Anda di halaman 1dari 21

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

“ARSITEKTUR AKUSTIK”
TAHUN AJARAN 2022-2023

i
DOSEN PENGAMPU:
FEBBY RAHMATULLAH MASRUCHIN, S.T, M.T.

KELOMPOK 4
NAMA MAHASISWA :
1. SUHARDI PRASETYO 1442200002
2. ANANTA YANUAR 1442200003
3. ACH. ZULKARNAIN 1442200004
4. AMIRUL HAKIKI 1442200005
5. GAIZKA ROYHAN ASTAWA 1442200069
6. KHOIRUL ANDRIYANI 1442200084
7. AZIZ ‘AZMI BHAGASKARA 1442200086
8. ANAK AGUNG ANASTHASIA HADI 1442200100
9. MOCH. ALFIN NURROHMAN 1442200124

ii
PENGANTAR

Akustika adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang


gelombang mekanik dalam gas, cairan, dan padatan termasuk
topik-topik suara, ultrasonik, dan infrasonik. Ilmuwan yang
bekerja di bidang akustika adalah seorang akustikan
sedangkan seseorang yang bekerja di Bidang teknologi
akustika dapat disebut sebagai seorang insinyur akustik.
Penerapan akustika hadir Di hampir semua aspek masyarakat
modern dengan yang paling jelas adalah industri audio dan
pengendalian kebisingan.
Mendengar adalah salah satu cara paling penting untuk
bertahan hidup di dunia hewan dan ucapan adalah salah satu
karakteristik paling khas dari perkembangan dan budaya
manusia. Karenanya, ilmu akustika menyebar ke banyak aspek
masyarakat manusia, musik, kedokteran, arsitektur, produksi
industri, peperangan, dan banyak lagi. Demikian pula, spesies
hewan seperti burung penyanyi dan katak menggunakan suara
dan pendengaran sebagai elemen kunci dalam ritual kawin
atau menandai wilayah. Seni, kerajinan, sains, dan teknologi
telah saling memprovokasi untuk memajukan satu sama lain
keseluruhan, seperti di banyak bidang Pengetahuan lainnya.
"wheel of acoustics" karya robert bruce lindsay adalah
gambaran umum yang Diterima dengan baik dari berbagai
bidang dalam akustika.
iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................... i


PENGANTAR............................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................. iii

BAB 1. TENTANG AKUSTIK ................................................. 1


1.1. Pengertian Akustik............................................................... 1
1.2. Sifat Akustik ........................................................................ 2
1.3. Sumber Dan Kenyamanan ................................................... 3
1.4. Pengaruh Akustik Dalam Arsitektur .................................... 4
1.5. Material Akustik .................................................................. 5

BAB 2. STRATEGI KENYAMANAN


DALAM ARSITEKTUR ......................................................... 10
2.1. Bentuk Ruang .................................................................... 11
2.2. Material Bangunan............................................................. 11
2.3. Penempatan Bahan Akustik ............................................... 11
2.4. Pemisahan Ruangan ........................................................... 11
2.5. Pengendalian Bunyi Ruang................................................ 11
2.6. Desain Ruang Terbuka ...................................................... 12
2.7. Penggunaan Teknologi ...................................................... 12
2.8. Pengujian Pemantau........................................................... 12

BAB 3. CONTOH IMPLEMENTASI ARSITEKTUR ........... 13


3.1. Perkembangan Akustik Gedung Pertunjukan .................... 13
3.2. Jenis-Jenis Gedung Pertunjukan ........................................ 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 17

iv
ARSITEKTUR AKUSTIK 1
BAB 1 TENTANG AKUSTIK

BAB 1. TENTANG AKUSTIK


1.1. Pengertian Akustik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, akustik
merupakan ilmu fisika yang mempelajari suara. Sedangkan
menurut Satwiko (2004 : 124), akustik berarti ilmu tentang
bunyi. Dengan demikian, sistem akustik adalah ilmu yang
mempelajari tentang mutu suara dan bunyi yang dihasilkan.
Akustik sendiri berhubungan dengan organ pendengar, suara,
atau ilmu bunyi. Sistem akustik dalam sebuah ruangan
merupakan keadaan sebuah ruang yang mempengaruhi mutu
bunyi yang terjadi di Indrani, Studi Penerapan Sistem Akustik
pada Ruang Kuliah Audio Visual 99 dalamnya. Akustik ruang
ini sendiri banyak dikaitkan dengan hal yang mendasar seperti
perubahan suara, karena pantulan dan juga gangguan suara
ketembusan suara dari ruang lain. Banyak material penyerap
yang sangat efektif untuk digunakan. Material-material tersebut
biasanya digunakan untuk memperjelas suara yang dihantarkan
dalam ruang atau juga mengurangi kejelasan suara yang timbul.
Menurut Satwiko (2004:125), bunyi adalah gelombang
getaran mekanis dalam udara atau benda padat yang masih bisa
ditangkap oleh telinga normal manusia, dengan rentang
frekuensi antara 20-20.000Hz. Namun, batasan-batasan ini
dapat menurun karena faktor usia dan faktor subjektif lainnya,
misalnya kebiasaan. Bunyi adalah suatu bentuk gelombang
longitudinal yang merambat secara perapatan dan
perenggangan terbentuk oleh partikel zat perantara serta
ditimbulkan oleh sumber bunyi yang mengalami getaran. Bunyi
tidak dapat terdengar pada ruang hampa udara, karena bunyi
membutuhkan zat perantara untuk menghantarkan bunyi, baik
zat padat, cair, maupun gas.
Frekuensi bunyi (sound frequency) sendiri berarti jumlah
getaran per detik dan diukur dengan Hz (Hertz). Semakin tinggi
frekuensi, semakin tinggi bunyi yang dihasilkan.
ARSITEKTUR AKUSTIK 2
BAB 1 TENTANG AKUSTIK
Frekuensi percakapan manusia berada pada 600-4000 Hz.
Telinga manusia paling peka terhadap rentang frekuensi antara
100-3200 Hz (panjang gelombang antara 10 cm ± 3 m).
Kepekaan telinga manusia berada untuk frekuensi yang
berbeda. Dengan energi yang sama, frekuensi tinggi lebih
mudah didengar, sedangkan frekuensi rendah merambat lebih
jauh.

1.2. Sifat Akustik


1.2.1. Echo adalah Pengulangan suara oleh refleksi dari gelombang
suara dari permukaan. Pengulangan atau tiruan adalah gaya
yang merupakan gema dari gaya sebelumnya. Echo juga
berarti suara yang terdengar lagi dekat dengan sumbernya
setelah tercermin. Kesalahan desain dapat menyebabkan
suara kabur atau bahkan echo. Ruang untuk speech sebaiknya
suara asli yang berasal dari sumber dan penggulangan
suaranya saling memperkuat (reinforcing). Reverberasi
adalah tingkat kedengungan suara atau bunyi. Dengung
sendiri memiliki pengertian yaitu pengulangan bentuk suara
yang dihasilkan dari refleksi gelombang suara. Waktu
dengung (reverberation time) adalah waktu yang diperlukan
oleh bunyi untuk berkurang 60 dB, dihitung dalam detik.
Dengung juga berarti konsekuensi jauh atau tidak langsung
dari beberapa tindakan. Pengukuran waktu dengung bisa
diukur dengan menggunakan perekam tingkat. Sebuah suara
keras diproduksi dan sebagai suara mati menghilangkan jejak
pada perekam tingkat akan menunjukkan kemiringan yang
berbeda. Analisis waktu kemiringan ini mengungkapkan
waktu dengung diukur. Rumus perhitungan untuk waktu
dengung menurut (Doelle, 1972:57) adalah:

Gambar 1.1. Rumus perhitungan untuk waktu dengung.


ARSITEKTUR AKUSTIK 3
BAB 1 TENTANG AKUSTIK
1.2.1. Pemantulan Gelombang Bunyi
Mengapa saat Anda berteriak di sekitar tebing selalu ada
bunyi yang menirukan suara Anda tersebut? Mengapa suara
Anda terdengar lebih keras Ketika berada di dalam gedung?
Kedua peristiwa tersebut menunjukkan bahwa bunyi dapat
dipantulkan. Bunyi pantul dapat memperkuat bunyi aslinya.
Itulah sebabnya suara musik akan terdengar lebih keras di
dalam ruangan daripada di lapangan terbuka.

1.2.2. Pembiasan Gelombang Bunyi


Sesuai dengan hukum pembiasan gelombang bahwa
gelombang yang datang dari medium kurang rapat ke medium
lebih rapat akan dibiaskan mendekati garis normal atau
sebaliknya. Pada siang hari, suhu udara di permukaan lebih
tinggi daripada di atasnya. Hal tersebut menyebabkan lapisan
udara pada bagian atas lebih rapat daripada di bawahnya.
Sehingga, pada siang hari arah rambat bunyi dibiaskan
menjauhi garis normal (melengkung ke atas). Akibatnya, suara
teriakan yang cukup jauh pada siang hari terdengar kurang jelas.
Sebaliknya, pada malam hari lapisan udara di permukaan lebih
rapat daripada di atasnya. Sehingga, arah rambat bunyi
dibiaskan mendekati garis normal (melengkung ke bawah).
Akibatnya, suara teriakan yang cukup jauh pada malam hari
terdengar lebih jelas.

1.3. Sumber Dan Kenyamanan


suara yang nyaman untuk telinga manusia adalah suara
dengan intensitas antara 30-50 dB. Suara dengan intensitas ini
biasanya berasal dari percakapan biasa, suara hujan, atau suara
alam yang tenang. Suara dengan intensitas ini tidak akan
menyebabkan kerusakan pada telinga atau gangguan
pendengaran 123.
Suara yang terlalu keras atau berlebihan dapat menyebabkan
pencemaran suara, yang dapat merusak pendengaran,
menimbulkan stres, gangguan tidur, hipertensi, dan bahkan
kematian 4. Menurut World Health Organization, tingkat
ARSITEKTUR AKUSTIK 4
BAB 1 TENTANG AKUSTIK
volume suara yang aman untuk telinga kita adalah di bawah 85
dB untuk durasi maksimal delapan jam. Apa pun di atas 85 dB
untuk jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan
sementara pada jaringan telinga yang sensitif atau bahkan
gangguan pendengaran permanen 4. Untuk durasi waktu yang
singkat, suara hingga 120 dB dapat ditahan dan juga dianggap
aman oleh organisasi kesehatan dunia, tetapi sekali lagi,
mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi seperti itu pada
interval reguler durasi waktu yang lama sama sekali tidak aman
dan membuat telinga rentan terhadap gangguan pendengaran
permanen 2.
Beberapa contoh suara dengan intensitas berbeda adalah
sebagai berikut:
a). Suara bisikan: sekitar 20 dB
b). Suara percakapan normal: sekitar 40-50 dB
c). Suara mesin penyedot debu: sekitar 70 dB
d). Suara sepeda motor: sekitar 90 dB
e). Suara gergaji: sekitar 110 dB
f). Suara kembang api: sekitar 150 dB
Untuk mengatasi pencemaran suara, dapat dilakukan
beberapa cara seperti menggunakan alat pelindung telinga,
mengurangi sumber bunyi bising, menanam pohon hijau, dan
mengatur tata ruang kota 4. Selain itu, disarankan juga untuk
melakukan pemeriksaan pendengaran secara rutin untuk
mengetahui kondisi telinga dan mendeteksi adanya gangguan
pendengaran sejak dini 5.

1.4. Pengaruh Akustik Dalam Arsitektur


1.4.1. Kualitas Audio:
Akustik yang baik dapat meningkatkan kualitas audio dalam
ruangan, seperti teater, aula, atau studio rekaman. Desain yang
tepat dapat mengurangi pantulan suara yang tidak diinginkan
dan meningkatkan klaritas suara.
ARSITEKTUR AKUSTIK 5
BAB 1 TENTANG AKUSTIK

1.4.2. Kenyamanan:
Suara yang tidak diinginkan atau bising dapat mengganggu
kenyamanan penghuni atau pengguna bangunan. Pengaturan
akustik yang baik dapat membantu mengurangi tingkat
kebisingan dalam ruangan dan menciptakan lingkungan yang
lebih nyaman.

1.4.3. Privasi:
Dalam beberapa kasus, penting untuk menjaga privasi dalam
suatu ruangan atau area. Akustik yang baik dapat mencegah
suara dari luar ruangan masuk ke dalam dan sebaliknya,
memberikan privasi kepada pengguna.

1.4.4. Pengurangan Eko:


Ruangan dengan akustik yang buruk dapat menghasilkan eko
yang mengganggu. Ini sering terjadi dalam ruangan besar
dengan permukaan keras yang banyak. Desain akustik yang
tepat dapat mengurangi atau menghilangkan masalah eko ini.

1.4.5. Kinerja Auditorium dan Teater:


Auditorium dan teater adalah contoh penting di mana akustik
berperan krusial. Desain akustik yang baik dapat meningkatkan
proyeksi suara, kejelasan pidato, dan pengalaman penonton.

1.4.6. Produktivitas di Tempat Kerja:


Lingkungan kerja yang memiliki akustik yang baik dapat
meningkatkan produktivitas karyawan. Reduksi kebisingan dan
peningkatan dalam komunikasi suara dapat membantu dalam
pencapaian tugas-tugas pekerjaan.

1.4.7. Ruang Ibadah:


Dalam gereja, kuil, atau tempat ibadah lainnya, akustik yang
baik dapat meningkatkan pengalaman ibadah. Kualitas suara
yang optimal dapat memastikan bahwa pesan dan musik dapat
didengar dengan jelas oleh jemaat.
ARSITEKTUR AKUSTIK 6
BAB 1 TENTANG AKUSTIK

1.4.8. Kesehatan Mental:


Lingkungan dengan akustik yang baik juga dapat
berkontribusi pada kesehatan mental. Kebisingan yang
berlebihan dapat menyebabkan stres dan gangguan tidur,
sementara akustik yang baik dapat menciptakan lingkungan
yang lebih tenang dan nyaman.

1.5. Material Akustik


1. Material Penyerap (Absorber)
Material penyerap digunakan jika di dalam ruang didinginkan
adanya pengurangan waktu dengung. Material penyerap ini juga
memiliki beberapa jenis :
a. Penyerap Berporos (Lunak) / Porous Absorber
Material ini biasa dianggap mampu menyerap bunyi dengan
baik. Namun jika dilihat lebih jauh bahwa bunyi memiliki sifat
yang berbeda-beda di masing-masing frekuensi, maka material
jenis ini cenderung baik dalam menyerap bunyi di frekuensi
tinggi (>1000Hz). Contoh dari material ini adalah panel akustik
fabrikasi seperti amrstrong acoustic panel / jayabell, mineral
wool seperti rockwool dan glass wool, dan karpet / fabric. Setiap
produk dan jenis material memiliki koefisien absorpsinya
masing-masing, namun kecenderungan penyerapan dapat dilihat
dalam gambar berikut :

Gambar 1.2. Kecenderungan Penyerapan Mineral Wool Dalam


Beberapa Perlakuan
Kecenderungan Penyerapan Mineral Wool Dalam
Beberapa Perlakuan material berporos memiliki
kecenderungan menyerap energi bunyi di frekuensi tinggi,
dalam gambar dicontohkan material berporos yaitu mineral
ARSITEKTUR AKUSTIK 7
BAB 1 TENTANG AKUSTIK
wool dalam berbagai perlakuan. Yang pertama (kiri) adalah
ditempel langsung pada tembok, yang kedua (tengah) adalah
dengan menambahkan rongga udara yang berpengaruh dalam
peningkatan penyerapan di frekuensi rendah, sedangkan yang
ketiga (kanan) adalah dengan menggunakan penutup berupa
panel perforasi yang berpengaruh dalam peningkatan
penyerapan di frekuensi tengah namun di frekuensi tinggi,
bunyi tidak diserap seluruhnya.

Gambar 1.3. Gambar Mineral Wool


b. Penyerap Membran / Membrane Absorber
Panel ini biasanya digunakan untuk menyerap energi bunyi
di frekuensi rendah. Penyerap membran memanfaatkan ruang
hampa udara di belakang membran untuk menyerap energi
bunyi di frekuensi rendah. Membran berfungsi sebagai
penerima energi bunyi yang kemudian bergetar dan diubah
menjadi energi panas. Membran biasanya terbuat dari panel
tipis seperti multipleks 6mm atau bisa juga lembaran kayu
solid 9mm. Panel ini bergantung pada massa panel dan jarak
rongga udara. Semakin besar massa panel dan rongga udara,
maka energi bunyi di frekuensi bawah akan semakin
terserap.
ARSITEKTUR AKUSTIK 8
BAB 1 TENTANG AKUSTIK

Gambar 1.4. Membrane Absorber Dengan dan Tanpa


Mineral Wool
c. Material Pemantul (Reflektor)
Panel pemantul digunakan jika menginginkan adanya
bunyi pantul yang mendukung kualitas akustik di posisi
tertentu. Bahan yang digunakan biasanya bersifat licin dan
keras sehingga pemantulan spekular dapat terjadi. Hukum
pemantulan bunyi terjadi sesuai dengan kaidah Snellius
dimana sudut datang sama dengan sudut pantul. Dimensi
panel setidaknya sepanjang 4 kali panjang gelombang yang
akan dipantulkan sehingga jika panjang gelombang 0,3m
(1000Hz) maka dimensi panel setidaknya 1,2m.

Gambar 1.5. Panjang Minimum Panel Reflektor Terhadap


Frekuensi
d. Material Penyebar (Diffuser)
Material penyebar bunyi / diffuser dibutuhkan jika
menginginkan adanya distribusi bunyi yang merata dengan
mempertahankan waktu dengung ruang. Dengan adanya
diffuser, respon ruang terhadap bunyi menjadi lebih “diffuse”
ARSITEKTUR AKUSTIK 9
BAB 1 TENTANG AKUSTIK
sehingga tidak terdapat adanya “focusing effect” atau “flutter
echo” atau bahkan “echo” / gema itu sendiri yang dapat
mengurangi kejelasan bunyi. Selain itu, diffuser juga
membuat kesan ruang menjadi lebih “live” karena peluruhan
waktu dengung menjadi lebih “smooth”. Dalam penentuan
nilai sebar material dikenal dengan istilah koefisien sebar
(scattering coefficient), nilai 0 berarti pantulan spekular
sempurna, sedangkan nilai 1 berarti pantulan sebar sempurna.

Gambar 1.6. Fenomena Penyebaran Bunyi

Gambar 1.7. Perbandingan Skyline Dengan QRD Diffuser


seiring perkembangannya, teknologi hybrid
seperti diffsorber atau abfussor yang memiliki kemampuan
menyebarkan sekaligus menyerap bunyi semakin populer.
Teknologi yang demikian ini difungsikan untuk menyerap
bunyi di frekuensi tertentu, sedangkan yang tidak terserap
akan disebar. Material dalam teknologi ini tidak berdiri
ARSITEKTUR AKUSTIK 10
BAB 1 TENTANG AKUSTIK
sendiri, material merupakan gabungan atau komposisi dari
beberapa material, oleh karena itu disebut dengan hybrid.
Sebagai contoh adalah sebuah hybrid diffsorber berjenis
BAD (Binary Amplitude Diffsorber). Dalam gambar di
bawah, terlihat bahwa diffsorber ini cenderung menyerap
frekuensi bawah dan tengah, sedangkan frekuensi tinggi
sebagian disebar.

Gambar 1.8. Perbandingan Koefisien Sebar Setiap Komposisi


BAD (Binary Amplitude Diffsorber)
ARSITEKTUR AKUSTIK 11
BAB 2 STRATEGI KENYAMANAN DALAM ARSITEKTUR

BAB 2. STRATEGI KENYAMANAN DALAM ARSITEKTUR


2.1. Bentuk Ruang
Desain bentuk ruang secara hati-hati dapat mempengaruhi
cara suara merambat dalam ruang. Ruang yang memiliki bentuk
yang kompleks atau berkontur dapat membantu meredam
pantulan suara dan mengurangi efek dengung atau pantulan
yang tidak diinginkan.

2.2. Material Bangunan


Pemilihan material yang tepat untuk dinding, lantai, langit-
langit, dan permukaan interior lainnya dapat mempengaruhi
akustik ruang. Material dengan koefisien absorpsi suara yang
tinggi, seperti panel akustik, kain akustik, atau bahan berpori,
dapat digunakan untuk meredam suara dan mengurangi
pantulan.

2.3. Penempatan Bahan Akustik


Bahan akustik harus ditempatkan dengan strategis di dalam
ruang untuk mencapai kinerja akustik yang optimal. Ini
termasuk panel dinding, langit-langit terpampang, dan material
penyerap suara lainnya yang ditempatkan pada titik-titik
strategis.

2.4. Pemisahan Ruangan


Pemisahan antara ruangan berbeda dapat dicapai dengan
menggunakan dinding yang kedap suara atau pemasangan
sistem plafon kedap suara. Ini sangat penting dalam situasi di
mana kebisingan dari satu ruangan tidak boleh mengganggu
yang lain, seperti dalam rumah sakit atau hotel.

2.5. Pengendalian Bunyi Ruang


Untuk melindungi ruangan dari kebisingan luar, seperti lalu
lintas jalan atau suara alam, perlu diterapkan strategi seperti
jendela berpangkal ganda, pintu kedap suara, dan isolasi akustik
untuk dinding eksterior.
ARSITEKTUR AKUSTIK 12
BAB 2 STRATEGI KENYAMANAN DALAM ARSITEKTUR
2.6. Desain Ruang Terbuka
Di beberapa kasus, ruang terbuka atau area komunal dalam
bangunan seperti perpustakaan atau aula dapat memerlukan
perencanaan akustik yang khusus untuk menghindari masalah
eko atau gangguan suara.

2.7. Penggunaan Teknologi


Teknologi seperti sistem pemosisian suara, pengendalian
akustik aktif, dan penggunaan perangkat elektronik lainnya
dapat digunakan untuk mengelola suara dalam ruang dengan
lebih baik.

2.8. Pengujian Pemantau


Setelah pembangunan selesai, pengujian akustik dapat
digunakan untuk memastikan bahwa kualitas suara sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Pemantauan berkelanjutan
juga bisa diterapkan untuk memastikan performa akustik ruang
tetap terjaga seiring waktu.
ARSITEKTUR AKUSTIK 13
BAB 3 CONTOH IMPLEMENTASI DALAM ARSITEKTUR

BAB 3. CONTOH IMPLEMENTASI ARSITEKTUR

3.1. Perkembangan Akustik Gedung Pertunjukan


Untuk dapat mengenal akustik dengan baik, berikut diuraikan sejarah
perkembangannya yang berawal dari desain bangunan umum bangsa
Yunani. Dahulu perkembangan akustik ruang berasal dari kebutuhan
akan perlakuan bunyi pada bangunan umum, mulai dari
perkembangan teater Yunani klasik dan Romawi, gereja Gothic dan
Baroque, gedung opera abad ke-19 serta gedung pertunjukan abad
ke-20. Bangunan Yunani yang perlu di perhatikan akustiknya seperti
arena gladiator, tempat pertandingan, dan olah raga seperti pada
gambar dibawah ini.

Gambar 3.1. Panggung bentuk arena (Colosseum)

Pada gambar diatas merupakan panggung berbentuk arena yang


dikelilingi oleh penonton, pantulan suara baik dari dinding, plafon
maupun panel-panel gantung sangat dibutuhkan untuk membantu
mengarahkan frekuensi percakapan (Kuttruff, 1979:138). Bentuk
denah teater Yunani antara lain berupa semi-circular atau semi
elliptical dengan panggung melingkar di tengah dan tempat duduk
penonton mengelilingi panggung. Bangsa Yunani berusaha untuk
mendapatkan kenyamanan garis pandang sekaligus pendengaran
yang baik dengan cara pengaturan tempat duduk yang bertingkat-
tingkat. Maksud dan tujuan pengaturan ini agar penonton dapat
ARSITEKTUR AKUSTIK 14
BAB 3 CONTOH IMPLEMENTASI DALAM ARSITEKTUR
sedekat mungkin dengan panggung, sehingga dialog dapat didengar
dan ekspresi muka aktor dapat terlihat..

Gambar 3.2. Bentuk teater terbuka Yunani (Epidaurus)

Pada gambar di atas adalah bentuk teater terbuka Yunani maupun


Romawi (dibangun sekitar 2000 tahun yang lalu), memiliki karakter
akustik yang bagus untuk drama dan kelompok kecil musik
instrumental. Layout tempat duduk 6 berbentuk semi-circular
sehingga penonton lebih dekat dengan panggung, Gunanya untuk
mengurangi berkurangnya suara akibat jarak. Konstruksi ketinggian
tempat duduk dibuat dengan kemiringan >200 untuk memberikan
garis pandang yang baik dan dapat menampung pantulan bunyi
langsung dari lantai panggung (Kuttruff, 1979:82). Teater Romawi
memperlihatkan tempat duduk yang bertingkat-tingkat lebih curam
dibandingkan dengan teater Yunani. Belakang panggung diberi latar
belakang dan ornamen, berfungsi untuk memantulkan bunyi dari
panggung agar intensitas bunyi langsung menjadi bertambah kuat.
ARSITEKTUR AKUSTIK 15
BAB 3 CONTOH IMPLEMENTASI DALAM ARSITEKTUR
3.2. Jenis-jenis Gedung Pertunjukan
Menurut Neufert (2002:136), gedung pertunjukan terdiri dari
beberapa macam, yaitu:

1. Teater

Ciri khas gedung teater adalah dengan adanya bentuk tempat duduk
dilantai bawah (yaitu penonton duduk pada bidang besar berbentuk
kurva yang menanjak/naik) dan melalui sebuah depan panggung
yang tampak jelas, depan panggung yang dapat dicontoh (bidang
pertunjukan sebelum pintu gerbang di ruang penonton) (Neufert,
2002:137).

Gambar 3.3. Ruang Teater

2. Opera

Opera berarti bentuk drama panggung yang seluruhnya atau sebagian


dinyanyikan dengan iringan orkes atau musik instrumental (KBBI
online). Menurut Neufert (2002:137) gedung opera mempunyai
karakter adanya sebuah pemisahan ruang yang jelas secara arsitektur
antara ruang penonton dan panggung melalui musik orkestra dan
banyaknya tempat duduk (1000 sampai hampir 4000 tempat duduk)
dan sistem yang sesuai dengan tempat duduk tidak terikat (lepas)
atau balkon, penting untuk jumlah penonton yang banyak.
ARSITEKTUR AKUSTIK 16
BAB 3 CONTOH IMPLEMENTASI DALAM ARSITEKTUR

Gambar 3.4. Ruang Opera

3. Bioskop

Bioskop merupakan Pertunjukan yang diperlihatkan dengan gambar


(film) yang disorot menggunakan lampu sehingga dapat bergerak
(berbicara) (KBBI, 2006:125). Ruang bioskop yang menunjang
fungsi akustik terdiri dari dinding dan plafond yang dilapisi
oleh panel kedap suara, lantai yang dilapisi karpettebal, material
pelapis kursi penonton yang tebal, ruang bioskop yangdidesain
dengan kemiringan tertentu, penempatan pengeras suara
disekeliling ruangan dengan jarak yang konsisten dan jumlah
yang diperhitungkan. Segala komponen tersebut bertujuan untuk
meningkatkankualitas suara di dalam bioskop..

Gambar 3.5. Ruang Bioskop


ARSITEKTUR AKUSTIK 17
BAB 3 CONTOH IMPLEMENTASI DALAM ARSITEKTUR
Daftar Pustaka

• Kamus Pusat Bahasa., 2006. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:


Pusat Bahasa.

• Indrani, H. C. & C. C., 2011. STUDI PENERAPAN SISTEM


AKUSTIK PADA. Dimensi Interior, 9(2), pp. 97-107.

• Neufert, Ernst, (2002), Data Arsitek Jilid II Edisi 33, Terjemahan


Sunarto. Tjahjadi, PT. Erlangga, Jakarta.

• Nuryanti, E. (2020). Landasan Konseptual Perencanaan dan


Perancangan Arsitektur Pusat Kesenian Tradisional di Kotagede
Yogyakarta Melalui Pendekatan Arsitektur Jawa Kontemporer
[Skripsi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta].

Anda mungkin juga menyukai