Anda di halaman 1dari 176
PUTUSAN Nomor 47/Pdt.G/2018/PN.Cbi DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Cibinong yang memeriksa dan memutus perkara perdata pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkera gugatan antara Dr. H. Nur Alam, SE.,Msi, (Manian Guberur Sulawesi Tenggara) beralamat di JI. Jendral Ahmad Yani No.71 Rt.01/ Rw. 04 Kelurahan Anaiwoi, Kecamatan Kadia, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, dalam hal ini memberi kuasa kepada 1. Muhammad Rudjito, SH.,MH, 2. Andrea Reynaldo, SH, 3. Rival Anggriawan Mainur, SH..MH 4. M Imam Nasef, SH.,MH, 5. Muh Ali Femandez, SH..MH;.6. Muhammad Raditya Hawari, SH Advokat / Pengacara dan Konsultan Hukum pada RaR Law Firm berkantor di Gedung Plaza Sentral Lt 19, Jin. Jendral Sudirman Kay 47 Jakarta, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 08 Maret 2018,yang telah di daftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Cibinong —dibawah_—sregister_——No 236/SK.Pdt/2018/PN.Cbi tanggal 12 Maret 2018. dan. untuk selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT; Melawan 1. Dr. Ir, Basuki Wasis, M.Si pemegang KTP No. 3201290210650002, beralamat di Taman Pagelaran Blok A, No. 9 RT O2/RW 014, Kel. Padasuka, Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor, selaku Ketua Tim Pemouatan Laporan Perhitungan Kerugian Akibat Kerusakan Tanah Dan Lingkungan PT. Anugrah Harisma Barakah Kabupaten Buton Dan Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara tanggal 4 Oktober 2017, dalam hel ini memberi kuasa kepada 1. Muhnur, SH, 2. Muhamad Isnur, $.H 13. Ronald M Siahaan, SH..MH 4. Asfinawati, SH, 5. Muji Kartika, SH.,MFiL, 6. Siti Rakhma Mary Herawati, SH..IM.A.,M.Si 7. Boy Jerry Even Sembiring, SH.M.H, 8 Era Purnnamasari, SH..MH, kesemuanya Holamantdari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt.G/2018/PN.Cbi adalah Advokat dan yang tergabung dalam Tim Hukum Basuki Wasis, beralamat Indonesia Corruption Watch, J Kalibata Timur IV/D No. 6 Jakarta Selatan, berdasarkan Surat kuasa khusus tertanggal 09 April 2018 yang telah di daftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Cibinong dibawah register No. 336/SK.Pdt/2018/PN.CbI tanggal 17 April 2018, dan untuk selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT ; 2. Anggota Tim Pembuatan Laporan Perhitungan Kerugian Akibat Kerusakan Tanah dan Lingkungan PT Anugrah Harisma Barakah Kabupaten Buton dan Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara,beralamat JI. Fakultas Kehutanan Pertanian Bogor, Institut Pertanian Bogor Jawa Barat: a. Bayu Winata, S.Hut, M.Si, b. Rizki Widiyatmoko, S.Hut, M.Si, ¢. Ardiyansah Purnama, S.Hut., d. Atikah, . Wardana Dalam hal ini memberi Kuasa kepada 1. Muhnur, SH, 2 Muhamad Isnur, SH | 3. Ronald M Siahaan, SH..MH 4. Asfinawati, SH, 5. Muji Kartika, SH.,M.FiL, 6. Siti Rakhma Mary Herawati, SH.,M.A.,M.Si 7. Boy Jerry Even Sembiring, SH.M.H, 8 Era Purnnamasari, SH,MH, kesemuanya adalah Advokat dan yang tergabung dalam Tim Hukum Basuki Wasis, beralamat di Taman Pagelaran Blok A 9 No. 14-15 Rt. 002/ Rw. 014 Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, kabupaten Bogor, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal tanggal 02 Mei 2018, yang telah di daftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Cibinong dibawah register No. 807/SK.Pdt/2018/PN.Cbi tanggal 13 September 2018 dan untuk selanjutnya disebut sebagai TURUT TERGUGAT \ 3. Institut Pertanian Bogor cq Rektor Institut Pertanian Bogor Cq Dekan Fakultas Kehutanan, beralamat di JI. Raya Dramaga, Bogor, Jawa Barat 16680 dalam hal ini memberi Halaman2dari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt G/2018/PN.Cbi ZL kuasa kepada 1. Widodo Bayu Adjie, SH, 2. Endang Yuni Purwanti, SH,MSi 3. Waluya Suprihartono, SH, 4. Arifianti Hapsari, SH, 5. Firman Firdaus, SH, 6. Rivaldy Alamsyah Harahap, SH keenam Warga Negara Indonesia telah memiilih alamt di Gedung Andi Hakim Nasoetion Institut Pertanian Bogor, Kamous IPB Dramaga Bogor, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 12 April 2018, yang telah di daftar di Kepaniteraan Pengadilan Negori Cibinong dibawah register No. 335/SK.Pdt/2018/PN.Cbi 8) tanggal 13 September 2018 dan untuk selanjutnya disebut sebagai TURUT TERGUGAT II ; DAN Komisi Pemberantasan Korupsi Republik indonesia, berkedudukan di Jakarta, beralamat di Jalan Kuningan Persada Kav 4 Jakarta Selatan,dalam hal ini memberi kuasa kepada 1 Setiadi, SH,MH 2. Efi Laila Kholis, SH.,MH, 3. Indah Oktianti Sutomo, SH.,M.Hum 4. Firman Kusbianto, SH.MH 5, Naila Fazana Nst, SH, Togi Robson, SH masing-masing sebagai pegawai KPK, berkedudukan di Jakarta, beralamat di Jalan Kuningan Persada Kav 4 Jakarta Selatan berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 09 Juli 2018 dan untuk selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT INTERVENS! ; Pengadilan Negeri tersabut; Setelah membaca berkas perkara; Setelah mendengar kedua belah pihak yang berperkera DALAM PERKARA ASAL: TENTANG DUDUK PERKARA Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatan tanggal 12 Maret 2018 yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negori Cibinong pada tanggal 12 Maret 2018 dalam Register Nomor 47 /Pdt.G.PMHI2018/PN.Cbi, telah mengajuken gugatan sebagai berikut Halaman3dari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt. G/2018/PN.Cbi Mh A. KOMPETENS! RELATIF 1. Bahwa dengan merujuk kepada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat 1 HIR serta sesuai dengan asas Actor Sequitur Forum Rei, disebutkan bahwa gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri di wilayah Tergugat bertempat tinggal, oleh karenanya mengingat alamat Tergugat masuk dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Cibinong, maka kiranya sudah tepat apabila Gugatan Perbuatan Melanggar Hukum ini diajukan kepada Pengadilan Negeri Cibinong. B. DASAR HUKUM GUGATAN a\ Bahwa Gugatan a quo diajukan dengan tujuan untuk menuntut { pertanggungjawaban perdata sebagai akibat dari Perbuatan Melanggar Hukum yang dilakukan oleh Tergugat sebagaimana diatur dalam ketentuan-ketentuan Pasal 1365 jo. Pasal 1366 Kitab Undang-Undeng Hukum Perdata (‘KUHPerdata’) yang masing-masing dikutip sebagai berikut: Pasal1365 KUHPerdata: “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa e kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.” Pasal 1366 KUHPerdata: “Setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan, melainkan %& juga atas kerugian yang disebabkan kelalaian atau kesembronoannya ©. LEGAL STANDING PENGGUGAT DALAM MENGAJUKAN GUGATAN 3. Bahwa Penggugat Dr. H. Nur Alam, SE adalah mantan Gubernur Sulawesi Tenggara untuk 2 (dua) Periode, masing-masing untuk Periode € Pertama Tahun 2008 s/d 2013 yang diangkat berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 5/P Tahun 2008 tanggal 18 Februari 2008 (“Kepres No.5/2008”) dan Periode Kedua Tahun 2013 s/d 2018 diangkat berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9/P Tahun 2013 tanggal 23 Januari 2013 (“Kepres No.9/2013”); 4. Bahwa status Penggugat sampai dengan diajukannya gugatan a quoadalah sebagai Terdakwa dalam Perkara dugaan Tindak Pidana Korupsi yang saat ini perkaranya sedang disidangkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakaria Pusat sesuai Halamanddarit75 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdtt.G/2018/PN.Cbi “ 10. dengan Surat Dakwaan Penuntut Umum KPK No. DAK-74/24/11/2017 tanggal 10 November 2017; Bahwa ketika Penggugat Dr. H. Nur Alam, SE menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara pada tahun 2008, PT Anugerah Harisma Barakah (“AHB”) mengajukan surat permohonan No. 013-AHB/KP/XI/2008 tanggal 28 November 2008, perihal: Permohonan Kuasa Pertambangan kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara khususnya ditujukan pada Dinas Pertambangan dan Energi, yang selanjutnya ditelaah oleh Ginas terkait yaitu Dinas ESDM Prov Sulawesi Tenggara sebagaimana tertuang dalam surat No. 545/050/2008 tanggal 02 Desember 2008 perihal; Hasil Telaahan, yang ditandatangani olen Kepela Bideng Pertambangan dan Energi Sdr. Burhanuddin; Bahwa berdasarkan Hasil Telaahan sebagaimana dimaksud diatas, maka pada tanggal 31 Desember 2008 Penggugat menerbitkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara No. 828/2008 tanggal 31 Desember 2008 tentangPersetujuan | Pencadangan Wilayah Pertambangan Untuk Bahan Galian Nikel Seluas 3.028 HaKabupaten Bombana dan Kabupaten Buton kepada PT AHB, Bahwa setelah terbit Surat Keputusan Pencadangan Wilayah Pertambangan di atas, (i) Pengguget atas permohonan PT. AHB tanggal 9 Juli 2009No. 022-AHB/KP/VIII2009, menerbitkan SK No. 815/2009 tanggal 17 Desember 2009 tentang persetujuan IUP Eksplorasi kepada PT AHB; (ii) Penggugat atas permohonan PT. AHB tanggal 14 Juli 2010, menerbitkan SK No 435/2010 tanggal 26 Juli 2010 tentang Persetujuan Peningkatan IUP Eksploras' menjadi IUP Operasi Produksi kepada PT. AHB; Bahwa sebelum menerbitkan SK IUP Eksplorasi di atas, Penggugat telah mendapatkan Surat Rekomendasi dari: (i) Bupati Bombana sebagaimana tertuang dalam Surat No, 540/1140/2009 tanggal 24 November 2009; dan (ii) Surat Rekomendasi dari Bupati Buton sebagaimana dalam Surat No. 540/ 3181/2008, tanggal 29 November 2009; Bahwa SK terakhir yang diterbitkan selaku mantan oleh Penggugat adalah SK No. 600 Tahun 2010 tanggal 20 September 2010 tentang Perubahan |UP Operasi Produksi kepada PT. AHB, dan berdasarkan SK inilah kemudian PT, AHB melakukan operasi pertambangan; Bahwa atas operasi penambangan yang dilakukan oleh PT. AHB, kemudian Penggugat ditetapkan sebagai Tersangka dalam perkara HalamanSdari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt. G/2018/PN.Cbi p 11 tindak pidana korupsi oleh KPK hingga menjadi Terdakwa sesuai Dakwaan Penuntut Umum No. DAK-74/24/11!2017 tanggal 10 November 2017, dan diperiksa Pengadian Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dengan dakwaan yaitu memberikan persetujuan Pencadangan Wilayan Pertambangan, Persetujuan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi dan Persetujuan Peningkatan IUP Eksplorasi menjadi IUP Operasi Produksi kepada PT. AHB, secara ‘bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ~ SéBagaimana dimaksud dalam t Pasal 37 huruf b, Pasal 39 ayat (1), Pasal 51 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU Minerba”), Pasal 38 ayat (3) UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (“UU Kehutanan”), - Pasal 17 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan (“PP Pokok Pertambangan”), Pasal 7 ayat (2), Pasal 10 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Minoral Nomor: 1603.K/40/MEM/2003 tanggal 24 Desember 2003 tentang Pedoman Pencadangan Wilayah Pertambangan (“Kepmen 1603.K/2003”) Surat Edaran Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan Panas Bum, Kementerian ESDM Nomor: 03.£/31/DJB/2009 tanggal 30 Janueri 2009 huruf A angka 2 (“SE Dirjen Minerba No.03.E/2009”), SE Dirjen Minerba Kementerian ESDM Nomor 1053/30/DJB/2009 tanggal 24 Maret 2009 perihal IUP (“SE Dirjen Minerba No. 1053/2009")" Bahwa merujuk pada Dakwaan Penuntut Umum No. DAK-74/24/1 1/2017 tanggal 10 November 2017 di atas, cisebutkan tentang adanya kerugian keuangan negera, salah satunya adalah:Musnahnya atau berkurangnya ekologis/lingkungan pada lokasi tambang di Pulau Kabaena yang dikelola oleh PT. AHB sebagaimana LAPORAN PERHITUNGAN KERUGIAN Akibat Kerusakan Tanah dan Lingkungan Akibat Pertambangan PT. AHB Kabupaten Buton dan Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Halaman6darit75 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt.G/2018/PN.Cbi he Tenggara oleh Ahli Kerusakan Tanah dan Lingkungan Hidup(Tergugat)sehingga negara dirugikan— sebesar_—sRp. 2.728.745.136.000,- (dua trilyun tujuh ratus dua puluh delapan milyar tujuh ratus empat puluh lima juta seratus tiga puluh enam ribu rupiah) (‘LAPORAN’); 12. Bahwa Tergugat dalam membuat Laporan tersebut adalah didasarkan kepada Surat Turut Tergugat Il yaitu Dekan Fakultas Kehutenan Institut Pertanian Bogor No: PT.29/PHLHK/PSLH/GKM.1/10/2016 tanggal 5 “Oktober 2016 yang pada pokoknya adalah menunjuk Tergugat sebagai Ahli Kerusakan Tanah dan Lingkungan Hidup; 13.) Bahwa sebagaimana tertuang dalam LAPORANa quo, disebutkan 7 Tergugat adalah selaku Ketua Tim pembuat LAPORANa quo, dengan Anggota Tim yang terdiri dari a Bayu Winata, S.Hut, MSi, b. _ Rizki Widiyatmoko, S.Hut, M.Si, ¢.— Ardiyansah Purnama, S.Hut 4. Atikah, e. — Wardana, Yang mana dalam perkara a-quo secara berturut-turut adalah berkedudukan selaku Turut Tergugat | 14. Bahwa dalam penyusunan LAPORAN, Tergugat antara Ici telah menggunakan dasar hukum yang TIDAK TEPAT yaitu: (i) Peraturan Pemerintah Nomor: 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomasa (“PP No. 150 Tahun 2000”) (ii) | Keputusan Menteri_— Lingkungan Hidup += Nomor: — Kep- 43/MENLH/10/1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Daratan (“Kepmen LH Kep-43/MENLH/10/1996"). (ii) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2011 sebagai dasar untuk Menghitung Ganti Kerugian Akibat Pencemaran Lingkungan Hidup (“Permen LH No.13 Tahun 2011”) (iv) Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (“UU Keuangan Negara”), dan (v) Undang-Undang No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (“UU Perbendaharaan Negara”) Halaman7dari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pat. G/2018/PN.Cbi “Le 15. Bahwa akibat deri tindakan yang dilakukanTergugat yaitu_membuat LAPORANyang kemudian dipergunakan sebagai dasar oleh KPK untuk menetapakan Penggugat sebagai Tersangka, kemudian mendakwa dan menuntut bahwa Penggugat telah merugikan keuangan negara, jelas- jelas telah merugikan Pengguaat; 16. _ Bahwa oleh karena Penggugat sebagai pihak yang merasakan dampak langsung dan kemudian dirugikan oleh adanya LAPORAN a quo, maka &2Penggugat_memiliki Legal Standing untuk mengajukan Gugatan ~\\Berbuatan Melanggar Hukum kepada Tergugat dan Para Turut Tergugat; 47. Bahwa Gugaten Perbuatan Melanggar Hukum ini diajukan Karena Penggugat mendengar dan mengetahui sendiri bahwa LAPORAN yang ‘diduat oleh Tergugat penuh dengan kecerobohan, kesalahan dan kekeliruan baik berdasarkan Keterangan Tergugat sendiri selaku Ahli dari KPK, yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Turut Tergugat Il Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor No: 766/IT3.5/KP.02.03/2018 tanggal 9 Februari 2018, maupun Keterangan Ahli yang diajukan oleh Penggugat, di muka persidangan yang mengadili perkara Penggugat di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat; 48. Bahwa disamping itu, Gugatan Perbuatan Melanggar Hukum ini ini diajukan, satu dan lain hal, sebagai pembelajaran agar Tergugat dimasa yeng akan datang, apabila diminta pendapatnya sebagai ahli kerusakan lingkungan tidak memberikan atau moembuat laporan_ perhitungan kerugian akibat kerusakan yang lingkungan yang ceroboh, tidak ekurat dan salah sehinaga patut dikualifisir sebagai perbuatan melanggar hukum yang mengakibatkan orang lain dan keluarganya menderita; 19. Bahwa Tergugat sebagai ilmuwan atau akademisi sudan sepatutnya bertindak hati-hati dan obyektif dalam membuat laporan yang memiliki implikasi terhadap nasib orang lain dan keluarganya. Dengan kata lain, Tergugat tidak harus mengikuti begitu saja kemauan dari pihak manapun yang membutuhkan keahliannya, karena Tergugat adalah ilmuwan bukan pesuruh; 20. Bahwa tuntutan hukum secara perdata terhadap Tergugat bukan sekali ini saja terjadi, tetapi sud2h pemah terjadi sebelumnya, untuk itu guna mencegah terjadinya peristiwa berulang dikemudian hari yang dikhawatirkan dapat berpengaruh terhadap kredibilitas IPB sebagai salah satu perguruan tinggi temama di Indonesia, terutama, Fakultas Halaman8dari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt. G/2018/PN.Cbi fv ti) 24 23. 24. (ii) Kehutanan, maka sudah sepatutnya Fakultas Kehutanan IPB bertindak hati-hati dalam menunjuk Tergugat sebagai ahli dimaksud DASAR-DASAR GUGATAN Tergugat telah melanggar Pasal 1 butir 22 UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Bahwa ketika proses penyelidikan perkara tindak pidana korupsi berlangsung, KPK telah meminta pendapat Ahli kepada Tergugat untuk menghitung kerugian tanah dan lingkungan akibat pertambangan PT. AHB, dimana menurut Tergugat kerugiannya mencapai lebih kurang Rp. B\triliun, akan tetapi ketika menginjak pada proses penyidikan, Tergugat Miénghitung kerugian dimaksud menjadi Rp. 2.728.745.136,000,-, jumiah inilah yang kemudian dipergunakan sebagai dasar dakwaan; Bahwa persoalannya bukan tentang besar kecilnya jumlah atau nominainya, tetapi terletak pada konsistensi Tergugat yang mengaku sebagai Ahli dalam menghitung kerusakan lingkungan. Inkonsistensi itulah yang mengakibatkan adanya pertentangan antara nominal kerugian ketika tahap penyelidikan dengan nominal kerugian ketika tahap penyidikan perkara tindak pidana korupsi yang diduga melibatkan Penggugat; Bahwa inkonsistensi Tergugat tersebut bukan merupakan persoalan sepele, tetapi menyangkut prinsip dalam menentukan adanya kerugian keuangan negara, yang mana menurut Pasal 1 butir 22 UU No. 1 Tahun 2004, yang dimaksud dengan kerugian negara/daeran adalah: ‘Kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai" Bahwa_ inkonsistensi tersebut menunjukkan bahwa Tergugat tidak dapat menentukan besaran kerugian kerusakan lingkungan yang dianggap sebagai kerugian keuangan negara secara nyata dan pasti, oleh karena itu Tergugat sebagai Ahli telah melakukan perbuatan melanggar hukum yang bertentangan dengan Pasal 1 butir 22 UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, oleh karena itu Tergugat harus mencabut LAPORAN a quo; PP No. 150 Tahun 2000 Tidak Dapat Dipergunakan Sebagai Metode Dan Analisa Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan Pertambangan Halaman9darit75 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pat.G/2018/PN.Cbi 4 25. 27. Bahwa merujuk kepada Laporan Perhitungan halaman 2, Tergugat menggunaken metode dan analisa berdasarkan PP No. 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa. Berdasarkan ketentuan Pasal 5 PP No. 150 Tahun 2000, mengatur Kriteria baku kerusakan tenah nasional untuk kegiatan pertanian, perkebunan, dan hutan tanaman meliputi a. kriteria baku kerusakan tanah akibat erosi air, ». _kriteria baku kerusakan tanah di lahan kering; cc. _ kriteria baku kerusakan tanah di lahan basah. Bahwa dalam Laporannya tersebut Tergugat tidak menyebutkan definisi kerusakan tanah seperti apa, namun demikian berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) jo Pasal 1 ayat (4) PP No. 150 Tahun 2000, menyatakan: / Pasal 1 ayat (3) PP No. 150 Tahun 2000: “kerusakan tanah untuk produksi biomassa adalah berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui kriteria baku kerusekan tanah” Pasal 1 ayat (4) PP No. 150 Tahun 2000: “Biomassa adalah tumbuhan atau bagian-bagiannya yaitu bunga, bji, buah, daun, ranting, batang, dan akar, termasuk tanaman yang dihasilkan oleh kegiatan _pertanian, perkebunan, dan hutan tanaman; Bahwa dalam persidangan perkara tindak pidana korupsi yang mengadili Penggugat, Tergugat di muka persidangan telah mengakui sesuai dengan keterangannya, yaitu - Bahwa pada saat pemeriksaan, dasar hukum untuk dijadikan sebagai bahan analisis belum ada, maka dari itu Abli menggunakan PP No. 150 Tahun 2000” - Bahwa seherusnya tanah solum disimpan pada tempat yang lain, agar tetap dapat digunakan sebagai bahan untuk reklamasi; Bahwa proses dari hasil reklamasi yang dilakukan oleh PT. AHB untuk upaya pemulinan tanah tidak sesuai ; - Bahwa reklamasi_bertujuan untuk melakukan proses pemulinan; - Bahwa kegiatan reklamasi yang dilakukan olen PT. AHB belum maksimal. Halaman {Odarit75 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdlt G/2018/PN.Cbi é 28. Bahwa oleh karena Tergugat mengkaitkan kerusakan lingkungan akibat kegiatan tambang dengen reklamasi, maka peraturan yang seharusnya dipergunakan untuk menilai adanya kerusakan lingkungan akibat kegiatan tambang tersebut adalah Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan Pasca Tambang(“PP No.78 Tahun 2010") sertaUndang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (“UU No.32 Tahun 2009”), sesuai dengan keterangan Ahli tanah, Ir. Heru Bagus Palunggono, MSc yang menerangkan’ Bahwa apabila terkait dengan evaluasi kerusakan tanah merujuk 5 pada PP No. 150 Tahun 2000, maka tidak ada satu perusahaan pertambangen yang tidak melakukan pengrusakan terhadap tanah, Bahwa untuk mengukur tingkat kerusakan tanah yang disampaikan ahli adalah keliru, sebab terkait dengan reklamasi sudah ada peraturan yang mengatur misainya PP No. 78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan Pascatambang, UU No. 32 tahun 2009 tentang PPLH, aturan tersebut intinya mengatur tentang pemulihan akibat kerusakan lingkungan karena tidak dilakukannya reklamasi. 29. Bahwa yang dimaksud dengan keterangan Ir. Heru Bagus Palunggono, MSc, yang menyatakan ahli adalah keliru, adalah menunjuk kepada kekeliruan Tergugat yang telah menggunakan PP No. 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa, untuk menganalisa kerusakan tanah karena kegiatan pertambangan; 30. Bahwa merujuk kepada uraian diatas terkait dengan pembuatan LAPORANyang dibuat Tergugat yang menganggap jika kegiatan PT AHB tidak melakukan Rekiamasi secara maksimal adalah kekeliruan yang nyata Selanjutnya kesimpulan telah terjadi kerusakan tanah merupakan pendapat yang keliru dan tidak berdasarkan atas fakta, sebab menurut Ir. Heru Bagus Palunggono, MSc., dan abi lingkunganDr. Ir. Nyoto Santoso, MS sebagaimana yang disampaikan pada persidangan tanggal 21 Febuari 2018 yang menerangkan: Bahwa sotelah melakukan peninjauan ke lokasi PT AHB, sejauh ini tidak ada kerusakan, karena PT AHB telah ‘melakukan Reklamasi Pasca Tambang Halaman tdari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt.G/2018/PN.Cbi ZL 31 32, 33. Bahwa tindakan ali yang menyimpulkan telah terjadi kerusakan lingkungan juga keliru, sebab yang dapat mendeclear adanya atau telah terjadi kerusakan lingkungan hanyalah Menteri ESDM ; ~ Bahwa terkait dengan keterangan dari Tergugat yang menyatakan ‘belum adadasar hukum” yang dapat dijadikan dasar hukum/ landasan yuridis untuk melakuken analisis kerusakan tanah sehingga Tergugat pada akhimya menggunakan PP No. 150 Tahun 2000, hal mana sebenamya telah terbantahkan oleh keterangan yang disampaikan oleh Ir. Heru Bagus Palunggono, MSc karena PP No. 150 Tahun 2000 hanya untuk Biomasa, padahal terkait dengan dasar hukum untuk perhitungan kerusakan lingkungan akbiat pertambangan khususnya terkait dengan NIKEL yang tidak dilakukannya reklamasi sebenamya telah ada aturan yang mengaturnya yaitu berdasarkan Peraturan Pemerintah No 78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan Pascatambang: Bahwa berdasarkan fakta sidang yang terungkap pada persidangan Penggugat, disampaikan oleh Ir. Heru Bagus Palunggono, MSc PT AHBsudah melakukan rekiamasi Pasca Tambang, hel mana telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang yang berlaku yaitu sebagaimana tertuang dalam Pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi Pasca Tambang yang menyatakan: “Pelaksanaan reklamasi pada lahan terganggu akibat kegiatan eksplorasi dilakukan pada lahan yang tidak digunakan pada tahap operasi produksi”. Bahwaberdasarkan keterangan ahli tanah Ir. Heru Bagus Palunggono, MSc, penentuan kerusakan lingkungan seharusnya dilakukan pada akhir atau pasca tambang,sebagaimana_keterangannyayang pada pokoknya menyatakan: “dengan demikian dapat disimpulkan jika mekanisme yang benar dalam penentuan kerusakan lingkungan seharusnya dilakukan setelah habis masa Izin Usaha Pertambangan apabila lahan operasi tersebut sudah tidek digunakan. Kemudian untuk menilai timbuinya kerusakan lingkungan seharusnya dilakukan setelah_berakhirnya kegiatan pertambangan tidak bisa dilakuken penilaian pada saat kegiatan pertambangan masih berjalan"; Bahwa berdasarkan uraian diatas, maka terbukti bahwa PP No.150 Tahun 2000 tidak dapat dipergunakan sebagai dasar hukum atau metode Halaman 12dari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt.G/2018/PN.Cbi A ae (iii) 34, 35. dan menganalisa kerusakan lingkungan akibat hasil pertambangan, oleh karenanya perbuatan Tergugat yang menggunakan dasar hukum PP No.150 Tahun 2000 dalam LAPORANa quoadalah merupakan perbuatan melanggar hukum, oleh Karena itu Tergugat harus mencabut LAPORANa quo; Keputusan Menteri Lingkungan Hidup(Kepmen LH) No. Kep- 43/MEMLH/10/1996 Tidak Dapat Dipergunakan Sebagai Metode dan Analisa Pada Bahan Galian Nikel Bahwa dalam membuat LAPORAN a quo, Tergugat selain menggunaken PP)No. 150 Tahun 2000, juga menggunakan dasar hukum/ landasan yuridis sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup(Kepmen LH) No. Kep-43/MENLH/1996 tanggal 25 Oktober 1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha Kegiatan Penambangan Bahan Gaiian Golongan C: Bahwa terkait dengan bahan galien sebagaimana dimaksud menurut Kepmen LH di atas, berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1980 Tentang Penggolongan Bahan-Bahan Galian (“PP Penggolongan Bahan Galian”), menyebutkan tentang kriteria Bahan- bahan galian yang terbagi atas tiga golongan A. Golongan bahan galian yang strategis adalah minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam; - bitumen padat, aspal; = antrasit, batubara, batubara muda; = uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktip lainnya: ~ nikel, kobalt, timah, B. Golongan bahan galian yang vital adalah besi, mangaan, molibden,khrom, wolfram, vanadium, titan; bauksit, tembaga, timbal, seng; emas, platina, perak, air raksa, intan, arsin, antimon, bismut; yttrium, rhutenium, cerium dan togam-logam langka lainnya ; ~ berilium, korundum, zirkon, kristal kwarsa kriolit, fluorspar, barit; yodium, brom, khlor, belerang, C. Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan a atau b adalah Halaman 13dari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt.G/2018/PN.Cbi ZL 37. ~ nitrat-nitrat, pospat-pospet, garam batu (halite); - asbes, talk, mika, grafit, magnesit yarosit, leusit, tawas (alum), oker; - batu permaia, batu setengah permata; ~ pair kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit; - batu apung, tras, obsidian, peri, tanah diatome, tanah serap (fullers earth); “2. marmer, batu tulis <= batu kapur, dolomite, kalsit; granit, andesit, basal, trakhit, taneh liat, dan pasir. sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral golongan a maupun golongan b / dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Bahwa berdasarkan landasan hukum diatas, membuktikan jika Nike! masuk pada Golongan A bukan Golongan C. Bahwa merujuk kepada ketentuan yang termuat di dalam Pasal 1 ayat (2) Kepmen LH No. Kep- 43/MENLH/10/1996 klasifikasi yang masuk dalam bahan galian golongan C adalah “Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas adalah bahan galian golongan C yang berupa tanah urug, pasir, sirtu, tras dan batu apung’. Bahwa penggunaan dasar hukum dalam membuat LAPORANa quo tidaklah tepat karena berbeda dengan objek yang diteliti. Oleh karenanya tindakan Tergugat secara nyata dan meyakinkan telah menimbulkan kesesatan dalam penegakan hukum. Hal ini juga telah diakui sendiri oleh Tergugat dalam persidengan atas nama Penggugat, kelerangan Tergugat dibawah sumpah menerangkan Bahwa saksi ragu terkait dengan hasil analisis yang dilakukan; Bahwa saksi menjelaskan alasan menggunakan PP 150 Tahun 2000, karena untuk pertambangan belum ada acuan sehingga mengunakan PP No. 150 Tahun 2000. Dan Kepmen 43/1996 Untuk dijadikan dasar analisis; - Bahwa saksi mengakui ja telah keliru dalam menyusun laporan; Bahwa saksi hanya menyandarkan pada Kepmen 43/1996, namun dengan hasil tambang tetapi faktanya tidak sesuai Kepmen 43 sudah menjadi acuen nasional untuk penilaian lingkungan hidup. Halamant 4darit76 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt.G/2018/PN.Cbi “ 38. 39. 40. 4 42. (iv) 43. Bahwa_ sekalipun harus mengikuti alur pemikiran Tergugat, dalam penggunaan metode pengukuran untuk melakukan analisa tanah berdasarkan Kepmen LH No. Kep-43/MENLH/10/1996, tetap saja hal tersebut tidak benar, karena dalam menilai kerusakan tanah akibat pertambangan, Tergugat berpendapat dapat dilakukan ketika atau pada saat masa tambang masih berlaku atau kegiatan pertambangan masih berlangsung. Sedangkan menurut Kepmen LH No. Kep- 43/MENLH/10/1995, yang digunakan oleh Tergugat ternyata menentukan dan mengatur tidak sebagaimana yang dipersepsikan oleh Tergugat Dalam Kepmen LH tersebut diatur penentuan kerusakan adalah pada akhir masa tambang, sebagaimana Penggugat uraikan di bawah ini Bahwa merujuk kepada ketentuan yang termuat dalam Kepmen LH No. Kep-43/MENLHI10/1996 pada Lampiran Il mengatur bahwa penentuan Perbedaan Relief Dasar Galian, Kemiringan dasar galian, tebing teras, tanah yang dikembalikan sebagai penutup, tutupan tanaman tahunan/ pohon, hanya dapat ditentukan pada akhir masa penambangan. (vide hal 135, 136, 137, dan 138); Bahwa menurut keterangan Ahii Ir Heru Ir. Heru Palunggono, Msc. dibawah sumpah yang disampaikan pada persidangan Penggugat, menerangkan, yang dimaksud dengan ketentuan diatas adalah kerusakan terhadap tambang hanya dapat ditentukan pada akhir masa tambang; Bahwa ketika Penggugat mempertanyakan tentang hal tersebut di atas, pada akhimya Tergugat juge mengakui bahwa penentuan terhadap kerusakan tambang ditentukan pada akhir masa pertambangan dan Tergugat hanya disuruh untuk menghitung saja; Bahwa berdasarkan uraian di atas serta berdasarkan pengakuan dari Tergugat diatas yang merupakan bukti yang tidak terbantahkan lagi, maka LAPORANa quoterbukti dibuat dengan secara melanggar hukum, oleh karena itu Tergugat harus mencabut LAPORAN 4 quo; Penggunaan Permen LH. No 13 Tahun 2011 sebagai dasar untuk Menghitung Genti Kerugian Akibat Pencemaran Lingkungan Hidup adalah Salah Bahwa merujuk pada halaman 10 Laporan Perhitungan Kerugian Akibat Kerusakan Tanah dan Lingkungan Akibat Pertambangan PT AHB, Tergugat, menyatakan perhitungan kerugian menggunakan peraturan yang dikeluarkan kementerian Negara Lingkungan Hidup RI yaitu Halaman Sdarit75 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt.G/2018/PN.Cbi L 44. 45, v) 46. 47. 48. Permen No 13 Tahun 2011 dan Permen No 7 Tahun 2014 tentang Ganti Kerugian Akivat Pencemaran dan atau Kerusakan Lingkungan hidup serta UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara Bahwa berdasarkan Pasal 9 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Kerugian Lingkungan Hidup Akibet Pencemaran DanvAteu Kerusakan Lingkungan Hicup Permen LH No. 7 Tahun 2014”) mengatur: Pada saat Peraturan “-Mehteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2011 tentang Ganti Kerugian Akibat Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Bahwa berdasarkan uraian di atas, penggunaan Permen LH No. 13 Tahun 2011 adalah salah karena berdasarkan ketentuan pasal 9 Permen LH No. 7 tahun 2014 telah cicabut, dengan demikian Penggugat harus mencabut LAPORAN a quo: Tergugat tidak mampu mempertanggungjawabkan Laporannya yang mencantumkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Bahwa berdasarkan fakta yang terungkap dalam persidangan atas nama Penggugat, terbukti Tergugat tidak mampu mempertanggungjawabkan_ Laporannya yang mencantumken Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, karena dimuka persidangan Tergugat tidak mampu menjelaskan alasan dan relevansi mengapa mencantumkan UU tersebut dalam LAPORAN a quo, Bahwa sebagaimana terungkap di persidangan perkara atas nama Pengaugat, ketika Penasehat Hukum mempertanyakan alasan mengapa Tergugat mencantumkan kedua UU tersebut dalam laporannya, Tergugat (selaku Ahli) hanya menjawab bahwa dirinya hanya bertugas menghitung kerusakan lingkungan; Bahwa persoalannya adalah, jika Tergugat tidak mampu menjelaskan apa relevansinya, mengapa Tergugat harus mencantumkan kedua UU tersebut dalam laporannya. Hal ini membuktikan bahwa_ laporan dimaksud dibuat secara serampangan, karena Tergugat sendiri tidak mampu mempertanggungjawabkan apa yang tertulis dalam LAPORANa quo; Halaman 6darit75 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pat.G/2018/PN.Cbi Z 49. (vi) 50. 51 Bahwa oleh karena Tergugat tidak mampu mempertanggungjawabkan laporannya maka Tergugat harus mencabut LAPORANa quo; LAPORAN a quo bertentangan dengan fakta, dimana fakta yang sebenarnya kegiatan penambangan PT. AHB berada di Area Penggunaan Lain (APL), bukan berada di kawasan hutan lindung ataupun kawasan konservasi Bahwa metode dalam menyusun laporan perhitungan kerugian akibat kerusakan tanah dan lingkungan yang dilakukan Tergugat menggunakan landasan yuridis PP No. 150 Tahun 2000 tentang Tentang Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa, untuk mengalisa sifat kimia tanah, sifat fisika tanah dan sifat biologi tanah. Serta untuk metode Pengukuran analisa tanah berdasarkan Kepmen LH Nomor Kep- 43/MENLH/10/1998, adapun realisasi yang dilakukan oleh Tergugat yaitu dengan_cara_meninjau_kelapangan, sebagaimana_yang _diterangkan dalam LAPORANa quo, Bahwa berdasarken LAPORANa quopada angka 3, disebutkan dalam memperoleh data kegiatan pembukaan lahan yang dilakukan olen PT AHB, berdasarkan analisa tutupan lahan sebelum dikeluarkan IUP Ekplorasi dan IUP Produksi secara umum ditutupi vegetasi, luas tanah yang rusak akibat kegiatan pertambangan adalah 357,20 Ha (didalam IUP sebesar 280.49 Ha, den diluar IUP sebesar 76,71 Ha). Dalam hal ini Tergugat menggunakan hasil pengamatan lapangan dan analisa pela, yang manatelah terjadi kegiatan penambangan diluar izin tambang yang diberikan (laporan hesil analisa area petambangan PT. AHB berdasarkan data satelit Penginderaan Jauh LAPAN 2017); Bahwa selanjutnya menurut Tergugat kegiatan penambangan yang dilakuken oleh PT. AHB berada di kawasan Hutan Lindung! Hutan Produksi Terbatas, namun demikian keterangan Tergugal telah terbantahkan berdasarkan keterangan Ahli Suwarsono, SSi,Msi dibawah sumpah, yang disampaikan pada persidengan atas nama Penggugat, yang menerangkan’ Bahwa kita mengintepretasikan itu ada 3. Ada vegetasi, ada tanah, ada air Itu objek umum di muka bumi. Dari situ, kita bermigrasi ada vegetasi kerapatan sedang hingga ringan, sedang hingga lebat. Dan lebat itu adalah hutan, kemudian 1 agi adalah belukar dan 1 lagi adalah semak Disini kami mengatakan umum, ya Dan kami katakan bahwa disini adalah hutan Halaman 17dari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugaten Nomor 47/Pdt.G/2018/PN. Ci é 53, 56. - Bahwa ianggal 6 September 2011. Sudah ada pembukaan- pembukaan disini. Ditahun 2009 itu vegetasi berubah menjadi bukaan ditahun 2011. Ini sudah ada SK Gubernur untuk Operasi Produksi, yang kita peroleh dari lampirannya tahun 2010 ; - Bahwa kami melihat bukaan berdasarkan tanggal citra 10 Agustus 2013, bukaan masih berada dominan didaerah APL. Bahwa berdasarkan fakta diatas, keterangan Tergugat adalah tidak benar dan Bertentangan dengan keterangan Ahli Suwarsono S Si., MSi, selaku Ahli Pefiginderaan Jauh dari LAPAN, yang notabene hasil penginderean tersebut dipergunakan oleh Tergugat, yang mana berdasarkan hasil penginderaan yang dilakukan oleh Suwarsono Ssi., Msi. kegiatan operasi pertambangan PT AHB masih berada dalam kawasan APL bukan pada kawasan Hutan Lindung atau Hutan Produksi Terbatas, sehingga LAPORAN a quo yang menyatakan kegiatan penambangan PT. AHB berada di hutan lindung atau kawasan konservasi adalah bertentangan dengan fakta yang sesungguhnya, sehingga perbuatan Tergugat yang membuat LAPORANa quo yang bertentangan dengan fakta sesungguhnya adalah merupekan perbuatan melanggar hukum, dan oleh karenanya Tergugat harus mencabut LAPORANa quo; Tergugat bukan ahli tanah, sehingga pernyataannya pada angka 20 LAPORAN a quo adalah melanggar hukum Bahwa pada angka 20 Laporan, disebutkan kegiatan penambangan nike! tanah telah menyebabkan hilangnya lapisan tanah setebal 30-40 cm, dan 80-100 om serta batu nikel setebal 3-30 m, apabila lajubpembentukan tanah 25 cm selama 100 tahun (Hardjowigeno, 1993) maka waktu yang akan diperlukan untuk pembentukan tanah yang hilang seperti sediakala akan memerlukan waktu sekitar 120-160 tahun. Hal tersebut belum rusaknya tegekan hutan yang akan pulih jika direstorasi membutuhkan wakiu 100 tahun; Bahwa berdasarkan keterangan dari ahli tanah yang sesungguhnya, yaitu Ir. Heru Pulonggono, di bawah sumpah, menerangkan’ Bahwa pembentukan tanah yang memakan waktu 100 tahun adalah pembentukan tanah yang tidak ada campur tangan manusia. Tetapi ketika ada campur tangan manusia tidak akan memakan waktu hingga selama itu, dan penelitian Hardjowigeno dengan menyimpulkan butuh waktu 100 tahun itu karena dilakukan Halaman 8dari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor: | 56. (viii) 57. 58. pada saat erupsi Gunung Krakatau yang mana Hardjowigeno mengukur ketinggian solum hasil erupsi hanya setinggi 25 cm Bahwa proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh Iklim, Mahiuk Hidup, Topografi dan Waktu. Hardjowigeno menyandarkan proses pembentukan tanah pada waktu yang mana tidak ada campur tangan mahluk hidup 100 tahun untuk mencapai 25 cm. -/« Bahwa pembentukan tanah, tidak harus sampai memakan waktu hingga 100 tahun, sebagai contoh dilokasi tambang PT AHB pembentukan tanah dalam waktu 7 tahun sudah menampakan hasilnya, yaitu dengan cara melakukan reklamasi sehingga pepohonan yang ditanami mulai tumbuh Dengen demikian, pernyataan Tergugat dalam LAPORANa quoyang hanya mengutip pendapat Hardjowigeno tanpa melakukan analisis secara baik dan benar, karena memang Tergugat bukan Abli Tanah sehingga tidak memiliki kapasitas keilmuan untuk menganalisis pembentukan tanah, adalah perbuatan yang melanggar hukum,sehingga Tergugat herus mencabut LAPORANa quo; Perhitungan Tergugat dalam LAPORAN a quo bertentangan dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor: 7 Tahun 2014 (“Permen LH No.7 Tahun 2014") Bahwa dalam Permen LH No. 7 Tahun 2014 Lampiran Him 73, mengatur Biaya menghidupkan fungsi tata air Guna menghidupkan fungsi hidroorologis hutan yang mengalami kerusakan seperti sediakala maka diperlukan kegiatan rehabilitasi lahan, pengembalian lapisan tanah (sub soil dan top soil), penanaman jenis endemik, pemelinaraan, penjarangan, pembebasan, pengayaan jenis flora dan fauna, pemupukan, pemberian bahan organik, pengapuran, dan inokulasi mikroba maka diperlukan biaya sebesar Rp 40.500.000,-tahun. Biaya menghidupkan fungsi tata air hutan dan lahan tersebut setiap tahunnya disetarakan minimal dengan biaya pembuatan reservoir. Adapun time horizon yang diperlukan untuk pemulihan pada kawasan konservasi (100 tahun), kawasan hutan (15 — 50 tahun), kawasan kebun (5- 10 tahun), lahan rakyat/APL (1-5 tahun). Bahwa dalam laporan perhitungan kerugian akibat kerusakan tanah dan lingkungan akibat pertambangan PT Anugerah Harisma Barakah Kabupaten Buton dan Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara him 10 point a tentang Biaya Menghidupkan Fungsi Tata Air. Disebutkan oleh Tergugat, biaya untuk menghidupkan fungsi tata air, Halaman 19dari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt.G/2018/PN. Chi Jf 59. 60. 61 62. (ix) 63, berdasarkan Permen LH No. 7 Tahun 2014 adalah sebesar Rp. 40.500.000,- Per Ha dikalikan selama 100 Tahun kerugian ekologis pada lahan hutan alam dan tanah yang rusak akibat tambang nike! yaitu hilangnya kemampuan hutan alam dan tanah menghasilkan atau menyimpan air; Bahwa apabila melihat secara komprehensif ketentuan sebagaimana diatur dalam lampiran Permen LH No. 7 tahun 2014, him 73. menyebutken waktu 100 tahun untuk pemulihan yaitu pada Kawasan Konservasi den untuk pemulihan pada Lahan Rakyat/APL membutuhkan waktu 1 - 5 tahun. Sementara didalam laporan kerusakan Lingkungan Tergugat,menyebutkan jika biaya untuk menghidupkan fungsi tata air dikalikan 100 Tahun (Kawasan Konservasi), yang artinya Tergugat mengganggap atau mempersamakan Kawasan Konservasi dengan Lahan Rakyat! APL; Bahwa menurut faktanya, kegiatan penambangan PT. AHB berada di kawasan APL, bukan di kawasan konservasi Bahwa karena berada di kawasan APL, maka apabila ada kerusakan fungsi tata air — quad non — maka time horizon yang diperlukan untuk pemulihan pada kawasan lahan rakyat/APL adalah1-5 tahun; Bahwa oleh karena Tergugat menggunakan time horizon yang diperlukan untuk pemulihan pada kawasan konservasi, padahal faktanya kegiatan penambangan PT. AHB berada di kawsan APL, maka Tergugat telah melakukan perbuatan melanggar hukum, yaitu melanggar Permen LH No. 7 Tahun 2014, dan oleh karenanya Tergugat harus mencabut LAPORANa quo; LAPORAN a quo bertentangan dengan Pasal 87 ayat (1) Undang- Undang Nomor: 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (“UU PPLH") Bahwa dalam LAPORANa quo, pada Biaya Kerugian Ekologis, halaman 10, 11, 12, 13, 14, dan 15, paragraf Il dst, Tergugat menyatakan berdasarkan hasil investigasi langsung di lapangan dan berdasarkan hasil analisa laboratorium, dengan mengacu Permen No 13 Tahun 2011 Permen No. 7 Tahun 2014, UU No. 17 Tahun 2003, dan UU No. 1 Tahun 2004. Maka perhitungan kerusakan lingkungan hidup akibat tambang nikel seluas 367.20 Ha (ci dalam IUP sebesar 280.49 Ha dan diluar IUP 76. 71 Ha) yang menyebabkan Negara harus mengeluarkan biaya untuk mengganti barang yang rusak atau berkurang; Halaman20dari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt.G/2018/PN..Cbi 4 65. 66. Bahwa demikien pula pada Nomor (1) Kerugian Ekologis (lingkungan) yaitu : a Biaya Menghidupkan Fungsi Tata Air him 10; b. biaya pengaturan tata air him 10; c¢. biaya pengendalian erosi dan limpasan, him 11; d. biaya pembentukan tanah him 11; e. biaya pendaur ulang unsur hara, him 11; f biaya fungsi pengurai limbah him 12 :g. biaya kehilangan biodiversity him 12; h. biaya kehilangan sumber genetic ‘sumber daya genetic him 12: i. biaya pelepasan karbon him 13. Nomor (2)-kerugian ekonomi lingkungan yaitu :a. nilai kayu him 13 ; b. kerugian umur pakai lahan him 13. Nomor (3) pemulihan lingkungan him 14, Tergugat juga menyataken “Sehingga Negara harus mengeluarkan biaya untuk mengganti barang yang rusak atau berkurang; Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 87 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2019 tentang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, mengatur: (1) Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupapencemaran— dan/atau _—_—perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang fain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi darvatau melakukan tindakan tertentu Penjelasan Pasal 87 Ayat (1): Ketentuan dalam ayat ini merupakan realisasi asas yang ada dalam hukum lingkungan hidup yang disebut asas pencemar membayar. Selain dinaruskan membayar ganti rugi, pencemar dan/atau perusak lingkungan hidup dapat pula dibebani oleh hakim untuk melakukan tindakan hukum tertentu, misalnya perintah untuk: a. memasang atau memperbaiki unit pengolahan limbah sehingga limbah sesuai dengan baku mutu lingkungan hidup yang ditentukan; b. memulihkan fungsi lingkungan _hidup; dan/atau ¢. menghilangkan atau memusnahkan penyebab timbulnya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Bahwa menurut Ahli Prof. Dr. | Gede Panca Astawa, SH., M.Hum, Dr. Nyoto Santoso M.Si dan Dr. Dian Puji Simatupang, SH., MH, dibawah sumpah, yang disampaikan pada persidangan perkara atas nama Penggugat, menerangkan Halaman2dari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt.G/2018/PN.Cbi f 67. (x) 68. 69. 70. 71 Bahwa dalam UU PPLH dikenal dengan prinsip Pencemar Membayar, oleh karenanya seharusnya apabila ada kerusakan Iingkungan ditanagung oleh Perusahaan yang melakukannya, Bahwa oleh karena menurut undang-undang ditentukan Pencemar Membayar, maka pernyataan Tergugat yaitu “Negara harus mengeluarkan biaya untuk mengganti barang yang rusak atau berkurang” sebagaimana_ dimaksud_—diatas_ adalah BERTENTANGAN dengan Pasal 87 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bahwa dengan demikian, kesimpulan Tergugat dalam LAPORAN a quo, yang pada pokoknya menyatakan: kerusakan lingkungan hidup akibat tambang nikel “Sehingga Negara harus mengeluarkan biaya untuk mengganti barang yang rusak atau berkurang’, adaleh merupakan perbuatan melanggar hukum yang bertentangan dengan Pasal 87 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Oleh karena itu Tergugat harus mencabut LAPORAN a quo: Tergugat Ceroboh Dalam Menyusun LAPORAN a quo Pada him 9 angka 5 Dr. Ir Basuki Wasis, M.Si, menyebutkan:"Hasil Analisa Tanah di Laboratorium Bioteknologi Lingkungan ("ICBB") pada tanah rusak menunjukan kadar air menjadi menurun Penurunan kadar air sebesar 11,98 % yaitu dari 36,52 % pada tanah hutan alam meningkat menjadi 24,54 % pada tanah rusak (lokasi tambang)"; Pernyataan Tergugat yang menggunakan frasa meningkat adalah salah, sebab: (i) yang bersangkutan di awal kalimat sudah menyebutkan frasa “Penurunan’; (ii) kadar air dari 26,52% menjadi 24,54% berarti menurun 11,98%. Jadi pernyataan yang benar adalah: “Penurunan kadar air sebesar 11,98% yaitu dari 36,52% pada tanah hutan alam menurun menjadi 24, 54%” pada tanah rusak (lokasi tambang); Terhadap hal yang sederhana tersebut di atas saja Tergugat melakukan kesalahan, apalagi terhadap hal-hel yang serius sebagaimana yang telah kami kemukakan pada dalil di atas, sehingga tidak bisa dipungkiri laporan yang bersangkutan dipenuhi oleh kesalahan; Bahwa di persidangan Tergugat dibawah sumpah menyatakan bahwa laporan yang dibuatnya dimaksud sudah bener, tidak ada kesalahan, Halaman22dari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pat.G/2018/PN.Cbi J 72. (xi) 73. telapi nyatanya terdapat kesalahan yang fatal. Kesalahan itu bukan merupakan kesalahan ket belaka, ‘etapi lebih tepet sebagai kecerobohan dan keserampangan yang bersangkutan dalam membuat laporan dimaksud. Laporan yang dibuat secara ceroboh dan “Serampangan itulah yang kemudian dipergunakan olen KPK untuk Memenjarakan Penggugat; Bahwa oleh karena terdapat kesalahan sebagaimana dimaksud di atas, maka Tergugat harus mencabut LAPORANa quo; Rumus yang digunakan Torgugat dalam LAPORAN a quo bertentangan dengan Permen LH No. 7 Tahun 2014 tentang Kerugian Lingkungan Hidup Akibat| Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup Bahwa dalam Permen LH No. 7 Tahun 2014 lampiran him 73 mengatur Biaya menghidupkan fungsi tata air guna menghidupkan fungsi hicroorologis hutan yang mengalami kerusakan seperti sediakala maka diperlukan kegiatan rehabilitasi lahan, pengembalian lapisan tanah (sub Soil dan top soil), penanaman jenis endemik, pemeliharaan, penjarangan, pembebasan, pengayaan jenis flora dan fauna, pemupukan, pemberian bahan organik, pengapuran, dan inokulasi mikroba, maka diperiukan biaya sebesar Rp 40.500,000,-/tahun. Biaya menghidupkan fungsi tata air hutan dan lahan tersebut setiap tehunnya disetarakan minimal dengan biaya pembuatan reservoir. Adapun time horizon yang diperlukan untuk pemulihan pada kawasan konservasi (100 tahun), kawasan hutan (15 — 50 tahun), kawasan kebun (5- 10 tahun), lahan rakyat/APL (1-5 tahun). Adapun — metode —perhitungan —didasarkan pada_—rumus berikut: CHTA = KA x BCR (Rp/ha) x TH tahun x LA x IHK1/IHK Devinisi CHTA : Biaya menghidupkan fungsi tata air (Ro/m3) BHTA : Tahun dasar biaya menghidupkan tata air Rp 40.500.000, (1999) LA: Lahan yang hilang/tidak berfungsi karena dirusak (ha) KA: Kadar air ma/401msper ha TH: Time horizon : kawasan konservasi (100 tahun) kawasan hutan (15 — 50 tahun), kawasan kebun (5-10 tahun), lahan rakya/APL (1-5 tahun) Halaman23dari175 Halaman Putusan Porkara Perdata Gugatan Noor 47/Pdt.G/2018/PN.CDi b IHK1 : Indeks harga pada tahun terjadi kerusekan THI: Indeks harga tahun dasar (tahun 1999) 74. Bahwa dalam LAPORANa quo him 10 huruf a tentang Biaya Menghidupkan Fungsi Tata Airdisebutkan oleh Tergugal biaya untuk ¢-nenghidupkan fungsi tata air, berdasarkan Permen LH No. 7 Tahun 2014 & \\Edatan sebesar Rp. 40.500.000,- Per Ha dikalikan selama 100 Tahun ‘kerugian ekologis pada lahan hutan alam dan tanah yang rusak akibat tambang nikel yaitu hilangnya kemampuan hutan alam dan tanah Z menghasilkan atau menyimpan air Sehingga Negara harus mengeluarkan biaya untuk mengganti barang yang musnah atau berkurang berupa hilangnya air (nilai ekonomi air) adalah [No | Lokasi ~ Rincian | Jumiah (Rey | 1 Izin UP | 280,49 Ha x Rp. 40.500.000,-/ha/th x 100 th. 1,.135.984,500.000,- | [2 | Bihuar UP} 76,71 Ha x 40.500-000-7hath x 100 th 290.263.500.000 /[Sumiah _— 7.428.248 900.000 75. Bahwa setelah dicermati rumus perhitungan yang digunekan oleh Tergugat dalam laporan perhitungan kerusakan lingkungan_ akibat pertambangan tidak mengikuti rumus yang diatur dalam Permen LH No 7 Tahun 2014, yaitu: Tergugat tidak bisa menghitung KA: Kadar air, IHK1: Indeks harga pada tahun terjadi kerusakan atau IHK: Indeks harga tahun dasar (1999); 76. Bahwa oleh karena Tergugat tidak mengikuti rumus yang diatur dalam Permen LH No. 7 Tahun 2014sebagaimana disebutkan di atas, yaitu tidak bisa menghitung KA: Kadar air, IHK1: Indeks harga pada tahun terjadi kerusakan atau IHK: Indeks harga tahun dasar (1999), maka berdasarkan urain diatas terbukti adenya ketideksesuaian atau rumus yang perhitungan antara metode yang digunakan oleh Tergugat dengan Permen LH No 7 Tahun 2014 yang diatur secara eksplisit adalah bukti ka Tergugat tidak berkompeten atau tidak memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni, oleh karenanya telah terbukti pulaTergugat telah melakukan perbuatan melanggar hukum, dan oleh karenannya Tergugat harus mencabut LAPORAN a quo. Halaman24dari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdit.G/2018/PN.Cbi b TENT Bahwa berdasarkan seluruh uraian di atas, tindakan Tergugat telah terbukti termasuk dalam perbuatan melanggar hukum (onreechtmatige daad) sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 1365 KUHPerdata dan oleh karenanya telah secara patut dan sah apabila menghukum Tergugat untuk mencabut LAPORAN aquo Ei, KERUGIAN YANG DIALAMI OLEH PENGGUGAT % 5 \abanwa perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh Tergugat Ssebagaimana diuraikan di atas telah mengakibatkan kerugian, baik 4 Secara materil maupun immateril bagi Penggugat 78, v /Banwa oleh karena perbuatan Tergugat telah mengakibatkan Penggugat =" mengalami kerugian materiil dan immateril, maka Tergugat harus dihukum untuk membayar ganti kerugian tersebut kepada Penggugat. Adapun kerugian Materiil maupun Immateriil yang diderita Penggugat yang harus dibayar atau ditanggung oleh Tergugat adalah sebagai berikut a Kerugian materiil: () Bahwa LAPORAN yang dibuat oleh Tergugat telah dipergunakan sebagai dasar bagi KPK untuk menetapkan Penggugat sebagai Tersangka dan kemudian menjadi Terdakwa. Sebagai tindak lanjut dari penetapan Penggugat sebagai Tersangka dimaksud, Penggugat telah ditahan oleh Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas 1 Jakarta Timur Cabang KPK di Rutan Pomdam Jaya Guntur, sajak 05 Juli 2017 sampai dengan saat ini (ii) Bahwaselama Penggugat ditahan, Penggugat tidak lagi mendapatsejumlah dana operasional dan perjalanan dines, dengan perincian sebagai berikut a. Tunjangan Operasional = untuk tahun 2017 — 2018 yaitu apabila Penggugat tidak ditahan dan menjabat hingga pada akhir masa jabatannya, yaitu sebesar Rp. 650.000.000,- (enam ratus lima puluh juta rupiah); b. Tunjangan Operasional untuk tahun 2017 ~ 2018 yaitu apabila Penggugat tidak ditahan Halaman26dari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt.G/2018/PN.Cbi 4 den menjabat hingga pada akhir masa jabatannya, yaitu sebesar Rp. 822.723.024,- (delapan ratus dua Puluh dua juta tujuh ratus dua puluh tiga ribu dua puluh empat rupiah) Bahwa jumlah total Kerugian Materiil yang diderita Penggugat adalah jumiah total keseluruhan pendapatan yang seharusnya diterima oleh Penggugat untuk 2 periode 2017 ~ 2018 sebesar: Rp. 650.000.000,- + Rp.822.723.024,- = Rp. 1.472.723.024, (satu milyar empat ratus tujuh puluh dua tujuh ratus dua puluh tiga ribu dua puluh empat rupiah) b Kerugian immateriil: () — Bahwa sebagai akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat, Penggugat juga mengalami kerugian immaterill, Kerugian immateriil yang diderita oleh Penggugat antara lain’ Penggugat beserta keluarga besarnya telah mengalami tekanan batin dan rasa malu tak terkirakan, kerena atas dasar LAPORAN yang dibuat oleh Tergugat, Penggugat ditetapkan oleh KPK sebagai tersangka (i) Kerugian immateriil ini tidak bisa dinilai dengan uang, akan telapi karena dalam perkara perbuatan melanggar hukum kerugian immateriil tersebut perlu dirumuskan dalam bentuk uang, maka Penggugat telahmengalami_kerugian immateriil sebesarRp. 3.000.000.000.000, (tiga triliun rupiah), 79. Bahwa ganti kerugian dimaksud, harus dibayar oleh Tergugat secara tunai dan sekaligus kepada Penggugat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak Putusan memiliki kekuatan hukum tetap, 80. Bahwa untuk menghindari kerugian yang lebih besar dan menjamin agar tuntutan Penagugat ini dapat dipenuhi oleh Tergugat maka wajar dan adil Halaman26dari175 Halaman Putusan Perkara Perdeta Gugaten Nomor 47/Pdt.G/2018/PN.Cbi é 82. 83. 84. Fi jika Pengadilan Negeri Cibinong meletakken Sita Jaminan Conservatoir Beslaagterhadap Sebidang tanah dan bangunan berdasarkan milik Tergugat ©)\ Dr. I Basuki Wasis, M.Si yang beralamat di Taman =\ Pagelaran Blok A No. 9 Rt 09 Rw. 14, Keluarahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. ‘Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa/Dwangsom, secara {dhggung renteng sebesar Rp. 1.000.000/ hari, atas.keterlambatan melaksanakan isi putusan perkara a quo yang telah_berkekuatan hukum tetap; Bahwa mengingat Para Turut Tergugat | hanya sebagai anggota tim penyusunan LAPORANa quo dan Turut Tergugat II hanya sekedar memenuhi formalitas administrasi dalam urusan perijinan, sedangkan yang memiliki peran berarti dalam pembuatan LAPORANa quo adalah Tergugat, maka Para Turut Tergugat dimaksud harus dihukum untuk tunduk dan mematuhi putusan ini; Menyatakan secara hukum agar putusan perkara ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu, meskipun ada upaya banding, kasasi maupun peninjauan kembali oleh Para Tergugat (vitvoerbaar bij voorraad); Menetapkan biaya perkara dibebankan kepada Tergugat. PERMOHONAN-PERMOHONAN Berdasarkan uraian di atas, dengan ini kami mohon kepada Ketua Pengadilan Negeri Cibinong cq. Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili gugatan Penggugat untuk menjatuhkan Putusan sebagai berikut 1 2 Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan Conservatoir Beslaag) yang dimohonkan terhadap: Sebidang tanah dan bangunan berdasarkan milik Terguaat Dr. Ir Basuki Wasis, M.Si yang beralamat di Taman Pagelaran Blok A No. 9 Rt. 09 Rw. 14, Keluarahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor Menyatakan menurut hukum bahwa Tergugat telah terbukti melakukan Perbuatan Melenggar Hukum Menghukum Tergugat untuk mencabuthasil Laporan Perhitungan Kerugian Akibat Kerusakan Tanah dan Lingkungan Akibat Pertambangan PT AHB Kabupaten Buton dan Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Halaman27dari17§ Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt.G/2018/PN.Cbi Tenggara tanggel 4 Oktober 2017 yang dibuat oleh Tergugat Dr. Ir Basuki Wasis, M Si. 5. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti kerugian: Materil sebesar Rp. 1.472.723.024, (satu milyar empat ratus tujuh puluh dua juta tujuh ratus dua puluh tiga ribu dua pulun empat rupiah) B Immateriil sebesar Rp. 3.000.000,000.000,00 (tiga triliun). ing harus dibayarkan secara tunai dan sekaligus kepada Penggugat ~ dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak Putusan memiliki kekuatan hukum tetap. 6. Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa/Dwangsom, secare tanggung renteng sebesar Rp. 1.000,000,- (satu juta rupiah)/ hari, atas keterlambatan melaksanakan isi putusan yang telah berkekuatan hukum tetap. 7. Menyatakan secara hukum agar putusan perkara ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu, meskipun ada upaya banding, kasasi maupun peninjauan kembali oleh Para Tergugat (uitvoerbaer bij voorraad) 8. Menghukum Turut Tergugat | dan Turut Tergugat II untuk tunduk dan patuh melaksanakan isi putusan ini 9. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara Apabila Pengadilan berpendapat Iain, mohon putusan yang seadil adiInya (ex aequo et bono). Menimbang,bahwa pada hari persidangan yang telah ditentuken, untuk Penggugat hadir kuasanya, Tergugat, Turut Terqugat | danTurut Terguget II hadir kuasanya di persidangan ; Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah mengupayakan perdamaian diantara para pihak melalui mediasi sebagaimena diatur dalam Perma Nomer 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dengan menunjuk BAMBANG SETYAWAN, SH.MH, Hakim pada Pengadilan Negeri Cibinong, sebagai Mediator, Menimbang, bahwa berdasarkan laporan Mediator tanggal 05 Juni 2018, upaya perdamaian tersebut tidak berhasil, sehingga pemeriksaan dalam perkara ini diteruskan dengan pembacaan surat gugatan dan selanjutnya Penggugat menyatakan terdapat perubahan gugatan sebagai berikut Halaman26dari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt.G/2018/PN.Cbi 1. Pada (ii) halaman 33-34 Gugatan berbunyi (ii) BahwaselamaPenggugatditahan, Penagugat tidak lagi ~mendapat sejumlah tunjangan jabatan, dengan perincian sebagai berikut a. TunjanganOperasionaluntuktahun2017 - 2018 yaitu apabila Penggugat tidak ditahan dan meniabat hingga pada akhir masa jabatennya, yaitusebesarRp. 650.000,000,00 (enam ratus lima puluh juta rupiah) b. Tunjangan Operasional_perjalanan dinas_—uuntuk tahun 2017 — 2018 yaitu apabila Penggugat tidak ditahan dan menjabat hingga pada akhir masa jabatannya, yaitu sebesarRp. 822.723.024,00 (delapan ratus cua puluh dua juta tujuh ratus dua puluh tiga ribu dua puluh empat rupiah) Bahwa jumlah total Kerugian Materiil yang diderita Penggugat adalah jumlah total keseluruhan pendapatan yang seharusnya diterima oleh Penggugat untuk periode 2017 - 2018 sebesar: Rp. 650.000.000,00 + Rp.822.723.024,00 = Rp. 1.472.723.024,00 (satu milyar empat ratus tujuh puluh dua tujuh ratus dua puluh tiga ribu dua puluh empat rupiah) DIRUBAH MENJADI: (iii) Bahwa selama Penggugat ditahan, yaitu sejak bulan Juli 2017 hingga berakhimya masa jabatan Penggugat sebagai Gubernur Sulawesi Tenggara, yaitu bulan Februari 2018, Penggugat tidak lagi mendapatkan tunjangan lainnya, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, pasal 4 ayat (1): Kepala Daerah ciberikan gaji, yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan jabatan dan tunjangan fainnya Adapun yang dimaksud dengan tunjangan lainnya adalah penerimaan insentif pajak yang diberikan kepada Penggugat dengan perincian sebagai berikut a. Penerimaan Insentif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Triwulan Ill Tahun 2017 Rp. 17.156.308- b. Penerimaan Insentif Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Triwulan Ill Tahun 2017 Rp. 18.079.470- ©. Penerimaan Insentif Pajak Kendaraan Bermotor Triwulan Ill Tahun 2017 Rp. 12,505.509,- Halaman29dari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt.G/2018/PN.Cbi f d. Penerimaan Insentif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Trivulan IV Tahun 2017 Rp. 14.368.790,- e. Penerimaan Insentif Pajak Kendaraan Bermotor Triwulan IV Tahun 2017 Rp. 8.935.004, “of Penerimaan Insentif Pajak Bea Balik Nama 4 \=\\Kendaraan Bermotor Triwulan | Tahun 2018 Rp. 9.543.603,- g. Penerimaan Insentif Pajak Kendaraan Bermotor Triwulan | Tahun 2018 Rp. 5.379.487,- h. Penerimaan Insentif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Triwulan | Tahun 2018 Rp. 7.644.256.- + TOTAL Rp. 93.612.427,- Dengan demikian jumlah total Kerugian Matoriil yang diderita Penggugat adalah sebesar Rp. 93.612.427,(sembilan puluh tiga juta enam ratus dua bolas ribu empat ratus dua puluh tuyjuh rupiah) 2. Pada hal. 36 angka 5 huruf a yang menyatakan a. Materill sebesar Rp. 1.472.723.024,- (satu milyar empat ratus tujuh puluh dua juta tujuh ratus dua puluh tiga ribu dua puluh empat rupiah ) rubah menjadi a. Materiil sebesar Rp. 93.612.427,- (sembilan puluh tiga juta enam ratus dua belas ribu empat ratus dua puluh tujuh rupiah), Menimbang, bahwa atas Gugatan Penggugat tersebut, Kuasa Hukum Tergugat telah menyampaikan Jawaban atau Eksepsi pada persidangan tanggal 12 September 2018sebagai berikut A. PENDAHULUAN Majelis Hakim yang kami mulakan. Sebelum menguraikan jawaban baik Eksepsi maupun pokok perkara, kami merasa perlu untuk mendudukkan gugatan a quo dalam dua konteks, yaitu gerakan penyelamatan Sumber Daya Alam (SDA) dan Strategic Lawsuit against Public Participation (SLAPP). a. Gugatan a quo dalam konteks Gerakan Penyelamatan Sumber Daya Alam Pada tanggal 19 Maret 2015, bertempat di Istana Negara, KPK bersama 29 Kementrian serta 12 Pemerintah Provinsi menandatangani Nota Kesepahaman Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam (GN- PSDA). Gerakan tersebut mencakup penyelamatan SDA secara luas, mulai Halaman30dari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt.G/2018/PN.Cbi sektor kelautan, pertambangan hingga kehutanan dan perkebunan. Ada lima isu dalam pengelolaan SDA sektor kehutanan dan perkebunan, yaitu ketidakpastian hukum dalam perencanaan kawasan hutan, kerentanan “petzinan terhadap korupsi, tidak optimalnya alokasi pengelolaan sumber * Gay \hutan untuk masyarakat, lemahnya pengawasan sehingga penermaan negara tidak optimal dan masih banyaknya konflik agraria dan kehutanan yang belum tertangani. Potensi suap mencapai 22 miliar per izin per tahun »” $e@angkan kerugian negara meliputi: pembalakan liar (35 trilyun per tahun) kehilangan penerimaan bukan pajak akibat pertambangan di dalam kawasan hutan (15,9 trilyun per tahun), izin tambang di dalam kawasan hutan konservasi (1,3 juta hektar) dan pertambangan di dalam kawasan hutan lindung (4,9 juta hektar). Penggugat adalah salah satu Kepala Daerah yang terlibat dalam korupsi pemberian Izin Usaha Pertambangan, sebagaimana telah diputuskan dalam Putusan No. 123/Pid.Sus-TPK/2017/PN Jkt.Pst. oleh Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan Negeri Jakaria Pusat tanggal 28 Maret 2018, yang kemudian diperbaiki oleh Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dalam putusannya Nomor: 16/Pid.Sus-TPK/2018/PT.DKI tertanggal 17 Juli 2018 Dalam putusan tersebut, Penggugat/Terdakwatelah_terbukti_melakukan tindak pidana korupsi, sebagaimana diatur di dalam UU 31/1999 jo UU 20/2001, karenanya dijatuhi hukuman pidana penjara selama 15 (lima belas) tahun dan denda sebesar 1 Milyar rupiah, pidana tambahan dalam bentuk membayar uang pengganti sebesar Rp 2.781.000.000 dan dicabut hak politiknya selama 5 tahun sejak selesai menjalani hukuman. Oleh karena itu, penanganan kasus korupsi dalam pemberian IUP yang melibatkan Penggugat harus dibaca satu tarikan nafas dengan GN-PSDA tersebut. ‘nttp/fvwws mongabay co id/2017/04/07/eetelah.ca-tahun-apa abor-gerokan-nasional penyelamatan-sda/, diakses pada tanggal 10 Juli 2018 Halaman31dari175 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt. G/2018/PN.Cbi f Bagaimana potret Lingkungan Hidup atau Sumber Daya Alam yang sedang diselamatkan melalui pemidanaan Penggugat, dapat dilihat melalui foto ret) Bocce ey berikut ini Foto tersebut kami ambil dari Laporan LAPAN yang sudah pernah disampaikan pada persidangan pokok perkara dengan Penggugat sebagai Terdakwa, karenanya ada di dalam Putusan No 123/Pid.Sus- TPK/2017/PN. Jkt Pst tanggal 28 maret 2018 Gambar tersebut menunjukkan potret kondisi tanah dan lingkungan yang diambil pada tahun 2009 (sebelum Penggugat mengeluarkan IUP), tahun 2011 (ketika eksploitasi sudah mulai dilakukan) dan tahun 2015 (pada saat penyidikan dilakukan). Jika diamati lebih cermat, potret_ tersebut menunjukkan adanya pembukaan lahan baik di hutan APL maupun hutan lindung, bahkan ada reklamasi (dalam arti pengurukan) pantai Sialnya pembukaan lahan tersebut dimulai dari keluarnya IUP secara melawan hukum. Selain itu, pembukaan lahan tersebut _terbukti mengakibatkan kerusakan taneh dan lingkungan hidup b. Gugatan a quo dalam konteks SLAPP UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, telah mengatur perlindungan terhadap masyarakat tersebut melalui konsep ‘tindakan hukum untuk melawan partisipasi publik” (Strategic Lawsuit Against Public Participation-SLAPP), sebagaimana diatur di dalam pasal 66 UU 3: 9 yang berbunyi: “Setiap orang yang memperjuangkan hak atas Halaman32dari17§ Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt.G/2018/PN.Cbi PEN lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dapat dituntut secara pidana Maupun secara perdata.” SLAPP menurut Mahkamah Agung dalam reef Pedoman Penanganan Perkara Lingkungan hidup (Sesuai dengan Surat Srbputusen Ketua Mahkamah Agung Nomor 36/KMS/SK/I/2013) dapat xy Bbpa guoatan balik, gugatan biasa atau berupa pelaporan telah melakukan tindak pidana bagi pejuang lingkungan hidup. Gugatan terhadap Dr. Ir. Basuki Wasis, M.Si, dalam kapasitasnya sebagai ahli penghitungan kerusakan lingkungan hidup dalam penyelidikan, penyidikan dan persidangan perkara Tipikor dengan Terdakwa Nur Alam (Penggugat), merupakan merupakan bagian dari serangan balik, tindakan balasan atauSLAPP yang jelas dilindungi pasal 66 UU 32/2009. Selain dilindungi Pasal 66 UU 32 2009, sebagai ahli dalam penyidikan dan persidangan, Tergugat dilindungi oleh berbagai peraturan * Pasal 9 UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme * Pasal 41 UU Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo UU Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi * Pasal 32 ayat (1) dengan Konvensi PBB Anti Korupsi Tahun 2003 yang telah diratifikasi Indonesia melalui UU No. 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption, 2003) (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi 2003) + Pasal 5 ayat (3) dan Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2005 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban © Pasal 1 ayat 28 KUHAP, dll) sebagai akademisi, Laporan yang disusun Tergugat merupakan karya akademis berdasarkan metode ilmiah. Tergugat sebagai Ahli yang berusaha membantu penegakkan hukum oleh Negara dan Pemerintah, khususnya dalam keahlian tentang kerusakan lingkungan telah sangat banyak membantu. Lebih dari 400 kali Tergugat memberikan keterangan sebagai Ahli dan membantu penegakkan hukum. dan proses pemeriksaan dipersidangan. Ditengah sangat sedikitnya Ahli yang bersedia membantu pemerintah dalam penegakkan hukum, gugatan yang mengancam Tergugat sebagai Ahli cum akademisi ini semakin Halaman33darit75 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt. G/2018/PN. Ci dh menyempitkan dan juga membuat akademisi dan ahii lainnya juga berpikir ulang menjadi ahli yang membantu pemerintah. Majelis Hakim yang kami muliakan Adapun Eksepsi dan JawabanTergugat ini kami susundengan kerangka sebagai berikut A. Pendahuluan bp. 1. Eksepsi Kewenangan Mengadili < 2. Eksepsi ANTI SLAPP (Strategic Lawsuit Againts Public Participation Eksepsi Berdasar Surat Keputusan Mahkamah Agung Nomor 36/KMA/SK/IV/2013 tentang Pemberlakuan Pedoman Penanganan Perkara Lingkungan jo Pasal 66 UU 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup 3. Eksepsi Lainnya B. Jawaban Pokok Perkara \a\t C. Permohonan/Petitum Sebelum memulai Eksepsi, dengan ini TERGUGAT menyatakan menolak dengan tegas seluruh alasan/dalil dalam Gugatan PENGGUGAT, kecuali secara tegas yang diakui oleh TERGUGAT; B. EKSEPSI Me EKSEPSI KEWENANGAN MENGADILI 4.1. Majelis Hakim tidak berwenang mengadili Perkara a quo, mengingatPerkara a quo adalah ranah Peradilan Pidana, bukan Perdata. Bahwa dalam gugatannya Penggugat mendalilkan pada halaman 32 dan 33 Gugatan tentang kerugian :“bahwe Laporen yang dibuat oleh Tergugat telah dipergunakan sebagai dasar KPK untuk menetapkan Penggugat sebagai Tersangka dan kemudian menjadi terdekwa..”. Dalam gugatan Penggugat nomor 17 halaman 8 juga menyatakan sebagai berikut:“bahwa Gugatan Perbuatan Melanggar Hukum ini diajukan karena Penggugat mendengar dan mengetahui sendiri bahwa LAPORAN yang dibuat oleh Tergugat penuh dengan kecerobohan, kesalahan dan kekeliruan baik berdasarkan keterangan Tergugat sendini selaku Ahli dari KPK, yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Turut Tergugat Il Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor No.: 766/13 5/KP.02/2018 tanggal Halaman34darit75 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt.G/2018/PN.Cbi 1.3. 1.4. 9 Februari 2018, maupun keterangan Ahli yang diajukan Penggugat, dimuka persidangan yang mengadili perkara Penggugat di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat’ Bahwa dari sini sangat terang Penggugat mempermasalahkan Laporan atau Keterangan yang dibuat oleh Tergugat sebagai Ahii dalam Proses Penyelidikan dan/atau Penyidikan yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK) dimana ini adalah ranah Peradilan Pidana, khususnya Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diatur dalam UU 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dan UU No. 8 Tahun 1981Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Bahwa permasalahan Keterangan Terguget sebagai Anli dalam Persidangan Tindak Pidana Korupsi adalah ranah yang diatur dalam Pasal 179 ayat (1), Pasal 180 UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana atau lebih sering disebut KUHAP. Dalam Pasal 179 KUHAP disebutkan (1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ali kedokteran kehakimanatau dokter atau abli lainnya wajib memberikan keterangan ahili demi keadilan (2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberkan keterangan ahi, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenamnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya Dalam Pasa! 180 KUHAP disebutkan (1) Dalam hal diperlukan untuk menjerninkan duduknya persoalan yang timbul di sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan. (2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum terhadep hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hakim memerintahkan agar hal itu dilakukan peneltian ulang.” (3) Hakim karena jabatannya dapat memerintankan untuk dilakukan penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayet (2). Halaman3Sdarit75 Halaman Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 47/Pdt,G/2018/PN.Cbi 4b 1.5. 1.6. 42. (4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh instansi semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai wewenang untuk itu. Dan Pasal 170 KUHAP diatas, dapat dilihat dengan jelas bahwa Tergugat sebagai Ahli dalam hanya menjalankan kewajiban ketka diminta pendapat sesuai keahliannya. Tergugat telah memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yangsebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya. Jikapun Penggugat sebagai Terdakwa atau penasihat hukumnya keberatan terhadap keterangan Ahli, maka cara yang ditempuh adalah mengajukan keberatan di dalam persidangan, dan hal tersebut telah dilakukan oleh Penggugat/Terdakwa dan juga penasihat hukumnya. Selain itu, jika hakim keberatan dengan keterangan ahli, maka hakim dapat memina penerlitian sebagaimana tegas diatur dalam Pasal 180 KUHAP. Lagi pula hakim memiliki kebebasan sepenuhnya untuk menerima, mempertimbangkan dan menggunakan pendapat ahii atau tidak Bahwa Penguggat sudah pemnah mengajukan keberatan terhadap penyidikan yang dilakukan oleh KPK melalui Pra Peradilan. Upaya ini permasalahan ini telah diperiksa, dipertimbangkan dan diputus dalam Putusan Pra Peradilan Nomor 127/Pid,Prap/2016/PN.JKT.Sel. Pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan putusan tertanggal 12 Oktober 2016. Dalam Amar putusannya Majelis Hakim memutuskan MENGADILI: DALAM EKSEPSI. - Menyatakan Eksepsi Termohon dinyatakan tidak dapat diterima DALAM POKOK PERKARA. 1. Menolak — permohonan —Praperadilan Pemohon untuk seluruhnya. * 2. Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar NIHIL+ Bahwa Keberatan yang diajukan oleh Penggugat danfatau Permasalahan ini juga telah diajukandantelah_—_diiperiksa, dipertimbangkan serta diputus oleh Majelis Hakim dalam Perkara Nomor 123/PID.SUS/TPK/2017 Pada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta pusat dengan Putusan Sela Haleman36deri175 Halaman Putusan Perkera Perdata Gugatan Nomor 47/Pdtt G/2018/PN. Chi

Anda mungkin juga menyukai