Konflik Antar Suku Di Indonesia
Konflik Antar Suku Di Indonesia
DISUSUN OLEH :
AKMAL ZAHID
10315437
1TA07
PRAKATA
Akmal Zahid
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai negara kepulauan terbesar Indonesia memiliki banyak RAS, suku dan budaya beragam.
Menurut badan riset, data suku-suku yang ada di Indonesia mencapai kurang lebihnya lebih dari
300 kelompok suku atau etnik. Namun dikarenakan banyaknya suku yang berbeda dengan
budaya yang berbeda pula, seringkali terjadi konflik yang melibatkan konflik anatar suku yang
menjadi suatu perstiwa yang tidak bisa dihindarkan lagi.
Konflik merupakan hal atau masalah yang lazim atau biasa terjadi di lingkungan masyarakat.
Dimana lagi-lagi perbedaan menjadi latar belakang yang mendasar dalam setiap konflik perang
antar suku di Indonesia. Peperangan antar suku akhir-akhir ini menjadi bahan pekerjaan
pemerintah untuk menetralisir kekisruhan yang sering terjadi khususnya peperangan antar suku.
Konflik tersebut terjadi karena saking beragam nya suku-suku di Indonesia dan berawal dari
banyaknya suku-suku yang ada tersebut konflik-konflik pembeda atau masalah budaya yang
berbeda dan variatif mulai bermunculan.
Salah satu contoh dari konflik yang sempat menarik perhatian adalah perang suku antara suku
Dayak dan Madura. Peperangan antara Suku Dayak dan Madura menimbulkan sebuah
pergeseran moral tentang bagaimana seharusnya saling menghargai perbedaan. Nyawa bukan
lagi menjadi hal yang mahal saat itu. Pemenggalan terhadap kepala manusia saat itu seolah
menjadi bukti bahwa kebencian telah benar-benar mengerikan. Penyebab terjadinya perang
kedua suku ini yaitu karena perbedaan budaya antara Suku Dayak dan Suku Madura, perilaku
yang tidak menyenangkan, pinjam meminjam tanah dan ikrar perdamaian yang dilanggar.
Kejadian ini memang telah lama berlalu. Tapi konflik tersebut bagaimanapun akan tetap
meninggalkan kesan mengerikan yang mendalam bagi masyarakat kedua suku tersebut.
Setiap suku tentu memiliki budaya, adat-istiadat dan kebiasaan tertentu yang beragam.
Keanekaragaman tersebut tentu memabawa dampak dan kosekuensi sosial yang beragam pula.
Jika hal ini tidak dapat disikapi dengan baik maka perbedaan tersebut justru akan terus manjadi
faktor utama penyebab terjadi perang antar suku.Setiap suku akan menginterpretasikan budaya
yang mereka miliki dalam lingkungannya sehingga terciptalah stereotip yang dapat
mengakibatkan lestarinya perbedaan. Penonjolan strereotip suatu suku amat berbahaya. Namun
faktanya, stereotip dan stigma buruk itu tetap hidup. Bahkan, tanpa disadari kian meluas. Bahaya
karena hal ini dapat menimbulkan pepecahan perang antar suku pun menjadi hal yang tak bisa
dihindarkan.
Stereotip orang Madura dalam pengetahuan orang Indonesia kadang identik dengan watak yang
kasar dank keras. Sering menyelesaikan masalah dengan carok, mengakhiri sengketa dengan cara
duel maut yang berunjung kematian. Penyebabnya adalah dendam atau pembalasan pihak
keluarga dan kerabat yang terluka hingga tewas. Walaupun stereotip itu keliru dan berbahaya,
hal tersebut seakan melekat dalam benak keindonesiaan kita. Itulah yang sering memicu
terjadinya kerusuhan etnis atau suku di Indonesia bahkan berkembang menjadi perang antar
suku.
Konflik sering terjadi di kalangan masyarakat karena manusia makhluk sosial dan memiliki
beragam pemikiran dan cara masing-masing untuk bersosialisasi. Konflik tersebut biasanya
terjadi karena hal sepele seperti prasangka negatif tapi berhubung menyangkut RAS atau budaya
maka rasa simpati antar sesama budaya yang membuat peperangan tersebut menjadi bukan hal
yang sepele lagi bahkan hingga terjadinya perang antar suku. Oleh karena itu saya memuat
makalah dengan mengangkat judul Konflik Antar Suku di Indonesia yang merupakan wujud dari
prasangka, diskriminasi dan etnosentrisme.
Makalah ini akan membahas konflik antar suku di indonesia yang merupakan wujud dari
prasangka, diskriminasi dan etnosentrisme yang masih sangat melekat dalam budaya di
indonesia. Selain itu makalah ini akan membasa penyebab-penyebab lain yang menimbulkan
konflik anatar suku di indonesia serta contoh konflik antar suku yang ada atau pernah terjadi di
indonesia
1.3 Manfaat dan Tujuan
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu memberikan pengetahuan tetang konflik antar suku
yang terjadi di indonesia juga faktor penyebab terjadi konflik antar suku tersebut.
Sedangkan tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk menyadarkan masyarakat pentingnya
untuk tidak berburuk sangka, mendiskriminasi ataupun terlalu etnosentris yang menjadi
penyebab utama terjadinya konflik antar suku di indonesia.
BAB II
ISI
A. Pengertian Konflik
Secara umum pengertian Konflik adalah suatu masalah sosial yang timbul karena adanya
perbedaan pandangan yang terjadi di dalam masyarakat maupun negara.
Pengertian Konflik menurut Robbins, Konflik adalah suatu proses yang dimulai bila satu pihak
merasakan bahwa pihak lain telah memengaruhi secara negatif atau akan segera memengaruhi
secara negatif pihak lain.
Menurut Alabaness, Pengertian Konflik adalah kondisi yang dipersepsikan ada di antara pihak-
pihak atau lebih merasakan adanya ketidaksesuaian antara tujuan dan peluang untuk mencampuri
usaha pencapaian tujuan pihak lain.
Dari kedua pengertian konflik yang disampaikan pakar di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa Konflik adalah proses yang dinamis dan keberadaannya lebih banyak menyangkut
persepsi dari orang atau pihak yang mengalami dan merasakannya. Dengan demikian jika suatu
keadaan tidak dirasakan sebagai konflik, maka pada dasarnya konflik tersebut tidak ada dan
begitu juga sebaliknya.
B. Pengertian Suku
Menurut Ensiklopedi Indonesia Etnis berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau
kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama,
bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam hal
sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat
dan tradisi.
C. Pengertian Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terbentang di khatulistiwa
sepanjang 3200 mil (5.120 km2) dan terdiri atas 13.667 pulau besar dan kecil. Nama Indonesia
berasal dari bahasa Yunani, yaitu Indo yang berarti Indoa dan Nesia yang berarti kepulauan.
Sikap etnosentrisme yang kaku ini sangat berperan dalam menciptakan konflik karena
ketidakmampuan orang-orang untuk memahami perbedaan.Sebagai tambahan,
pengidentifikasian kuat seseorang terhadap kelompok cenderung akan menyebabkan seseorang
lebih berprasangka, yang akan menjadi konflik.
Berdasarkan tulisan dari Stefan Wolff, bahwa konflik etnis ini sebagian besar terjadi di wilayah
Afrika, Asia, serta sebagian Eropa Timur. Dikatakan bahwa negara-negara Eropa Barat serta
Amerika Utara tidak terpengaruh atas konflik etnis yang terjadi di dunia ini.. Asia dan Afrika
adalah dua benua yang memiliki sejarah peradaban tertua di dunia. dan secara tidak sengaja,
kedua benua ini memiliki berbagai macam etnis,ras, ataupun suku bangsa. Tentu saja hal ini
tidak dapat ditemui di benua Amerika yang merupakan “peradaban baru” bentukan Eropa.
Peradaban-peradaban ini sejak dahulu selalu terlibat perang suku. Celakanya, perang antar suku
dan ras yang terjadi ini menyimpan dendam diantara semua pihak yang bertikai dan masih
terbawa hingga kini.
Dengan demikian, Wolff menyimpulkan bahwa “ethnic conflicts are based on ancient hatreds
between groups fighting in them and that”. Sebagian kecil konflik yang terjadi adalah akibat isu
kontemporer politik ataupun agama.
1) Pada tahun 1972, seorang gadis Dayak diperkosa. Kasus tersebut hanya diselesaikan dengan
hukum adat.
2) Tahun 1982 terjadi pembunuhan seorang Dayak oleh suku Madura, pelaku tidak tertangkap
karena kemungkinan pembunuh kembali ke pulau Madura.
3) Tahun 1983, pengeroyokan satu orang dayak oleh tiga puluh orang Madura, diadakan
perdamaian antara kepala suku Dayak dan Madura.
4) Tahun 1996, seorang gadis Dayak diperkosa di gedung bioskop Panala dan dibunuh dengan
kejam dan sadis oleh orang Madura, ternyata hukumannya ringan.
5) Tahun 1997, di desa Karang Langit, Barito Selatan orang Dayak dikeroyok oleh orang
Madura dengan perbandingan kekuatan 2:40,dengan skor orang Madura mati semua. Padahal
orang Dayak pada saat itu hanya ingin mempertahankan diri dari orang Madura yang jumlahnya
sangat banyak. Kasus ini ditutup dengan hukuman berat bagi orang Dayak.
6) Tahun 1997, anak laki-laki suku Dayak yang bernama Waldi tewas dibunuh oleh orang
Madura yang berjualan sate di daerah itu. Waldi tewas secara mengenaskan dengan lebih dari
tiga puluh tusukan di badannya.
7) Tahun 1998, terjadi lagi pengeroyokan orang Dayak oleh 4 orang Madura. Orang Dayak itu
tewas. Kasus ini tidak terselesaikan karena pengeroyok tidak dapat ditemukan karena
kemungkinan telah kembali ke asalnya.
8) Tahun 1999, di Palangka Raya, seorang petugas Tibum (ketertiban umum) dibacok oleh
orang Madura, pelakunya di tahan di Polresta Palangka Raya, namun besok harinya datang
sekelompok suku Madura menuntut agar temannya tersebut dibebaskan tanpa tuntutan. Ternyata
pihak Polresta Palangka Raya membebaskannya tanpa tuntutan hukum.
9) Tahun 1999, kembali terjadi seorang Dayak dikeroyok oleh beberapa orang suku Madura
karena masalah sengketa tanah. Dua orang Dayak dalam perkelahian tidak seimbang itu mati
semua. Sedangkan pembunuh lolos, malahan orang Jawa yang bersaksi dihukum 1,5 tahun
karena dianggap membuat kesaksian fitnah terhadap pelaku pembunuhan yang melarikan diri itu.
10) Tahun 1999, di Pangkut, ibukota Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat,
terjadi perkelahian massal dengan suku Madura. Gara-gara suku Madura memaksa mengambil
emas pada saat suku Dayak menambang emas. Perkelahian itu banyak menimbulkan korban
pada kedua belah pihak, tanpa penyelesaian hukum.
11) Tahun 1999, di Tumbang Samba, terjadi penikaman terhadap suami-isteri bernama Iba oleh
tiga orang Madura. Pasangan itu luka berat. Dirawat di RSUD Dr. Doris Sylvanus, Palangka
Raya. Biaya operasi dan perawatan ditanggung oleh Pemda Kalteng. Namun para pembacok
tidak ditangkap, katanya? sudah pulang ke pulau Madura. Kronologis kejadian tiga orang
Madura memasuki rumah keluarga Iba dengan dalih minta diberi minuman air putih, karena
katanya mereka haus, sewaktu Iba menuangkan air di gelas, merekamembacoknya, saat istri Iba
mau membela, juga di tikam. Tindakan itu dilakukan mereka menurut cerita mau membalas
dendam, tapi salah alamat.
12) Tahun 2000, di Pangkut, Kotawaringin Barat, satu keluarga Dayak mati dibantai oleh orang
Madura, pelaku pembantaian lari, tanpa penyelesaian hukum.
13) Tahun 2000, di Palangka Raya, 1 satu orang suku Dayak di bunuh oleh pengeroyok suku
Madura di depan gedung Gereja Imanuel, Jalan Bangka. Para pelaku lari, tanpa proses hukum.
14) Tahun 2000, di Kereng Pangi, Kasongan, Kabupaten Kotawaringin Timur, terjadi
pembunuhan terhadap SENDUNG (nama kecil). Sendung mati dikeroyok oleh suku Madura,
para pelaku kabur, tidak tertangkap, karena lagi-lagi katanya sudah lari ke Pulau Madura. Proses
hukum tidak ada karena pihak berwenang tampaknya belum mampu menyelesaikannya (tidak
tuntas).
15) Tahun 2001, di Sampit (17 s/d 20 Februari 2001) warga Dayak banyak terbunuh karena
dibantai. Suku Madura terlebih dahulu menyerang warga Dayak.
16) Tahun 2001, di Palangka Raya (25 Februari 2001) seorang warga Dayak terbunuh diserang
oleh suku Madura. Belum terhitung kasus warga Madura di bagian Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Suku Dayak hidup berdampingan dengan damai
dengan Suku Lainnya di Kalimantan Tengah, kecuali dengan Suku Madura. Kelanjutan peristiwa
kerusuhan tersebut (25 Februari 2001) adalah terjadinya peristiwa Sampit yang mencekam.
Tidak sedikit kasus pembunuhan orang dayak (sebagian besar disebabkan oleh aksi premanisme
Etnis Madura) yang merugikan masyarakat Dayak karena para tersangka (kebetulan orang
Madura) tidak bisa ditangkap dan di adili oleh aparat penegak hukum. Etnis madura yang juga
punya latar belakang budaya kekerasan ternyata menurut masyarakat Dayak dianggap tidak
mampu untuk beradaptasi (mengingat mereka sebagai pendatang). Sering terjadi kasus
pelanggaran “tanah larangan” orang Dayak oleh penebang kayu yang kebetulan didominasi oleh
orang Madura. Orang Dayak merasa sangat tersudut ditanahnya sendiri. Mereka seolah tidak
dilindungi dari pihak hukum. Sementara orang Madura semakin merasa diatas angin di kota
Sampit. Seakan mereka tidak peduli akan perasaan warga lokal disana. Situsi semakin hari
semakin panas. Orang Madura mempunyai keinginan untuk menjadikan kota Sampit sebagai
kota Sampang ke-2. Mereka melupakan pepatah di tanah Borneo tersebut yaitu, ''dimana tanah
dipijak,disitu langit dijunjung''.
Pada tanggal 18 februari 2002 di sebuah pasar di kota Sampit,seorang ibu yang sedang hamil
dibunuh dengan kejam. Perutnya dibelah dan janin dalam perut ibu tersebut dikeluarkan lalu
dibuang. Darah dari seorang ibu dan janinnya tadi dijadikan tinta untuk menulis di sebuah
spanduk besar yang bertuliskan, ''Sampit sebagai Sampang kedua''. Kejadian ini memang
sepertinya telah direncanakan oleh pihak Madura.Mereka juga berkeliling kota Sampit sambil
meneriakkan ''Matilah kau Dayak''.
Bom molotof pun berjatuhan di rumah-rumah orang Dayak. Tidak sedikit juga mereka
membakar rumah orang Dayak. Orang Dayak menjadi takut dan mereka berlari masuk ke dalam
hutan. Kepala suku mereka telah sangat murka dan memberi ultimatum kepada orang bahwa
apabila dalam 3 hari mereka tidak keluar dari Sampit, maka Dayak akan memerangi warga
Madura. Sudah sangat banyak pengungsi dari pihak Madura dan Dayak. Lebih dari 10.000
pengungsi telah diungsikan ke Surabaya dan ke Palangkaraya. Ultimatum tadipun tidak
dihiraukan oleh warga Madura sehingga terjadilah perang etnis disana.
Suku Dayak berhasil mengambil kembali rumahnya yang hampir diambil oleh suku lain.Banyak
rumah yang terbakar, toko-toko milik kedua etnis tadi lenyap serta kurang lebih 500 korban
tewas. Tidak ada yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Dalam kata lain perang hanya
meninggalkan tangis dan air mata, dan juga kenangan yang sangat menyakitkan.
C. Konflik Papua
Perang dan pertikaian yang terjadi di Indonesia ternyata tidak hanya melibatkan suku asli dan
pendatang. Namun kelompok yang berbeda di suatu daerah pun bisa memicu adanya pertikaian
yang mengorbankan nyawa.
Pada 30 mei 2013, terjadi konflik yang melibatkan suku atas pegunugan dan suku bawah pantai.
Hal ini dipicu oleh aksi pembakaran honai rumah adat papua milik kelompok bawah yang
dilakukan oleh kelompok atas. Hal yang dianggap kecil ini dapat membuat 6 orang tewas dan 21
lainnya dilarikan ke rumah sakit akibat terkena panah.
D. Konflik Poso
Poso adalah sebuah kabupaten yang terdapat di Sulawesi Tengah. Kalau dilihat dari
keberagaman penduduk, Poso tergolong daerah yang cukup majemuk, selain terdapat suku asli
yang mendiami Poso, suku-suku pendatang pun banyak berdomisili di Poso, seperti dari Jawa,
batak, bugis dan sebagainya.
Suku asli di Poso, serupa dengan daerah-daerah disekitarnya;Morowali dan Tojo Una Una,
adalah orang-orang Toraja. Menurut Albert Kruyt terdapat tiga kelompok besar toraja yang
menetap di Poso. Pertama, Toraja Barat atau sering disebut dengan Toraja Pargi-Kaili. Kedua
adalah toraja Timur atau Toraja Poso-Tojo, dan ketiga adalah Toraja Selatan yang disebut juga
denga Toraja Sa’dan. Kelompok pertama berdomisili di Sulawesi Tengah, sedangkan untuk
kelompok ketiga berada di Sulawesi Selatan. Untuk wilayah poso sendiri, dibagi menjadi dua
kelompok besar. Pertama adalah Poso tojo yang berbahasa Bare’e dan kedua adalah Toraja
Parigi-kaili. Namun untuk kelompok pertama tidak mempunyai kesamaan bahasa seperti halnya
kelompok pertama.
Kalau dilihat dari konteks agama, Poso terbagi menjadi dua kelomok agama besar, Islam dan
Kristen. Sebelum pemekaran, Poso didominasi oleh agama Islam, namun setelah mengalami
pemekaran menjadi Morowali dan Tojo Una Una, maka yang mendominasi adala agama Kristen.
Selain itu masih banyak dijumpai penganut agama-agama yang berbasis kesukuan, terutama di
daerah-daerah pedalaman. Islam dalam hal ini masuk ke Sulawesi, dan terkhusus Poso, terlebih
dahulu. Baru kemudian disusul Kristen masuk ke Poso.
Keberagaman ini lah yang menjadi salah satu pemantik seringnya terjadi pelbagai kerusuhan
yang terjadi di Poso. Baik itu kerusuhan yang berlatar belakang sosial-budaya, ataupun
kerusuhan yang berlatarbelakang agama, seperti yang diklaim saat kerusuhan Poso tahun 1998
dan kerusuhan tahun 2000. Agama seolah-olah menjai kendaraan dan alasan tendesius untuk
kepentingan masing-masing.
Awal konflik Poso terjadi setelah pemilihan bupati pada desember 1998. Ada sintimen
keagamaan yang melatarbelakangi pemilihan tersebut. Dengan menangnya pasangan Piet I dan
Mutholib Rimi waktu tidak lepas dari identitas agama dan suku. Untuk seterusnya agama
dijadikan tedeng aling-aling pada setiap konflik yang terjadi di Poso. Perseturuan kecil,
semacam perkelahian antar persona pun bisa menjadi pemicu kerusuhan yang ada di sana.
Semisal, ada dua pemuda terlibat perkelahian. Yang satu beragama islam dan yang satunya lagi
beragama Kristen. Karena salah satu pihak mengalami kekalahan, maka ada perasaan tidak
terima diantara keduanya. Setelah itu salah satu, atau bahkan keduanya, melaporkan masalah
tersebut ke kelompok masing-masing, dan timbullah kerusuhan yang melibatkan banyak orang
dan bahkan kelompok.
Sebelum meletus konflik Desember 1998 dan diikuti oleh beberapa peristiwa konflik lanjutan,
sebenarnya Poso pernah mengalami ketegangan hubungan antar komunitas keagamaan (Muslim
dan Kristen) yakni tahun 1992 dan 1995. Tahun 1992 terjadi akibat Rusli Lobolo (seorang
mantan Muslim, yang menjadi anak bupati Poso, Soewandi yang juga mantan Muslim) dianggap
menghujat Islam, dengan menyebut Muhammad nabinya orang Islam bukanlah Nabi apalagi
Rasul. Sedangkan peristiwa 15 Februari 1995 terjadi akibat pelemparan masjid dan madrasah di
desa Tegalrejooleh sekelompok pemuda Kristen asal desa Mandale. Peristiwa ini mendapat
perlawanan dan balasan pemuda Islam asal Tegalrejo dan Lawanga dengan melakukan
pengrusakan rumah di desa Mandale. Kerusuhan-kerusuhan ”kecil” tersebut kala itu diredam
oleh aparat keamanan Orde Baru, sehingga tak sampai melebar apalagi berlarut-larut.
Memang, setelah peristiwa 1992 dan 1995, masyarakat kembali hidup secara wajar. Namun
seiring dengan runtuhnya Orde Baru, lengkap dengan lemahnya peran ”aparat keamanan” yang
sedang digugat disemua lini melalui berbagai isu, kerusuhan Poso kembali meletus, bahkan
terjadi secara beruntun dan bersifat lebih masif. Awal kerusuhan terjadi Desember 1998, konflik
kedua terjadi April 2000, tidak lama setelah kerusuhan tahap dua terjadi lagi kerusuhan ketiga di
bulan Mei-Juni 2000. konflik masih terus berlanjut dengan terjadinya kerusuhan keempat pada
Juli 2001; dan kelima pada November 2001. Peristiwa-peristiwa tersebut memperlihatkan adanya
keterkaitan antara satu dengan yang lain. Konflik Poso telah memakan korban ribuan jiwa serta
meninggalkan trauma psikologis yang sulit diukur tersebut, ternyata hanya disulut dari
persoalan-persoalan sepele berupa perkelahian antarpemuda.
Konflik yang bernuansa agama bukanlah karena agama yang dianutnya itu mengajarkan untuk
konflik. Karena cara umat memahami ajaran agamanyalah yang menyebabkan mereka menjadi
termotivasi untuk melakukan konflik. Keluhuran ajaran agama masing-masing hendaknya tidak
di retorikakan secara berlebihan.
Retorika yang berlebihan dalam mengajarkan agama kepada umat masing-masing menyebabkan
umat akan merasa dirinya lebih superior dari pemeluk agama lain. Arahkanlah pembinaan
kehidupan beragma untuk menampilkan nilai-nilai universal dari ajaran agama yang dianut.
Misalnya, semua agama mengajarkan umatnya untuk hidup sabar menghadapi proses kehidupan
ini. Menjadi lebih tabah menghadapi berbagai AGHT (ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan) dalam menghadapi hidup ini. Rela berkorban demi kepentingan yang lebih mulia.
Tidak mudah putus asa memperjuangkan sesuatu yang benar dan adil. Tidak mudah mabuk atau
lupa diri kalau mencapai sukses.
Orang yang sukses seperti menjadi kaya, pintar, menjadi penguasa, cantik, cakep, memiliki suatu
power, merasa diri bangsawan. Semuanya itu dapat menyebabkan orang menjadi mabuk kalau
kurang waspada membawa diri. Hal-hal yang seperti itulah yang sesungguhnya lebih
dipentingkan oleh masyarakat bangsa kita dewasa ini.
Kegiatan beragama seperti perayaan hari raya agama, umat hendaknya mengurangi bentuk
perayaan dengan penampilan yang berhura hura. Hal ini sangat mudah juga memancing konflik.
Karena umat lain juga dapat terpancing untuk menunjukan existensi dirinya bahwa ia juga
menganut agama yang sangat hebat dan luhur.
Setiap manusia memiliki nafsu atau dorongan hidup dari dalam dirinya. Salah satu nafsu itu ada
yang disebut nafsu Distinksi. Nafsu Distinksi ini mendorong seseorang untuk menjadi lebih dari
yang lainya. Kalau nafsu ini dikelola dengan baik justru akan membawa manusia menjadi siap
hidup bersaing. Tidak ada kemajuan tanpa persaingan. Namun, persaingan itu adalah persaingan
yang sehat. Persaingan yang sehat itu adalah persaingan yang berdasarkan noram-norma Agama,
norma Hukum dan norma-norma kemanusiaan yang lainya. Namun, sering nafsu Distinksi ini
menjadi dasar untuk mendorong suatu etnis bahwa mereka adalah memiliki berbagai kelebihan
dari etnis yang lainya.
Nafsu Distinksi ini sering membuat orang buta akan berbagai kekuranganya. Hal inilah banyak
orang menjadi bersikap sombong dan exlusive karena merasa memiliki kelebihan etnisnya.
Untuk membangun kebersamaan yang setara, bersaudara dan merdeka mengembangkkan fungsi,
profesi dan posisi, maka dalam hubungan dengan sesama dalam suatu masyarakat. Dengan
demikian semua pihak akan mendapatkan manfaat dari hubungan sosial tersebut. Di samping
mendapatkan sahabat yang semakin erat, juga mendapatkan tambahan pengalaman positif dari
sesama dalam pergaulan sosial.
Dengan melihat kelebiihan sesama maka akan semakin tumbuh rasa persahabatan yang semakin
kekal. Kalau kita lihat kekurangannya maka kita akan terus merasa jauh dengan sesama dalam
hubungan sosial tersebut
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Beragamnya suku, agama, ras, dan golongan membuat Indonesia sebagai bangsa yang rawan
konflik. Dari ujung timur sampai ujung barat bangsa ini sering kali terdengar jerit tangis bahkan
tetesan darah menyelimuti Tanah Air. Kalau konflik etnis itu terjadi terus terusan dalam sebuah
Negara, maka Negara tersebut dapat dikatakan tidak bisa menciptakan ketentraman dan
keamanan dalam negerinya. Maka dari itu masalah konflik etnis perlu diselesaikan secara cepat
oleh pemerintah. Karena selain Negara yang mengalami kerugian, masyarakat sekitar daerah
konflik tersebut pun akan mengalami kerugian pula
Faktor faktor yang melatarbelakangi terjadinya konflik etnis seperti, kepentingan yang sama
diantara beberapa pihak, perebutan sumber daya, sumber daya yang terbatas, kategori atau
identitas yang berbeda, prasangka atau diskriminasi harus diselesaikan secara demokratik.
Cara-cara seperti rekonsialisasi dan mediasi harus dikedepankan. Penyelesaian konflik tanpa
kekerasan inilah yang harus dilakukan, agar tidak jatuh banyak korban. Kalau masalah konflik
antar etnis telah bisa diselesaikan dengan baik, Negara dan masyarakatnya akan hidup tenang,
tentram, dan aman. Saling menganggap bahwa satu sama lain yang ada didalam Negara adalah
saudara akan membuat
3.2 Saran
1) Semoga dengan adanya makalah ini masyarakat menjadi sadar akan masalah yang dihadapi.
Tidak lagi menjadikan prasangka, diskriminasi dan etnosentrisme sebagai api penyulut konflik
yang ada. Semoga kita menjadi lebih dewasa dalam bertindak apalagi menyangkut masalah suku
ras dan agama.
2) Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah di
kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Pandu Wibowo. Konflik antar etnis penyebab dan solusi. Kompasiana. 28 Juni 2014 [dikutip 27
November 2015]. Tersedia dari :http://www.kompasiana.com/pandu_wibowo/konflik-antar-
etnis-penyebab-dan-solusi_54f6d84fa33311ea608b4a5e
Febrio Valentino.Perang Sampit. Kupasiana. Mei 2013 [dikutip 27 November 2015]. Tersedia
dari : http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/05/perang-sampit_2.html
Anhar Wahyu. Perang Suku di Lampung Sebuah Dendam Lama. Personal Website News. 30
Oktober 2012 [dikutip 27 November 2015]. Tersedia
dari :http://www.lintasberita.web.id/perang-suku-di-lampung-sebuah-dendam-lama/
Saatnya yang muda. Sejarah Konflik Poso. Saatnya yang Muda. 28 Januari 2009[dikutip 27
November 2015]. Tersedia dari :https://saatnyayangmuda.wordpress.com/2009/01/28/sejarah-
konflik-poso/
Anne Ahira. Berbagai kasus perang antarsuku di Indonesia dan penyelesaiannya.Tak tau. Tau
untuk berbagi anneahira untuk Indonesia. 28 Juni 2012 [dikutip 27 November 2015]. Tersedia
dari : http://www.anneahira.com/perang-antarsuku-di-indonesia.htm
Ali. Pengertian konflik, macam-macam konflik dan faktor-faktor konflik. Kumpulan Pengertian
Menurut Para Pakar. Maret 2015 [dikutip 27 November 2015]. Tersedia
dari :http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-konflik-faktor-penyebabnya.html#_
Lepank. Pengertian Etnis atau Suku. Kamus Pengertian Arti Definisi Menurut Para Ahli
Terlengkap. Agustus 2012 [dikutip 27 November 2015]. Tersedia
dari :http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-etnis-atau-suku.html
Albion Bengkirai. Konflik Antar Suku di Indonesia. This WordPress.com site is the bee's knees.20
Juni 2014 [dikutip 27 November 2015]. Tersedia
dari :https://albionbengkirai.wordpress.com/2014/06/20/konflik-antar-suku-di-indonesia-
tugas-ibd-4/
Bagianku. Inilah pengertian dan definisi Indonesia menurut Para Ahli.Blog network. 28
Desember 2013 [dikutip 27 November 2015]. Tersedia
dari :http://bagian-ku.blogspot.co.id/2013/12/inilah-pengertian-dan-definisi.html
1. PENGERTIAN
Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok)
dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa
individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut
ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dalam
setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar
anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan
integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan
menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Sehingga konflik antar suku bangsa dapat diartikan sebagai sesuatu yang dianggap baik atau
sacral dari suku tertentu mungkin tidak demikian halnya bagi suku lain. Perbedaan etnis
tersebut dapat menimbulkan terjadinya konflik antar etnis. Misalnya konflik etnis di
kalimantan antara suku dayak dan suku madura pendatang. Bagi suku madura pendatang
bekerja adalah suatu tuntutan bagi pemenuhan hidup di perantauan. Pekerjaan yang dilakukan
menebang kayu di hutan dan tempat dimana mereka menebang kayu tersebut adalah tempat
yang disakralkan oleh suku dayak. Kesalah fahaman ini menyebabkan terjadinya konflik antar
etnik dayak dan madura yang menelan korban banyak di antara kedua suku yang berkonflik
tersebut.
2. KONFLIK MENURUT PARA AHLI
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan
sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada. Berbangkitnya keadaan
ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara
berterusan.
Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan
saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing
komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja
sama satu sama lain.
Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi
individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka
secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan
bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi
pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas,
1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan
stres.
Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak
yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan
tujuan.
Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar
dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya
pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993).
Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok
dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan
adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami
(Pace & Faules, 1994:249).
Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi
(Folger & Poole: 1984).
Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai,
alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap
pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185; Stewart, 1993:341).
Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat
disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda (Devito, 1995:381)
http://eprints.undip.ac.id/15012/1/2005MIH4357.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
MAKALAH TENTANG KONFLIK ETNIS
KONFLIK ETNIS
MAKALAH
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar ( ISBD )
Pada Program Study Mata KuliahUmum( MKU )
Universitas Jember
Oleh :
DAFTAR ISI
COVER…........................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB.1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat..................................................................... 2
BAB.2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konflik Etnis..............................................................3
2.2 Penyebab Konflik antar Etnis..................................................... 4
2.3 Dampak dari Konflik antar Etnis............................................... 5
2.4 Solusi dari Penyebab Konflik antar Etnis.................................. 6
2.5 Contoh Konflik Etnis Di Indonesia............................................. 8
BAB.3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................11
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara bangsa (nation-state) yang sangat majemuk dilihat dari berbagai
dimensi.Salah satu dimensi menonjol dari kemajemukan itu adalah keragaman etnis atau suku bangsa.
Dengan mengacu pada data di Direktorat Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
mencatat bahwa di Indonesia saat ini terdapat 525 kelompok etnis. Dalam sejarahnya, kelompok etnis
tertentu biasanya mendiami atau tinggal di sebuah pulau, sehingga sebuah pulau di wilayah nusantara
sering kali identik dengan etnis tertentu. Pulau Kalimantan, misalnya, identik dengan etnik Dayak (walau
di dalamnya terdapat sekian banyak subetnik, dan karena itu konsep Dayak sesungguhnya hanyalah
semacam sebutan umum untuk penduduk asli Kalimantan). Meskipun begitu, hubungan antara etnis
yang satu dengan etnis yang lain telah berlangsung cukup lama seiring dengan terjadinya mobilitas
penduduk antarpulau, kendati pun masih terbatas antarpulau tertentu yang letak wilayahnya strategis
untuk urusan perniagaan.
Dalam kehidupan masyarakat terdapat beragam adat istiadat, dan kepentingan sehingga sering terjadi
pertikaian. Pertikaian yang berupa konflik disebabkan adanya perbedaan. Hal tersebut akan berdampak
dalam kehidupan masyarakat baik aspek sosial, budaya, hukum, ekonomi, maupun kependudukkan.
Kehidupan manusia di bumi baik secara sendiri-sendiri (individu) maupun kelompok berbeda-beda.
Apabila perbedaan – perbedaan yang ada dipertajam akan timbul pertentangan atau konflik. Konflik
pada dasarnya merupakan fenomena dan pengalaman alamiah. Dalam bentuk ekstrem, berlangsungnya
konflik tidak hanya sekedar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi. Akan tetapi, juga bertujuan
pada taraf pembinasaan eksistensi lawan. Konflik merupakan bagian yang akan selalu ada dalam
masyarakat. Konflik hanya akan hilang bersamaan dengan berakhirnya eksistensi suatu masyarakat. Jadi,
dapat dikatakan sebenarnya konflik bukanlah masalah yang terlalu dikhawatirkan selama kita pahami
tentang penyebab dan cara mengendalikannya. Diantara semua jenis konflik, yang paling berbahaya
adalah konflik antar etnis.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konflik Etnis
Pengertian etnis atau suku adalah suatu kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan yang
lain berdasarkan akar dan identitas kebudayaan, terutama bahasa. Dengan kata lain etnis adalah
kelompok manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas tadi sering kali dikuatkan oleh kesatuan
bahasa (Koentjaraningrat, 2007). Dari pendapat diatas dapat dilihat bahwa etnis ditentukan oleh adanya
kesadaran kelompok, pengakuan akan kesatuan kebudayaan dan juga persamaan asal-usul.Etnis
mungkin mencakup dari warna kulit sampai asal ususl acuan kepercayaan, status kelompok minoritas,
kelas stratafikasi, keanggotaan politik bahkan program belajar.
Menurut Brown, kata ‘konflik etnis’ seringkali digunakan secara fleksibel. Bahkan, dalam
beberapa penggunaannya, kata ini justru digunakan untuk menggambarkan jenis konflik yang
sama sekali tidak mempunya basis etnis. (hal. 81) Contohnya adalah konflik di Somalia.Banyak
pihak mengkategorikan konflik yang terjadi di Somalia sebagai konflik etnis.Padahal, Somalia
adalah negara paling homogen dalam hal etnisitas di Afrika. Konflik di Somalia terjadi bukan
karena pertentangan antar etnis, melainkan karena pertentangan antara penguasa lokal satu
dengan penguasa lokal lainnya, yang keduanya berasal dari etnis yang sama.
Disini jelas diperlukan suatu definisi yang cukup spesifik tentang apa yang dimaksud dengan
konflik etnis. Menurut Anthony Smith, komunitas etnis adalah suatu konsep yang digunakan
untuk menggambarkan sekumpulan manusia yang memiliki nenek moyang yang sama, ingatan
sosial yang sama (Wattimena, 2008), dan beberapa elemen kultural. Elemen-elemen kultural
itu adalah keterkaitan dengan tempat tertentu, dan memiliki sejarah yang kurang lebih sama.
Kedua hal ini biasanya menjadi ukuran bagi solidaritas dari suatu.
DAFTAR PUSTAKA
http://smartpsikologi.blogspot.comhttp://smartpsikologi.blogspot.com
http://mascondro212.blogspot.com/2014/02/konflik-antar-suku-bangsa-dan
upaya_16.html://mascondro212.blogspot.com/2014/02/konflik-antar-suku
Darmanik, Fritz Hotman S.2009. Sosiologi untuk SMA/MA. Klaten: Intan Pariwara
Nurseno.2007. Kompetensi Dasar Sosiologi 2. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri