Pajak Fiskal Dan PPH 25
Pajak Fiskal Dan PPH 25
Nim : K7721051
1. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi;
2. penghasilan berupa hadiah undian;
3. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
4. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
5. penghasilan tertentu lainnya
Bunga deposito/tabungan, diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI), serta jasa giro dengan
PPh atas bunga obligasi (surat utang) dengan tarif sebesar 10% - 20%
PPh atas diskonto Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dengan tarif sebesar 20%
PPh atas transaksi penjualan saham pada Bursa Efek. Tarif sebesar 0,5% untuk transaksi
penjualan saham pendiri dan tarif sebesar 0,1% untuk transaksi saham bukan pendiri
PPh atas penghasilan perusahaan modal ventura dari penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangan usahanya dengan tarif sebesar 0,1%
PPh atas persewaan atas tanah dan/atau bangunan dengan tarif sebesar 10%
PPh atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, termasuk usaha real estate
dengan tarif sebesar 5%. Sedangkan, tarif sebesar 1% dikenakan atas pengalihan rumah
PPh atas penghasilan dari usaha dalam bentuk jasa konstruksi, dengan tarif sebagai
berikut:
- Tarif sebesar 1,75% dikenakan terhadap pelaksana jasa konstruksi kecil dengan
sertifikasi
- Tarif sebesar 2,65% dikenakan terhadap pelaksana konstruksi menengah dan besar
- Tarif sebesar 2,65% dikenakan atas penyedia jasa yang mempunyai sertifikasi badan
usaha
- Tarif sebesar 4% dikenakan atas penyedia jasa yang mempunyai sertifikasi badan
usaha
- Tarif sebesar 3,5% dikenakan terhadap perancang atau pengawas jasa konstruksi
- Tarif sebesar 6% dikenakan terhadap perancang atau pengawas jasa konstruksi oleh
PPh atas penghasilan perusahaan penerbangan yang dilakukan di dalam negeri dengan
PPh atas penghasilan perusahaan pelayaran yang dilakukan di dalam negeri dengan tarif
sebesar 1,2%
PPh atas penghasilan perusahaan pelayaran maupun penerbangan luar negeri dengan
PPh atas penghasilan Wajib Pajak luar negeri yang kantor perwakilan dagangnya berada
PPh atas selisih lebih peninjauan kembali aktiva tetap dengan tarif sebesar 10%.
Contoh kasus
Jajang menyimpan uang di Bank ABC dalam bentuk deposito sebesar Rp 100.000.000 dengan
tingkat bunga 12% per tahun. Atas deposito tersebut, Jajang menerima bunga setiap bulan
sebesar Rp 1.000.000. berasa besar sasaran pajak yang harus dibayarkan atas bunga deposito
Jajang?
PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong Bank ABC adalah 20% x Rp 1.000.000 = Rp 200.000
Dasar hukum Undang - undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasila. Menyatakan
bahwa PPh Pasal 25 merupakan pembayaran pajak penghasilan secara angsuran dalam tahun
pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak
Badan untuk setiap bulan.
Akuntansi pajak merupakan system pencatatan dan pengalokasian pajak penghasilan dalam
priode akuntansi. Pencatatan dilakukan dalam bentuk jurnal, yang bertujuan untuk dapat
memudahkan dalam pengambilan keputusan dan pemberian informasi kepada pihak yang
membutuhkan.
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan (tahun pajak berikutnya setelah tahun
yang dilaporkan di SPT tahunan PPh) dihitung sebesar PPh yang terutang pajak tahun lalu,
yang dikurangi dengan:
Pajak penghasilan yang dipotong sesuai Pasal 21 (yaitu sesuai tarif pasal 17 ayat (1) bagi
pemilik NPWP dan tambahan 20% bagi yang tidak memiliki NPWP) dan Pasal 23 (15%
berdasarkan dividen, bunga, royalti, dan hadiah – serta 2% berdasarkan sewa dan
penghasilan lain serta imbalan jasa) – serta pajak penghasilan yang dipungut sesuai pasal
22 (pungutan 100% bagi yang tidak memiliki NPWP);
Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan
sesuai pasal 24; lalu dibagi 12 atau total bulan dalam pajak masa setahun.
Terdapat dua (2) jenis pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) untuk
Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP), yaitu:
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP – OPPT), yaitu yang
melakukan usaha penjualan barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa – dengan satu
atau lebih tempat usaha. PPh 25 bagi OPPT = 0.75% x omzet bulanan tiap masing-
masing tempat usaha.
Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP – OPSPT), yaitu
pekerja bebas atau karyawan, yang tidak memiliki usaha sendiri. PPh 25 bagi OPSPT =
Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh (12 bulan).
Sampai Rp 50.000.000 = 5%
Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 = 15%
Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 = 25%
Di atas Rp 500.000.000 = 30%
Pembayaran angsuran PPh 25 untuk wajib pajak badan yaitu = Penghasilan Kena Pajak (PKP)
x 25% (Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh).
NO KETERANGAN C K
a. Jurnal penyesuaian akhir tahun
Daftar Referensi
Hanjarwadi, W. (2023). Kenali Perbedaan PPh Final dan Non Final. Diakses 23 Maret 2023,
dari https://www.pajak.com/pajak/kenali-perbedaan-pph-final-dan-non-final/
Direktorat Jendral Pajak. (2022). PPh Pasal 4 Ayat 2. Diakses pada 23 maret 2023, dari
https://www.pajak.go.id/id/pph-pasal-4-ayat-2
Prawati, L.D. (2020). Pajak Penghasilan Pasal 25. Diakses pada 23 maret 2023, dari
https://accounting.binus.ac.id/2020/12/17/pajak-penghasilan-pasal-25/