Anda di halaman 1dari 6

Tugas : Tematik

Nama : Dian Wahyuning Dyah S.A


Kelas : IV- a
No. : 10

SEJARAH IR. SUKARNO

Sejarah Kehidupan Ir. Soekarno - Ir. Soekarno (1901–1970) adalah presiden


Republik Indonesia (RI) pertama dan pah-lawan proklamator. Beliau menjadi presiden RI
sejak tahun 1945 sampai 1967. Ir. Soekarno dikenal pandai berpidato dan menguasai
beberapa bahasa asing, sehingga dijuluki sebagai "Singa Podium". Ir. Soekarno lahir di
Surabaya, Jawa Timur, pada 6 Juni 1901. Jenjang pendidikannya dimulai dari Indische
School (IS) di Tulungagung. Setelah lulus melanjutkan pendidikannya di Europesche
Lagene School (ELS) Mojokerto, Jawa Timur; Hogene Burger School (HBS) Surabaya;
dan Technische Hogere School (THS), sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung
(ITB), di Bandung, Jawa Barat, dan memperoleh gelar Insinyur.
Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar.
Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said
Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di
HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng
jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke
THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi
ITB). Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai
Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya,
Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Saat
dipenjara, Soekarno mengandalkan hidupnya dari sang istri. Seluruh kebutuhan hidup
dipasok oleh Inggit yang dibantu oleh kakak kandung Soekarno, Sukarmini atau yang lebih
dikenal sebagai Ibu Wardoyo.
Dia dikategorikan sebagai tahanan yang berbahaya. Bahkan untuk mengisolasi
Soekarno agar tidak mendapat informasi dari luar, dia digabungkan dengan para tahanan
'elite'. Kelompok tahanan ini sebagian besar terdiri dari orang Belanda yang terlibat
korupsi, penyelewengan, atau penggelapan. Tentu saja, obrolan dengan mereka tidak
nyambung dengan Bung Karno muda yang sedang bersemangat membahas perjuangan
kemerdekaan. Paling banter yang dibicarakan adalah soal makanan, cuaca, dan hal-hal
yang tidak penting. Beberapa bulan pertama menjadi tahanan di Sukamiskin, komunikasi
Bung Karno dengan rekan-rekan seperjuangannya. Hal itu terjadi saat pihak penjara
membolehkan Soekarno menerima kiriman makanan dan telur dari luar. Telur yang
merupakan barang dagangan Inggit itu selalu diperiksa ketat oleh sipir sebelum diterima
Bung Karno. Seperti yang dituturkan Ibu Wardoyo yang dikutip dalam buku 'Bung Karno
Masa Muda' terbitan Pustaka Antarkota tahun 1978, telur menjadi alat komunikasi untuk
mengabarkan keadaan di luar penjara. Caranya, bila Inggit mengirim telur asin, artinya di
luar ada kabar buruk yang menimpa rekan-rekan Bung Karno. Namun dia hanya bisa
menduga-duga saja kabar buruk tersebut, karena Inggit tidak bisa menjelaskan secara
detail.
Seiring berjalannya waktu, Soekarno dan Inggit kemudian menemukan cara yang
lebih canggih untuk mengelabui Belanda. Medianya masih sama, telur. Namun, telur
tersebut telah ditusuk-tusuk dengan jarum halus dan pesan lebih detail mengenai kabar
buruk itu dapat dipahami Bung Karno. Satu tusukan di telur berarti semua kabar baik, dua
tusukan artinya seorang teman ditangkap, dan tiga tusukan berarti ada penyergapan besar-
besaran terhadap para aktivispergerakan. Selama menjalani masa hukuman dari Desember
1929 hingga dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931, Soekarno tidak pernah dijenguk
oleh kedua orangtuanya yang berada Blitar. Menurut Ibu Wardoyo, orang tua mereka
Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai tidak sanggup melihat anak yang
mereka banggakan itu berada di tempat hina yakni penjara dan dalam posisi yang tidak
berdaya. Apalagi, saat di Sukamiskin, menurut Ibu Wardoyo, kondisi Soekarno demikian
kurus dan hitam. Namun Bung Karno beralasan, dia sengaja membuat kulitnya menjadi
hitam dengan bekerja dan bergerak di bawah terik matahari untuk memanaskan tulang-
tulangnya. Sebab di dalam sel tidak ada sinar matahari, lembab, gelap, dan dingin. Delapan
bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat,
beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.
Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun
dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan
sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke
Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI
tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang
disebutnya Pancasila - Sejarah Hidup Ir. Soekarno. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno
dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang
PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik
Indonesia yang pertama. Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang
kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya
mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di
Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955.
Presiden Soekarno semasa hidupnya dikenal memiliki pesona, sehingga dengan mudah
menaklukkan wanita-wanita cantik yang diinginkannya. Untuk urusan kriteria ternyata
Bung Karno bukanlah sosok pria neko-neko. Perhatian Bung Karno akan mudah tersedot
jika melihat wanita sederhana yang berpakaian sopan. Lalu, bagaimana Bung Karno
memandang wanita berpenampilan seksi? Pernah di satu kesempatan ketika sedang jalan
berdua dengan Fatmawati, Bung Karno bercerita mengenai penilaiannya terhadap wanita.
Kala itu Bung Karno benar-benar sedang jatuh hati pada Fatmawati.
"Pada suatu sore ketika kami sedang berjalan-jalan berdua, Fatmawati bertanya
padaku tentang jenis perempuan yang kusukai," ujar Soekaro dalam buku 'Bung Karno
Masa Muda' terbitan Pustaka Antar Kota. Sesaat Bung Karno memandang sosok
Fatmawati yang saat itu berpakaian sederhana dan sopan. Perasaan Bung Karno benar-
benar bergejolak, dia sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. "Aku memandang kepada
gadis desa ini yang berpakaian baju kurung merah dan berkerudung kuning diselubungkan
dengan sopan. Kukatakan padanya, aku menyukai perempuan dengan keasliannya, bukan
wanita modern yang pakai rok pendek, baju ketat dan gincu bibir yang menyilaukan," kata
Soekarno.

"Saya lebih menyukai wanita kolot yang setia menjaga suaminya dan senatiasa
mengambilkan alas kakinya. Saya tidak menyukai wanita Amerika dari generasi baru, yang
saya dengar menyuruh suaminya mencuci piring," tambahnya. Mungkin saat itu Fatmawati
begitu terpesona mendengar jawaban Soekarno yang lugas. Sampai pada akhirnya jodoh
mempertemukan keduanya. Soekarno menikah dengan Fatmawati pada tahun 1943, dan
dikarunia 5 anak yakni Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. "Saya
menyukai perempuan yang merasa bahagia dengan anak banyak. Saya sangat mencintai
anak-anak,"katanya.
Menurut pengakuan Ibu Fatmawati, dia dan Bung Karno tidak pernah merayakan ulang
tahun perkawinan, Jangankan kawin perak atau kawin emas, ulang tahun pernikahan ke-1,
ke-2 atau ke-3 saja tidak pernah. Sebabnya tak lain karena keduanya tidak pernah ingat
kapan menikah. Ini bisa dimaklumi karena saat berlangsungnya pernikahan, zaman sedang
dibalut perang. Saat itu Perang Dunia II sedang berkecamuk dan Jepang baru datang untuk
menjajah Indonesia.
"Kami tidak pernah merayakan kawin perak atau kawin emas. Sebab kami anggap itu soal
remeh, sedangkan kami selalu dihadapkan pada persoalan-persoalan besar yang hebat dan
dahsyat," begitu cerita Ibu Fatmawati di buku Bung Karno Masa Muda. Kehidupan
pernikahan Bung Karno dan Fatmawati memang penuh dengan gejolak perjuangan. Dua
tahun setelah keduanya menikah, Indonesia mencapai kemerdekaan. Tetapi ini belum
selesai, justru saat itu perjuangan fisik mencapai puncaknya. Bung Karno pastinya terlibat
dalam setiap momen-momen penting perjuangan bangsa. Pasangan ini melahirkan putra
pertamanya yaitu Guntur Soekarnoputra. Guntur lahir pada saat Bung Karno sudah berusia
42 tahun. Berikutnya lahir Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Putra-putri
Bung Karno dikenal memiliki bakat kesenian tinggi. Hal itu tak aneh mengingat Bung
Karno adalah sosok pengagum karya seni, sementara Ibu Fatmawati sangat pandai menari.
Sejak kecil, Soekarno sangat menyukai cerita wayang. Dia hapal banyak cerita wayang
sejak kecil. Saat masih bersekolah di Surabaya, Soekarno rela begadang jika ada
pertunjukan wayang semalam suntuk. Dia pun senang menggambar wayang di batu
tulisnya. Saat ditahan dalam penjara Banceuy pun kisah-kisah wayanglah yang memberi
kekuatan pada Soekarno. Terinspirasi dari Gatot Kaca, Soekarno yakin kebenaran akan
menang, walau harus kalah dulu berkali-kali. Dia yakin suatu saat penjajah Belanda akan
kalah oleh perjuangan rakyat Indonesia.
"Pertunjukan wayang di dalam sel itu tidak hanya menyenangkan dan
menghiburku. Dia juga menenangkan perasaan dan memberi kekuatan pada diriku.
Bayangan-bayangan hitam di kepalaku menguap bagai kabut dan aku bisa tidur nyenyak
dengan penegasan atas keyakinanku. Bahwa yang baik akan menang atas yang jahat," ujar
Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams "Bung Karno, Penyambung Lidah
Rakyat Indonesia yang diterbitkan Yayasan Bung Karno tahun 2007.
Soekarno tidak hanya mencintai budaya Jawa. Dia juga mengagumi tari-tarian dari
seantero negeri. Soekarno juga begitu takjub akan tarian selamat datang yang dilakukan
oleh penduduk Papua. Karena kecintaan Soekarno pada seni dan budaya, Istana Negara
penuh dengan aneka lukisan, patung dan benda-benda seni lainnya. Setiap pergi ke daerah,
Soekarno selalu mencari sesuatu yang unik dari daerah tersebut. Dia menghargai setiap
seniman, budayawan hingga penabuh gamelan. Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan
krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya -
Sejarah Singkat Ir. Soekarno. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat
Presiden. Saat-saat diasingkan di Istana Bogor selepas G-30S/PKI, Soekarno membunuh
waktunya dengan mengiventarisir musik-musik keroncong yang dulu populer tahun
1930an dan kemudian menghilang.
Atas kerja kerasnya dan beberapa seniman keroncong, Soekarno berhasil
menyelamatkan beberapa karya keroncong. Setlah itu Kesehatannya terus memburuk, yang
pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di
Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu
Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi".
Sejarah Dan Perjungan Ki Hajar Dewantara Pahlawan Indonesia

Sejarah Dan Perjungan Ki Hajar Dewantara Pahlawan Indonesia – Raden Mas


Soewardi Soerjaningrat EYD = Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar
Dewantara, EYD = Ki Hajar Dewantara, beberapa bahasa Jawa untuk menulis suara Ki
Hajar Dewantoro, dilahirkan di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – wafat di Yogyakarta, 26 April
1959 di usia 69, selanjutnya disebut sebagai “Soewardi” atau “KHD” adalah aktivis
gerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum
pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda.

Beliau adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang
memberikan kesempatan bagi rakyat jelata adat untuk dapat memperoleh hak atas
pendidikan serta aristokrasi dan Belanda. Tanggal lahir sekarang diperingati di Indonesia
sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari penciptaan slogan, tut wuri handayani,
menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai
salah satu nama dari kapal perang Indonesia KRI Ki Hajar Dewantara. Gambar dirinya
diabadikan pada tagihan 20.000 dolar tahun 1998 emisi. Beliau dikukuhkan sebagai
pahlawan nasional untuk-2 oleh Presiden, Soekarno, pada 28 November 1959 (Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959).

Masa Muda Dan Awal Karir Ki Hajar Dewantara

Soewardi berasal dari lingkungan Kadipaten Pakualaman keluarga, anak GPH


Soerjaningrat, dan cucu dari Pakualam III. Beliau menyelesaikan pendidikan dasar di ELS
“Sekolah Dasar Eropa / Belanda”. Kemudian telah terus STOVIA Sekolah Kedokteran
Bumiputera, tapi tidak sampai akhir karena sakit.

Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, antara lain,
Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer,
dan Poesara. Pada saat itu, ia diklasifikasikan sebagai penulis handal. Tulisan-tulisannya
komunikatif dan tajam semangat anti-kolonial.

Kegiatan Gerakan Ki Hajar Dewantara

Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial
dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo BO pada tahun 1908, ia aktif di bagian
propaganda untuk bersosialisasi dan membangkitkan kesadaran masyarakat Indonesia
khususnya Jawa pada saat tentang pentingnya persatuan di negara ini. BO kongres pertama
di Yogyakarta juga diselenggarakan oleh Beliau. Muda Soewardi Insulinde juga anggota
organisasi, organisasi multi-etnis yang didominasi Indo memperjuangkan pemerintahan
sendiri di Hindia Belanda, pada pengaruh Ernest Douwes Dekker DD. Ketika kemudian
DD mendirikan Indische Partij, Soewardi diundang pula.
Als ik een Nederlander adalah

Ketika pemerintah Belanda bermaksud untuk mengumpulkan sumbangan dari


warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun
1913, mengangkat reaksi kritis dari nasionalis, termasuk Soewardi. Beliau kemudian
menulis “Een voor Allen maar Ook Allen voor Een” atau “Satu untuk Semua, Semua
untuk Satu, tetapi juga”.

Tapi kolom KHD yang paling terkenal adalah “Jika aku A Belanda” judul asli: “Als ik een
Nederlander adalah”, yang diterbitkan dalam surat kabar De Expres pimpinan DD, 13 Juli
1913. Isi artikel ini adalah pedas sekali di antara pejabat dari Hindia Belanda, kutipan
artikel adalah sebagai berikut.

“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta


kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan
jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si
inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan
perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo
teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang
terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa
inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit
pun baginya”.

Pejabat Belanda menyangsikan tulisan ini awalnya dibuat oleh Soewardi sendiri karena
gaya bahasa yang berbeda dari tulisan-tulisannya sebelum. Bahkan jika benar ia menulis,
mereka menganggap peran DD di menghasut Soewardi untuk menulis dengan gaya seperti
itu. Sebagai hasil dari tulisan ini ia ditangkap dengan persetujuan Gubernur Jenderal
Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka atas permintaan sendiri. Namun demikian
kedua orang, DD dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga
diasingkan ke Belanda 1913. Ketiga karakter yang dikenal sebagai “Tiga Serangkai”.
Soewardi kala itu berusia 24 tahun.

Di Pengasingan

Dalam pengasingan di Belanda, aktif dalam organisasi mahasiswa Soewardi dari


Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia). Di sinilah ia kemudian merintis
cita-cita memajukan pribumi untuk belajar ilmu pendidikan untuk memperoleh
Europeesche Sertifikat, sebuah ijazah pendidikan bergengsi yang kemudian menjadi dasar
dalam membangun lembaga pendidikan yang didirikan. Dalam penelitian ini Soewardi
tertarik dengan ide-ide dari sejumlah pendidikan Barat terkemuka, seperti Froebel dan
Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, keluarga Tagore. Pengaruh
yang mendasari ini dalam mengembangkan sistem pendidikan mereka sendiri.

Taman Siswa

Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. Segera setelah itu
beliau bergabung dengan saudaranya di sekolah binaan. Pengalaman mengajar kemudian
digunakan untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada 3
Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Tamansiswa National
University. Saat Beliau mencapai usia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia
mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Dia tidak lagi menggunakan gelar
kebangsawanan di depan namanya. Ini berarti bahwa dia bisa bebas dekat dengan rakyat,
baik fisik dan mental.

Semboyan dalam sistem pendidikan yang menggunakan sekarang sangat terkenal di


kalangan pendidikan di Indonesia. Secara keseluruhan, slogan membacanya dalam bahasa
Jawa yang dinyanyikan Tulodo ngarso ing, ing Madyo Mangun Karso, tut wuri handayani.
“Di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, memberi dorongan balik”.
Slogan ini masih digunakan dalam pendidikan masyarakat Indonesia, terutama di sekolah-
sekolah Perguruan Tamansiswa.

Dedikasi Untuk Indonesia Merdeka Di Masa Depan

Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi Menteri


Pengajaran Indonesia pasca disebut sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang
pertama. Pada tahun 1957 ia menerima gelar doktor kehormatan “honoris causa dokter, Dr
hc” dari universitas tertua di Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Untuk jasanya di bidang
pendidikan umum perintis, ia menyatakan Bapa Pendidikan Nasional Indonesia dan
digunakan sebagai hari lahir Hari Pendidikan Nasional Keputusan Presiden no. 305 tahun
1959, tanggal 28 November 1959. Dia meninggal di Yogyakarta pada tanggal 26 April
1959 dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata.

Anda mungkin juga menyukai