Anda di halaman 1dari 104

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERILAKU

SEKSUAL BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN


PEKERJAAN IBU DI DESA KEDUNGKENDO,
CANDI SIDOARJO

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

ARINASARI EKA PRATIWI


NIM : 2010.1080

AKADEMI KEBIDANAN SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH


SEPANJANG - SIDOARJO
2013
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERILAKU
SEKSUAL BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN
PEKERJAAN IBU DI DESA KEDUNGKENDO,
CANDI SIDOARJO

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kebidanan
Siti Khodijah Muhammadiyah Sepanjang - Sidoarjo

OLEH :

ARINASARI EKA PRATIWI


NIM 2010.1080

AKADEMI KEBIDANAN SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH


SEPANJANG – SIDOARJO
2013
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Oleh : ARINASARI EKA PRATIWI


Judul : GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG
PERILAKU SEKSUAL BERDASARKAN TINGKAT
PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DI DESA
KEDUNGKENDO, CANDI SIDOARJO

Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada
tanggal : 10 Oktober 2013

Menyetujui :
Pembimbing

YANIK PURWANTI, M. Keb.


LEMBAR PENGESAHAN

Telah diuji dan disahkan oleh Tim Penguji pada Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah

di Akademi Kebidanan Siti Khodijah Muhammadiyah Sepanjang-Sidoarjo

tanggal: 10 Oktober 2013

Tim Penguji:

Penguji I : Agus Salim, S. Pd., M. Psi ( )

Penguji II : Yanik Purwanti, M. Keb. ( )

Mengetahui:

Direktur

Akademi Kebidanan Siti Khodijah Muhammadiyah Sepanjang-Sidoarjo

dr. H. Zainul Arifin, M. Kes.


MOTTO

I AM NOT CLEVER BUT I HAVE STRONG


DESIRE TO MASTER IT

PERSEMBAHAN

Karyaku ini ku persembahkan Kepada :


 Mama dan Papa tercinta yang selalu memberikan semangat, do’a dan kasih
sayang buat naa sampai naa bisa jadi seperti sekarang  apapun yang
terjadi naa selalu sayang Mama Papa 

 Haidar Abdillah “my bear” yang selalu memberikan dukungan, semangat,


do’a dan segala arahan selama pengerjaan KTI ini

 Mas iwan, kakak sepupu terbaik sepanjang masa yang selalu memberikan
motivasi dan berbagai wejangan

 Seluruh teman-teman AKBID terutama rini, azmil, putri, sin, dian selow,
sutra, tiwik, gita, embung.. naa bisa karna dukungan kalian semua dan
untuk luluk yang selalu menjadi panutan dan motivasiku.. kalian semua
adalah teman terbaikku.. 

 Bu Siti Cholifah dan Bu Yanik Purwanti selaku pembimbing yang selalu


memberikan arahan, bimbingan dan motivasinya

 Bu Djauharoh selaku pembimbing akademik yang tak pernah lelah


memberikan arahan

 Almamaterku yang telah mendidikku untuk menjadi orang yang berguna


untuk masyarakat, bangsa dan Negara

 Dosen-dosenku tercinta yang selama ini sudah memberikan ilmu dan


bimbingan yang tiada harganya bagiku..
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-

Nya sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seksual Berdasarkan

Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Di Desa Kedungkendo, Candi

Sidoarjo”, sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan

kuliah di Akademi Kebidanan Siti Khodijah Muhammadiyah Sepanjang –

Sidoarjo.

Dalam Karya Tulis Ilmiah ini dijabarkan bagaimana faktor-faktor resiko

pola pacaran yang salah dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan sehingga

nantinya dapat menjadikan bahan masukan bahan pembelajaran, penyuluhan

kepada remaja.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

yang terhormat :

1. Ibu Yanik Purwanti, M. Keb. dan Siti Cholifah, SST. selaku pembimbing

Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan koreksi, masukan, serta semangat

sehingga terwujud karya tulis ilmiah ini

2. Bapak Sukiman selaku kepala RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kec. Candi

Kab. Sidoarjo atas kebijaksanaannya dalam memberikan izin kepada penulis

untuk melaksanakan penelitian.

3. Remaja di RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kec. Candi Kab. Sidoarjo yang

bersedia menjadi responden.


4. dr. H. Zainul Arifin, M. Kes. selaku Direktur Akademi Kebidanan Siti

Khodijah Muhammadiyah Sepanjang-Sidoarjo.

5. Bapak dan ibu dosen Akademi Kebidanan Siti Khodijah Muhammadiyah

Sepanjang-Sidoarjo beserta staf yang telah banyak membantu penulisan selama

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Bapak, ibu dan keluarga besarku tersayang yang selalu memberikan dukungan

baik moril, spiritual maupun materil.

7. Sahabat – sahabatku serta semua pihak yang setia memberikan semangat dan

membantu penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang

telah diberikan dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi diri kami sendiri

maupun pihak lain yang memanfaatkan.

Sidoarjo, 10 Oktober 2013

Penulis
ABSTRAK

Masa remaja merupakan masa peralihan, dalam tahap ini mulai bangkitnya
dorongan seks, Adanya kebutuhan orang untuk dapat memahami seks dengan baik
dan benar, sehingga orang tua diharapkan dapat memberikan informasi tentang
perilaku seksual. Berdasarkan data sekunder di RT 14 RW VII Desa Buncitan
Duran Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 14 September 2012 –
20 September 2012 didapatkan masih banyak (60%) remaja belum mengetahui
tentang perilaku seksual remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan tingkat
pendidikan dan pekerjaan ibu di Perumahan TNI-AL Desa Kedungkendo, Candi
Sidoarjo.
Desain penelitian menggunakan deskriptif, populasi penelitian adalah remaja
usia 15 – 19 tahun di Perumahan TNI-AL Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo.
Didapatkan besar sampel sebanyak 20 orang. Pengambilan data secara primer
dengan kuesioner. Data disajikan dengan tabel frekuensi. Dianalisis secara
deskriptif tanpa menggunakan uji statistik.
Hasil penelitian remaja di Perumahan TNI-AL Desa Kedungkendo, Candi
Sidoarjo sebagian besar memiliki pengetahuan tentang perilaku seksual remaja
yang cukup (60%) berdasarkan tingkat pendidikan ibu dan sebagian besar
memiliki pengetahuan tentang perilaku seksual remaja yang cukup (73,3%)
berdasarkan pekerjaan ibu.
Simpulan penelitian ini adalah sebagian besar remaja di Perumahan TNI-AL
Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo berpengetahuan cukup. Disarankan kepada
orang tua agar tetap memberikan informasi tentang perilaku seksual kepada para
remaja sehingga remaja memiliki pengetahuan yang cukup dan memberikan
pengertian mengenai kebutuhan nilai moral dasar yang rasional dalam membuat
keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.

Kata Kunci : Remaja, Pengetahuan Tentang Perilaku Seksual


ABSTRACT

Adolescence is a period of transition, the stage began to rise in sex drive,


there was a need to be able to understand the sex is good and right, so that parents
are expected to provide information about sexual behavior. Based on secondary
data in RT 14 RW Village VII Buncitan Duran Sedati Sidoarjo district on 14
September 2012 - 20 September 2012 obtained many (60 %) teens do not know
about the sexual behavior of adolescents. The purpose of this study was to
determine the description of knowledge about adolescent sexual behavior based
on the level of mother's education and employment in the Navy Housing
Kedungkendo village, Candi Sidoarjo.
Using descriptive research design, the study population is youth ages 15-19
years in the Navy Housing RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Candi Sidoarjo
district. Obtained a sample size of 20 people. Retrieval of primary data by
questionnaire. Data are presented with a table of frequency. Analyzed
descriptively without using statistical tests.
The results teenagers in Navy Housing Kedungkendo village, Candi Sidoarjo
most knowledgeable about adolescent sexual behavior are sufficient (60 %) based
on mother's education level and most have knowledge about adolescent sexual
behavior are sufficient (73,3 %) based on the work mother.
The conclusions of this study are mostly teenagers in Navy Housing RT 22
RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo knowledgeable enough. Advised the
parents to continue to provide information about sexual behavior to young people
so that teens have a sufficient knowledge and understanding of the needs of
providing a rational basis of moral values in making decisions related to sexual
behavior.

Key Word : Teens , Knowledge About Sexual Behavior


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………i

LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………………...ii

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………...iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………………………….iv

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………v

ABSTRAK ………………………………………………………………………vii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..ix

DAFTAR BAGAN ……………………………………………………………...xii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………xiii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 18

1.2 Idetifikasi Masalah .............................................................................. 21

1.3 Pembatasan Masalah ........................................................................... 26

1.4 Perumusan Masalah ............................................................................. 26

1.5 Tujuan Penelitian................................................................................. 27

1.5.1 Tujuan Umum ....................................................................... 27

1.5.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 27

1.6 Manfaat Penelitian............................................................................... 28


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan............................................................... 31

2.1.1 Pengertian ............................................................................. 31

2.1.2 Tingkat Pengetahuan ............................................................ 32

2.1.3 Pengukuran Pengetahuan...................................................... 33

2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ................ 34

2.2 Konsep Dasar Remaja ....................................................................... 39

2.2.1 Definisi ................................................................................. 39

2.2.2 Karakteristik ......................................................................... 41

2.2.3 Batasan Remaja .................................................................... 44

2.2.4 Tugas-tugas Perkembangan Remaja..................................... 46

2.3 Konsep Dasar Perilaku Seksual ........................................................ 47

2.3.1 Pengertian Seks .................................................................... 47

2.3.2 Bentuk-bentuk Perilaku Seksual........................................... 47

2.3.3 Perilaku seksual yang sehat .................................................. 49

2.3.4 Perilaku seksual yang tidak sehat ......................................... 49

2.3.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah seksual pada

remaja ................................................................................... 50

2.3.6 Akibat Perilaku Seksual Yang Tidak Sehat.......................... 55

2.3.7 Cara Untuk Menghindari Perilaku Seksual Yang Tidak Sehat

.............................................................................................. 57

2.4 Konsep Dasar Tingkat Pendidikan.................................................... 58

2.4.1 Pengertian Tingkat Pendidikan............................................. 58

2.4.2 Tujuan Pendidikan ............................................................... 58


2.5 Kerangka Konsep ............................................................................ 62

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ........................................................................... 65

3.2 Populasi dan sampel ...................................................................... 66

3.3 Identifikasi Variabel ...................................................................... 66

3.4 Kerangka Kerja (Frame Work) ...................................................... 66

3.5 Definisi Operasional …...………………………………………... 46


3.6 Pengumpulan Data .......................................................................... 69

3.7 Teknik Analisis Data ...................................................................... 69

3.8 Tempat dan Waktu Penelitian......................................................... 70

3.9 Etika penelitian ............................................................................... 70

3.9.1 Infomed consent (persetujuan) ............................................ 70

3.9.2 Anonimity (tanpa nama) ....................................................... 70

3.9.3 Confidentiality (kerahasiaan) .............................................. 71

3.10 Keterbatasan ................................................................................ 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian …………………………………………………...53

4.2 Pembahasan ……………………………………...……………….58

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ……………………..…………………………………….66

5.2 Saran …………………………………….…………………………67

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

2.4 Kerangka Konsep…………………………………………………………... 44

3.4 Kerangka kerja…………………………………………………………...… 48


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional …………………………………………………………49

4.1 Distribusi frekuensi Usia Ibu Remaja ……………………………………….54

4.2 Distribusi frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu Remaja ……………………….54

4.3 Distribusi frekuensi Pekerjaan Ibu Remaja ………………………………….55

4.4 Distribusi frekuensi Pengetahuan Remaja …………………………………..56

4.5 Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pengetahuan Remaja tentang

Perilaku Seksual …………………………………………………………….56

4.6 Tabulasi Silang Pekerjaan Ibu dengan Pengetahuan Remaja tentang Perilaku

Seksual ……………………………………………………………………...57
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar kuesioner

Lampiran 2 : Lembar Penilaian

Lampiran 3 : Jadwal Penelitian KTI

Lampiran 4 : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 5 : Surat Balasan Penelitian

Lampiran 6 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 7 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 8 : Kegiatan Bimbingan KTI

Lampiran 9 : Hasil Pengolahan Data / Print Out Statistik

Lampiran 10 : Surat Pernyataan Keaslian Tulisan


BAB I

PENDAHULUAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) menyatakan definisi remaja

didasarkan pada usia kesuburan (fertilisasi) perempuan, batasan tersebut

berlaku juga untuk remaja pria dan WHO membagi usia tersebut dalam 2

bagian, yaitu remaja awal usia 10-14 tahun dan remaja akhir usia 15-20

tahun. Selain itu, PBB menetapkan usia 15-24 tahun sebagai pemuda

(Sarwono, 2011:12).

Masa remaja juga sering disebut dengan masa pubertas. Masa ini lebih

ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai

masa pubertas (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010:1). Istilah “pubertas”

mengacu pada fase pertama masa remaja, tahap perkembangan ini ditandai

dengan kematangan organ-organ seks yang akan dipersiapkan untuk

reproduksi (Wuryani, 2008:89). Selama pertumbuhan pesat masa remaja,

terjadi perubahan fisik yang amat penting, seperti perubahan ukuran tubuh,

perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer dan

perkembangan ciri-ciri seks sekunder (Hurlock, 2005:188).

Masa remaja merupakan masa peralihan dari ketergantungan sosial-

ekonomi yang penuh menuju ke keadaan yang relatif lebih mandiri. Pada

masa ini merupakan puncak perkembangan emosi. Dalam tahap ini terjadi

perubahan dari kecenderungan mementingkan diri sendiri menjadi


memperhatikan kepentingan orang lain dan kecenderungan memperhatikan

harga diri. Gejala lain yang juga timbul dalam tahap ini adalah bangkitnya

dorongan seks (Sarwono, 2011:12).

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat

seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk

perilaku seksual dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga

tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Objek seksualnya

bisa berupa orang lain, dalam khayalan atau diri sendiri (Poltekkes Depkes

Jakarta I, 2010:86-87). Adanya kebutuhan orang untuk dapat memahami

seks dengan baik dan benar merupakan sebuah petunjuk bahwa pendidikan

seks diperlukan. Masyarakat selalu berkembang dan mengalami

perubahan, termasuk perubahan nilai dan moralitas serta pandangan

terhadap seks (Wuryani 2008:1).

Pendidikan seks bagi remaja yang di sampaikan oleh orang tua

menjadi sesuatu yang harus dipertahankan. Dewasa ini, nilai-nilai moral

seks sudah semakin kabur, dan para remaja pada akhirnya akan

dikonfrontasi dengan godaan seksual. Satu-satunya penyelamat adalah

orang tua yang telah mempersiapkan diri untuk menghadapinya dengan

belajar tentang cara mengajarkan seks yang sehat kepada para remajanya

serta memberikan latihan mental dan moral (Wuryani 2008:8).

Semakin tinggi tingkat pemantauan orang tua terhadap anak

remajanya, semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang menimpa

seorang remaja. Orang tua juga perlu mengembangkan kepercayaan


remaja terhadap orang tuanya sehingga remaja lebih terbuka kepada orang

tua agar orang tua dapat memantau pergaulan anak remajanya (Sarwono,

2011:205). Umumnya remaja cenderung lebih banyak berbicara mengenai

seks dengan ibu dibandingkan dengan ayah (Santrock, 2007:289). Makin

sering terjadi percakapan tentang seks antara ibu dan anak remajanya,

maka perilaku seksual anak menjadi lebih bertanggung jawab (Sarwono,

2011:185). Peran ibu dalam memberikan pendidikan seks untuk remaja

sangat besar. Sehingga ibu mampu mempengaruhi perilaku seksual pada

anak remajanya (Sarwono, 2011:209).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang

perilaku seksual meliputi faktor dari dalam remaja itu sendiri, faktor orang

tua (ibu) dan faktor lingkungan (Santrock, 2007:262). Faktor dari dalam

diri remaja yang mempengaruhi pengetahuan tentang perilaku seksual,

yaitu dari faktor umur, tingkat pendidikan, intelegensi, agama dan status

sosial ekonomi. Faktor orang tua khususnya ibu juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu umur, tingkat pedidikan, pekerjaan, intelegensi,

status sosial budaya dan status sosial ekonomi. Serta faktor lingkungan

seperti adanya perkumpulan/group dan media (Sarwono, 2011:187-188).

Menurut penelitian Septi Andita di RT 14 RW VII Desa Buncitan

Duran Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 14 September

2012 – 20 September 2012 menyatakan dari 20 remaja di dapatkan 8

remaja (40%) sudah mengetahui tentang perilaku seksual dan 12 remaja

(60%) belum mengetahui tentang perilaku seksual.


Berdasarkan data diatas didapatkan masih banyak (60%) remaja

belum mengetahui tentang perilaku seksual remaja. Dampak pada remaja

yang tidak mengetahui tentang perilaku seksual dapat menimbulkan

masalah seperti kehamilan remaja, infeksi yang ditularkan secara seksual,

perilaku kekerasan seksual, dan pelecehan seksual (Santrock, 2007:270).

1.2 Idetifikasi Masalah

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang

perilaku seksual, yaitu :

1.2.1 Faktor Remaja

1.2.1.1 Usia

Usia terhitung mulai saat individu dilahirkan sampai saat

berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja (Hurlock, 2005:61). Bertambahnya umur seseorang

dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan tentang

perilaku seksual yang diperoleh (Hastutik, 2011:3-4).

1.2.1.2 Pendidikan

Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang

semakin baik pula pengetahuannya (Hastutik, 2011:4). Makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah

menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang

dimiliki. Pendidikan dapat meningkatkan intelegensi dan


berpengaruh pada pengetahuan seseorang tentang perilaku

seks remaja (Notoadmodjo, 2007:95).

1.2.1.3 Agama

Pengaruh lingkungan terhadap tingkat pengetahuan pada

diri remaja tampak dalam aspek kehidupan beragama, karena

informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai atau tidak

dengan agama yang dianut. Keyakinan beragama merupakan

mekanisme kontrol bagi perilaku seksual pada diri seorang

remaja (Hastutik, 2011:8).

1.2.1.4 Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara

mental dalam situasi baru secara efektif. Selama masa

remaja, kemampuan untuk belajar, berpikir, dan

mempergunakan pengetahuan semakin meningkat. Skor IQ

(Inteligence Quotient) meningkat dan stabil dalam usia ini,

kemampuan berpikir abstrak, memiliki kemungkinan, dan

pengertian mengenai konsekuensi jangka panjang dalam

pengambilan keputusan juga meningkat (Karya, 2010:10).

Intelegensi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi hasil proses belajar. Intelegensi bagi seorang

remaja merupakan salah satu modal berfikir dan mengolah

berbagai informasi tentang perilaku seksual secara terarah


sehingga remaja mampu mempengaruhi kemampuan

penyesuaian diri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

perbedaan intelegensi dari seorang remaja akan berpengaruh

terhadap tingkat pengetahauan remaja tentang perilaku

seksual (Hastutik, 2011:4).

1.2.1.5 Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah laku

individu. Remaja yang berasal dari status sosial ekonominya

baik memiliki sikap positif terhadap pengetahuan tentang

perilaku seksual remaja di banding remaja yang berasal dari

status ekonomi rendah (Latipun, 2008:233).

1.2.1.6 Sosial Budaya

Sosial budaya termasuk didalamnya yaitu pandangan

keagamaan, khususnya dalam penyerapan nilai-nilai sosial

keagamaan untuk memperkuat super ego dalam diri seorang

remaja (Latipun, 2008:233).

1.2.2 Faktor Orang Tua (Ibu)

1.2.2.1 Usia

Usia terhitung mulai saat individu dilahirkan sampai saat

berulang tahun. Semakin cukup usia tingkat kematangan dan

kekuatan, seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang

lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum


cukup tinggi kedewasaannya memberi pengetahuan tentang

perilaku seksual pada remajanya (Hurlock, 2005:61).

1.2.2.2 Tingkat Pendidikan

Ibu yang pendidikannya rendah kurang memahami

tentang masalah perilaku seksual yang beresiko dan mungkin

juga selalu menunggu arahan atau keputusan dari suami

sehingga kurang berinisiatif dalam menghadapi keadaan

perkembangan perilaku remajanya. Dibandingkan ibu yang

berpendidikan tinggi tentunya mempunyai pengetahuan yang

lebih baik dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah

terutama dalam hal mengarahkan remajanya untuk

berperilaku seksual yang tidak berisiko (Indarsita, 2007:3).

1.2.2.3 Pekerjaan

Tugas utama seorang ibu adalah mengatur rumah tangga

dan tetap harus meluangkan waktu untuk berkomunikasi,

karena kodrat ibu yang telah digariskan oleh Tuhan YME

bahwa tugas mulia seorang ibu adalah membesaran anak.

Bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja

bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

pengetahuan tentang perilaku seksual pada remaja. Ibu yang

bekerja mempunyai resiko remaja yang berperilaku seksual

yang tidak sehat (Indarsita, 2007:3).


1.2.2.4 Intelegensi

Intelegensi yang dimiliki seorang ibu mempengaruhi

kemampuan dalam menyelesaikan masalah serta cara-cara

dalam mengambil keputusan. Ibu yang memiliki kemampuan

intelegensi yang lebih tinggi akan banyak berpartisipasi serta

lebih cepat dan tepat dalam proses pengambilan keputusan

tentang perilaku seksual pada remaja (Latipun, 2008:233).

1.2.2.5 Status Sosial Ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya

pengetahuan seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan

pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi

sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga.

1.2.3 Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama

bagi remaja dimana seorang remaja dapat mempelajari hal- hal yang

baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat

kelompoknya. Dalam lingkungan, seorang remaja akan memperoleh

pengalaman yang berpengaruh terhadap cara berfikir dalam

menghadapi hal apapun (Hastutik, 2011:4).

Hubungan personal diantara remaja semakin intensif tidak hanya

karena hal ini penting agar diterima dalam sebuah peer, akan tetapi

karena remaja memiliki kebutuhan untuk berbagi perasaan dan


pengalaman mereka yang baru. Pada saat ini, peer groups

menawarkan dukungan dan perasaan aman kepada remaja yang

berusaha mandiri dan ingin lepas dari keluarga mereka. Remaja lebih

banyak berada diluar rumah bersama dengan teman-teman sebaya

sebagai kelompok, pengaruh teman-teman sebaya tentang sikap,

pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada

pengaruh keluarga (Soetjiningsih, 2004:10-11).

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah banyak faktor yang mempengaruhi

perilaku seksual pada remaja agar penelitian lebih jelas dan lebih terarah,

maka pada penelitian ini dibatasi pada faktor pendidikan dan pekerjaan

ibu.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka perumusan masalah sebagai

berikut :

1.3.1.1 Bagaimana gambaran tingkat pendidikan ibu remaja?

1.3.1.2 Bagaimana gambaran pekerjaan ibu remaja?

1.3.1.3 Bagaimana gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku

seksual?
1.3.1.4 Bagaimana gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual

berdasarkan tingkat pendidikan ibu?

1.3.1.5 Bagaimana gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual

berdasarkan pekerjaan ibu?

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku

seksual berdasarkan tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu di

Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan

Candi Kabupaten Sidoarjo.

1.5.2 Tujuan Khusus

1.5.2.1 Mengidentifikasikan gambaran tingkat pendidikan ibu

remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa

Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.

1.5.2.2 Mengidentifikasikan gambaran pekerjaan ibu remaja di

Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo

Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.

1.5.2.3 Mengidentifikasikan gambaran pengetahuan remaja tentang

perilaku seksual di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa

Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.

1.5.2.4 Mengidentifikasikan gambaran pengetahuan remaja tentang

perilaku seksual berdasarkan tingkat pendidikan ibu di


Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo

Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.

1.5.2.5 Mengidentifikasikan gambaran pengetahuan remaja tentang

perilaku seksual berdasarkan pekerjaan ibu di Perumahan

TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan

Candi Kabupaten Sidoarjo.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan atau

informasi tentang pengetahuan remaja terhadap perilaku seksual,

agar para orang tua dapat memberikan pengetahuan yang lebih pada

para remajanya.

1.6.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi

dan refrensi dalam hal kepustakaan tentang perilaku seksual pada

remaja.

1.6.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan remaja

tentang pendidikan seks. Sehingga para remaja dapat mengambil

keputusan yang baik tentang apa yang seharusnya boleh dilakukan

dan belum boleh dilakukan. Serta dapat mengurangi angka kejadian


kehamilan pada remaja, infeksi yang ditularkan secara seksual,

perilaku kekerasan seksual, dan pelecehan seksual.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini disajikan tentang konsep dasar yang berkaitan dengan judul

penelitian, konsep dasar tersebut terdiri dari : konsep dasar pengetahuan, konsep

dasar remaja, konsep dasar perilaku seksual, konsep dasar tingat pendidikan dan

kerangka konsep.

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengideraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh darimata dan telinga. Pengetahuan

dapat diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui

pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh

manusia melalui pengamatan indrawati. Pengetahuan muncul ketika

seseorang menggunakan indra atau akal budinya untuk mengenali

benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau

dirasakan sebelumnya (Hastutik, 2011:2).


2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang tercangkup

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yang meliputi :

2.1.2.1 Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap

sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2.1.2.2 Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

2.1.2.3 Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


2.1.2.4 Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,

tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

2.1.2.5 Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis juga dapat

diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

2.1.2.6 Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian penelitian itu didasari pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-

kriteria yang ada.

2.1.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur
dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang

ingin di ketahui atau di ukur dapat di sesuaikan dengan tingkatan-

tingkatan yang ada di atas (Hastutik, 2011:3).

Menurut Arikunto (2006), untuk mengetahui tingkat

pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, pembagian kriteria

pengukuran data di bagi menjadi 3 tingkat, yaitu :

1. Pengetahuan baik : jika didapat hasil >75%

2. Pengetahuan cukup : jika didapat hasil 60%-75%

3. Pengetahuan kurang : jika didapat hasil <60%

2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja :

2.1.4.1 Faktor Remaja

- Usia

Bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada

pertambahan pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi

pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut

kemampun penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan

akan berkurang (Hastutik, 2011:3-4).

- Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai kemampuan belajar dan

berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental

dalam situasi baru. Intelegensi ialah faktor yang

mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi


seseorang merupakan salah satu modal berfikir dan

mengolah berbagai informasi tentang perilaku seksual

yang sehat secara terarah sehingga ia mampu menguasai

lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh

pula terhadap tingkat pengetahauan remaja tentang

perilaku seksual yang sehat (Hastutik, 2011:4).

- Sosial Budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada

pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu

kebudayaan dalam hubungan dengan orang lain, karena

hubungan ini seseorang dapat mengalami suatu proses

belajar dan memperoleh suatu pengetahuan khususnya

pengetahuan tentang perilaku seksual yang sehat

(Hastutik, 2011:3-4).

- Pendidikan

Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang

semakin baik pula pengetahuannya (Hastutik, 2011:4).

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin

mudah menerima informasi sehingga banyak pula

pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan dapat

meningkatkan intelegensi dan berpengaruh pada


pengetahuan seseorang tentang perilaku seksual yang

sehat (Notoadmodjo, 2007:95).

- Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah

tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan

sumber pengetahauan, atau pengalaman itu suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab

itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai

upayauntuk memperoleh pengetahauan. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman

yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi pada masa yang lalu (Hastutik, 2011:3-4).

2.1.4.2 Faktor Orang Tua (ibu)

Menurut Sarwono (2010), seorang ibu wajib mendidik

anak remajanya dengan baik yang dapat didasari dari tingkat

pendidikan dan pekerjaan ibu. Menurut Santrock (2007:262),

faktor orang tua khususnya ibu yang mampu mempengaruhi

pengetahuan remaja tentang perilaku seksual yang sehat.

Dalam keluarga ibu banyak bertanggung jawab dalam

pendidikan anak di banding ayah dan penentuan peran seks

lebih banyak dilakukan oleh ibu karena hubungan ibu dengan

anak lebih dekat, hal ini mendorong anak lebih mudah di

pengaruhi oleh ibu dari pada ayah (Hurlock, 2005).


Faktor orang tua (ibu), yaitu :

- Usia

Usia terhitung mulai saat individu dilahirkan sampai

saat berulang tahun. Semakin cukup usia tingkat

kematangan dan kekuatan, seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih

dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya memberi pengetahuan tentang perilaku

seksual pada remajanya (Hurlock, 1999 : 61).

- Tingkat Pendidikan

Ibu yang pendidikannya rendah kurang memahami

tentang masalah perilaku seksual yang beresiko dan

mungkin juga selalu menunggu arahan atau keputusan dari

suami sehingga kurang berinisiatif dalam menghadapi

keadaan perkembangan perilaku remajanya. Dibandingkan

ibu yang berpendidikan tinggi tentunya mempunyai

pengetahuan yang lebih baik dibandingkan ibu yang

berpendidikan rendah terutama dalam hal mengarahkan

remajanya untuk berperilaku seksual yang tidak berisiko

(Indarsita, 2007:3).
- Pekerjaan

Tugas utama seorang ibu adalah mengatur rumah

tangga dan tetap harus meluangkan waktu untuk

berkomunikasi, karena kodrat ibu yang telah digariskan

oleh Tuhan YME bahwa tugas mulia seorang ibu adalah

membesaran anak. Bekerja merupakan kegiatan yang

menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai

pengaruh terhadap pengetahuan tentang perilaku seksual

pada remaja. Ibu yang bekerja mempunyai resiko remaja

yang berperilaku seksual yang tidak sehat (Indarsita,

2007:3).

- Intelegensi

Intelegensi yang dimiliki seorang ibu mempengaruhi

kemampuan dalam menyelesaikan masalah serta cara-cara

dalam mengambil keputusan. Ibu yang memiliki

kemampuan intelegensi yang lebih tinggi akan banyak

berpartisipasi serta lebih cepat dan tepat dalam proses

pengambilan keputusan tentang perilaku seksual pada

remaja (Latipun, 2005:233).

- Status Sosial Ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya

pengetahuan seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan


pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggin

sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga.

2.1.4.3 Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan

memberikan pengaruh pertama bagi seseorang dimana

seseorang dapat mempelajari hal- hal yang baik juga hal-hal

yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam

lingkungan, seseorang akan memperoleh pengalaman yang

akan berpengaruh pada cara berfikirnya (Hastutik, 2011:4).

2.1.4.4 Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan

seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang

rendah tetapi bila ia mendapatkan informasi yang baik dari

berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal

itu akan dapat meningkatkan pengetahauan yang dimiliki

seseorang (Hastutik, 2011:3-4).

2.2 Konsep Dasar Remaja

2.2.1 Definisi

Remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat

pertama kali ia menunjukan tanda-tanda sosial seksual sekundernya

sampai saat mencapai kematangan seksual. Indivudu mengalami


perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak

menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial

ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri

(Sarwono, 2010). Sedangkan menurut Soetjiningsih (2004), masa

remaja adalah suatu tahap dengan perubahan yang cepat dan penuh

tantangan yang sulit. Berbagai tantangan yang sulit. Berbagai

tantangan ini terkadang sulit diatasi baik secara fisik maupun secara

psikologis.

Secara anatomis keadaan tubuh pada umumnya memperoleh

bentuk yang sempurna dan secara fungsional alat-alat kelamin sudah

berfungsi secara sempurna. Pada akhir perkembangan fisik akan

didapatkan antara lain pada remaja laki-laki badan berotot, suara

besar, berkumis atau berjanggut, pertumbuhan penis dan kantong

zakar, ereksi dan ejakulasi, sedangkan pada remaja perempuan

pertumbuhan Rahim dan vagina, pinggul melebar, payudara

membesar, menstruasi pertama (Sarwono, 2011:8).

Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari

ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh menuju ke keadaan yang

relatif lebih mandiri. Pada masa ini merupakan puncak

perkembangan emosi. Dalam tahap ini terjadi perubahan dari

kecenderungan mementingkan diri sendiri menjadi kecenderungan

memperhatikan kepentingan orang lain dan kecenderungan


memperhatikan harga diri. Gejala lain yang juga timbul dalam tahap

ini adalah bangkitnya dorongan seks (Sarwono, 2011:12).

2.2.2 Karakteristik

Menurut Turner dan Helms (1995) dalam Karya (2010:10-11),

menyatakan bahwa remaja yang merupakan kelanjutan dari masa

anak-anak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

2.2.2.1 Usia Pubertas

Usia dimana pertumbuhan fisik ditandai dengan

kematangan karakteristik seksual primer dan sekunder, serta

kemampuan untuk memiliki anak (reproduksi) dikenal

sebagai pubertas. Oleh karena cepat lambatnya pubertas

sangat tergantung pada kondisi tubuh masing-masing

individu, maka sulit ditetapkan secara pasti usia berapa

seseorang memasuki pubertas. Akan tetapi secara umum,

remaja perempuan memasuki usia pubertas dua tahun lebih

awal dibanding remaja laki-laki.

2.2.2.2 Pembentukan Konsep Diri

Masa remaja sedang mengalami periode Identity Vs

Identity Confusion. Kemampuan untuk melihat diri sendiri

secara objektif ditandai dengan kemampuan untuk

mempunyai wawasan tentang diri sendiri, serta mulai

memiliki falsafah hidup tertentu. Remaja mulai memiliki


nilai, kepercayaan dan keidealan yang mengarahkan perilaku

mereka. Dalam tahap ini, remaja mulai sanggup untuk peduli

dan mencintai orang lain, serta alam sekitar.

2.2.2.3 Keterlibatan dalam Lingkungan Sosial

Hubungan personal diantara remaja semakin intensif

tidak hanya karena hal ini penting agar diterima dalam

sebuah peer, akan tetapi karena remaja memiliki kebutuhan

untuk berbagi perasaan dan pengalaman mereka yang baru.

Pada saat ini, peer groups menawarkan dukungan dan

perasaan aman kepada remaja yang berusaha mandiri dan

ingin lepas dari keluarga mereka.

Menurut Hurlock (2005), karena remaja lebih banyak

berasa diluar rumah bersama dengan teman-teman sebaya

sebagai kelompok, maka dapat dimengerti bahwa pengaruh

teman-teman sebaya tentang sikap, pembicaraan, minat,

penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh

keluarga.

2.2.2.4 Perkembangan Perilaku dan Peran Seksual

Menurut Sarwono (2010), ada pandangan yang

menyatakan bahwa seks merupakan sesuatu hal yang sangat

menarik bagi para remaja. Hal ini ditandai dengan adanya

tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan

lawan jenisnya, maupun dengan sesama jenis yang


dinamakan perilaku seksual.Bentuk tingkah laku ini bisa

bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai

tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek

seksualnya bisa berupa orang lain, orang khayalan dan diri

sendiri.

Di fase ini, remaja juga dituntut untuk berperilaku sesuai

dengan peran seksual mereka, baik sebagai laki-laki atau

perempuan. Misalnya laki-laki yang harus mulai berperan

sebagai pemimpin dalam bidang sekolah, sementara

perempuan mulai tertarik dengan kegiatan seputar dapur.

2.2.2.5 Perkembangan Moral

Remaja memiliki pengertian pentingnya peraturan dan

hubungan dengan orang lain dalam lingkungan sosial. Oleh

karena remaja memiliki kemampuan untuk berpikir abstrak,

maka hal tersebut membentuk pandangan-pandangan baru

tentang benar dan salah, baik dan buruk. Bagi remaja jalan

yang benar untuk berperilaku ditentukan oleh nilai dan

keyakinan mereka terhadap sesuatu. Perkembangan moral ini

akan berpengaruh bagaimana remaja memandang lingkungan

sosialnya, politik dan agama.

2.2.2.6 Adanya Perilaku Menyimpang atau Kenakalan Remaja

Menurut Sarwono (2010), semua tingkah laku yang

menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam masyarakat


(norma agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga, dan

lain-lain) dapat disebut sebagai perilaku menyimpang. Tetapi

jika perilaku itu terjadi terhadap norma-norma hukum pidana

barulah disebut kenakalan. Adapun perilaku menyimpang

yang biasanya dilakukan oleh remaja adalah penggunaan

obat-obatan terlarang, kerusuhan, pemberontakan terhadap

otoritas, pemerkosaan, dan lain-lain.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kenakalan

remaja antara lain: keluarga berantakan (broken home),

kurangnya kasih sayang orangtua, disiplin yang berlebihan,

pengasuhan yang tidak stabil, dan kemiskinan ekonomi

(Karya, 2010:10-11).

2.2.3 Batasan Remaja

Menurut Sarwono (2010), WHO menyatakan definisi remaja

didasarkan pada usia kesuburan (fertilisasi) perempuan, batasan

tersebut berlaku juga untuk remaja pria dan WHO membagi usia

tersebut dalam 2 bagian, yaitu remaja awal usia 10-14 tahun dan

remaja akhir usia 15-20 tahun. Selain itu, PBB menetapkan usia 15-

24 tahun sebagai pemuda. Dalam proses penyesuaian diri menuju

kedewasaan ada tiga tahap perkembangan remaja, meliputi :


2.2.3.1 Remaja awal (Early Adolescent)

Remaja pada tahap ini mengalami kebingungan akan

perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan

yang menyertai perubahan tersebut.

2.2.3.2 Remaja madya atau pertengahan ( Middle Adolescent )

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman. Ada

kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri,

dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang

sama dengan dirinya. Selain itu mereka masih mengalami

kebingungan untuk menentukan pilihan.

2.2.3.3 Remaja akhir (Late Adolescent)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode

dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu :

minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelektual,

ego untuk mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang

lain dalam pengalaman-pengalaman baru, terbentuk identitas

seksual yang tidak akan yang tidak akan berubah lagi,

egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)

diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri

dan orang lain dan tumbuh “dinding” yang memisahkan diri

dan pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the

public).
2.2.4 Tugas-tugas Perkembangan Remaja

Menurut WHO, remaja adalah suatu masa ketika individu

berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual,

suatu masa ketika individu mengalami perkembangan psikologis dan

pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, suatu masa

ketika terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang

penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2010).

Menurut Hurlock (2005), setiap individu dalam setiap

perkembangannya memiliki tugas-tugas yang harus dilalui.

Kegagalan dalam pelaksanaannya akan mengakibatkan pola perilaku

yang tidak matang, sehingga sulit diterima oleh kelompok teman-

temannya dan tidak mampu menyamai teman-teman sebaya yang

sudah menguasai tugas-tugas perkembangan. Menurut Yuniarti

(2007:6), tugas-tugas perkembangan remaja antara lain :

1. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman

sebaya baik pria maupun wanita

2. Mencapai peran sosial pria dan wanita

3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara

efektif

4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung

jawab
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang

dewasa lainnya

6. Mempersiapkan karier ekonomi

7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan

untuk berperilaku mengembangkan ideologi

2.3 Konsep Dasar Perilaku Seksual

2.3.1 Pengertian Seks

Seks adalah bukan hanya hubungan intim, ekspresi dari

seksualitas dapat terkait dengan banyak perilaku lain. Seks adalah

perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering

disebut jenis kelamin (Anton, 2010). Perilaku seksual adalah segala

tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan

jenisnya maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2007).

2.3.2 Bentuk-bentuk Perilaku Seksual

2.3.4.1 Masturbasi dan onani

Masturbasi dan onani merujuk kepada pemuasan seks

yang dilakukan oleh diri sendiri yang melibatkan beberapa

bentuk dari stimulasi atau rangsangan fisik langsung.

Masturbasi biasanya dilakukan oleh perempuan melibatkan

menggosok, menyentuh, mengelus dengan lembut organ

vital, tetapi masturbasi juga dapat melalui rangsangan dari


bagian tubuh lain, seperti payudara, paha bagian dalam, atau

anus. Sedangkan onani biasanya dilakukan oleh laki-laki

dengan memegang penis dengan kepalan longgar dan

kemudian menggerakkan tangan ke atas dan ke bawah secara

dinamis. Bentuk stimulasi tersebut dilakukan untuk mencapai

orgasme atau ejakulasi.

2.3.4.2 Petting

Merupakan kontak atau hubungan fisik antara orang

untuk menghasilkan rangsangan erotis tetapi tanpa

melakukan hubungan intim/senggama. Petting, yang

termasuk di dalamnya adalah menyentuh dan mengelus

dengan lembut berbagai bagian tubuh terutama payudara dan

organ vital, biasanya lebih dapat diterima daripada hubungan

seks karena petting bersifat kurang intim dan tidak

menyebabkan kehamilan.

2.3.4.3 Oral seks

Oral seks termasuk beberapa tipe rangsangan seperti

Fellatio (dari bahasa latin untuk ”menghisap” atau

”menyedot”) merujuk kepada rangsangan terhadap penis laki-

laki dan Cunnilingus (dari bahasa latin untuk ”vulva” dan

”lidah”) merujuk kepada stimulasi atau rangsangan oral

terhadap organ vital wanita (Karya, 2010:9).


2.3.3 Perilaku seksual yang sehat

2.3.3.1 Adanya dorongan seks pada remaja merupakan bentuk dari

perilaku seksual. Macamnya yaitu mulai dari berkencan,

bercumbu dan bersenggama.Adanya dorongan seks ini tidak

bisa ditolak, tetapi perlu disalurkan dalam bentuk kegiatan-

kegiatan yang produktif ataupun rekreatif sesuai dengan

hobi dan minat masing-masing remaja.

2.3.3.2 Munculnya sumber informasi yang bisa merangsang

munculnya dorongan seksual harus dihindari.

2.3.3.3 Perlunya ditanamkan pemahaman berbagai efek negatif dari

perilaku seksual yang sehat, serta kemungkinan terserang

suatu penyakit.

2.3.3.4 Adanya sumber informasi yang jelas serta mengenai

pendidikan seks akan banyak manfaatnya.

2.3.4 Perilaku seksual yang tidak sehat

Perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya dilakukan yaitu :

2.3.4.1 Masturbasi dan onani merupakan suatu kebiasaan buruk

berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka

menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan

yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi,

yang dipengaruhi dari teman-teman atau rangsangan yang

timbul melalui gambar dan film atau video porno.


2.3.4.2 Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual dari yang

ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada

ciuman dan sentuhan-sentuhan untuk menikmati dan

memuaskan dorongan seksual.

2.3.4.3 Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan

seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya

seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk

mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang

sebenarnya masih dapat dikerjakan.

2.3.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah seksual pada remaja

Menurut Sarwono (2010) dan Nitya (2009), faktor-faktor yang

menyebabkan masalah seksualitas pada remaja, yaitu :

2.3.5.1 Meningkatnya Libido Seksualitas

Remaja mengalami perubahan-perubahan fisik dan

peran sosial yang terjadi pada dirinya. Di dalam upaya

mengisi peran sosialnya, seorang remaja mendapat

motivasinya dari meningkatkan energi seksual atau libido.

Menurut Anna Freud, fokus utama dari energi seksual ini

adalah perasaan-perasaan di sekitar alat kelamin, objek-

objek dan tujuan seksual.

2.3.5.2 Penundaan Usia Perkawinan

Penundaan usia perkawinan terjadi karena banyak hal,

salah satunya adalah karena kecenderungan masyarakat


untuk meningkatkan taraf pendidikan. Dan juga dengan

adanya Undang-Undang No. 1974 tentang perkawinan

pasal 7 ayat 1 yang menyatakan bahwa usia pria saat

menikah harus sudah mencapai 19 tahun sedangkan

wanita mencapai umur 16 tahun.

2.3.5.3 Tabu-Larangan

Seks dianggap bersumber pada dorongan-dorongan

naluri yang bertentangan dengan dorongan “moral”

sehingga menyebabkan remaja pada umunya tidak mau

mengakui aktivitas seksualnya dan sangat sulit diajak

berdiskusi tentang seks.

2.3.5.4 Kurangnya Informasi tentang Seks

Pada umumnya remaja tanpa pengetahuan yang

memadai tentang seks akan salah mengartikan tentang

seks. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi

tentang seks dari orang tua sehingga mereka berpaling ke

sumber-sumber lain yang tidak akurat.

2.3.5.5 Pergaulan yang Makin Bebas

Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja,

Kiranya di kota-kota besar, hal ini sangat

mengkhawatirkan apalagi jika kurangnya pemantauan dari

orang tua.
2.3.5.6 Pengaruh Orang Tua

Peran keluarga khususnya ibu dalam komunikasi

dengan remaja terbatas hanya dalam hal-hal tertentu saja

seperti pendidikan, pelajaran, kesehatan atau keuangan.

Sementara untuk masalah pergaulan dan khususnya

masalah seksual, remaja cenderung untuk lebih banyak

bertanya kepada teman-temannya (Sarwono, 2010:139).

Pengaruh orang tua ada karena ketidaktahuan maupun

karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan

mengenai seks dengan remaja dan tidak terbuka terhadap

remajanya. Orang tua cenderung membuat jarak dalam

masalah ini.

Adanya kebutuhan seorang remaja untuk dapat

memahami seks dengan baik dan benar merupakan sebuah

petunjuk bahwa pendidikan seks sangat diperlukan. Satu-

satunya penyelamatnya adalah orang tua yang telah

mempersiapkan diri untuk menghadapi remajanya dengan

belajar tentang cara mengajarkan seks yang sehat kepada

para remajanya serta memberikan latihan mental dan

moral. Pendidikan seks bagi remaja yang di sampaikan

oleh orang tua menjadi sesuatu yang harus dipertahankan

di dalam keluarga (Wuryani, 2008:1).


Pendidikan Seks terdiri dari dua segi yaitu

pengetahuan secara biologis yang termasuk dalam

pengetahuan alat-alat reproduksi, proses reproduksi, serta

pengetahuan dan pemahaman cara penularan PMS. Serta

pengetahuan dengan pendekatan sosial / psikologis yang

membahas soal seks, perkembangan diri, soal kontrasepsi,

mengenal perilaku seksual beresiko dan hak-hak manusia

untuk keselamatan kita serta keputusan untuk melakukan

hubungan seks. Pendidikan seks yang benar harus

memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia sehingga

termasuk pendidikan akhlak dan moral.

Menurut Dianawati (2009), tujuan pendidikan seks

dalam keluarga yaitu : 1.) memberikan pengertian yang

memadai mengenai perubahan fisik, mental. kematangan

emosional, 2.) Mengurangi ketakutan dan kecemasan, 3.)

Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap

seks, 4.) Memberikan pengertian mengenai kebutuhan

nilai moral dasar yang rasional dalam membuat keputusan

berhubungan dengan perilaku seksual, 6.) Memberikan

pengetahuan tentang penyimpangan seksual agar remaja

dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi, 7.)

Memberikan pengertian yang dapat membuat remaja

melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif.


Manfaat pendidikan seks dalam keluarga yaitu

mendapat pandangan positif tentang informasi seks,

mengetahui akibat dan bahaya tentang pergaulan bebas

atau seks bebas, dapat mengetahui tindakan yang

menyimpang dan dapat menghidarinya, menghindari

terjadinya hal-hal negatif yang diakibatkan dari kegiatan

seks bebas serta bahaya akibat seks bebas.

2.3.5.7 Pengaruh teman sebaya

Kecenderungan pengetahuan yang makin bebas antara

laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Selain itu pada

masa remaja, pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga

munculnya penyimpangan perilaku seksual dikaitkan dengan

norma kelompok sebaya.

1. Perspektif akademik

Remaja dengan presentasi rendah dan tahap aspirasi

rendah cenderung lebih sering memunculkan aktifitas

seksual dibandingkan remaja yang memiliki presentasi

yang baik.Persepektif sosial kognitif, kemampuan sosial

kognitif diasosiasikan dengan pengambilan keputusan

yang menyediakan pemahaman perilaku seksual

dikalangan remaja.Remaja mampu mengambil keputusan

secara tepat berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya yang


dapat lebih menampilkan perilaku seksual yang lebih

sehat.

2. Revolusi Seksual

Sementara menurut Benokraltis (Karya, 2010:9),

mengungkapkan bahwa pada pertengahan tahun 1970-an,

beberapa faktor yang dapat menyebabkan perilaku seksual

pranikah antara lain :ketakutan akan kehamilan, konsep

dosa, dan rasa bersalah serta nilai keperawanan mengalami

perubahan, dimana perilaku seksual lebih bebas dilakukan

khususnya di kalangan remaja.

2.3.6 Akibat Perilaku Seksual Yang Tidak Sehat

Menurut Notoatmojdo (2007), begitu banyak remaja yang tidak

tahu dari akibat perilaku seksual mereka terhadap kesehatan

reproduksi baik dalam keadaan waktu yang cepat ataupun dalam

waktu yang lebih panjang. Beberapa dampak perilaku seksual remaja

pranikah terhadap kesehatan reproduksi, yaitu :

2.3.6.1 Hamil yang tidak dikehendaki (Unwanted pregnancy)

Merupakan salah satu akibat dari perilaku seksual

remaja. Anggapan - anggapan yang keliru seperti

melakukan hubungan seks pertama kali, atau hubungan

seks jarang dilakukan, atau perempuan masih muda

usianya, atau bila hubungan seks dilakukan sebelum dan

sesudah menstruasi, atau bila mengunakan teknik coitus


interuptus (senggama terputus), kehamilan tidak akan

terjadi merupakan penetus semakin banyaknya kasus

unwanted pregnancy (Hamil yang tidak dikehendaki).

2.3.6.2 Penyakit Menular Seksual (PMS)

Dampak lain dari perilaku seksual remaja terhadap

kesehatan reproduksi adalah terhadap PMS termasuk

HIV/AIDS. Sering kali remaja melakukan hubungan seks

yang aman. Adanya kebiasaan berganti-ganti pasangan

dan melakukan anal seks menyebabkan remaja semakin

rentan untuk tertular PMS seperti sivilis, Gonore, Herpes,

klamidia, dan HIV/AIDS.

2.3.6.3 Psikologis

Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat

berhubungan dengan kesehatan reproduksi adalah

konsensi psikologis. Setelah kehamilan terjadi, pihak

perempuan atau tepatnya korban utama dalam masalah ini.

Perasaan bingung, cemas, malu, dan bersalah yang dialami

remaja setelah mengetahui kehamilanya bercampur

dengan perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan,

dan kadang disertai rasa benci marah baik kepada diri

sendiri maupun kepada pasangan, dan kepada nasib

membuat kondisi sehat secara fisik, sosial, dan mental


yang berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses

reproduksi remaja tidak terpenuhi.

2.3.7 Cara Untuk Menghindari Perilaku Seksual Yang Tidak Sehat

Menurut Nitya (2009), beberapa cara untuk menghindari

pergaulan seks bebas yaitu :

2.3.7.1 Carilah kegiatan-kegiatan atau alternatif baru sehingga

dapat menemukan kepuasan yang mendalam dari interaksi

yang terjalin (bukan kepuasan seksual).

2.3.7.2 Membuat komitmen bersama dengan pacar dan berusaha

keras untuk mematuhi komitmen itu. Komitmen dalam hal

ini adalah kesepakatan dalam batasan-batasan seksual yang

dipilih dalam hubungan pacaran.

2.3.7.3 Hindari situasi atau tempat yang kondusif menimbulkan

fantasi atau rangsangan seksual seperti berduaan dirumah

yang tidak berpenghuni, dipantai malam hari, tempat yang

sepi dan gelap.

2.3.7.4 Hindari frekuensi pertemuan yang terlalu sering karena jika

sering bertemu tanpa adanya aktifitas pasti dan tetap, maka

keinginan untuk mencoba aktifitas seksual biasanya

semakin menguat.

2.3.7.5 Libatkan banyak teman atau saudara untuk berinteraksi

sehingga kesempatan untuk selalu berduaan makin

berkurang.
2.3.7.6 Carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah

seksualitas dari sumber yang dapat dipercaya bukan dari

BF, majalah dewasa dan lain-lain.

2.3.7.7 Pertimbangkan resiko dari tiap-tiap perilaku seksual yang

dipilih.

2.3.7.8 Mendekatkan diri pada Tuhan dan berusaha keras

menghayati norma atau nilai yang berlaku.

2.4 Konsep Dasar Tingkat Pendidikan

2.4.1 Pengertian Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan

kepribadian didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur

hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah

menerima onformasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang

diperlukan (Nursalam dan pariani, 2003:133)

2.4.2 Tujuan Pendidikan

Menurut David Mc Kay, New York 1956 kegiatan pendidikan

pada dasarnya merupakan usaha dan tindakannya yang berjuan untuk

mengubah pikiran, sikap dan ketrampilan manusia sesuai dengan


maksud yang terkandung dalam pemikiran tersebut membagi tujua

pendidikan dalam tiga bidang pola tingkah laku (domain) meliputi:

1. Bidang kognitif (cognitif Domain) : penggetahuan (knowledge)

2. Bidang afektif (Affective Domain) : Sikap (Attitude)

3. Bidang Psikomotor (Psikomotor Domain) : Ketrampilan (Skill)

Dengan mencapai tujuan pendidikan (Educational objectives)

mempunyai tiga sub tujuan :

a. Tujuan kognitif (cognitif objectives) meliputi peningkatan

pengetahuan

b. Tujuan affective (Affective Objectives) meliputi perasaan dan

sikap

c. Tujuan Psikomotor (Psikomotor Objectives) meliputi

pengendalian dan pengarahan otot-otot yang tepat dalam

melaksakan suatu tujuan (ketrampilan atau skill)

2.4.3 Ruang Lingkup Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2012:99) Ruang lingkup pendidikan

dapat dilihat dari berbagai dimensi sasaran pendidikan, dimensi tepat

pelaksanaan atau aplikasinya dan tingkat pelayanan kesehatan dan

dimensi sasarannya, pendidikan dapat dikelompokkan menjadi tiga,

antara lain :

1. Pendidikan keluarga

Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat

terkecil. Orang tua (Ayah dan Ibu) merupakan sasaran utama


dalam kesehatan. Karena orang tua terutama ibu adalah peletak

dasar prilaku. Terutama dalam pendidikan aak-anak mereka.

2. Pendidikan sekolah

Jenjang pendidikan dikenal tiga tingkat yaitu :

a. Pendidikan Dasar (SD, SLTP)

b. Pendidikan Menengah (SLTA)

c. Pendidikan Tinggi (perguruan, Akademi)

3. Pendidikan didalam masyarakat

Berdasarkan jenis maka pendidikan dapat dilaksankan

dalam 2 tempat yaitu :

a. Dalam institusi pelayanan

Misalnya : RS, Sekolah, kampus (untuk pendidikan

formal). Ataupun dirumah bersalin dan sebagainya,

pendidikan ini dapat diberikan kepada individu atau

kelompok secara langsung atau tidak melalui gambar, poster

dan lai-lain.

b. Dalam institusi masyarakat

Dilakukan melalui pendekatan edukatif pada keluarga

dan masyarakat binaan. Pendidikan seseorang mempengaruhi

cara pandangnya terhadap diri di lingkungan

(Latipun,2008:273). Menurut Kuntjoroningrat (1997) yang

dikutip Nursalam dan pariani (2003:133) makin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, makin mudah menerima informassi


makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Seseorang

yang memiliki pendidikan tinggi maka akan cenderung dating

secara teratur ke posyandu.


2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep-konsep yang ingin

di amati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2010).

Gambar Kerangka Konsep

Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan pada remaja :
- Usia
- Pendidikan
- Intelegensi
- Pengalaman
- Status sosial budaya

Faktor orang tua (ibu) : Dampak :


Pengetahuan - kehamilan remaja
- Usia
- infeksi yang
- Tingkat pendidikan tentang ditularkan secara
perilaku seksual
- Pekerjaan
- perilaku kekerasan
- Intelegensi seks remaja seksual
- pelecehan seksual
- Status sosial ekonomi

Faktor lingkungan
Keterangan :
Faktor informasi
Diteliti

--------- Tidak diteliti

Sumber : Modifikasi John W. Santrock (2007), Sarlito W. Sarwono (2011), dan

Latipun (2005).

Uraian kerangka konsep


Kerangka konsep penelitian ini adalah gambaran pengetahuan remaja

tentang perilaku seksual, meliputi : a) faktor remaja, b) faktor keluarga

(ibu), c) faktor lingkungan, d) faktor informasi. Dari 3 faktor tersebut

terdapat berbagai macam faktor pendukung di dalamnya. Salah satunya

adalah faktor tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu. Hal ini dikarenakan

seorang ibu wajib mendidik anak remajanya dengan baik yang dapat

didasari dari tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu. Ibu yang mampu

mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual yang sehat.

Karena di dalam keluarga ibu banyak bertanggung jawab dalam

pendidikan anak di banding ayah dan penentuan peran seks lebih banyak

dilakukan oleh ibu karena hubungan ibu dengan anak lebih dekat. Hal

inilah yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual.

Dampak pada remaja yang tidak mengetahui perilaku seksual dapat

menimbulkan masalah seperti kehamilan remaja, infeksi yang ditularkan

secara seksual, perilaku kekerasan seksual, dan pelecehan seksual. Faktor

pada penelitian ini yang diteliti hanya pengetahuan remaja berdasarkan

tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu.


BAB III

METODE PENELITIAN
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu

pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada dasarnya menggunakan metode

ilmiah (Notoatmodjo, 2010).

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai: desain penelitian, sampling desain,

variabel penelitian, kerangka kerja, definisi operasional, pengumpulan data dan

analisis data, lokasi dan waktu penelitian, etika penelitian, dan keterbatasan.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang

dibuat untuk peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa

diterapkan (Nursalam, 2011:80).

Desain yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan survey

deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk melakukan eksplorasi

terhadap fenomena kesehatan masyarakat baik yang berupa faktor resiko

maupun efeknya. Sehingga menggambarkan sejelas-jelasnya mengenai

pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan tingkat pendidikan

dan pekerjaan ibu.


3.2 Populasi dan sampel

Populasi adalah setiap subjek (misalnya manusia, pasien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2011:89). Sampel adalah

objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo,

2010:115). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja usia 15 – 19 tahun di

Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi

Kabupaten Sidoarjo yang bersedia menjadi responden yaitu berjumlah 20

orang, semua populasi dijadikan sampel penelitian.

3.3 Identifikasi Variabel

Menurut Soeparto dkk (2005) yang dikutip Nursalam (2011:97), variabel

adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap

sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Pada penelitian ini variabel yang

diteliti yaitu pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan tingkat

pendidikan dan pekerjaan ibu.

3.4 Kerangka Kerja (Frame Work)

Kerangka kerja adalah langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah, mulai

dari penetapan populasi,sampel, dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal

dilaksanankannya penelitian (Nursalam, 2011:80).


Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan tingkat

pendidikan dan pekerjaan ibu.

pengetahuan remaja
- Tingkat pendidikan ibu tentang perilaku
- Pekerjaan ibu seksual

3.5 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah proses perumusan atau pemberian arti dan

makna pada variabel untuk kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi

agar pemahaman yang sama kepada setiap orang mengenai variabel yang

diangkat dalam suatu penelitian (Nursalam dan Pariani, 2003: 106).


Tabel 3.1 Definisi operasional gambaran remaja tentang perilaku seksual yang
sehat berdasarkan tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu

Variabel Definisi operasional dan kriteria Skala


Pengetahuan Jumlah jawaban benar oleh para remaja terhadap 14 Ordinal
remaja pertanyaan tentang pengetahuan remaja terhadap perilaku
tentang seksual yang sehat :
perilaku - pengertian seks (soal no 1)
seksual - bentuk-bentuk perilaku seksual (soal no 2)
- perilaku seksual yang sehat dan tidak sehat (soal no 3-4)
- faktor-faktor yang mempengaruhi masalah seksual pada
remaja (soal no 5-11)
- akibat Perilaku Seksual Yang Tidak Sehat (soal no 12)
- cara Untuk Menghindari Perilaku Seksual Yang Tidak
Sehat (soal no 13-14)
Cara penilaian :
Jawaban benar bernilai 1 ∑ jawaban benar x 100%
Jawaban salah bernilai 0 ∑ Soal
Kriteria dan kode :
B : Baik bila skor yang di dapat > 75 %
C : Cukup bila skor yang di dapat 50 – 75 %
K : Kurang bila skor yang di dapat < 50 %
Tingkat Tingkat pendidikan ibu yang telah di akui berdasarkan Nominal
pendidikan jawaban kuesioner. Dengan kriteria dan kode :
ibu 1. 1. Tinggi : PT ( Perguruan Tinggi)
2. 2. Menengah : SMA sederajat
3. Dasar : SD- SMP sederajat
Pekerjaan Kegiatan yang rutin dilakukan ibu untuk mencari nafkah Nominal
ibu berdasarkan jawaban kuesioner. Dengan kriteria dan kode :
1. Bekerja
2. Tidak bekerja
3.6 Pengumpulan Data

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Nursalam (2011:115), pengumpulan data adalah suatu

proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan

karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.

3.6.1.1 Instrumen

Metode yang akan digunakan untuk mengumpulkan

data peneltian adalah data primer. Data primer dikumpulkan

dengan kuesioner yang diisi oleh responden sesuai dengan

apa yang diketahui oleh responden. Lembar kuesioner pada

lampiran.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisa data adalah merupakan suatu proses atau analisa yang

dilakukan secara sistematis yaitu dengan data yang telah dikumpulkan

dengan tujuan supaya bisa dideteksi (Nursalam, 2011)

Dalam penelitian ini, data yang sudah terkumpul, kemudian

dimasukkan ke dalam format rekapitulasi data, kemudian di sajikan dalam

bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang. Setelah itu dianalisis secara

deskriptif tanpa menggunakan uji statistik untuk menggambarkan gambaran

pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan tingkat

pendidikan dan pekerjaan ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa

Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.


3.8 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Perumahan TNI-AL RT 22 RW

07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Penelitian

mulai tanggal 26 september 2013 – 30 september 2013. Pengambilan data di

mulai tanggal 1 oktober 2013. Jadwal penelitian terlampir.

3.9 Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian, penulis mendapatkan rekomendasi dari

Akademi Kebidanan Siti Khodijah Sepanjang dan permintaan izin ke ketua

RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo

untuk mendapatkan persetujuan pengambilan data penelitian dengan menitik

beratkan pada permasalahan etika meliputi:

3.9.1 Infomed consent (persetujuan)

Diberikan pada respondent, agar respondent mengetahui maksud

dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan

data. Jika subyek bersedia diteliti, maka harus menandatangani

lembar persetujuan, jika menolak tidak akan dipaksa dan tetap

menghormati haknya. Lembar permohonan menjadi responden pada

lampiran.

3.9.2 Anonimity (tanpa nama)

Menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama lengkap responeden pada lembar pengumpulan

data, tapi cukup dengan inisial atau kode.


3.9.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek terjamin

oleh peneliti dan tidak akan disampaikan pada pihak lain yang tidak

terkait dengan peneliti.

3.10 Keterbatasan

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan penelitian (Burn dan

Grove, yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani, 2011). Dalam penelitian ini,

ada keterbatasan yang dihadapi peneliti, yaitu populasi yang digunakan

hanya terbatas pada remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa

Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, sehingga hasilnya

kurang resepresentatif untuk untuk mewakili semua remaja di Sidoarjo.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang

dilaksanakan di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi

Sidoarjo. Data ini diambil menggunakan data primer langsung dari remaja usia 15

– 19 tahun. Data di ambil pada tanggal 1 Oktober 2013 dengan jumlah sampel 20

remaja.

Hasil penelitian dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu : data umum dan data

khusus. Data umum menyajikan tabel karakteristik, yaitu : usia, tingkat

pendidikan dan pekerjaan ibu remaja, sedangkan data khusus menyajikan variabel

yang akan diteliti, yaitu : pengetahuan remaja tentang perilaku seksual,

pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan tingkat pendidikan ibu,

dan pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan pekerjaan ibu.

Data-data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabel silang kemudian

dianalisis secara deskriptif tanpa dilakukan uji statistik dan dibahas dengan

menghubungkan teori-teori yang ada.

4.1 Hasil Penelitian

Dari data yang diperoleh pada tanggal 1 Oktober 2013, diperoleh 20

remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RT 07 Desa Kedungkendo, Candi


Sidoarjo, kemudian direkapitulasi dan diolah sehingga diperoleh hasil sebagai

berikut :

4.1.1 Data Umum

Data umum akan diuraikan tentang usia, tingkat pendidikan dan

pekerjaan ibu remaja.

4.1.1.1 Data usia ibu

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Usia Ibu Remaja di Perumahan


TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan
Candi Kabupaten Sidoarjo

Usia Frekuensi Persentase


20 – 35 tahun 7 35 %
> 35 tahun 13 65 %
Total 20 100 %

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di

Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo

berusia > 35 tahun sebanyak 13 orang (65%).

4.1.1.2 Data tingkat pendidikan ibu

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu Remaja di


Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo
Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pendidikan Ibu Frekuensi Persentase


Tinggi 5 25 %
Menengah 13 65 %
Dasar 2 10 %
Total 20 100 %
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di

Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo

berpendidikan menengah sebanyak 13 orang (65%).

4.1.1.3 Data pekerjaan ibu

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Pekerjaan Ibu Remaja di


Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo
Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo

Pekerjaan Ibu Frekuensi Persentase


Bekerja 6 30 %
Tidak bekerja 14 70 %
Total 20 100 %

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di

Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo

tidak bekerja (ibu rumah tangga) yaitu sebanyak 14 orang (70%).

4.1.2 Data Khusus

Data khusus terdiri dari pengetahuan remaja tentang perilaku

seksual, pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan

tingkat pendidikan ibu, dan pengetahuan remaja tentang perilaku

seksual berdasarkan pekerjaan ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07

Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo.


4.1.2.1 Data pengetahuan remaja tentang perilaku seksual

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi Pengetahuan Remaja tentang


Perilaku Seksual di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07
Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten
Sidoarjo

Pengetahuan Remaja Frekuensi Persentase


Baik 4 20 %
Cukup 15 75 %
Kurang 1 5%
Total 20 100 %

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja

di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi

Sidoarjo berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 15 orang (75%).

4.1.3 Tabulasi Silang

Tabel 4.5 Tabulasi Silang Pengetahuan Remaja Berdasarkan Perilaku


Seksual dengan Tingkat Pendidikan Ibu di Perumahan TNI-
AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi
Kabupaten Sidoarjo

Pengetahuan Tingkat Pendidikan Ibu


Remaja tentang Persentase
Perilaku Seksual Tinggi Menengah Dasar
Baik 1 (25%) 3 (75%) - 4 (100%)
Cukup 4 (26,7%) 9 (60%) 2 (13,3%) 15 (100%)
Kurang - 1 (100%) - 1 (100%)
Total 5 14 1 20

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 20 remaja di Perumahan

TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo yang


pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk baik sebagian besar

tingkat pendidikan ibu dalam kategori menengah sebanyak 3 orang (75%),

sedangkan yang pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk cukup

sebagian besar tingkat pendidikan ibu dalam kategori menengah sebanyak 9

orang (60%). Serta yang yang pengetahuan remaja tentang perilaku seksual

termasuk kurang sebagian besar tingkat pendidikan ibu dalam kategori

menengah sebanyak 1 orang (100%).

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Pengetahuan Remaja tentang Perilaku Seksual


Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW
07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo

Pengetahuan Remaja Pekerjaan Ibu


tentang Perilaku Persentase
Seksual Bekerja Tidak Bekerja
Baik 2 (50%) 2 (50%) 4 (100%)
Cukup 4 (26,7%) 11 (73,3%) 15 (100%)
Kurang - 1 (100%) 1 (100%)
Total 6 14 20

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 20 remaja di Perumahan

TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo yang

pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk baik pada ibu bekerja

sebanyak 2 orang (50%) dan pengetahuan remaja tentang perilaku seksual

termasuk baik pada ibu tidak bekerja juga sebanyak 2 orang (50%). Data

pengetahuan remaja tentang perilaku seksual dalam kategori cukup sebagian

besar pada ibu yang tidak bekerja sebanyak 11 orang (73,3%). Serta

pengetahuan remaja tentang perilaku seksual dalam kategori kurang sebagian

besar pada ibu yang tidak bekerja sebanyak 1 orang (100%).


4.2 Pembahasan

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada BAB 1 maka

pada bagian ini diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian, adapun

pembahasan ini sebagai berikut :

4.2.1 Gambaran tingkat pendidikan ibu remaja

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di

Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi

Sidoarjo berpendidikan menengah sebanyak 13 orang (65%). Pada

umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin

baik pula pengetahuannya (Hastutik, 2011:4). Makin tinggi tingkat

pendidikan seorang ibu, maka makin mudah menerima informasi

sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki oleh ibu. Pendidikan

dapat meningkatkan intelegensi dan berpengaruh pada pengetahuan

seseorang tentang perilaku seksual yang sehat (Notoadmodjo,

2007:95).

Ibu yang pendidikannya rendah kurang memahami tentang

masalah perilaku seksual yang beresiko dan mungkin juga selalu

menunggu arahan atau keputusan dari suami sehingga kurang

berinisiatif dalam menghadapi keadaan perkembangan perilaku

remajanya (Indarsita, 2007:3).

4.2.2 Gambaran pekerjaan ibu remaja

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di

Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi


Sidoarjo tidak bekerja (ibu rumah tangga) yaitu sebanyak 14 orang

(70%). Karena mayoritas ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07

Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo tidak bekerja atau ibu rumah

tangga sehingga ibu mampu meluangkan waktu lebih banyak untuk

berkomunikasi dengan remajanya. Bekerja merupakan kegiatan yang

menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh

terhadap pengetahuan tentang perilaku seksual pada remaja. Ibu yang

bekerja mempunyai resiko remaja yang berperilaku seksual yang

beresiko (Indarsita, 2007:3).

4.2.3 Gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja

di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi

Sidoarjo berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 15 orang (75%).

Kemungkinan karena mayoritas ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW

07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo ini berpendidikan menengah

dan tidak bekerja, sehingga pengetahuan ibu tentang perilaku seksual

termasuk baik. Ibu dapat memahami tentang masalah perilaku seksual

yang beresiko dan cukup berinisiatif dalam menghadapi keadaan

perkembangan perilaku seksual remajanya dan ibu mampu

mengarahkan remajanya untuk berperilaku seksual yang tidak berisiko

(Indarsita, 2007:3).

Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja

tentang perilaku seksual meliputi faktor dari dalam remaja itu sendiri,
faktor orang tua (ibu), faktor lingkungan, dan faktor informasi

(Santrock, 2007:262). Lingkungan memberikan pengaruh pertama

bagi seseorang dimana seseorang dapat mempelajari hal- hal yang

baik juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya.

Dalam lingkungan, seseorang akan memperoleh pengalaman yang

akan berpengaruh pada cara berfikirnya (Hastutik, 2011:4). Informasi

juga akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi bila ia

mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media maka akan

dapat meningkatkan pengetahauan yang dimiliki (Hastutik, 2011:3-4).

Menurut Sarwono (2010), ada pandangan yang menyatakan

bahwa seks merupakan sesuatu hal yang sangat menarik bagi para

remaja. Hal ini ditandai dengan adanya tingkah laku yang didorong

oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya, maupun dengan

sesama jenis yang dinamakan perilaku seksual.Bentuk tingkah laku ini

bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah

laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa

berupa orang lain, orang khayalan dan diri sendiri. Di fase ini, remaja

juga dituntut untuk berperilaku sesuai dengan peran seksual mereka,

baik sebagai laki-laki atau perempuan.

4.2.4 Gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual yang


sehat berdasarkan tingkat pendidikan ibu

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 20 remaja di

Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi


Sidoarjo yang pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk

baik sebagian besar tingkat pendidikan ibu dalam kategori menengah

sebanyak 3 orang (75%) dan pengetahuan remaja tentang perilaku

seksual termasuk baik yang tingkat pendidikan ibu dalam kategori

tinggi sebanyak 1 orang (25%). Data yang pengetahuan remaja

tentang perilaku seksual termasuk cukup sebagian besar tingkat

pendidikan ibu dalam kategori menengah sebanyak 9 orang (60%),

pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk cukup yang

tingkat pendidikan ibu dalam kategori tinggi sebanyak 4 orang

(26,7%), dan pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk

cukup yang tingkat pendidikan ibu dalam kategori dasar sebanyak 2

orang (13,3%).

Kemungkinan karena ibu yang berpendidikan tinggi tentunya

mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan ibu yang

berpendidikan rendah terutama dalam hal mengarahkan remajanya

untuk berperilaku seksual yang tidak berisiko (Indarsita, 2007:3). Ibu

yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan banyak berpartisipasi

dan lebih cepat dan tepat dalam pengambilan keputusan dan mampu

memberikan informasi tentang perilaku seksual remaja secara benar.

Serta yang pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk

kurang yang tingkat pendidikan ibu dalam kategori menengah

sebanyak 1 orang (100%). Hal ini bisa di sebabkan karena bukan

hanya faktor dari tingkat pendidikan seorang ibu saja yang mampu
mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual, tetapi

juga terdapat beberapa faktor yang juga mampu mempengaruhi

pengetauan remaja tentang perilaku seksual diantaranya : usia,

intelegensi, status sosial budaya, status sosial ekonomi, pengalaman,

lingkungan, dan informasi.

Menurut Hurlock (1999), semakin cukup usia, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir.

Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan

lebih dipercaya dan cara pengambilan keputusan pun mampu lebih

bijaksana. Sedangkan fasilitas atau sarana kesehatan juga menunjang

untuk memberi pengetahuan tentang perilaku seksual pada remaja.

Sehingga tingkat pendidikan buka satu-satunya faktor yang

mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual akan

tetapi masih banyak faktor lain seperti diatas.

4.2.5 Gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual


berdasarkan pekerjaan ibu

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 20 remaja di

Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi

Sidoarjo yang pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk

baik pada ibu bekerja sebanyak 2 orang (50%) dan pengetahuan

remaja tentang perilaku seksual termasuk baik pada ibu tidak bekerja

juga sebanyak 2 orang (50%). Data pengetahuan remaja tentang

perilaku seksual dalam kategori cukup sebagian besar pada ibu yang

tidak bekerja sebanyak 11 orang (73,3%). Serta pengetahuan remaja


tentang perilaku seksual dalam kategori kurang sebagian besar pada

ibu yang tidak bekerja sebanyak 1 orang (100%).

Bekerja umumnya menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan

mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Bekerja bagi ibu-

ibu akan mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan tentang perilaku

seksual pada remaja. Ibu yang bekerja mempunyai resiko remaja yang

berperilaku seksual yang tidak sehat (Indarsita, 2007:3). Namun pada

penelitian ini kenyataannya ibu-ibu yang bekerja dengan tidak bekerja

memiliki remaja yang berpengetahuan tentang perilaku seksual

sebagian besar yaitu cukup. Remaja dengan ibu yang bekerja

memperoleh dukungan emosional dan kasih sayang yang sama halnya

seperti ibu yang tidak bekerja.

Komunikasi yang efektif antara ibu dengan remajanya telah

diidentifikasi sebagai strategi utama dalam meningkatkan perilaku

seksual yang bertanggung jawab dan pengalaman seksual yang minim

pada remaja. Melalui komunikasi, ibu seharusnya menjadi sumber

informasi dan pendidik utama tentang seksualitas bagi remajanya. Ibu

juga perlu mengembangkan kepercayaan kepada remajanya, sehingga

remaja lebih terbuka dan mau bercerita, agar orang tua bisa memantau

pergaulan anak remajanya.

Terkadang peran keluarga khususnya ibu dalam komunikasi

dengan remaja terbatas hanya dalam hal-hal tertentu saja seperti

pendidikan, pelajaran, kesehatan atau keuangan. Sementara untuk


masalah pergaulan dan khususnya masalah seksual, remaja cenderung

untuk lebih banyak bertanya kepada teman-temannya (Sarwono,

2010:139). Pengaruh orang tua ada karena ketidaktahuan maupun

karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks

dengan remaja dan tidak terbuka terhadap remajanya. Orang tua

cenderung membuat jarak dalam masalah ini.

Adanya kebutuhan seorang remaja untuk dapat memahami seks

dengan baik dan benar merupakan sebuah petunjuk bahwa pendidikan

seks sangat diperlukan. Satu-satunya penyelamatnya adalah orang tua

yang telah mempersiapkan diri untuk menghadapi remajanya dengan

belajar tentang cara mengajarkan seks yang sehat kepada para

remajanya serta memberikan latihan mental dan moral. Pendidikan

seks bagi remaja yang di sampaikan oleh orang tua menjadi sesuatu

yang harus dipertahankan di dalam keluarga (Wuryani, 2008:1).

Selain itu, juga terdapat faktor lingkungan dan informasi yang

mampu mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual.

Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang dimana

seseorang dapat mempelajari hal- hal yang baik juga hal-hal yang

buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan,

seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada

cara berfikirnya. Serta informasi akan memberikan pengaruh pada

pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan

yang rendah tetapi bila ia mendapatkan informasi yang baik dari


berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan

dapat meningkatkan pengetahauan yang dimiliki seseorang (Hastutik,

2011:4).

Adanya perilaku menyimpang serta kenakalan remaja juga dapat

mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual. Menurut

Sarwono (2010), semua tingkah laku yang menyimpang dari

ketentuan yang berlaku dalam masyarakat (norma agama, etika,

peraturan sekolah dan keluarga, dan lain-lain) dapat disebut sebagai

perilaku menyimpang. Tetapi jika perilaku itu terjadi terhadap norma-

norma hukum pidana barulah disebut kenakalan. Adapun perilaku

menyimpang yang biasanya dilakukan oleh remaja adalah penggunaan

obat-obatan terlarang, kerusuhan, pemberontakan terhadap otoritas,

pemerkosaan, dan lain-lain.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kenakalan remaja antara

lain: keluarga berantakan (broken home), kurangnya kasih sayang

orangtua, disiplin yang berlebihan, pengasuhan yang tidak stabil, dan

kemiskinan ekonomi (Karya, 2010:10-11).


BAB V

PENUTUP
BAB V

PENUTUP

Dari hasil penelitian yang telah di uraikan pada BAB IV, maka pada bab ini

akan dikemukakan mengenai kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat

dilaksanakan setelah penelitian ini.

5.1 Simpulan

Dari pembahasan hasil penelitian pada bab IV dapat disimpulkan bahwa :

5.1.1 Sebagian besar ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa

Kedungkendo, Candi Sidoarjo berpendidikan menengah.

5.1.2 Sebagian besar ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa

Kedungkendo, Candi Sidoarjo tidak bekerja (ibu rumah tangga).

5.1.3 Sebagian besar remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa

Kedungkendo, Candi Sidoarjo berpengetahuan cukup.

5.1.4 Remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo,

Candi Sidoarjo yang tingkat pendidikan ibu dalam kategori tinggi

sebagian besar pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk

cukup, yang tingkat pendidikan ibu dalam kategori menengah

sebagian besar pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk

cukup, dan yang tingkat pendidikan ibu dalam kategori dasar sebagian

besar pengetahuan remaja tentang perilaku seksual juga termasuk

cukup. Analisis ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi,


menengah maupun dasar memiliki remaja yang berpengetahuan

tentang perilaku seksual termasuk dalam kategori cukup.

5.1.5 Remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo,

Candi Sidoarjo yang ibunya bekerja sebagian besar pengetahuan

remaja tentang perilaku seksual termasuk cukup dan ibunya tidak

bekerja sebagian besar pengetahuan remaja tentang perilaku seksual

juga termasuk cukup. Sehingga dapat dianalisis ibu yang bekerja

maupun tidak bekerja memiliki remaja yang berpengetahuan tentang

perilaku seksual termasuk dalam kategori cukup.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan :

5.2.1 Bagi Tempat Penelitian

Tetap memberikan informasi tentang perilaku seksual kepada para

remaja sehingga remaja memiliki pengetahuan yang cukup dan

memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral dasar yang

rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku

seksual. Serta mendapat pandangan positif tentang informasi seks,

mengetahui akibat dan bahaya tentang perilaku seksual yang tidak

sehat, dapat mengetahui tindakan yang menyimpang dan dapat

menghidarinya.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan masukan untuk

penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi

perilaku seksual pada remaja.

5.2.3 Bagi Masyarakat

Meningkatkan kesadaran, menambah pengetahuan dan pemahaman

tentang perilaku seksual pada remaja karena pada remaja yang tidak

mengetahui tentang perilaku seksual dapat menimbulkan masalah

seperti kehamilan remaja yang tidak diinginkan, infeksi yang ditularkan

secara seksual, perilaku kekerasan seksual, dan pelecehan seksual.

Sehingga pendidikan seks bagi remaja menjadi sesuatu yang harus

dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA

Andita, S. 2012. Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Perilaku Seksual. KTI.


Surabaya : Stikes Insan Unggul

Anton. 2010. Wanita Indonesia. http://www.hanyawanita.com. diakses tanggal 20


Mei 2013

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.


Jakarta

Benokraitis. 1996. Marriages and Families: Changes, Choices, and Constraints


2nd edition. New Jersey: Prentice Hall

BKKBN. 2008. Buku Pedoman Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).


Jakarta : BKKBN

Dahlan, D. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya

Dianawati, A. 2003. Pendidikan Seks untuk Remaja. Kawan Pustaka

Hastutik. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan


Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Seks Pra Nikah. Skripsi. Semarang:
Rida Bhakti Kencana

Haugaard, J. 2001. Problematic Behaviors During Adolescence. New York :


McGraw-Hill Companies

Hurlock, E.B. 2005. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Indarsita, D. 2007. Hubungan Faktor Eksternal Dengan Perilaku Remaja Dalam


Hal Kesehatan Reproduksi. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara

Karya, M. T. 2010. Komunikasi Remaja dan Orang Tua tentang Masalah Seksual.
Skripsi. Jakarta: Universitas Gunadarma
Latipun. 2008. Psikologi konseling. Malang: UMM Press

Nitya, 2009. Sejak Penyebab Seks Pranikah. http://www/nityabersama.co.cc.


Diakses tanggal 20 Mei 2013

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Poltekkes Depkes Jakarta I. 2010. Kesehatan Remaja : Problem dan Solusi.


Jakarta : Salemba Medika

Raditya. 2008. Materi Pendidikan Seks. BKKBN.go.id. di akses tanggal 20 Mei


2013

Santrock, J. 2002. Child Development. USA : McGraw-Hill Companies

Santrock, J. 2007. Adolescence: Perkembangan Remaja. Edisi keenam. Alih


bahasa: Shinto-B. Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga

Sarwono, S.W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalannya. Jakarta:


Sagung

Tukan, J. S. 2004. Metode Pendidikan Seks, Perkawinan dan Keluarga. Jakarta :


Erlangga

Wuryani, S. E. 2008. Pendidikan Seks untuk Keluarga. Jakarta : Indeks

Yuniarti, D. 2007. Pengaruh Pendidikan Seks Terhadap Sikap Mengenai Seks


Pranikah Pada Remaja. Skripsi. Jakarta: Universitas Gunadarma
Lampiran 1
KUESIONER

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL


BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU

No. Responden : (Diisi oleh petugas)

Usia :

Pendidikan :

PETUNJUK : Mohon dijawab dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban
yang anda anggap benar.

Data Umum :

1. Usia ibu saya sekarang . . .

a. < 21 tahun

b. 20 – 35 tahun

c. > 35 tahun

2. Pendidikan terakhir yang sudah di tempuh ibu saya :

a. SD / SMP

b. SMA

c. Perguruan Tinggi

3. Ibu saya saat ini . . .

a. Bekerja

b. Tidak Bekerja
Data Khusus :

1. Pengertian seks yang saya ketahui adalah

a. Hubungan lawan jenis

b. Kehidupan bebas bagi remaja

c. Sesuatu yang ada dan tidak bisa ditolak dari kehidupan manusia

2. Stimulasi / rangsangan fisik yang merujuk kepada pemuasan seks yang

dilakukan oleh diri sendiri disebut

a. Oral seks

b. Masturbasi

c. Petting

3. Yang termasuk dalam perilaku seksual yang tidak sehat, kecuali

a. Masturbasi

b. Membaca buku tentang perilaku seksual

c. Menonton film kejadian seks bebas pada remaja

4. Perilaku seksual yang tidak sehat adalah

a. Berpacaran sambil berpelukan

b. Mengobrol dengan pacar

c. Mengantarkan pacar ke sekolah

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah seksual pada remaja adalah

a. Kurangnya informasi tentang seks

b. Berpacaran

c. Dekat dengan lawan jenis


6. Darimanakah seharusnya anda mendapatkan informasi tentang seks

pertama kali?

a. Media informasi (televisi, majalah, dll)

b. Teman

c. Orang tua

7. Pernahkah orang tua (khususnya ibu) mengajak anda untuk berdiskusi

seputar masalah seks?

a. Tidak pernah

b. Pernah

8. Pernahkah anda bertanya kepada orang tua (khususnya ibu) seputar

masalah seks?

a. Pernah

b. Tidak pernah

9. Perlukah pendidikan seks diberikan kepada remaja?

a. Perlu

b. Tidak perlu

10. Menurut anda, pendidikan seks yang efektif diberikan oleh . . .

a. Teman

b. Media informasi (televisi, radio, majalah, dll)

c. Orang tua
11. Pedidikan seks yang paling tepat diberikan saat?

a. Anak-anak

b. Remaja

c. dewasa

12. Apa akibat dari perilaku seksual yang tidak sehat?

a. Penyakit menular seksual, kehamilan pranikah

b. Prestasi belajar meningkat

13. Cara untuk menghindari dorongan seks yang tiba-tiba muncul adalah

a. Mengajak pacar untuk berkencan

b. Membuat komitmen dengan pacar

c. Menonton video porno

14. Berikut ini termasuk cara menghindari dorongan seks yang tiba-tiba

muncul, kecuali . . .

a. Menghindari berduaan dengan lawan jenis di tempat sepi

b. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual seperti berciuman,

berpelukan

c. Mengikuti kegiatan sosial untuk mengisi waktu kosong


Lampiran 2

Kunci Jawaban

1. C

2. B

3. A

4. A

5. A

6. C

7. B

8. A

9. A

10. C

11. A

12. A

13. B

14. B

Pedoman Penilaian

1. Setiap jawaban yang benar bernilai 1

2. Setiap jawaban yang salah bernilai 0

∑ jawaban benar x 100%


∑ soal
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:
Remaja di RT 22 RW 07
Desa Kedungkendo Candi, Sidoarjo

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Akademi Kebidanan
Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo,
Nama : Arinasari Eka Pratiwi
Nim : 2010.1080

Saya mahasiswa Akademi Kebidanan Siti Khodijah Muhammadiyah


Sidoarjo yang bermaksud mengadakan penelitian mengenai ”Gambaran
Pengetahuan Remaja tentang Perilaku Seksual Berdasarkan Tingkat
Pendidikan dan Pekerjaan Ibu di Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo”
Penelitian ini saya lakukan sebagai tugas akhir dalam menempuh
pendidikan di Akademi Kebidanan Siti Khodijah Muhammadiyah Sidoarjo.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, saya mohon kesediaan teman-
teman untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan bersedia menjadi
responden. Demikian permohonan saya, atas kesediaannya dalam bantuan dan
kerjasamanya saya sampaikan terima kasih.

Sidoarjo, 1 Oktober 2013


Hormat saya,

Arinasari Eka Pratiwi


Lampiran 7

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Kode Responden : ………………………….(diisi petugas)

Alamat : …………………………………………

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa saya sudah mendapatkan

penjelasan tentang maksud dan tujuan tersebut dibawah ini saya bersedia

membantu sebagai responden pada penelitian “Gambaran Pengetahuan Remaja

tentang Perilaku Seksual Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan

Ibu di Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo” yang diselenggarakan oleh

Mahasiswi Akademi Kebidanan Siti Khodijah Sidoarjo di Perumahan TNI-AL RT

22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Demikian

pernyataan ini saya buat atas kemauan sendiri tanpa paksaan dari orang lain

ataupun pihak lain.

Sidoarjo, 1 Oktober 2013

Responden
Lampiran 8

AKADEMI KEBIDANAN
SITI KHODIJAH
MUHAMMADIYAH SEPANJANG
Jl. Raya Rame Pilang No. 4 Wonoayu Telp. 031-8962733 Fax. 031-8962740 Sidoarjo-Jawa Timur

KEGIATAN BIMBINGAN KTI

TAHUN 2012/2013

Nama Mahasiswa : Arinasari Eka Pratiwi

NIM : 2010.1080

Pembimbing : Yanik Purwanti, M. Keb.

Tanggal Paraf
No Uraian Kegiatan
Bimbingan Pembimbing
1. 23 – 09 – 2013 Revisi BAB I, II, III
2. 24 – 09 – 2013 Revisi BAB I, II, III, kuesioner
3. 27 – 09 – 2013 Ujian Sidang Proposal
4. 28 – 09 – 2013 Revisi Proposal
5. 01 – 10 – 2013 Pengambilan Data
04 – 10 – 2013 Pengolahan Data
6. 07 – 10 - 2013 Konsul BAB IV dan V
7. 07 – 10 - 2013 Revisi BAB IV dan V
8. 08 – 10 - 2013 ACC BAB IV, BAB V dan Abstrak
9. 10 – 10 – 2013 Ujian Sidang KTI
10. 11 – 10 – 2013 Revisi KTI
11. 23 – 10 – 2013 Revisi KTI
12. 24 – 10 – 2013 Revisi KTI
28 – 10 – 2013 Pengumpulan KTI
Lampiran 10

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ARINASARI EKA PRATIWI


NIM : 2010.1080
Tempat tanggal lahir : Surabaya, 09 Januari 1992
Institusi : Akademi Kebidanan Siti Khodijah Muhamadiyah
Sepanjang Sidoarjo

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul : “Gambaran

Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seksual Berdasarkan Tingkat

Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Di Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo”

adalah Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali

dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar – benarnya dan

apabila pernyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Sidoarjo, 8 Oktober 2013

Mengetahui Yang Menyatakan,


Pembimbing

Yanik Purwanti, M. Keb. Arinasari Eka Pratiwi

Anda mungkin juga menyukai