Ub Rbaet 2023 007 01 04jurnal
Ub Rbaet 2023 007 01 04jurnal
Abstract
Article History Potential of Empty Fruit Bunches (EFB) Waste as Bioenergy to Produce Bio-Oil Using
Pyrolysis Method: Temperature Effects. Indonesia has the potential as an alternative fuel.
Submitted:
EFB Palm Oil solid waste contains cellulose, hemicellulose, and lignin which have the potential
March 29, 2023 to produce several products through the pyrolysis method. The raw material is EFB Palm Oil
Accepted: waste from PT. Lambang Jaya, South Lampung, Indonesia. The purpose of this study was
May 25, 2023 characterization of bio-oil from EFB Palm Oil waste and discover the factors that influence the
Published:
production of bio-oil. The experiment was carried out at various temperatures of 300°C, 350°C
and 400°C, with 1 mm EFB Palm Oil in the pyrolysis reactor. Physico-chemical characterization
May 30, 2023 of bio-oil were yield, pH, density, viscosity, and heating rate. Pyrolysis product obtained in this
study was the yield of bio-oil between 4.32-6.49%, yield of liquid smoke 33.03%-37.44%, yield
© 2023 Universitas of charcoal 33.33%-38.35%, and gas yield 23.53% -26.91% with pH between 3.4-3.8., density
Brawijaya 1.146-1.296 g/ml, viscosity 18.443-20.860 cP and heating rate 4.6-6.5 °C/minute. Heating rate
is categorized in the slow pyrolysis type because it is operated at low temperatures and residence
time at ≥ 30 minutes. The effect of temperature showed that bio-oil yield increased with
increasing temperature. Through the characteristic study carried out on pyrolysis of EFB Palm
Oil Waste, the resulting product is interesting to develop by considering the influential process
parameters.
Keywords: bio-oil; characterization; empty fruit bunches palm oil; pyrolysis
Abstrak
Indonesia memiliki banyak sumber daya biomassa seperti limbah Tandan Kosong Kelapa
Sawit (TKKS) untuk alternatif bahan bakar. Limbah padat TKKS memiliki kandungan
selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang berpotensi menghasilkan beberapa produk melalui
metode pirolisis. TKKS yang digunakan dari PT. Lambang Jaya, Lampung Selatan,
Indonesia. Tujuan studi ini adalah karakterisasi bio-oil yang dihasilkan dari limbah TKKS
serta mengetahui faktor yang mempengaruhi produksi bio-oil. Percobaan dilakukan pada
variasi temperatur 300°C, 350°C, dan 400°C, dengan biomassa TKKS berukuran 1 mm
dalam reaktor pirolisis. Studi karakteristik fisika-kimia bio-oil yang diperoleh pada
penelitian ini yaitu yield bio-oil, pH, densitas, viskositas, dan heating rate. Studi
Karakteristik pirolisis TKKS yang diperoleh pada penelitian ini adalah yield bio-oil antara
4,32-6,49%, yield asap cair 33,03%-37,44%, yield arang 33,33%-38,35%, dan yield gas
23,53%-26,91%. Hasil pH bio-oil bersifat asam karena memiliki pH antara 3,4-3,8, densitas
bio-oil 1,146-1,296 g/ml, viskositas 18,443-20,860 cP serta heating rate 4,6-6,5 °C/menit
yang dikategorikan dalam jenis pirolisis lambat karena dioperasikan pada temperatur rendah
dan waktu tinggal ≥ 30 menit. Pengaruh temperatur pada yield bio-oil menunjukkan semakin
tinggi temperatur proses yield bio-oil yang dihasilkan semakin tinggi. Melalui studi
karakteristik yang dilakukan pada pirolisis TKKS produk yang dihasilkan menarik untuk
RBAET 23
Rezki et al.
selulosa akan terurai membentuk asam piroglinat proses pirolisis. Proses pirolisis menghasilkan produk
(asap cair) [6]. Namun pada hasil penelitian lain, bio- berupa liquid, gas, dan bio-char. Produk liquid adalah
oil dapat diperoleh hanya melibatkan penguraian gas terkondensasi yang melewati rangkaian
hemiselulosa dan selulosa saja pada temperatur kondensor dengan memanfaatkan air es sebagai
rendah. Oleh karena itu studi ini berfokus pada media pendingin. Total cairan yang diperoleh dari
potensi Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) kondensasi kemudian di pisahkan antara bio-oil dan
sebagai alternatif bahan bakar dengan asap cair menggunakan corong pisah serta bio-char
mengidentifikasi karakteristik dasar bio-oil yang yang berada didalam reaktor juga ditimbang. Skema
dihasilkan dan temperatur proses yang rendah proses percobaan ditunjukkan pada Gambar 2.
terhadap yield bio-oil yang dihasilkan [14]. Selanjutnya, gas non-condensable ditentukan
berdasarkan perbedaan antara bahan baku hasil bio-
METODOLOGI oil dan yield bio-char [9].
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) yang
digunakan berasal dari PT. Lambang Jaya, Lampung
Selatan, Indonesia dengan distribusi ukuran ± 1mm
yang sebelumnya dilakukan uji proksimat.
Selanjutnya di keringkan didalam oven selama 1 jam
pada temperatur 105°C guna mengurangi kadar air
yang terkandung didalamnya. Uji proksimat
menunjukkan bahwa TKSS mengandung 9,55% air,
17,31% abu, 58,96% zat volatilitas, dan 14,18 fixed
carbon [15]. Hasil uji proksimat bahan baku TKKS
pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Uji Proksimat TKKS
Parameter Analisa Nilai (%)
Moisture content 9,55
Volatile matter 85,36
Ash 3,80
Fixed carbon 2,86
K ondens or
B iomassa
Reakt or Heater
TC P irol is is
Non-condensable
gas
RBAET 24
Rezki et al.
% 𝒑𝒂𝒅𝒂𝒕𝒂𝒏) (3). % 𝒄𝒂𝒊𝒓𝒂𝒏 = yaitu berwarna hitam nilai pHnya adalah 3,6 [18].
𝑴𝒂𝒔𝒔𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌
𝒙 𝟏𝟎𝟎% (1 Kandungan asam asetat dan beberapa asam lainnya
𝑴𝒂𝒔𝒔𝒂 𝑩𝒂𝒉𝒂𝒏 𝑩𝒂𝒌𝒖
𝑴𝒂𝒔𝒔𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌
menyebabkan tingkat keasaman yang tinggi pada bio-
% 𝒄𝒂𝒊𝒓𝒂𝒏 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% oil akibat dekomposisi selulosa, lignin dan zat
𝑴𝒂𝒔𝒔𝒂 𝑩𝒂𝒉𝒂𝒏 𝑩𝒂𝒌𝒖
(1) ektraktif lain yang memiliki sifat asam pada proses
pirolisis [19]. Umumnya keasaman bio-oil antara 2,5
𝑴𝒂𝒔𝒔𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌
% 𝒑𝒂𝒅𝒂𝒕𝒂𝒏 =
𝑴𝒂𝒔𝒔𝒂 𝑩𝒂𝒉𝒂𝒏 𝑩𝒂𝒌𝒖
𝒙 𝟏𝟎𝟎% - 4 merupakan tingkat keasaman yang cukup tinggi
(2) [6]; [20]. Bio-oil ini dapat dijadikan bahan bakar
boiler dengan karakteristik pH yang didapat, untuk
% 𝒈𝒂𝒔 = 𝟏𝟎𝟎% − (% 𝒄𝒂𝒊𝒓𝒂𝒏 + % 𝒑𝒂𝒅𝒂𝒕𝒂𝒏) pengembangan lebih lanjut seperti bahan bakar mesin
(3) diperlukan peningkatan kualitas bio-oil.
Densitas bio-oil pada pengujian fisika-kimia dasar
penelitian ini yaitu 1,146-1,296 g/ml di berbagai
HASIL DAN PEMBAHASAN variasi temperatur. Meningkatnya temperatur akibat
Bio-oil adalah produk liquid hasil dekomposisi pemanasan menyebabkan melemahnya gaya interaksi
termokimia dari biomassa fase minyak (pyrolytic oil). antar molekul karena adanya pergerakan [15]. Pada
Bio-oil memiliki kandungan senyawa fenol, asam, pengujian densitas yang dilakukan sejalan dengan
aldehida, keton, furan, alkohol, asam, hidrokarbon, penelitian sebelumnya dimana, pada temperatur
dan lainnya tergantung pada bahan baku, proses pre- tertinggi yaitu 400°C densitas bio-oil semakin
treatment dan kondisi operasinya [16]. Selain sebagai menurun yaitu sebesar 1,146 g/ml. Efek densitas
bahan bakar alternatif, kandungan fenol yang tinggi terhadap bahan bakar yaitu jika nilai kalor bahan
pada bio-oil juga bermanfaat untuk bio-based resin bakar tersebut semakin meningkat akan semakin
fenol dan perekat [17]. Karakterisasi awal pada bio- mudah terbakar, densitas yang kecil akan membantu
oil perlu dilakukan guna melihat potensi dan dalam peningkatan penyalaan bahan bakar [18]. Nilai
menentukan arah pengembangan bio-oil selanjutnya densitas dari tinjauan karakteristik khas bio-oil yaitu
di berbagai aplikasi. Misalnya aplikasi sebagai bahan berkisar 1,1-1,2 g/ml [6]. Namun untuk standar
bakar cair, dengan melihat standar karakteristik bahan biodiesel yang ada belum memenuhi yaitu 0,85-0,89
bakar cair biodiesel. Karakteristik fisik dan kimia bio- g/ml.
oil yang dihasilkan dari pirolisis TKKS dengan Viskositas bahan bakar adalah karakteristik
variasi temperatur 300°C, 350°C, dan 400°C penting karena berperan dalam pemprosesan dan
disajikan pada Tabel 2. penanganan bahan bakar. Pada Tabel 2 nilai
Tabel 2. Karakteristik dasar fisika-kimia bio-oil viskositas bio-oil yang diuji yaitu 18,443-20,860 cP.
TKKS Nilai ini berbeda dengan standar biodiesel yaitu
Temperature (°C) antara 2,3-6,0. Menurut [21] pengaruh kenaikan suhu
Parameter Biodiesel* juga berpengaruh terhadap nilai viskositas dimana
300 350 400
Densitas 1,194 1,296 1,146 0,85-0,89 viskositas cairan menurun dengan meningkatnya
(g/ml) temperatur. Menurut studi karakteristik yang
Viskositas 19,993 20,860 18,443 2,3-6,0 dilakukan Wibowo dkk (2017) viskositas bio-oil dari
(cP) pirolisis TKKS tanpa katalis sebesar 18,6-46,3 cP,
pH 3,4 3,6 3,8 6-7 dilihat dari pengujian GCMS bio-oil memiliki
Heating 5,0 6,5 4,6 - komposisi senyawa dengan berat molekul yang tinggi
Rate [19]. Besar kecilnya gesekan di dalam fluida
(°C/menit) ditentukan melalui nilai viskositas suatu fluida.
*Sumber: SK Dirjen EBTKE No. Untuk bahan bakar, viskositas mengindikasikan
189.K/10/DJE/2019 tentang Standar dan Mutu kemudahan untuk dipompa dan diatomisasikan ketika
(Spesifikasi) Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Jenis diinjeksikan ke dalam ruang bakar sehingga dengan
Biodiesel sebagai Bahan Bakar Lain yang Dipasarkan viskositas yang rendah pembakaran sempurna akan
di Dalam Negeri terjadi [15].
Laju pemanasan (heating rate) dari Tabel 1
Karakteristik bio-oil pada Tabel 2 menunjukkan diperoleh heating rate dengan variasi 3 temperatur
bio-oil TKKS memiliki nilai pH 3,4-3,8. Hasil antara 4-6°C/menit. Heating rate yang diperoleh dari
pengujian pH juga sama dengan pengujian oleh penelitian ini tergolong dalam pirolisis lambat, karena
Bindar (2016) bahwa bio-oil dari proses pirolisis temperatur operasi berkisar 290°C-500°C dengan
tandan kosong kelapa sawit dengan temperatur 600°C heating rate diatas 1°C/menit dengan waktu tinggal
RBAET 25
Rezki et al.
diatas 30 menit. Umumnya heating rate proses penguraian hemiselulosa dan selulosa saja tetapi juga
pirolisis antara 5-100 °C/menit [22]. Lebih lanjut, melibatkan lignin. Karena secara teori hemiselulosa
kenaikan heating rate disertai kenaikan temperatur terurai pada temperatur 300°C, selulosa terurai pada
dapat menyebabkan reaksi perengkahan sekunder dan temperatur 315°C-400°C membentuk asam piroglinat
mengakibatkan penurunan bio oil yang dihasilkan (asap cair) sedangkan lignin mulai terurai pada
[23]. Pirolisis jenis cepat dan temperatur tinggi dapat temperatur 150°C hingga 900°C membentuk bio-oil.
membantu peningkatan cairan dan gas, sedangkan Biomassa TKKS yang digunakan lebih banyak terurai
dengan pirolisis jenis lambat dan temperatur rendah menjadi asam piroglinat (asap cair) dibanding
dapat meningkatkan arang yang dihasilkan [24]. menjadi bio-oil karena pengaruh temperatur proses
pirolisis.
Pengaruh Temperatur terhadap Yield Produk
Pirolisis TKKS
Dari penelitian yang dilakukan dengan 3 variasi
temperatur yaitu 300°C, 350°C, dan 400°C, diperoleh
yield produk pirolisis TKKS pada Tabel 3 yield bio-
oil yang dihasilkan berkisar antara 4,32-6,49%,
dengan yield tertinggi diperoleh pada temperatur
400°C. Yield asap cair berkisar 33,03%-37,44%
dengan yield tertinggi pada temperatur 350°C. Yield
arang berkisar antara 33,33%-38,35% dengan yield
tertinggi pada temperatur 300°C. Serta yield gas yang
dihasilkan berkisar 23,53%-26,91% dimana pada
temperatur 400°C diperoleh yield tertinggi.
Tabel 3. Yield produk pirolisis (bio-oil, asap cair,
arang, dan gas) Gambar 3. Yield produk pirolisis (bio-oil, asap cair,
Produk Temperature (°C) arang, dan gas)
300 350 400
Pada Gambar 3 yield asam piroglinat (asap cair)
Bio Oil 4,78% 4,32% 6,49%
memiliki nilai yield paling besar dibandingkan
Asam
dengan produk pirolisis lainnya. Kecenderungan
piroglinat
33,03% 37,44% 33,26% yield yang didapatkan semakin tinggi seiring
(asap
bertambahnya temperatur proses pirolisis. Asam
cair)
piroglinat (asap cair) merupakan golongan asam
Arang 38,35% 34,71% 33,33%
organik. Hal ini diperkuat dengan hasil analisa Gas
Gas 23,85% 23,53% 26,91%
Chromatography yang dilakukan oleh Ferdiyanto
(2020) menjelaskan bahwa asap cair TKKS
Pengaruh temperatur terhadap produk hasil
mengandung banyak asam asetat [10]. Asam asetat
pirolisis berdasarkan data yang diperoleh yield bio-oil
yang terkandung didalam asap cair adalah asam
semakin meningkat seiring naiknya temperatur. Yield
organik yang dihasilkan dari penguraian selulosa dan
terbesar diperoleh pada perlakuan temperatur 400°C
hemiselulosa pada kayu, yang berpotensi
yaitu sebesar 6,49%. Pada penelitian yang telah
dimanfaatkan menjadi energi yaitu etanol, pengawet
dilakukan oleh Ferdiyanto (2020) yield bio-oil
makanan, bahan pereduksi unsur, dan sebagai
proses pirolisis TKKS tertinggi pada temperatur
stimulus ekstraksi logam [25].
600°C sebesar 9,96%, dimana pada temperatur 400°C
diperoleh yield sebesar 6,94% [10]. Peningkatan Selama pirolisis skema reaksi pada selulosa dan
temperatur pirolisis, komposisi biomassa (selulosa, hemiselulosa pertama-tama didepolimerisasi, dan
hemiselulosa, dan lignin) yang terurai semakin terdegradasi fragmen kemudian mengalami
banyak sehingga yield bio-oil meningkat dengan pemotongan cincin dan mengasilkan asam asetat
meningkatnya temperatur pirolisis. Temperatur dengan deasetilasi fragmen. Selain itu, selulosa dapat
proses yang rendah yaitu antara 300°C-400°C juga diubah menjadi levoglucosan selama pirolisis. Skema
berpengaruh terhadap perolehan bio-oil. Hasil bio-oil reaksi ditunjukkan pada Gambar 4, levoglucosan
yang rendah dan asam piroglinat (asap cair) yang yang dihasilkan kemudian terurai menjadi asam
tinggi pada penelitian ini menunjukkan bahwa asetat melalui reaksi perengkahan sekunder dengan
pengubahan lignoselulosa tidak terjadi pada pemotongan cincin dan deasetilasi [26].
RBAET 26
Rezki et al.
Konversi biomassa menjadi gas mampu bakar 37,44%, yield arang berkisar antara 33,33%-38,35%,
dapat dilihat dari analisis proksimat sebagai indikator dan yield gas yang dihasilkan berkisar 23,53%-
terhadap hasil yang diperoleh. Dua komponen yaitu 26,91%. Bio-oil yang diperoleh pada penelitian ini
zat terbang (volatile matter) dan karbon tetap (fixed memiliki sifat asam dengan pH ≤4, dengan nilai
carbon) merupakan kandungan energi didalam densitas rendah dimana bermanfaat dalam
TKKS. Energi kimia yang mampu dilepaskan oleh peningkatan penyalaan bahan bakar, serta nilai
biomassa jika rasio perbandingan antara zat terbang viskositas yang cukup tinggi. Nilai viskositas yang
dan karbon tetap semakin tinggi [7]. Gas yang diinginkan adalah viskositas rendah karena untuk
dihasilkan pada proses pirolisis TKKS ini Tabel 2 bahan bakar dengan viskositas yang rendah
selaras dengan penelitian oleh [11] antara 20%-30%. pembakaran sempurna dapat terjadi. Heating rate
Hasil gas pada proses pirolisis berpengaruh terhadap yang digunakan juga termasuk dalam jenis pirolisis
kandungan zat terbang TKKS (85,35%) karena lambat. Pengaruh temperatur operasi pada yield bio-
pelepasan zat terbang akan menghasilkan H2, CO, dan oil akan meningkat dengan naiknya temperatur.
CH4 dengan komposisi tertentu tergantung Namun hasil bio-oil yang dihasilkan masih relatif
temperatur prosesnya sebagai gas mampu bakar. kecil karena temperatur operasi pirolisis yang
digunakan dalam kategori temperatur rendah. Perlu
dilakukan studi karakteristik lebih lanjut dan
pemilihan kondisi operasi proses yang lebih optimal.
Potensi produk dari hasil pirolisis TKKS yang
dihasilkan seperti bio-oil yang bersifat asam dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler serta
berpotensi menjadi bioenergi sebagai bahan bakar
cair dengan upaya penelitian lebih lanjut agar
mencapai standar yang ada. Kemudian asam
piroglinat (asap cair) yang dapat dimanfaatkan
menjadi energi yaitu bioetanol dan pengawet
makanan serta arang yang dapat dimanfaatkan dalam
Gambar 4. Skema reaksi biomassa proses pirolisis pembuatan biobriket, biopelet, dan adsorben.
menjadi asam asetat dan asam lainnya
[27] ACKNOWLEDGMENTS
RBAET 27
Rezki et al.
Teknologi Separasi, vol. 8, no. 1, pp. 36–44, Environ Res, vol. 190, no. July, p. 109976,
2022, doi: 10.33795/distilat.v8i1.260. 2020, doi: 10.1016/j.envres.2020.109976.
[6] H. Machado, A. F. Cristino, S. Orišková, and [15] F. Febriyanti, N. Fadila, A. S. Sanjaya, Y.
R. Galhano dos Santos, “Bio-Oil: The Next- Bindar, and A. Irawan, “Pemanfaatan Limbah
Generation Source of Chemicals,” Reactions, Tandan Kosong Kelapa Sawit Menjadi Bio-
vol. 3, no. 1, pp. 118–137, 2022, doi: Char, Bio-Oil Dan Gas Dengan Metode
10.3390/reactions3010009. Pirolisis,” Jurnal Chemurgy, vol. 3, no. 2, p.
12, 2019, doi: 10.30872/cmg.v3i2.3578.
[7] A. S. Ginting, A. H. Tambunan, D. Radite, and
P. A. Setiawan, “Karakteristik Gas-Gas Hasil [16] S. Wibowo and D. Hendra, “Karakteristik
Pirolisis Tandan Kosong Kelapa Sawit Bio-Oil Dari Rumput Gelagah ( Saccharum
Characteristics of Gases of Palm Oil Empty Spontaneum Linn .) Menggunakan Proses
Fruit Bunches Pyrolysis,” J Tek Ind Pert, vol. Pirolisis Cepat ( Characteristics Of Bio-Oil
25, no. 2, pp. 158–163, 2015. From Gelagah Grass ( Saccharum
Spontaneum Linn .) By Fast Pyrolysis Proces
[8] I. W. A. Darma, I. G. Ngurah, and P. Tenaya,
S ),” Jurnal Penelitian Hasil Hutan, vol. 33,
“Studi Kinetika dan Energi Aktivasi pada
no. 4, pp. 347–363, 2015.
Proses Pirolisis Makroalga Ulva Lactuca (
Selada Laut ),” vol. 8, no. 2, pp. 153–160, [17] G. G. Choi, S. J. Oh, S. J. Lee, and J. S. Kim,
2022. “Production of bio-based phenolic resin and
activated carbon from bio-oil and biochar
[9] S. Zullaikah, A. S. Lenggono, D. F. Nury, and
derived from fast pyrolysis of palm kernel
M. Rachimoellah, “Effect of blending ratio to
shells,” Bioresour Technol, vol. 178, pp. 99–
the liquid product on co-pyrolysis of low rank
107, 2015, doi:
coal and oil palm empty fruit bunch,” MATEC
10.1016/j.biortech.2014.08.053.
Web of Conferences, vol. 156, pp. 0–4, 2018,
doi: 10.1051/matecconf/201815603023. [18] Y. Bindar et al., “Produksi Minyak Mentah
Pirolisa Biomassa ( MMPB ),” Conference:
[10] A. Ferdiyanto, F. Munfaridi, and A. Hidayat,
Appropriate Technology for Biomass Derived
“Pengaruh Temperatur Proses Pirolisis
Fuel Production, BPPT, no. February, pp. 1–
Tandan Kososng Kelapa Sawit (Tkks)
15, 2016, doi: 10.13140/RG.2.1.4775.6567.
Terhadap Karakteristik Bio - Oil,” Khazanah:
Jurnal Mahasiswa, vol. 8, no. 1, p. 12, 2020. [19] S. Wibowo, L. Efiyanti, and G. Pari,
“Karakterisasi Bio-Oil Tandan Kosong
[11] D. F. Nury, M. Z. Luthfi, and S. Zullaikah,
Kelapa Sawit dengan Penambahan Katalis
“Pengaruh Kondisi Temperatur Pirolisis
Ni/nza Menggunakan Metode Free Fall
Tandan Kosong Kelapa Sawit Terhadap
Pyrolysis,” Jurnal Penelitian Hasil Hutan,
Komposisi Produk Tar,” Reactor: Journal of
vol. 35, no. 2, pp. 83–100, 2017, doi:
Research on Chemistry And Engineering, vol.
10.20886/jphh.2017.35.2.83-100.
3, no. 1, pp. 22–27, 2022.
[20] K. Jacobson, K. C. Maheria, and A. Kumar
[12] A. Zulkania, G. F. Hanum, and A. Sri Rezki,
Dalai, “Bio-oil valorization: A review,”
“The potential of activated carbon derived
Renewable and Sustainable Energy Reviews,
from bio-char waste of bio-oil pyrolysis as
vol. 23, pp. 91–106, 2013, doi:
adsorbent,” MATEC Web of Conferences, vol.
10.1016/j.rser.2013.02.036.
154, pp. 1–6, 2018, doi:
10.1051/matecconf/201815401029. [21] I. Wiratmaja, “Pengujian karakteristik fisika
biogasoline sebagai bahan bakar alternatif
[13] Y. H. Chan et al., “Fractionation and
pengganti bensin murni,” Jurnal Energi Dan
extraction of bio-oil for production of greener
Manufaktur, vol. 4, no. 2, pp. 148–154, 2014.
fuel and value-added chemicals: Recent
advances and future prospects,” Chemical [22] U. Morali and S. Şensöz, “Pyrolysis of
Engineering Journal, vol. 397, p. 125406, hornbeam shell (Carpinus betulus L.) in a
2020, doi: 10.1016/j.cej.2020.125406. fixed bed reactor: Characterization of bio-oil
and bio-char,” Fuel, vol. 150, pp. 672–678,
[14] Y. R. Wulandari et al., “Effect of N2 flow rate
2015, doi: 10.1016/j.fuel.2015.02.095.
on kinetic investigation of lignin pyrolysis,”
RBAET 28
Rezki et al.
RBAET 29