Anda di halaman 1dari 51

PERAN PEMERINTAH OHOI DALAM PENGANGKATAN PERANGKAT

OHOI (STUDI KASUS DI OHOI OHOIFAU UTARA TIMUR KABUPATEN

MALUKU TENGGARA)

PROPOSAL

Diajukan Untuk Seminar Proposal Program Studi Ilmu Pemerintahan

Oleh :

ADONIRAM SADRAK BERUATWARIN

NIM : 1232820204200060

PROGRAM ILMU PEMERINTAHAN

SEKOLAH TINGGI ILMU-ILMU SOSIAL (STIS) TUAL

2024
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh Dosen Pembimbing I dan

Dosen Pembimbing II serta diketahui oleh Wakil Ketua Bidang Akademik,

Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan dan diajukan untuk ujian seminar

proposal pada Sekolah Tinggi Ilmu-Ilmu Sosial (STIS) Tual Tahun 2024.

Pembimbing I Pembimbing II

PAULUS K.AYOMI,S.Sos.M.Si. YUNI MEGA ITRANTOY,S.IP.M.IP


NIDN : 1216117901 NIDN : 1203019901

Mengetahui

Wakil Ketua Bidang Akademik Ketua Program Studi


Ilmu Pemerintahan

JOHANIS LETSOIN,S.Sos.M.Si. TARSISIUS SARKOL,S.Sos,M.Si


NIDK : 9990390445 NIDN :1216117901

I
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa, karena atas Rahmat dan Berkatnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi berjudul “PERAN PEMERINTAH OHOI

DALAM PENGANGKATAN PERANGKAT OHOI (STUDI KASUS DI OHOI

OHOIFAU, KABUPATEN MALUKU TENGGARA)” dengan baik dan tepat

pada waktu yang telah ditentukan.

Penulis menyadari banyak pihak yang memberikan dukungan dan

bantuan selama menyelesaikan proposal ini. Oleh karena itu, sudah

sepantasnya penulis dengan penuh hormat mengucapkan terima kasih

dan mendoakan semoga Tuhan memberikan balasan terbaik kepada:

1. Bapak Silvius Rejaan,S.Sos,M.Si selaku Ketua Yayasan

Perguruan Tinggi Mutiara Maluku Tenggara beserta staf yayasan

2. Bapak Bernadus Rettob, S.Sos,M.AP selaku Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu-Ilmu Sosial STIS Tual.

3. Bapak Johanis Letsoin, S.Sos,M.Si selaku Wakil Ketua Bidang

Akademik, Ibu June Samson, S.Th,M.Si selaku Wakil Ketua

Bidang Administrasi dan keuangan, dan Ibu Susilawati Belekubun,

S.I.Kom,M.I.Kom selaku Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan dan

Alumni.

4. Bapak Tarsisius Sarkol,S.Sos.M.Si selaku Ketua Program Studi

Ilmu Pemerintahan dan Ibu Yuni Mega Itrantoy,S.IP.M.IP selaku

Sekretaris Program Studi Ilmu Pemerintahan.

II
5. Bapak Paulus K.Ayomi,S.Sos.M.Si selaku Dosen Pembimbing I

dan Ibu Yuni Mega Itrantoy,S.IP.M.IP selaku Dosen Pembimbing

II, yang telah banyak memberikan bimbingan serta petunjuk dan

saran pada penulisan ini sejak Seminar Proposal hingga Skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik.

6. Bapak, Ibu Dosen serta Seluruh Civitas Akademika STIS Tual.

7. Penjabat Ohoifau beserta seluruh perangkat Ohoi Ohoifau yang

telah banyak membantu dan memberikan ilmu serta data yang

sangat berguna bagi penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.

Langgur, 23 Januari 2024

Penulis

III
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..

HALAMAN PERSETUJUAN………………………….……………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ……….…………….………..……………. 1
1.2. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah.……….................. 5
1.2.1 Rumusan Masalah…………...……….……….………………... 5
1.2.2 Pembatasan Masalah……………………….…....................... 5
1.3. Tujuan Penelitian……………………………………………………... 5
1.4. Manfaat Penelitian……………………………………………………. 6
1.1.1. Manfaat Teoritis………………………………………………. 6
1.1.2. Manfaat Praktis……………………………………………….. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...………………….….……………….……. 7
2.1. Kerangka Teori………………………………………………………... 7
2.2. Kerangka Pikir…………………………………………………………. 40
2.3. Defenisi Operasional…………………………………………………. 41
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………. 42
3.1. Jenis Penelitan………………………………………………………… 42
3.2. Lokasi Penelitian……………………………………………………… 42
3.3. Waktu Penelitian………………………………………………………. 42
3.4. Informan Penelitian…………………………………………………… 42
3.5. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………… 43
3.6. Teknik Analisa Data…………………………………………………... 43
DAFTAR PUSTAKA

IV
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengangkatan perangkat tertuang dalam Undang-undang nomor 6

tahun 2014 tentang desa, perangkat desa diangkat oleh kepala desa

setelah dikonsilidasikan dengan camat atas nama bapak

bupati/walikota. Selain itu pengangkatan perangkat desa termasud

dalam peraturan Mentri Dalam Negeri RepubliK Indonesia nomor 67

tahun 2017 tentang perubahan atas peraturan Mentri Dalam Negeri

nomor 83 tahun 2015 tentang pengangkatan dan pemberhentian

perangkat desa menyebutkan bahwa: perangkat desa adalah unsure

staf yang membantu kepala desa dalam penyusunan kebijakan dan

koordinasi yang diwadahi dalam sekretariat desa dan unsur

pendukung tugas kepala desa dalam pelaksanaan kebijakan yang

diwadahi dalam bentuk pelaksanaan teknis dan unsur kewilayahan.

Pengangkatan perangkat desa di Indonesia melalui mekanisme

yang sudah ditetapkan diantaranya yaiut: Kepala Desa dapat

membentuk tim yang terdiri dari seorang ketua, sekretaris, dan

minimal seorang anggota; kepala desa melakukan penjaringan dan

penyaringan calon perangkat desa yang dilakukan oleh tim; titik

pelaksanaan penjaringan dan penyaringan bakal calon kepala desa

dilaksanakan paling lama 2 bulan setelah jabatan perangkat desa

kosong atau diberhentikan; hasil penjaringan dan penyaringan bakal

calon kepala desa sekurang-kurangnya 2 orang calon dikonsultasikan

1
oleh kepala desa kepada camat; camat memberikan rekomendasi

tertulis terhadap calon perangkat desa selambat-lambatnya 7 hari

kerja;

Selanjuntya bahwa, rekomendasi yang diberikan camat berupa

persetujuan atau penolakan berdasarkan persyaratan yang ditentukan;

dalam hal camat memberikan persetujuan, kepala desa menerbitkan

keputusan kepala desa tentang pengangkatan perangkat desa; dan

dalam hal ini rekomendasi camat berisi penolakan, kepala desa

melakukan penjaringan dan penyaringan kembali calon perangkat

desa

Secara sosiologi tidak demikian halnya, dimana proses

pengangkatan perangkat desa atau dengan sebutan numenklatur

lokal desa di Kabupaten Maluku Tenggara yaitu Ohoi (Desa) bahwa,

yang dilakukan oleh Kepala Ohoi (Desa) hanyalah sekretaris dan

kepala urusan (Kaur) Sekarang berubah nama menjadi kepala seksi,

hanya kedua unsur perangkat Ohoi tersebut yang melalui tahap

penjaringan penyaringan, testing dan baru dilantik atau diangkat

menjadi perangkat desa apabila memenuhi segala persyaratan,

sedangkan unsur kewilayahan seperti kepala dusun pengangkatannya

berbeda atau tidak seperti sekretaris dan kepala urusan Kaur

sekarang yang berubah nama menjadi kepala seksi tersebut.

Pengangkatan unsur kewilayahan tidak melalui mekanisme yang

lazim, namun secara faktual itu adalah kewenangan dari Kepala Ohoi

dan oleh Kepala Ohoi bebas memilih dan mengangkat sesuai dengan

2
penilaian dari Kepala Ohoi. Permasalahan yang banyak terjadi di ohoi

bahkan mencakup keseluruhan ohoi yang ada di kabupaten Maluku

tenggara salah satunya adalah masalah pengangkatan perangkat

Ohoi Ohoifau Kabupaten Maluku Tenggara adalah, kurangnya

profesionalitas, subyektif, dan obyektif serta kompetensi yang dimiliki

oleh kepala desa masih minim.

Kesulitan yang terjadi mengenai kapasitas maupun kompetensi

yang dimiliki oleh kepala ohoi ohoifau, utamanya dalam pelaksanaan

seleksi pengangkatan perangkat desa yang ada Ohoi Ohoifau

Kabupaten Maluku tenggara, karena tidak sedikit masyarakat Ohoi

yang ingin mengikuti seleksi untuk menjadi perangkat Ohoi, terkendala

terjadi masalah saat proses seleksi perangkat Ohoi, misalnya banyak

masyarakat yang ingin mengikuti proses seleksi tetapi tidak diberikan

ruang yang cukup untuk berkompetisi sesuai dengan kapasitas

dibidangnya, belum lagi beberapa kerjasama kontrak politik kepada

Ohoi dan kelompok masyarakat sebelum terpilih sudah menjanjikan

menjadi salah satu perangkat desa yang terindikasi syarat adanya

praktek nepotisme. Permasalahan yang terjadi di ohoi ohoifau adalah

perangkat desa tidak memenuhi syarat diatur dalam permendagri

nomor 67 tahun 2017.

Berdasarkan permendagri nomor 67 tahun 2017 tentang

pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa, perangkat desa

diangkat oleh kepala desa dari warga desa yang telah memenuhi

persyaratan umum dan persyaratan khusus sebagaimana diatur dalam

3
(pasal 2 ayat 1 ). Persyaratan umum perangkat desa sebagai berikut

yaitu adalah: pendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau

sederajat, berusia 20 tahun sampai dengan 42 tahun, dan memenuhi

kelengkapan persyaratan administrasi.

Kelengkapan persyaratan administrasi perangkat desa, terdiri atas:

kartu tanda penduduk; surat keterangan tanda penduduk; surat

pernyataan tertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa yang dibuat oleh

yang bersangkutan di atas kertas bermaterai; surat pernyataan

memegang teguh dan mengamalkan pancasila, undang-undang dasar

Negara Republik Indonesia tahun 1945; mempertahankan dan

memelihara keutuhun Negara kesatuan republik Indonesia dan

bhinneka tunggal ika, yang dibuat oleh yang bersangkutan diatas

kertas segel atau bermaterai cukup.

Syarat berikutnya yaitu: ijazah pendidikan dari tingkat dasar sampai

dengan ijazah terakhir yang dilegalisasi oleh pejabat berwenang atau

surat pernyataan dari pejabat yang berwenang; akte kelahiran atau

surat keterangan kenal lahir; surat keterangan berbadan sehat dari

puskesmas atau aparat kesehatan yang berwenang; dan surat

permohonan menjadi perangkat desa yang bersangkutan diatas kertas

segel atau bermaterai cukup bagi perangkat desa yang diproses

melalui penjaringan dan penyaringan.

Berdasarkan fenomen yang terjadi maka, sebagai mahasiswa

program studi Ilmu Pemerintahan yang mempelajari tentang

Pemerintahan Desa dan Sistemnya maka penulis menganggap bahwa

4
ini merupakan sebuah masalah yang terjadi sehingga perlu untuk

dikaji dan diteliti, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

proposal skripsi yang berjudul “Peran Pemerintah Ohoi dalam

pengangkatan perangkat ohoi (Studi Kasus di Ohoi ohoifau Kabupaten

Maluku Tenggara).

1.2 Rumusan masalah dan pembatasan masalah

1.2.1 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latarbelakang

masalah maka dibuat pertanyaan sebagai berikut :

Bagaimana Peran Pemerintah Ohoi dalam

Pengangkatan Desa (Studi Kasus di Ohoi ohoifau

Kabupaten Maluku Tenggara)?

1.2.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah

dikemukakan diatas maka penulis membatasi masalah

pada proses dan syarat pengangkatan perangkat Ohoi.

1.3 Tujuan Penelitian

Bertolak dari rumusan permasalahan yang penulis kemukakan diatas

maka, tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini, yaitu : Untuk

mengetahui dan menganalisis peran Pemerintah Ohoi dalam

pengangkatan perangkat Ohoi di Ohoi Ohoifau Kabupaten Maluku

Tenggara.

5
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat dari penelitian ini secara teoritis kepada Ilmu

Pemerintahan, untuk sebagai kajian ilmu mengenai

Pemerintahan Desa terlebih khusus tentang tata pamong

desa atau perangkat desa yang sesuai dengan landasan

konstitusi peraturan perundang-undangan.

Secara teoritis memberikan manfaat kepada kajian-

kajian ilmiah tentang Desa sebagai pemerintahan yang

paling terpenting dalam sebuah Negara, karena

Pemerintahan Desa merupakan Pemerintahan yang paling

dekat dengan warga masyarakat sehingga penting untuk

mamberikan sumbangsi pemikiran secara teoritis untuk

ilmu Pemerintahan ditingkat Desa.

Secara teoritis, penelitian ini juga bermanfaat untuk

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

Pemerintahan Desa terlebih khusus tentang peran Kepala

Desa dalam pengangkatan pamong desa atau perangkat

desa sehingga hasil-hasil penelitian ini bermanfaat kepada

Desa dalam hal penataan pamong desa dan juga

bermanfaat untuk pengembangan Ilmu Pemerintahan

kedepan khususnya Pemerintahan Desa.

6
1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini secara praktis diharapkan menjadi suatu

masukan yang bermanfaat bagi Pemerintah ohoi dalam hal

rekrutmen pamong desa atau pengangkatan perangkat ohoi,

sehingga sesuai dengan landasan konstitusi perundang-

undangan, dan tidak mengabaikan kualifikasi-kualifikasi

pendidikan serta keahlihan dari calon pamong desa

(Perangkat Ohoi) yang mana nantinya memiliki peran

penting untuk menjalankan aktivitas pemerintahan Ohoi

sehingga terwujudnya Good Governance (Tata Kelolah

Pemerintahan yang baik) dan menghasil Good Government

(Pemerintahan yang baik).

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Kerangka Teori

A. Pengertian Peran

Peran menurut Riyadi (2002:138)Peran dapat di artikan

sebagai oreantasi dan konsep dari bagian yang di mainkan oleh

suatu pihak dalam oposisi sosial,dengan peran tersebut baik itu

individu maupun organisasi akan berprilaku sesuwai dengan

harapan orang atau lingkungannya, Peran juga di artikan sebagai

tuntutan yang di berikan secara struktur (norma-norma, harapan,

tabu tanggung jawab dan lainya dimana terdapat tekanan dan

kemudahan yang menghubungkan pembimbing dan mendukung

fungsinya dalam mengorganisasi, peran merupakan seperangkat

perilaku dengan kelompok, baik kecil maupun besar, yang

kesemuanya mempunyai peran. Indikator peran sebagai berikut:

1. Oreantasi

Oreantasi adalah peninjauan untuk menentukan sikap ,arah,

tempat dan sebagainya yang tepat dan benar atau

pandangan yang mendasarkan pikiran,perhatian dan

kencendrungan.

2. Organisasi

Organisasi menurut (Robbins 1994:4) adalah kesatuan

sosial yang di koordinasikan secara sadar,dengan sebuah

batasan yang relatif dapat di identifikasi,yang bekerja atas

8
dasar yang relative terus menerus untuk mencapai suatu

tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

3. Tanggung jawab

Tanggung jawab menurut (Burhanudin 2000) menjelaskan

bahwa tanggung jawab adalah kesanggupan untuk

menetapkan sikap terhadap suatu perbuatan yang di emban

dan kesanggupan untuk memikul resiko dari suatu

perbuatan yang di lakukan.

4. Fungsi

Fungsi menurut (Zainal 2008:22) yaitu fungsi adalah rincian

tugas yang sejenis atau erat hubungannya satu sama lain

untuk di lakukan oleh seorang pegawai tertentu yang

masing-masing berdasarkan sekelompok aktifitas menurut

sifat atau pelaksanaanyaPeran berarti sesuatu yang

dimainkan atau dijalankan.Peran didefinisikan sebagai

sebuah aktivitas yang diperankan atau dimainkan oleh

seseorang yang mempunyai kedudukan atau status sosial

dalam organisasi.

Peran adalah aktivitas yang dijalankan seseorang atau suatu

lembaga atau organisasi. Peran yang harus dijalankan oleh suatu

lembaga atau organisasi biasanya diatur dalam suatu ketetapan yang

merupakan fungsi dari lembaga tersebut. Peran itu ada dua macam

yaitu peran yang diharapkan (expected role) dan peran yang

9
dilakukan (actual role). Dalam melaksanakan peran yang diembannya,

terdapat faktor pendukung dan penghambat.

Peran menurut Koentrajaraningrat, berarti tingkahlaku individu

yang memutuskan suatu kedudukan tertentu, dengan demikian

konsep peran menunjuk kepada pola perilaku yang diharapakan dari

seseorang yang memiliki status/posisi tertentu dalam organisasi atau

sistem. Menurut Abu Ahmadi peran adalah suatu kompleks

pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan

berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi

sosialnya.

Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto, yaitu peran

merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang

melaksankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,

maka ia menjalankan suatu peranan. Peran merupakan aspek yang

dinamis dari kedudukan (status). Apabila seorang yang melakukan

hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia

menjalankan suatu peran. Sedangkan kewajiban adalah segala

sesuatu yang harus dilakukan oleh setiap orang dalam menjalankan

kehidupannya.

Dalam kamus bahasa Indonesia juga dijelaskan bahwa peran

adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu

peristiwa. Menurut Soerjono Soekanto (2002:243) peran merupakan

aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan

10
suatu peranan. Sedangkan status merupakan sekumpulan hak dan

kewajibanyang dimiliki seseorang apabila seseorang melakukan hak-

hak dan kewajiban-kewajiban sesuai kedudukannya, maka ia

menjalankan suatu fungsi. Hakikatnya peran juga dapat dirumuskan

sebagai suatu rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu

jabatan tertentu.

Kepribadian seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran

itu harus dijalankan atau diperankan pimpinan tingkat atas, menengah

maupun bawahannya mempunyai peranan yang sama. Peran

merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang

yang menempati suatu posisi didalam status social. Adapun syarat-

syarat peran dalam Soerjono Soekanto (2002:243) mencakup tiga hal

penting yaitu : Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan

posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti

ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing

seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat

dilaksanakan oleh individu-individu dalam masyarakat sebagai

organisasi. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu, yang

penting bagi struktur social masyarakat. Menurut Veithzal Rivai

(2004:148) peranan diartikan sebagai perilaku yang diatur dan

diharapkan seseorang dalam posisi tertentu. Miftha Thoha (2005:10)

peranaan sebagai suatu rangkaian perilaku yang timbul karena suatu

jabatan.Jadi, peran adalah suatu rangkaian kegiatan yang teratur

11
yang ditimbulkan karena suatu jabatan.Manusia sebagai makhluk

social memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok. Salam

kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara anggota

masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat lainnya.

Timbulnya interaksi di antar mereka ada saling ketergantungan.

Dengan adanya saling ketergantungan tersebutlah maka suatu peran

tersebut akan terbentuk. Menurut J.Dwi Narwoko dan Bagong

Suyanto (2010:160) peranan dapat membimbing seseorang dalam

berperilaku, karena fungsi peran sendiri adalah sebagai berikut :

Memberi arah pada proses sosialisasi, pewarisan tradisi,

kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan, dapat

mempersatukan kelompok atau masyarakat, menghidupkan system

pengendalian dan control, sehingga dapat melestarikan kehidupan

masyarakat.

Peran atau role menurut Bruce J. Cohen, juga memiliki beberapa

jenis, yaitu: Peranan nyata (Anacted Role) yaitu suatu cara yang

betul-betul dijalankan seseorang atau sekelompok orang dalam

menjalankan suatu peran. Peranan yang dianjurkan ( Prescribed Role)

yaitu cara yang diharapkan masyarakat dari kita dalam menjalankan

peranan tertentu. Konflik peranan (Role Conflick) yaitu suatu kondisi

yang dialami seseorang yang menduduki suatu status atau lebih yang

menuntut harapan dan tujuan peranan yangsaling bertentangan satu

sama lain.

12
Kesenjangan peranan (Role Distance) yaitu pelaksanaan peranan

secara emosional. Kegagalan peran (Role Failure) yaitu kegagalan

seseorangan dalam mejalankan peranan tertentu. Model peranan

(Role Model) yaitu seseorang yang tingkah lakunya kita contoh, tiru,

diikuti. Rangkaian atau lingkup peranan (Role Set) yaitu hubungan

seseorang dengan individu lainnya pada dia sedang menjalankan

perannya. Dari berbagai jenis-jenis peran diatas, penulis

menggunakan jenis peran nyata (Anacted Role) yaitu satu cara yang

betul-betul dijalankan seseorang atau sekelompok orang dalam

menjalankan peran.

B. Pengertian Pemerintah

Pemerintah berasal dari suku kata “perintah” (to order) yang berarti

sesuatu yang harus dilaksanakan atau sistem menjalankan wewenang

dan kekuasaan mengatur kehidupan sosial, ekonomi dan politik suatu

negara atau bagian-bagiannya. Jadi pemerintah adalah badan, organ,

atau lembaga yang mempunyai kekuasaan untuk memerintah dalam

suatu negara. Sedangkan pemerintahan adalah keseluruhan aktivitas

(tugas, fungsi, kewenangan) yang dilaksanakan secara terorganisir

oleh badan, organ atau lembaga pemerintah demi tercapainya suatu

negara.

Pemerintah menurut Sudiranata adalah organisasi yang

mempunyai kekuatan besar dalam suatu negara, mencakup urusan

masyarakat, teritorial dan urusan kekuasaan dalam rangka mencapai

tujuan negara. Dengan demikian, pada umumnya Pemerintah adalah

13
sekelompok individu yang mempunyai wewenang tertentu untuk

melaksanakan kekuasaan atau sekelompok individu yang mempunyai

dan melaksanakan wewenang yang sah dan melindungi serta

meningkatkan melalui perbuatan dan pelaksanaan berbagai

keputusan yang dibuat pemerintah berdasarkan perundangundangan

baik tertulis maupun tidak.

Menurut Strong, pemerintahan dalam arti luas mempunyai

kewenangan untuk memelihara kedamaian dan keamanan negara,

kedalam dan keluar. Oleh karena itu pertama harus memiliki kekuatan

militer atau kemampuan untuk mengendalikan angkatan perang, yang

kedua harus memiliki kekuatan legislatif atau dalam arti pembuatan

undang-undang, yang ketiga harus memiliki kemampuan untuk

mencukupi keuangan masyarakat dalam rangka membiayai ongkos

keberadaan Negara dalam menyelenggarakan peraturan, hal tersebut

dalam rangka penyelenggaraan Negara.

Menurut Iver pemerintahan itu adalah sebagai organisasi dari

orang-orang yang mempunyai kekuasaan, bagaimana manusia itu

bisa diperintah. Menurut Finer, pemerintahan harus mempunyai

kegiatan terus menerus (prosecc), wilayah negara tempat kegiatan itu

berlansung (state), pejabat yang memerintah (the duty) dan cara,

metode serta system (manner, method, and system) dari pemerintah

terhadap masyarakatnya.

Pemerintah dalam lingkup pengertiannya dibagi dalam dua jenis

yaitu: Pemerintah dalam arti luas : menunjuk pada aktivitas (tugas,

14
fungsi dan kewenangan) yang dilaksanakan secara terorganisir oleh

lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Contoh : Presiden, Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung,

Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial.

Pemerintah dalam arti sempit : menunjuk pada aktivitas (tugas,

fungsi dan kewenangan) yang dilaksanakan secara terorganisir

khusus oleh lembaga eksekutif. Menurut Strong mengatakan bahwa,

pemerintahan dalam arti luas mempunyai kewenangan untuk

memelihara kedamaian dan keamanan negara, kedalam dan keluar.

Oleh karena itu pertama harus memiliki kekuatan militer atau

kemampuan untuk mengendalikan angkatan perang, yang kedua

harus memiliki kekuatan legislatif atau dalam arti pembuatan undang-

undang, yang ketiga harus memiliki kemampuan untuk mencukupi

keuangan masyarakat dalam rangka membiayai ongkos keberadaan

Negara dalam menyelenggarakan peraturan, hal tersebut dalam

rangka penyelenggaraan Negara.

C. Pengertian Desa

Menurut Paul H. Landis, desa adalah ruang dimana hubungan

sosial bercirikan intensitas tinggi dengan jumlah penduduk kurang dari

2500 jiwa.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah

kesatuan wilayah dengan banyak keluarga dengan sistem

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh kepala desa) atau desa adalah

kumpulan rumah di luar kota yang membentuk satu kesatuan.

15
Undang-Undang Pemerintahan Daerah Nomor 23 Tahun 2014 Pasal

1, Desa adalah desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut, adalah kesatuan masyarakat hukum yang batas

wilayahnya berwenang untuk mengatur, mengatur, dan mengurus

urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat atas

prakarsa masyarakat, hak asal usul dan/atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Republik

Indonesia Serikat.

1. Desa menurut Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 1, Desa adalah Desa dan Adat atau yang disebut dengan

nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang batas wilayahnya berwenang

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, urusan daerah

kepentingan masyarakat berdasarkan Kehidupan masyarakat

desa dianggap sangat dekat dengan alam. Dengan demikian,

pekerjaan-pekerjaan ditata menjadi homogen dan bergantung

pada bidang pertanian, peternakan, dan perikanan.

2. Kepadatan penduduk relatif rendah, rasio penduduk antar

wilayah rendah, ditunjukkan dengan masih adanya rumah-

rumah di desa dengan pekarangan yang tidak berdekatan

dengan tetangga.

3. Ciri desa selanjutnya adalah interaksi masyarakat desa lebih

intens. Selain itu, komunikasi juga bersifat personal agar kita

saling mengenal dan saling membantu.

16
4. Masyarakat desa juga memiliki semangat solidaritas yang

sangat kuat. Hal ini terjadi karena penduduk desa memiliki

tujuan ekonomi, budaya dan kehidupan yang sama.

5. Mobilitas masyarakat desa juga cenderung rendah. Memang,

terbatasnya lapangan kerja dan ikatan masyarakat membuat

penduduk desa jarang bepergian atau pergi ke tempat yang

jauh.

Adapun Fungsi-fungsi dari desa itu sendiri yaitu yang pertama

prakarsa masyarakat, hak adat atau hak tradisional yang diakui dan

dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik

Indonesia. Desa memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan

perkotaan, dimana ciri-ciri desa adalah sebagai berikut:

bahwa Desa sebagai Hinterland, salah satu fungsi desa yaitu

sebagai hinterland atau penyangga yang mensuplai kebutuhan pokok

seperti beras, jagung dan ubi kayu. Tidak hanya itu, desa ini juga

menyediakan banyak makanan lain seperti kacang-kacangan, kedelai,

sayur mayur dan buah-buahan segala jenis.

Selanjutnya, desa dari segi potensi ekonomi berfungsi sebagai

lumbung bahan baku dan tenaga kerja. Mengenai kegiatan pekerjaan,

desa adalah desa pertanian, desa produksi, desa nelayan dan desa

industri. Yang kedua bahwa Desa sebagai pelestari kearifan lokal.

fungsi desa selanjutnya adalah melestarikan kearifan lokal, ada

banyak budaya lokal yang masih ada di masyarakat pedesaan,dengan

adanya desa maka budaya lokal akan selalu terjaga dan akan terus

17
berkembang, selain itu, desa juga merupakan sumber produksi

pangan. Penghasil pangan ini diperoleh karena wilayah desa memiliki

bahan baku dan lahan pertanian yang lebih banyak. Sedangkan

pengelolaan dilakukan di dalam kota karena transportasi yang lebih

mudah dan teknologi yang lebih lengkap.

Yang ketiga bahwa Desa sebagai sumber tenaga kerja. Penduduk

desa yang hidup atas dasar gotong royong menjadi tenaga produktif

dan membangun tenaga atas dasar gotong royong dan saling

pengertian. Selain itu, desa juga menjadi sumber tenaga kerja bagi

kota. Tidak dapat dipungkiri bahwa penduduk desa bekerja di kota

sebagai buruh atau di sektor informal. Yang keempat bahwa Desa

Sebagai Mitra Pembangunan. Selain menjadi sumber tenaga kerja,

masyarakat pedesaan juga berperan sebagai mitra dalam

pembangunan perkotaan. Mitra ini cepat atau lambat akan

dilaksanakan, tergantung dari hubungan atau kemitraan yang

dilakukan oleh masyarakat di dalamnya.

Adapun jenis-jenis dari Desa, Jenis-jenis Desa diantaranya yaitu

Desa Swadaya. Desa Swadaya adalah desa yang penduduknya

masih menganut atau terikat dengan adat dan tradisi yang ada.

Tingkat pendidikan masih tergolong rendah, kesadaran akan

pentingnya pendidikan masih tergolong rendah. Desa Swadaya

bergantung pada sektor produksi untuk melayani kebutuhan utama

keluarga, tidak ada usaha produksi untuk melayani kebutuhan industri

18
atau kebutuhan pasar luar. Sehingga potensi yang dimiliki desa tidak

dapat dimanfaatkan secara optimal.

Ciri-ciri Desa Swadaya adalah sebagai berikut: Mata pencaharian

masyarakat desa swadaya masih homogen dan bersifat agraris, desa

masih tertutup terhadap “pengaruh” lingkungan luar, teknologi yang

digunakan masyarakat masih lemah; teknologi pertanian atau bahkan

industri, populasinya kecil; populasinya masih sangat sedikit, dalam

kehidupan publik dan pribadi, patuhi adat istiadat, hubungan antar

kelompok atau interaksi sosial sangat erat, keluarga memiliki fungsi

pengawasan sosial, keberadaan sarana dan prasarana sangat tidak

memadai, desa atau kawasan tersebut masih terisolasi dari desa atau

kawasan lain, dan Desa bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

“Kebutuhan pangan” masih terpenuhi di desa itu sendiri.

Sedangkan ciri Desa Swakarya adalah desa yang sedang dalam

proses pembangunan dengan tingkat kemajuan yang lebih tinggi dari

desa swadaya. Pada desa yang swakarya keberadaan adat-istiadat

dalam masyarakat mulai atau sedang mengalami peralihan atau

transisi, pada desa yang mandiri pengaruh luar mulai masuk,

kemudian mengubah cara berpikir desa. Desa Swakarya juga ditandai

dengan keragaman pekerjaan masyarakat, mata pencaharian

masyarakat mulai berkembang tidak hanya di wilayah utama tetapi

juga di wilayah sekunder. Selanjutnya perkembangan sarana dan

prasarana desa juga mulai dirasakan, dimana keberadaan sarana dan

prasarana tersebut menunjang produktivitas masyarakat desa dalam

19
hal pekerjaan dan kehidupan bermasyarakat. Desa Swakarya juga

biasa dipahami sebagai desa transisi atau peralihan dari desa mandiri

menjadi desa mandiri.

Adapun Ciri-ciri dari Desa Swakarya sebagai berikut yaitu: Tingkat

pendidikan masyarakat mulai meningkat, kesadaran akan pentingnya

pendidikan mulai meningkat, jumlah penduduk melebihi desa

Swadaya dan penduduk mulai berdatangan dari luar desa

(pendatang), kebiasaan dan adat istiadat masih hidup tetapi tidak

sepenuhnya mengikat, adanya teknologi mulai dimanfaatkan dalam

kehidupan atau aktivitas sehari-hari, tingkat perekonomian mulai

tumbuh secara bertahap menjadi lebih baik, dirasakan sarana dan

prasarana seperti jalan dapat menjadi penghubung ke daerah lain dan

membuka jalur ekonomi, desa Swadaya tidak lagi terisolasi seperti

Desa Swakarya, meskipun akses ke jantung perekonomian tidak

sepenuhnya mulus, dan kegiatan produksi masyarakat tidak lagi

hanya melayani kebutuhan pokok tetapi juga ke arah kebutuhan

sekunder.

Adapun ciri Desa Swasembada sering dianggap sebagai label desa

berkembang atau desa maju. Dari segi makna, desa swasembada

adalah desa yang lebih maju dari desa mandiri dan tidak lagi terikat

adat. Di desa swasembada ini, masyarakat memiliki kemampuan

untuk memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam atau

potensi lokal desa, terkait dengan kegiatan pembangunan

lokal/daerah. Masyarakat memiliki tingkat pendidikan dan kesadaran

20
yang tinggi dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan atau

meningkatkan potensi desanya menjadi desa yang tumbuh, desa yang

maju dan mandiri.

Ciri-ciri Desa Swasembada adalah: Desa swasembada memiliki

jumlah penduduk yang relatif besar, sehingga pemukiman mulai

padat, masyarakat sudah tidak terikat lagi dengan dengan adat

istiadat, sudah fleksibel, dari segi lokasi, desa swasembada biasanya

berada di ibu kota kabupaten, memiliki pekerjaan umum yang

memadai, peralatan dan infrastruktur yang lengkap, masyarakat

berpartisipasi secara aktif dan efektif, kesadaran dan minat

masyarakat terhadap pembangunan dan pengembangan desa

berteknologi tinggi, masyarakat yang beragam; tingkat pendidikan dan

latar belakang (ada banyak komunitas imigran),dan kegiatan ekonomi

masyarakat berkembang dengan berbagai cara, baik produksi primer

maupun produksi sekunder, tidak hanya barang tetapi juga jasa.

Desa memiliki Otonom atau biasa disebut dengan Otonomi Desa.

Menurut Candra Kusuma Putra dalam artikelnya di jurnal

“Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa” menyatakan bahwa

desa adalah sekumpulan orang yang bermukim bersama atau suatu

wilayah, memiliki seperangkat peraturan berada di wilayah kepala

suku terpilih dan kelompok otonom. Dengan demikian, dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, otonomi diakui

dan pemimpin melalui pemerintah dapat diberdayakan untuk

21
melimpahkan wewenang kepada pemerintah atau pemerintahan

daerah untuk melaksanakan beberapa pekerjaan pemerintahan

dengan baik.

Dalam pengertian dan Undang-Undang tentang desa adalah

masyarakatnya sendiri, yaitu masyarakat yang berpemerintahan

sendiri dengan kesadaran bahwa desa berhak mengatur dan

mengatur kepentingan masyarakat sesuai dengan kondisi setempat

dan kondisi sosial budaya, maka status desa otonom memang sangat

strategis, sehingga ‘perlu diperhatikan’. Karena otonomi desa yang

kuat akan sangat mempengaruhi pencapaian otonomi daerah.

Dengan demikian, dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia diakui adanya otonomi dan pemimpin melalui

pemerintah dapat diberi wewenang untuk memberi wewenang kepada

pemerintah atau pemerintahan daerah untuk menyelenggarakan

sejumlah pemerintahan tertentu.

Basis ideologis peraturan menyangkut keragaman, partisipasi,

kemandirian sejati, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat.

Pemerintahan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun

2005 adalah pemerintah dan badan penasihatnya yang

menyelenggarakan pekerjaan pemerintahan dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul

dan adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

22
Ini adalah kegiatan pemerintahan, lebih jelasnya pemikiran ini

didasarkan pada kinerja pemerintahan (disingkat administrator), atau

yang selalu disebut “Pemerintah”. Ketua adalah penegak kebijakan

sedangkan Badan Pertimbangan dan Badan Pengawas adalah

Pembuat Kebijakan (Peraturan).

Wewenang dan Tujuan Desa yaitu: secara hukum, desa memiliki

kewenangan yang sama seperti yang diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yaitu: melaksanakan

pekerjaan pemerintahan yang ada berdasarkan hak asal usul desa.

Menyelenggarakan pekerjaan pemerintahan di wilayah

kabupaten/kota yang kegiatannya dilimpahkan kepada desa,

khususnya pekerjaan pemerintahan yang secara langsung dapat

meningkatkan pelayanan masyarakat, pengelolaan bersama oleh

pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten atau kota,

dan pekerjaan pemerintah lainnya yang ditugaskan ke desa adalah

peraturan undang-undang.

Desa juga memiliki hak dan kewajiban yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yaitu Desa berhak

mengatur dan mengurus kemaslahatan masyarakat berdasarkan hak

asal usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat desa.,

membentuk dan mengelola kelembagaan desa, dan mendapatkan

sumber pendapatan.

Desa berkewajiban untuk menjaga dan memelihara kekompakan,

persatuan dan kerukunan masyarakat desa dalam rangka kerukunan

23
bangsa dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,

meningkatkan taraf hidup masyarakat desa dibandingkan dengan

Pembangunan Kehidupan Demokrasi, memberikan dan meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat desa.

Sedangkan tujuan dibentuknya desa adalah untuk meningkatkan

kemampuan menyelenggarakan pemerintahan secara efektif dan

efisien serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sesuai

dengan tingkat pembangunan dan kemajuan pembangunan.Dalam

proses pembangkitan pembangunan sampai ke tingkat basis,

beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk membentuk desa, yaitu:

Faktor jumlah penduduk, minimal 2500 jiwa atau 500 Kepala

Keluarga, faktor umum keterjangkauan dalam pelayanan dan

pengembangan masyarakat, faktor letak memiliki jaringan lalu lintas

dan komunikasi antar dusun, faktor infrastruktur, ketersediaan

transportasi, pemasaran, fasilitas sosial, produksi dan pemerintahan

desa. faktor sosial budaya, adanya keharmonisan dalam kehidupan

beragama dan kehidupan sosial dalam hubungan antara adat dan

tradisi, dan faktor kehidupan masyarakat, khususnya tempat mata

pencaharian masyarakat berada.

D. Pengertian Perangkat Ohoi

Perangkat desa merupakan bagian dari penyelenggara

pemerintahan yang tedapat didesa serta mempunyai tugas dalam

membantu seorang kepala desa dalam mejalankan tugas dan

wewenang kepala desa tersebut dalam melaksanakan pemerintahan

24
dari desa tersebut dan keperluan dari masyarakat di desa dimana

tempat tugasnya. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 06 Tahun

2014 tentang Desa dijelaskan bahwa kewenangan dalam

pengangkatan serta pemberhentian seorang bagian dari

pemerintahan desa adalah wewenang dari seorang kepala desa, akan

tetapi didalam melaksanakan wewenangnya itu tentunya seorang

kepala desa tetap harus sesuai dengan peraturan yang telah diatur

didalam undang-undang ataupun peraturan yang berlaku.

Perangkat desa merupakan bagian dari pemerintahan yang

bertugas pada pelayanan publik yang bertanggung jawab terhadap

pelayanan kepada masyarakat dimana tempat dia bertugas, seorang

perangkat desa juga ikut dalam membantu tugas yang dijalankan oleh

seorang kepala desa dalam memberikan pelayanan yang sesuai

dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat setempat, oleh sebab

itu seluruh perangkat desa juga diwajibkan mempunyai sebuah

komitmen, keahlian, keterampilan, perasaan dan perhatian yang tulus

serta juga memerlukan sebuah rasa peduli yang tinggi oleh seorang

perangkat desa guna melaksanakan tugasnya yaitu melayani

masyarakat dengan tujuan agar masyarakat yang dilayani

mendapatkan rasa yang nyaman dan puas dalam pelayanan yang

telah dilakukan dari perangkat desa tersebut sehingga dapat

memberikan solusi terhadap segala permasalahan yang terdapat di

desa tersebut.

25
Hasil dari penelitian yang penulis lakukan di lokasi masih ada

perangkat desa yang kurang tepat guna didalam melaksanakan tugas

mereka sebagai perangkat desa, memerlukan atau menghabiskan

waktu yang cukup lama, sikap yang kurang inisatif, serta belum

maksimal dalam menjalin hubungan kerja antara satu dengan yang

lainnya dan masih tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugasnya.

Hal ini memerlukan performa yang baik bagi perangkat desa tersebut

dalam melakukan tugas yaitu melayani masyarakat dimana tempat

mereka bekerja sebagai komitmen serta tanggung jawab mereka

sebagai seorang pelayan masyarakat.

Kinerja bisa diartikan sebagai sebuah dari pencapaian hasil kerja

sesuai dengan target yang telah di tentukan misalnya saja seorang

marketing yang wajib menjual sebuah produk dengan jumlah bnyak

dalam waktu satu bulan sehingga itu menjadikan kewajiban dari

seorang pekerja, begitu pula seorang perangkat yang wajib memiliki

target setiap kerjanya dalam jangka waktu tertantu, Kinerja adalah

suatu syarat yang wajib dipenuhi untuk terciptanya hasil yang

diperoleh baik yang berupa nilai ataupun yang berupa kualitas.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa Pasal 1, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum

yang memiliki tujuan bersama untuk hidup berdampingan guna

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan hak asal usul,

dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati negara

Sebagaimana termaksud dalam pasal tersebut mengandung artian

26
bahwa desa merupakan wilayah otonom pada tataran paling dasar

yang mendapat kewenangan khusus dalam proses mengatur rumah

tanganya sendiri.

Sebagai penyelengara pemerintahan, pemerintahan desa dikepalai

oleh seorang ketua atau kepala desa yang ditunjang oleh perangkat

desa sebagai bagian dari kesatuan dalam pengelolaan dalam

pemerintahan desa tersebut. Pemerintahan sangatlah diperlukan

dalam bernegara guna dalam mengatur, mengayomi dan mencukupi

kebutuhan dari rakyat dikarenakan sifat dasar negara yaitu memaksa,

menguasai, dan keduanya. Dengan hadirnya pemerintahan tersebut,

semua wilayah dan batas-batasnya dapat diatur, dikelola dan

memudahkan dalam melakukan pengawasan.

Setiap daerah mempunyai pemerintahan serta perangkat

pemerintahannya masingmasing dari desa/dusun, kelurahan,

kecamatan, kabupaten, provinsi, dan pemerintah pusat. Oleh karena

itu, kita wajib mengetahui pemerintah desa serta perangkat

pembantunya. Pemdes atau Pemerintahan Desa yaitu badan

pemerintah yang berwenang mengatur wilayah ditingkat desa.

Didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

tepatnya dalam pasal 4 menjelaskan bahwa: Memberikan

penghormatan serta pengakuan atas Desa yang sudah ada;

memberikan kejelasan tentang status dan kepastian hukum atas Desa

dalam sistem ketatanegaraan, menjaga dan memajukan adat, tradisi,

dan budaya, mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi

27
masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna

kesejahteraan bersama, membentuk Pemerintahan Desa yang

profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta bertanggung jawab;

meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa tersebut

untuk mempercepat perwujudan kesejahteraan umum; meningkatkan

ketahanan sosial budaya masyarakat untuk mewujudkan masyarakat

Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari

ketahanan nasional, memajukan perekonomian masyarakat Desa

serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; dan

memperkuat masyarakat Desa sebagai subyek pembangunan.

Pengaturan lebih jauh lagi tentang desa diterapkan oleh

Peraturan Daerah Kabupaten (Perda Kabupaten) sesuai dengan

Petunjuk Umum yang telah diatur oleh Pemerintah Pusat.

Pengelolaan pemerintahan desa tidak dapat dikeluarkan dari

pengelolaan otonomi daerah tersebut karena Pemerintahan desa

adalah bagian utama didalam pelayanan kepada masyarakat serta

bagian yang terpenting dalam keberhasilan semua program. Oleh

sebab itu, upaya untuk memperkuat desa merupakan bagian dari

langkah untuk dapat mempersingkat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat.

Pelaksanaan pemerintahan desa adalah bagian dari bentuk

pelaksanaan dari sebuah pemerintahan, sehingga desa memiliki

kekuasaan dalam mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakatnya sendiri. Guna mencapai pembangun dan dapat

28
melayani seluruh masyarakat dengan baik maka pemrintah desa wajib

meperhatikan tentan tata cara penyelenggaraan pmerintahannya

sehingga semua yang telah di rencanakan dpat berjalan dengan apa

yang telah disepakati sebelunnya, baik itu kepala desa, sekretaris

Desa, dan Badan Perwakilan Desa (BPD) harus benar-benar

memahami kapasitas yang menjadi kewenangan maupun tugasnya

masing-masing sehingga dalam menjaga hubungan baik dengan

masyarakat yang membantu dan mengembangkan desa.

Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa di Indonesia

memang seringkali mengalami masalah-masalah yang timbul terkait

dengan hubungan tersebut, termasuk tentang fasilitas umum untuk

masyarakat. Birokrasi buruk yang bahkan menjadi budaya seorang

perangkat adalah korupsi yang sering terji secara berjaam, masalah

ini yang sangat serius harus segera ditanggulangi, apalagi saat ini

desa menjadikan tujuan utama kucuran uang yang sangat banyak

yaitu 1 milyar dalam setahun, dengan demikian maka penting jaga

iman didalam profesi ini sangat rentan terjadi korupsi, maka

penaggulangan nya adalah dengan pengawasan yang terus diperketat

serta manganalisa seluruh kegiatan dan pengeluaran belanja desa

harus sesuai dengan anggar yang telah ditetapkan tidak boleh dibesar

besarkan.

Kejelasan tentang pengeleluaran ini menjdi fital terjadinya

korupsi, hal-hal seperti itu lah yang meninbulkan persoalan tidak

mencapaikemajuan penyelenggaraan pemerintahan. Kepala desa

29
harus terjun langsung dan mengatasi semua persoalan yang ada

dalam lingkup pemerintahan yang dipimpinnya Jika terjadi seperti ini.

Kepala desa sebagai pemimpin pemerintahan didaerah desa tersebut

diwajibkan dapat menggunakan peran serta tugasnya secara

sepenuhnya sebagai bagian dari seorang yang melayani kebutuhan

masyarakat ataupun menjadi sebagai penghubung yang bisa

memberikan jalan keluar terhadap segala permasalahan yang ada

didalam masyarakat, terlebih lagi yang mencakup lingkup wilayah

yang menjadi wewenangnya.

Masukan-masukan yang diberikan dari masyarakat ditempat dia

memimpin wajib untuk didengar dan tindak lanjutinya, supaya apa

yang menjadi tujuan dari penyelenggaraan pemerintahan bisa tercapai

sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Tidak hanya kepala

desa akan tetapi semua perangkat desa dituntut untuk melayani dan

mengabdi kepada masyarakat sesuai dengan tanggung jawab

dibidang tugasnya yang akan menunjang kelangsungan

pembangunan dan ketahanan nasional.

Didalam susunan desa, Kepala desa sebagai bagian tertinggi

memiliki peran dalam meningkatkan keahlian dalam melaksanakan

tugas dan fungsi dari perangkat desa, sehingga perangkat desa dapat

bekerja dengan lebih baik. Semua bagian dan semangat dalam

kemajuan desa harus ada tujuan yang diinginkan agar masalah dapat

terselesaikan yang ada di desa tersebut.

30
Dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014

Tentang Desa mengenai pelimpahan kewenangan dan hak penuh

terhadap desa, sehingga dengan hadirnya peraturan tersebut

diharapkan semua desa yang ada di Indonesia dapat menjadi mandiri

dan dapat mensejahterakan masyarakat desanya masing-masing.

Yang menjadi kesulitan terjadi mengenai daya muat maupun

kompetensi yang dimiliki oleh perangkat adalah kompetensi yng

sesuai dengan bidan masing masing sehingga seorang kepala desa

wajib selektif dalam memilih calon anggota pembantu

pememerintahan dengan menerapkan kompetensi yang sesuai

dengan profesi amanh yang akan di berikan, satu contoh seorang

kaur Humas wajib memiliki retorika yang baik sehingga dalam

manyanpaikan informasi kepada masyarakat bisa dengan jelas dan

mudah dipahami. Oleh karena itu, relasi antara masyarkat dan

perangkat ohoi menjadi harmonis, seorang kepala desa jangan

sampai memiliki niat untuk menjadikan dinasti dalam masa jabatannya

sehingga mereka yang bekerja tidak memiliki kapasitas dalam

bidangnya sehingga pelayanna menjadi tergangu dan masyrakat

merasa kecewa.

E. Pengertian Pengangkatan Perangkat Desa

Pengangkatan Perangkat Desa Perangkat Desa Non ASN (Non

Aparatur Sipil Negara) yang hakikatnya berbakti untuk mengabdi

kepada masyarakat dimana tempat bekerja dalam bidang

pemerintahan dan sosial serta memajukan ekonomi pedesaan.

31
Pelayanan para Perangkat Desa Non ASN ini harus sangat

diapresiasi dibidang tersebut dikarenakan tugas nya sebagai pelayan

masyarakat. Dengan pelayanan kepada masyarakat tersebut,

mereka juga mendapatkan hak kemasyarakatan berupa penggunaan

tanah desa sebagai bentuk penghargaan masyarakat desa terhadap

kinerja mereka.

Kebiasaan pengangkatan Perangkat Desa Non ASN pada

masing-masing wilayah mempunyai berbagai metode. Ada yang

mengunakan metode ditunjuk langsung olek Kepala Desa yang

bersangkutan, ada pula dengan metode jalur ujian umum tertulis,

serta ada juga yang melalui metode penunjukan langsung akan

tetapi sampai hari ini, kebiasaan buruk yang seakan sudah menjadi

tradisi system penerimaan perangkat desa yang tidak transparan

sering menjadikan ini dasar sengketa antara kepala desa dan Badan

Perwakilan Desa (BPD) seorang kepala desa yang memiliih kuasa

penuh sering kali dilangkali oleh badan pengawas yang mengangkat

perangkat tanpa seizin kepala sedangkan dalam peraturan

kemendagri bahwa seorang perangkat desa adalah hak progretif dari

kepala desa yang kemudian didiskusikan oleh camat yang telah

mendapatkan persetujuan.

Mekanisme seseorang bisa menjadi perangkat desa sudah

tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun

2015, dimana dalam PERMENDAGRI sudah jelas bagai mana cara

dan sistematis menjadi seorang perangkat desa, Metode

32
pengangkatan Perangkat Desa disebutkan dalam Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015 yaitu: Seorang Kepala Desa

wajib memiliki yang terdiri dari sekertaris aserta minimal 1 orang

onggota, kepala Desa melaksanakan seleksi yang ditugakan kepada

panitia seleksi, seleksi penerimaan perangkat baru maksimal 2 bulan

setelah berakhir masa jabantan sebelumnya; hasil minial memiliki 2

persetujuan antara kades dan camat, Camat memberikan

mengusulkan tertulis terhadap bakal calon pegawai Desa maksimal 7

(Tujuh) hari masa kerja; usulan yang diberikan Camat setuju atau

tidaknya tergantung dengan syarat tertentu; setelah Camat

menyutuju seorang Kepala Desa menerbitkan Keputusan

Pengangkatan Perangkat Desa dan, saran usulan Camat berisi

penolakan, Kepala Desa melakukan seleksi dan penyaringan

kembali calon Perangkat Desa.

E. Pengertian Pemberhentian Perangkat Desa

Seorang kepala desa jika ingin memberhentikan seorang

perangkat desa harus sesaui dengan kepastian dan hukum yang

terlah ditetapkan. Menteri Dalam Negeri sudah mengeluarkan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2017 Tentang tata

cara Pengangkatan Dan Pemberhentian Perangkat Desa. Sesuai

dengan Permendagri tersebut dijelaskan bahwa perangkat desa

berhenti karena 3 (tiga) sebab yaitu : Meninggal dunia; atas

permintaan sendiri, dan karena diberhentikan. Sesuai dengan poin 3

diatas Perangkat Desa yang diberhentikan karena: Usia telah genap

33
60 (Enam Puluh) Tahun; telah diputus peradilan umum dengan

kurungan 5 tahun, berhalangan tetap; tidak memenuhi syarat

melanggar larangan sebagai Perangkat desa .

Perangkat yang dirasa sudah tidak produktif baik dari segi usia

atupun kinerja wajib dilakukan pemberhentian hubyngan kerja

karena sangant menhambat pelerjaan guna menjlakan pemerintahan

desa, untuk memberhentikan seorang perangkat maka kades wajib

mengirimkan surat yang disampaikan kepada Camat paling lambat

14 (Empat Belas) hari setelah ditetapkan.

Kewenangan Kepala Desa dalam Pemberhentian Perangkat

Desa Kepala Desa memiliki wewenang didalam mengangkan

maupun dalam memberhentikan perangkat desanya hal ini terlah

diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Penyebab pemberhentian mengenai perangkat desa dijelaskan

didalam Pasal 53 yang mana disebabkan oleh: Meninggal dunia;

permintaan sendiri atau diberhentikan Dari penjelasan yang ada

diatas pemberhentian perangkat desa yang dijelaskan dengan dasar

kewenangan untuk mengeluarakan surat keputusan sesuai dengan

Pasal 52 ayat (2) yang menyebutkan bahwa perangkat Desa dipecat

karena Memasuki masa pensiun Usia 60 tahun;

Kemudian Tidak ASN; Sudah tidak masuk keriteria pegawai desa

produktif Melanggar ketentuan peraturan yang telah ditetapkan

Penyebab diberhentikan perangkat desa yang telah dijelaskan atas

dasar SK kepala desa dengan tata cara ynag diterangkan dalam

34
Pasal 53 ayat (3) yang menyebutkan bahwa perangkat desa yang

diberhentikan berdasarkan keputusan oleh seorang kepala desa

yang mana kepala desa tersebut berkonsultasi kepada seorang

camat atas nama bupati/walikota.

Dari penjelasan tersebut dapat kita tahu bahwa kepala desa

wajib memberikan alas an yang jelas dalam menberhentikn jajaran

yang menbentunya tidak apat seenaknya dengan asal diberhentikan

terkecuali seorang perangkat desa melanggar yang telah di

tetapakan desa, larangan sebagai perangkat desa disebutkan dalam

Pasal 51 Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa yaitu:

Merugikan masyarakat, membuat praturan yang bisa tercipta

korupsi,kolisi,nepotisme, menyalahgunakan wewenang, tugas, hak,

serta kewajiban;Membedakan atar warga msyarakatnya,

meresahkan sekelompok masyarakat Desa; melakukan kolusi,

korupsi, dan nepotisme, dan menjadi penjara( mencuri,korupsi,)

Bagi perangkat yang diberhentikan sementara ayat (2) diatas

diputus bebas atau tidak terbukti bersalah oleh Pengadilan dan telah

berkekuatan hukum tetap atau inkrah dikembalikan kepada

jabatannya semula.pemeberhentian perangkat desa dapat sesuai

dengan persturan yang telah disepakati bersama sebelunya yang

telah disetujuan badan pengawas desan dan disetujui oleh kepal

desa itu sendiri, sehingga kewenangan tersebut baru dapat melekat

kepada kepala Desa apabila syarat pemberhentian dan perturan

yang telah ada tersebut dapat dipertimbangkann tentang

35
pemberhentian telah tepat dalam penerapanya sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

Sebab pemberhentian harus sesuai dengan ketentuan yang

telah disepakati sebelumya dan sesuai dengan peraturan pertauran

yang ada tidak hanya dengan kemaan seorang kepala desa sendiri,

sehingga dengan dasar dasar yang ada tersebut maka kehidupan

masyarakat tidak terganggu dan dapat hidup rukun berdampingan

dengan aman nyaman tentram dan dapat mewujudakan tujuan

bersama yaitu mamkkmurkan masyarakat terutama desanya sendiri.

Kunci utama dalam pembangunan sebuah desa adalah dengan

adanya SDM yang memiliki kapasitas didalam bidang bidangnya

masung masng sehingga pelayanan yang memuaskan bagi segenap

masyarkat Desa, jika dinilai kinerja baik maka diberhentiknnya

seoerang perangkat pembentuk tidak akan terjadi, pemutusan

perjanjian anatra kades dan perangkat biasa menimbulkan masalah

yang justru akan menjadi awal kondisi dimana masyarakat yang tidak

stabil dan memicu konflik antara satu sama lainnya.

Seorang perangkat desa memiliki tugas yang begitu penting bagi

berlangsungnya pemerintahan peraturan desa yang kedepaus wajib

menguasai tugas dan jabatan yang telah diberikan oleh seorang

kepala desa, beban amanah ini yang sagant harus dijaga karena

menyangkut nilai nilai kepercayaan dari masyarakat, salah satu

contoh dari tugas perangkat desa adalah kaur hubungan

masyarakat, dimana perangkat ini harus banyak melakukan

36
sosialisai keluhan warga yang lngsung dapat terjun observasi

kelapangan guna menjalin hubungan masyarakat dengan

pemerintahan desa menjadi lebih mudah, sehingga pelayanan sipil

kelurahan ataupun desa dapat berjalan dengan baik. Bukan hanya

tentang pelyanan kepada warga namun juga harus menjadikan

seluruh pemerintah dapat berjalan dengan lancar, maka disini peran

seorang pemimpin sangan di perlukan bahkan sangat vital bagi

kelangsungan kinerja para pembantunya ataupun perangkat, karena

secara peraturan pengankatan dan pemiihan peramgkat adalah hak

perogratif seorang kepala desa.

F. Kerangka Pikir

PERAN PEMERINTAH OHOI DALAM


PENGANGKATAN PERANGKAT
OHOI

TEORI PERAN

(RIYADI 2022)

ORIENTASI

ORGANISASI

TANGGUNGJAWAB

FUNGSI

PERAN PEMERINTAH OHOI


OHOIFAU
37
Berdasarkan skema di atas dapat di simpulkan bahwa fungsi dan

tanggung jawab pemerintah ohoi sangat penting dalam pengambilan

keputusan, guna untuk meningkatkan kepercayaan masyarat terhadap

pemerintah desa tersebut khususnya peran pemerintah di ohoi ohoifau

kecamatan kei besar utara timur, dalam pengakatan perangkat ohoi harus

dilakukan sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku,

pemerintah dituntut untuk mampu melayani dan bersikap transparan

dalam segala hal yang menyagkut kepentingan masyarakat di wilayah

tersebut.

G. Defenisi Operasional

No Variabel Indikator Sub Indikator


.

1. Peran
1.Organisasi - kedudukan (status)
pemerintah desa dalam
2.Tanggung jawab
pengambilan keputusan dalam
3.Fungsi 4.Oreantasi suatu organisasi pemerintahan
desa
-pengangkatan perangkat desa
oleh pemerintah Desa
- Tanggung jawab pemerintah
desa dalam pengambilan
keputusan dalam pengkatan
perangkat Desa
-Tujuan pemerintah desa dalam
pengakatan perangkat desa
-Pengawasan pelaksaan
pengangkatan perangkat desa
-Fungsi dan peran penting

38
pemerintah desa dalam
pengambilan keputusan
-Bagaimana strategi pemerintah
desa dalam pelayanan terhadap
masyarakat
- meninjau sejauh mana
pemerintah desa melibatkan
masyarakat dalam pengambilan
keputusan.
- melihat hasil dari pengambilan
keputusan oleh pemerintah
desa

39
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dan

bukannya menggunakan angka-angka sebagai alat metode

utamanya. Data-data yang dikumpulkan berupa teks, kata-kata,

symbol, gambar (Kaelan 2012:12). Dalam penelitian kualitatif,

peneliti mengumpulkan data berdasarkan pengamatan situasi yang

wajar(alamiah), sebagaimana adanya tanpa di pengaruhi atau

dimanipulasi (Nasution) 1992, dalam kaelan 2012:10). Oleh sebab

itu, penelitian ini dimaksudkan untuk memahami, menjelaskan dan

memperoleh gambaran (deskripsi) tentang peranan pemerintah ohoi

dalam pengangkatan perangkat ohoi(studi kasus di ohoi ohoifau,

kecamatan kei besar utara timur, kabupaten maluku tenggara)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di ohoi ohoifau, kecamatan kei besar utara

timur, kabupaten Maluku tenggara.

3.3 Waktu Penelitian

Waktu disesuaikan dengan jadwal akademik STIS Tual

3.4 Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik

terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan

informasi kepada peneliti. Dalam penelitian kualitatif posisi

narasumber sangat penting, sebagai individu yang sangat penting.

40
Informan merupakan tumpuan pengumpulandata bagi peneliti dalam

mengungkap permasalahan penelitian (Arikunto2010:188). Adapun

yang menjadi informan yang akan diwawancarai adalah Penjabat

Kepala Ohoi, tim penjaringan, BPD, tokoh masyarakat dan yang

tidak kalah pentingnya adalah masyarakat yang lebih mengetahui

masalah tersebut. Cara menentukan informan adalah dengan

menggunakan purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik dengan pertimbangan

tertentu, pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap

paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia

sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti menjelajahi

obyek/situasi sosial yang diteliti Sugiyono, (2012:219). Berdasarkan

hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, penentuan tehnik

sampel dalam penelitian menggunakan tehnik purposive sampling,

digunakan teknik purposive sampling ini karena informan ini

dianggap lebih tahu dan lebih faham terhadap masalah yang diteliti

dan dapat memberikan data yang lebih lengkap

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Sehubungan dengan wilayah sumber data yang dijadikan

subjek penelitian, maka dalam hal ini peneliti mengambil teknik

sample (sampling). Teknik sampel disini mengunakan purposive

sampling. teknik purposive sampling adalah teknik penentuan

sample dengan pertimbangan tertentu. (Gunawan, 2014:96), sampel

ini, lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian

41
yang tidak melakukan generalisasi. Adapun Teknik Observasi

sebagai berikut :

a. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan cara pengamatan secara

langsung atas segala sesuatu yang mempunyai kaitanya

dengan masalah penelitian yang diperkirakan sulit untuk

dinyatakan terhadap segala aktifitas tugas yang

menjalankan peran pemerintah ohoi dalam pengangkatan

perangkat ohoi (Studi kasus di ohoi ohoifau, kecamatan kei

besar utara timur, kabupaten Maluku tenggara).

b. Teknik Wawancara

Teknik wawancara merupakan pengumpulan data dengan

Tanya jawab antara dua orang yang dikerjakan sesuai

sistematis dan berlandaskan tujuan penelitian (Hadi,

2004:193). Wawancara dilakukan dengan beberapa

responden maupun informan, untuk mendapatkan data

yang dibutuhkan. Untuk mendapatkan data atau informasi

yang meyakinkan dan dapat di pertanggung jawabkan,

maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa

pihak yang terkait Pengangkatan Perangkat Ohoi.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data

melalui dokumen-dokumen yang ada pada Pemerintah ohoi

dengan meminta data-data tentang arsip-arsip mengenai

42
kinerja pemerintah yang dilakukan dan data lainnya yang

menunjang untuk validnya data yang dituangkan dalam

proposal ini.

3.5 Teknik Analisa Data

Dalam Sugiyono, (2016 :142) Analisis data dalam penelitian

kualitatif, di lakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan

setelah pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat

wawancara, peneliti sudah melakukan análisis terhadap jawaban

yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancari setelah

dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan

pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang di

anggap kredibel.

Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif

dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

data sudah jenuh. Aktifitas dalam análisis data, yaitu reduction, data

display, dan conclusión drawing (verification). Adapun teknik analisis

data sebagai berikut:

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperolah dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci, seperti telah

dikemukakan, semakin lama peneliti di lapangan, maka

jumlah semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu

segera dilakukan análisis data melalui reduksi data.reduksi

data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, fokus

43
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polananya.

Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila

diperlukan. Reduksi data dapat di bantú dengan peralatan

elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode

pada aspek-aspek tertentu.

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data kalau dalam penelitian kualitatif penyajian

data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie

chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data

tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola

hubungan, sehingga akan mudah di pahami. Dalam penelitian

kualitatif, penyajian data dapat dilakuakan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchard

dan dan sejenisnya.

c. Conclusión Drawing/Verification Langkah ke tiga dalam

penelitian kualitatif menurut Mules dan Huberman adalah

penarikan kesimpulan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah

bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data yang berikutnya. Tetapi

apabila kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal,

44
didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan pengumpulan data, maka kesimpulan

yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif

mungkin dapat jawab rumusan masalah yang di rumuskan

sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah

ditemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam

penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelah penelitian berada di lakukan

45
DAFTAR PUSTAKA

Ahmand Farouk,M Yasin dkk,2015,Anotasi Undang-undang No.6 tahun


2014 tentang Desa, PATTIRO,Jakarta.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Bintarto, R. 1997. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya.


Jakarta:Ghalia Indonesia.
Imam, Gunawan, 2014, Metode Penelitian Kualitatif, Bumi Aksara,
Surabaya.
Raga Maran, Rafael, 2001. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Riyadi, Slamet. 2000. Motivasi dan Pelimpahan Wewenang sebagai
Variabel Moderating dalam Rubungan Antara Partisipasi
Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajerial. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, Vol 3. No. 2: 134-150.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: PT Alfabet.
Sutarto, 2009, Dasar-dasar Organisasi, Gajah Mada Iniversity Press,.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai