa)

Tanggal 13 November 2023 merupakan awal dari sebuah paket modul 2.3 yang saya lalui
dimulai dengan penyampaian informasi bahwa kami telah dapat memulai pembelajaran secara
mandiri dalam modul 2.3 oleh fasilitator Bapak Zaini, S.Pd.I., M.Pd yang kami jalani sebagai bagian
dari upaya memulai pembelajaran di modul baru terkait pemahaman awal kami selaku CGP dalam
memahami sejauh mana pemahaman kami secara mandiri terkait modul 2.3 tentang coaching untuk
supervisi akademik. Setelah itu kami memulai sebuah forum diskusi yang saling menanggapi
penyampaian awal rekan-rekan guru penggerak sejauh mana konsep awal yang kami fahami terkait
coaching untuk supervisi akademik Modul Coaching untuk Supervisi Akademik ini memberikan ruang
bagi saya untuk berlatih membangun komunikasi yang empatik dan memberdayakan sebagai
Pemimpin Pembelajaran dan Kepala Sekolah dalam membuat perubahan strategis yang mampu
menggerakan komunitas sekolah pada ekosistem belajar saya. Perubahan strategis yang sejalan
semangat Merdeka Belajar untuk meningkatkan kualitas kurikulum (standar isi-standar proses-
standar penilaian) yang bermakna dan kualitas sumber daya guru dan tenaga kependidikan dalam
mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid pada Satuan Pendidikan di sekolah dan daerah
saya.

Modul ini mencakup beberapa materi konsep yang sejalan dengan pemikiran filosofis
pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan perkembangan pendidikan Abad ke-21. Modul ini semakin
menguatkan paradigma berpikir Among, prinsip coaching, kompetensi inti coaching, alur percakapan
TIRTA dan supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching. Harapannya setelah
mempelajari dan mempraktekkan beberapa latihan percakapan berbasis coaching dapat menguatkan
perjalanan pembelajaran saya menjadi seorang pemimpin pembelajaran dan kepala sekolah.

Alur MERDEKA sebagai alur pembelajaran pada Diklat Guru Penggerak masih menjadi alur
dalam pembelajaran di Modul 2.3 ini dimana kami berbagi peran dalam hal menyampaikan paparan
dan pendafat dengan teman-teman sesame Calon Guru Penggerak dalam Forum Komunikasi antar
peserta diklat CGP Angkatan 9 dengan Fasilitator serta beberap tugas mandiri sesuai pemahaman
kami terkait modul 2.3 yang kami pelajari serta mendapatkan arahan, bimbingan dan saran serta
berbagi refleksi dengan fasilitator dan teman-teman. Dalam forum komunikasi ini, saya
mendapatkan sebuah pemahaman baru tentang Coaching dan mentoring yang adalah dua pendekatan
yang berbeda dalam membantu seseorang untuk mencapai tujuan atau pengembangan pribadi.
Perbedaan utama antara keduanya ada pada fokus, struktur, dan cara interaksi antara
pelatih/mentor dan individu yang dibimbing. Baik coaching maupun mentoring adalah metode yang
bermanfaat untuk pembelajaran dan pengembangan pribadi, tetapi mereka memiliki pendekatan
yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan tujuan individu yang dibimbing.

Alur MERDEKA dalam pembelajaran ini diawali dengan Mulai Dari Diri, dimana saya Sebagai
seorang guru adalah seorang pemimpin pembelajaran. Dalam perjalanan saya sebagai seorang guru,
tentunya saya pernah mendapatkan pengalaman terkait dengan supervisi akademik sebagai salah
satu cara pengembangan kompetensi diri. Pada sesi mulai dari dari diri ini, saya menjawab
pertanyaan-pertanyaan reflektif terkait supervisi akademik dan pengembangan kompetensi diri
yang memuat pertanyaan reflektif sebagai berikut :

1. Selama menjadi guru, tentunya pembelajaran Anda pernah diobservasi atau disupervisi
oleh kepala sekolah Anda. Bagaimana perasaan Anda ketika diobservasi? Seringkali,
perasaan guru saat diobservasi bisa campur aduk dan sangat dipengaruhi oleh dinamika
hubungan dengan kepala sekolah, kebudayaan sekolah, dan pengalaman sebelumnya dalam
situasi observasi semacam itu. Bagi sebagian guru, observasi bisa menjadi sarana yang
bermanfaat untuk pertumbuhan profesional, sementara bagi yang lain, itu bisa menjadi
momen yang menekan. Kepala sekolah yang memberikan umpan balik yang positif dan
konstruktif bisa membantu guru merasa lebih didukung dalam pengembangan mereka dan hal
semacam ini merupakan hal yang saya rasakan saat di observasi dimana saya merasakan
bawa saya diperhatikan, di arahkan dan didukung untuk membuat sebuah perubahan
2. Ceritakan pengalaman Anda saat observasi dan pasca kegiatan observasi tersebut.
Pada saat di observasi, saya berusaha menerapkan konsep bahwa observasi merupakan
sebuah bagian dari upaya supervisi terhadap perbaikan dan peningkatan pemahaman
terhadap proses pembelajaran yang saya lakukan sehingga saat di observasi oleh Kepala
Sekolah saya merasa Focused (Berkonsentrasi) karena Observasi juga bisa membuat saya
lebih fokus dan berusaha memberikan pelajaran terbaik di kelas dengan mempersiapkan
materi dan strategi pengajaran dengan lebih serius serta menerapkan model pembelajaran
yang berpusat pada murid sehingga Kepala Sekolah merasa bahwa apa yang saya terapkan
dapat menjadi referensi untuk pembelajaran di lingkungan sekolah secara keseluruhan.
Setelah kegiatan observasi selesai, apa yang telah saya sampaikan kemudian diberikan
masukan dan sara perubahan serta perbaikan yang perlu ditambahkan oleh Kepala Sekolah
sebagai bagian dari upaya reflektif untuk pembelajaran saya di masa yang akan datang
3. Menurut Anda, bagaimanakah proses supervisi akademik yang ideal yang dapat
membantu diri Anda berkembang sebagai seorang pendidik?
Menurut saya, Proses supervisi yang berhasil tidak hanya memberikan umpan balik, tetapi
juga memfasilitasi pertumbuhan dan pengembangan secara terus-menerus. Itu juga harus
mendorong guru untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan keterampilan mereka
sendiri sambil memberikan dukungan yang mereka butuhkan. Dalam hal ini, menurut saya
supervisi akademik yang ideal dan dapat membantu saya untuk lebih berkembang sebagai
seorang pendidik adalah supervisi yang melibatkan pendekatan yang berkelanjutan,
kolaboratif, dan berorientasi pada pengembangan dan dilakukan secara terstruktur dan
terjadwal dengan dilengkapi langkah-langkah untuk Kalrifikasi tujuan dilakukannya supervisi,
melakukan observasi dan umpan balik yang terjadwal dengan baik, adanya pengembangan
dari hasil observasi dengan dukungan sumber daya di lingkungan sekolah, serta adanya
pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap hasil supervisi tersebut dengan
penekanan upaya kolaboratif dan dan reflektif.
4. Menurut Anda, jika Anda saat ini menjadi seorang kepala sekolah yang perlu melakukan
supervisi, dimana posisi Anda sehubungan dengan gambaran ideal di atas dari skala 1
s/d 10? Situasi belum ideal 1 dan situasi ideal 10

Jika dalam suasana supervisi diatas dengan penerapan langkah-langkah supervisi yang
terstruktur baik dan terjadwal maka seharusnya penilaian saya dalam melakukan supervisi
berada di angka 7 atau 8 karena belum pada tahapan implementasi sehingga saya fikir saya
perlu menerapkannya dan melihat hasil supervisi tersebut untuk penentuan langkah
berikutnya sebagai tindak lanjut dari apa yang telah saya lakukan

5. Aspek apa saja yang Anda butuhkan untuk dapat mencapai situasi ideal itu?
Dalam mencapai kondisi supervisi pembelajaran yang ideal, menurut saya ada beberapa
aspek atau faktor yang perlu dipertimbangkan diantaranya adalah :

a. Keterlibatan Guru sebagai upaya Kolaborasi yang Penting untuk membangun hubungan
yang kuat antara pengawas dan guru. Kolaborasi yang baik dapat meningkatkan
pemahaman, kepercayaan, dan keterlibatan guru dalam proses supervisi.
b. Kualitas dari hasil supervisi dalam bentuk umpan balik yang tepat karena Kualitas dan
Kepastian sebuah Umpan balik harus jelas, konstruktif, dan mendukung. Itu harus
berfokus pada pengembangan dan peningkatan, bukan sekadar evaluasi juga
melibatkan Pembicaraan Terbuka yang dapat Membangun lingkungan di mana guru
merasa nyaman menerima umpan balik serta berdiskusi tentang cara meningkatkan
pengajaran mereka. Selain itu, Keterampilan Pengawasan oleh seorang mentor atau coach
yang meliputi Kemampuan Observasi dimana Pengawas harus memiliki keterampilan
observasi yang kuat untuk melihat praktik pengajaran secara menyeluruh dan mendalam
serta Kemampuan Komunikasi secara efektif untuk menyampaikan umpan balik dengan
jelas dan bijaksana kepada guru.
c. Pemahaman yang Mendalam tentang Pembelajaran:

 Fokus pada Pembelajaran: Supervisi yang ideal harus berpusat pada peningkatan
hasil belajar siswa, bukan hanya pada kinerja guru.
 Memahami Konteks: Pengawas harus memahami konteks sekolah, siswa, dan
tantangan yang dihadapi guru untuk memberikan dukungan yang sesuai.

d. Pembelajaran Berkelanjutan:

 Pembelajaran Mandiri: Mendorong guru untuk terlibat dalam pengembangan


profesional mereka sendiri di luar proses supervisi, seperti pelatihan, seminar, atau
program pengembangan diri.
 Kolaborasi antar Guru: Mendorong kolaborasi antar guru untuk saling belajar dan
berbagi praktik terbaik.

e. Keadilan dan Transparansi:

 Keadilan dalam Evaluasi: Memastikan bahwa standar yang sama diterapkan untuk
semua guru dalam proses supervisi.
 Transparansi: Menjaga transparansi dalam proses evaluasi dan memberikan guru
pemahaman yang jelas tentang apa yang dinilai dan bagaimana mereka dapat meningkat.

f. Budaya yang Mendukung Pertumbuhan:

 Pendorong Pertumbuhan: Menciptakan budaya di sekolah yang mendorong


pertumbuhan, di mana kesalahan dianggap sebagai kesempatan untuk belajar dan
berkembang.
 Kepemimpinan yang Mendukung: Kepala sekolah dan staf pengawas harus
memberikan teladan dalam hal pembelajaran berkelanjutan dan peningkatan diri.

Penting untuk menyadari bahwa kondisi supervisi pembelajaran yang ideal dapat
berbeda-beda tergantung pada kebutuhan dan dinamika unik dari setiap sekolah.
Mendengarkan dan beradaptasi dengan kebutuhan serta harapan sekolah dan guru adalah
kunci untuk mencapai kondisi supervisi yang ideal.

Selanjutnya, saya melakukan Eksplorasi Konsep terkait Modul 2.3 terkait konsep Coaching
itu sendiri secara umum maupun dalam konteks pendidikan dimana konsep coaching secara umum
dan konsep coaching dalam dunia pendidikan berbeda dan konsep coaching dalam dunia pendidikan
bersifat lebih spesifik dan bersifat memberdayakan. Dalam eksplorasi konsep, saya juga
memahami tentang Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching dimana kita perlu memiliki
paradigma berpikir coaching terlebih dahulu. Paradigma tersebut adalah:
1. Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan
2. Bersikap terbuka dan ingin tahu
3. Memiliki kesadaran diri yang kuat
4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan

Selain itu, dalam Eksplorasi Konsep ini saya dihadapkan dengan beberapa tugas mandiri
yang saya unggah di link Google Drive saya sebagai referensi dan refleksi diri terkait
pemahaman saya tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik pada modul 2.3 ini diantaranya
adalah terkait Refleksi Diri Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching pada link
https://docs.google.com/document/d/1SsouzStWMjMb0-
e7jMj5euyUuZo7XtAwV_qSKdoCKQ/edit?usp=sharing selain itu, pada eksplorasi konsep ini saya
memahami tentang kompetensi inti dari seorang Coach dimana Berdasarkan ICF (International
Coaching Federation) ada 8 kompetensi inti namun untuk kebutuhan Pendidikan Guru Penggerak,
kita mempelajari 3 kompetensi inti yang penting dipahami, diterapkan, dan dilatih secara terus
menerus saat melakukan percakapan coaching kepada teman sejawat di sekolah. Kompetensi inti
coaching:
1.Kehadiran Penuh/Presence
2. Mendengarkan Aktif
3. Mengajukan Pertanyaan Berbobot
- Mendengarkan dengan RASA
Salah satu dari kompetensi inti tersebut adalah kehadiran penuh / presence yang
pemahamannya saya buat sebuah catatan yang saya unggah pada link
https://docs.google.com/document/d/1UzycNk4qkUSF2MT_4u6ilDg1t4BnjLrI8v1tuXjRKlE/ed
it?usp=sharing serta kompetensi diri yang terkait dengan mendengarkan dengan RASA
melalui alur percakapan TIRTA yang saya buat pemaparannya dalam bentuk catatan yang
saya unggah pada link
https://docs.google.com/document/d/1VlwgClN8UKwRIYjkM1TV3_CSczpS_ZCPLzn70UG97W
k/edit?usp=sharing dan
https://docs.google.com/document/d/1VlwgClN8UKwRIYjkM1TV3_CSczpS_ZCPLzn70UG97W
k/edit?usp=sharing

Tahapan selanjutnya pada pembelajaran di modul 2.3 ini adalah alur Ruang Kolaborasi dimana
pada ruang kolaborasi ini, saya dan teman-teman CGP Angkatan 9 mempraktekkan percakapan awal
sebagai upaya kolaborasi dan refleksi serta berperan sebagai coach bagi rekan sejawat dalam
menemukan solusi terhadp permasalahan yang mereka hadapi dimana dalam ruang kolaborasi ini
saya berlatih sebagai coach maupun coachee dengan Bapak Suyatin, S.Pd dari SD Negeri 8 Atu
Lintang. Latihan praktik pada ruang kolaborasi ini kemudian menjadi tugas yang saya upload pada
link akun youtube Channel saya sendiri https://www.youtube.com/watch?v=1lSzJpTLbsQ&t=6s .
Setelah melakukan sesi latihan dan praktik, saya dan Bapak Arbainsyah, Ibu Novia Damayanti, dan
Ibu Sri Handayani mencoba mendemonstrasikan praktik coaching untuk supervisi akademik ini
dalam bentuk Demonstrasi Kontekstual yang tugasnya saya unggah pada akun youtube saya pada
link https://www.youtube.com/watch?v=HYOVIaP4Hpw&t=2s dimana tugas pada demonstrasi
kontekstual ini bertujuan agar selaku CGP kami mampu melakukan praktik coaching dalam
lingkungan sekolah sebagai pemimpin pembelajaran baik dalam peran sebagai observer (pengamat),
Coach, maupun sebagai seorang coachee.
Alur pembelajaran selanjutnya pada modul 2.3 ini adalah kegiatan mengkoneksikan antar
materi pembelajaran pada modul 2 yang terdiri atas modul 2.1 terkait pembelajaran
berdiferensiasi, modul 2.2 terkait pembelajaran sosial emosional dan modul 2.3 dalam
mempraktekkan Coaching Untuk Supervisi Akademik.
Tanggal 01 Desember 2023 kami mengikuti video conference pembelajaran bersama Ibu
Rusiati Yo, S.Psi., M.Pd selaku instruktur dalam kegiatan bertajuk Elaborasi Pemahaman yang
merupakan kegiatan lanjutan yang harus kami lakukan sebelum mempraktekkan kegiatan Coaching.
Dalam kegitan Elaborasi Pemahaman, Ibu Rusiati Yo, S.Psi., M.Pd menjelaskan kepada kami
bahwa Coaching dalam konteks supervisi akademik sangat penting untuk seorang guru dengan
berbagai alasan yang dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan perkembangan profesional.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa coaching sangat penting untuk supervisi akademik seorang
guru:
1. Pengembangan keterampilan pembelajaran
- Coaching membantu guru mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam metode
pengajaran mereka.
- Guru dapat menerima umpan balik langsung tentang teknik pengajaran yang efektif dan
cara meningkatkannya.
2. Peningkatan Efektifitas Pengajaran
- Melalui coaching, guru dapat belajar strategi baru dan inovatif untuk meningkatkan
efektivitas pengajaran.
- Pembimbing dapat memberikan saran praktis untuk mengatasi tantangan khusus dalam
kelas.
3. Personalisasi Pembelajaran
- Coaching memungkinkan guru untuk mengidentifikasi cara-cara untuk lebih
mempersonalisasi pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan setiap siswa.
- Guru dapat memperoleh dukungan untuk mengembangkan strategi pengajaran yang lebih
responsif.
4. Meningkatkan Motivasi Guru
- Dengan adanya coaching, guru dapat merasa didukung secara pribadi dan profesional.
- Motivasi guru dapat meningkat karena mereka merasa ada dukungan dalam mengatasi
tantangan dan mencapai tujuan akademik.
5. Pembinaan Karir
- Coaching membantu guru merencanakan dan mengembangkan jalur karier mereka.
- Guru dapat merencanakan langkah-langkah untuk mencapai tujuan karier mereka, baik
dalam hal pengembangan akademik maupun tanggung jawab kepemimpinan.
6. Peningkatan Penggunaan Teknologi
- Coaching dapat membantu guru mengintegrasikan teknologi ke dalam pengajaran mereka.
- Guru dapat memperoleh bimbingan untuk mengoptimalkan penggunaan alat dan sumber
daya digital dalam pembelajaran.

Dengan adanya coaching dalam supervisi akademik, seorang guru dapat mencapai potensinya
secara penuh, menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri, dan terus meningkatkan kualitas
pengajaran mereka sepanjang karier. Demikianlah kesimpulan yang saya ambil terkait kegiatan
elaborasi pemahaman yang disampaikan oleh Ibu Rusiati Yo, S.Psi., M.Pd tersebut yang
berlangsung kurang lebih selama 2 jam. Pemahaman saya selaku CGP dalam mengkoneksikan atau
menghubungkan materi-materi yang telah saya pelajari dan saya implementasikan selama mengikuti
kegiatan diklat CGP Angkatan 9 ini merupakan kegiatan selanjutnya yang harus saya kerjakan
melalui unggahan tugas di LMS sebagai bagian dari tugas 2.3.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 2.3
saya juga mengunggah tugas koneksi antar materi saya pada modul 2.3 tersebut dalam bentuk pdf
pada drive saya dan juga mengunggah tugas tersebut di link youtube channel saya. Aksi nyata
coaching untuk supervisi akademik merupakan tahapan akhir yang saya lakukan dalam modul 2.3 ini
yang juga sebagai refleksi dari praktik pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial
emosional yang saya praktekkan di kelas dan melakukan coaching untuk supervisi akademik.

2. Feeling (Perasaan)

Saya bersyukur mendapat ilmu baru yang sangat luar biasa berpengaruh terhadap eksistensi
saya menjalani profesi sebagai guru. Modul 2.3 memang memberikan saya banyak ilmu mengenai
kemampuan coaching sebagai salah satu peran sebagai pemimpin pembelajaran. Walaupun
sebelumnya saya sudah melaksanakan sebagian dari apa yang dijelaskan pada materi modul 2.3 ini.
Di modul ini memberikan saya banyak ilmu mengenai coaching yang diakhiri dengan paradigma
coaching dalam proses supervisi akademik. Dimana supervisi akademik tidak lagi hanya dipandang
sebagai penilaian terhadap guru yang dilakukan oleh supervisor (pihak manajemen sekolah) yang
biasanya memiliki suasana yang menegangkan dan tidak nyaman. Sekarang melalui modul ini
diajarkan dan dilatih agar paradigmanya berubah menjadi paradigma coaching dengan prinsip-
prinsipnya.

Di modul ini, saya mendapatkan hal yang luar biasa terkait ilmu-ilmu baru yang memacu saya
lebih bersemangat dalam mengimplementasikan semua yang saya dapatkan. Forum diskusi selama
sesi ruang kolaborasi dan elaborasi membuat saya semakin memahami materi ini. Saya harap dengan
mempelajari ini, saya semakin terampil dalam menjadi coach dalam proses coaching, baik untuk
rekan sejawat, murid, maupun orang terdekat yang membutuhkan coaching untuk mencari solusi
terhadap masalah yang dihadapi.

Setelah mempelajari modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik, saya semakin
memahami bagaimana teknik dalam melakukan Coaching yang baik dalam kegiatan supervisi di
sekolah, baik antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan murid, atau dengan
warga sekolah lainnya. Mulai dari awal pembelajaran materi tentang Coaching untuk supervisi
akademik ini, sampai pada kegiatan ruang kolaborasi, saya merasa mendapatkan pembelajaran yang
sangat bermanfaat, khususnya dalam pengembangan pola pikir, pengelolaan emosi dan bagaimana
membangun komunikasi yang baik, serta memiliki paradigma berpikir Among dan keterampilan
Coaching dalam rangka pengembangan diri dan rekan sejawat. Dalam kegiatan Coaching, coach dan
coachee sama-sama mendapatkan pembelajaran, yang bisa dijadikan sebagai refleksi diri dan
melakukan introspeksi atas semua hal yang selama ini telah dan yang akan dilakukan, baik dalam
proses pembelajaran, ataupun masalah dan kegiatan lainnya

3. Findings (Pembelajaran)

Modul 2.3 memberikan banyak pembelajaran baru tentang Coaching untuk Supervisi
Akademik. Dalam pembelajaran ini saya menjadi paham dan semakin tercerahkan, tentang
bagaimana konsep Coaching dan perbedaan konsep antara coach dengan mentor, fasilitator,
dan konselor. Salah satu teknik percakapan coaching yaitu menggunakan alur TIRTA yakni
akronim dari Tujuan Utama/T, Identifikasi Masalah/I, Rencana Aksi/R, Tanggung Jawab/TA.
Kegiatan Coaching ini sangat menarik bagi saya, untuk terus melakukan pembenahan dalam
membantu rekan sejawat, dan khususnya membantu murid dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Masalah-masalah di sekolah terkait dengan pengembangan diri dalam rangka
mewujudkan murid yang memiliki kematangan diri, dan menjadi pribadi yang siap, dan mampu
mengelola dirinya sendiri untuk menghadapi berbagai tantangan dan berbagai masalah yang
ada. Coaching dalam konteks pendidikan memiliki peran: (1) Coaching sebagai salah satu
proses untuk menuntun belajar murid mencapai kekuatan kodratnya, (2) Coach memberikan
tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat terpancar melalui
dirinya, (3) Coach memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan kenyamanan bagi
coachee melalui keterampilan berkomunikasi dengan baik sehingga bisa menumbuhkan rasa
empati, saling menyayangi, menghormati dan menghargai antara guru dan murid. Hal yang
bermanfaat yang saya dapatkan pada modul ini adalah mengenai supervisi akademik yang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan coaching. Pada pelaksanaan coaching ini harus
didasarkan prinsip dan kompetensi coaching. Coaching juga bisa dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran kepada murid untuk menggali potensi yang dimiliki oleh murid.

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi,
berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas
performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee
(Grant, 1999). Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada
mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation
mendefinisikan coaching sebagai"bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk
memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang
menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif." Berbagai tugas dalam Sub
Pembelajaran memberikan pengalaman yang berharga bagi saya dalam memahami coaching.

Paradigma berpikir coaching terdiri dari fokus pada coachee/rekan yang akan
dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, mampu
melihat peluang baru dan masa depan. Prinsip coaching yaitu "kemitraan, proses kreatif, dan
memaksimalkan potensi". Kompetensi Inti Coaching meliputi kehadiran penuh/Presence,
mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan berbobot. Percakapan Berbasis Coaching dengan
Alur TIRTA : Percakapan untuk perencanaan, Percakapan untuk pemecahan masalah,
Percakapan untuk berefleksi, Percakapan untuk kalibrasi. Banyak pelajaran yang saya
dapatkan dari materi di Modul 2.3 ini. Supervisi akademik dilakukan untuk memastikan
pembelajaran yang berpihak pada murid dan untuk pengembangan kompetensi diri dalam
setiap pendidik di sekolah. Dalam relasi guru dengan guru, seorang coach dapat membantu
seorang coachee untuk menemukan kekuatan dirinya dalam pembelajaran. Pendekatan
komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara seorang coach dan
coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih
dan persaudaraan.

Paradigma berpikir coaching terdiri dari fokus pada coachee/rekan yang akan
dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, mampu
melihat peluang baru dan masa depan. Prinsip coaching yaitu “kemitraan, proses kreatif, dan
memaksimalkan potensi”. Kompetensi Inti Coaching meliputi kehadiran penuh/Presence,
mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan berbobot. Percakapan Berbasis Coaching dengan
Alur TIRTA : Percakapan untuk perencanaan, Percakapan untuk pemecahan masalah,
Percakapan untuk berefleksi, Percakapan untuk kalibrasi.
Umpan Balik berbasis Coaching terdiri dari Umpan Balik dengan Pertanyaan Reflektif, Umpan Balik
menggunakan data yang valid.

Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan


dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Dalam
pelaksanaannya ada dua paradigma utama yang menjadi landasan kita menjalankan proses supervisi
akademik yang memberdayakan, yakni paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan
dan optimalisasi potensi setiap individu

4. Future (Penerapan)

Setelah mempelajari modu1 2.3. saya bertekad untuk mempraktikkan tiga kompetensi inti
coaching, presence, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot dalam percakapan
coaching. Membuat rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi.
Memberikan umpan balik dengan paradigma berpikir dan prinsip coaching. Mempraktikkan rangkaian
supervisi akademik yang berdasarkan paradigma berpikir coaching. Selalu berusaha mingkatkan
kemampuan diri dalam melakukan coaching dengan berlatih dan sering malakukan praktik coaching
dengan rekan sejawat dan murid.

Salam dan Bahagia, Salam Guru Hebat, Salam Guru Penggerak

AssalamualaikumWarahmatullahi Wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai