M. Nabil Shahab-Fkik
M. Nabil Shahab-Fkik
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
M. Nabil Shahab
NIM: 11141030000011
i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
l. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar strata 1 di Universitas
Isla.m Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya
Laporan penelitian
Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran dan
lhnu Kesehatan untuk Mernenuhi Persyaratan Mernperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
(S.Ked)
Oleh
M. Nabil Shahab
NIM: 11141030000011
Pembimbing I Pembimbing II
drg. I-aifa Annisa Hendarrnin, Ph.D. Dr. Yunita Faela Nisa, M.Psi
NIP: 1978040'2 200901 2 001 NIP: 19710608 200501 2 003
LEMBAR PENGESAHAN
W@
Pembimbing Pernbimbing
drg. I-aifa Annisa Hendarmin, Ph.D. Dr. Yunita Faela Nisa, M.Psi
NIP: 19780402 200901 2 001 NIP: 19770608 200501 2 003
Penguji I Penguji II
&c?
dr. Marita Fadhilah, ph. D dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM
NIP: I 978031 4 200604 2 OOl NIP: 19660629 199807 | 003
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN Kaprodi PSKPD
LA-
ri, S.KM, M.Kes dr. Nouval hab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS
8 198803 1 002 NI 19721103 200604 I 001
v
KATA PENGANTAR
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS selaku Ketua Program Studi
Kedokteran dan Profesi Dokter yang telah membimbing saya selama
menjalani pendidikan di Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D. selaku Pembimbing 1 yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga serta memberi motivasi untuk
membimbing penulis baik dalam pengambilan data, penyusunan laporan,
hingga laporan ini dapat terselesaikan.
4. Dr. Yunita Faela Nisa, M.Psi selaku Pembimbing II yang membatu dalam
pengolahan data serta terus memberikan bimbingan, arahan, dan saran-saran
yang sangat membangun dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan
laporan penelitian.
5. Bapak Chris Adianto, M.Biomed, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset
angkatan 2014 yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.
6. Achmad bin Abu Bakar Shahab dan Nelly Alkaff yang memotivasi penulis
untuk meyelesaikan penelitian ini.
vi
7. Bapak dan Ibu yang tercinta, M. Anis Shahab dan Wardah Alwi SE yang
memberikan dukungan dan semangat terus menerus, dan lantunan do’a yang
tak pernah putus untuk penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
8. Mbak Pipit selaku admin yang telah membantu dalam mengurus persiapan
ujian sidang, serta Pak Yunus yang telah membantu dalam pengambilan dan
pengurusan data di Pondok Pesantren X, Bogor.
9. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia menjadi sampel penelitian
sehingga penulis bisa mendapatkan ilmu yang baru dari hasil penelitian ini.
10. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian ini yang terus berjalan bersama,
menghabiskan waktu, tenaga, pikiran dan semangat bersama dalam
menyelesaikan penelitian ini.
11. Teman-teman PSKPD 2014 yang terus mengingatkan, menemani dan
memberikan semangatnya kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
12. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik
langsung maupun tak langsung yang tentunya tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis
vii
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN
1
2
pria), terjadi begitu saja (38% perempuan), dan dipaksa oleh pasangan (12,6%
perempuan).2
Disamping itu hasil SDKI 2012 KRR juga menunjukan bahwa
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai yang dapat
dilihat bahwa hanya 35,3% remaja perempuan dan 31,2% remaja laki laki usia
15-19 tahun yang mengetahui bahwa perempuan dapat hamil dengan satu kali
berhubungan seksual, beguti pula gejala sindrom pramenstruasi yang masih
kurang diketahui oleh remaja.2 pernyataan ini juga didukung oleh United Nation
Population Fund (UNFPA) Indonesia yang mendapatkan data bahwa hanya 20%
remaja Indonesia yang mengerti bagaimana caranya mencegah penularan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) secara seksual yang tercerminkan dari 40% kasus
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) baru ditemukan pada usia 20-29
tahun yang artinya infeksi HIV terjadi pada usia antara 15-24 tahun.3
Dari hasil survey diatas, mencerminkan bahwa masih kurangnya
pengetahuan remaja mengenai pengetahuan kesehtan reproduksi, hal ini mungkin
terjadi akibat kurangnya sumber pengetahuan reproduksi, dimana dari data SDKI
mengenai kesehatan reproduksi remaja tahun 2013, remaja laki-laki dan
perempuan usia 15-19 tahun mendapatkan informasi mengenai kesehatan
reproduksi dari teman sebaya dan hanya sedikit yang mendapatkan informasi dari
petugas kesehatan.2
Perkembangan organ reproduksi juga menyebabkan munculnya dorongan
seksual pada remaja dan keinginan untuk mencari tahu perubahan yang terjadi
pada tubuhnya, yang kemudian menybabkan mereka untuk melakukan perilaku
seksual salah satunya masturbasi. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Asri
(2015) yang dilakukan pada 100 santri berusia 13 – 18 tahun pada 6 pondok
pesantren dimana didapatkan 7,7% santri dan 10,9% santriwati memilih
mennyalurkan dorongan seksualnya melalui masturbasi. Dari penelitian ini juga
didapatkan bahwa pengetahuan santri mengenai kesehatan reproduksi masih
rendah dengan santri yang berpengetahuan baik hanya 13% dari keseluruhan
respoden.4
Kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi dan perilaku masturbasi ini
seharusnya dapat ditangani oleh lembaga pendidikan, dimana remaja
3
1.3. HIPOTESIS
1. Tingkat pengetahuan santri Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah pada
Pondok Pesantren X, Bogor rendah karena terbatasnya sumber dan
pengajaran pengetahuan reproduksi.
2. Terdapat santri Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah pada Pondok
Pesantren X, Bogor yang melakukan perilaku masturbasi.
3. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
dengan perilaku masturbasi pada santri Pondok Pesantren X, Bogor.
1.4. TUJUAN
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan: organ reproduksi, fungsi organ
reproduksi, menstruasi, pubertas, masturbasi, dan penyakit kelamin serta
perilaku masturbasi pada santri Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah pada
Pondok Pesantren X, Bogor.
1.5. MANFAAT
1.5.1 Manfaat Peneliti
Mendapatkan informasi dan wawasan mengenai hubungan tingkat
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku masturbasi pada
santri Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Pondok Pesantren X, Bogor.
5
6
7
2). Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, hamil, persalinan, dan sesudah
melahirkan;
3). Pengaturan kehamilan, pelayanan kontrasepsi dan kesehatan seksual; dan
4). Pelayanan kesehatan sistem reproduksi.
b. Indikasi kedaruratan medis dan perkosaan sebagai pengecualian atas larangan
aborsi.
c. Reproduksi dengan bantuan atau kehamilan diluar cara alamiah, dimana yang
dimaksud adalah:
1). Reproduksi dengan bantuan atau kehamilan di luar cara alamiah dengan
menggunak hasil pembuahan sperma dan ovum yang berasal dari suami istri
yang bersangkutan dan ditanamkan dalam rahim istri darimana ovum
berasal;
2). Reproduksi dengan bantuan atau kehamilan di luar cara alamiah dilakukan
seusai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tidak
bertentangan dengan norma agama; dan
3). Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi dan
kewenangan.
2.1.2.1. Skrotum
Adalah kantong longgar yang tersusun atas kulit, fasia, dan otot polos yang
membungkus dan menopang testis di luar tubuh yang merupakan suhu optimum
untuk produksi spermatozoa.13 Suhu di dalam testis biasanya lebih rendah dari
suhu di dalam abdomen.14 Terdapat otot dartos yaitu lapisan serat dalam fasia
dasar yang berkontraksi untuk membentuk kerutan pada kulit skrotal sebagai
respon terhadap udara dingin atau eksitasi seksual. Ada dua kantong skrotal, yang
setiap skrotal berisi satu testis tunggal yang dipisahkan oleh septum internal.13
9
2.1.2.2. Testis
Adalah organ lunak, berbentuk oval dengan panjang 4-5 cm dan diameter 2,5 cm.
Berfungsi untuk menghasilkan hormon testosteron dan sperma. Pada bagian
kelenjar testis ada beberapa bagian yaitu:13
a. Tunika albuginea, yaitu kapsul yang membungkus testis yang merentang ke
arah dalam yang terdiri sekitar 250 lobulus.
b. Tubulus seminiferus, yaitu tempat berlangsungnya spermatogenesis yang
terlilit dalam lobulus. Didalamnya terdapat sel sertoli yang berfungsi memberi
nutrisi pada spermatozoa yang sedang berkembang, pembentukan hormon
testosteron dan estrogen serta produksi hormon inhibin (negative feedback)
sehingga FSH turun.
c. Duktus aferen, berfungsi membawa sperma matur dari testis ke bagian
eksterior tubuh. Dalam testis sperma bergerak ke lumen tubulus seminiferus,
kemudian menuju tubulus rekti, kemudian menuju jaring-jaring kanal testis
yang bersambungan dengan 10-15 duktulus eferen yang muncul dari bagian
atas testis.
d. Epididimis, yaitu tuba terlilit yang panjangnya mencapai 4-6 meter yang
terletak disepanjang sisi posterior testis. Di bagian ini menerima sperma dari
duktus aferen. Fungsi epididimis sebagai tempat pematangan sperma.
Epididimis menyimpan sperma dan mampu mempertahankannya sampai
enam minggu. Selama enam minggu ini sperma akan menjadi motil, matur,
sempurna dan mampu melakukan fertilisasi.
e. Duktus deferen, adalah kelanjutan dari epididimis yang berupa tuba lurus yang
terletak dalam korda spermatikus yang mengandung pembuluh darah dan
pembuluh limfatik, sistem saraf otonom, otot kremaster dan jaringan ikat.
Duktus ini mengalir dibalik kandung kemih bagian bawah dan untuk
bergabung dengan duktus ejakulatorius. Duktus deferen berfungsi untuk
mengalirkan sperma.
menembus kelenjar prostat untuk bergabung dengan uretra yang berasal dari
kandung kemih.13
2.1.2.4. Uretra
Merupakan organ berbentuk pipa dengan panjang sekitar 20 cm dan menyerupai
huruf S terbalik dalam kedudukan horizontal.15 Uretra merentang dari kandung
kemih sampai ujung penis sebagai saluran sperma dan urine.13 Menurut letaknya
uretra dibedakan menjadi tiga, yaitu:
Uretra pars prostatika, terletak dalam glandula prostata dan merupakan
uretra terlebar dengan daya dilatasi terbesar.
Uretra pars membranasea, mulai dari ujung prostat hingga umbi zakar,
merupakan uretra terpendek dan tersempit.
Uretra pars spongiosa, dari fasia diafragma urogenitale inferior sampai
ostium uretra eksternum, merupakan uretra terpanjang.16
2.1.2.6. Penis
Penis berfungsi sebagai tempat keluar urine, semen serta sebagai organ kopulasi.
Penis terdiri dari 3 bagian, yaitu akar, badan, dan glans penis yang banyak
mengandung ujung-ujung saraf sensorik. Badan penis dibentuk dari tiga massa
jaringan erektil silindris, yang terdiri dari 2 korpus kavernosum dan satu korpus
spongiosum.13 Kedua korpus kavernosum penis di akar penis berpencar, masing
masing membentuk krus penis yang memperoleh fiksasi ramus inferior osis pubis
dan ramus superior osis iskii. Korpus spongiosum meliputi uretra, ujungnya
membentuk umbi zakar (bulbus penis) di akar penis dan kepala zakar (glans
penis) di ujung bebasnya, glans penis diliputi oleh kulup (preputium).16 Ereksi
adalah salah satu fungsi vaskular korpus kavernosum di bawah pengendalian
sistem saraf otak. Saat terdapat stimulasi mental atau seksual, stimulasi
parasimpatis menyebabkan vasodilatasi arterial yang memasuki penis sehingga
lebih banyak darah yang memasuki vena dibandingkan yang dapat di drainase
vena. Sinusoid korpus kavernosum berdistensi karena berisi darah dan menekan
vena yang dikelilingi tunika albugenia non-distensi. Setelah ejakulasi, impuls
simpatis menyebabkan terjadinya vasokonstriksi arteri dan darah mengalir ke
vena untuk dibawa menjauhi korpus. Penis mengalami detumesensi, atau kembali
ke kondisi lunak.13
2.1.3.5. Vestibula
Adalah daerah yang dikelilingi oleh labia minora yang menutupi mulut uretra,
mulut vagina dan duktus kelenjar bartholini. Kelenjar bartholini homolog dengan
kelenjar bulbouretral pada laki-laki. Kelenjar ini memproduksi beberapa tetes
sekresi mukus untuk membantu melumasi orifisium vaginal saat eksitasi vaginal
seksual. Bulbura vestibular adalah massa jaringan erektil dalam disubstansi
jaringan labial bagian ini sebanding dengan korpus kavernosum penis.13
13
2.1.3.8. Perineum
Yaitu kulit antara pertemuan dua lipatan labia mayora dan anus yang merupakan
area berbentuk seperti intan yang terbentang dari simpisis pubis di sisi anterior
sampai ke koksiks disisi posterior dan ke tuberositas iskial disisi lateral.13
2.1.3.9. Ovarium
Ovarium merupakan dua struktur kecil berbentuk oval, masing-masing berukuran
sekitar 2 4 1,5 cm, berada jauh di dalam pelvis, sedikit lateral dan di
belakang uterus. ovarium berfungsi memproduksi telur yang matang untuk
fertilisasi dan membuat hormon steroid dalam jumlah besar.14 Jaringan ovarium
tersusun dari medula dan korteks. Medula merupakan area terdalam yang
mengandung pembuluh darah dan limfatik, serabut saraf, sel-sel otot polos dan
jaringan ikat. Korteks merupakan lapisan stroma luar yang mengandung folikel
ovarium (unit fungsional pada ovarium).13
ke dalam tuba, ampula yang merupakan bagian tengah segmen tuba, dan istmus
yang merupkan segmen terdekat dari uterus.13
2.1.3.11. Uterus
Merupakan organ tunggal muskular dan berongga berbentuk seperti buah pir
terbalik dengan ukuran saat tidak hamil panjang 7 cm, lebar 5 cm, dan diameter 2-
3 cm. Organ ini terletak dibagian dalam rongga pelvis diantara rektum dan
kandung kemih. Bagian-bagian uterus terdiri dari:
a. Dinding uterus, yang terdiri dari bagian terluar serosa (perimetrium), bagian
tengah (miometrium) yang merupakan lapisan otot polos, dan bagian terdalam
(endometrium) yang menjalani perubahan siklus selama menstruasi dan
membentuk lokasi implantasi untuk ovum yang dibuahi.
b. Fundus uterus, yang merupakan bagian bundar yang letaknya superior terhadap
mulut tuba uteri.
c. Badan uterus, merupakan luas berdinding tebal yang membungkus rongga
uterus.
d. Serviks, merupakan leher bawah uterus yang terkontriksi.
e. Portio vaginalis, merupakan bagian serviks yang menonjol kedalam ujung
bagian atas vagina.13
2.1.3.12. Vagina
Vagina adalah tuba fibromuskularis yang dapat berdistansi, dan merupakan jalan
lahir bayi serta aliran menstrual yang fungsinya sebagai organ kopulasi
perempuan. Ukuran vagina bervariasi tetapi panjangnya sekitar 8-10 cm. Organ
ini menghadap uterus pada sudut sekitar 45 derajat. Vagina ini dilembabkan dan
dilumasi oleh cairan yang berasal dari kapiler pada dinding vaginal dan sekresi
dari kelenjar-kelenjar serviks.13
2.1.4. Pubertas
Pubertas adalah proses di mana seorang individu yang belum dewasa akan
mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkannya mampu
bereproduksi. Pada anak laki-laki, pubertas sebgaian besar merupakan respons
15
tubuh terhadap meluasnya kerja androgen yang disekresi oleh testis yang mulai
aktif atas pengaruh gonadotropin. Sementara, pada anak perempuan kerja hormon
yang meluas sehingga menyebabkan sebagian besar pubertas adalah estrogen,
dimana hormon ini diskeresi oleh ovarium yang mulai aktif dibawah pengaruh
gonadotropin. Gonadotropin ini dikeluarkan oleh hipofisis anterior. Walaupun
progresi perubahan yang terjadi pada pubertas dapat diprediksi, namun banyak
terdapat perbedaan onset usia di berbagai tempat dan di dunia.14
Marshall dan Tanner membagi perubahan fisik selama pubertas pada anak laki-
laki menjadi 5 tahap, dimana pola gambaran perubahan pada pubertas ini adalah
tetap namun ciri-ciri serta waktu dari perubahan ini dipengaruhi oleh ras, nutrisi,
faktor genetik maupun faktor lingkungan lainnya.
Marshall dan Tanner membagi perubahan fisik selama pubertas pada anak
perempuan menjadi 5 tahap, dimana pola gambaran perubahan pada pubertas ini
adalah tetap namun ciri-ciri serta waktu dari perubahan ini dipengaruhi oleh ras,
nutrisi, faktor genetik maupun faktor lingkungan lainnya.
2.1.5. Menstruasi
Menstruasi merupakan perdarahan yang teratur dari uterus yang keluar melalui
vagina sebagai tanda organ kandungan telah berfungsi matang. Menstruasi dapat
terjadi akibat korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi fertilisasi dan
implantasi ovum oleh sperma pada siklus sebelumnya, yang menyebabkan kadar
progesteron dan estrogen turun tajam, sehingga endometrium yang kaya akan
vaskular dan nutrien ini kehilangan hormon-hormon penunjangnya. Turunnya
hormon-hormon ini juga merangsang pengeluaran prostaglandin uterus yang
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah endometrium sehingga terjadi
penurunan penyaluran O2 dan menyebabkan matinya jaringan endometrium,
jaringan endometrium dan pembuluh darah yang mati kemudian tersapu kedalam
lumen uterus. Prostaglandin uterus tersebut juga merangsang kontraksi ringan
ritmik miometrium yang membantu mengeluarkan sisa darah dan jaringan mati
tersebut dari rongga uterus melalui vagina sebagai darah haid.15 Mensturasi
terjadi selama 3-7 hari. Pada wanita biasanya mengalami menstruasi pertama kali
di usia 12-16 tahun, kejadian ini disebut menarche. Sedangkan menstruasi
biasanya berhenti pada usia sekitar 50 tahun yang biasanya disebut menopause.17
2.1.6. Masturbasi
2.1.6.1. Definisi Masturbasi
Masturbasi atau onani adalah kegiatan menyentuh bagian tubuh dengan tujuan
merangsang diri sendiri. Kegiatan ini dapat dilakukan baik oleh laki-laki maupun
perempuan. Remaja yang suka melakukan masturbasi terus menerus biasanya
akan ketagihan. Bila ditinjau dari segi medis, masturbasi tidak akan menyebabkan
kebutaan, kemandulan, atau gangguan saraf. Namun, dari segi psikologis orang
yang melakukan masturbasi biasanya akan merasa bersalah dan tertekan setelah
melakukan kegiatan ini. Jika kegiatan ini dilakukan secara berlebihan atau
menggunakan alat-alat tertentu akan menyebabkan lecet pada alat kelamin yang
kemudian dapat menyebabkan infeksi atau juga keadaan infertil sementara akibat
produksi sperma makin lama makin berkurang karena dikeluarkan terus
menerus.17
22
1. Perubahan hormonal
Peningkatan hormon seks pada laki-laki dan perempuan dapat
menimbulkan hasrat (libido) seksual remaja. Hasrat seksual yang muncul
membutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual tertentu.
3. Norma di masyarakat
Norma agama yang menetap di masyarakat dimana seseorang
dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah, larangan
ini berkembang lebih jauh kepada tingkah laku seksual seperti masturbasi.
Sehingga remaja yang tidak dapat menahan diri cenderung untuk
melakukan perilaku seksual yang lain.
5. Tabu-larangan
Baik karena ketidaktahuan dan sikapnya yang mentabukan
pembicaraan mengenai seks, orang tua cenderung tertutup dan tidak
membicarakan masalah yang berhubungan dengan seksual pada anak.
23
Masturbasi atau onani (dalam bahasa Arab disebut dengan Istimna) adalah suatu
perbuatan merangsang diri sendiri dengan tujuan mencapai kepuasan tanpa
pasangan yang sah. Dalam agama Islam, menurut kebanyakan ulama masturbasi
adalah suatu perbuatan yang dipandang sebagai dosa besar. Menurut Imam
Ashafie dan Imam Maliki perbuatan ini diharamkan berdasarkan surat Al-
Mu’minun ayat 5-7, penjelasan ini diperkuat oleh riwayat yang dikemukakan
Imam azd-Dzahabi dalam Al-Ka’bar, 59: “di hari akhirat tuhan tidak akan melihat
golongan-golongan ini lantas terus berfirman: Masuklah kalian ke dalam api
neraka bersama-sama mereka yang (berhak) memasukinya. Golongan-golongan
tersebut ialah orang-orang homoseksual, orang yang bersetubuh dengan hewan,
orang yang mengawini istri dan juga anak perempuannya pada waktu yang sama
dan, orang yang kerap melakukan onani, kecuali jikalau mereka semua bertaubat
dan memperbetulkan diri sendiri (maka tidak lagi akan dihukum)”.19
bahaya yang lebih ringan supaya dapat menghindari bahaya yang lebih berat.”
Setelah tentunya seseorang melakukan tindakan preventif seperti puasa, dzikir,
dan shalat. Sehingga, masturbasi diperbolehkan atas dasar pertimbangan maslahat
agama, dan juga diharamkan atas dasar pertentangan dengan perintah dan nilai-
nilai agama.19
Mimpi basah merupakan pengeluaran cairan sperma yang tak diperlukan akibat
dari berlebihnya produksi oleh testis. Pada remaja laki-laki mimpi basah terjadi
kira-kira pada usia 9-14 tahun setiap 2 hingga 3 minggu sekali. Testis mulai
memproduksi sperma setiap hari, ketika produksi sperma tidak disalurkan keluar
(misalnya melalui senggama atau masturbasi) maka sperma akan keluar pada saat
tidur baik melalui mimpi maupun tidak. Ereksi dapat terjadi ketika tidur, ereksi
adalah aksi refleks yang terjadi ketika otak menafsirkan “gejolak birahi” berupa
rangsang fisik ataupun mental termasuk ingatan fantasi dan masukan dari organ
seks. Otak mengirimkan rangsang melalui sumsum tulang belakang utnuk
memulai kejadian ereksi, darah yang masuk ke dalam panggul akan dialirkan dan
mengisi rongga di dalam penis, perintah dari otak juga menhgambat kemampuan
pembuluh darah untuk mengeluarkan darah dari rongga penis, sehingga penis
tetap ereksi, laki-laki yang sehat mengalami ereksi selama sembilan hingga
sepuluh menit sekali selama tidur, ereksi yang terakhir biasanya terjadi ketika
menjelang subuh.17
1. Bakteri:
Neisseria gonnorhoeae Gonore (kencing nanah)
2. Virus:
Herpes simplex virus Herpes genitalis
Herpes b virus Hepatitis fulminan
Human papiloma virus Kondiluma akuminatum
Human immunodeficiency virus AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
3. Protozoa:
Trichomonas vaginalis Trikomoniasis
4. Fungus:
Candida albicans Vulvovaginitis (keputihan)
5. Ektoparasit:
Phtirus pubis Pedikulosis pubis
Sacroptes scabiei var. Hominis Skabies
26
A. Gonore
Gonore atau lebih dikenal dengan istilah kencing nanah disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonnorhoeae. Masa inkubasi 2-10 hari setelah kuman masuk. Pada
umumnya penularan melalui hubungan seksual, namun dapat terjadi juga melalui
pakaian atau barang-barang yang sudah terkontaminasi. Gejala dan tanda
terseringnya adalah rasa gatal, panas di bagian distal uretra, dengan keluarnya
duh tubuh (nanah) dari ujung uretra yang kadang disertai darah, dan perasaan
nyeri ketika ereksi, pada perempuan lebih sering ditemukan tanpa keluhan atau
gejala. Gonore dapat diobati dengan pemberian antibiotik berupa penisilin.16
B. Klamidia
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Chlamydia trachomatis, sering menyebabkan
uretritis nonspesifik (U.N.S) karena sebelum tahun 1970, sebanyak 90% kasus
uretritis tidak diketahui penyebabnya akibat tidak bisa didiagnosis dengan
pemeriksaan sederhana. Masa inkubasi kuman ini 1-3 minggu setelah kontak.
Gejala pada laki-laki berupa disuria (nyeri berkemih) ringan, perasaan tidak enak
pada uretra, sering kencing, dan keluarnya duh tubuh (nanah) seropurulen. Pada
perempuan sering tidak menunjukan gejala, sebagian kecil keluhannya serupa
dengan yang terjadi pada laki-laki. Pada pemeriksaan serviks tampak tanda-tanda
radang serviks yang disertai adanya folikel-folikel kecil yang mudah berdarah.
Pengobatan klamidia dapat tercapai dengan pemberian antibiotik golongan
tetrasiklin atau eritromisin.16
27
D. Vaginosis bakterial
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Gardnerella vaginalis. Biasanya penyakit ini
tidak hanya disebabkan oleh kuman ini sendiri namun bersimbiosis dengan
Bacteriodes dan Peptococcus sehingga menimbulkan gejala klinis. Penyakit ini
lebih sering ditemukan pada perempuan yang aktif seksual, pada laki-laki yang
berhubungan dengan perempuan yang terinfeksi, didapatkan 90 % positif
terinfeksi G. vaginalis tetapi jarang yang menunjukan gejala klinis. Keluhan pada
perempuan biasanya berupa terdapat duh tubuh pada vagina ringan atau sedang
disertai dengan bau yang tidak enak (amis), terdapat rasa terbakar dan gatal pada
vagina dan sekitarnya. Dari pemeriksaan terlihat duh tubuh vagina berwarna abu-
abu, viskositas rendah atau normal, berbau dan jarang berbusa. Pengobatan
penyakit ini dapat diberikan dalam bentuk topikal yaitu supositoria vaginal berisi
tetrasiklin ataupun oral berupa metronidazol.16
E. Herpes simpleks
Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpses simpleks (Herpes hominis) tipe I
atau tipe II. Penyakit ini menyerang laki-laki dan perempuan dengan frekuensi
yang sama, infeksi primer oleh virus herpes simpleks tipe I biasanya dimulai pada
28
usia anak-anak, sedangkan infeksi virus herpes simpleks tipe II biasanya pada usia
20-30 tahun dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual. Penularan
dapat terjadi melalui kontak kulit. Keluhan biasanya berupa vesikel berkelompok
diatas kulit yang sembab dan eritematosa, dengan isi cairan jernih dan kemudian
menjadi keruh, disertai gejala demam, anoreksia, dan pembengkakan kelejar getah
bening regional. Untuk pengobatannya diberikan antivirus asiklovir oral maupun
topikal.16
G. Trikomoniasis
Trichomonas vaginalis adalah protozoa yang ditemukan oleh DONNE pada tahun
1836 yang merupakan penyebab penyakit ini. Trikomoniasis adalah infeksi
29
saluran urogenital bagian bawah, dapat terjadi pada perempuan maupun laki-laki,
namun keluhan lebih sering muncul pada perempuan, gejalanya berupa sekret
vagina berbau tidak enak, berbusa, vagina tampak bengkak dan kemerahan, serta
nyeri saat berkemih. Kuman ini tertular melalui hubungan seksual, namun juga
dapat melalui pakaian, handuk, atau berenang di air yang tercemar. Trikomoniasis
dapat diobati dengan derivat nitromidazol seperti metronidazol atau tinidazol.16
H. Pedikulosis Pubis
Penyakit ini adalah infeksi rambut di bagian pubis dan sekitarnya yang disebabkan
oleh ektoparasit Pthirus pubis. Penyakit ini menyerang orang dewasa maupun
anak-anak dengan gejala klinis berupa gatal pada daerah kemaluan. Penularan
biasanya melalui kontak langsung seperti hubungan seksual, ataupun tak langsung
seperti pakaian yang digunakan bersama dan jarang dicuci. Pengobatan penyakit
ini biasanya dengan krim gameksan 1%, selain itu rambut kelamin sebaiknya
dicukur, pakaian dalam direbus dan disetrika agar tidak terjadi infeksi ulang.16
I. Skabies
Skabies atau yang lebih dikenal dengan budukan adalah penyakit yang disebabkan
ektoparasit Sacroptes scabiei var, hominis. Penyakit ini dapat disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain higienitas yang buruk, sosial ekonomi rendah, dan lain
lain. Penularannya dapat melalui kontak langsung seperti bersentuhan, maupun
tak langsung seperti tidur di kasur yang terinfeksi. Gejala klinis berupa gatal pada
bagian tubuh yang ditimbulkan oleh sensitasi terhadap sekret dan ekskret dari
parasit ini, yang memerlukan waktu sekitar 1 bulan dari penularan. Pengbatannya
biasa dengan krim sulfur presipitatum atau krim permetrin. Pencegahan penyakit
ini lebih penting dengan selalu menjaga kebersihan diri maupun pakaian atau
benda yang sering digunakan.16
Organ reproduksi laki-laki tidak kalah pentingnya untuk dijaga dari berbagai
macam penyakit, cara pemeliharaan organ reproduksi laki-laki antara lain:
Usia
Mulai meningkatnya
hormon pertumbuhan
dan seks
Organ reproduksi
matang
Pubertas
Sumber informasi
Perubahan pada Perubahan pola pikir
organ reproduksi dan bentuk tubuh
Perilaku
masturbasi
33
Pengetahuan organ
reproduksi
Pengetahuan fungsi
organ reproduki
Pengetahuan
menstruasi
Pengetahuan
masturbasi
Pengetahuan Penyakit
kelamin
= Variabel Independen
= Variabel Dependen
34
3 = Tidak tahu
3 = Tidak tahu
3 = Timbul dengan
35
sendirinya
4 = Lainnya
36
37
menjadi 362. Namun ditambahkan 10% untuk mengantisipasi adanya drop out
sehingga jumlah minimal sampel penelitian menjadi 398 sampel.
Pembuatan Kuisioner
Pembagian Kuisioner
Pengumpulan Data
Penyajian Data
kepada santri dan santriwati Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Pondok Pesantren
X, Bogor.
41
42
melakukan pengukuran berkali-kali. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk
mengukur reliabilitas (Malhotra, 2012).30 Salah satu caranya adalah dengan
reliabilitas konsistensi-internal yang dapat mengukur dua atau lebih konsep yang
sama pada waktu yang bersamaan, selain itu juga dapat mengukur tingkat
kesetujuan responden. Ada dua jenis metode dari reliabilitas konsistensi-internal,
salah satunya adalah Coefficient alpha atau Cronbach’s alpha yang merupakan
teknik pengujian keandalan kuesioner yang paling sering digunakan (Bryman dan
Bell, 2007). Cronbach’s alpha merupakan suatu ukuran keandalan yang
mempunyai nilai berkisar dari 0 hingga 1. Semakin tinggi nilainya maka
instrumen tersebut makin dapat diandalkan. Berikut adalah interpretasi nilai
cronbach’s α alpha: 31
Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah santri dan santriwati
Pondok Pesantren X Bogor, dengan berbagai usia, jenis kelamin, dan tingkat
pendidikan. Berikut adalah gambaran sampel pada peneitian ini.
Perempuan 200 50
total per variabel yang didapat dimana benar diberikan skor 1 dan salah atau tidak
tahu diberikan nilai 0. Kemudian pengetahuan santri dan santriwati dikategorikan
menjadi baik dan buruk berdasarkan nilai median dari skor total per variabel
karena data yang digunakan tidak berdistribusi normal. Sehingga skor total <
median dikategorikan memiliki pengetahuan buruk dan skor total ≥ dikategorikan
memiliki pengetahuan baik.32
Dari Tabel 4.5., didapatkan santri memiliki tingkat pengetahuan yang lebih
tinggi pada variabel pengetahuan organ reproduksi dan pengetahuan masturbasi.
Sementara santriwati memiliki tingkat pengetahuan lebih tinggi pada variabel
pengetahuan fungsi organ reproduksi, pengetahuan mengenai menstruasi,
pengetahuan mengenai pubertas, dan pengetahuan mengenai penyakit kelamin.
Tingkat pengetahuan santri dan santriwati sudah baik pada pengetahuan
46
mengenai fungsi organ reproduksi, dan tingkat pengetahuan santriwati tinggi pada
pengetahuan mengenai menstruasi. Namun pada variabel yang lain tingkat
pengetahuan yang baik didapatkan hampir sama besarnya dengan tingkat
pengetahuan yang buruk.
Analisis bivariat adalah uji analisis yang dilakukan untuk menilai apakah
terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pada penelitian
ini yang menjadi variabel bebas adalah tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
dan yang menjadi variabel terikat adalah perilaku masturbasi. Uji ini dilakukan
untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
kesehatan reproduksi dengan perilaku masturbasi. Setelah menentukan variabel,
peneliti menentukan jenis hipotesis yang merupakan hipotesis komparatif
(perbandingan), dengan kedua skala variabelnya berupa kategorik yaitu tingkat
pengetahuan kesehatan reproduksi dan perilaku masturbasi, dimana variabel yang
digunakan tidak berpasangan. Sehingga peneliti menggunakan uji Chi-Square
yang merupakan uji hipotesis komparatif kategorik tidak berpasangan. Hasil
penelitian ini memenuhi syarat untuk uji Chi-Square karena tidak terdapat nilai
cells dengan expected counts dibawah 5. Nilai p value yang dipakai adalah nilai
Pearson Chi-Square.32
50
Masturbasi
Total p CI (95%)
Variabel independen Ya Tidak OR
value
N % N % n % Min Max
masturbasi santriwati diperoleh nilai p value = 0,940 (OR: 1,064 CI 95% 0,210-
5,402) yang berarti p > 0,05. Sehingga dari kedua uji ini dapat diambil kesimpulan
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan
kesehatan reproduksi dengan perilaku masturbasi pada santri dan santriwati
Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Pondok Pesantren X, Bogor.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Wang
(2015) yang dilakukan di Ningbo, yang menunjukan adanya hubungan antara
pengetahuan reproduksi dengan perilaku masturbasi (p<0.01). Dimana dari 7362
mahasiswa (42,1% laki-laki dan 57,9% perempuan) yang menjadi responden,
sebanyak 2438 mahasiswa yang menerima pengetahuan seksual dan reproduksi
menunjukan perilaku masturbasi yang lebih tinggi dibanding yang tidak menerima
pengetahuan seksual dan reproduksi.38 Hal ini dapat disebabkan oleh karena ada
banyak faktor yang mempengaruhi perilaku masturbasi antara lain perubahan
hormonal, penundaan usia kawin, norma di masyarakat, penyebaran informasi
melalui media massa, serta pergaulan dan akses yang semakin mudah.
5.1. KESIMPULAN
5.2. SARAN
52
53
54
55
13. Setiadi. Anatomi & fisiologi manusia. Jakarta: Graha ilmu; 2007.
14. Heffner LJ, Danny J. Schust. At a glance sistem reproduksi. 2 ed. Jakarta:
Penerbit Erlangga; 2006.
15. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 8 ed. Jakarta: EGC; 2012.
16. Djuanda A, Hamzah M. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6 ed. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
19. Saefullah S. Onani apa hukumnya dalam islam. 18 Agustus 2017 [dikutip 14
November 2017]; Tersedia pada: https://www.islampos.com/onani-apa-
hukumnya-dalam-islam-42982/
22. Nuraini P, Wulandari P. Hubungan tayangan porno di media cetak dan media
elektronik terhadap perilaku masturbasi pada SMA N 65 Jakarta Barat. Univ
Indonesia Fak Ilmu Keperawatan. 2002;
24. Permata AR. Gambaran tingkat pengetahuan remaja SMA Negeri 14 Jakarta
tentang homoseksual = Knowledge of homosexuality in students of 14 Senior
High School. Univ Indonesia Fak Ilmu Keperawatan. 2013;
28. Umar H. Nilai Validitas dan Reliabilitas. 2007 [dikutip 17 Maret 2017];
Tersedia pada: http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/542/jbptunikompp-gdl-
denisprayu-27088-4-unikom_d-i.pdf
57
29. Anonim. Uji validitas dan Reliabilitas Dengan Spss. 16 Mei 2016 [dikutip 2
Oktober 2017]; Tersedia pada: http://www.spssstatistik.com/uji-validitas-dan-
reliabilitas-dengan-spss/
31. Sanusi SR. Beberapa Uji Validitas dan Reliabilitas Pada Instrumen Penelitian.
USU Institutional Repos [Internet]. [dikutip 4 Oktober 2017]; Tersedia pada:
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/542/jbptunikompp-gdl-denisprayu-27088-
4-unikom_d-i.pdf
32. Dahlan MS. Statistik Untuk Kedokteran Kesehatan. 4 ed. Jakarta: Salemba
medika; 2009.
34. Singh MM, Devi R, Gupta SS. Awareness and health seeking behaviour of
rural adolescent school girls on menstrual and reproductive health problems.
Indian J Med Sci. 1999;53(10)(439–43).
36. Nair MK, Thankachi Y, Leena ML. ARSH 3: Reproductive and sexual health
knowledge: a comparison among married male and female young adults (15-
24 y). Indian J Pediatric. Juli 2013;
37. Wang P, Zhang YJ, Pan XJ. A survey on reproductive health related sexual
behavior among middle school students in Luoyang city. Zhonghua Liu Xing
Bing Xue Za Zhi. November 2008;29(11)(1087–9).
58
38. Wang GY, Ji YX, Liang XM. Benefit of network education to college
students’ knowledge about sexual and reproductive health in Ningbo city. Natl
J Androl. Desember 2015;21(12)(1077–81).