Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual

1. Hakikat Futsal

Futsal diciptakan di Montevideo, Uruguay pada tahun 1930, oleh Juan

Carlos Ceriani saat Piala Dunia digelar di Uruguay, dalam bahasa Portugis

permainan tersebut dikenal dengan nama futebol de salao dan dalam bahasa

Spanyol lebih dikenal dengan nama futbol sala, yang memiliki arti yang sama

sepakbola ruangan dan dari kedua bahasa tersebut muncul singkatan yang

mendunia yaitu Futsal (Jaya, 2008: 1). Futsal merupakan permainan olahraga

yang hampir mirip dengan permainan sepakbola, Supaya tidak rancu antara

permainan futsal dan sepakbola maka badan tertinggi FIFA membentuk suatu

badan khusus untuk menangani masalah-masalah tentang futsal.

Dengan demikian bahwa futsal sangat diperhatikan oleh FIFA untuk

mendukung perkembangan dan kemajuan futsal. Liga Futsal Indonesia (LFI)

atau atau (PFL) Profesional Futsal League merupakan kompetisi utama futsal

di tingkat nasional di Indonesia yang diselenggarakan oleh Badan Futsal

Nasional PSSI. Kompetisi ini dimulai pada musim 2006 sampai saat ini masih

berjalan. Prestasi yang dimiliki sebuah klub tidak hanya dalam waktu singkat,

namun diharapkan akan berjenjang ke level lebih tinggi.

12
13

Futsal adalah permainan berupa regu terdiri atas 5 lawan 5, dan

produktivitas setiap gol pertandingannya sangat cepat sehingga olahraga ini

nyaman untuk ditekuni. Menang atau kalah dalam pertandingan dilihat dari

tingkat baik buruknya pemain serta proses strategi dalam pertandingan.

Menurut Mulyono (2017: 5) futsal adalah salah satu cabang olahraga yang

termaksud bentuk permainan bola besar. Sepak bola futsal yang dimainkan di

dalam ruangan adalah olahraga berupa team dengan sifat dinamis. Sedangkan

menurut Naser & Ali (2016: 1) pengertian futsal adalah sebuah versi

sepakbola yang dimainkan di dalam ruangan lima melawan lima (satu penjaga

gawang dan lima sebagai pemain) yang telah disetujui oleh badan pengatur

sepak bola internasional atau yang biasa kita sebut (Federation International

de asosiasi sepakbola, FIFA 2014).

Olahraga futsal, dewasa ini merupakan salah satu cabang olahraga

yang sangat digemari oleh sebagian besar manusia bahkan mendapat simpati

dari masyarakat Indonesia. Futsal juga digemari oleh semua lapisan

masyarakat baik dari tingkat daerah, nasional, internasional, anak-anak,

dewasa, hingga orang tua. Futsal juga dikenal dengan berbagai nama lain

yaitu (futbol sala dalam bahasa spanyol berarti sepak bola dalam ruangan).

Tujuan permainan futsal adalah memasukan bola ke gawang lawan dan

mencetak gol atau memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan

dan menjaga gawang sendiri agar tidak kemasukan. Menurut Setiawan H dan

Nugroho P (2013:14) menyatakan permainan futsal merupakan cabang


14

olahraga yang makin banyak digemari oleh masyarakat terutama kalangan

pelajar dan mahasiswa.

Menurut Mulyono (2017: 5) futsal adalah salah satu di antara cabang

olahraga yang termaksud bentuk permainan bola besar. Sepak bola

berkembang menjadi alternatif olahraga futsal, karena lebih efesien untuk

digunakan lahan sera ukuran lapangan yang agak lebih kecil. Futsal

dimainkan oleh dua tim yang masing-masing terdiri atas lima pemain, salah

satunya adalah kiper, futsal mempunyai karakteristik di antaranya adalah

semua pemain aktif berpartisipasi secara merata dan kapan saja bisa main

walaupun dalam keadaan fase bertahan atau menyerang, eksekusi sangat cepat

dengan tingkat presisi yang sangat tinggi sehingga dapat mengejutkan lawan

kemudian melakukan langkah cepat sepanjang permainan.

Menurut Sarmento (2016: 628) analisis permainan futsal semestinya

tidak hanya mencakup aksi permainan di lapangan saja, namum sebaiknya

pemain futsal yang dapat dihasilkan dari lapangan khususnya pola atau

strategi untuk menciptakan gol. Lapangan untuk olahraga futsal memiliki

ukuran sekitar panjang 25 meter sampai 42 meter x lebar 15 meter-25 meter.

Olahraga Futsal mempunyai karakteristik permainan yang sangat cepat dan

dinamis yang menuntut pemain untuk bergerak cepat dan dinamis di lapangan.

Berdasarkan penjelasan penjelasan para ahli di atas, penulis menyimpulkan

bahwa permainan futsal adalah sebuah permainan dilakukan dengan dua regu

yang masing-masing terdiri atas lima orang pemain disetiap team.


15

Perbedaan antara futsal dan sepakbola hanya terletak pada lamanya

waktu bermain, sedangkan untuk teknik dasar tetap sama. Secara garis besar

permainan futsal dan permainan sepakbola sama, yaitu permainan yang sama-

sama menggunakan kaki dan kecuali kiper boleh menggunakan kaki dan

tangan untuk menghindari terjadinya gol. Lapangan berbentuk bujur sangkar.

lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1.2 Lapangan futsal


(sumber : https: ukuran-lapangan-futsal-standar/)

Menurut Aji (2016: 96) lapangan futsal memiliki ukuran ukuran

tersendiri seperti bentuk persegi panjang dengan ukuran 25-42 m, dan lebar

lapangan 25 m. Dimaksudkan lapangan berbentuk bujar sangakar dengan

garis ke samping kemudian pembatas lapangan harus lebih panjang dari pada

garis gawang, minimal panjang 25 m kemudian untuk panjang 42 m lebar

minimal 16 m dan maksimalnya 25 m. Ukurukan yang digunakan untuk

pertandingan internasional adalah panjangnya minimal 38 m, dan

maksimalnya 42 m, kemudian lebar untuk ukurannya minimal 20 m,


16

kemudian maksimalnya 25 m. Lapangan mempunyai segala sesuatu yang

sudah diatur dalam menggunakan batas batas lapangan yang ditujukan kepada

pemain agar mengetahui bola masih keadaan aktif atau tidak (Mulynoo, 2014:

10). Lapangan futsal juga mempunyai tanda garis yang menempel di

lapangan, diperoleh dua garis pembatas utama yaitu garis pada gawang dan

garis pada lapangan. Lapangan menjadi dua bagian dengan digunakannya

garis tengah lapangan, dimana diameternya diberi tanda titik bulat yang persis

di tengah-tengah lapangan. Tanda titik bulat letaknya di tengah memiiki

fungsi untuk menaruh bola di tengah menandakan dimulainya pertandingan,

kemudian titik bulat bertanda sebuah lingkaran yang memiliki radius 3 m.

Menurut Aji (2016: 98) garis gawang harus ditempatkan pada bagian

tengah. Gawang adalah salah satu alat perlengkapan futsal yang letaknya pada

posisi kedua sisi lapangan (Mulyono, 2017: 55). Aturan law of the games

futsal (2012: 4) posisi gawang wajib pada bagian tengah diantara masing-

masing garis gawang.

Banyak jenis olahraga yang menyenangkan yaitu yang sifatnya

“Bermain”. Bermain basket, baseball, tenis, bulu tangkis, salah satunya

bermain futsal. Futsal olahraga yang popular serta banyak diminati oleh

banyak orang terutama di kalangan remaja. Hal ini terbukti dengan antusiasme

bermain futsal mulai dari anak-anak usia sekolah dan perguruan tinggi. Pada

saat ini banyak didirikan club-club futsal di Indonesia. Hal ini di sebabkan
17

karena permainan futsal dapat dikatakan permainan yang sangat menarik dan

menyenangkan serta dapat dimainkan oleh semua golongan umur.

Pada dasarnya permainan yang menonjolkan unsur kesenangan dan

nilai-nilai kerjasama tim. Menurut Hawindri (2016. 287) futsal merupakan

“suatu permainan yang dilakukan di dalam ruangan yang menggunakan

lapangan brukuran kecil dan disertai dengan peraturan yang ketat dan

mengandalkan fisik yang maximal. Permainan ini dimainkan oleh 10 orang

(masing-masing tim 5 orang) saja, serta menggunakan bola yang lebih kecil

dan lebih ringan dari pada yang digunakan dalam sepak bola (Asbanu,

Kaswari, dan Triansyah, 2018. 3). Menurut Daniel (2012) mengemukakan

bahwa “Futsal adalah permainan yang cepat, ketika pemain tidak hanya

menunggu datangnya bola tetapi harus menjemput bola yang datang. Dengan

kondisi lapangan yang sempit maka akan banyak terjadinya peluang goal yang

dihasilkan oleh pemain” sedangkan menurut Jurnal a systematic Review of

Futsal Literature menjelaskan “Futsal adalah olahraga yang sangat intens

secara fisiknya, literatur menunjukkan bahwa tuntutan fisik futsal itu perlu

dipertimbangkan karena sangat penting bagi pelatih dalam menerapkan

program latihan untuk kegiatan kompetisi” (Hawindri, 2016. 286, 287).

Muhammad Asriady Mulyono (2014) futsal merupakan jenis

permainan yang dimainkan dengan segala aspek yang lebih sederhana

dibandingkan sepakbola. Futsal dapat dimainkan di lapangan yang ukurannya


18

lebih kecil dari lapangan sepakbola, dan dengan jumlah pemain yang lebih

sedikit dari masing-masing tim. Setiap regu terdiri atas lima orang. Tidak

seperti permainan bola dalam ruang lainnya, lapangan futsal dibatasi oleh

garis bukan net atau papan (Asbanu, Kaswari, dan Triansyah, 2018. 3).

Berdasarkan berbagai pendapat diatas peneliti dapat mendefinisikan

futsal adalah permainan sepakbola mini yang dapat dimainkan di luar maupun

di dalam ruangan. Permainan futsal dari 90%nya tersebut diisi oleh

passing.Futsal dimainkan lima lawan lima orang membutuhkan keterampilan

dan kondisi fisik yang prima, karena kedua tim bergantian serang dalam

kondisi lapangan yang sempit dan waktu yang relatif singkat. Serta

kemenangan tim ditentukan oleh jumlah terbanyaknya suatu tim untuk

menciptakan gol ke gawang lawan.

a. Tehnik keterampilan Bermain Futsal

Keterampilan dasar yang digunakan dalam permainan futsal hampir

mirip dengan permainan sepakbola, namun karena terbentur oleh faktor

lapangan yang relatif kecil dan permukaan lantai lebih rata mengakibatkan

terjadinya perbedaan perbedaan dalam keterampilan dasar. Permainan futsal

dan permainan sepakbola sama-sama memiliki dua pemain dengan beda

teknik yang dimiliki setiap individu, yaitu penjaga gawang dan pemain

penyerang, tengah dan bertahan. Menurut Lhaksana (2011: 44), keterampilan

dasar untuk penjaga gawang futsal mencakup latihan menangkap bola,


19

blocking, melempar bola, dan passing. Keempat latihan keterampilan dasar itu

harus benar-benar dikuasai oleh penjaga gawang futsal. Sedangkan untuk

keterampilan dasar pemain depan, tengah dan bertahan meliputi:

a) teknik dasar mengumpan (passing),


b) teknik dasar menahan bola (control),
c) teknik dasar mengumpan lambung (chipping),
d) teknik dasar menggiring bola (dribbling),
e) teknik dasar menembak (shooting) yang harus dikuasai oleh pemain.

Maka secara keseluruhan teknik individu yang harus dikuasai ialah

keterampilan dasar pemain bukan teknik dasar penjaga gawang dengan tujuan

untuk saling bekerjasama antar pemain dalam menyerang dan bertahan dalam

setiap pertandingan futsal. Dengan demikian latihan keterampilan dasar setiap

pemain futsal harus dikuasai setiap individu sebagai dasar bermain futsal yang

meliputi: passing, control, chipping, dribbling, shooting.

1). Keterampilan Dasar Mengumpan (Passing)

Passing merupakan salah satu keterampilan dasar permainan futsal

yang sangat dibutuhkan oleh pemain, karena dengan lapangan yang rata dan

ukuran yang kecil dibutuhkan passing yang keras dan akurat. Menurut

Lhaksana (2011: 30), di lapangan yang rata dan ukuran lapangan yang kecil

dibutuhkan passing yang keras dan akurat karena bola yang meluncur sejajar

dengan tumit pemain, untuk penguasaan passing, diperlukan penguasaan

gerakan sehingga sasaran yang diinginkan tercapai. Keberhasilan mengumpan


20

ditentukan oleh kualitasnya, tiga hal dalam kualitas mengumpan: (1) keras, (2)

akurat, dan (3) mendatar. Menurut Lhaksana (2011: 30) dalam melakukan

passing:

a) Pada saat melakukan passing, kaki tumpu berada disamping bola,


bukan kaki untuk mengumpan.
b) Gunakan kaki bagian dalam untuk melakukan passing.
c) Kunci atau kuatkan tumit agar saat sentuhan dengan bola lebih kuat.
d) Kaki dalam dari atas diarahkan ke tengah bola (jantung) dan ditekan
ke bawah agar bola tidak melambung.
e) Diteruskan dengan gerakan lanjutan, di mana setelah melakukan
passing ayunan kaki jangan dihentikan.

Gambar 2.2 (teknik dasar mengumpan)


(sumber: https://penjaskes.co.id/teknik-dasar-futsal/)

Mengumpan Umpanan dapat dilakukan dengan menggunakan

beragam sisi kaki, yaitu menggunakan kaki bagian dalam, kaki bagian luar,

ujung kaki, tumit, atau sisi bawah. Namun yang paling baik adalah

menggunakan kaki bagian dalam dengan arah mendatar atau umpanan


21

panjang yang menyusur tanah, karena umpanan akan memiliki akurasi paling

baik jika dibandingkan dengan lainnya.

2). Keterampilan Dasar Menahan Bola (Controlling)

Menurut Lhaksana (2011: 31), keterampilan control (menahan bola)

haruslah menggunakan telapak kaki (sole). Dengan permukaan lapangan yang

rata, bola akan bergulir cepat sehingga para pemain harus dapat mengontrol

dengan baik. Apabila menahan bola jauh dari kaki, lawan akan mudah

merebut bola. Menurut Susworo, dkk., (2009), controlling adalah kemampuan

pemain saat menerima bola sampai pemain tersebut akan melakukan gerakan

selanjutnya terhadap bola. Gerakan selanjutnya tersebut seperti mengumpan,

menggiring ataupun menembak ke gawang. Sesuai dengan karakteristik

permainan futsal, maka teknik controlling yang dominan digunakan adalah

dengan kaki, meskipun dapat dilakukan dengan semua anggota badan selain

tangan.

Menurut Lhaksana (2011: 31) hal yang harus dilakukan dalam

melakukan menahan bola: (1) Selalu melihat datangnya arah bola, (2) Jaga

keseimbangan pada saat datangnya bola, (3) Sentuh atau tahan menggunakan

telapak kaki, agar bolanya diam tidak bergerak dan mudah dikuasai.
22

Gambar 3.2 Mengontrol bola


(sumber : https:// tehnik-dasar-bermai sepak-bola/)

Teknik mengontrol bola dalam permainan futsal dapat dilakukan

dengan menggunakan kaki bagian dalam, kaki bagian luar dan telapak kaki

sebelah depan dengan memanfaatkan sol sepatu. Teknik mengontrol bola

dengan sol sepatu dalam futsal sangat penting sehingga harus dikuasai oleh

setiap pemain.

3). Keterampilan Dasar Mengumpan Lambung (Chipping)

Menurut Lhaksana (2011:32), keterampilan chipping sering dilakukan

dalam permainan futsal untuk mengumpan bola di belakang lawan atau dalam

situasi lawan bertahan satu lawan satu. Teknik ini hampir sama dengan teknik

passing. Perbedaannya terletak pada saat chipping menggunakan bagian atas

ujung sepatu dan perkenaannya tepat di bawah bola. Tenik chipping ini juga

dapat dilakukan untuk memasukkan ke gawang lawan. Menurut Susworo,

dkk., (2009), chipping adalah gerakan menendang bola yang lebih

mengutamakan akurasi tendangan tanpa menggunakan kekuatan dan

kecepatan tendangan. Gerakan menendang bola yang dimaksud lebih

cenderung sebagai gerakan menyendok bola. Menurut Lhaksana (2011: 32)

chipping dapat dilakukan untuk mengumpan maupun untuk memasukkan bola

ke gawang lawan, gerakannya sebagai berikut:


23

a) Pada saat melakukan passing, kaki tumpu di samping bola dengan


jarijari kaki lurus menghadap arah yang akan dituju, bukan kaki yang
akan melakukan.
b) Gunakan kaki bagian ujung kaki bagian atas untuk mengumpan
lambung.
c) Konsentrasikan pandangan pada bola tepat di bawah bola
menyentuhnya.
d) Kunci atau kuatkan tumit agar saat melakukan sentuhan dengan bola
lebih kuat.
e) Diteruskan gerakan lanjutan, dimana setelah sentuhan dengan bola
dalam mengumpan lambung ayunan kaki jangan dihentikan.
f) Setelah bola diangkat kaki mengayun mengikuti arah bola.

Gambar 4.2 Mengumpan bola lambung


(sumber: https://penjaskes.co.id/teknik-dasar-futsal/)

4) Keterampilan Dasar Menggiring Bola (Dribbling)

Dribbling adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki semua

pemain karena semua pemain harus menguasai bola saat bergerak, berdiri,

atau bersiap melakukan operan atau tembakan Mielke, (2007: 1). Menurut

Lhaksana (2011:33) dribbling merupakan kemampuan yang dimiliki setiap

pemain dalam menguasai bola sebelum diberikan kepada temannya untuk


24

menciptakan peluang dalam mencetak gol. Menggiring Untuk mengecoh

pemain lawan dalam sebuah permainan futsal, seorang pemain futsal harus

memiliki kemampuan dalam menggiring bola. Ada beberapa teknik dalam

menggiring bola yang harus dikuasai dalam bermain futsal, berikut ini

beberapa teknik dalam menggiring bola pada permainan futsal:

a) (Dribbling) menggunakan kaki bagian luar dengan teknik ini jika


menggunakan kaki kanan pemain futsal dapat mengecoh ke sebelah
kiri lawan atau sebaliknya. Akan tetapi teknik ini tidak bisa mengecoh
lawan ke sebelah kanan bila menggunakan kaki kanan, begitupula
sebaliknya.
b) (Dribbling) menggunakan kaki bagian dalam dengan teknik ini pemain
futsal dapat mengecoh lawan ke sebelah kanan lawan apabila
menggunakan kaki kanan atau sebaliknya. Akan tetapi teknik ini tidak
bisa mengecoh lawan ke sebelah kiri bila menggunakan kaki kanan,
begitupula sebaliknya.
c) (Dribbling) menggunakan bagian punggung kaki dribbling
menggunakan bagian punggung kaki adalah dapat menggiring bola
dengan arah lurus apabila tidak ada lawan yang menghalangi, akan
tetapi teknik ini kurang efektif untuk mengecoh lawan ke sebelah kiri
atau sebelah kanan.

Menurut Komarudin (2011: 50) “tujuan dari menggiring bola adalah

untuk melewati lawan, mengarahkan bola ke ruang kosong, melepaskan diri

dari lawan, membuka ruang untuk kawan serta menciptakan peluang untuk

melakukan shooting ke gawang lawan. Menurut Susworo, dkk., (2009),

dribbling adalah kemampuan pemain dalam menguasai bola dengan baik


25

tanpa dapat direbut oleh lawan, baik dengan berjalan, berlari, berbelok

maupun berputar. Tujuan dari dribbling adalah untuk melewati lawan,

mengarahkan bola ke ruang kosong, melepaskan diri dari kawalan lawan,

membuka ruang untuk kawan, serta menciptakan peluang untuk melakukan

shooting ke gawang. Menurut Lhaksana (2011 :33), teknik dribbling sebagai

berikut:

a) Dalam melakukan dribbling, sentuhan bola harus menggunakan


telapak kaki secara berkesinambungan.
b) Fokus pandangan setiap kali sentuhan dengan bola.
c) Bola digulirkan bola ke depan tubuh.
d) Jaga keseimbangan pada saat menggiring bola.
e) Atur jarak bola sedekat mungkin

Dribbling bertujuan untuk mendekati jarak ke sasaran, melewati

lawan, dan menghambat permaina.

Gambar 5.2 Menggiring bola


(sumber: https://penjaskes.co.id/teknik-dasar-futsal/)

5). Keterampilan Dasar Menembak (Shooting)


26

Shooting merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh

setiap pemain. Menurut Lhaksana (2011: 34), shooting merupakan cara untuk

menciptakan gol. Ini disebabkan seluruh pemain memiliki kesempatan untuk

menciptakan gol dan memenangkan pertandingan atau permainan. Shooting

dapat dibagi menjadi dua teknik, yaitu shooting menggunakan punggung kaki

dan ujung sepatu atau ujung kaki. Menurut Susworo, dkk., (2009), shooting

adalah tendangan ke arah gawang untuk menciptakan gol.

Menurut Lhaksana (2011: 34) shooting memiliki ciri khas laju bola

yang sangat cepat dan keras serta sulit diantisipasi oleh penjaga gawang,

teknik shooting sebagai berikut:

1) Teknik shooting menggunakan punggung kaki.

a) Pada saat melaukan shooting, kaki tumpu di samping bola


dengan jari-jari kaki lurus menghadap karah gawang.
b) Gunakan bagian punggung kaki untuk melakukan shooting.
c) Konsentrasi pandangan kearah bola tepat ditengah-tengah
bola pada saat punggung kaki menyentuh bola.
d) Kunci atau kuatkan tumit agar saat sentuhan dengan bola
lebih kuat.
e) Posisi badan agak dicondongkan ke depan, apabila badan
tidak dicondongkan kemungkinan besar perkenaan bola
dibagian bawah dan bola akan melambung tinggi.
f) Diteruskan dengan gerakan lanjutan, di mana setelah
melakukan shooting ayunan kaki jangan dihentikan.
2) Shooting menggunakan ujung sepatu
27

Teknik ini sama halnya dengan teknik shooting menggunakan


punggung kaki, bedanya pada saat melakukan shooting perkenaan kaki
tepat di ujung sepatu atau ujung kaki.

Teknik shooting yaitu tendangan keras kearah gawang. Cara yang

paling tepat untuk mengembangkan teknik shooting adalah melatih tendangan

shooting berkali-kali menggunakan teknik yang benar. Teknik dasar shooting

merupakan teknik dasar yang sangat penting dalam menyelesaian akhir untuk

mencetak gol sebanyak- banyaknya ke arah gawang

Gambar 6.2 shooting


(sumber : http://digilib.ikippgriptk.ac.id)

2. Hakikat Disiplin

a. Pengetian Disiplin

Disiplin adalah sebuah kesadaran seseorang untuk mau dan mampu

mengendalikan diri dan mematuhi aturan atau nilai-nilai yang telah disepakati,

yang berkaitan dengan aturan maupun norma yang berlaku diri sendiri

maupun dalam lingkungan sosial. Pengertian disiplin Atlet menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata


28

tertib dan sebagainya). Kata disiplin berasal dari bahasa Latin “disciplina”

yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta

pengembangan prilaku`.

Hasibuan, (2013:193) menyatakan kedisiplinan adalah fungsi operatif

keamanan dari manajemen sumber daya manusia. Kedisiplinan merupakan

fungsi operatif manajemen sumber daya manusia yang terpenting karena

semakin baik disiplin seseorang, maka semakin tinggi prestasi kerja yang

dapat dicapai. Tampa disiplin seseorang yang baik, sulit bagi organisasi

ataupun seseorang tersebut untuk mencapai hasil yang optimal. Selain itu

kedisiplinan seseorang adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati

semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku, disiplin yang baik

akan mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas

yang diberikan kepadanya. Dimana hal ini akan mendorong semangat

seseorang.

Sedangkan menurut Zaka (2020: 20) menjelaskan kedisiplinan berasal

dari kata disiplin, yang artinya adalah perilaku yang sesuai dengan peraturan

dan ketetapan yang berlaku yang dilakukan tanpa adanya paksaan dari pihak

lain. Dapat diartikan juga sebagai kepatuhan seseorang dalam mengikuti dan

menaati hukum, tata tertib dan peraturan yang berlaku yang didorong oleh

kesadaran diri dan hatinya tanpa adanya dorongan pihak luar. Kurniawan

(2018: 38) menjelaskan bahwa kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta

melalui proses latihan yang dikembangkan menjadi serangkaian perilaku yang


29

didalamnya terdapat unsur-unsur ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, ketertiban

dan semua itu dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab yang bertujuan untuk

mawas diri.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

kedisiplinan adalah perilaku yang tercipta dan terbentuk melalui serangkaian

proses latihan yang dikembangkan menjadi serangkaian perilaku yang

menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, ketertiban yang dilakukan

tanpa adanya paksaan dari pihak lain melainkan dilakukan atas kesadaran diri

dan hati, selain itu berupa ketaatan seseorang yang berwujut dalam bentuk

kemauan dalam mengikuti aturan-aturan yang telah dibuat baik secara

kelompok maupun individual.

Manusia sebagai idividu terkadang ingin hidup bebas, sehingga ia

ingin melepaskan diri dari sebuah ikatan ataupun aturan yang membatasi

kegiatan ataupun prilakunya. Namaun perlu disadari manusia adalah makhluk

sosial yang hidup diantara individu-individu lain yang saling berinteraksi satu

sama lainnya, dimana dalam hal ini ia mempunyai kebutuhan akan perasaaan

diterima oleh orang lain. Maka dengan kata lain, disiplin pada seorang atlet

sangat dibutuhkan, karena apa yang menjadi tujuan seorang pelatih akan sukar

dicapai bila tidak ada disiplin seorang atlet.

Selain itu dalam olahraga atlet selalu menghadapi pilihan antara

melakukan ketentuan sesuai program latihan yang ditetapkan atau tidak

melakukan sesuai dengan program latihan, antara patuh pada peraturan dan
30

bertindak sportif, atau dengan melanggar peraturan asal dapat memenangkan

pertandingan, dan sebagainya. Ini semua erat kaitannya dengan disiplin atlet

dan masalah penguasaan diri menghadapi keinginan mendapatkan kepuasan.

Disiplin yang ditanamkan dengan paksaan dapat menjurus kearah

terbentuknya ”disiplin semu” sedangkan disiplin yang ditanamkan atas dasar

kesadaran dapat menumbuhkan disiplin diri sendiri atau (self discipline) atlet

yang bertindak negative atau menolak ketentuan atau tata tertib yang sudah

disepakati menunjukan gejala tidak disiplin, karena disiplin mengandung

ketaatan atau kepatuhan terhadap ketentuan dan nilai-nilai yang berlaku.

Dalam banyak hal pertentangan antara mengutamakan kepentingan

pribadi atau lebih mengutamakan kepentingan umum, merupakan tantangan

terhadap disiplin atlet tersebut apabila dikembangkan lebih lanjut akan dapat

menimbulkan pemahaman dan kesadaran yang lebih mendalam untuk

mematuhi segala nilai-nilai, norma-norma dan kaidah-kaidah yang berlaku,

meskipun tidak ada yang memerintah dengan memberi sanksi-sanksi dan

diawasi. Bahkan akhirnya juga akan mematuhi rencana-rencana yang

dibuatnya sendiri, sesuai dengan nilai-nilai yang diketahuinya ini yang

dinamakan disiplin diri sendiri atau (self discipline) Jadi atlet yang memiliki

disiplin diri sendiri sudah memiliki kesadaran untuk berlatih sendiri,

meningkatkan keterampilan, dan menjaga kondisi fisik serta kesegaran

jasmaninya, hal ini dapat menguasai diri untuk tidak melakukan hal-hal yang

bertentangan dengan peraturan yang dapat merugikan kesehatan dirinya dan


31

lebih lanjutnya selalu akan berusaha untuk hidup dan berbuat sebaik-baiknya

sesuai dengan citranya sebagai atlet yang ideal.

Beberapa aspek dalam kedisipinan yaitu Aspek kedisiplinan yang

dipaparkan Rudiyanto (dalam Inta, Aspin & Rudin 2018: 111 )

mengemukakan setidaknya terdapat tiga aspek dalam kedisiplinan yaitu:

a. Sikap mental siswa terhadap pelajaran yang diajarkan guru. Sikap


mental tersebut meliputi antara lain siswa memunyai rasa percaya
diri dan keuletan dalam setiap belajarnya.
b. Cara belajar yang digunakan oleh siswa demi meraih prestasi
belajar yang baik. Cara belajar yang digunakan yaitu harus
mengarah pada pedoman umum untuk belajar dengan baik yang
meliputi: keteraturan dalam belajar, konsentrasi dalam belajar,
penggunaan waktu dalam belajar, pemakaian sarana perpustakaan.
c. Sikap mandiri yang dimiliki oleh siswa Sikap mandiri meliputi:
tidak suka bergantung pada orang lain kecuali bila benar-benar
memerlukan, segala sesuatunya dipikirkan secara matang, individu
kreatif dalam melakukan sesuatu, selalu mencari jalan keluar yang
paling mudah, efektif dan efisien, dalam setiap usahanya tidak
mudah putus asa dan mampu mengendalikan emosinya serta
memiliki rasa percaya diri yang tinggi sehingga tidak mudah
terpengaruh orang lain. Berdasarkan pendapat beberapa ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek kedisiplinan meliputi
sikap mental, cara belajar, tertib dalam peraturan dan sikap
mandiri.
32

Faktor - faktor yang memengaruhi kedisiplinan menurut Mumpuni

(2018: 39) yaitu:

a. Diri sendiri Pelaksanaan disiplin ini berdasarkan dari dalam


diri siswa. Karena tanpa sikap kesadaran dari diri sendiri, maka
apapun usaha yang dilakukan oleh orang disekitarnya hanya
akan sia-sia.
b. Keluarga Keluarga adalah tempat latihan dan penerapan
disiplin yang pertama dan utama. Dasar pendidikan disiplin
dalam keluarga sangat mempengaruhi perkembangan
kepribadian selanjutnya.
c. Pergaulan lingkungan Lingkungan mempunyai andil yang
besar dalam penerapan disiplin baik itu lingkungan sekolah
maupun lingkungan masyarakat.
Sedaangkan faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin menurut

Maharani & Mustyka (2016: 64) yaitu :

a. Dorongan yang datangnya dari dalam diri manusia yaitu; pengetahuan,


kesadaran dan kemauan untuk berbuat disiplin.
b. Dorongan yang datangnya dari luar yaitu perintah, larangan,
pengawasan, pujian,ancaman, hukuman dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan adalah kesadaran diri,

keluarga, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekolah.


33

3. Hakikat Motivasi

a. Pengertian motivasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian motivasi

adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar

untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sementara itu, dalam

psikologi, pengertian motivasi adalah usaha yang dapat menyebabkan

seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena

ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan

perbuatannya.

Kemampuan belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilanya

dalam proses belajar, didalam proses belajar tersebut banyak faktor yang

memperngaruhinya, diantaranya yaitu motivasi. Motivasi menurut Sumadi

Suryabrata (2015:101) adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang

yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna pencapaian suatu

tujuan. Hanafiah dan Suhana (2009:26) mengatakan bahwa : “Motivasi belajar

merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau

alat pembangunan kesedian dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik

untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif dan inovatif, dan menyenangkan

dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun

psikomotor.”
34

Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa dalam diri orang tersebut

tertanam dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu, ditinjau dari fungsi

diri seseorang motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang berasal dari luar

(ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik),

dengan pendekatan psikologis diharapkan atlet dalam setiap penampilannya

dapat memperlihatkan motivasi yang kuat untuk bermain sebaik baiknya,

sehingga dapat memenangkan pertandingan Sebagian orang berpendapat

bahwa atlet kurang termotivasi untuk berprestasi.

Sehingga berbagai upaya diarahkan untuk meningkatkan motivasi atlet

termasuk di dalamnya memberdayakan motivator dengan harapan agar atlet

lebih termotivasi untuk berprestasi, hanya sayangnya sampai saat ini dampak

pemberdayaan motivator belum juga dirasakan dari berbagai kondisi yang ada

yang memiliki dampak signifikan di dalam usaha seorang atlet mencapai

prestasi puncak, jelaslah bahwa paradigma motivasi tidak bisa diterapkan

secara sepihak, searah dan pada konteks yang sempit karenanya paradigma ini

harus diubah dengan cara pandang yang berbeda dan melalui cara pandang

yang berbeda inilah diharapkan akan lebih tampak aspek-aspek tertentu yang

perlu mendapat perhatian dari pihak pembina olahraga dalam menerapkan

program peningkatan motivasi atlet dalam upaya meningkatkan prestasi di

arena kejuaraan Nasional maupun Internasional.

Penampilan seorang atlet tidak bisa dilepaskan dari daya dorong yang

dia miliki. Sederhananya, semakin besar daya dorong yang dimiliki maka
35

penampilan akan semakin optimal, tentu saja jika ditunjang dengan

kemampuan teknis dan kemampuan fisik yang memadai, daya dorong itulah

yang biasa disebut dengan motivasi.

Pengertian Motivasi Definisi motivasi menurut Krech, dkk,. (dalam

Husdarta, 2011: 31-32) dapat dirumuskan sebuah definisi integratif bahwa

motivasi adalah proses aktualisasi generator penggerak internal di dalam diri

individu untuk menimbulkan aktivitas, menjamin kelangsungannya dan

menentukan arah atau haluan aktivitas terhadap pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan, motivasi adalah energi psikologis yang bersifat abstrak, wujudnya

hanya dapat diamati dalam bentuk tingkah laku yang ditampilkannya.

Menurut Husdarta (2011: 62) menyatakan secara umum ada beberapa

langkah yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan motivasi secara verbal

adalah sebagai berikut:

1) Berilah pujian mengenai apa-apa yang telah dilakukan atlet atau siswa
dan jelaskan peranannya dalam tim. Hal ini dapat mendorong atlet atau
siswa agar merasa percaya dan mampu melaksanakan tugasnya.
2) Berikan koreksi dan sugesti. Koreksi yang diberikan sebaiknya yang
bersifat membangun, termasuk evaluasi secara objektif terhadap
kekurangan-kekurangannya dan bagaimana suatu keterampilan
seharusnya dilakukan.
3) Berikan semacam petunjuk, misalnya dikatakan bahwa latihan yang
lebih tekun lagi akan dapat mengatasi kelemahannya dan
meningkatkan prestasinya.
36

Menurut Purwanto (2017) Motivasi adalah suatu pernyataan yang

kompleks dalam seseorang yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu

tujuan atau perangsang. Kekuatan dorongan yang menggerakan seseorang

untuk berperilaku tertentu. Interaksi antara perilaku dan lingkungan sehingga

dapat meningkatkan, menurunkan atau mempertahankan perilaku. Motivasi

akan berfungsi dengan baik apabila ada sumber pendorong (Komarudin,

2018).

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi

merupakan suatu faktor yang mendorong orang untuk berbuat sesuatu dengan

tujuan tertentu. Motivasi digunakan sebagai pendorong untuk mencapai

tujuan. Motivasi dalam berlatih diartikan sebagai pendorong yang mampu

membangkitkan semangat dalam mengikuti proses berlatih futsal.

b. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi yang dikemukakan oleh McClellans dkk. dalam

buku Djaali (2015:107) mendefinisikan mahwa motivasi sebagai “the

redintegration by a cue of a chage in an affective situation “. Tiga istlah

penting disini adalah redintegration, cue, dan affective situation.

Redintegration secara etimologis berarti membulatkan kembali atau membuat

suatu kesatuan baru, dalam konteks ini berarti membukatkan kembali proses

psikologis dalam kesadaran sebbagai akibat adanya rangsangan atau pristiwa


37

didalam ligkunganya. Cue (isyarat) merupakan penyebab terganggunya afeksi

dalam diri individu. Sedangkan affective situation (disebut juga affective

state), asumsi McClellans bahwa setiap orang memiliki situasi afeksi yang

merupakan dasar semua situasi motif.

Motivasi untuk berprestasi dalam bidang olahraga sangat penting

dalam pencapaian peak performance. Komarudin (2016: 25) menyatakan

bahwa motivasi berprestasi disebut dengan istilah N.Ach (Need for

Achievsement) atau dalam olahraga sama dengan istilah competitiveness.

Motivasi berprestasi pada hakikatnya merupakan keinginan, hasrat, kemauan,

dan pendorong untuk dapat unggul yaitu mengungguli prestasi yang pernah

diraih sendiri atau prestasi orang lain. Motivasi berprestasi merupakan

dorongan untuk berpacu dengan keunggulan, baik keunggulan diri sendiri,

keunggulan orang lain, atau kesempurnaan dalam melaksanakan tugas

tertentu. Weinberg & Gould (2003: 59) berpendapat bahwa: “Archievement

motivation as a person’s orientations to strive for task success, persist in the

face of failure, and experience pride in accomplishments”. Motivasi

berprestasi memberikan kesempatan atlet untuk mencapai sesuatu yang

sempurna, meningkatkan kebugaran tertinggi, dan berlatih secara maksimal.

Hal ini dikarenakan salah satu peranan psikologis yang menunjang

suatu prestasi para atlet adalah motivasi berprestasi. Prestasi atlet dapat

berkaitan dengan motivasi berprestasi karena motifmerupakan penggerak dan

dorongan manusia bertindak dalam berbuat sesuatu, Motivasi berprestasi


38

dalam olahraga dapat didefinisikan sebagai dorongan untuk berbuat baik

berdasarkan standar yang paling baik. Menurut Straub (dalam Husdarta, 2011:

38) menyatakan prestasi adalah sama dengan keterampilan ditambah dengan

motivasi. Meskipun atlet mempunyai keterampilan yang baik, akan tetapi

tidak ada dorongan untuk bermain baik, biasanya atlet akan mengalami suatu

kegagalan. Sebaliknya, jika atlet atau tim yang mempunyai dorongan yang

tinggi, tetapi tidak memiliki keterampilan yang baik, maka prestasi tetap

buruk.

Berdasarkan teori beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa motivasi berprestasi merupakan seperangkat dorongan, keinginan, daya

yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu atau kecenderungan sikap

atau perilaku yang dipengaruhi oleh kebutuhan yang mengarah pada tujuan

mencapai kesuksesan dan keberhasilan yaitu prestasi puncak.

c. Jenis-jenis Motivasi

Malayu S.P Hasibuan (2017;150), mengatakan bahwa jenis-jenis

motivasi adalah sebagai berikut:

1) Motivasi Positif (Insentif Positif) Motivasi Positif adalah Manajer


memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah
kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi standar.
2) Motivasi Negatif (Insentif Negatif) Motivasi Negatif adalah Manajer
memotivasi bawahan dengan standar mereka akan mendapatkan
39

hukuman. Dengan motivasi negatif ini semangat bekerja bawahan


dalam waktu pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum,
tetapi untuk jangka panjang dapat berakibat kurang baik.

Motivasi untuk menampilkan suatu perilaku tertentu, dilandasi oleh

adanya keinginan untuk mencapai atau memuaskan suatu kebutuhan. Menurut

Gunarsa (2004: 50) motivasi untuk melakukan sesuatu dapat datang dari diri

sendiri, dikenal sebagai motivasi intrinsik, serta dapat pula datang dari

lingkungan, atau disebut motivasi ekstrinsik, motivasi intrinsik merupakan

dorongan atau kehendak yang berasal dari dalam diri seseorang, semakin kuat

motivasi intrinsik yang dimiliki oleh seseorang, semakin besar kemungkinan

untuk memperlihatkan tingkah laku yang kuat untuk mencapai tujuan

(Gunarsa, 2004: 50).

Motivasi intrinsik dapat muncul sebagai suatu karakter atau ciri khas

yang telah ada sejak seseorang dilahirkan. Selain itu, motivasi intrinsik juga

dapat diperoleh melalui suatu proses belajar. Seseorang meniru terhadap

tingkah laku orang lain yang menghasilkan sesuatu yang menyenangkan

secara bertahap. “Saya ingin menang dan menjadi juara seperti atlet itu.”,

“Alangkah hebatnya kalau saya bisa menjadi juara seperti atlet itu”. Demikian

yang mungkin ada dalam benak seorang calon atlet, dan dapat terjadi apabila

seorang atlet atau siswa telah berlatih diri dengan mantap dan merasa sudah
40

sangat kompeten dengan diterminasi yang kuat, maka akan tumbuh motivasi

intrinsik.

Menurut Gunarsa (2004: 51) menyatakan bahwa motivasi ekstrinsik

adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui pengamatan sendiri, ataupun

melalui saran, anjuran atau dorongan dari orang lain. Faktor eksternal dapat

mempengaruhi penampilan atau tingkah laku seseorang, yaitu menentukan

apakah seseorang akan menampilkan sikap gigih dan tidak cepat putus asa

dalam mencapai tujuannya. Salah satu penerapan dari motivasi ekstrinsik yang

dinyatakan oleh Gunarsa (2004: 51) adalah adanya iming-iming pemberian

bonus atau hadiah jika seorang atlet dapat mencapai target yang telah

ditentukannya. Iming-iming tersebut merupakan insentif untuk memancing

dan mendorong atlet dalam memperlihatkan penampilan yang luar biasa ulet,

gigih, dan pantang menyerah. Telah dijelaskan dimuka bahwa motivasi

sesorang dapat timbul dari dalam dan dari luar individu, maka menurut

Sardiman (2006: 106), motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Motivasi ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi


karena adanya perangsangan dari luar.
2) Motivasi intrinsik, adalah motif-motif yang menjadi aktif/fungsinya
bila perlu dirangsang dari luar karena dalam indvidu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu.

Motivasi dibagi menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan

motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari


41

dalam diri individu. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang

berasal dari luar individu.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi

merupakan suatu faktor yang mendorong orang untuk berbuat sesuatu dengan

tujuan tertentu. Motivasi digunakan sebagai pendorong untuk mencapai

tujuan. Motivasi dalam berlatih diartikan sebagai pendorong yang mampu

membangkitkan semangat dalam mengikuti proses berlatih futsal.

d. Faktor Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang ikut

menentukan keberhasilan dalam belajar, besar kecilnya pengaruh tersebut

terantung ada intensitasnya. Klausmeier menyatakan bahwa perbedaan dalam

intensitas motivasi berprestasi (need to achieve) ditunjuk dalam berbagai

tinngkat prestasi yang diciptakan oleh berbagai individu, dikutip dalam buku

Djaali (2015:110).

Motivasi dalam hal ini atlet untuk berprestasi terdapat banyak sisi dari

atlet itu sendiri. Menurut Murray (dalam Alwisol, 2009: 193) dari banyak

penelitian yang sudah dilakukan tentang achievment need (nachiedment),

menemukan pengaruh need ini pada banyak sisi kehidupan manusia. Ciri-ciri

orang yang memiliki need achiedment antara lain:


42

a) Bangga dengan pencapaian dan mampu menunda untuk memperoleh

kepuasan yang lebih besar, self concep positif dan perasaan yang kuat

untuk mencapai tujuan dengan tingkat kesulitan yang cakupan.

a) Bertanggung jawab

b) Lebih tergantung terhadap keberhasilannya sendiri.

c) Senang dengan kerja intreprenor yang beresiko tetapi cocok dengan

kemampuannya dan cenderung mengambil resiko sedang.

d) Menolak kerja rutin dan lebih kreatif dan inovatif.

e) Senang menetapkan tujuan yang menantang tetapi tetap realistis atau

menyukai tantangan yang kompetitif.

Menurut Johnson dan Schwitzgebel dan Kalb dikutip dalam buku


Djaali (2015:109) menjelaskan bahwa Individu yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Menyukasi situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi
atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau
kebetulan.
b) Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu
mudah dicapai atau terlalu besar resikonya.
c) Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan
balikdengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya
hasil pekerjaan.
d) Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain.
e) Mampu menangguhkan pemuasankeinginan demi masa depan yang
lebih baik
43

f) Tidak terganggu untuk sekedar mendapatkan uang, status, atau


keuntungan lainnya, ia akan mencarinya apabila hal-hal tersebut
merupakan lambang prestasi suatu ukuran keberhasilan.

Menurut McClelland dalam buku Djaali (2015:110) mengemukakan

bahwa ada 6 karakteristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang

tinggi, yaitu:

a) Perasaan yang kuat untuk mencapai tujuan, yaitu keinginan untuk


menyelesaikan tugas dengan hasil yang sebaik-baiknya. Tekun dalam
mengerjakan tugas yang diberikan, tidak mudah menyerah dan
cenderung utnuk terus mencoba menyelesaikan tugas yang diberikan.
b) Bertangungjawab, yaitu mampu bertanggungjawab terhadap dirinya
sendiri dan menentukan masa depannya, sehingga apa yang
dicitacitakan berhasil tercapai. Atau lebih bertanggung jawab dan
disiplin secara pribadi pada hasil kinerjanya karena, hanya dengan
begitu mereka dapat merasa puas saat dapat menyelesaikan suatu tugas
dengan baik.
c) Evaluatif, yaitu menggunakan umpan balik untuk menentukan
tindakan yang lebih efektif guna mencapai prestasi, kegagalan yang
dialami tidak membuatnya putus asa, melainkan sebagai pelajaran
untuk berhasil. Selalu melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan
kegagalan yang dialaminya. Meminta umpan balik terhadap pelatih
merupakan suatu upaya atlet dalam melakukan evaluasi
kemampuannya.
d) Mengambil resiko “sedang”, dalam arti tindakan-tindakannya sesuai
dengan batas kemampuan yang dimilikinya.
44

e) Kreatif dan inovatif, yaitu mampu mencari peluang-peluang dan


menggunakan kesempatan untuk dapat menunjukkan potensinya.
Inovatif dalam gerakan serta penampilan yang dikeluarkan dan
mencari cara baru (inovatif dan kreatif) untuk menyelesaikan tugasnya
f) Menyukai tantangan, yaitu senang akan kegiatan-kegiatan yang
bersifat prestatif dan kompetitif. Cenderung memilih aktivitas yang
menantang, namun tidak berada di atas taraf kemampuan dan
cenderung memilih aktivtas dengan derajat kesulitan yang sedang
yang memungkinkan mereka berhasil. Mereka menghindari tugas yang
terlalu mudah karena sedikitnya tantangan atau kepuasan yang didapat.

Berdasarkan pendapat McClelland dan Edward Murray, dapat

dikemukakan bahwa karakteristik seseorang yang mempunyai motivasi

berprestasi tinggi,

1) Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi.


2) Memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistic
serta berjuang untuk merealisasikannya.
3) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani
mengambil resiko yang dialaminya.
4) Melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil
yang memuaskan.
5) Mempunyai keinginan menjadi orang terkemuka yang menguasai
bidang tertentu.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

motivasi berprestasi yaitu (1) perasaan yang kuat untuk mencapai tujuan, (2)
45

bertangungjawab, (3) evaluatif, (4) mengambil resiko, (5) kreatif dan inovatif,

(6) menyukai tantangan.

e. Jawara Futsal Cipanas

Prestasi yang dimiliki sebuah klub tidak hanya dalam waktu singkat,

namun diharapkan akan berjenjang ke level lebih tinggi. Seperti halnya jawara

futsal cipanas yang merupakan klub futsal yang berasal dari kabupaten lebak.

Berdiri dari tahun 2020 sampai sekarang, setelah dua tahun berjuang keras

akhirnya pada tahun 2022 hingga 2023 tim jawara futsal cipanas berhasil

berlaga di Liga Futsal Nusantara 2023. Keberhasilan klub menuju level

Profesional akan menjadi tantangan yang lebih kompleks diantaranya

persaingan menghadapi klub-klub yang besar yang sudah mendominasi di

level tersebut.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan relevan adalah deskripsi tentang kajian

penelitian yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang diteliti. Dengan

demikian, penelitian yang akan dilakukan merupakan kajian atau

perkembangan dari penelitian yang sebelumnya, sehingga dapat terlihat jelas

bahwa kajian yang sedang dilakukan bukan merupakan pengulangan atau

duplikasi. Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa


46

sumber kepustakaan, ada beberapa pembahasan mengenai multi akad yang

sebelumnya telah dibahas, diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Afida Salsabila (2015) yang berjudul

”Pengaruh Motivasi Belajar, Disiplin Belajar dan Lingkungan Sekolah

terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Akuntansi Perusahaan Dagang

Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Klaten

Tahun Ajaran 2014/2015”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)

terdapat pengaruh positif dan signifikan Motivasi Belajar terhadap

Prestasi Belajar Mata Diklat Akuntansi Perusahaan Dagang,

dibuktikan dengan γ x1 y = 0,526, r 2 x1 y = 0,276, τ hitung(6,361)> τ tabel

(1,984), (2) terdapat pengaruh positif dan signifikan Disiplin Belajar

terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Akuntansi Perusahaan Dagang,

dibuktikan dengan r x y = 0,619, rx y = 0,384, τ hitung (8,125)> τ tabel


2 2

(1,984), (3) terdapat pengaruh positif dan signifikan Lingkungan

Sekolah terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Akuntansi Perusahaan

Dagang, dibuktikan dengan γ x1 y = 0,544, γ x y = 0,296,τ hitung (6,669)>


2

τ tabel (1,984), (4) terdapat pengaruh positif dan signifikan Motivasi

Belajar, Disiplin Belajar dan Lingkungan Sekolah terhadap Prestasi

Belajar Mata Diklat Akuntansi Perusahaan Dagang, dibuktikan dengan

R y = 0,712, R y = 0,506, f hitung (35,556)> f tebal (2,696). Penelitian ini


2 2

menunjukkan besarnya Sumbangan Relatif dari variabel Motivasi


47

Belajar 27,1%, variabel Disiplin Belajar 44,5% dan variabel

Lingkungan Sekolah 28,5%, sedangkan total Sumbangan Efekif yaitu

50,6%. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tiga

variabel bebas yaitu Motivasi Belajar, Disiplin Belajar dan

Lingkungan Sekolah serta variabel terikat yaitu prestasi belajar.

Perbedaannya adalah dimana dalam penelitian ini peneliti tidak

menggunakan sekolah tersebut sebagai tempat penelitian.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Bagas Wahyu Utomo (2013) dengan

judul “Pengaruh Motivasi Belajar, Disiplin Belajar dan Lingkungan

Keluarga terhadap Prestasi Belajar Memproses Buku Besar Siswa

Kelas X Kompetensi Keahlian Akuntansi Di SMK YPKK 1 Sleman

Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1)

terdapat pengaruh positif dan signifikan Motivasi Belajar terhadap

Prestasi Belajar Memproses Buku Besar, dengan γ x1 y = 0,426, r 2 x1 y =

0,181, dan τ hitung= 4,208 lebih besar dari sebesarτ tabel=¿ 1,989. 2)

terdapat pengaruh positif dan signifikan Disiplin Belajar terhadap

Prestasi Belajar Memproses Buku Besar, dengan r x2 = 0,290, r 2 x =


y
y
2

0,084; dan τ hitung = 2,713 lebih besar dari sebesar τ tabel=¿ 1,989.

Sumbangan relatif pengaruh Motivasi Belajar sebesar 48,02% dan

Disiplin Belajar sebesar 13,79% terhadap Prestasi Belajar Memproses

Buku Besar. Sumbangan efektif pengaruh Motivasi Belajar sebesar


48

25,89% dan Disiplin Belajar sebesar 7,43%. Penelitian yang dilakukan

Bagas Wahyu Utomo ini memiliki kesamaan yaitu menggunakan

variabel bebas Motivasi Belajar dan Disiplin Belajar serta variabel

terikat yaitu prestasi belajar. Perbedaannya adalah dimana dalam

penelitian ini peneliti menggunakan variabel bebas Lingkungan

Sekolah sedangkan dalam penelitian yang relevan menggunakan

Lingkungan Keluarga.

3. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Heni

Supriyanti (2011), tentang Motivasi Siswa Dalam Kengikuti Kegiatan

Ekstrakurikuer Bola Basket di SMA Colombo Kabupaten Sleman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat siswa dalam kategori

sangat tinggi sebesar 20% sebanyak 6 siswa, tinggi sebesar 36%

sebayak 11 siswa, sedang sebsar 7% sebanyak 2 siswa, rendah 30%

sebanyak 9 siswa dan sangat rendah 7% sebanyak 2 siswa.

C. Kerangka Teoritik

Disiplin adalah sebuah kesadaran seseorang untuk mau dan mampu

mengendalikan diri dan mematuhi aturan atau nilai-nilai yang telah disepakati,

yang berkaitan dengan aturan maupun norma yang berlaku diri sendiri

maupun dalam lingkungan sosial. disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah

perilaku yang tercipta dan terbentuk melalui serangkaian proses latihan yang
49

dikembangkan menjadi serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai

ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, ketertiban yang dilakukan tanpa adanya

paksaan dari pihak lain melainkan dilakukan atas kesadaran diri dan hati,

selain itu berupa ketaatan seseorang yang berwujut dalam bentuk kemauan

dalam mengikuti aturan-aturan yang telah dibuat baik secara kelompok

maupun individual.

Sedangkan motivasi berprestasi dalam olahraga dapat didefinisikan

sebagai dorongan untuk berbuat baik berdasarkan standar yang paling baik.

Prestasi adalah sama dengan keterampilan ditambah dengan motivasi.

Meskipun atlet mempunyai keterampilan yang baik, akan tetapi tidak ada

dorongan untuk bermain baik, biasanya atlet akan mengalami suatu

kegagalan. Sebaliknya, jika atlet atau tim yang mempunyai dorongan yang

tinggi, tetapi tidak memiliki keterampilan yang baik, maka prestasi tetap

buruk. Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa dalam diri orang tersebut

tertanam dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu. Ditinjau dari fungsi

diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang berasal dari

luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik).

Penampilan seorang atlet tidak bisa dilepaskan dari daya dorong yang dia

miliki. Sederhananya, semakin besar daya dorong yang dimiliki, maka

penampilan akan semakin optimal, tentu saja jika ditunjang dengan

kemampuan teknis dan kemampuan fisik yang memadai. Daya dorong itulah

yang biasa disebut dengan motivasi.


50

Anda mungkin juga menyukai