Anda di halaman 1dari 98
120 - untuk mendapatkan tumbuhan yang mempunyai sifat-sifat yan) sama seperti induknya. Karena alat perkembangbiakan vegetatif pada hakekatny, adalah alat-alat hara, maka mengenai hal ini dapat diperoleh bahan, bahan keterangan lebih lanjut dalam bab Alat Hara. Adapun alat perkembangbiakan generatif pada tumbuhan bij adalah bijinya. Biji terdapat dalam buah, dan buah berasal dari bunga Oleh sebab itu berturut-turut akan diuraikan perihal bunga, buah, day kemudian biji. BUNGA (FLOS) Akar, batang, daun, serta bagian-bagian tumbuhan lainnya yang telah dibicarakan di muka, merupakan bagian-bagian yang secara langsung berguna untuk mempertahankan kehidupan (untuk penye- rapan makanan, pengolahan bahan-bahan yang diserap menjadi bahan- bahan yang digunakan oleh tumbuhan untuk keperluan hidupnya: pernapasan, pertumbuhan, dan lain-lain.) tumbuhan itu sendiri selama pertumbuhannya, oleh sebab itu alat-alat tersebut seringkali dinama- kan pula alat-alat pertumbuhan atau alat-alat vegetatif. Sebelum suatu tumbuhan mati, biasanya olehnya telah dihasil- kan suatu alat, yang nanti akan dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru, Alat-alat yang demikian dinamakan alat perkembangbiakan (organum reproductivum), yang dibedakan dalam 2 golongan: yang bersifat vegetatif dan yang generatif. ‘Alat perkembangbiakan generatif itu bentuk dan: susunannya berbeda-beda menurut jenisnya tumbuhan, tetapi bagi tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan bagian tumbuhan yang kita kenal sebagai bunga. Oleh sebab itu suatu tumbuhan berbiji, jika sudah tiba waktu baginya akan mengeluarkan bunga. Pada bunga inilah terdapat bagian-bagian yang setelah terjadi peristiwa-peristiwa yang disebut: persarian (penyerbukan) dan pembuahan akan menghasilkan bagian tumbuhan yang kita sebut buah, yang di dalamnya terkandung biji, dan biji inilah yang nanti akan tambuh B Dipindai dengan CamScanner 121 menjadi tumbuhan baru. Dapatlah dimengerti sekarang, bahwa bunga merupakan suatu bagian tumbuhan yang amat penting. Seperti telah berulang kali diketengahkan, bagian pokok tubuh tumbuhan hanya ada tiga macam, yaitu akar, batang, dan daun, dan setiap bagian lainnya hanya merupakan penjelmaan ketiga bagian pokok tersebut. Jadi bunga sebagai suatu bagian tumbuhan, harus pula merupakan suatu penjelmaan salah satu atau kombinasi ketiga bagian pokok tadi, yang memang demikian keadaannya. Dalam uraian mengenai kuncup, telah kita ketahui bahwa ada kuncup yang dapat menjadi bunga yaitu kuncup bunga (alabastrum atau gemma florifera), ada pula yang hanya merupakan cabang baru, ada pula yang menjadi cabang baru dengan bunga. Jika kita memperhatikan susunan suatu bunga, mudahlah diketahui bahwa bunga adalah penjelmaan suatu tunas (batang dan daun-daun) yang bentuk, warna, dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan, sehingga pada bunga ini dapat berlangsung penyerbukan dan pembuahan, dan akhirnya dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan. Tunas yang mengalami perubahan bentuk menjadi bunga itu biasanya batangnya lalu terhenti pertumbuhannya, merupakan tangkai dan dasar bunga, sedang daun-daunnya sebagian tetap bersifat seperti daun, hanya bentuk dan warnanya berubah, dan sebagian lagi mengalami metamorfosis menjadi bagian-bagian yang memainkan peranan dalam peristiwa-peristiwa yang akhimya akan menghasilkan calon individu baru tadi. Berhubung dengan terhentinya pertumbuhan batang, maka ruas- mas menjadi amat pendek, sehingga bagian bunga yang meupakan metamorfosis daunnya tersusun amat rapat satu sama lain, bahkan biasanya bagian-bagian tadi tampaknya seakan-akan tersusun dalam lingkaran-lingkaran. Bertalian dengan letak dan susunan bagian- bagian bunga ini dibedakan: a. bunga yang bagian-bagiannya tersusun menurut garis spiral (acyclis), misalnya bunga cempaka (Michelia champaka L.), * B Dipindai dengan CamScanner 122 b. bunga yang bagian-bagiannya tersusun dalam lingkaran (cyclis), misalnya: bunga terong (Solanum melongena L.), bakung (Hymenocallis littolaris Salisb.), c. bunga yang sebagian bagian-bagiannya duduk dalam lingkaran, dan sebagian lain terpencar atau menurut garis spiral (hemicyclis), misalnya bunga sirsat (Annona muricata L.). Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan, pada bunga terdapat sifat-sifat, yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan tugasnya sebagai penghasil alat perkembangbiakan yang sebaik- baiknya. Umumnya dari suatu bunga sifat-sifat yang amat menarik ialah: — bentuk bunga seluruhnya dan bentuk bagian-bagiannya, — warnanya, — baunya, — ada dan tidaknya madu ataupun zat lain. Demikian karakteristik sifat-sifat tersebut untuk setiap jenis atau golongan tumbuhan, sehingga sifat-sifat bunga merupakan tanda pengenal tumbuhan yang paling utama. Jumlah Bunga dan Tata Letaknya pada Suatu Tumbuhan Pada suatu tumbuhan ada kalanya hanya terdapat satu bunga saja, misalnya bunga coklat (Zephyranthus rosea Lindl.), tetapi umumnya pada suatu tumbuhan dapat ditemukan banyak bunga. Tumbuhan yang hanya menghasilkan satu bunga saja dinamakan tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora), sedang lainnya tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora). Jika suatu tumbuhan hanya mempunyai satu bunga saja, biasanya bunga itu terdapat pada ujung batang, jika bunganya banyak, dapat sebagian bunga-bunga tadi terdapat dalam ketiak-ketiak daun dan sebagian pada ujung batang atau cabang-cabang. Jadi menurut tempatnya pada tumbuhan, kita dapat membedakan: a. bunga pada ujung batang (flos terminalis), misalnya bunga coklat tadi, kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz.), B Dipindai dengan CamScanner 123 Gambar 69. a, Planta uniflora. b Planta multiflora, a Gambar 70. a. Flos teminalis. b. Flos lateralis. B Dipindai dengan CamScanner 124 b. bunga di ketiak daun (flos lateralis atau flos axillaris), misalnya pada kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), kembang telang (Clitoria ternatea L.). Selain dari itu pada suatu tumbuhan dapat kita lihat bahwa bunganya yang besar jumlahnya itu, dapat: = terpencar atau terpisah-pisah (flores sparsi), misalnya pada kembang sepatu, — berkumpul membentuk suatu rangkaian dengan susunan yang beraneka ragam. Suatu rangkaian bunga dinamakan pula: bunga majemuk (anthotaxis inflorescentia), misalnya pada kembang merak tersebut di atas. Bunga Majemuk (Anthotaxis, Inflorescentia) Suatu bunga majemuk harus dapat dibedakan dari cabang yang mendukung sejumlah bunga di ketiaknya. Pada suatu cabang dengan sejumlah, bunga di ketiak jelas kelihatan, bahwa di antara bunga- bunganya sendiri yang terdapat pada cabang itu terdapat daun-daun biasa yang berguna untuk berasimilasi. Pada suatu bunga majemuk sumbu yang mendukung bunga-bunga yang telah berkelompok itu tidak berdaun, atau jika ada daunnya, daun-daun tersebut telah mengalami metamorfosis dan tidak lagi berguna sebagai alat untuk asimilasi. Walaupun demikian menurut kenyataannya seringkali tidak mudah untuk membedakan suatu bunga majemuk dari cabang yang mempunyai bunga-bunga di ketiak daunnya. Pada suatu bunga majemuk lazimnya dapat kita bedakan bagian-bagian berikut: A. Bagian-bagian yang bersifat seperti batang atau cabang, yaitu: a. ibu tangkai bunga (pedunculus, pedunculus communis atau rhachis), yaitu bagian yang biasanya merupakan terusan batang atau cabang yang mendukung bunga majemuk tadi. Ibu tangkai ini dapat bercabang, dan cabang-cabangnya bercabang lagi, dapat pula sama sekali tidak bercabang. B Dipindai dengan CamScanner 125 bunga <—_— pedicellus ———————— bracteola pedunculus <——— braetea Gambar 71. Bunge majemuk dengan bagian-bagiannya. htangkai bunga (pedicellus), yaitu cabang ibu tangkai yang mendukung bunganya, c, dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung tangkai bunga, yang mendukung bagian-bagian bunga lainnya. 8 Bagian-bagian yang bersifat seperti daun, antara lain: a daun-daun pelindung (bractea), yaitu bagian-bagian serupa daun yang dari ketiaknya muncul cabang-cabang ibu tangkai atau tangkai bunganya, ». daun tangkai (bracteola), yaitu satu atau dua daun kecil yang, terdapat pada tangkai bunga. Pada tumbuhan biji belah B Dipindai dengan CamScanner 126 (Dicotyledoneae) biasanya terdapat dua daun tangkai yang letaknya tegak lurus pada bidang median, sedang pada tumbuhan biji tunggal (Monocotyledoneae) hanya terdapat satu daun tangkai dan letaknya di dalam bidang median, di bagian atas tangkai bunga, . seludang bunga (spatha), yaitu daun pelindung yang besar, yang seringkali menyelubungi seluruh bunga majemuk waktu belum mekar, misalnya terdapat pada bunga kelapa (Cocos nucifera L.), iles-iles (Amorphophallus variabilis Bl.), daun-daun pembalut (bractea involuclaris, involucrum), yaitu sejumlah daun-daun pelindung yang tersusun dalam suatu lingkaran, terdapat misalnya pada bunga matahari (Helianthus annuus L.), . kelopak tambahan (epicalyx), yaitu bagian-bagian serupa daun yang berwarna hijau, tersusun dalam suatu lingkaran dan terdapat di bawah kelopak, misalnya pada bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), kapas (Gossypium sp.), = 2 - daun-daun kelopak (sepalae), g. daun-daun mahkota atau daun tajuk (peralae), daun-daun tenda bunga (tepalae), jika kelopak dan mahkota sama bentuk dan warnanya, re i. benang-benang sari (stamina), j. daun-daun buah (carpella). Bagian-bagian bunga majemuk di bawah huruf B dari g sampai dengan j akan diuraikan kemudian secara lebih luas, dan dari bagian- bagian tersebut benang sari dan daun-daun buah tak tampak lagi sifatnya sebagai daun. Telah dikemukakan tadi, bahwa ibu tangkai bunga pada bunga majemuk dapat mengadakan percabangan dapat pula tidak, Ibu tangkai bunga yang tidak bercabang dan tidak berdaun seringkali dinamakan sumbu bunga (scapus). Ibu tangkai yang bercabang B Dipindai dengan CamScanner 127 memperlihatkan cara percabangan yang bermacam-macam, Selain dari itu, jumlah cabang, panjangnya dibandingkan dengan ibu tangkai serta gusunan cabang-cabang tadi, berpengaruh pula terhadap urut-urutan pekarnya masing-masing bunga pada suatu bunga majemuk. perkaitan dengan sifat-sifat tersebut bunga majemuk dibedakan dalam tiga golongan: bunga majemuk tak berbatas (inflorescentia racemosa, inflorescentia botryoides atau inflorescentia centripetala), yaitu bunga majemuk yang ibu tangkainya dapat tumbuh terus, dengan cabang-cabang yang dapat bercabang lagi atau tidak, dan mempunyai susunan “acropetal (semakin muda semakin dekat dengan ujung ibu tangkai), dan bunga-bunga pada bunga majemuk ini mekar berturut-turut dari bawah ke atas. Jika ujung ibu tangkai tak mendukung suatu bunga, tampaknya seakan-akan bunga majemuk ini tidak berbatas, agi pula jika dilihat dari atas, nampak bunga mulai mekar dari pinggir dan yang terakhir mekarnya ialah bunga yang menutup ibu tangkainya. Karena yang mekar mulai dari pinggir menuju ke pusat itulah maka bunga majemuk yang bersifat demikian ini dinamakan: in florescentia centripetala. Bunga majemuk tak berbatas terdapat misalnya pada: kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz.), mangga (Mangifera indica L.), b. bunga majemuk berbatas (inflorescentia cymosa atau inflorescentia centrifuga, inflorescentia definita), yaitu bunga majemuk yang ujung ibu tangkainya selalu ditutup dengan suatu bunga, jadi ibu tangkai mempunyai pertumbuhan yang terbatas. Ibu tangkai ini dapat pula bercabang-cabang, dan cabang-cabang tadi seperti ibu tangkainya juga selalu mendukung suatu bunga pada ujungnya. Pada bunga majemuk yang berbatas bunga yang mekar dulu jalah bunga yang terdapat di sumbu pokok atau ibu tangkainya, jadi dari tengah ke pinggir (jika dilihat dari atas), oleh sebab itu dinamakan: inflorescentia centrifuga. Melihat jumlah cabang pada ibu tangkai, bunga majemuk berbatas dibedakan lagi dalam tiga macam: B Dipindai dengan CamScanner 128 Gambar 72. Bunga majemuk a. tak berbatas. b. berbatas. 1. yang bersifat “monochasial”, jika ibu tangkai hanya mempunyaj satu cabang, ada kalanya lebih (dua cabang), tetapi tidak pernah berhadapan, dan yang satu lebih besar daripada yang lainnya, Cabang yang besar selanjutnya seperti ibu tangkai setiap kali hanya mengeluarkan satu cabang saja. Bunga majemuk semacam ini ditemukan pada berbagai jenis tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae), kapas (Cossypium sp.), 2. yang bersifat “dichasial’, jika dari ibu tangkai keluar dua cabang yang berhadapan, terdapat pada tumbuhan dengan bunga berbibir (Labiatae), dan lain-lain. & Dipindai dengan CamScanner 6Z1L 2 3 z 3 Do Z 8 2 z z g e @ Dipindai dengan CamScanner 130 3. yang bersifat “pleiochasial”, jika dari ibu tangkai key 2 dari dua cabang pada suatu tempat yang sama tinggi ibu tangkai tadi, misalnya pada bunga oleander oleander L.). c, bunga majemuk campuran (inflorescentia mixta), yairy bun, majemuk yang memperlihatkan baik sifat-sifat bunga majemge berbatas maupun sifat bunga majemuk tak berbatas, Nar lebi, na pain (Nerigg Bunga majemuk yang dibedakan dalam ketiga Bolongan tersebut di atas masing-masing dapat lagi dibedakan dalam beberap, ragam. Berikut akan diberikan suatu ikhtisar berbagai ragam bung, majemuk yang dapat kita jumpai pada tumbuhan. a, Bunga majemuk tak berbatas (inflorescentia racemosa, in florescentia botryoides, inflorescentia centripetala) Dalam golongan ini dapat dibedakan lagi yang: I. Ibu tangkainya tidak bercabang-cabang, sehingga bunga (ber. tangkai atau tidak) langsung terdapat pada ibu tangkainya, 1. tandan (racemus atau botrys), jika bunga bertangkai nyata, duduk pada ibu tangkainya. Kita dapat pula mengatakan, iby tangkai bercabang, dan cabang-cabangnya masing-masing mendukung satu bunga pada ujungnya, misalnya pada kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz.), 2. bulir (spica), seperti tandan tetapi bunga tidak bertangkai, misalnya bunga jarong (Stachytarpheta jamaicensis Vahl.), 3. untai atau bunga lada (amentum), seperti bulir, tetapi ibu tangkai hanya mendukung bunga-bunga yang berkelamin tunggal, dan runtuh seluruhnya (bunga majemuk yang men- dukung bunga jantan, yang betina menjadi buah), terdapat misalnya pada sirih (Piper betle L.), 4. tongkol (spadix), seperti bulir, tetapi ibu tangkai besar, tebal, dan seringkali berdaging, misalnya pada iles-iles (Amor- B Dipindai dengan CamScanner 131 pallus variabilis BL), jagung (Zea mays L.), tetapi hanya oP yan betina. ; pune! pada suatu bunga tongkol seringkali terdapat seludang ang indah dan menarik warnanya, yang selain berguna bw uk menarik serangga, juga merupakan perangkap bagi val gga YON mengunjungi bunga ini. Pada sebuah tongkol, sero petinanya terdapat di bagian atas, sedang bunga jantan di ee bawah, dan di antara kedua jenis bunga itu seringkali bes) bunga-bunga yang mandul, seperti pada iles-iles put di atas dan tumbuhan yang tergolong suku Araceae ng ¥' punga payyng (umbella), yaitu suatu bunga majemuk tak perbatas, Yang dari ujung ibu tangkainya mengeluarkan cabang- ang yang sama panjangnya. Masing-masing cabang mem- abi fi poral suatu daun pelindung pada pangkalnya, dan karena pangkal daun sama tinggi letaknya, maka tampak seakan-akan pada pangkal cabang-cabang tadi seperti terdapat daun-daun pembalut. Bunga payung terdapat pada tumbuhan suku Umbelliferae, misalnya: daun kaki kuda (Centella asiatica Urb.). aos suatu bunga payung cabang-cabang ibu tangkai masing-masing dapat mengulangi cara percabangan ibu tangkainya, hingga dengan demikian terjadi bunga payung yang bertingkat, yang lazimnya lalu disebut: bunga payung majemuk, seperti terdapat pada wortel (Daucus carota L..), . bunga cawan (corymbus atau anthodium), yaitu suatu bunga majemuk yang ujung ibu tangkainya lalu melebar dan merata, sehingga mencapai bentuk seperti cawan (ada pula kalanya tidak begitu lebar dan rata, sehingga bentuk cawan tidak begitu nyata), dan pada bagian itulah tersusun bunga-bunganya. Pada pangkal bunga majemuk yang demikian ini biasanya terdapat daun-daun pembalut (involucrum). Selain itu pada bunga cawan lazimnya kita dapati dua macam bunga, yaitu: B Dipindai dengan CamScanner 132 tandan bulir NN “Qe bunga payung majemuk bunga payung bunga periuk Gambar 74, Bunga majemuk tak berbatas. ‘onokay B Dipindai dengan CamScanner 133 a pita: bunga yang mandul yang terday j bea, oleh sebab itu dinamakan pula bunga pingele (flos marginalis), yang, seringkali mempunyai mahkota yang perbentuk pita, oleh sebab itu dinamakan bunga pita (/los qigulatus)- . punga tabung, yaitu bunga-bunga yang terdapat di atas cawannya sendiri (flos disci), seringkali kecil dan berbentuk tabung, oleh sebab itu dinamakan bunga tabung. Bunga Jjnilah yang mempunyai kedua macam alat kelamin (benang sari dan putik) dan dapat menghasilkan buah. Bunga cawan dengan bagian-bagian yang lengkap seperti diuraikan di atas terdapat misalnya pada bunga matahari (Helianthus annuus L.). punga bongkol (capitulum), suatu bunga majemuk yang menyerupai bunga cawan, tetapi tanpa daun-daun pembalut, dan jung ibu tangkai biasanya membengkak, sehingga bunga majemuk seluruhnya berbentuk seperti bola. Bunga-bunga yang duduk di bagian yang membengkak tadi seringkali mempunyai sisik (palea) pada pangkal, jadi sisik itu terletak pada bongkolnya (ujung ibu tangkai yang membengkak tadi). Bentuk bunga majemuk yang demikian ini umum terdapat pada tumbuhan suku Mimosaceae, misalnya lamtoro (Leucaena glauca Benth.), petai (Parkia speciosa Hassk.), sikejut (Mimosa pudica L.) dan lain-lain. bunga periuk (hypanthodium), bunga ini dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu: — ujung ibu tangkai menebal, berdaging, mempunyai bentuk seperti gada, sed&’ng bunga-bunganya terdapat meliputi seluruh bagian yang menebal tadi, sehingga tercapai bentuk bulat dan silinder, Daun-daun pembalut tidak ada. Bunga majemuk yang demikian susunannya terdapat misalnya pada keluwih (Artocarpus communia Forst.), nangka (Artocarpus integra Merr.), B Dipindai dengan CamScanner “SL equey, 8 § g = vel B Dipindai dengan CamScanner 135 vjune ibu tangkai menebal berdaging, membentuk badan - yan menyerupai periuk, sehingga bunga-bunga yang i terletak padanya lalu terd; i i emestinya I tdapat di dalam periuk a ij, dan sama sckali tak tampak dari luar, misalnya pada lo (Ficus glomerata Roxb.), awar-awar (Ficus Septica Burm), gan marga lo (Ficus sp.) umumnya. gkai bercabang-cabang, dan caban; -cabangnya dapat tan} a y lagi, sehingga bunga-bunga tidak terdapat pada ibu Dalam golongan ini dapat disebut 1, malai (panicula): ibu tangkainya mengadakan_percabangan secara monopo' ial, demikian pula cabang-cabangnya, sehingga guatu malai dapat disamakan dengan suatu tandan majemuk. Secara keseluruhan seringkali memperlihatkan bentuk sebagai kerucut atau limas, misalnya bunga mangga (Mangifera indica L). malai rata (corymbus ramosus): ibu tangkai mengadakan percabangan, demikian pula seterusnya cabangnya, tetapi cabang-cabang tadi mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga, seakan-akan semua bunga pada bunga majemuk ini terdapat pada suatu bidang datar atau agak melengkung, misalnya bunga soka (Ixora grandiflora Zoll, et Mor.), kirinyu (Sambucus javanica Bl.), 3, bunga payung majemuk (wmbella composita), yaitu suatu bunga payung yang bersusun, dapat pula dikatakan sebagai bunga payung. yang bagian-bagiannya berupa suatu payung kecil (wmbelluia). Pada pangkal percabangan yang pertama terdapat daun-daun pembalut (involucrum), demikian pula pada pangkal percabangan yang berikutnya, hanya daun-daunnya lebih kecil (involucellum). Bunga payung bertingkat atau majemuk terdapat misalnya pada adas (Foeniculum vulgare Mill), dan wortel (Daucus carota L.), B Dipindai dengan CamScanner 136 4. bunga tongkol majemuk, yaitu bunga tongkol, yang ip tangkainya bercabang-cabang dan masing-masing caban, merupakan bagian dengan susunan seperti tongko} pule terdapat misalnya pada kelapa (Cocos nucifera L.) dan Palma (Palmae) umumnya. Suatu tongkol majemuk sebelum ™Mekar biasanya disclubungi oleh seludang yang besar, tebal, dan kuat, 5. bulir majemuk, jika ibu tangkai bunga bercabang-cabang dan masing-masing cabang mendukung bunga-bunga dengan susunan seperti bulir, misalnya bunga jagung (Zea mays L) yang jantan, dan bunga berbagai jenis rumput (Gramineae), 6. Bunga majemuk berbatas (inflorescentia cymosa, inflorescentig centrifuga) anak payung menggarpu (dichasium). Pada ujung ibu tangkaj terdapat satu bunga. Di bawahnya terdapat dua cabang yang sama panjangnya, masing-masing mendukung satu bunga pada ujungnya. Bunga yang mekar dahulu ialah bunga yang terdapat pada ujung ibu tangkainya, seperti misalnya bunga melatj (Jasminum sambac Ait.). Ada pula kalanya cabang bunga anak payung menggarpu bercabang lagi, sehingga terbentuk suatu anak payung menggarpu yang majemuk, yang seluruhnya terdiri atas tujuh bunga, misalnya pada Clematis. 2. bunga tangga atau bunga bercabang seling (cincinnus), yaitu suatu bunga majemuk yang ibu tangkainya bercabang dan selanjutnya, cabang-cabangnya bercabang lagi, tetapi setiap kali bercabang hanya terbentuk satu cabang saja, yang arahnya berganti-ganti ke kiri dan ke kanan. Bunga yang demikian inj antara lain terdapat pada buntut tikus (Heliotropium indicum L.). Pada beberapa jenis tumbuhan yang tergolong suku Euphorbiaceae, misalnya kayu merah (Euphorbia pulcherrima B Dipindai dengan CamScanner 137 Gambar 76. a. Malai rata, b Skema malai rata, c Payung majemuk. Skema payung majemuk. Tongkol majemuk. Bulir majemuk. Gambar 77. aooe B Dipindai dengan CamScanner 138 Willd.), patikan (Euphorbia hirta L.), dan lain-lain terda, bunga majemuk, dengan susunan yang Khas, yaitu: saty bun, : ga betina dikelilingi lima bunga bercabang seling, masing-mag terdiri atas empat bunga jantan. Bunga majemuk a susunan yang demikian itu disebut suatu: cyathium, 3. bunga sekerup (bostryx), ibu tangkai bercabang-cabang, tetapj setiap kali bercabang juga hanya terbentuk satu cabang, yang semuanya terbentuk ke kiri atau ke kanan dan cabang yang saty berturut-turut_ membentuk sudut 90°, schingga jika kita mengikuti arah percabangan, kita akan mengadakan gerakan seperti sekerup atau spiral, misalnya bunga kenari (Canarium commune L.), ng lengan 4. bunga sabit (drepanium), seperti bunga sekerup tetapi semua percabangan terletak pada satu bidang, hingga bunga seluruhnya menampakkan bentuk seperti sabit, terdapat pada tumbuhan suku Juncaceae. 5. bunga kipas (rhipidium), seperti bunga bercabang seling, semua percabangan terletak pada satu bidang dan cabang tidak sama panjang, sehingga semua bunga pada bunga majemuk itu terdapat pada tempat yang sama tingginya, terdapat antara lain pada tumbuhan suku /ridaceae. Bunga majemuk campuran (inflorescentia mixta) Yaitu suatu bunga majemuk yang merupakan campuran antara sifat-sifat bunga majemuk berbatas dengan tidak berbatas. Bunga johar misalnya, ibu tangkai mengadakan percabangan seperti pada suatu malai, tetapi cabang-cabangnya bersifat seperti malai rata. Bunga soka (Jxora paludosa Kurz.) seluruhnya merupakan suatu malai rata, tetapi bagian-bagiannya berupa anak payung meng- garpu. Bunga kenari (Canarium commune L.) mempunyai susunan seperti malai, tetapi ujungnya berupa sekerup. Demikianlah beberapa contoh untuk memperoleh gambaran mengenai yang dinamakan bunga majemuk campuran. B Dipindai dengan CamScanner 139 Gamb: a, b Lase64 ie f VY kth k 1 Bree ar 78. anak payung menggarpu (dischasium), anak payung menggarpu majemuk (skematis). anak payung menggarpu majemuk (proyeksi pada bidang datar) 1g (skematis), 1g (cincinnus) cyathium pada penampang membujur. cyathium membujur (skematis).. bunga sekerup. bunga sabit. bunga kipas. B Dipindai dengan CamScanner c Gambar 79. a. Verticillaster pada remujung. > Skema karangan semu pada setu buku-buiu ibu tangkai bunga ©. Anthela. d@. Lain-lain tipe bunga majemuk 1. gubahan semu atau karangan semu (verticillaster). Pada bunga ini tampaknya seperti ibu tangkainya berbuku-buku, dan pada buku-bukunya terdapat sejumlah bunga yang tersusun berkarang (melingkari buku-buku tadi), tetapi sesungguhnya pada tempat di ibu tangkai yang sama tinggi ada beberapa cabang yang masing-masing cabang itu merupakan suatu anak B Dipindai dengan CamScanner 141 g,_misalnya pada remujung (Orthosiphon stamineus pth) dan tumbuhan suku Labiatae umumnya. bing (anthela), Jika cabang-cabanng ibu tangkai yang 2. lem jah bawah jauh lebih panjang daripada ibu tangkai dan Stpang-cabang yang di atasnya, terdapat pada Juncus dan Lucula. tukal (glomerulus), suatu bunga majemuk yang biasanya x persifat_berbatas (cymosus), terdiri atas kelompokan bunga- bunga kecil tidak bertangkai, yang tersusun rapat pada cabang- bang bunga majemuknya, misalnya pada rami (Boehmeria nivea Gaud.). perkas (fasciculus), juga suatu bunga majemuk yang umumnya persifat berbatas (cymosus) dengan ibu tangkai yang pendek, punga lebih besar daripada bunga pada tukal, mempunyai tangkai yang tidak sama panjang, seringkali dengan warna yang menarik, misalnya pada jadam (Rhoeo discolor Hance). pagian-bagian Bunga Bunga pada umumnya mempunyai bagian-bagian berikut: 3 tangkai bunga (pedice/lus), yaitu bagian bunga yang masih jelas bersifat batang, padanya seringkali terdapat daun-daun peralihan, yaitu bagian-bagian yang menyerupai daun, berwarna hijau, yang seakan-akan merupakan peralihan dari daun biasa ke hiasan bunga. b. dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung tangkai yang seringkali melebar, dengan ruas-ruas yang amat pendek, sehingga daun-daun yang telah mengalami metamorfosis menjadi bagian-bagian bunga yang duduk amat rapat satu sama lain, bahkan biasanya lalu tampak duduk dalam satu lingkaran. hiasan bunga (perianthium), yaitu bagian bunga yang merupakan penjelmaan daun yang masih tampak berbentuk lembaran dengan tulang-tulang atau urat-urat yang masih jelas. Biasanya hiasan B Dipindai dengan CamScanner Pp 142 bunga dapat dibedakan dalam dua bagian yang masing-masing duduk dalam satu lingkaran. Jadi bagian-bagian hiasan bunga ity umumnya tersusun dalam dua lingkaran: . kelopak (Kalyx), yaitu bagian hiasan bunga yang merupakan lingkaran luar, biasanya berwarna hijau, dan sewaktu bunga masih kuncup merupakan selubungnya, yang melindungi kuncup tadi terhadap pengaruh-pengaruh dari luar. Kelopak terdiri atas beberapa daun kelopak (sepala). Daun-daun kelopak pada bunga dapat berlekatan satu sama lain, dapat pula terpisah-pisah. 2. tajuk bunga atau mahkota bunga (corolla), yaitu bagian hiasan bunga yang terdapat pada lingkaran dalam, biasanya tidak berwarna hijau lagi. Warna bagian inilah yang lazimnya merupakan warna bunga. Mahkota bunga terdiri atas sejumlah daun mahkota (pefala), yang seperti halnya dengan daun-daun kelopak dapat berlekatan atau tidak. Pada suatu bunga seringkali tidak kita dapati hiasan bunganya. Bunga yang demikian dinamakan bunga telanjang (flos nudus), misalnya pada patikan (Euphorbia hirta L.), atau hiasan bunga tadi dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkotanya, dengan lain perkataan kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun wamanya. Hiasan bunga yang demikian sifatnya dinamakan: tenda bunga (perigonium), yang terdiri atas sejumlah daun tenda bunga (‘epala), misalnya pada kembang sungsang (Gloriosa superba L.), lilia gereja (Lilium longiflorum Thumb.). alat-alat kelamin jantan (androecium); bagian ini sesungguhnya juga merupakan metamorfosis daun yang menghasilkan serbuk sari. Androecium terdiri atas sejumlah benang sari (stamen). Pada bunga benang-benang sarinya dapat pula bebas atau berlekatan, ada yang tersusun dalam satu lingkaran ada pula yang dalam dua lingkaran. Bahwasanya bagian ini merupakan penjelmaan daun, masih dapat terlihat misalnya pada bunga tasbih (Canna hybrida Hort.), benang sarinya yang mandul berbentuk lembaran-lembaran menyerupai daun-daun mahkota. B Dipindai dengan CamScanner 143 pultik ¢. benang sat <<— .daun mahkota ge Et elopak dasar bunga << tangkai bunga Gambar 80, Bunga dengan bagian-bagiannya. ¢ alatalat kelamin betina (gynaecium), yang pada bunga merupakan bagian yang biasanya disebut putik (pistillum), putik juga terdiri atas metamorfosis daun yang disebut daun buah (carpella). Pada bunga dapat ditemukan satu atau beberapa putik, dan setiap putik dapat terdiri atas beberapa daun buah, tetapi dapat pula hanya terdiri atas satu daun buah. Kalau ada beberapa daun buah, maka biasanya semuanya akan tersusun sebagai lingkaran bagian-bagian bunga yang terakhir. Melihat bagian-bagian yang terdapat pada bunga (tangkai dan dasar bunganya tidak diperhitungkan), maka bunga dapat dibedakan dalam: 1, bunga Jengkap atau bunga sempurna (flos completus), yang dapat terdiri atas: 1 lingkaran daun-daun kelopak, | lingkaran daun-daun mahkota, 1 atau 2 lingkaran benang-benang sari dan satu lingkaran daun-daun buah. Bunga yang bagian-bagiannya tersusun dalam 4 lingkaran dikatakan: bersifat tetrasiklik, dan jika bagian-bagiannya tersusun dalam lima lingkaran: pentasiklik. B Dipindai dengan CamScanner 144 2. bunga tidak lengkap atau bunga tidak sempurna (flo, incompletus), jika salah satu bagian hiasan bunganya atau salah satu alat kelaminnya tidak ada. Jika bunga tidak mempunyaj hiasan bunga, maka bunga itu disebut telanjang (mudus), jika hanya mempunyai salah satu dari kedua macam ala kelaminnya, dinamakan berkelamin tunggal (wnisexualis). Bunga yang mempunyai tenda bunga (perigonium), jadi jika kelopak dan mahkotanya sama bentuk maupun rupanya, seringkali dianggap sebagai bunga yang tidak lengkap pula. Kelamin Bunga Seperti telah diuraikan di atas, bunga biasanya mempunyai dua macam alat kelamin, dan justru alat-alat itulah yang sesungguhnya merupakan bagian bunga yang terpenting, karena dengan adanya alat- alat tersebut, kelak dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan atau calon tumbuhan baru. Berdasarkan alat-alat kelamin yang terdapat pada masing- masing bunga, orang membedakan: a. bunga banci atau berkelamin dua (hermaphroditus), yaitu bunga, yang padanya terdapat benang sari (alat kelamin jantan) maupun putik (alat kelamin betina). Bunga ini seringkali dinamakan pula bunga sempurna atau bunga lengkap, karena biasanya pun jelas mempunyai hiasan bunga yang terdiri atas kelopak dan mahkota, misalnya bunga terung (Solanum melongena L.). Ditunjukkan dengan lambang: ¥ b. bunga berkelamin tunggal (unisexualis), jika pada bunga hanya terdapat salah satu dari kedua alat kelaminnya. Berdasakan alat kelamin yang ada padanya dapat dibedakan lagi dalam: 1. bunga jantan (flos masculus), jika pada bunga hanya terdapat benang sari tanpa putik, misalnya bunga jagung yang terdapat di bagian atas tumbuhan. Bunga jantan seringkali ditunjukkan dengan lambang: O° B Dipindai dengan CamScanner 145 2, bunga betina (flos femineus), yaitu bunga yang tidak mempunyai benang sari, melainkan hanya putik saja, misalnya bunga jagung yang tersusun dalam tongkolnya. Bunga betina ditunjukkan dengan lambang: 2. bunga mandul atau tidak berkelamin, jika pada bunga tidak terdapat baik benang sari maupun putik, misalnya bunga pinggir (bunga pita) pada bunga matahari (Helianthus anuus L.). Penelitian mengenai jenis kelamin bunga, menunjukkan bahwa au batang tumbuhan, misalnya sebatang tanaman jagung dapat semperlihatkan dua macam bunga, yaitu bunga jantan yang tersusun ebagai bulir majemuk pada ujung tanaman dan bunga betina yang asusun sebagai tongkol dan terdapat dalam ketiak-ketiak daunnya. yetkaitan dengan kelamin bunga yang terdapat pada suatu tumbuhan, yang membedakan tumbuhan yang: 1 berumah satu (monoecus), yaitu tumbuhan yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu (satu batang tumbuhan), misainya jagung (Zea mays L.), mentimun (Cucumis sativus L.), jarak (Ricinus communis L.), \ berumah dua (divecus), jika bunga jantan dan bunga betina terpisah tempatnya, artinya ada individu yang hanya mendukung bunga jantan saja, dan ada individu yang hanya mendukung bunga betina saja, misalnya salak (Zalacca edulis Reinw.), © poligami (polygamus), jika pada satu tumbuhan terdapat bunga jantan, bunga betina, dan bunga banci bersama-sama, misalnya pada papaya (Carica papaya L.). Biasanya poligami dimaksud untuk menunjukkan sifat tumbuhan berkaitan dengan sifat bunga tadi yang memperlihatkan suatu kombinasi bukan berumah satu dan juga bukan berumah dua. Suatu contoh telah diberikan mengenai hal itu pada tumbuhan papaya. Di samping contoh tersebut masih ada kemungkinan lain mengenai letak bunga pada tumbuhan yang dianggap bersifat poligami. Suatu jenis tumbuhan bersifat: B Dipindai dengan CamScanner 146 gynodioccus: jika pada suatu individu hanya terdapat bungy betina saja, sedang pada individu Jain bunga banci. Gejala inj terdapat pada berbagai jenis tumbuhan yang berbunga berbibir (Lahiatae), androdioecus: jika pada individu yang satu hanya terdapay bunga jantan saja, sedang pada yang lain terdapat bunga banci, misalnya pada Dryas octopetala. monoeco-polygamus: jika pada suatu individu terdapat bunga. bunga jantan, betina, dan banci bersama-sama, misalnya pada pepaya (Carica papaya L.), gynomonoccus: jika pada satu individu terdapat bunga beting dan bunga banci bersama-sama, = trioecus atau trioeco-polygamus: jika bunga jantan, bunga betina, dan bunga banci masing-masing terdapat terpisah pada individu yang berlainan. Pembagian Tempat antara Bagian Bunga yang Satu dengan Bagian yang Lain Dalam uraian pendahuluan mengenai bunga telah diterangkan, bahwa bagian-bagian bunga yang mcrupakan metamorfosis daun (kelopak, mahkota, benang sari, dan daun buah) dapat kita jumpai dalam susunan yang berbeda-beda, yaitu: — terpencar, tersebar, atau menurut suatu spiral (acyclis), misalnya bunga cempaka (Michelia champaca L.), — berkarang, melingkar (cyclis), jika daun-daun kelopak, benang- benang sari, dan daun-daun buah, masing-masing tersusun dalam suatu lingkaran, misalnya bunga terung (Solanum melongena L.), — campuran (hemicyclis), yaitu jika bagian-bagian bunga tadi ada yang duduk berkarang, sedang sebagian lain duduk terpencar, misalnya bunga sirsat (Annona muricata L.). Dalam hubungannya dengan letak bagian-bagian bunga itu, selanjutnya dengan penelitian yang saksama masih dapat lagi ditemukan kenyataan berikut. B Dipindai dengan CamScanner 147 * i gs Jika bagian-bagian bunga tadi duduknya b iste dan setiap jogkaran memuat bagian bunga yang sama jumlaht aya, mis: nya ada 3 oon kelopak, 3 daun mahkota, 2 lingkaran benang,sari yang masing- using memuat 3 benang sari, dan 3 daun buah, maka letak bagian- tgian tadi pada bunga dapat: : 2 perseling (alfernatio), yaitu jika bagian-bagian suatu lingkaran terletak di antara dua bagian lingkaran di bawahnya atau di alasnya. p, berhadapan atau turmpang tindih (superpositio), jika masing- masing bagian dalam setiap lingkaran berhadapan satu sama lain. Pada umumnya bunga mempunyai bagian-bagian yang duduknya berseling, bahkan sifat berseling (alternatio) ini dianggap sifat mutlak, jadi merupakan semacam dalil. Jika pada suatu bunga edapat bagian-bagian yang berhadapan, ada kemungkinan besar, sahwa pada bunga itu ada bagian yang telah hilang (tereduksi). Dalam hal yang demikian, bagian bunga yang dianggap hilang ialah bagian yang scharusnya terletak di antara dua lingkaran yang berhadapan ‘adi. Simetri pada Bunga Simetri adalah sifat suatu benda atau badan yang juga biasa disebut untuk bagian-bagian tubuh, tumbuhan (batang, daun, maupun bunga), jika benda tadi oleh sebuah bidang dapat dibagi menjadi dua agian, sedemikian rupa, sehingga kedua bagian itu saling dapat menutupi. Jadi, seandainya bidang itu kita jadikan tempat untuk melipat, maka benda tadi dapat dijadikan suatu benda yang setangkup atau simetris. Dapat pula dikatakan demikian: bidang pemisah tadi dapat dianggap merupakan sebuah cermin datar dan bagian yang satu merupakan bayangan cermin bagian yang lainnya. Bidang yang dapat dibuat untuk memisahkan suatu benda dalam dua bagian yang satu sama lain merupakan bayangannya dalam cermin datar tadi, dinamakan bidang simetri. B Dipindai dengan CamScanner 148 Bunga sebagai suatu bagian tubuh tumbuhan dapat pula mempunyai sifat tersebut di atas, dan berkaitan dengan simetri itu dapat dibedakan bunga yang: a. asimetris atau tidak simetris, jika pada bunga tidak dapat dibuat satu. bidang simetri dengan jalan apa pun juga, misalnya bunga tasbih (Canna hybrid Hort.), b. setangkup tunggal (monosimetris atau zygomorphus), jika pada bunga hanya dapat dibuat satu bidang simetri saja yang membagi bunga tadi menjadi dua bagian yang setangkup. Sifat ini biasanya ditunjukkan dengan lambang f (anak panah). Bergantung pada letaknya bidang simetri, bunga yang setangkup tunggal dapat dibedakan lagi dalam 3 macam: 1, setangkup tegak, jika bidang simetrinya berimpit dengan bidang median, misalnya bunga telang (Clitoria ternatea L.), 2. setangkup mendatar, jika bidang simetrinya tegak lurus pada bidang median, dan tegak lurus pula pada arah vertikal, misalnya bunga Corydalis. . setangkup miring, jika bidang simetrinya memotong bidang median dengan sudut yang lebih kecil (lebih besar) dan 90°, misalnya bunga kecubung (Datura metel L.) » . setangkup menurut dua bidang (bilateral simetris atau disimetris), dapat pula dikatakan setangkup ganda, yaitu bunga yang dapat dijadikan dua bagian yang setangkup menurut dua bidang simetri yang tegak lurus satu sama lain, misalnya bunga lobak (Raphanus sativus L.) dan bunga tumbuhan lain yang sesuku (Cruciferae). beraturan atau bersimetri banyak (polysimetris, regularis atau actinomorphus), yaitu jika dapat dibuat banyak bidang simetri untuk membagi bunga itu dalam dua bagiannya yang setangkup, misalnya bunga lilia gereja (Lilium longiflorum Thunb.). Bunga yang beraturan seringkali ditunjukkan dengan lambang * (bintang). © a B Dipindai dengan CamScanner 149 Letak Daun-daun dalam Kuncup Baik dalam kuncup daun maupun dalam kuncup bunga, bagian- bagiannya yang berupa daun-daun itu terletak sedemikian rupa, hingga bagian tumbuhan yang bersangkutan dapat dijadikan tanda pengenal. Mengenai keadaan daun-daun dalam kuncup itu dapat dibedakan dua hal, yaitu: a. pelipatan daun-daun itu dalam kuncup (vernatio) b, Ietak daun-daun dalam kuncup terhadap daun-daun lainnya (aestivatio) Berikut akan diuraikan tentang keadaan bagian-bagian bunga, khususnya mengenai kelopak dan mahkotanya, sewaktu bunga masih dalam keadaan kuncup. a. Pelipatan (vernatio) daun-daun kelopak dan mahkota. Pada bunga yang masih kuncup keadaan daun-daun kelopak dan mahkota dapat bermacam-macam, antara lain dapat disebut: 1. rata (vernatio plana), jika daun-daun dalam kuncup tidak memperlihatkan suatu lipatan, tetapi rata, 2. terlipat ke dalam sepanjang ibu tulangnya (terlipat ke arah adaxial) (vernatio conduplicata atau vernatio duplicata), 3. terlipat sepanjang tulang-tulang cabangnya (vernatio plicata), 4. terlipat tidak beraturan (vernatio corrugativa), 5. tergulung ke dalam menurut poros bujur (vernatio involuta), 6. tergulung ke luar menurut poros bujur (vernatio revoluta), 7. tergulung ke satu arah menurut poros bujur (vernatio convoluta), 8. tergulung ke dalam menurut poros lintang (vernatio circinatim involuta), 9. tergulung keluar menurut poros lintang = (vernatio circinatim revolute), 10. terlipat ke bawah dan ke dalam (vernatio inclinata), 11. terlipat menurut poros lintang keluar (vernatio reclinata). B Dipindai dengan CamScanner 150 b. Letak daun-daun kelompok dan mahkota terhadap sesamanya (aestivatio). Mengenai hal ini pun ada bermacam-macam susunan, di antaranya yang sering kita jumpai ialah: . terbuka (aperta), jika tepi daun-daun kelopak atau mahkota tidak bersentuhan satu sama lain, . berkatup (valvata), jika tepi daun-daun kelopak atau mahkota saling bertemu (bersentuhan) tetapi tidak berlekatan, 3. berkatup dengan tepi melipat ke dalam (induplicativa) . berkatup dengan tepinya melipat keluar (reduplicativa), 5. menyirap, tepi saling menutupi seperti susunan genting atau sirap (imbricata). Susunan daun-daun kelopak atau daun-daun mahkota yang saling menutupi ini dapat dibedakan dalam: a. yang terpuntir ke satu arah, (convoluta atau contorta), yaitu jika letak daun-daun kelopak atau mahkota nampak seakan-akan terpuntir, yang menurut arah putarannya dapat dibedakan lagi dalam: — terpuntir ke kiri (sinistrorsum-contortus), jika arah putaran sesuai dengan arah putaran jarum jam, sehingga tepi yang sebelah kiri yang selalu di bagian atas menutupi tepi kanan sesamanya, — terpuntir ke kanan (dexirorsum-contortus), jika arah putaran berlawanan dengan arah putaran jarum jam, sehingga dengan demikian tepi kananlah yang selalu di bagian atas menutupi tepi kiri sesamanya, Jika arah putaran sesuai dengan arah putaran daun (mengikuti spiral genetik), disebut: autotrop, jika tidak dinamakan: heterotrop b. mengikuti rumus 2/5 (quincuncialis) jika arah putaran tadi menyebabkan letak daun-daun kelopak atau mahkota seperti duduk daun yang mengikuti rumus 2/5. Dalam hal ini biasanya lalu terdapat dua daun sama sekali di luar (nomor | dan 2), dua daun sama sekali di dalam (nomor 4 dan 5), dan satu daun yang tepinya satu di sebelah luar dan tepi lainnya di sebelah dalam. v S B Dipindai dengan CamScanner e\ CDE © af anbar 81. Aneka ragam pelipatan (vernati) daun-daun kelopak dan mahkota pada bunga yang masih kuncup. dor OO d a b Gambar 82. Aestivatio. a. aperta, b valvata, ©. indupecativa. 4. reduplicativa B Dipindai dengan CamScanner 153 ad =~ = OOD! Gambar 83, Imbricata. Susunan yang etop masih banyak dijumpai pada susunan daun- dan kelopak, sedang pada daun-daun mahkota kemungkinan letak yang metatop lebih besar, karena menurut urutannya mahkota tersebut iin kemudian, sehingga letaknya dipengaruhi oleh bagian-bagian bunga yang sudah ada (terbentuk lebih dahulu). Dasar Bunga (Receptaculum atau Torus) Telah dikemukakan, bahwa bunga dapat dianggap sebagai tunas yang mengalami metamorfosis dan dasar bunga adalah tidak lain dari jung batang yang terhenti pertumbuhannya, biasanya menebal atau melebar, dan menjadi pendukung bagian-bagian bunga yang nerupakan metamorfosis daun, yaitu kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan putik, Karena terhentinya pertumbuhan batang, ruas-ruasnya_ menjadi amat pendek, oleh sebab itu bagian-bagian bunga yang berasal dari daun lalu tersusun amat rapat satu sama lain, hanya pada B Dipindai dengan CamScanner 154 beberapa macam bunga saja masih tampak beruas-ruas, misalnya pada bunga cempaka (Michelia champaka L.). Dasar bunga sering memperlihatkan bagian-bagian yang khusus mendukung satu bagian bunga atau lebih, dan bergantung pada bagian bunga yang didukungnya. Bagian dasar bunga tadi diberi nama yang berbeda-beda. a. pendukung tajuk bunga atau antofor (anthophorum), yaitu bagi- an dasar bunga tempat duduknya daun-daun tajuk bunga, seperti terdapat pada bunga anyelir (Dianthus caryophyllus L.), b. pendukung benang sari atau androfor (androphporum), bagian dasar bunga yang seringkali meninggi atau memanjang dan menjadi tempat duduknya benang sari, misalnya pada bunga maman (Gynandropsis penthaphylla D.C.), c. pendukung putik atau ginofor (gynophorum), suatu peninggian pada dasar bunga yang khusus menjadi tempat duduknya putik, seperti terdapat pada bunga teratai besar (Nelumbium nelumbo Druce) dan cempaka (Michelia champaka L.), d. pendukung benang sari dan putik atau androginofor (andro- gynophorum), bagian dasar bunga yang biasanya meninggi dan mendukung benang sari dan putik di atasnya, misalnya pada bunga markisah (Passiflora quadrangularis L.), e. cakram (discus); di samping bagian-bagian tersebut di atas pada dasar bunga seringkali terdapat semacam peninggian atau bantalan berbentuk cakram yang seringkali mempunyai kelenjar-kelenjar madu, misalnya pada bunga jeruk (Citrus sp.). Bentuk Dasar Bunga Di muka telah disebutkan, bahwa dasar bunga biasanya menebal atau melebar dan memperlihatkan bermacam-macam bentuk, misalnya: B Dipindai dengan CamScanner 155 Aniroginofor (androgynophorum) B. Ginofor (gynophorum) pada irisan jit iisan-membujur bunga membujur bunga Capparis. Passiffora. C. Androginofor (androgynophorum) pada bunga Passiflora. Gambar 84 & Dipindai dengan CamScanner 156 a. rata, hingga semua bagian bunga duduk sama tinggi di atas dasay bunga, berturut-turut dari luar ke dalam: kelopak, tajuk bunge, benang sari, dan putik, misalnya pada bunga manggistan (Garcinig mangostana L.). Dalam keadaan yang demikian bakal buah dikatakan duduknya menumpang (superus), b. menyerupai kerucut, hingga putik yang berada di tengah-tengah duduknya paling tinggi, juga di sini duduknya bakal buah dikatakan menumpang (superus), c. seperti cawan. Daun-daun kelopak dan tajuk bunga duduknya seakan-akan pada tepi bangunan seperti cawan tadi, sedang putik di tengah pada bagian dasar bunga yang lebih rendah letaknya dari- pada tempat duduknya kelopak dan tajuk bunga. Dalam hal inj putik mempunyai bakal buah yang bebas tidak berlekatan dengan pinggimya dasar bunga. Bakal buah di sini pun masih dikatakan menumpang (superus), d. bentuk mangkuk. Juga dalam hal ini kelopak dan tajuk bunga lebih tinggi letaknya daripada putik. Bakal buahnya terletak di bagian dasar bunga yang /egok dan sebagian bakal buah berlekatan dengan pinggir dasar bunga. Bakal buah dinamakan setengah tenggelam (semi inferus). Dari uraian mengenai bentuk dasar bunga itu dapat kita lihat, bahwa hiasan bunga dapat lebih tinggi atau lebih rendah letaknya dibanding dengan duduknya bakal buah. Berdasarkan sifat itu bunga dapat dibedakan dalam 3 golongan, yaitu yang: . hipogin (fypogynus), jika hiasan bunga tertanam pada bagian dasar bunga yang lebih rendah daripada tempat duduknya putik, misalnya bunga johar (Cassia siamea Lmk.), 2. perigin (perigynus), jika letak hiasan bunga sama tinggi atau sedikit lebih tinggi daripada duduknya putik seperti pada dasar bunga yang berbentuk cawan, misalnya pada bunga bungur (Lagestroemia speciosa Pers.), B Dipindai dengan CamScanner 157 epigynus), misalnya pada dasar bunga yang berbentuk in ( \ gh ik atau piala dengan bakal buah yang tenggelam, sehingga geringkali seakan-akan hiasan bunga duduk di bagian atas bakal puah tadi, misalnya pada bunga daun kaki kuda (Centella asiatica Urban.). Gambar 85. a~g. Bermacam-macam bentuk dasar bunga. B Dipindai dengan CamScanner 158 Kelopak (Calyx) Daun-daun hiasan bunga yang merupakan lingkaran luar, biasanya berwarna hijau, lebih kecil dan lebih kasar daripada hiasan bunga yang sebelah dalam. Bagian ini disebut kelopak (calyx). Kelopak itu berguna sebagai pelindung bunga, terutama wakty bunga masih kuncup (sebelum mekar). Jika bunga sudah mengadakan persarian dan pembuahan, biasanya kelopak lalu runtuh, jarang sekalj tetap sampai terbentuk buah. Kelopak yang tetap dan akhirnya ikut merupakan bagian buah misalnya pada ciplukan (Physalis minima L.), terong (Solanum melongena L.). Kelopak merupakan bagian hiasan bunga yang masih jelas sebagai organ yang berasal dari daun. Selain warnanya yang biasanya hijau, juga bentuknya banyak yang masih menyerupai daun, jarang mempunyai bentuk yang lain, misalnya seperti bulu, seperti terdapat pada bunga tumbuhan yang termasuk suku Compositae. Pada bunga daun putri (Mussaenda frondosa L.) salah satu daun kelopaknya amat lebar, berbentuk daun biasa dan mempunyai warna yang menarik, seakan-akan supaya mendapat perhatian, oleh sebab itu daun ini juga dinamakan daun pemikat (“/okblad”). Daun pemikat terdapat pula pada bunga tumbuhan lain, hanya saja tidak selalu berasal dari daun kelopak, seperti misalnya pada bugenvil (Bougainvillea spectabilis Willd.), yang pada setiap kelompok bunga selalu terdapat 3 bunga, masing-masing dengan satu daun pemikat yang berkumpul menjadi satu kelompok, seakan-akan hanya merupakan satu bunga saja, dan warna daun pemikat inilah yang menyebabkan orang banyak menanam bugenvil sebagai tanaman hias. Di sini daun pemikat adalah metamorfosis daun pelindung, bukan metamorfosis daun kelopak. Pada tumbuhan yang tergolong dalam suku Malvaceae, seperti misalnya kapas (Gossypium sp.), kembang sepatu (Hibiscus rosa- sinensis L.), di luar lingkaran kelopak bunga, bunganya masih mempunyai daun-daun yang menyerupai kelopak, yang pada kapas justru amat besar dan menyelubungi seluruh bunga, yang disebut kelopak tambahan (epicalyx). B Dipindai dengan CamScanner “eles yepued ekuSunoued-Sunoued rpef yedojoy Suvfued yoredos TyigeyoM weyexays0q Baek uerdEq exit “(snpngo]) E1404 *¢ -eXuyosedas ednf expy-eIny pkudunoued-Sunoued rpef yedoyoy vAusuefaed yoredas yndryow BIDf-eIPy UePxS]IOq Buek uvideq exif ‘(snssif) deZuvo10qg 7 -yedoay Suefued yoredes wep yiqo] “Buefued ekuSunoued-Zunoued ‘ueyeyoy10q Sued efes unep-unep [1904 uerSeq eAuey eyil “(smiyiod) 3eqieq ‘| :Buedk yedojay mre Sedopoy weowUT ¢ ueyepeqip ‘Qqedojey seve uer8eq yp Sunoued-Sunoued eXuyppued Buefoed neye) weyexa}10q FueA werBeq eAuIDpos yeAULg yuu" “segoq deja) eXuSunoued-Sunoued edn10q Bu0k pkuseye uerSeq ‘eles eXufedojay unep-unep yemeg welded fue uerayoj9g BueK edueserg yedoay ped “(snjodasouns) weverernt ‘ “epaq-epoqied Ls qeyis teAunduzout yedojoy unep-unep Sung eped -(ojndas) odor unep ueyxeueup 3uek eXuuerSeq-ueiseq seye uNsnsio} edolay “PIEM S1:90/20ds oyorauBnog -q “] Ps0puosl npuavssnyy -e “eped yeynwuowt uneq “9g auquIeD, 6S B Dipindai dengan CamScanner 160 Gambar 87. Hibiscus sabdariffa L & Dipindai dengan CamScanner sds umdissog 4 ‘s]SUaUs-PS04 SNOSIQSIET "@ oped woyoquiey yedojo3y 19] “gg aque, B Dipindai dengan CamScanner yejas Buek vind wpe “(] vow smpunsowny) urese vBunq vped ekuesur ‘eXueSung yNfe} n1ados yueuowt eum reAundwour Suek yedopoy kind epe vAuRIAN “Teyos euMs uerenoayZed wpe HepH mI! Joy euaBuOU BAY TIeI0q YepH ‘eseiq unep radas nefiy euremioq ekueseiq yedojoy emyeq ueyeNUEAIP yeyoy ipey undneye/, “(1me_-Ioy suapuards vrajng) erayes egunq eped eAujesien “YeMeq Wep see giq ryodes enp ‘yejaqieq efuseye ueideq “yning ney Sungei yMuogieq ueyeyD]I0q ehuyemeg ueiseq Suek yedojoy myreX “(smoigo)) aqiqaeq — “("T pununsyog suajoduy) ae xeoed vung eped eAujesiw yedepiay rodeos ‘(snyoan2j09) heyaeq — :uek yedojay eped redumf eyy ure vreyue ueryrwep qeyts1eq Suek dojoy “(snydiowo8z) yxomo3yz nvye ye38uny dnyZuczos -q ynysuew — “Ure]-urE] ep “SusdU0] — yedutozay — Buol0d — Sungey — eyed — sueyuiq — synquaqieaq Sued yedojay-yedoyay yndyout Ue] eivjue ueinjesog Suek yedojoy “(siyouns) dnySuejos Sued Wwi8eq enp ipefuow Seqrp yedep vreo edesaqaq ueBuap yedojay MH “(snydiowounon ‘siapjn3a.) JOWOUHYB neye uBANye.eq “e :SuvX nyref ‘ueZuojo8 Z weep uexepaqip yedep nyt Weoet-uroruLiog Sued yedoyoy ynJUOg ‘eAUSINOUIIS JUNO “ueyeyayI0q PP eyes eues ‘yesid-yesidioy seuoq-reuaq ure, Buvk ueduop Tues Sued yedojay unep-unep eyf “(sajpdasdjod) seqaq ney sede] “q “eAusnia}os Wp ‘¢ deBueo1aq ‘¢ ynya[I0q “¢ [Beqroq yedozay :3nyLIq YyoIOS Medes uexsrynpp yedep eBung yedojsy ‘Sumoued-Sunoued yorum! ™P uveyopod jexIs ueriseuquioySuour uesueg “yedoray unep Ydeiaq seye unsnsia} yedojoy ‘eind mypyoyrp yedep exusunoued Sirona yepuinf SungrySuow ueBaop esBuryos ‘yedojoy unep-uNep We weiSeq ueyedniour eAuynssunsos ny Sunoued-Sunoueg zl B Dipindai dengan CamScanner “ekuyedooy uep les BueUoq eAwINNd Yysjo 1eyosip eAuesg pBung ynfer eAumny “nSnd ue;pnuioy wep nie tpefuour yedurey np, Sung ynfey eAueserq ny! qeqos Yofo “fesojas Yepns eSunq ynfey sem eayeq ueyerey!p yajoq ‘euesyeiol Yepns ueynqioAued eyie “ueynqraxuad eAuSunsSuepeq erejueed ipefueu yedep eyosoui euosey “Ingasi Suvjeurg-Suryeurg uesunfuny eKuepe UexN[Jowow! SueuioUt UeYNquIn| cueueyeu eouau yMUN eBuNg {Bunfundusu Sueyep ryexsuues BueX (semejo[oy ep Buninq :edujestur ‘ure; Sueyeurq-Buereurg en) eBunq eped yireuion eBBuesas ueyqeqaXuaur Sued ngosiay eAuneg nee qepar Suk eurem emgeq eXudeSBuerp uep ‘(1eySueq ruados ynstd neq reXunduom ueqejeu ney neqioq yepl teyos vues Buek nd yeXueq idea) depas nev umuey Buek neq redundusow ejnd Boas! Jeph ‘sneq 3uex weunsns ymyuoq ueBuop SxtueU9Us ‘yeput Bue Hoe ueuap ‘resaq yiqa] eAuuMUn ‘yedojoy wiejep Yye[aqes !P rede Suvk eBung uesery weyedniow Bung moyxyeu nere edung AN!eL (ojo109) eBung voyyea nore eBune xl (oIo14 “ey nffimpgns snasiqips) e}as0x S1U9198 wl : usr &Pt eXureuagas idea) ‘soquierd ueyeureup eXuunize] Sued ueyna| oA eAuyestut ‘uexewp yedep uep “SuiSepsaq ‘eqn yeyisig ean! CP feung yedojay “6g sequiesy, £91 & Dipindai dengan CamScanner wep $ deSueoi0q ‘¢ 18eqioq eBunq ynfey cueingas ueyeunssuow yedep wiry pel “ueyyopioq Buek wBunq yNfey ueysPmnjour yMUN pnd rexedip rat sesep “eXwryedojay neye yedojoy unep-unep ueyspynjout yun ueyeunrp Buek uvmngas-ueyngas ueSuap rensag ‘(snpnu soy) 8uvfuejay eBung end uexeueup qyeysuuras (spjad) wBunq ynfe; due; e8ung ‘ueneyod yueUsUE yepn yeyes Bules eBPuIYos [1ooy yeSues neye epe yep ynfey unep-unep ‘9 “eAUUIE] URYEquaE) yB]e-IeTe UeyNWO}IP ynd yedep my urey ewes mes seqaq BueX ynle) unep eped v8nf ‘ueyex2]10q SueA ynfey unep-unep uesuap eAuTeY euLeEg ‘sidy eXueseiq ep reqa] SueA uviSeq mek “(vuywij) ynfey ULp UerTEpY ‘7 “eAture] UeIseq epediiep [eqe} YIqo] 1eySuLas uep Jeqay yepy Suek ynfey unep yemeg weideq yerer “(sin3un) ynfey uNep nyNy *| cueyepaqip yedep ynfe) unep denos eped ueryruep Ueepeoy weed “Urey etues mes yesid-yesidioy ynfe} unep-unep exif ‘(omppradqjod neve ‘snjojadijip ‘snpojadisoyo) seqaq neve sedat “q “utey-Urey uep ‘nqur-inqures “yIsIs-yISIs eAUjesIUL Nadas ‘ueyequIE) IeTe-TeTe Ueynwoyp end yedep ynfe) unep-unep eped ny Lp ule[ag ynfey saya] “¢ ynfey uenB3uid *7 ynfey ynjng neye Bunge) “| cNyLWaq uerseq £ Weyepaqip jedep e8ung ynfe} eped ‘uerywap Suek ueepeoy Weed “(smpeadouow neye ‘snyojadown8 ‘snpojaduuts) ueyeyayseq ; Ind Ppaq-epoqiog Sued jeyIs ueypynfunuout eFunq ejoyyeU unep-unep Rdojoy unep-unep ueguep eAuyey modes uep ‘(xjxjad) voyeur inep nev ynfey unep ueyeweurp eSung ynfey uedeq-uelseg “Suns8ueioq yedep uerresiod umjoges (yynd uep Les Sueueq) Seuesiod Weseje unpurjour ynyun isBunyioq eBnf vBunq ynfer ‘Weuod ekep rekundwow Sued yele reBeqos 1sBunys9q Lejos vol B Dipindai dengan CamScanner

Anda mungkin juga menyukai