Anda di halaman 1dari 25
Lampiran II Berita Acara Musyawarah Nasional VIL Indonesia Air Traffic Controllers Associa Nomor : BA.02/MUNAS-VII/V/2019 Tanggal : 02 Mei 2019 INDONESIA AIR TRAFFIC CONTROLLERS ASSOCIATION ANGGARAN DASAR: MUKADIMAH Bahwa negara mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam pengaturan ruang udara untuk kepentingan penerbangan guna _menyelenggarakan kedaulatan atas wilayah udara negara Republik Indonesia. Bahwa Pemandu Lalu Lintas Penerbangan (Air Traffic Controller) Indonesia ikut serta dan bertanggung jawab atas terselenggaranya penerbangan domestik maupun Internasional yang selamat, lancar dan teratur di wilayah udara Republik Indonesia yang menjadi tanggung jawabnya maupun wilayah udara negara lain yang didelegasikan. Bahwa Pemandu Lalu Lintas Penerbangan (Air Traffic Controller) Indonesia perlu selalu meningkatkan profesionalisme dan pengabdiannya demi menyadari pentingnya peran transportasi udara dalam perpektif wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Bahwa Pemandu Lalu Lintas Penerbangan (Air Traffic Controller) dalam melaksanakan tugas sebagai Air Taffic Service Provider memberikan pelayanan keselamatan penerbangan dan oleh karena itu harus mampu ‘menjaga citra diri dan bangsa Indonesia di dunia Internasional. Bahwa Pemandu Lalu Lintas Penerbangan (Air Traffic Controller) Indonesia sebagai profesi sesuai dengan UU No.8 Tahun 1985 dalam menjalankan roda organisasi harus mempunyai Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tanga (AD/ART) dan Etika Profesi ( Kode Etik profes. Atas dasar pemikiran terebut diatas, maka berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dibentuklah organisasi profesi Pemandu Lalu Lintas Penerbangan (Air Traffic Controller) seluruh Indonesia dengan nama “INDONESIA AIR ‘TRAFFIC CONTROLLERS ASSOCIATION disingkat IATCA”. fly In th BABI NAMA, KELAHIRAN DAN KEDUDUKAN ORGANISASI Pasal1 Nama Organisasi Organisasi profesi Pemandu Lalu Lintas Penerbangan/Air Traffic Controller diberi nama Indonesia Air Traffic Controllers Association disingkat TATCA. Pasal 2 Kelahiran Organisasi TATCA didirikan di Jakarta pada tanggal 29 Juli 1999, untuk jangka waktu yang tak terbatas. Pasal 3 Kedudukan Organisasi IATCA berkedudukan di Negara Republik Indonesia dan berkantor pusat di Tangerang. BAB IT AZAS,SIFAT,VISI,MISI, DAN TUJUAN Pasal 4 Azas dan Dasar IATCA berazaskan Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 5 Sifat IATCA sebagai satu-satunya organisasi profesi Pemandu Lalu Lintas Penerbangan di Indonesia yang bersifat non golongan/politik. Pasal 6 Visi Menjadikan IATCA sebagai organisasi profesi_ yang _ profesional, berwibawa,dan bermartabat di tingkat nasional maupun internasional. tw * h 1. Menjadi mitra Pemerintah dalam upayapembangunan nasional di bidang penerbangan. Memperkenalkan IATCA kepada masyarakat umum melalui karya-karya positif paraanggotanya dan sebagai kontribusi nyata organisasi dalam pembangunan nasional. Aktif menjalin kerjasama yang baik dengan seluruh pemangku kepentingan organisasinasional dan internasional. Pasal 8 Tujuan JATCA didirikan dengan tujuan : 1. 2 a Meningkatkan profesionalisme Pemandu Lalu Lintas Penerbangan Indonesia sebagai kontribusi dalam pembangunan nasional. Menunjang terciptanya keselamatan, kelancaran, keteraturan, dan efisiensi penerbangan. Mengembangkan hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar Pemandu Lalu Lintas Penerbangan dan petugas Air Traffic Service lainnya serta anggota organisasi yang sejenis atau terkait. Memperjuangkan kepentingan dan kedudukan Pemandu Lalu Lintas Penerbangan Indonesia sesuai dengan harkat dan martabat serta kode etik profesi. Mendorong partisipasi keluarga besar Pemandu Lalu Lintas Penerbangan Indonesia (ATC) dalam kegiatan sosial. BAB III IDENTITAS Pasal 9 Lambang, Motto dan Bendera JATCA memiliki Lambang, Motto, dan Bendera (Panji), yang diatur dalam Anggaran RumahTangga. BAB IV KEANGGOTAAN Pasal 10 Keanggotaan, Hak,dan Kewajiban 1, Anggota IATCA adalah warga negara Indonesia yang terdiri dari: a. Anggota Biasa; dan b, Anggota Kehormatan. 2. Hak dan kewajiban serta peraturan lain tentang keanggotaan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. BABV ORGANISASI Pasal 11 ‘Susunan Organisasi Susunan organisasi IATCA terdiri atas : 1. Cabang adalah kesatuan anggota dalam satu tempat, kawasan, bandar udara, atau beberapa bandar udara. 2. Pusat adalah kesatuan cabang dalam negara. Pasal 12 Forum Permusyawaratan Organisasi dan Hirarki Produk Hukum Organisasi 1. Forum Permusyarawatan Organisasi di Tingkat Pusat : a. Musyawarah Nasional / Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munas/Munaslub) b. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) c. Rapat Dewan Pengurus Pusat (Rapat DPP) 2. Forum Permusyarawatan Organisasi di Tingkat Pusat di tingkat Cabang : a. Musyawarah Cabang / Musyawarah cabang Luar Biasa (Muscab/Muscablub) b. Rapat Kerja Cabang (Rakercab) c. Rapat Dewan Pengurus Cabang (Rapat DPC) fuk o goNTROLLE, Rey, bl Moonee 3. Hirarki Produk Hukum Organisasi a. Keputusan / Peraturan yang ditetapkan melalui Musyawarah Nasional / Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munas/Munaslub) b. Keputusan/Peraturan yang ditetapkan melalui Rapat Kerja Nasional (Rakernas) c. Keputusan / Peraturan yang ditetapkan melalui Rapat Dewan Pimpinan Pusat (Rapat DPP) d. Keputusan/Peraturan yang ditetapkan melalui Musyawarah Cabang Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscab/Muscablub) e. Keputusan / Peraturan yang ditetapkan melalui Rapat Kerja cabang (Rakercab) f. Keputusan/Peraturan yang ditetapkan melalui Rapat Dewan Pengurus Cabang (Rapat DPC) Pasal 13 ATCA Manual IATCA Manual adalah dokumen resmi IATCA yang berisikan produk Hukum Forum Permusyawaratan Organisasi IATCA. Pasal 14 Kelengkapan Organisasi Dalam menjalankan tujuan organisasi, DPP dibantu oleh : 1. ay Dewan Kehormatan Profesi (DKP); 2. Dewan Penasihat Organisasi (DPO) 3. 4, Badan Standarisasi IATCA (BSI). Badan Hukum IATCA (BHI); dan Pasal 15 Penetapan Organisasi Penetapan Ketua Umum ditetapkan dalam Musyawarah Nasional (Munas) / Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub). Penetapan Dewan Kehormatan Profesi ditetapkan dalam Musyawarah Nasional (Munas) / Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Penetapan Cabang ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat. Penetapan Dewan Penasihat Organisasi ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat. Penetapan Badan Hukum IATCA ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat. Penetapan Badan Standarisasi IATCA ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat. fw tO Pasal 16 Fungsi Organisasi 1. Fungsi Badan Legislatif dan Yudikatif dilaksanakan oleh Musyawarah Nasional (Munas). 2. Fungsi Badan Eksekutif dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Pusat (DPP) yang mempunyai kewenangan tingkat nasional, dan Dewan Pengurus Cabang (DPC) yang mempunyai kewenangan untuk tingkat daerah. 3. Dalam pelaksanaan operasional organisasi, Badan Eksekutif dibantu oleh Dewan Penasehat Organisasi dan Dewan Kehormatan Profesi. Pasal 17 Susunan Kelengkapan Organisasi dibentuk oleh DPP atau DPC yang terdiri dari 1. Biro Hukum IATCA (BHI); dan 2. Biro Standarisasi Operasional ATC (BSOA). Pasal 18 Ketentuan Penetapan Ketentuan penetapankelengkapan organisasi diatur dalam Anggeran Rumah Tangga BAB VI KEUANGAN Pasal 19 Sumber Keuangan 1. Sumber keuangan IATCA diperoleh dari : a. Uang Pangkal Anggota. b. Turan Wajib Anggota, . Sumber dan usaha lain yang sah dan tidak mengikat. 2. Sumber keuangan selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART). we + “oones\® Pasal 20 Penggunaan Penggunaan keuangan IATCA diatur dalam Anggaran Rumah Tanga (ART). BAB VIL HUBUNGAN INTERNASIONAL Pasal 21 Peran Internasional IATCA mewakili ATC Indonesia menjadi anggota organisasi profesi ATC internasional. BAB VIII PERUBAHAN PELAKSANAAN MUNAS / MUNASLUB, ANGGARAN DASAR, ANGGARAN RUMAH TANGGA, DAN KODE ETIK PROFESI Pasal 22 Ketentuan Perubahan Perubahan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tanga, dan Kode Etik Profesi dapat dilakukan pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan berlaku sampai ditetapkan melaluiMusyawarah Nasional (Munas) / Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub).. BAB IX PEMBUBARAN IATCA Pasal 23 Ketentuan Pembubaran Pembubaran IATCA hanya dapat dilakukan oleh : 1, Musyawarah Nasional (Munas)/Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) yang dilakukan khusus untuk itu. 2. Pemerintah, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang beriaku gu Mt the BABX ATURAN TAMBAHAN Pasal 24 Hal-Hal Lain 1. Anggaran Rumah Tangga mengatur dan menjelaskan hal-hal yang tidak diatur dalam Anggaran Dasar. 2, Anggaran Rumah Tangga tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar. BAB XI PENUTUP 1. Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak tanggal 3 Mei 2019, 2. Dengan berlakunya Anggaran Dasar ini maka Anggaran Dasar sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi. Ditetapkan di: SEMARANG Pada tanggal : 2 MEI 2019 DEWAN PIMPINAN SIDANG MUSYAWARAH NASIONAL VIL INDONESIA AIR TRAFFIC CONTROLLERS ASSOCIATION JA SIDANG SEKRETARIS 5 IRYAWAN —- RADEN TRIASWANTO 91898 ID. 197308311345 ID. 19798041835 contOLLE, Rep, os ‘pones\* Lampiran III Berita Acara Musyawarah Nasional VIL Indonesia Air Traffic Controllers Association Nomor :BA.02/MUNAS-VI/V/2019 ‘Tanggal : 02 Mei 2019 INDONESIA AIR TRAFFIC CONTROLLERS ASSOCIATION ANGGARAN RUMAH TANGGA BABI IDENTITAS Pasal 1 Lambang Lambang IATCA adalah jagat raya berbentuk oval yang dikelilingi tulisan Indonesia Air Traffic Controllers Assosiation dan garis tepi merah putih serta wara dasar biru, dimana di dalamnya terdapat bola dunia berwama hijau dengan tulisan IATCA berwarna kuning dilintasi jalur pesawat di atas dan di bawah. Pasal 2 Motto IATCA mempunyai motto PROFESIONALISME Pasal 3 Bendera JATCA mempunyai bendera berbentuk persegi panjang dengan perbandingan 2:3 dan warna dasar putih serta lambang IATCA di tengahnya dengan ukuran proposional. Pasal 4 MARS dan HYMNE IATCA mempunyai Mars dan Hymne. BAB II KEANGGOTAAN Pasal 5 Jenis Keanggotaan . Anggota Biasa yaitu seseorang yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Berprofesi_sebagaiPemandu Lalu Lintas Penerbangan dan atau mempunyai mempunyai License Air Traffic Controller yang berlaku di Wilayah Republik Indonesia; b. Mendaftarkan diri dan membayar uang pangkal yang sudah ditetapkan; cc. Sanggup mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Kode Etik Profesi; d, Secara administrasi telah terdaftar menjadi anggota IATCA. . Anggota Kehormatan yaitu seseorang yang berjasa kepada IATCA atau berkontribusi besar dalam pengembangan Air Traffic Services di Indonesia yang penetapannya sesuai dengan Anggaran Dasar IATCA. Pasal 6 Tata Cara Penerimaan Anggota Anggota Biasa diterima oleh Dewan Pengurus Cabang (DPC) melalui pendaftaran tertulis dan pernyataan persetujuan terhadap AD/ART IATCA. Apabila belum terbentuk DPC, pendaftaran dilakukan melalui DPC terdekat dan menjadi anggota DPC tersebut. . Anggota Kehormatan ditetapkan oleh DPP berdasar kriteria yang ditetapkan dalam MUNAS, Dewan Pengurus Pusat dapat menolak keanggotaan seseorang apabila diduga dapat merugikan atau mencemarkan nama baik IATCA. . Permohonan menjadi anggota biasa dapat diterima atau ditolak oleh DPP selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan diterima. . Persetujuan terhadap permohonan menjadi anggota biasa disampaikan secara tertulis oleh Ketua Umum atau pengurus yang diberi wewenang dengan menerbitkan Kartu Tanda Anggota. cost j x ‘oones\* Pasal 7 Hak Anggota 1. Anggota Biasa berhak menyatakan pendapat, mengajukan_ pemikiran, pertanyaan, saran atau kritik yang membangun kepada pengurus balk didalam maupun diluar permusyawaratan. 2. AnggotaBiasaberhak untuk dipilih dan memilih di dalam permusyawaratan. 3. Anggota Biasa berhak menerima santunan apabila meninggal dunia yang besarnya ditentukan dalam IATCA manual. 4, AnggotaBiasa berhakmendapatkan _perlindunganhukum — dalam melaksanakan tugas organisasi dan profesi ATC. 5. Anggota Biasayang mutasi berhak mendapatkan Surat Keputusan Mutasi dari Pengurus DPC yang lama untuk dikirim ke DPC yang baru dengan ditembuskan kepada DPP. 6. Anggota Kehormatan berhak memberikan pendapat. Pasal 8 Kewajiban Anggota 1. Setiap anggota wajibmenjaga nama baik organisasi tunduk dan terikat pada Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tanga dan Kode Etik Profesi. 2. Setiap anggota wajib mendukung, mengamankan, melaksanakan dan bertanggung jawab atas ketetapan/keputusan _permusyawaratan organisasi. Anggota Biasa wajib membayar iuran organisasi yang telah ditetapkan. Setiap anggota tidak boleh menjadi Anggota Organisasi Profesi Teknisi Penerbangan lainnya. AY Pasal 9 Kehilangan Keanggotaan Anggota dapat kehilangan keanggotaaannya karena: a. Meninggal dunia, b. Berhenti atas kehendak sendiri dengan mengajukannya secara tertulis, c. Diberhentikan sebagai anggota oleh DPP atas pelanggaran AD/ART dan Pelanggaran Kode Etik Profesi. du. ‘oowes\* Pasal 10 Tata Cara Pemberhentian Anggota Dewan Pengurus Cabang mengusulkan pemberhentian anggota kepada Dewan Pengurus Pusat atas pelanggaran AD/Art dan Pelanggaran Kode Etik Profesi berdasarkan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. Dewan Pengurus Pusat meneruskan kepada Dewan Kehormatan Profesi dalam hal pengusulan pemberhentian anggota. Dewan Pengurus Pusat harus memutuskan memberhentiakn atau tidaknya anggota yang diusulkan paling lama 6 (enam) bulan sejak usulan diterima. Dewan Pengurus Cabang dapat melakukan pemberhentian sementara (skorsing) paling lama 6 (enam) bulan selama menunggu proses pemberhentian dari Dewan Pengurus Pusat. Dewan Pengurus Pusat menetapkan keputusan akhir setelah mendengar pertimbangan dari Dewan Kehormatan Profesi. Angoota Kehormatan diberhentikan atas keputusan Dewan Pengurus Pusat. Pasal 11. Pembelaan Anggota yang diusulkan pemberhentian keanggotaannya, selama proses berlangsung, dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Dewan Pengurus Cabang dan Dewan Pengurus Pusat. Dewan Kehormatan Profesi dapat meminta penjelasan kepada anggota yang diusulkan pemberhentiannya sebelum mengeluarkan rekomendasi. BAB III MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) Pasal 12 Ketentuan MUNAS / MUNASLUB Musyawarah Nasional disingkat Munas adalah pemegang kekuasaan tertinggi IATCA. Munas diadakan sekali dalam empat tahun, tempat dan waktu pelaksanaannya ditentukan dalam Rakernas. Dalam keadaan luar biasa, Munas dalam hal ini di sebut Munas Luar Biasa, dapat diadakan sewaktu-waktu atas prakarsa DPP apabila didukung oleh sekurang-kurangnya % (tiga perempat) dari jumlah DPC atau atas usul DPC apabila didukung oleh sekurangkurangnya % (tiga perempat) dari jumiah DPC. ft | yee op PENH ‘oowes\* Munas/Munas Luar Biasa adalah sah apabila dihaditi oleh lebih dari ¥2 (setengah) jumlah DPC. Undangan untuk Munas / Munaslub harus telah disampaikan selambat- lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum Munas / Munaslub diadakan. Pasal 13 Kekuasaan dan Wewenang Munas/Munaslub Merubah dan / atau menetapkan AD/ART, kode etik profesi dan Rencana Kerja Organisasi. Menilai Laporan pertanggungjawaban DPP IATCA. Mendemisionerkan pengurus DPP IATCA. Memilih dan mengangkat Ketua Umum DPP IATCA. Menetapkan Ketua Umum terpilih sebagai formatur tunggal untuk memilih Pengurus Inti DPP. Menilai Laporan pertanggungjawaban Dewan Kehormatan Profesi. Mendemisionerkan Dewan Kehormatan Profesi Memilih dan Mengangkat Dewan Kehormatan Profesi. Membuat rekomendasi dan atau memorandum IATCA. Pasal 14 Pelaksanaan Munas Munas diselenggarakan oleh DPP beserta panitia Pelaksana Munas yang dibentuk oleh DPP. Panitia pelaksana Munas bertanggung jawab terhadap _teknis penyelenggaraan Munas. Munas dihadiri oleh DPP, utusan DPC, Anggota Kehormatan dan serta boleh dihadiri oleh undangan dan peninjau dengan pertimbangan tertentu, Kuorum persidangan Munas sah bila dihadiri lebih dari 7 (setengah) jumlah utusan DPC termasuk DPP yang mendapatkan mandat resmi. DPP dan utusan DPC dengan mandat resmi tertulis mempunyai hak bicara dan hak suara, Anggota Kehormatan mempunyai hanya mempunyai hak bicara. Munas dipimpin oleh Dewan Pimpinan Munas terpilih, yaitu seorang Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris yang dipilih dari dan oleh peserta Munas dalam sidang Paripuma yang diadakan khusus untuk itu, dengan dipimpin oleh Ketua Panitia Pengarah MUNAS. Apabila laporan pertanggungjawaban DPP ditolak, maka Ketua Umum DPP yang lama tidak boleh dicalonkan / mencalonkan diri. gu bh ween Munas diikuti oleh peserta yang terdiri dari seluruh pengurus inti DPP, Ketua Bidang DPP, dan utusan DPC masing-masing mempunyai satu suara dengan ketentuan telah memenuhi kewajibannya membayar iuran wajib anggota dengan ketentuan quota sebagai berikut: a. 11 sampai dengan 20 anggota ~ 2 (dua) suara; b. 21 sampai dengan 30 anggota ~ 3 (tiga) suara; c. 31 sampai dengan 30 anggota ~ 3 (tiga) suara. dan seterusnya yang merupakan kelipatan dari 10 anggota untuk satu suara sebagai wakil DPC. Apabila penilaian terhadap pertanggungjawaban DPP selesai, DPP yang bersangkutan dinyatakan demisioner tidak punya hak suara, BABV MUSYAWARAH CABANG ( MUSCAB ) Pasal 15 Ketentuan MUSCAB / MUSCABLUB Musyawarah Cabang disingkat Muscab adalah pemegang kekuasaan tertinggi LATCA ditingkat Cabang. Muscab diadakan sekali dalam empat tahun, tempat dan waktu pelaksanaannya ditentukan dalam Rakercab. Dalam keadaan luar biasa, muscab dalam hal ini disebut Muscab Luar Biasa, dapat diadakan sewaktu-waktu, atas prakarsa DPC apabila didukung sekurang-kuranggya % (tiga perempat) dari jumlah anggota di cabang atau atas usul anggota biasa dan didukung sekurang-kurangnya 3% (tiga perempat) dari jumlah anggota di Cabang. Muscab/Muscab luar biasa adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari ¥% (setengah) jumlah anggota. Undangan untuk Muscab / Muscablub harus telah disampaikan selambat- lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum Muscab / Muscablub diadakan. Pasal 16 Kekuasaan dan Wewenang MUSCAB Memutuskan pedoman-pedoman pokok program kerja sesual dengan rencana kerja organisasi. Menilai Laporan Pertanggungjawaban DPC IATCA. Mendemisionerkan pengurus DPC IATCA. Memilih dan mengangkat Ketua DPC IATCA. Menetapkan Ketua DPC terpilin sebagai formatur tunggal untuk memilih Pengurus Inti DPC fyb They, ‘roones\* Pasal 17 Pelaksanaan MUSCAB Muscab diselenggarakan oleh DPC beserta panitia Pelaksana Muscab yang dibentuk oleh DPC. Panitia pelaksana Muscab bertanggung jawab terhadap _teknis penyelenggaraan Muscab. Muscab dihadiri oleh Pengurus DPP, Pengurus DPC, Anggota DPC, serta boleh dihadiri oleh Anggota Kehormatan, undangan dan peninjau dengan pertimbangan tertentu. Muscab sah untuk dilaksanakan bila dihadiri lebih dari ¥ (setengah) jumlah anggota DPC termasuk Pengurus DPC. Muscab dipimpin oleh Dewan Pimpinan Muscab terpillh, yaitu seorang Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris yang dipiiih dari dan oleh peserta Muscab dalam sidang Paripurna yang diadakan khusus untuk itu, dengan dipimpin oleh Ketua Panitia Pengarah Muscab. Apabila laporan pertanggungjawaban DPC ditolak, maka Ketua DPC yang lama tidak boleh dicalonkan / mencalonkan dir. Muscab diikuti oleh peserta yang terdiri dari seluruh Pengurus Inti DPC, Ketua Bidang DPC dan anggota DPC yang mempunyai satu suara dengan ketentuan telah memenuhi kewajibannya membayar iuran wajib anggota. BABV RAPAT ORGANISASI Pasal 18 Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) . Rapat Kerja Nasional disingkat RAKERNAS diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu tahun. . RAKERNAS berwenang : a. Mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan Rencana Kerja Organisasi hasil Munas / Munaslub dan mengambil keputusan-keputusan dalam rangka pelaksanaan Rencana Kerja Organisasi selanjutnya; b. Menentukan langkah dan strategi dalam pelaksanaan Rencana KerjaTahunan DPC; c. Memutuskan usulan perubahan AD/ART dari peserta Rakernas untuk ditetapkan melalui Munas / Munaslub; dd, Memutuskan perubahan Peraturan Organisasi yang diusulkan oleh peserta Rakernas; e. Memutuskan besaran Uang Pangkal, Turan Wajib Anggota dan Santunan Anggota yang akan dimasukan dalam IATCA Manual; f, Memutuskan perubahan IATCA Manual; g. Memutuskan waktu dan tempat pelaksanaan Munas berikutnya. 7 fuk ty wen coNTROLLER, rhe, ‘npones\* Keputusan-keputusan yang diambil dalam RAKERNAS tidak boleh bertentangan dengan keputusan Munas / Munaslub, Rakeras dikuti oleh Pengurus DPP, seluruh Ketua DPC atau Utusan Resmi DPC, Pasal 19 Rapat Kerja Cabang (RAKERCAB) Rapat Kerja Cabang disingkat RAKERCAB diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu tahun. RAKERCAB berwenang : a. Mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan Rencana Kerja Organisasi hasil Muscab / Muscablub dan mengambil keputusan-keputusan dalam rangka pelaksanaan Rencana Kerja Organisasi selanjutnya; b.Menentukan langkah dan strategi dalam pelaksanaan Rencana KerjaTahunan DPC tethadap keputusan Rakermas; c. Memutuskan usulan perubahan AD/ART, IATCA Manual dan Peraturan Organisasi yang diusulkan oleh peserta Rakercab untuk disampaikan pada Rakernas; d, Memutuskan besaran iuran dan dana santunan anggota DPC; . Memutuskan waktu dan tempat pelaksanaan Muscab berikutnya; Keputusan-keputusan yang diambil dalam Rakercab tidak boleh bertentangan dengan keputusan urutan kekuasaan IATCA; g. Rakercab diikuti oleh Pengurus DPC dan Anggota DPC. 0 Pasal 20 Rapat Dewan Pengurus Pusat Rapat Dewan Pimpinan Pusat disingkat Rapat DPP diadakan sekurang- kurangnya 3 (tiga) bulan sekali. Rapat DPP sah apabila dihadiri lebih dari ¥ (setengah) Pengurus DPP. Apabila quorum pada ayat 2 (dua) tidak tercapai, Ketua Umum DPP atas persetujuan Pengurus yang hadir dapat memutuskan Rapat DPP. Rapat DPP membahas pelaksanaan Program Kerja dan permasalahan- permasalahan lain yang menjadi tugas dan tanggung jawab DPP. Keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam Rapat DPP tidak boleh bertentangan dengan keputusan yang lebih tinggi. Keputusan pengurus diambil dengan mengutamakan musyawarah / mufakat antar pengurus. Ketua Umum berperan dalam menentukan pengmabilan keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil oleh DPP. tut AY Pasal 21 Rapat Dewan Kehormatan Profesi Rapat Dewan Kehormatan Profesi diadakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali. Rapat Dewan Kehormatan Profesi sah apabila dihadiri lebih dari V2 (setengah) Pengurus Dewan Kehormatan Profesi. Pasal 22 Rapat Dewan Pengurus Cabang Rapat Dewan Pengurus Cabang disingkat Rapat DPCdiadakan sekurang- kurangnya 3 (tiga) bulan sekali. Rapat Dewan Pengurus Cabang sah apabila dihadiri lebih dari v2 (setengah) PengurusDPC. Apabila quorum pada ayat 2 (dua) tidak tercapai, Ketua DPC atas persetujuan Pengurus yang hadir dapat memutuskan Rapat DPC. Rapat DPC membahas pelaksanaan Rencana Kerja dan permasalahan- permasalahan lain yang menjadi tugas dan tanggung jawab DPC. Keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam Rapat DPC tidak boleh bertentangan dengan keputusan urutan Kekuasaan IATCA. Keputusan pengurus diambil dengan mengutamakan musyawarah / mufakat antar pengurus. Ketua DPC berperan dalam menentukan pengmabilan keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil oleh DPC. BAB VI KEPENGURUSAN Pasal 23 Dewan Pengurus Pusat Pengurus inti DPP terdiri dari: a, Ketua Umum; b. Sekretaris Jenderal (Sekjen); c. Bendahara Umum. Pengurus Inti DPP Berwenang memilih Ketua Bidang sesuai kebutuhan organisasi. Pengurus Inti DPP tidak boleh menjadi Ketua pada organisasi lain. Pengurus DPP tidak boleh menjadi Pengurus DPC IATCA. du} Pasal 24 Dewan Pengurus Cabang 1. Pengurus inti DPC sekurang-kurangnya terdiri dari: a. Ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara. 2. Pengurus Inti DPC Berwenang memilih Ketua Bidang sesuai kebutuhan organisasi. 3. Pengurus Inti DPC tidak boleh menjadi Ketua pada organisasi lain. 4, Pengurus DPC tidak boleh menjadi Pengurus DPP IATCA. Pasal 25 Tata Cara Pemilihan Ketua Umum / Ketua DPC Pemilinan Ketua Umum / Ketua DPC dilaksanakan berdasarkan sebagai berikut: 1. Dilaksanakan dengan cara langsung, bebas dan rahasia. 2. Tata cara pemilihan sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas dapat dilaksanakan secara manual atau elektronik. 3. Setiap peserta yang mempunyai hak suara berhak untuk mengajukan satu orang bakal calon Ketua Umum / Ketua DPC. 4. Calon Ketua Umum / Ketua DPC ditetapkan menurut perinakat suara sebanyak 3 (tiga) orang dari Bakal Calon Ketua Umum / Ketua DPC. 5. Setiap Bakal Calon Ketua Umum / Bakal Calon Ketua DPC, dengan alasan yang kuat, berhak menolak pencalonan dirinya sebagai Calon Ketua Umum / Calon Ketua DPC, 6. Apabila Bakal Calon Ketua Umum / Ketua DPC menolak menjadi Calon Ketua Umum / Ketua DPC maka Bakal Calon Ketua Umum / Ketua DPC berikutnya sesuai dengan urutan suara yang diperoleh dapat ditetapkan menjadi Calon Ketua Umum / Ketua DPC. 7. Calon Ketua Umum / Ketua DPC wajib hadir dan tidak dapat diwakilkan untuk menyampaikan visi dan misi dengan batasan waktu yang disepakati. 8. Ketua Umum / Ketua DPC dipilih dari calon Ketua Umum / Ketua DPC yang memperoleh suara terbanyak. 9, Apabila hanya terdapat 1 (satu) orang Bakal Calon Ketua Umum / Ketua DPC yang bersedia menjadi Calon Ketua Umum / Ketua DPC maka Calon Ketua Umum / Ketua DPC tersebut secara aklamasi ditetapkan sebagai ketua Umum / Ketua DPC. 10 tu & ‘oowes\* Pasal 26 Masa Bakti Pengurus Setiap pengurus ditetapkan oleh Munas/Munaslub atau Muscab/Muscablub untuk masa bakti 4 ( empat ) tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali maksimal 1 (satu) kali masa jabatan. Pasal 27 Hal Pengurus Berhalangan 1. Yang dimaksud dengan berhalangan tetap adalah meninggal dunia, mengundurkan diri, sakit yang mengakibatkan fisik dan mental tidak berfungsi secara normal, 2. Yang dimaksud dengan berhalangan adalah ketidak-aktifan karena sakit yang dapat disembuhkan atau sedang berada tidak ditempat pada saat yang bersangkutan dibutuhkan. 3. Dalam hal Ketua Umum / Ketua DPC berhalangan, tugasnya dilaksanakan oleh Pengurus yang ditunjuk oleh Ketua Umum / Ketua DPC. 4. Dalam hal Ketua Umum / Ketua DPC berhalangan tetap sebelum masa baktinya berakhir, kedudukannya digantikan oleh Sekretaris Jenderal / Sekretaris Cabang dalam kurun waktu paling lama satu tahun, kemudian dilakukan pemilinan Ketua Umum / Ketua DPC dalam MUNAS Luar Biasa / MUSCAB Luar Biasa yang dilakukan khusus untuk hal tersebut. 5. Dalam hal pengurus berhalangan tetap maka Ketua Umum / Ketua DPC dapat menunjuk penggantiannya setelah diadakannya musyawareh dengan pengurus lainnya. Pasal 28 Tugas dan Kewajiban DPP 1. Mengkoordinir segala kegiatan IATCA dan membuat kebijakan strategis. Melaksanakan segala ketetapan / keputusan Munas / Munastub. 3, Menangani dengan sebaik-baiknya segala urusan organisasi dengan pihak luar. 4. Bertindak bukan atas nama kepentingan pengurus / pribadi pengurus, melainkan atas dasar kerangka kebijakan / kepentingan organisasi yang telah ditetapkan oleh Munas / Munaslub. 5. Bilamana DPP mempunyai hal-hal yang sulit dipecahkan dan menjurus kepada permasalahan besar, yang belum diatur di dalam AD/ART, atau ketetapan/keputusan Munas / Munaslub maka DPP berkewajiban dengan segera mengundang DPC dan DPOuntuk membicarakan hal tersebut. 6. Menerbitkan Kartu Anggota. a iu bk yee yee ‘oones* Pasal 29 Pertanggungjawaban DPP Pertanggungjawaban disampaikan di hadapan Munas / Munas Luar Biasa. Pertanggungjawaban disampaikan oleh Ketua Umum atas nama DPP. Pertanggungjawaban meliputi : a. Umum : Tentang pelaksanaan —kebijaksanaan-kebijaksanan yang telah ditetapkan Munas / Munaslub. b. Khusus : Tentang sistem administrasi dan pertanggungjawaban keuangan. Pasal 30 Tugas dan Kewajiban DPC Mengkoordinir segala kegiatan IATCA dan membuat kebijakan strategis di tingkat cabang. Melaksanakan segala ketetapan / keputusan Munas / Munaslub / Muscab / Muscablub. Menangani dengan sebaik-baiknya segala urusan organisasi dengan pihak luar di tingkat cabang. Bertindak bukan atas nama kepentingan pengurus / pribadi pengurus, melainkan atas dasar kerangka kebijakan / kepentingan organisasi yang telah ditetapkan oleh Munas / Munaslub / Muscab / Muscablub. Bilamana dalam kepengurusanDPC mempunyai hal-hal yang sulit dipecahkan dan menjurus kepada permasalahan besar, yang belum diatur di dalam AD/ART, atau ketetapan/keputusan Munas / Munaslub / Muscab 7 Muscablub maka DPC berkewajiban dengan segera_ melakukan koordinasi dengan DPP. Pasal 31 Pertanggungjawaban DPC Pertanggungjawaban disampaikan di hadapan Muscab / Muscablub. Pertanggungjawaban disampaikan oleh Ketua DPC atas nama DPC. Pertanggungjawaban meliputi : a, Umum : Tentang pelaksanaan —_kebijaksanaan-kebijaksanan yang telah ditetapkan Muscab / Muscablub. b. Khusus : Tentang sistem administrasi dan pertanggungjawaban keuangan. 2 fi b BAB VII DEWAN KEHORMATAN PROFESI Pasal 32 Maksud dan Tujuan Dewan Kehormatan Profesi dibentuk dengan maksud dan tujuan untuk memelihara integritas, harkat, kewibawaan dan martabat Organisasi IATCA dan anggotanya serta Profesi Air Traffic Controllers. Pasal 33 Tempat Kedudukan dan Keanggotaan Dewan Kehormatan Profesi 1. Dewan Kehormatan Profesi berkedudukan di Tangerang. 2. Dewan kehormatan terdiri dari 3 ( tiga ) orang yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota. Penunjukan jabatan tersebut diserahkan kepada Dewan kehormatan profesi terpilih, 3. Dewan Kehormatan Profesi diangkat untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun bersamaan dengan masa jabatan Ketua Umum DPP terpilin. Pasal 34 Tugas Dewan Kehormatan Profesi 1. Menyusun, menetapkan dan menegakkan Kode Etik Profesi. 2, Melaksanakan peradilan tethadap pelanggaran Kode Etik Profesi oleh anggota. 3. Memberikan pertimbangan-pertimbangan dan rekomendasi atas kasus- kasus tertentu yang terjadi di dalam pekerjaan profesi ATC baik mengenai personil ATC maupun tentang sistem penyelenggaraan [alu lintas penerbangan. 4, Dewan Kehormatan Profesi dalam melaksanakan tugasnya bersifat independen, dan tidak dapat diintervensi oleh pihak manapun. 5. Dewan Kehormatan Profesi._ mempertanggungjawabkan —_tugas pekerjaannya dalam Munas/Munaslub. Pasal 35 Persyaratan Calon Dewan Kehormatan Profesi ‘Anggota Dewan Kehormatan Profesi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Telah terdaftar sebagai anggota JATCA yang dibuktikan dengan memiliki kartu tanda anggota IATCA. 2. Dikenal mempunyai integritas moral dan loyalitas yang tinggi terhadap profesinya dan ahli di dalam bidang profesi ATC. 23 fu ' Tap, ‘Moowes™ 3. Tidak pernah kena sanksi dan atau tindakan indisipliner dalam melaksanakan tugas organisasi maupun tugas profesi dari organisasi IATCA. BAB VIII DEWAN PENASEHAT ORGANISASI Pasal 36 Anggota Dewan Penasehat Organisasi 1. Dewan Penasehat Organisasi terdiri dari : a. Menteri Perhubungan Republik Indonesia: sebagai Penasehat Organisasi Utama. b. Direktur Jenderal Perhubungan Udara : sebagai anggota Penasehat Organisasi. ¢. Direktur Navigasi Penerbangan Direktorat Jendral Perhubungan Udara : sebagai anggota Penasehat Organisasi. d. Direktur Utama Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) : sebagai anggota Penasehat Organisasi. e, Mantan Ketua Umum DPP yang Laporan Pertanggungjawabannya diterima oleh Munas dan menyatakan bersedia jadi anggota Dewan Penasehat Organisasi. 2, Dewan Penasehat Organisasi IATCA di Daerah terdiri dari: a. Kepala Dinas Perhubungan pemerintah propinsi / kabupaten / kota setempat sebagai Penasehat Organisasi Utama di Daerah. b. Kepala Otoritas Bandara dan Pimpinan Kantor Pelayanan Navigasi Penerbangan (KPNP) setempat sebagai anggota Dewan Penasehat Organisasi di Daerah. c. Mantan Ketua DPC yang Laporan Pertanggungjawabannya diterima oleh Muscab/Muscablub dan menyatakan bersedia jadi anggota Dewan Penasehat Organisasi BAB IX KELENGKAPAN ORGANISASI Pasal 37 Biro Hukum IATCA (BHI) 1, Biro Hukum IATCA (BHI) dibentuk ditingkat pusat, dan bila diperlukan dapat dibentuk di tingkat cabang. 4 fu uo No contROLLeg, Oar ‘bones\* Tugas dan wewenang BHI: a. Melakukan pembinaan dan pengawasan kepada anggota tentang kesadaran hukum yang berlaku di Indonesia. b. Membela anggota dalam menjalankan profesinya baik yang menyangkut masalah etik, hukum, administrasi, atau organisasi, baik diminta atau tidak diminta. . Dalam menjalankan tugasnya, BHI perlu mendengarkan pendapat dan saran dari Pengurus inti dan pihak lain yang dianggap perlu. Pengurus BHI adalah anggota biasa yang ditetapkan oleh pengurus DPP. Pengurus BHI sekurang — kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Anggota. Masa jabatan BHI sama dengan masa bakti kepengurusan DPP. Biro Hukum IATCA mempertanggungjawabkan tugas dan pekerjaannya kepada DPP IATCA. Pasal 38 Biro Standarisasi Operasional ATC ( BSOA ) . Biro Standarisasi Operasional ATC (BSOA) dibentuk ditingkat pusat, dan bila diperlukan dapat dibentuk di tingkat cabang. Tugas dan wewenang BSOA: a. Melakukan pengawasan dan pendataan terhadap fasilitas yang dipergunakan dalam Air Traffic Services di Indonesia, b. Memberikan penilaian terhadap fasilitas yang sudah ada (existing). c. Memberikan rekomendasi terhadap fasilitas yang diperiukan untuk Air Trafic Services Dalam menjalankan tugasnya, BSOA perlu mendengarkan pendapat dan saran dari Pengurus inti dan pihak lain yang dianggap perlu. Pengurus BSOA adalah anggota biasa yang ditetapkan oleh pengurus DPP. Pengurus BSOA sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Anggota. Masa jabatan BSOA sama dengan masa bakti kepengurusan DPP. Biro Hukum IATCA mempertanggungjawabkan tugas dan pekerjaannya kepada DPP IATCA. 18 fu! be ye BAB X PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 39 Tata Cara Pengambilan Keputusan Pengambilan Keputusan didalam Munas / Munaslub atau Muscab / Musceblub atau rapat-rapat mengutamakan musyawarah mufakat. Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai maka keputusan berdasarkan suara terbanyak dalam pemungutan suara. Keputusan atau ketentuan Munas / Munaslub atau Muscab / Muscablubperihal orang, harus berdasarkan pemungutan suara secara bebas, langsung dan rahasia. BAB XI KEUANGAN Pasal 40 Sumber Keuangan Organisasi Besaran uang pangkal anggota dan iuran anggota untuk DPP ditetapkan dalam Rakernas dan dicantumkan dalam IATCA Manual, Turan anggota untuk DPC sesuai dengan hasil Rakercab tiap-tiap DPC. Organisasi dapat membentuk badan usaha, koperasi, mendapat bantuan perseorangan dan atau koperasi yang tidak mengikat, melakukan kerjasama dengam pihak lain sesuai dengan Peraturan yang beriaku, Pasal 41 Penggunaan Sumber Keuangan Organisasi Pengurus berhak dan bertanggung jawab menggunakan Sumber Keuangan Organisasi untuk hal-hal yang berkaitan dengan segala kegiatan organisasi. Laporan Penggunaan Sumber Keuangan Organisasi untuk tingkat pusat disampaikan oleh Ketua Umum DPP ke DPC secara periodik setiap 6 bulan dalam bentuk tertulis yang ditandatangani oleh Ketua Umum DPP dan Bendahara Umum. Laporan Penggunaan Sumber Keuangan Organisasi untuk tingkat cabang disampaikan oleh Ketua DPC ke Anggota secara periodik setiap 3 bulan dalam bentuk tertulis yang ditandatangani oleh Ketua DPC dan Bendahara. 16 tly contBOLLERg, Ray, Se Tooness™ BAB XII ATURAN TAMBAHAN Hal — hal yang tidak diatur dalam ART akan diatur lebih lanjut melalui peraturan organisasi selama tidak bertentangan dengan hirarki hukum organisasi BAB XIII PENUTUP 1. Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal 3 Mei 2019. 2. Dengan berlakunya Anggaran Rumah Tangga ini maka Anggaran Rumah Tangga sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi. Ditetapkan di: SEMARANG Pada tanggal : 2 MEI 2019 DEWAN PIMPINAN SIDANG MUSYAWARAH NASIONAL VIL INDONESIA AIR TRAFFIC CONTROLLERS ASSOCIATION WAKIL KETPA KETUA SIDANG SEKRETARIS 7

Anda mungkin juga menyukai