Anda di halaman 1dari 15

GAMBARAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMASN MONTA


KABUPATEN BIMA NUSA TENGGARA
BARAT

SRI LESTARI
21806033

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

ABSTRAK
Diare adalah proses buang air besar dengan konsistensi tinja yang berbentuk cair atau
setengah cair/setengah padat, dimana kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya
dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari, lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Balita yang
menderita penyakit diare di wilayah kerja puskesmas monta sebanyak 32 balita (100%).
Tujuannya untuk mengetahui gambaran penderita diare pada balita di wilayah kerja puskesmas
monta kabupaten bima nusa tenggara barat.
Jenis penelitian ini adalah Deskriptif, yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas monta
kabupaten bima pada bulan Agustus – September 2022 dengan jumlah populasi 32 dan jumlah
sampel 32 balita, dengan menggunakan tehnik Total Sampling. Instrumen yang di gunakan dalam
penelitian ini berupa kuesioner dengan pengolahan data menggunakan SPSS.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat penggunaan jamban sehat di wilayah
kerja puskesmas monta sebanyak 29 responden (90,6%), dan tidak sehat sebanyak 3 responden
(9,4%), dan terdapat cara mencuci tangan dengan baik sebanyak 14 responden (43,8%) dan yang
kurang baik sebanyak 18 responden (56,2%), dan terdapat yang memilikki pengetahuan baik
sebanyak 5 responden (15,6%) dan yang kurang baik sebanyak 27 responden (84,4%).
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penyebab balita yang berumur 1 – 5 menderita
diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Monta di sebabkan oleh Kurangnya Pengetahuan Ibu tentang
diare pada balita, dan kurangnya perilaku cuci tangan yang baik dan benar. Dan masih ada 1
responden yang tidak memiliki jamban. Sarannya diharapkan kepada pihak puskesmas supaya di
berikan sosialisasi berupa penyuluhan tentang pencegahan kejadian diare dengan cara mencuci
tangan yang baik dan benar.
Kata Kunci : Jamban sehat, perilaku cuci tangan, pengetahuan, penderita diare

Daftar Pustaka : 25 (2015 - 2022)


PENDAHULUAN Organisasi Kesehatan Dunia

Diare adalah ketika seseorang (WHO) memperkirakan bahwa ada

buang air kecil lebih dari tiga kali sekitar 1,9 juta kematian terkait

per hari, tinja mereka memiliki penyakit diare per tahun di antara

konsistensi cair, semi-cair, atau anak-anak di bawah usia lima tahun

semi-padat, dan lebih encer dari di seluruh dunia. Karena fakta

biasanya — lebih dari 200 gram atau bahwa hampir 78% kasus diare

200 mililiter per 24 jam.. (Amin). terjadi di wilayah ini, wilayah Afrika

Huda Nurarif dan Hardy Kusuma, dari Asia Tenggara memiliki insiden

2018). Bakteri patogen Salmonella tertinggi (Junita, 2020).

dan Enterobacter bertanggung jawab Diare adalah penyakit yang dapat


atas diare, penyakit yang biasanya menyerang orang-orang dari segala
menyerang anak-anak di bawah usia usia. Diare biasanya menyerang anak
5 tahun (Dani, 2020). kecil, salah satu kelompok usia yang

Balita adalah anak di bawah usia paling rentan. Kotoran yang encer

lima tahun yang pertumbuhan dan atau encer lebih dari tiga kali sehari

perkembangannya dapat (atau lebih sering dari biasanya)

berpengaruh di masa depan. dianggap sebagai diare (WHO,

Pertumbuhan dan perkembangan 2017). Diare merupakan penyebab

dapat dipengaruhi oleh masalah kematian kedua pada anak di bawah

kesehatan anak usia dini, terutama lima tahun. Setiap tahun, hampir

gangguan pencernaan seperti 525.000 anak di bawah usia lima

penyakit diare (Kulsum, 2022). tahun menjadi korban diare. Setiap


tahun, hampir 1,7 miliar anak di Diare adalah salah satu dari sepuluh

seluruh dunia mengalami penyakit penyakit terkait Puskesmas di Kota

diare (World Health Organization, Denpasar. Peran orang tua

2017). Pada tahun 2017, diare khususnya ibu tidak lepas dari

menyumbang sekitar 8% dari semua tingginya angka kejadian diare pada

kematian yang melibatkan anak-anak anak. Untuk mencegah terjadinya

di bawah usia lima tahun di seluruh komplikasi pada anak, ibu dapat

dunia, menjadikannya salah satu berperan dalam pengobatan dan

penyebab utama kematian di antara pencegahan diare pada anak. bersih

anak-anak di bawah usia 5 tahun. Ini dan sanitasi merupakan salah satu

menunjukkan bahwa lebih dari 1.300 cara untuk mencegah diare (Komara

anak per hari meninggal. Asia et al., 2020).

Selatan dan Afrika sub-Sahara, anak- Diare merupakan penyakit yang

anak di bawah usia 5 tahun banyak menimbulkan morbiditas dan

merupakan penyebab sebagian besar mortalitas. Masih dianggap sebagai

kematian terkait diare (Fakhrurrozi masalah kesehatan di negara

& Subrata, 2021). berkembang seperti Indonesia, di

Menurut statistik Kementerian mana anak di bawah usia tiga tahun

Kesehatan, diare membunuh 100.000 biasanya mengalami tiga episode

anak Indonesia di bawah usia lima diare setiap tahun (Eko Heryanto &

tahun setiap tahun. Sebanyak 18.845 Meliyanti, 2022).

orang di kota Denpasar mengalami Diare yang merupakan salah satu

diare, menurut survei tahun 2015. penyakit berbasis lingkungan masih


menjadi masalah kesehatan terbesar persen menjadi salah satu faktor

di Indonesia secara keseluruhan. Hal penyebab tingginya angka diare di

ini disebabkan kurangnya komitmen Indonesia. Menurut Riskesdas

masyarakat untuk hidup bersih dan (2018), data cakupan PHBS

sehat, sanitasi dasar yang buruk, dan (perilaku hidup bersih dan sehat)

lingkungan fisik. Mereka masih meliputi pemanfaatan jamban sehat

menggunakan "toilet terbuka", yang untuk memelihara lingkungan yang

biasanya terdapat di kebun, tepi bersih, sehat, dan tidak berbau, tidak

sungai, atau kolam, untuk keperluan mencemari sumber air terdekat, dan

sanitasi. Perilaku ini dipengaruhi mencegah datangnya lalat atau

oleh beberapa hal, antara lain serangga yang dapat menyebarkan

kurangnya septic tank umum dan penyakit seperti diare, disentri, tipus,

pelayanan penyedotan yang baik. cacingan, penyakit kulit, dan

Banyak masyarakat yang tinggal di keracunan melalui saluran

dekat sungai, kebun, atau kolam pencernaan (Alfiani Rizqi, 2022).

buang air besar di sana karena Penggunaan jamban sehat oleh

sekarang sudah menjadi kebiasaan. masyarakat dapat dipengaruhi oleh

Kebersihan lingkungan memiliki berbagai faktor, antara lain faktor

dampak yang signifikan terhadap predisposisi, faktor pendukung, dan

kesehatan secara keseluruhan faktor pendukung. Pengetahuan

(Sumaryati & Arda, 2019). individu tentang jamban, pendidikan,

Perilaku hidup bersih dan sehat serta sikap, keyakinan, dan nilai

(PHBS) yang masih rendah yaitu 65 yang dianut oleh warga tersebut
merupakan faktor predisposisi. untuk pengetahuan, dan kebersihan ibu.

jabatan yang bersangkutan. Faktor risiko khusus anak untuk

Sebaliknya, faktor pendukung yang diare meliputi: nutrisi, selain ASI

dimaksud adalah faktor lingkungan eksklusif. Faktor lingkungan

eksternal, seperti kepemilikan berdasarkan fasilitas sanitasi dan air

jamban dan ketersediaan sarana minum (SAB) (Kasman & Ishak,

prasarana. Selain itu, ada faktor 2020).

eksternal yang dikenal sebagai faktor Dari laporan primer yang

pendukung, antara lain dukungan dilakukan di Puskesmas Monta,

keluarga, tokoh agama, tenaga jumlah ibu dengan anak berusia 1-5

medis, dan tokoh masyarakat tahun yang mengalami lari pada

(Alfiani Rizqi, 2022). bulan Mei-Juni di wilayah kerja

Ada korelasi yang kuat antara Puskesmas Monta adalah 32

penggunaan air bersih, praktik cuci responden.

tangan, dan pembuangan tinja yang Dari uraian di atas dapat di tarik

tidak benar/penggunaan jamban kesimpulan bahwa diare balita masih

sehat, menurut beberapa temuan menjadi masalah kesehatan

penelitian. Faktor lingkungan, masyarakat yang signifikan di

khususnya jamban dan fasilitas air Indonesia bahkan di seluruh dunia.

bersih, sering diperiksa sebagai Peneliti ingin mengetahui bagaimana

faktor risiko. Menurut faktor ibu, gambaran balita diare di sekitar

berikut adalah faktor risiko yang wilayah kerja Puskesmas Monta

signifikan untuk diare: perilaku, Kabupaten Bima pada tahun 2022.


METODE PENELITIAN HASIL

Penelitian deskriptif Karakteristik Responden

merupakan jenis penelitian yang Table 1


Distribusi Berdasarkan
digunakan dalam penelitian ini. Karakteristik Responden di Wilayah
Kerja Puskesmas Monta Kabupaten
Penelitian deskriptif menganalisis data Bima Nusa Tenggara Barat 2022
Karakteristik N %
dengan cara mendeskripsikan atau Responden

mendeskripsikan data yang telah Umur Ibu


(tahun)
dikumpulkan tanpa menarik
21 – 31 21 65,6%
kesimpulan atau menghubungkan
32 – 39 11 34,4%
penelitian-penelitian tersebut.
Jumlah 32 100%
Populasi penelitian ini adalah Semua Tingkat
Pendidikan
32 ibu yang memiliki anak antara usia
SD 8 25%
1 dan 5 yang menderita diare atau
SMP 13 40,7%
pernah diare antara Mei dan Juni di
SMA 9 28,1%
Puskesmas Monta berpartisipasi dalam
S1 1 3,1%
penelitian ini.
D4 Kebidanan 1 3,1%
Kuesioner akan digunakan sebagai
Jumlah 32 100%
instrumen pengumpulan data dalam
Pekerjaan
penelitian ini untuk menggambarkan Irt 30 93,8%
frekuensi diare pada anak balita di Bidan 1 3,1%
wilayah kerja Puskesmas Monta. Guru 1 3,1%

Jumlah 32 100%
Pada tabel terlihat bahwa dari %

32 responden yang berada di wilayah 3–4 22 68,8


%
kerja Puskesmas Monta, 21 responden
Jumlah 32 100
berusia antara 21 dan 31 tahun %

sebanyak (65,6%) berusia antara 32 Jenis Kelamin

dan 39 tahun11 orang (34,4%). Laki – Laki 22 68,8


%
Sedangkan kelompok SD terdiri dari 8
Perempuan 10 31,2
orang (25%), SMP 13 orang ( 40,7%), %

SMA 9 orang (28,1%) dan kelompok Jumlah 32 100


%
D4 1 orang (3,1%). %) S1 sampai 1
Dari tabel di atas menunjukan
orang (3,1%). Sedangkan jenis bahwa dari 32 balita yang berada di
pekerjaan untuk IRT sebanyak 30 wilayah kerja puskesmas monta
bahwa didapatkan kelompok umur
orang (93,8%), bidan 1 orang (3,1%)
1 – 2 tahun sebanyak 10 balita
dan guru 1 orang (3,1%). (31,2%), Danumur 3- 4 tahun
sebanyak 22 balita
Ganbaran Karakteristik Sampel
(68,8%).Sedangkan balita dengan
Yang di Gunakan jenis kelamin laki-laki sebanyak 22

Tabel 2 balita (68,8%), dan balita dengan

Distribusi karakteristik balita yang jenis kelamin perempuan sebanyak


berusia 1-5 tahun yang menderita 10 balita (31,2%).
diare pada bulan Mei – Juni 2022
diwilayah kerja Puskesamas Monta Analisis Univariat
Kabupaten Bima Nusa Tenggara Tabel 3
Barat
Distribusi frekuensi
Karakteristik Balita N % penyediaan jamban sehat,
perilaku cuci tangan,
Umur (tahun) pengetahuan.

1–2 10 31,2
Jamban Sehat N %
27 responden (84,4).
Sehat 29 90,6% PEMBAHASAN
Tidak Sehat 3 9,4% Analisis Univariar
Perilaku Cuci
a. Gambaran Kejadian Diare Pada
Tangan
Baik 14 43,8% Balita Dengan Penggunaan
Kurang Baik 18 56,2% Jamban Tidak Sehat.
Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian,
Baik 5 15,6%
Kurang Baik 27 84,4% diketahui bahwa 29 orang (90,6%)
Total 32 100% memiliki aksesjamban sehat dan 3
Pada data yang disajikan
orang (9,3%) memiliki akses
diatas menunjukan dari 32
responden sedang berada di jamban tidak sehat.

wilayah kerja puskesmas monta, Peran jamban dalam menjaga


dapat diketahui bahwa yang
lingkungan termasuk mencegah
menyediakan jamban sehat
sebanyak 29 orang (90,6), dan yang penyebaran berbagai penyakit yang

belum menyediakan jamban sehat dibawa oleh kotoran manusia.


sebanyak 3 orang (9,4). Sedangkan
Sementara itu, konsekuensi serius
responden yang memiliki kebiasaan
mencuci tangan dengan baik dari membuang sampah di

sebanyak 14 responden (43,8%), sembarang tempat berkontribusi


dan responden yang memiliki
terhadap pencemaran tanah, air, dan
kebiasaan cuci tangan kurang baik
sebanyak 18 responden (56,2%). udara karena bau. Menurut Ifandi

Sedangkan responden yang (2017) dalam Agus Pour 2021,


memiliki pengetahuan baik
keluarga yang membuang fesesnya
sebanyak 5 responden ( 15,6%),
dan responden yang memilikki secara tidak sehat memiliki risiko

pengetahuan kurang baik sebanyak 2,55 kali lebih besar terkena diare
dibandingkan dengan keluarga Karena feses yang tertimbun

yang membuang fesesnya di tempat rapat akan menarik lalat dan tikus

yang tidak bersih. serta berpengaruh terhadap

kesehatan lingkungan, agen, dan

inang, maka kondisi jamban

keluarga yang tidak memenuhi

syarat dapat menyebabkan diare

pada balita responden. berpotensi

menyebar ke manusia dan

menyebabkan penyakit di mana pun

ia tumbuh. Perkembangan agen

dapat meningkat sebagai akibat dari

perubahan lingkungan yang

merugikan. Lokasi pembuangan

tinja merupakan fasilitas sanitasi

penting lainnya yang berdampak

pada tingkat diare. mencemari

lingkungan pemukiman, tanah, dan

sumber air dengan membuang tinja

yang tidak memenuhi syarat

sanitasi (Utama et al., 2019).

Peneliti berhipotesis bahwa

ketersediaan jamban berpengaruh


terhadap prevalensi diare pada dengan baik sebanyak 13 responden

anak. Karena baik anak yang (40,6%).

jambannya memenuhi syarat Tindakan mencuci tangan

maupun yang jambannya tidak menghilangkan kotoran dari telapak

memenuhi syarat lebih besar tangan, punggung, dan jari,

kemungkinannya untuk mengalami membunuh kuman penyebab penyakit

diare. Selain itu, anak-anak yang yang berbahaya bagi kesehatan

jambannya tidak memenuhi manusia, dan membuat tangan berbau

persyaratan lebih mungkin untuk harum. Diare sering dikaitkan dengan

mengalami diare. Oleh karena itu, keadaan air, tetapi penanganannya

dapat disimpulkan bahwa risiko Kotoran manusia seperti feses dan urin

diare lebih tinggi ketika jamban juga penting karena kuman penyebab

yang tersedia lebih sedikit (Agus diare berasal dari kotoran ini. Ketika

Tuang, 2021). masuk ke mulut melalui tangan yang

b. Gambaran Kejadian Diare Pada telah menyentuh feses, air minum

Balita Dengan Perilaku Cuci yang terkontaminasi, makanan

Tangan mentah, peralatan makan yang tidak

Berdasarkan hasil penelitian dicuci, atau wadah makanan yang

menunjukan bahwa responden yang terkontaminasi, kuman-kuman ini

memiliki kebiasaan mencuci tangan menyebabkan penyakit (Sari et al.,

dengan kurang baik sebanyak 19 2022).

responden (59,3%). Sedangresponden Mencuci tangan dengan sabun

yang memilikki kebiasaan cuci tangan terbukti menurunkan risiko diare,


menurut WHO (2009) dalam Firdaus dapat disimpulkan bahwa anak lebih

(2018). Di sini, mencuci tangan lebih mungkin mengalami diare jika tidak

penting sebelum makan dan setelah sering mencuci tangan (Sari et al.,

buang air kecil. Salah satu cara terbaik 2022).

untuk mencegah anak terkena diare c. Gambaran Kejadian Diare Pada

adalah dengan mencuci tangan.Praktek Balita Dengan Pengetahuan Ibu.

dan kebiasaan mencuci tangan yang Berdasarkan hasil penelitian

buruk berkaitan erat dengan menunjukkan bahwa ada 28 (87,5%)

peningkatan risiko diare dan penyakit yang berpengetahuan kurang, dan

lainnya.Diare dapat dihindari dengan (12,5%) yang berpengetahuan baik.

praktik mencuci tangan yang Mengetahui adalah hasil dari

benar.Kebiasaan mencuci tangan yang mengetahui, dan orang mengalami

baik berdampak pada kesehatan anak pengetahuan ketika mereka merasakan

dan sangat penting untuk pencegahan suatu objek. Panca indera —

penyakit (Sari et al., 2022). penglihatan, pendengaran, penciuman,

Peneliti berhipotesis bahwa praktik rasa, dan sentuhan — adalah apa yang

cuci tangan berkontribusi terhadap digunakan manusia untuk merasakan.

prevalensi diare pada anak-anak. Sebagian besar pengetahuan manusia

Karena diare lebih kecil diperoleh melalui penglihatan dan

kemungkinannya pada anak atau ibu pendengaran.

yang sering mencuci tangan dan lebih Pengalaman, pengetahuan, dan

banyak terjadi pada anak atau ibu yang sosial budaya semuanya berdampak

tidak mencuci tangan sama sekali. pada pengetahuan. Dengan


memberikan data tentang pencegahan mereka selalu mengikuti program

lari pada anak kecil, diyakini akan ada penyuluhan yang dilakukan petugas

perluasan informasi dan inspirasi kesehatan (Ragil & Dyah, 2018).

untuk membingkai perilaku KESIMPULAN

kesejahteraan pada orang atau A. Kesimpulan

pertemuan di ringannya kesiapan dan Setelah dilakukan penelitian langsung

kewaspadaan individu.Brosur dan tentang gambaran penderita diare di

leaflet dapat dibagikan untuk wilayah kerja puskesmas monta,dapat di

memperoleh informasi.Responden simpulkan bahwa:

dengan pengetahuan terbatas 1. Penelitian ini menunjukan


bahwa yang Memilikki
hendaknya aktif mencari informasi
jamban sehat sebanyak 29
tentang penyakit diare, khususnya cara responden (90,6%),
pencegahan diare pada balita.Tingkat sedangkan yang belum
menyediakan jamban sehat
pengetahuan mereka akan terganggu
sebanyak 3 responden (9,3%).
akibat perilaku pasif 2. Penelitian ini menunjukan
mereka .Responden yang sudah bahwa yang memilikki
kebiasaan mencuci tangan
memiliki banyak ilmu hendaknya
pakai sabun dengan baik
selalu meningkatkan pengetahuannya sebanyak 13 responden
dengan mengingat materi yang telah (40,6%) sedangkan yang
memilikki kebiasaan cuci
diberikan kepada mereka di masa lalu.
tangan kurang baik sebanyak
Hal ini akan membantu mereka 19 responden (59,3%).
memahami manfaat pencegahan diare B. Penelitian ini mengungkapkan
bahwa responden (12,5%)
pada balita dan memastikan bahwa
memilikipengetahuan yang baik
dan 28 responden (87,5%) pakai sabun, dan penyuluhan
memiliki pengetahuan yang kepada masyarakat tentang
kurang. pencegahan diare untuk
C. SARAN meningkatkan pengetahuan
1. Bagi responden untuk ibu tentang gejala diare.
meningkatkan pencegahan
diare pada anak di bawah 5
tahun dengan menjaga
kebersihan toilet keluarga.
2. Bagi Puskesmas untuk
melakukan penyuluhan
pentingnya mencuci tangan

DAFTAR PUSTAKA

Agus Tuang. (2021). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak. 10,
534–542. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.643
Alfiani Rizqi, S. A. (2022). Hubungan Antara Penggunaan Jamban Dengan Kejadian Diare Pada
Balita. Fakultas Ilmu Kesehatan, 2(1), 107–115.
Amelia, R. N., Halim, R., & Lanita, U. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepemilikan Jamban Sehat Di Desa Sungai Itik Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung
Jabung Timur Tahun 2021. Electronic Journal Scientific of Environmental Health And
Disease, 2(1), 52–62. https://doi.org/10.22437/esehad.v2i1.13575
Angsyi, A. (2018). Propinsi Sulawesi Tenggara Ayu Angsyi Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Politeknik Kesehatan Kendari Prodi D-Iv Kebidanan Kendari.
Anzani, B. P., & Saftarina, F. (2019). Penatalaksanaan Diare pada Anak Usia 2 Tahun dengan
Pendekatan Kedokteran Keluarga. Majority, 8(2), 24–31.
Apriani, D. G. Y. D. M. F. S. P. and N. S. W. (2022). Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Diare Pada Balita Di Kelurahan Baler Bale Agung Kabupaten Jembrana Tahun
2021. Journal of Health and Medical Science , 1, 15–26.
Arbobi, M. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di
wilayah kerja puskesmas tempunak tahun 2018.
Bone, A. (2021). Gambaran Faktor Penyebab Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Uptd
Puskesmas Sibulue. Jurnal.Stikesnh.Ac.Id, 6, 34–36.
Dani, M. D. (2020). Gambaran Kasus Kejadian Diare Akut Pada Balita Di Ruang Rawat Inap
Rsud Wakatobi. Universitas Hasanuddin.
Devi Chandra Juvitha, Lina Nurbaiti, & Dewi Suryani. (2019). Gambaran Kasus Diare Akut
pada Anak di Bawah 5 tahun yang dirawat Inap di RSU Provinsi NTB Tahun 2015. Unram
Medical Journal, 8(1), 13. https://doi.org/10.29303/jku.v8i1.328
Eko Heryanto, S. S., & Meliyanti, F. (2022). Uptd Puskesmas Sukaraya Kabupaten Oku Tahun
2021. Journal of Helath and Medical, 2(1), 10–21.
Fakhrurrozi, M., & Subrata, I. M. (2021). Gambaran Penderita Diare Pada Balita Di Uptd
Puskesmas Ii Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Barat Periode Juni-November Tahun
2019. Archive of Community Health, 8(3), 398.
https://doi.org/10.24843/ach.2021.v08.i03.p02
Fatkhiyah. (2016). Gambaran Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Wedung
Ii. Universitas Muhammadiyah Semarang, 47.
Junita, E. (2020). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Wilayah
kerja Puskesmas Bangun Purba. In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol.
53, Issue 9).
Kasman, K., & Ishak, N. I. (2020). Kepemilikan Jamban Terhadap Kejadian Diare Pada Balita
Di Kota Banjarmasin. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, 7(1), 28.
https://doi.org/10.20527/jpkmi.v7i1.8790
Komara, I., Jayadi, I., Jayanti, N., Triyasa, P., & ... (2020). Hubungan tingkat pengetahuan ibu
tentang pencegahan diare dengan kejadian diare pada balita di Desa Pemecutan Kelod,
Denpasar, Bali. Isainsmedis.Id, 11(3), 2. https://doi.org/10.15562/ism.v11i3.672
Kulsum, U. (2022). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia
1-2 Tahun Di Ruang Matahari Rawat Inap Anak RSUD Leuwiliang Tahun 2021. 01(10),
369–377.
Maidartati dan Anggraeni, R. D. (2017). Faktor - faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Diare Pada Balita. Jurnal Keperawatan, V(2), 110–111.
Ragil, D. W., & Dyah, Y. P. (2017). HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN
KEBIASAAN MENCUCI TANGAN PENGASUH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA
BALITA Info Artikel. Jhe, 2(1), 39–46. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/
Sari, N. R., Husna, A., Reynaldi, F., & Zakiyuddin. (2022). Pengaruh Personal Hygiene Ibu
dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Langung Kecamatan Meureubo Kabupaten
Aceh Barat. Jurnal Jurmakemas, 2, 1–10.
Setyaningsih, D. A. S. dan W. (2021). Study Epidemilogi Dengan Pendekatan Analisis Spasial
Terhadap Faktor - Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Di
Kecematan Karangmalang Kabupaten Srangen. In ‫منشوراتجامعةدمشق‬.
Sumaryati, M., & Arda, D. (2019). Gambaran Tentang Kejadian Diare Di Sd Inp Biru Kabupaten
Bone. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 7(1), 13–16.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v7i1.64
Utama, S. Y. A., Inayati, A., & Sugiarto, S. (2019). Hubungan Kondisi Jamban Keluarga Dan
Sarana Air Bersih Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Arosbaya Bangkalan. Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 10(2),
820–832. https://doi.org/10.33859/dksm.v10i2.465
Utami, N., & Luthfiana, N. (2016a). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada
Anak. Majority, 5, 101–106.
Utami, N., & Luthfiana, N. (2016b). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada

Anak. Majority, 5, 101–106.

Anda mungkin juga menyukai