Anda di halaman 1dari 77

USULAN PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN

METODE RULA (Rapid Upper Limb Assessment)


PADA HOME INDUSTRI PIA QILA
DI KOTA MAKASSAR

TUGAS AKHIR

OLEH :

NUR AZIZAH
17 TIA 299

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan guna menyelesaikan


Program Diploma D III Jurusan Teknik Industri
Program Studi Teknik Industri Agro

KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN R.I


POLITEKNIK ATI MAKASSAR
2020
i
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL : USULAN PERBAIKAN POSTUR KERJA


DENGAN METODE RULA (Rapid Upper Limb
Assessment) PADA HOME INDUSTRI PIA QILA
DI KOTA MAKASSAR

NAMA MAHASISWA : NUR AZIZAH

NOMOR STAMBUK : 17 TIA 299

JURUSAN : TEKNIK INDUSTRI

PROGRAM STUDI : TEKNIK INDUSTRI AGRO

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Mulyadi Ilyas, SMI., MM Dr. Widya Hastuti Afris, S.ST.,MM


NIP.19551112 198703 1 001 NIP. 19780125 200112 2 002

Mengetahui,

Direktur Ketua
Politeknik ATI Makassar Jurusan Teknik Industri Agro

Ir. Muhammad Basri, MM Dr.Widya Hastuti Afris, S.ST.,MM


NIP.19680406 199403 1 003 NIP. 19780125 200112 2 002

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diterima oleh Panitia Ujian Akhir Program Diploma Tiga (D3) yang
ditentukan sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Politeknik ATI Makassar
Nomor : 414/BPSDMI/ATI-Makassar/III/2020 tanggal 5 Maret 2020, yang telah
dipertahankan di depan Tim Penguji pada hari Jumat tanggal 23 Oktober 2020,
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Teknik Industri
dalam program studi Teknik Industri Agro Pada Politeknik ATI Makassar.

PANITIA UJIAN :

Pengawas : 1. Kepala BPSDMI Kementerian Perindustrian R.I

2. Direktur Politeknik ATI Makassar

Ketua : Dra.Hj. Rachmatiah, MM (................................)

Sekertaris : A. Velahyati, ST ., MT (.................................)

Penguji I : Dra.Hj. Rachmatiah, MM (.................................)

Penguji II : A. Velahyati, ST ., MT (.................................)

Penguji III : Dr. Puadi Haming, SE., MM (.................................)

Pembimbing I : Mulyadi Ilyas, SMI.MM (.................................)

Pembimbing II : Dr. Widya Hastuti Afris, S.ST., MM (.................................)

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nur Azizah


NIM : 17 TIA 299
Program Studi : Teknik Industri Agro

Menyatakan bahwa tugas akhir yang saya buat benar – benar merupakan hasil
karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti dan dapat dibuktikan sesuai
dengan hukum yang berlaku dinegara Republik Indonesia bahwa tugas akhir saya
adalah hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut tanpa melibatkan institusi Politeknik ATI Makassar atau orang lain.

Makassar, 2020
Yang menyatakan,

Nur Azizah

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir dengan judul “ Usulan Postur Kerja dengan

Metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment) Pada Home Industri Pia Qila Di

Kota Makassar ”.

Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini digunakan untuk memenuhi

persyaratan untuk menyelesaikan program Diploma III di Politeknik ATI

Makassar. Penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak berupa dukungan

moril, fasilitas, bimbingan, dan dorongan. Pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Muhammad Basri, MM selaku Direktur Politeknik ATI Makassar.

2. Ibu Dr.Widya Hastuti Afris, S.ST.,MM selaku Ketua Jurusan / Program Studi

Teknik Industri Agro sekaligus Pembimbing Tugas Akhir.

3. Bapak Mulyadi Ilyas, SMI., MM pembimbing tugas akhir.

4. Seluruh dosen Teknik Industri Agro yang telah mengajar dan memberikan

ilmunya kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

5. Kedua orang tua dan saudara penulis yang senantiasa membesarkan,

memberikan dukungan moril, material, dan motivasi selama penulis

menjalankan pendidikan.

6. Seluruh karyawan Home Industri PIA QILA yang telah membantu saya dalam

melakukan penelitian.

v
7. Kepada Muh.Basruny Parulian yang telah membantu dan memberikan motivasi

kepada penulis.

8. Seluruh teman seperjuangan selama kuliah dan menyusun Tugas Akhir kelas

3B khususnya Hamidah.

Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini. Semoga

Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Makassar, 2020

Penulis

vi
ABSTRAK

NUR AZIZAH. 2020. Tinjauan penyelesaian produksi dari sudut postur


kerja dengan metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment) Di Home Industri
PIA QILA. Dibawahi oleh pembimbing Mulyadi Ilyas sebagai pembimbing I dan
Ibu Widya Hastuti Afris sebagai pembimbing II.
Home Industri PIA QILA merupakan salah satu usaha pembuatan kue pia di Kota
Makassar. Alur proses produksi kue pia yaitu mulai dari pembuatan adonan ku
pia, pembagian adonan pia, pengisian kue pia, pencetakan, pengolesan,
pengovenan dan pengemasan. Ada beberapa permasalahan yang muncul diproses
produksi kue Pia salah satunya yakni proses kerja dengan menggunakan proses
manual. Beberapa aktivitas yang ada dalamnya menuntut pekerja melakukan
kegiatan yang kurang ergonomis sehingga pekerja sering merasakan lelah dan
kaku terutama pada bagian pergelangan tangan, bahu, dan pinggung sehingga
penelitian ini menggunakan metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment)
dengan data Kuesioner Nordic Body Map . Adapun tujuan penelitiannya yaitu
menyampaikan usulan perbaikan postur kerja yang ergonomis kepada pekerja kue
pia untuk mendapatkan postur kerja yang lebih alamiah sehingga mengatasi
keluhan kaku pada tubuh bagian atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian
tubuh pekerja yang dikeluhkan sakit oleh pekerja adalah bagian pergelangan
tangan, bahu pinggang serta bagian kaki dengan tingkat resiko Action Level 5 – 6
, artinya risiko terjadi pada level sedang dan perlu dilakukan tindakan segera.
Adapun usulan perbaikan postur kerja yaitu dengan perbaiki kursi dan meja sesuai
postur tubuh pekerja agar tidak mengalami keluhan kaku pada bagian tubuh
pekerja dan karyawan dapat bekerja lebih Efektif, Nyaman, Aman, Sehat, dan
Efisien (ENASE).

Kata kunci : Postur Tubuh, NBM, RULA

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR........................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
ABSTRAK .................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5
2.1 Home Industry .............................................................................. 5
2.2 Flowchart Proses Produksi PIA QILA ......................................... 7
2.3 Posisi kerja pada proses produksi PIA QILA ............................... 9
2.4 Poster Kerja ................................................................................ 10
2.5 Pengaruh Postur Kerja terhadap Ergonomi ................................ 11
2.6 Pengaruh Postur Kerja terhadap Musculoskeletal ...................... 13
2.7 Kuesioner Nordic Body Map ...................................................... 14
2.8 Metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment) ....................... 15
2.9 Antropometri .............................................................................. 21
2.10 Penelitian Terdahulu ................................................................ 26
2.11 Kerangka Berpikir .................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 28
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 28
3.2 Alat Dan Bahan .......................................................................... 28
viii
3.3 Jenis Penelitian ........................................................................... 29
3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 29
3.5 Analisis Data .............................................................................. 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 31
4.1 Pengumpulan Data ..................................................................... 31
4.2 Pengolahan Data ......................................................................... 35
4.3 Pembahasan ................................................................................ 50
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 56
5.1 Kesimpulan................................................................................. 56
5.2 Saran ........................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 57
LAMPIRAN ................................................................................................ 59

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Nordic Body Map .............................................................. 14


Tabel 2.2 Posisi bagian lengan atas.............................................................. 19
Tabel 2.3 Posisi Lengan bawah .................................................................... 19
Tabel 2.4 Posisi tekukan telapak tangan ...................................................... 20
Tabel 2.5 Posisi telapak tangan yang mengalami tekukan dan putaran ....... 20
Tabel 2.6 Posisi Leher .................................................................................. 20
Tabel 2.7 Posisi Punggung ........................................................................... 21
Tabel 2.8 Posisi Kaki ................................................................................... 21
Tabel 2.9 Distribusi Normal dan perhitungan persentil ............................... 26
Tabel 2.10 Penelitian Terdahulu .................................................................. 26
Tabel 4.1 Data pekerja proses produksi kue PIA ......................................... 31
Tabel 4.2 Data Pengamatan NBM Agustus 2020 ........................................ 35
Tabel 4.3 Scoring Grup A pembagian adonan ............................................. 37
Tabel 4.4 Skor Grup A pembagian adonan .................................................. 38
Tabel 4.5 Scoring Grup B pembagian adonan ............................................. 38
Tabel 4.6 Skor Grup B pembagian adonan .................................................. 39
Tabel 4.7 Skor C pembagian adonan ........................................................... 39
Tabel 4.8 Scoring Grup A pengisian adonan ............................................... 40
Tabel 4.9 Skor Grup A Pengisian adonan .................................................... 41
Tabel 4.10 Scoring Grup B pengisian adonan ............................................. 41
Tabel 4.11 Skor Grup B pengisian adonan .................................................. 42
Tabel 4.12 Skor C pembagian adonan ......................................................... 42
Tabel 4.13 Scoring Grup A pencetakan kue pia .......................................... 43
Tabel 4.14 Skor Grup A Pencetakan kue pia ............................................... 44
Tabel 4.15 Scoring Grup B Pencetakan kue pia .......................................... 45
Tabel 4.16 Skor Grup B Pencetakan Kue Pia .............................................. 45
Tabel 4.17 Skor C Pencetakan Kue Pia ....................................................... 46
Tabel 4.18 Scoring Grup A Pengovenan kue pia ......................................... 47
Tabel 4.19 Skor Grup A pengovenan kue pia .............................................. 47

x
Tabel 4.20 Scoring Grup B Pengovenan kue pia ......................................... 48
Tabel 4.21 Skor Grup B Pengovenan Kue Pia ............................................. 48
Tabel 4.22 Skor C Pencetakan Kue Pia ....................................................... 49
Tabel 4.23 Hasil Pengamatan Kueosioner Nordic Body Map...................... 50
Tabel 4.24 Data antropometri pekerja .......................................................... 53
Tabel 4.25 Data Persentil ............................................................................. 53

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Posisi kerja membungkuk ........................................................ 9


Gambar 2.2 Posisi kerja jongkok ................................................................. 10
Gambar 2.3 Lembar analissi RULA............................................................. 18
Gambar 4.1 Aktivitas pembagian adonan sebelum pengisian ..................... 32
Gambar 4.2 Aktivitas pengisian pada adonan pia ........................................ 33
Gambar 4.3 Aktivitas pencetakan kue pia.................................................... 33
Gambar 4.4 Aktivitas pengovenan kue pia .................................................. 34
Gambar 4.5 postur tubuh pekerja proses pembagian adonan ...................... 37
Gambar 4.6 postur tubuh pekerja proses pengisian adonan ........................ 40
Gambar 4.7 postur tubuh pekerja proses pencetakan kue pia ...................... 43
Gambar 4.8 postur tubuh pekerja proses Pengovenan kue pia..................... 46
Gambar 4.9 Sketsa Usulan meja .................................................................. 54
Gambar 4.10 Sketsa Usulan Kursi ............................................................... 54

xii
xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), salah satu industri kreatif

yang memiliki peluang perluasan pasar adalah industri makan khususnya kue pia,

terutama pada saat ini kue pia sudah menjadi makanan sehari-hari dan menjadi

makanan khas dari negara Indonesia. Industri kreatif memiliki posisi strategis

dalam mengepakkan sayapnya. Tetapi, persaingan juga tentunya semakin ketat,

produk yang memiliki kualitas baik, harga terjangkau serta menarik perhatian

tentunya lebih diminati oleh konsumen.

Home Industri PIA QILA merupakan salah satu usaha pembuatan kue pia di

Kota Makassar. Usaha ini memproduksi kue pia 1000 - 1500 toples per minggu,

dalam 1 toples berisikan 30 buah kue yang akan dipasarkan di dalam dan luar

Kota Makassar. Jumlah karyawan yaitu 10-12 pekerja dengan 9 jam kerja, dan

jumlah hari produksi 2-3 hari/minggu. Aktivitas kerja proses pembuatan kue pia

di usaha ini yaitu aktivitas kerja pembuatan adonan kue pia, pembagian adonan

pia, pengisian kue pia, pencetakan, pengolesan, pengovenan dan pengemasan.

Pada aktivitas ini terdapat 12 pekerja, proses pencampuran bahan – bahan kue pia

dilakukan 1 orang pekerja, proses pembagian adonan pia dilakukan 1 orang

pekerja, maka 7 orang pekerja proses pengisian, pencetakan dan penataan loyang

dengan orang pekerja dan proses pengolesan dan pengovenan dilakukan 1

pekerja serta pengemasan dilakukan 2 orang pekerja. Gangguan pada sistem

1
kerangka otot karena aktivitas pekerjaan dikenal dengan istilah Musculoskeletal

disorders (MSDs). Musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan

gangguan/kerusakan yang terjadi pada sistem kerangka otot, baik pada bagian otot

rangka maupun pada tulang rangka, yang biasanya terjadi karena kesalahan sikap

(posture) kerja, penggunaan tenaga berlebih (overexertion), peregangan

berlebihan (overstretching) atau penekanan lebih (overcompression) dan lainnya

(Iridiastadi & Yasserli, 2014).

Penilaian risiko kerja dapat dilakukan dengan menggunakan metode Rapid

Upper Limb Assessment (RULA). RULA pertama kali diperkenalkan pada tahun

1993 oleh Dr. Lynn McAtamney, merupakan metode cepat penilaian postur tubuh

bagian atas. Input metode ini adalah postur (telapak tangan, lengan atas, lengan

bawah, punggung dan leher), beban yang diangkat, tenaga yang dipaka

(statis/dinamis), dan jumlah pekerjaan. Metode ini menyediakan perlindungan

yang cepat dalam pekerjaan seperti risiko pada pekerjaan yang berhubungan

dengan upper limb disorders, mengidentifikasi usaha yang dibutuhkan otot yang

berhubungan dengan postur tubuh saat kerja (penggunaan kekuatan dan kerja

statis yang berulang) (McAtamney, et al., 1993). Maka ada beberapa

permasalahan yang muncul di proses produksi kue pia salah satunya yakni proses

kerja dengan menggunakan proses manual. Dapat dijumpai pula aktivitas

pembagian adonan, pengisian kue pia, pencetakan, pengovenan menuntut pekerja

melakukan kegiatan yang kurang ergonomis karena aktivitas seperti pembagian

adonan, pengisian kue pia , pencetakan dilakukan dengan postur tubuh jongkok

dalam waktu yang terlalu lama sehingga pekerja sering merasakan lelah dan nyeri

2
terutama pergelangan tangan, bahu, dan pinggang, maka apabila dilakukan secara

terus menerus oleh pekerja akan mengakibatkan cedera pada tubuh pekerja. Hal

tersebut menyebabkan perlunya dilakukan tinjauan tentang hal harusnya

dilakukan guna mengurangi kegiatan yang kurang ergonomis dialami oleh

pekerja.

Penelitian tentang analisa postur kerja kali ini maka penulis menggunakan

metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment) guna meninjau postur kerja yang

tidak alamiah pada proses produksi kue pia dan menentukan suatu tindakan apa

yang harus dilakukan terhadap prostur kerja yang ada dalam aktivitas proses

produksi kue pia.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memilih judul, “Usulan perbaikan

postur kerja dengan metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment) pada

Home Industri PIA QILA Di Kota Makassar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

yaitu bagaimana usulan perbaikan postur kerja yang ergonomis kepada pekerja

kue pia untuk mendapatkan postur kerja yang lebih alamiah dalam mengatasi

keluhan kaku pada tubuh bagian atas?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu menyampaikan usulan perbaikan postur

kerja yang ergonomis kepada pekerja kue pia untuk mendapatkan postur kerja

yang lebih alamiah dalam mengatasi keluhan kaku pada tubuh bagian atas

3
1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan dicapai dari hasil penelitian ini adalah :

a. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perbaikan postur

kerja dengan menggunakan metode RULA.

b. Bagi Politeknik ATI Makassar. Hasil penelitian ini dapat dijadikan study

kasus bagi mahasiswa yang pada umumnya dan bahan referensi bagi pihak

perpustakaan.

c. Bagi Pemilik Home Industri PIA QILA. Hasil penelitian ini yaitu sebagai

bahan masukan kepada pemilik Usaha yang membawahi pekerja pada

proses produksi kue pia untuk melakukan perbaikan pada metode kerja

agar keluhan kaku pada bagian atas tubuhnya dapat diminimalisir sehingga

lebih Efektif, Nyaman, Aman, Sehat, dan Efisien (ENASE).

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Home Industry

2.1.1 Pengertian Home Industry

Pengertian Home Industry Home berarti rumah, tempat tinggal, ataupun

kampung halaman. Sedang industri, dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha

produk barang dan ataupun perusahaan. Home Industri adalah rumah usaha

produk barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil

karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah. Pengertian usaha kecil

secara jelas tercantum dalam UU No. 9 Tahun 1995, yang menyebutkan bahwa

usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan bersih paling banyak Rp200 juta tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan tahunan paling

banyak Rp1.000.000.000. Secara umum, dalam pengertian UKM (Usaha Kecil

Menengah) biasanya mencakup sedikitnya dua aspek yaitu aspek nilai investasi

awal jumlah asset dan aspek jumlah tenaga. Menurut BPS jumlah tenaga kerjanya

di antaranya : Industri rumah tangga (home industry) tenaga kerjanya 5-9 orang,

Industri kecil tenaga kerjanya terdiri dari 10-19 orang, Industri sedang atau

menengah tenaga kerjanya berjumlah 20-99 orang, Industri besar tenaga kerjanya

berjumlah antara 100 orang atau lebih. Kriteria lainnya dalam UU No. 9 Tahun

1995 adalah milik WNI, berdiri sendiri, berafiliasi langsung atau tidak langsung

dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk badan usaha perorangan, baik

berbadan hukum maupun tidak. Rumah industri merupakan suatu lingkungan atau

5
kondisi yang perlu diciptakan dan dibangun agar landasan perubahan yang lebih

kokoh dapat diwujudkan antara lain melakukan upaya-upaya proses

pengembangan sumber daya manusia. Didalam era industrialilasi masyarakatnya

digambarkan akan terdiri atas masyarakat yang produktif yang dilandasi oleh

sikap mental dan motivasi yang kuat untuk maju berdisiplin, berdedikasi tinggi

pada ciri keluarganya. Dalam melaksanakan pembangunan industri perlu

ditingkatkan langkah-langkah untuk mengembangkan usaha swasta nasional,

untuk itu pemerintah perlu memberikan perhatian kepada pembangunan prasarana

dan penciptaan iklim sehat yang menunjang pertumbuhan industri dalam

hubungan ini perlu diusahakan pengembangan pendidikan, keterampilan guna

meningkatkan produktivitas tenaga serta pengembangan kecakapan manajemen

para pengusaha nasional. Salah satu contoh home industri dikota makassar yaitu

PIA QILA merupakan usaha yang memproduksi kue pia 1000 - 1500 toples per

minggu, dalam 1 toples berisikan 30 buah kue yang akan dipasarkan di dalam dan

luar Kota Makassar. Jumlah karyawan yaitu 10-12 pekerja dengan 9 jam kerja,

dan jumlah hari produksi 2-3 hari/minggu.

2.1.2 Macam-macam Home Industry

Menurut Departemen Perindustrian (DP) tahun 1995 macam-macam

industri bisa dilihat dari beberapa sudut pandang. Pertama, pengelompokan

industri yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian (DP). Bahwasanya,

industri nasional Indonesia dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar yaitu :

a. Industri dasar yang meliputi kelompok industri mesin dan logam dan kelompok

kimia dasar. Yang termasuk dalam industri mesin dan logam dasar ; industri
6
mesin pertanian, elektronika, kereta api, pesawat terbang, kendaraan bermotor,

besi baja, aluminium, tembaga dan sebagainya.

b. Industri kecil yang meliputi industri pangan (makanan, minuman, tembakau),

industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi, serta barang dari kulit), industri

kimia dan bahan bangunan (industri kertas, percetakan, penerbitan, barang-

barang karet, plastic, dan lain-lain).

c. Industri hilir yaitu kelompok aneka industri yang meliputi antara lain industri

yang mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah hasil sumber daya

pertanian secara luas, dan lain-lain. Kelompok aneka industri ini mempunyai

misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau pemerataan, memperluas

kesempatan kerja, tidak padat modal, dan teknologi yang digunakan adalah

teknologi menengah atau teknologi maju.

2.2 Flowchart Proses Produksi PIA QILA

Mulai Pencetakan adonan

Penataan adonan pada


Persiapan
loyang
Bahan

Pengolesan adonan
Pencampuran bahan
baku
Pengovenan

Pembagian adonan
Pengemasan

Pengisian adonan
Selesai

7
Pada proses produksi kue pia maka melalui beberapa tahap yaitu :

1. Persiapan bahan yaitu mempersiapkan bahan dan alat yang akan

digunakan seperti tepung terigu, minyak, air, telur, gula pasir, baking

powder, mixer.

2. Pencampuran bahan yaitu proses pencampuran bahan – bahan agar

memjadi adonan dengan menggunakan alat mixer.

3. Pembagian adonan setelah proses pencampuran bahan menjadi adonan

maka dipindah diwadah atau baskom dari mixer kemudian didiam selama

beberapa menit agar mengalami proses pengembangan adonan tersebut.

4. Selanjutnya proses pengisian adonan dengan menggunakan tangan.

5. Setelah melakukan proses pengisian adonan selanjutnya dilakukan

pencetakan dengan menggunakan cetakan manual.

6. Kemudian adonan yang telah dicetak ditata diatas loyang.

7. Setelah adonan kue pia ditata rapi diatas loyang kemudian dilakukan

pengolesan kuning telur untuk memberikan tampilan menarik.

8. Selanjutnya dilakukan proses pengovenan selama 5 menit.

9. Setelah melalui tahap pengovenan maka diangkat ketempat pengemasan

dan didiam selama 5 menit untuk melalui tahap pengemsan.

8
2.3 Posisi kerja pada proses produksi PIA QILA

2.3.1 Posisi kerja membungkuk

Posisi membungkuk salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk

diterapkan dalam pekerjaan adalah membungkuk. Posisi ini tidak menjaga

kestabilan tubuh bekerja. Pekerja mengalami keluhan nyeri pada bagian punggung

bagian bawa ( low bck pain ) bila dilakukan secara berulang dan periode yang

cukup lama.

Dari segi otot , Posisi kerja duduk yang paling baik adalah sedikit

membungkuk., sedangkan dari aspek tulang penentuan posisi yang baik adalah

posisi kerja duduk yang tegak agar punggung tidak bungkuk, sehingga otot perut

tidak berada pada keadaan yang lemas, oleh karena itu sangat dianjurkan dalam

bekerja posisi duduk yang tegak harus diselingi dengan istirahat dalam bentuk

sedikit membungkuk (Suma’nur, 2013).

Pada Gambar 2.1 menggambarkan pekerja dengan menundukkan leher atau

membungkukkan pinggung melebihi sudut 820 sehingga cara kerja ini akan

mengakibatkan rasa sakit pada leher dan tulang belakang secara berulan – ulang.

Gambar 2.1 Posisi kerja membungkuk

9
2.3.2 Posisi kerja duduk jongkok

Posisi kerja dengan jongkok ini juga akan menimbulkan rasa tidak nyaman

pada diri pekerja. Kondisi ini diperbolehkan asal tidak melebih 2 jam perharinya

(Suhardi B, 2008).

Pada Gambar 2.2 menggambarkan pekerja pada posisi kerja jongkok dengan

menundukkan leher atau membungkukkan pinggung melebihi sudut 43 0 sehingga

cara kerja ini akan mengakibatkan rasa sakit pada leher dan tulang belakang

karena dilakukan secara terus menerus tanpa melakukan relaksasi.

Gambar 2.2 Posisi kerja jongkok

2.4 Postur Kerja

Postur atau sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil pekerja dalam

melakukan pekerjaan (Nurmianto,2004).Postur kerja juga merupakan titik penentu

dalam menganalisa keekftifan dari suatu pekerjaan. Apabila postur kerja yang

dilakukan oleh operator tidak baik maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh

oleh operator tersebut tidak ergonomis maka operator tersebut juga mengalami

penurunan dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.


10
Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja yaitu :

a. Sikap Kerja duduk

Menjalankan pekerjaan dengan sikap kerja duduk menimbulkan masalah

musculoskeletal terutama masalah punggung karena terdapat tekanan pada

tulang belakang. Menurut Nurmianto (2004), keuntungan bekerja dengan sikap

kerja duduk adalah mengurangi beban statis pada kaki dan berkurangnya

pemakaian energi.

b. Sikap Kerja Berdiri

Sikap kerja berdiri merupakan sikap siaga baik sikap fisik maupun

mental, sehingga aktivitas kerja dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti namun

berbagai masalah bekerja dengan sikap kerja berdiri dapat menyebabkan

kelelahan, nyeri dan terjadi fraktur pada otot tulang belakang.

c. Sikap Kerja duduk Berdiri

Sikap kerja duduk berdiri merupakan kombinasi kedua sikap kerja utuk

mengurangi kelelahan otot karena sikap paksa dalam satu posisi kerja. Posisi

kerja duduk berdiri merupakan posisi yang lebih baik dibandingkan posisi

duduk atau posisi berdiri saja. Penerapan sikap kerja duudk berdiri

memberikan keuntungan di sektor industri dimana tekanan pada tulang

belakang dan pinggang 305 lebih rendah dibandingkan dengan posisi duduk

maupun berdiri terus – menerus.

2.5 Pengaruh Postur Kerja terhadap Ergonomi

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan

informasi – informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia


11
untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada

sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan

itu dengan efektif, aman, dan nyaman.

Salah satu faktor yang mempengaruhi ergonomi adalah postur dan sikap

tubuh pada saat melakukan aktivitas tersebut. Hal tersebut sangat penting untuk

berpengaruh karena hasil produksi sangat berpengaruh oleh apa yang dilakukan

pekerja. Bila postur kerja yang digunakan pekerja salah satunya tidak ergonomis,

pekerja akan cepat lelah sehingga konsentrasi dan tingkat ketelitian menurun.

Pekerja menjadi lambat, akibatnya kualitas dan kuantitas hasil produksi menurun

yang pada akhirnya menyebabkan turunnya produktivitas. Postur kerja sangatlah

erat kaitannya dengan keilmuan ergonomi dimana pada keilmuan ergonomi

dipelajari bagaimana untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui

upaya pencegahan cedera akibat kerja postur kerja yang salah dan penyakit akibat

kerja serta menurunkan beban kerja fisik dan mental, oleh karena itu perlu

dipelajari tentang bagaimana suatu postur kerja dikatakan efektif dan efisien, tentu

saja untuk mendapatkan postur kerja yang baik kita harus melakukan penelitian –

penelitian serta memiliki pengetahuan dibidang keilmuan ergonomi itu sendiri

dengan tujuan agar kita dapat menganalisis dan mengevaluasi postur kerja yang

salah dan kemudian mampu memberikan postur kerja usulan yang lebih baik

sebab masalah postur kerja sangatlah penting untuk diperhatikan karena langsung

berhubungan dengan proses operasi itu sendiri, dengan postur kerja yang salah

serta dilakukan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan operator

akan mengalami beberapa gangguan – gangguan otot (Musculoskeletal) dan

12
gangguan-gangguan lainnya sehingga dapat mengakibatkan jalannya proses

produksi tidak optimal (Andrian, 2013)

2.6 Pengaruh Postur Kerja terhadap Musculoskeletal

Musculoskeletal adalah risiko kerja mengenai gangguan otot yang disebabkan

oleh kesalahan postur kerja dalam melakukan suatu aktivitas kerja. Keluhan

musculoskeletal adalah keluhan pada bagian – bagian otot skeletal yang dirasakan

oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.

Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang

lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen

dan tendo. Keluhan hingga kerusakan inilah yang kebiasannya diistilahkan dengan

keluhan Musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem

musculoskeletal.

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu

(Tarwaka, 2010) :

a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot

menerima bebas statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang

apabilla pembebanan dihentikan.

b. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.

Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot

masih terus berlanjut.

13
2.7 Kuesioner Nordic Body Map

Kuesioner Nordic Body Map adalah system pengukuran keluhan sakit pada

tubuh yang dikenal muscloskeletal. Sebuah system muscloskeletal (system gerak)

adalah system organ yang memberikan hewan dan manusia kemampuan untuk

bergerak menggunakan system otot dan rangka (Wilson dan Corlett, 1992).

System muscloskeletal menyediakan bentuk dukungan, stabilitas dan gerakan

tubuh. Salah satu alat bantu untuk mempermudah pengukuran serta mengenali

sumber penyebab muscloskeletal disorder adala Nordic Body Map

(NBM).Melalui Tabel NBM maka dapat diketahui bagian – bagian otot yang

mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman agak

sakit sampai sangat sakit. Tabel 2.1 Tabel Nordic Body Map

Hasil dari kuesioner adalah jumlah persentase keluhan yang dialami loeh

pekerja selama pengamatan. Perhitungan nilai persentase untuk tiap – tiap tubuh

ini didapat dari jumlah “ya” keseluruhan /( jumlah pekerja yang diamati X total

hari pengamatan).

Tabel 2.1 Tabel Nordic Body Map

(Sumber : Wilson dan Corlett, 1992 dalam susanto 2014)

14
Berikut rumus persentase keluhan pada tubuh :

2.8 Metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment)

Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah suatu metode yang

dikembangkan dalam bidang ergonomi yang menginvestigasi dan menilai postur

kerja yang dilakukan oleh tubuh bagian atas. Metode penilaian postur kerja ini

tidak memerlukan alat-alat khusus dalam melakukan pengukuran postur leher,

punggung, dan tubuh bagian atas (McAtamney & Corlett, 1993).

Metode ergonomi ini mengevaluasi postur, kekuatan, dan aktivitas otot yang

menimbulkan cedera akibat aktivitas berulang (repetitive starin injuries). RULA

memberikan hasil evaluasi yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh. Skor

tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar atau berbahaya

untuk dilakukan dalam bekerja. Sedangkan skor terendah juga tidak berarti

menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari Ergonomic Hazards (Leuder, 1996).

RULA dikembangkan untuk memenuhi tujuan sebagai berikut:

a. Memberikan suatu metode pemeriksaan populasi pekerja secara cepat,

terutama pemeriksaan paparan terhadap resiko gangguan bagian tubuh atas

yang disebabkan karena bekerja.

b. Menentukan penilaian penilaian gerakan-gerakan otot yang dikaitkan dengan

postur kerja, mengeluarkan tenaga, dan melakukan kerja statis dan repetitive

yang mengakibatkan kelelahan otot.

15
c. Memberikan hasil yang dapat digunakan pada pemeriksaan atau pengukuran

ergonomi yang mencakup faktor-faktor fisik, epidemiologis, mental,

lingkungan dan faktor organisional dan khususnya mencegah terjadinya

gangguan pada tubuh bagian atas akibat kerja.

RULA membagi bagian tubuh menjadi dua bagian untuk menghasilkan suatu

metode yang cepat digunakan, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi lengan atas

dan lengan bawah serta pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher,

badan dan kaki. Hal ini memastikan bahwa seluruh postur tubuh dicatat sehingga

postur kaki, badan dan leher terbatas yang mungkin mempengaruhi postur tubuh

bagian atas dapat masuk dalam pemeriksaan.

Kisaran gerakan untuk setiap bagian tubuh dibagi menjadi bagian-bagian

menurut kriteria yang berasal dari interprestasi literature yang relevan. Bagian-

bagian ini diberi angka sehingga angka 1 berada pada kisaran gerakan atau postur

bekerja dimana resiko faktor merupakan terkecil atau minimal. Sementara angka-

angka yang lebih tinggi diberikan pada bagian-bagian kisaran gereakan dengan

postur yang lebih ekstrim yang menunjukkan adanya faktor risiko yang meningkat

ynag menghasilkan beban pada struktur bagian tubuh. Pemerikasaan atau

pengukuran dimulai dengan mengamati operator selama beberapa siklus kerja

untuk menentukan tugas dan postur pengukuran. Pemilihan mungkin dilakukan

pada postur dengan siklus kerja terlama dimana beban terbesar terjadi.

Skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok tubuh bagian A dan B

diukur dan dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia kemudain ditambahkan

dengan skor yang berasal dari tabel A dan tabel B, yaitu sebagai berikut:

16
a. Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok A =

Skor C

b. Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok B =

Skor C

Setelah diperoleh skor total, yang bernilai 1 hingga 7 menunjukkan level

tindakan (action level) sebagai berikut:

a. Action level 1

Suatu skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur ini bisa diterima jika tidak

dipertahankan atau tidak berulang dalam periode yang lama.

b. Action level 2

Skor 3 atau 4 yang menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan lanjutan dan

juga diperlukan perubahan-perubahan.

c. Action level 3

Skor 5 atau menunjukkan bahwa pemeriksaan dan perubahan perlu segera

dilakukan.

d. Action level 4

Skor 7 menunjukkan bawah kondisi ini berbahaya maka pemeriksaaan dan

perubahan diperlukan dengan sangat segera saat itu juga.

17
(Sumber: MacAtmney & Corlett, 1993)

Gambar 2.3 Lembar Analisis RULA

Langkah – langkah metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment) yaitu :

a. Grup A berdiri dari beberapa posisi yaitu sebagai berikut :

1. Posisi lengan atas

Untuk skor setiap gerakan posisi lengan atas dapat dilihat pada Tabel 2.2 .

Jika bahu terangkat dan lengan bawah mendapatkan tekanan maka skor

ditambah 1, bila posisi pekerjaa bersandar dan lengan ditopang maka skor

dikurangi 1.

18
Tabel 2.2 Posisi bagian lengan atas

Pergerakan Skor
20° 1
20° - 45° 2
45° - 90° 3
> 90° 4

(Sumber: MacAtmney & Corlett, 1993)

2. Posisi lengan bawah

Untuk skor setiap gerakan posisi lengan bawah dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Jika lengan bawah bekerja menyilang didepan tubuh atau berada disamping

tubuh maka skor ditambah 1 .

Tabel 2.3 Posisi Lengan bawah

Pergerakan Skor
60° - 100° 1
< 60° atau > 100° 2
(Sumber: MacAtmney & Corlett, 1993)

3. Posisi tekukan telapak tangan dan Posisi Telapak Tangan yang mengalami

Tekukan dan Putaran

Penentuan posisi wrist atau tekukan telapak tangan berdasarkan issu

kesehatan dan keselamatan dapat dilihat pada Tabel 2.4 dan 2.5. Jika

telapak tangan mengalami tekukan pada deviasi ulnar dan radial tangan

yang mengalami tekukan dan perputaran.

19
Tabel 2.4 Posisi tekukan telapak tangan
Pergerakan Skor

Jika telapak tangan berada posisi netral 1


Jika telapak tangan membentuk sudut
2
0° - 15°
Jika telapak tangan tertekuk
3
membentuk sudut lebih dari 15°
(Sumber: MacAtmney & Corlett, 1993)

Tabel 2.5 Posisi telapak tangan yang mengalami tekukan dan putaran

Pergerakan Skor
Bila telapak yang bertekuk berputar
1
diposisi tengah
Bila telapak tangan bertekuk didekat
2
atau diakhir dari putaran

(Sumber: MacAtmney & Corlett, 1993)

b. Grup B berdiri dari beberapa posisi yaitu :

1. Posisi dari leher

Untuk skor setiap gerakan posisi leher dapat dilihat 2.6 . Jika leher pekerja

banyak menoleh kesamping kiri atau kanan dan bertekuk kesamping kiri

dan kanan maka skor ditambah 1.

Tabel 2.6 Posisi Leher


Pergerakan Skor
0° - 10° 1
10° - 20° 2
> 20° 3
Jika leher melakukan posisi
4
mendengak atau menunduk
(Sumber: MacAtmney & Corlett, 1993)

2. Posisi Punggung

Untuk skor setiap gerakan posisi punggung dapat dilihat pada tabel 2.7

20
Tabel 2.7 Posisi Punggung
Pergerakan Skor
Jika pekerja duduk atau disangga
dengan baik oleh pinggul punggung
1
yang membentuk sudut 90° atau
lebih
Jika punggung membentuk sudut 0° -
2
20°
Jika punggung membentuk sudut
3
20° - 60°
Jika punggung membentuk sudut
4
60°
(Sumber: MacAtmney & Corlett, 1993)

3. Posisi Kaki

Untuk skor setiap gerakan posisi kaki dapat dilihat pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Posisi Kaki


Pergerakan Skor
Jika paha dan kaki disangga dengan
baik pada saat duduk dan tubuh selalu 1
dalam keadaan seimbang
Jika dalam posisi berdiri dimana berat
tubuh didistribusikan merata ke dua 2
kaki
Jika paha dan kaki tidak sangga dan
3
titik berat tubuh tidak seimbang
(Sumber: MacAtmney & Corlett, 1993)

2.9 Antropometri

2.9.1 Pengertian Antropometri

Antropometri adalah suatu bagian yang mendukung Ergonomi,

terutama dalam perancangan peralatan berdasar prinsip Ergonomi.

“Antropometri” berasal dari kata“Antro” yang artinya manusia, dan “Metri”

yang artinya ukuran. Sehingga, “Antropometri” adalah ilmu tentang

hubungan antara struktur dan fungsi tubuh (termasuk bentuk dan ukuran
21
tubuh) dengan desain alat-alat yang digunakan manusia (Wignjosoebroto,

1995). Sedangkan Niebel (1999) mendefenisikan “Antropometri” sebagai

suatu ilmu untuk mengukur tubuh manusia atau orang (Wignjosoebroto,

1995).Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara

luas antara lain dalam hal:

1. Perancangan area kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain).

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools)

dan lain sebagainya.

3. Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer, dan

lain-lain.

4. Perancangan lingkungan kerja fisik. Antropometri pada dasarnya akan

menyangkut ukuran fisik atau fungsi dari tubuh manusia, termasuk disini

ukuran linier, berat, volume, ruang gerak, dan lain-lain.

Data antropometri akan sangat bermanfaat dalam perencanaan peralatan

kerja atau fasilitasfasilitas kerja. Persyaratan ergonomis mensyaratkan agar

peralatan dan fasilitas kerja harus sesuai dengan orang yang

menggunakannya, khususnya yang menyangkut dimensi ukuran tubuh

(Wignjosoebroto, 1995). Dalam kaitan ini, maka perancangan produk harus

mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan

menggunakan produk hasil rancangannya tersebut (Wignjosoebroto, 1995).

22
2.9.2 Jenis Antropometri
Menurut Sutalaksana (2006), antropometri adalah pengetahuan yang
menyangkut pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh.
Antropometri dibagi atas dua bagian, yaitu :
1. Antropometri statis.
Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan
tubuh. Ada beberapa metode pengukuran tertentu agar hasilnya
representative. Selain itu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
dimensi tubuh manusia, sebagai berikut:
a. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai
sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada
kecenderungan berkurang setelah 60 tahun.
b. Jenis kelamin.
Jenis kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih
besar kecuali dada dan pinggul.
c. Suku bangsa (etnis).
Dimensi tubuh suku bangsa negara barat lebih besar jika
dibandingkan dengan dimensi tubuh suku bangsa negara Timur.
d. Sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh
manusia. Pada negara-negara maju dengan tingkat sosial ekonomi tinggi
mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan dengan negara-
negara berkembang.
2. Antropometri dinamis
Antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri
fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan
yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya.
Terdapat 3 kelas pengukuran antropometri dinamis, yaitu:

23
a. Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti
keadaan mekanis dari suatu aktifitas. Contoh dalam mempelajari
performansi atlet.
b. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja.
Contoh jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat
bekerja, yang dilakukan dengan berdiri atau duduk.
c. Pengukuran variabilitas kerja. Contoh analisis kinematika dan
kemampuan jari-jari tangan dari seorang juru ketik atau operator
komputer.

2.9.3 Distribusi Normal dalam Penetapan Data Antropometri

Secara statistik terlihat bahwa ukuran tubuh manusia pada suatu populasi

berada disekitar harga rata-rata, dan sebagian kecil harga ekstrim jatuh di dua

sisi distribusi. Perancangan berdasarkan konsep harga rata-rata hanya akan

menyebabkan sebesar 50% dari populasi pengguna rancangan yang akan dapat

menggunakan rancangan dengan baik. Sedangkan sebesar 50% sisanya tidak

dapat menggunakan rancangan tersebut dengan baik. Oleh karena itu tidak

dibenarkan untuk merancang berdasarkan konsep harga rata-rata ukuran

manusia. Untuk itu dilakukan perancangan yang berdasarkan harga tertentu

dari ukuran tubuh (Wignjosoebroto, 1995). Sebagian besar data Antropometri

dinyatakan dalam bentuk persentil. Persentil merupakan suatu nilai yang

menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya

sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya 95% dari populasi

adalah sama atau lebih rendah dari 95 persentil, dan 5% dari populasi berada

sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil.

24
Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan

harga rata-rata dan simpangan standarnya dari data yang ada. Dari nilai yang

ada tersebut, persentil dapat ditetapkan sesuai dengan tabel probabilitas

distribusi normal. Persentil yang dimaksudkan adalah suatu nilai yang

menunjukan presentasi tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di

bawah nilai tersebut. Sebagai contoh, 95-th persentil akan menunjukan 95%

populasi akan berada pada atau di bawah ukuran tersebut; sedangkan 5-th

persentil akan menunjukan 5% populasi akan berada pada atau di bawah

ukuran itu. Dalam antropometri, angka 95-th akan menggambarkan ukuran

manusia yang “terbesar” dan 5-th persentil menunjukan ukuran

“terkecil”.(Sritomo Wignjosoebroto, 2000) Dalam konsep persentil ini ada dua

konsep yang perlu dipahami. Pertama, persentil antropometri pada individu

hanya didasarkan pada satu ukuran tubuh saja, seperti tinggi berdiri atau tinggi

duduk. Kedua, tidak ada orang yang disebut sebagai orang persentil ke-90 atau

orang persentil ke-5. Artinya, orang yang memiliki persentil ke-50 untuk tinggi

duduk mungkin saja memiliki dimensi persentil ke-40 untuk tinggi popliteal

atau persentil ke-60 untuk tinggi siku duduk. (Sritomo Wignjosoebroto, 2000)

Nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri

dapat dilihat pada Tabel 2.9 berikut ini:

25
Tabel 2.9 Distribusi Normal dan Perhitungan Persentil

(Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2000)

2.10 Penelitian Terdahulu


Berikut tabel penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi oleh

peneliti :

Tabel 2.10 Penelitian Terdahulu


No Peneliti Judul Penelitian Metode yang digunakan
Peneliti menggunakan metode
Analisa postur dengan metode rula
1 Torik ( 2015 ) RULA (Rapid Upper Limb
untuk kerja administrasi
Assessment )
Analisa postur kerja dengan metode Peneliti menggunakan metode
Sahri Prayitno dan
2 rula pada operator proses masking RULA (Rapid Upper Limb
Bethriza Hanum (2017)
FR dab RR Di PT SC PLANT 2 Assessment )

Peneliti menggunakan metode


Evaluasi beban dan postur kerja
Andika Kurniawan RULA (Rapid Upper Limb
3 pada proses produksi roti dengan
( 2018 ) Assessment ) dan NASA-
pendekatan ergonomi
TLX
Usulan perbaikan postur kerja
operator pemasangan labebl untuk Peneliti menggunakan metode
4 Ayu Putri Asyirah ( 2019 ) meghindari risiko Musculoskeletal RULA (Rapid Upper Limb
pada PT. Sariguna Primatirta Assessment )
kabupaten Gowa

(Sumber : Data diolah 2020)

26
2.11 Kerangka Berpikir

Home Industri PIA QILA

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah dan Tujuan

Landasan Teori

Pengumpulan Data dan Pengolahana Data

RULA Nordic Body Map


(Rapid Upper Limb Assessment) Perhitungan skor keluhan operator

Analisa Dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

27
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Home Industri PIA QILA, dengan mengambil

objek pekerja bagian produksi kue pia qila yang beralamatkan di Jln. Antang Raya

pada Perumahan Makio Baji blok C1 No.11 Kota Makassar, Sulsel 90243. Dan

dilaksanakan mulai dari 24 Agustus 2020 sampai dengan 4 September 2020.

3.2 Alat Dan Bahan

Dalam pengumpulan dan pengolahann data, adapun alat dan bahan yang

digunakan penulis dalam menyelesaikan atau menghitung serta menganalisis

penelitian ini :

1. Alat

a. Alat Tulis

b. Laptop/Komputer

c. Busur Derajat

d. Kamera

e. Kuesioner Nordic Body Map

f. Software Microsoft Office Word 2010

g. Software Microsoft Office Excel 2010

h. Software corel draw 2018

i. Software Sketchup

28
2. Bahan

a. Data hasil kuesioner Nordic Body Map pekerja pada bagian proses produksi

pia qila

b. Data postur tubuh operator pada bagian proses produksi kue pia.

3.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah adalah penelitian deskriptif yaitu

menggambarkan mengenai objek yang diteliti dengan menggunakan data primer

dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari industri Pia Qila,

sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari internet serta beberapa

buku referensi yang terkait dengan penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer, yaitu pengamatan yang dimaksudkan untuk memperoleh data-

data aktual yang merupakan gambaran nyata yang terjadi pada Home Industri

PIA QILA dengan jalan :

1. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung untuk memperoleh data dan

mengambil objek pada pekerja saat produksi kue Pia dan langkah ini

bertujun untuk melihat permasalahan yang dapat dijadikan sebagai sebuah

penelitian.

2. Wawancara,yaitu melakukan wawancara langsung dengan narasumber

dalam hal ini pekerja Home Industri Pia Qila yang memberikan penjelasan

dan data yang berhubungan dengan objek penulisan.

29
b. Data Sekunder, yaitu diperoleh dari pustaka, dokumen industri kecil yang

berkaitan dengan penelitian, literatur yang dianggap sesuai dengan penelitian

dan hasil penelitian terdahulu.

3.5 Analisis Data

Untuk menganalisis data pada penelitian ini menggunakan metode RULA

(Rapid Upper Limb Assessment) yaitu mengolah data observasi yang telah

diperoleh untuk menghitung dari setiap anggota tubuh yang diamati seperti

punggung, bahu/lengan, pergelangan tangan, kaki, dan leher. Analisa data pada

penelitian ini dilakukan secara manual maupun menggunakan software dalam

menganalisis postur kerja, waktu, repetisi terkait pada aktivitas kerja .

30
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

Pada Home Industri PIA QILA terdapat beberapa proses mulai dari bahan

masuk ke IKM, kemudian ke proses pencampuran bahan-bahan baku

menggunakan mesin pengaduk adonan, setelah menjadi adonan maka dipindah ke

wadah atau baskom dan kemudian melakukan pembagian adoanan , kemudian

melakukan penyimpanan adonan selama 5 menit agar adonan mengembang,lalu di

rollong pin agar mudah dibentuk ,setelah itu lakukan pengisian pada adonan dan

melakukan pencetakan pada adonan dengan cetakan modern, setelah itu lakukan

penataan adonan pada loyang,lalu melakukan pengolesan pada adonan dan

melakuakan proses pengovenan serta tahap terakhir yaitu melakukan pengemasan

kue pia.Berikut merupakan tabel data pekerja pada proses produksi kue PIA

QILA:

Tabel 4.1 Data pekerja proses produksi kue PIA


No Nama Usia Masa Kerja Tinggi
1 Babe 65 20 bulan 167 cm
2 Diana 20 15 bulan 150 cm
3 Rosmawati 34 16 bulan 159 cm
4 Cece 23 18 bulan 170 cm
(Sumber : Data diolah 2020)

Tabel 4.1 merupakan nama - nama karyawan yang bekerja pada proses

produksi kue pia pada Home Industri PIA QILA berserta dengan usia, masa kerja

dan tinggi badan masing – masing pekerja yaitu Babe berusia 65 tahun dengan

masa kerja 20 bulan dan memiliki tinggi 167 cm bekerja pada proses pembagian

31
adonan. Diana merupakan pekerja pada proses pengisian, pekerja tersebut

memiliki usia 20 tahun dengan masa kerja 15 bulan dan tinggi 150 cm.

Rosmawati yaitu pekerja yang pada bagian proses pencetakan dengan usia 34

tahun, masa kerja 16 bulan dan memiliki tinggi 159 cm. Cece merupakan pekerja

bagian proses pengovenan dengan usia 23 tahun dan memiliki masa kerja 18

bulan serta tinggi 170 cm.

Adapun beberapa bagian postur kerja yang sering terjadi pada proses

produksi kue pia di Home Industri PIA QILA yaitu sebagai berikut :

a. Pada proses pembagian adonan sebelum pengisian pada adonan pia

Gambar 4.1 Aktivitas pembagian adonan sebelum pengisian

Aktivitas diatas yaitu melakukan proses pembagian adonan sebelum

pengisian, dimana posisi duduk membungkuk sehingga mengalami keluhan

sakit dibagian pinggang dan selain itu dibagian pergelangan tangan secara

berulang dapat menyebabkan nyeri dan keram pada tangan.

32
b. Aktivitas proses pengisian ke adonan pia

Gambar 4.2 Aktivitas pengisian pada adonan kue pia

Pada aktivitas proses pengisian ke adonan kue pia yaitu postur kerja

dengan cara duduk menjongkok sehingga dapat menyebabkan nyeri pada

pinggang dan tangan karena dilakukan secara berulang-ulang.

c. Aktivitas proses pencetakan kue pia

Gambar 4.3 Aktivitas pencetakan adonan kue pia

Aktivitas proses pencetakan adonan kue pia setelah melakukan aktivitas

pengisian adonan dengan posisi duduk menjongkok yang tidak ergonomis

karena meja dan dan kursi yang rendah sehingga dapat menyebabkan keluhan

sakit pinggang dan pada pergelangan tangan dilakukan secara berulang – ulang

disebabkan pencetakan masih menggunakan alat manual.


33
d. Aktivitas proses pengovenan

Gambar 4.4 Aktivitas pengovenan kue pia

Aktivitas diatas merupakan proses pengovenan adonan kue pia dengan

posisi berdiri dan agak membungkuk sehingga dapat menyebabkan nyeri pada

pinggang dan bagian lengan atas dan dibawah mengalami keluhan sakit karena

dilakukan secara berulang- ulang saat membolak balik kue pia.

34
4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Nordic Body Map (NMB)

Tujuan pengisian kuesioner ini yaitu untuk mengetahui area tubuh mana

yang merasakan sakit dan seberapa besar skala sakitnya sehingga kita bisa

melakukan tindakan berikutnya. Lokasinya penyebaran kuesioner di Area kerja

proses produksi kue pia. Proses penyebaran kuesioner dilakukan dengan

memberikan langsung kuesioner NBM ke operator setelah responden selesai

melakukan aktivitas kerja baik normal maupun overtime antara tanggal 24

Agustus – 04 September 2020. Data pekerja proses produksi ku pia dilihat pada

Tabel 4.1 dan pengamatan dari kuesioner NBM pada pekerja ditanggal 28

Agustus 2020 dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan gambar histogramya dapat

dilihat pada Gambar 4.5

Tabel 4.2 Data Pengamatan NBM Agustus 2020


Keluhan (Orang )
NO Jenis Keluhan
Ya Tidak
1 Sakit/kaku dileher 2 2
2 Sakit dibahu kiri 3 1
3 Sakit dibahu kanan 3 1
4 Sakit pada lengan atas kiri 4 0
5 Sakit di punggung 4 0
6 Sakit pada Lengan atas kanan 2 2
7 Sakit pada pinggang 4 0
8 Sakit pada lengan bawah kiri 2 2
9 Sakit pada lengan bawah kanan 2 2
10 Sakit pada pergelangan tangan kiri 4 0
11 Sakit pada pergelangan tangan kanan 4 0
12 Sakit pada tangan kiri 2 2
13 Sakit pada tangan kanan 2 2
(Sumber : Data diolah 2020)

35
Berdasarkan Tabel 4.2 Kuesioner Nordic Body Map terdapat bahwa 2 pekerja

merasakan sakit dibagian leher karena disebabkan posisi leher yang memutar dan

dilakukan secara berulang – ulang , kemudian sakit bagian bahu kiri dan bahu

kanan dirasakan oleh 3 pekerja disebabkan oleh posisi duduk menjongkok dan

membungkuk, sakit bagian lengan atas kiri dirasakan 4 pekerja disebabkan

pergerakan tangan terangkat saat melakukan aktivitas secara berulang – ulang.

Sakit dibagian punggung dirasakan oleh 4 pekerja disebabkan posisi duduknya

membungkuk yang terlalu lama dan tanpa memperoleh kesempatan untuk

relaksasi. Pada bagian lengan atas kanan dirasakan sakit oleh 2 pekerja

disebabkan pergerakan tangan terangkat pada aktivitas pengisian dan pencetakan

secara terus menerus, sakit bagian pinggang dirasakan oleh 4 pekerja disebabkan

posisi tubuh yang menjongkok, membungkuk, dan berdiri terlalu lama tanpa

melakukan peregangan (istirahat).Sakit bagian lengan bawah kiri dan bawah

kanan dirasakan oleh 2 pekerja disebabkan posisi tubuh membungkuk dan

pergerakan tangan terangkat secara terus menerus tanpa melakukan relaksasi.

Kemudian sakit pada pergelangan tangan kiri dan pergelangan tangan kanan

dirasakan sakit 4 pekerja disebabkan saat melakukan aktivitas proses produksi

adonan kue pia pada bagian pergelangan tangan dilakukan secara terus menerus

tanpa melakukan relaksasi. Lalu sakit bagian tangan kiri dan tangan kanan

dirasakan oleh 2 pekerja disebabkan aktivitas pengisian dan pencetakan yang

masih menggunakan alat manual sehingga dapat mengalami nyeri pada bagian

tangan secara terus menerus.

36
4.2.2 Metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment)

1. Postur tubuh kerja pembagian adonan

Gambar 4.5 postur tubuh pekerja proses pembagian adonan

Berdasarkan gambar diatas terdapat besar sudut - sudut postur

tubuh pekerja pada proses pembagian adonan dengan lengan atas sudut 50 0,

lengan bawah dengan sudut 800, pergelangan tangan dengan sudut

100.Kemudian pada bagian leher dengan sudut 30 0, batang tubuh dengan

sudut 300 dan kaki dengan kaki seimbang. Selanjutnya sudut-sudut tersebut

dimasukkan kedalam tabel untuk dilakukan scoring. Berikut tabel scoring

grup A :

Tabel 4.3 Scoring Grup A pembagian adonan


Postur Tubuh Skor Keterangan Skor Akhir
Lengan atas (Upper arm) 3 50° kedepan dan bahu naik 4
Lengan bawah (Lower arm ) 1 80° ke depan 1
10° keatas dan pergelangan tangan menjauh sisi
Pergelangan tangan (Wrist ) 2 3
tengah

(Sumber : Data diolah 2020)

Berdasarkan pada tabel 2.2 yang ada pada bab 2, posisi lengan atas

berada disudut 500 kedepan dengan bahu naik sehingga mendapatkan skor 3

37
maka dari itu pada posisi bahu terangkat maka skor + 1 menjadi skor akhir

4. Lengan bawah berada disudut 800 kedepan dengan skor 1, dan

pergelangan tangan berada disudut 100 keatas dan pergelangan tangan

menjauh sisi tengah diberikan skor 2 akan tetapi pergelangan tangan

mengalami tekukan maka + 1 dengan skor akhir 3 . Skor akhir pada tabel

4.3 dimasukkan ke skor grup A. Berikut merupakan tabel skor grup A :

Tabel 4.4 Skor Grup A pembagian adonan


Wrist Score
Tabel A
1 2 3 4
Upper Lowe
1 2 1 2 1 2 1 2
Arm Arm
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 4 4
1 2 3 3 3 3 4 4 4
2 2 3 3 3 3 3 4 4 4
3 3 4 4 4 4 4 5 5
1 3 3 4 4 4 4 5 5
3 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 4 4 4 4 4 5 5 5
1 4 4 4 4 4 5 5 5
4 2 4 4 4 4 4 5 5 5
3 4 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 8 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9

(Sumber : Data diolah 2020)

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh skor untuk grup A adalah 4, skor

akhir grup A = skor grup A + skor penggunaan otot. Kegiatan ini dilakukan

lebih dari 4 kali/menit. Jadi skor akhir grup A = 4 + 1= 5. Selanjutnya

dilakukan scoring untuk grup B.

Tabel 4.5 Scoring Grup B pembagian adonan


Postur Tubuh Skor Keterangan Skor Akhir
Leher (Neck ) 3 30° ke depan 3
Batang Tubuh (Truck ) 3 30° ke depan 3
Kaki(Legs ) 1 kaki seimbang 1
(Sumber :Data diolah 2020)
38
Pada tabel 4.5 bagian leher berada disudut 30 0 kedepan maka

diberikan skor 3, bagian batang tubuh berada disudut 30 0 kedepan maka

diberikan skor 3 dan bagian kaki berada kaki seimbang dengan skor 1. Hasil

scoring grup B dimasukkan kedalam tabel skor grup B seperti pada tabel

berikut :

Tabel 4.6 Skor Grup B pembagian adonan


Table B : Trunk Posture Score
1 2 3 4 5 6
Neck Posture
Score legs legs legs legs legs legs legs legs legs legs legs legs
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

(Sumber : Data diolah 2020)

Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh skor untuk grup B adalah 4, skor

akhir grup B = skor grup B + skor penggunaan otot. Kegiatan ini dilakukan

lebih dari 4 kali/menit. Jadi skor akhir grup B= 4 + 1= 5. Selanjutnya skor

akhir grup A dan skor akhir grup B dimasukkan kedalam tabel C, sebagai

berikut :

Tabel 4.7 Skor C pembagian adonan

Table C : Neck, trunk and leg score


1 2 3 4 5 6 7
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
wrist and
4 3 3 3 4 5 5 6
arm score
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 5 6 7 7 7
8 5 5 5 7 7 7 7

(Sumber : Data diolah 2020)

39
Berdasarkan tabel C diatas diperoleh skor akhir tabel C yaitu 6.

Skor tersebut berada pada action level 3 artinya pemeriksaan dan perubahan

perlu segera dilakukan.

2. Postur Tubuh Kerja Pengisian Adonan

Gambar 4.6 postur tubuh pekerja proses pengisian adonan

Berdasarkan gambar diatas terdapat besar sudut – sudut postur

tubuh pekerja pada proses pengisian adonan dibagian lengan atas berada

disudut 400, lengan bawah berada disudut 950, pergelangan tangan berada

disudut 150, bagian leher berada disudut 200, batang tubuh berada disudut

600, dan kaki dengan kaki yang seimbang. Selanjutnya sudut-sudut tersebut

dimasukkan kedalam tabel untuk dilakukan scoring. Berikut tabel scoring

grup A :

Tabel 4.8 Scoring Grup A pengisian adonan


Postur Tubuh Skor Keterangan Skor Akhir
Lengan atas (Upper arm) 2 40° ke depan 2
Lengan bawah (Lower arm ) 1 95° ke depan 1
Pergelangan tangan (Wrist) 2 15° ke atas 2
(Sumber : Data diolah 2020)

40
Berdasarkan pada tabel 4.8 bahwa lengan atas berada disudut 40 0

kedepan diberikan skor 2, lengan bawah berada disudut 95 0 kedepan maka

diberikan skor 1 dan bagian pergelangan tangan berada disudut 15 0 keatas

dengan diberikan skor 2. Skor akhir pada tabel 4.8 dimasukkan ke skor

grup A . Berikut merupakan tabel skor grup A :

Tabel 4.9 Skor Grup A Pengisian adonan


Wrist Score
Tabel A
1 2 3 4
Upper Lowe
1 2 1 2 1 2 1 2
Arm Arm
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 4 4
1 2 3 3 3 3 4 4 4
2 2 3 3 3 3 3 4 4 4
3 3 4 4 4 4 4 5 5
1 3 3 4 4 4 4 5 5
3 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 4 4 4 4 4 5 5 5
1 4 4 4 4 4 5 5 5
4 2 4 4 4 4 4 5 5 5
3 4 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 8 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9

(Sumber : Data diolah 2020)

Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh skor untuk grup A adalah 3, skor

akhir grup A = skor grup A + skor penggunaan otot. Kegiatan ini dilakukan

lebih dari 4 kali/menit. Jadi skor akhir grup A = 3 + 1= 4. Selanjutnya

dilakukan scoring untuk grup B.

Tabel 4.10 Scoring Grup B pengisian adonan


Postur Tubuh Skor Keterangan Skor Akhir
Leher (Neck ) 2 20° ke depan 2
Batang Tubuh (Truck ) 3 60° ke depan 3
Kaki(Legs) 1 kaki seimbang 1
(Sumber :Data diolah 2020)

41
Pada tabel 4.10 bagian leher berada disudut 20 0 kedepan maka

diberikan skor 2, batang tubuh berada disudut 600 kedepan maka diberikan

skor 3, dan bagian kaki yang seimbang diberikan skor 1. Hasil scoring grup

B dimasukkan kedalam tabel skor grup B seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.11 Skor Grup B pengisian adonan


Table B : Trunk Posture Score
1 2 3 4 5 6
Neck Posture
Score legs legs legs legs legs legs legs legs legs legs legs legs
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

(Sumber : Data diolah 2020)

Berdasarkan tabel 4.11 diperoleh skor untuk grup B adalah 4, skor

akhir grup B = skor grup B + skor penggunaan otot. Kegiatan ini dilakukan

lebih dari 4 kali/menit. Jadi skor akhir grup B= 4 + 1= 5. Selanjutnya skor

akhir grup A dan skor akhir grup B dimasukkan kedalam tabel C, sebagai

berikut :

Tabel 4.12 Skor C pembagian adonan


Table C : Neck, trunk and leg score
1 2 3 4 5 6 7
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
wrist and
4 3 3 3 4 5 5 6
arm score
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 5 6 7 7 7
8 5 5 5 7 7 7 7

(Sumber : Data diolah 2020)

42
Berdasarkan tabel C diatas diperoleh skor akhir tabel C yaitu 5.

Skor tersebut berada pada action level 3 artinya pemeriksaan dan perubahan

perlu segera dilakukan.

3. Postur Tubuh Kerja Pencetakan Kue Pia

Gambar 4.7 postur tubuh pekerja proses pencetakan kue pia

Berdasarkan gambar diatas terdapat besar sudut - sudut postur

tubuh pekerja pada proses pencetakan kue pia dengan lengan atas berada

disudut 280, lengan bawah berada disudut 900, pergelangan tangan berada

disudut 00, leher berada disudut 130, batang tubuh berada disudut 200 dan

kaki yang seimbang. Selanjutnya sudut-sudut tersebut dimasukkan kedalam

tabel untuk dilakukan scoring. Berikut tabel scoring grup A :

Tabel 4.13 Scoring Grup A pencetakan kue pia


Postur Tubuh Skor Keterangan Skor Akhir
Lengan atas (Upper arm) 2 28° ke depan dan bahu diangkat 3
Lengan bawah (Lower arm ) 1 90° Ke depan 1

Pergelangan tangan (Wrist ) 3 20° ke bawah dan menjauhi titik tengah 4

(Sumber : Data diolah 2020)

43
Pada tabel 4.13 bagian lengan atas berada disudut 28 0 kedepan

dan bahu diangkat maka diberikan skor 2 dengan posisi bahu yang diangkat

maka +1 sehingga skor akhirnya 3, bagian lengan bawah berada disudut 90 0

kedepan maka diberikan skor 1, dan bagian pergelangan tangan berada

disudut 00 kebawah dan menjauhi titik tengah maka diberikan skor 3 dengan

posisi menjauhi titik tengah maka +1 sehingga skor akhirnya 4. Maka tabel

4.13 dimasukkan ke skor grup A. Berikut merupakan tabel skor grup A :

Tabel 4.14 Skor Grup A Pencetakan kue pia


Wrist Score
Tabel A
1 2 3 4
Upper Lowe
1 2 1 2 1 2 1 2
Arm Arm
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 4 4
1 2 3 3 3 3 4 4 4
2 2 3 3 3 3 3 4 4 4
3 3 4 4 4 4 4 5 5
1 3 3 4 4 4 4 5 5
3 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 4 4 4 4 4 5 5 5
1 4 4 4 4 4 5 5 5
4 2 4 4 4 4 4 5 5 5
3 4 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 8 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9

(Sumber : Data diolah 2020)

Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh skor untuk grup A adalah 5, skor

akhir grup A = skor grup A + skor penggunaan otot. Kegiatan ini dilakukan

lebih dari 4 kali/menit. Jadi skor akhir grup A = 5 + 1= 6. Selanjutnya

dilakukan scoring untuk grup B.

44
Tabel 4.15 Scoring Grup B Pencetakan kue pia
Postur Tubuh Skor Keterangan Skor Akhir
Leher (Neck ) 2 13° ke depan dan miring 3
Batang Tubuh (Truck ) 3 20° ke depan 3
Kaki(Legs ) 1 kaki seimbang 1
(Sumber :Data diolah 2020)

Berdasarkan tabel 4.15 bagian leher berada disudut 130 kedepan

dan miring diberikan skor 2 karena posisinya miring maka +1 sehingga

skornya 3, bagian batang tubuh berada disudut 200 kedepan maka diberikan

skor 3, dan bagian kaki yang seimbang diberikan skor 1. Hasil scoring grup

B dimasukkan kedalam tabel skor grup B seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.16 Skor Grup B Pencetakan Kue Pia


Table B : Trunk Posture Score
1 2 3 4 5 6
Neck Posture
Score legs legs legs legs legs legs legs legs legs legs legs legs
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

(Sumber : Data diolah 2020)

Berdasarkan tabel 4.16 diperoleh skor untuk grup B adalah 4, skor

akhir grup B = skor grup B + skor penggunaan otot. Kegiatan ini dilakukan

lebih dari 4 kali/menit. Jadi skor akhir grup B = 4 + 1= 5. Selanjutnya skor

akhir grup A dan skor akhir grup B dimasukkan kedalam tabel C, sebagai

berikut :

45
Tabel 4.17 Skor C Pencetakan Kue Pia
Table C : Neck, trunk and leg score
1 2 3 4 5 6 7
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
wrist and
4 3 3 3 4 5 5 6
arm score
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 5 6 7 7 7
8 5 5 5 7 7 7 7
(Sumber : Data diolah 2020)

Berdasarkan tabel C diatas diperoleh skor akhir tabel C yaitu 6.

Skor tersebut berada pada action level 3 artinya pemeriksaan dan perubahan

perlu segera dilakukan.

4. Postur Tubuh Kerja Pengovenan Kue Pia

Gambar 4.8 postur tubuh pekerja proses Pengovenan kue pia

Berdasarkan gambar diatas terdapat besar sudut - sudut postur

tubuh pekerja pada proses Pengovenan kue pia dengan lengan atas berada

disudut 150, lengan bawah berada disudut 980, pergelangan tangan berada

46
disudut 150, leher berada disudut 250, batang tubuh berada disudut 250 dan

kaki yang seimbang. Selanjutnya sudut-sudut tersebut dimasukkan kedalam

tabel untuk dilakukan scoring. Berikut tabel scoring grup A :

Tabel 4.18 Scoring Grup A Pengovenan kue pia


Postur Tubuh Skor Keterangan Skor Akhir
Lengan atas (Upper arm) 1 15° ke depan dan bahu terangkat 2
Lengan bawah (Lower arm ) 1 98° ke depan 1
Pergelangan tangan (Wrist ) 1 15° ke samping 2
(Sumber : Data diolah 2020)

Berdasarkan tabel 4.18 bagian lengan atas berada disudut 15 0

kedepan dan bahu terangkat diberikan skor 1 karena posisinya posisi bahu

terangkat maka +1 sehingga skornya 2, bagian lengan bawah berada disudut

980 kedepan maka diberikan skor 1, dan bagian pergelangan tangan berada

disudut 150 diberikan skor 1 karena posisi kesamping maka +1 sehingga

diberikan skor 2 . Skor akhir pada tabel 4.18 dimasukkan ke skor grup A.

Berikut merupakan tabel skor grup A :

Tabel 4.19 Skor Grup A pengovenan kue pia


Wrist Score
Tabel A
1 2 3 4
Upper Lowe
1 2 1 2 1 2 1 2
Arm Arm
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 4 4
1 2 3 3 3 3 4 4 4
2 2 3 3 3 3 3 4 4 4
3 3 4 4 4 4 4 5 5
1 3 3 4 4 4 4 5 5
3 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 4 4 4 4 4 5 5 5
1 4 4 4 4 4 5 5 5
4 2 4 4 4 4 4 5 5 5
3 4 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 8 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9

(Sumber : Data diolah 2020)


47
Berdasarkan tabel 4.19 diperoleh skor untuk grup A adalah 3,

skor akhir grup A = skor grup A + skor penggunaan otot. Kegiatan ini dil

akukan lebih dari 4 kali/menit. Jadi skor akhir grup A = 3 + 1= 4.

Selanjutnya dilakukan scoring untuk grup B.

Tabel 4.20 Scoring Grup B Pengovenan kue pia


Postur Tubuh Skor Keterangan Skor Akhir
Leher (Neck ) 3 25° ke depan 3
Batang Tubuh (Truck ) 3 25° ke depan 3
Kaki(Legs ) 1 kaki seimbang 1
(Sumber :Data diolah 2020)

Berdasarkan tabel 4.20 bagian leher berada disudut 250 kedepan

diberikan skor 3, bagian Batang tubuh berada disudut 25 0 kedepan maka

diberikan skor 3, dan bagian kaki yang seimbang diberikan skor 1. Hasil

scoring grup B dimasukkan kedalam tabel skor grup B seperti pada tabel

berikut :

Tabel 4.21 Skor Grup B Pengovenan Kue Pia


Table B : Trunk Posture Score
1 2 3 4 5 6
Neck Posture
Score legs legs legs legs legs legs legs legs legs legs legs legs
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

(Sumber : Data diolah 2020)

Berdasarkan tabel 4.21 diperoleh skor untuk grup B adalah 4, skor

akhir grup B = skor grup B + skor penggunaan otot. Kegiatan ini dilakukan

lebih dari 4 kali/menit. Jadi skor akhir grup B= 4 + 1= 5. Selanjutnya skor

48
akhir grup A dan skor akhir grup B dimasukkan kedalam tabel C, sebagai

berikut :

Tabel 4.22 Skor C Pencetakan Kue Pia


Table C : Neck, trunk and leg score
1 2 3 4 5 6 7
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
wrist and
4 3 3 3 4 5 5 6
arm score
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 5 6 7 7 7
8 5 5 5 7 7 7 7
(Sumber : Data diolah 2020)

Berdasarkan tabel C diatas diperoleh skor akhir tabel C yaitu 5.

Skor tersebut berada pada action level 3 artinya pemeriksaan dan perubahan

perlu segera dilakukan.

49
4.3 Pembahasan

4.3.1 Nordic Body Map (NMB)

Tabel 4.23 Hasil Pengamatan Kueosioner Nordic Body Map


No Jenis Keluhan %
1 Sakit/kaku dileher 3,85%
2 Sakit dibahu kiri 5,77%
3 Sakit dibahu kanan 5,77%
4 Sakit pada lengan atas kiri 7,69%
5 Sakit di punggung 7,69%
6 Sakit pada Lengan atas kanan 3,85%
7 Sakit pada pinggang 7,69%
8 Sakit pada lengan bawah kiri 3,85%
9 Sakit pada lengan bawah kanan 3,85%
10 Sakit pada pergelangan tangan kiri 7,69%
11 Sakit pada pergelangan tangan kanan 7,69%
12 Sakit pada tangan kiri 3,85%
13 Sakit pada tangan kanan 3,85%
(Sumber : Data diolah 2020)

Dari hasil pengamatan diatas bahwa keluhan yang dirasakan oleh pekerja

pia qila yakni merasakan nyeri pergelangan tangan kanan dan kiri (7,69%),

pinggang (7,79%),leher (3,85%), bahu kiri dan kanan (5,77%),lengan atas kiri,

(7,69%),lengan atas kanan (3,85%) serta tangan kanan dan kiri (3,85%) . ini

diakibatkan karena sebagian besar akvitas pekerja yakni berdiri dengan

membungkuk badan, menunduk dan mematahkan leher. Maka untuk mengurangi

hal ini dianjurkan untuk ada perbaikan model gerakan , pekerja melakukan

peregangan setiap muncul pegal dan istirahat setelah bekerja 2 jam, serta perlu

adanya rotasi bekerja agar ada variasi gerakan.

50
4.3.2 Postur tubuh dengan metode RULA

Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan di home industri

kue PIA Qila dengan menilai dan menghitung postur kerja dalam aktivitas

pembuatan kue menggunakan metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment),

maka dapat dilakukan analisa terhadap permasalahan yang ada, yaitu :

a. Postur kerja pembagian adonan

Pembagian adonan merupakan kegiatan yang harus dilakukan untuk proses

pembuatan kue, skor akhir untuk aktivitas ini menurut tabel grup C dengan

postur kerja jongkok adalah 6. Berdasarkan skor yang didapatkan maka

kategori level sedang dan perlu pemeriksaan dan perubahan segera. Meskipun

ada beberapa pekerja yang lebih memilh duduk di lantai yang dimana sesuai

kenyamanan mereka masing-masing namun risiko beban postur kerja yang

lebih tinggi tetap saat jongkok. Postur kerja jongkok dilakukan oleh para

pekerja pembuatan kue Pia dikarenakan tempat atau stasiun kerja yang

letaknya di lantai tanpa meja khusus.

Meskipun memiliki level risiko sedang karena dalam perhitungan RULA,

sudut yang dibentuk tidak terlalu besar tetapi tetap saja dibutuhkan adanya

perbaikan postur kerja segera, adapun usulan postur kerja yaitu dengan

membuatkan rancangan meja dan kursi yang sesuai dengan postur tubuh

pekerja yang ergonomis untuk mengurangi keluhan sakit pada pekerja.

b. Postur Kerja Pengisian Adonan

Skor akhir dari aktivitas ini menurut tabel C adalah 5. Berdasarkan skor

akhir ini maka kategori level yang didapat adalah sedang, dan perlu dilakukan

51
tindakan segera. Adapun Usulan postur kerja yaitu hal yang sama dengan

aktivitas pembagian adonan kue pia dengan merancangkan meja dan kursi

yang yang lebih ENASE ( Efektif, Nyaman, Aman, Sehat, Efisien ).

c. Postur Tubuh Kerja Pencetakan Kue Pia

Pada skor dari aktivitas ini menurut dari tabel C yaitu 6. Berdasarkan skor

akhir ini maka kategori level yang didapat adalah sedang. dan perlu dilakukan

tindakan segera. Postur kerja jongkok dilakukan oleh para pekerja pembuatan

kue Pia dikarenakan meja yang terlalu rendah serta kursi yang membuat

pekerja tidak nyaman. Maka usulannya merancang meja dan kursi sesuai

postur tubuh pekerja agar tidak mengalami risiko cedera pada bagian tubuh

pekerja.

d. Postur Tubuh Kerja Pengovenan Kue Pia

Pengovenan kue Pia merupakan kegiatan pemanggangan kue Pia sebelum

tahap akhir, skor akhir untuk aktivitas ini menurut tabel grup C dengan postur

kerja berdiri adalah 5 . Berdasarkan skor yang didapatkan maka kategori level

sedang dan perlu pemeriksaan dan perubahan segera, maka usulan

perubahannya yaitu merancang kursi agar pekerja lebih nyaman dalam proses

pemanggangan kue Pia.

52
4.3.3 Data Antropometri

Tabel 4.24 Data antropometri pekerja

Nama Pekerja
No Dimensi Tubuh
Babe Diana Rosmawati Cece
1 Lebar Bahu 45 40 40 44
2 Lebar Pinggul 40 41 43 42
3 Tinggi siku duduk 20 24 22 33
4 Tinggi Popliteal 41 42 40 40
5 Jarak popliteal ke pantat 46 44 43 48
6 Tinggi punggung duduk 50 50 52 53
(Sumber : Data diolah 2020)

Tabel 4.25 Data Persentil

No Dimensi Tubuh Persentil

1 Lebar Bahu 40,5


2 Lebar Pinggul 41,5
3 Tinggi siku duduk 26,5
4 Tinggi Popliteal 40,5
5 Jarak popliteal ke pantat 45
6 Tinggi punggung duduk 50,5
(Sumber : Data diolah 2020)

53
4.3.4 Desain usulannya

50 cm

100 cm 26,5 cm

40,5 cm

Gambar 4.9 Sketsa Usulan meja

Setelah dilakukan serangkaian pengukuran terhadap dimensi tubuh yang


dibutuhkan dalam pembuatan meja diperoleh hasil yang cukup memuaskan
dimana data-data yang telah dikumpulkan dengan panjang 100 cm, lebar 50 cm,
tinggi siku duduk 26,5 cm dan tinggi popliteal 40,5 cm.

41,25 cm

50,5 cm

40,5 cm

Gambar 4.10 Sketsa Usulan meja

54
Maka setelah dilakukan serangkaian pengukuran terhadap dimensi tubuh
yang dibutuhkan dalam pembuatan kursi diperoleh hasil yang cukup memuaskan
dimana data-data yang telah dikumpulkan dengan lebar pinggul 41,5 cm, tinggi
punggung duduk 50,5 cm, dan tinggi popliteal 40,5 cm.

55
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penilitian ini, maka kesimpulan yang dihasilkan adalah

sebagai berikut :

1. Keluhan yang dirasakan oleh pekerja kue Pia yakni merasakan nyeri kaku pada

pergelangan tangan merasakan nyeri pergelangan tangan kanan dan kiri

(7,69%), pinggang (7,79%), dan baku kiri dan kanan (5,77%).

2. Penilaian postur kerja yang tidak alamiah dengan metode RULA pada pekerja

pada proses pembagian adonan, pergisian pada adonan, pencetakan dan

pengovenan kue pia dengan memiliki skor level risiko sedang yakni skor 5

sampai 6. Berdasarkan skor yang ada maka postur kerja pada proses ini

memiliki risiko dengan level sedang dan perlu dilakukan tindakan segera.

3. Memberikan usulan berupa rancangan meja dan kursi sesuai postur tubuh

pekerja agar mengurangi keluhan yang dirasakan pekerja. Serta pekerja dapat

bekerja dengan ENASE ((Efektif, Nyaman, Aman, Sehat dan Efisien).

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya pihak pemilik Home

Industri membuat meja dan kursi yang sesuai dimensi tubuh kerja agar pekerja

bekerja secara ENASE.

56
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Fikri. 2013. Analisis Postur Kerja Dengan Metode Rapid Upper Limb

Assesment (RULA) Pada Pekerja Kuli Angkut Buah Di “Agen Ridho

Illahi” Pasar Johar Kota Semarang. [Skripsi Ilmiah]. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Agustina, F, Arief M. (2012). Analisa Postur Kerja Dengan Tinjauan Ergonomi di

Industri Batik Madura. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. Vol.1 No.3

September 2012: 167-171.

Andrian, Deni.2013. Pengukuran Tingkat Resiko Ergonomi Secara Biomekanika

Pada Pekerja Pengangkutan Semen (Studi Kasus : PT. Semen Baturaja).

Laporan Kerja Praktek Fakultas Teknik Universitas Binadarma,

Palembang.

Ashwin Bhandare, et al. 2013. Postural Analysis And Quantification Of Fatigue

By Using RULA And REBA Techniques.. International Journal of

Mechanical and Production Engineering, ISSN: 2320-2092, Volume- 1,

Issue- 3, Sept-2013.

Niebel, Benjamin, et al, 1999. Methods Standarts and Works Design, 10th

Edition, WCB MC Graw-Hill, 125-126.

Nurmianto, E. (1998). Ergonomi: Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Edisi Pertama

Cetakan Kedua. Jakarta: Guna Widya.

57
Prayitno Sahri, 2017. Analisa postur kerja dengan metode rula pada operator

proses masking fr dan rr d30d di pt sc plant 2.Jurnal PASTI Volume xii

No.1.

Tarwaka, et. al. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan

Produktivitas. Surakarta : Uniba Press

Wignjosoebroto, Sritomo. 1995.Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Edisi II,

PT.Candimas Metropole, Jakarta , 71-84.

58
LAMPIRAN

59
Lampiran 1 Nordic Body Map

1. Pekerja 1
Nama : Babe
Umur : 65 Tahun
Tinggi badan : 167 Cm
Masa kerja : 20 Bulan

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah kamu mengalami kaku pada leher saat
bekerja?
2 Apakah kamu mengalami sakit bagian bahu kiri
saat bekerja?
3 Apakah kamu merasakan sakit bagian bahu kanan
disaat bekerja?
4 Disaat kamu bekerja apakah kamu mengalami sakit
dibagian lengan atas kiri?
5 Apakah kamu selalu mengalami sakit dibagian
punggung pada saat bekerja?
6 Disaat kamu bekerja apakah kamu mengalami sakit
dibagian lengan atas kanan?
7 Pada saat bekerja, apakah kamu merasa saat
pinggang dengan posisi duduk menjongkok?
8 Apakah kamu merasakan sakit pada lengan bawah
kiri disaat bekerja?
9 Saat melakukan pencetakan adonan terlalu lama
apakah mengalami sakit pada bagian lengan bawah
kanan?
10 Saat melakukan pengisian adonan, apakah kamu
mengalami sakit pada pergelangan tangan kiri?
11 Apakah kamu merasakan sakit pada pergelangan
tangan kanan saat bekerja?
12 Saat bekerja terlalu lama, apakah kamu mengalami
sakit pada tangan kiri?
13 Apakah kamu mengalami sakit pada tangan kanan
saat melakukan pencetakan?

60
2. Pekerja 2
Nama : Diana
Umur : 20 Tahun
Tinggi badan : 150 Cm
Masa kerja : 15 Bulan

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah kamu mengalami kaku pada leher saat
bekerja?
2 Apakah kamu mengalami sakit bagian bahu kiri
saat bekerja?
3 Apakah kamu merasakan sakit bagian bahu kanan
disaat bekerja?
4 Disaat kamu bekerja apakah kamu mengalami sakit
dibagian lengan atas kiri?
5 Apakah kamu selalu mengalami sakit dibagian
punggung pada saat bekerja?
6 Disaat kamu bekerja apakah kamu mengalami sakit
dibagian lengan atas kanan?
7 Pada saat bekerja, apakah kamu merasa saat
pinggang dengan posisi duduk menjongkok?
8 Apakah kamu merasakan sakit pada lengan bawah
kiri disaat bekerja?
9 Saat melakukan pencetakan adonan terlalu lama
apakah mengalami sakit pada bagian lengan bawah
kanan?
10 Saat melakukan pengisian adonan, apakah kamu
mengalami sakit pada pergelangan tangan kiri?
11 Apakah kamu merasakan sakit pada pergelangan
tangan kanan saat bekerja?
12 Saat bekerja terlalu lama, apakah kamu mengalami
sakit pada tangan kiri?
13 Apakah kamu mengalami sakit pada tangan kanan
saat melakukan pencetakan?

61
3. Pekerja 3
Nama : Rosmawati
Umur : 34 Tahun
Tinggi badan : 159 Cm
Masa kerja : 16 Bulan

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah kamu mengalami kaku pada leher saat
bekerja?
2 Apakah kamu mengalami sakit bagian bahu kiri
saat bekerja?
3 Apakah kamu merasakan sakit bagian bahu kanan
disaat bekerja?
4 Disaat kamu bekerja apakah kamu mengalami sakit
dibagian lengan atas kiri?
5 Apakah kamu selalu mengalami sakit dibagian
punggung pada saat bekerja?
6 Disaat kamu bekerja apakah kamu mengalami sakit
dibagian lengan atas kanan?
7 Pada saat bekerja, apakah kamu merasa saat
pinggang dengan posisi duduk menjongkok?
8 Apakah kamu merasakan sakit pada lengan bawah
kiri disaat bekerja?
9 Saat melakukan pencetakan adonan terlalu lama
apakah mengalami sakit pada bagian lengan bawah
kanan?
10 Saat melakukan pengisian adonan, apakah kamu
mengalami sakit pada pergelangan tangan kiri?
11 Apakah kamu merasakan sakit pada pergelangan
tangan kanan saat bekerja?
12 Saat bekerja terlalu lama, apakah kamu mengalami
sakit pada tangan kiri?
13 Apakah kamu mengalami sakit pada tangan kanan
saat melakukan pencetakan?

62
4. Pekerja 4
Nama : Cece
Umur : 23 Tahun
Tinggi badan : 170 Cm
Masa kerja : 18 Bulan

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah kamu mengalami kaku pada leher saat
bekerja?
2 Apakah kamu mengalami sakit bagian bahu kiri
saat bekerja?
3 Apakah kamu merasakan sakit bagian bahu kanan
disaat bekerja?
4 Disaat kamu bekerja apakah kamu mengalami sakit
dibagian lengan atas kiri?
5 Apakah kamu selalu mengalami sakit dibagian
punggung pada saat bekerja?
6 Disaat kamu bekerja apakah kamu mengalami sakit
dibagian lengan atas kanan?
7 Pada saat bekerja, apakah kamu merasa saat
pinggang dengan posisi duduk menjongkok?
8 Apakah kamu merasakan sakit pada lengan bawah
kiri disaat bekerja?
9 Saat melakukan pencetakan adonan terlalu lama
apakah mengalami sakit pada bagian lengan bawah
kanan?
10 Saat melakukan pengisian adonan, apakah kamu
mengalami sakit pada pergelangan tangan kiri?
11 Apakah kamu merasakan sakit pada pergelangan
tangan kanan saat bekerja?
12 Saat bekerja terlalu lama, apakah kamu mengalami
sakit pada tangan kiri?
13 Apakah kamu mengalami sakit pada tangan kanan
saat melakukan pencetakan?

63
Lampiran 2 Contoh perhitungan persentil

Adapun rumus persentil, sebagai berikut :

=
Keterangan :
i = bilangan bulat yang kurang dari 100 (1,2,3,4,5....99)
n = banyak data

= 2,5
= + 0,5 ( - )
= 40+ 0,5 (45-44)
= 40,5 cm

64

Anda mungkin juga menyukai