Anda di halaman 1dari 7

63 Chem. Prog. Vol. 9. No.

2, November 2016

POTENSI ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI VIRGIN COCONUT


OIL DARI TANAMAN KELAPA ASAL PAPUA

Maria Ludya Pulung1*, Radite Yogaswara2, dan Fajar Ria D.N. Sianipar1

1
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Papua
2
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Papua

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antioksidan dan antibakteri dari minyak kelapa asal Papua.
Ekstrak minyak kelapa diperoleh dengan menggunakan metode fermentasi dan pemanasan. Aktivitas antioksidan
dilakukan dengan metode DPPH sementara aktivitas antibakteri dengan metode sumuran. Hasil uji aktivitas
antibakteri menunjukkan bahwa VCOP lebih baik menghambat pertumbuhan bakteri E.coli, sementara VCO
fermentasi lebih baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus. Uji aktivitas antioksidan menunjukkan
bahwa VCO yang diekstrak dengan menggunakan metode pemanasan (VCOP) sangat berpotensi sebagai
antioksidan alami.

Kata kunci: VCO, antioksidan, antibakteri

ABSTRACT

This research aims to determine the antioksidant and antibacterial potency of virgin coconut oil from Papua. Virgin
coconut oil was extracted using fermentation and heated methods. The antibakteria potency was determined using
sumuran method, while antioksidant was determined using scavenging DPPH method. Antibacterial activity
showed that VCOP extract most inhibition the growth of E.coli, while the VCOF most inhibit the growth of S. aureus.
The results showed that virgin coconut oil was extract using heated (VCOP) method most potent as antioksidant
nature.

Keywords: VCO, antioksidant, antibacterial

PENDAHULUAN (13-19%), asam lemak palmitat (7,5-10,5%), asam


lemak kaprilat (5-10 %), asam lemak kaprat (4-
Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah 5,8%), asam lemak stearat (1-3%). Di dalam istilah
satu tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi kesehatan, asam lemak jenuh tersebut lebih
bagi masyarakat Indonesia, bahkan termasuk dikenal dengan nama Medium Chain Fatty Acid
komoditas sosial, produknya merupakan salah satu (MCFA). Sementara asam lemak tak jenuh terdiri
dari sembilan bahan pokok masyarakat. Salah satu dari asam oleat (omega9) (5-8%), asam linoleat
produk kelapa yang saat ini berkembang dan (omega 6) (1,5-2,5%), dan asam palmitoleat
diminati adalah virgin coconut oil (VCO). Minyak (1,3%). Sedangkan komposisi kimia minyak
kelapa murni atau VCO menarik perhatian para kelapa murni diantaranya ± 66% minyak, protein
peneliti karena diyakini berkhasiat untuk 6-7% dari berat keringnya, air 48%, serat kasar
kesehatan diantaranya menurunkan resiko kanker, 5%, kadar abu ±2%. Selain asam lemak, beberapa
membantu mencegah infeksi virus, mendukung komponen kimia lain yang telah diketahui
system kekebalan tubuh, membantu kulit tetap terkandung dalam virgin coconutoil adalah sterol,
lembut dan halus, tidak mengandung kolesterol vitamin E dan fraksi polifenol (asam fenolat).
dan tidak menyebabkan kegemukan ( (Lim dkk., Komponen kimia tersebut telah dilaporkan
2014). mempunyai aktifitas antioksidan pada berbagai
Komponen kimia asam lemak yang bahan tanaman, produk makanan dan pada sistem
terkandung dalamVCO adalah asam lemak jenuh biologis.
rantai sedang dan pendek, asam lemak jenuh rantai Komponen asam lemak dalam VCO yang
sedang dan pendek mudah dicerna dan diserap dilaporkan bermanfaat untuk kesehatan terutama
tubuh. Adapun senyawa asam lemak jenuhnya adalah asam laurat. Asam laurat adalah sejenis
adalah asam laurat (41-52 %), asam lemak miristat asam lemak jenuh dengan rantai karbon C
*
Korespondensi :
Telepon: -
E-mail: Ludya_chemistry@yahoo.com
DOI: https://doi.org/10.35799/cp.9.2.2016.27991
Chem. Prog. Vol. 9. No. 2, November 2016 64

menengah (C-12) yang juga merupakan komponen antibiotic (Tjay & Rahardja, 2002). Meluasnya
terbesar dalam minyak kelapa murni. Asam laurat resistensi mikroba terhadap obat-obatan yang ada,
dalam tubuh manusia dirubah menjadi suatu mendorong pentingnya penggalian antimikroba
bentuk senyawa monogliserida yakni monolaurin. baru dari bahan alam.
Monolaurin merupakan senyawa yang bersifat Selama ini virgin coconut oi lasal Papua
antivirus, antibakteri, dan antijamur. Dalam digunakan oleh masyarakat terbatas hanya sebagai
mekanismenya monolaurin dapat merusak minyak goreng. Maria dkk. (2008) telah
membran lipid (lapisan pembungkus virus) menganalisis kadar asam lemak minyak kelapa
diantaranya virus HIV, influenza, dan beberapa murni (VCO) pada tanaman kelapa asal Papua.
virus lainnya. Beberapa jenis bakteri seperti Hasil analisis menunjukkan minyak kelapa murni
Staphylococcusaureus, Helieobacterpylori asal Papua dapat digunakan sebagai obat karena
(bakteri penyebab sakit maag) dilaporkan dapat memiliki kandungan asam lemak laurat (43%).
dimatikan oleh senyawa monolaurin (Rindengan, Hasil tersebut memenuhi Standar Internasional
2006). kandungan asam lemak dalam VCO. Dalam
Di samping itu Salerno & Smith (1991) rangka menindaklanjuti hasil penelitian yang telah
melaporkan bahwa VCO menghambat dilakukan oleh Maria dkk. (2008) maka perlu
pertumbuhan sel kanker kolon manusia (HT-29) in dilakukan uji antioksidan dan antibakteri pada
vitro dibanding asam linoleat dan asam oleat, VCO asal Papua. Pemanfaatan tanaman kelapa
sedangkan Eder dkk. (2005) melaporkan bahwa asal Papua sebagai antioksidan dan antibakteri
virgin coconutoil menghambat kerusakan oksidasi alami diharapkan dapat meningkatkan nilai
DNA lebih baik dibanding minyak bunga ekonomi tanaman kelapa asal Papua.
matahari. Radikal bebas diketahui sebagai salah
satu penyebab beberapa proses patologis seperti; BAHAN DAN METODE
kanker, atherosclerosis dan perubahan sel negatif
yang berkaitan dengan penuaan dini, dan lain-lain. Bahan dan alat
Konsumsi diet antioksidan sangat dibutuhkan VCO dibuat dari kelapa segar, umur 11-13
dalam melindungi penyakit degeneratif tersebut bulan sesuai dengan parameter kematangan yang
melawan radikal bebas. Antioksidan sintetik ditetapkan oleh Suhardiman (2000), jenis kelapa
sepertiter-butilhidroksi anisol (BHA), ter- dalam dan berasal dari Kabupaten Merauke yang
butilhidroksi toluen (BHT), propil galat (PG), dan dikoleksi secara exsitu oleh UPT Kebun Percobaan
ter-butil hidrokuinon (TBHQ) yang selama ini Universitas Papua di daerah Amban Pantai
digunakan dapat meningkatkan terjadinya Manokwari-Papua Barat. Kelapa disimpan dalam
karsinogenesis (Amarowicz dkk. 2000) dan juga bentuk utuh selama 1-4 minggu di tempat kering
toksik disebabkan karena komponen-komponen pada suhu ruangan (25-28 oC) sebelum digunakan.
hasil degradasi antioksi dan sintetik ini (Farhoosh,
2005). BHA dan BHT yang sering ditambahkan Metode ekstraksi VCO
pada makanan juga menginduksi kerusakan Pertama kelapa diparut dan diambil
deoxyribonucleicacid (DNA) (Wangensteen dkk santannya, kemudian santan didiamkan selama 30
2004). Karena alas an ini, maka pencarian menit. Santan kental yang diperoleh selanjutnya
antioksidan yang berasal dari bahan alami seperti dibagi dua masing-masing sebanyak 325 mL.
tanaman, sayuran, dan buah-buahan menjadi VCO diperoleh dengan cara santan kental
sangat pending dilakukan. dipanaskan pada 130 oC selama 30 menit (VCOP)
Dalam pengobatan penyakit infeksi, dan difermentasi menggunakan fermipan (ragi
masalah yang sering timbul adalah terjadinya yang telah dikomersilkan) 10% selama semalam
resistensi. Resistensi bakteri terhadap antibiotik (VCOF). Sampel VCOP dan VCOF masing-
membawa masalah tersendiri yang dapat masing diuji aktivitas antioksidannya dengan
menggagalkan terapi. Bagi negara–Negara metode DPPH dan antibakteri menggunakan
berkembang timbulnya strain bakteri yang resisten metode sumuran. Selanjutnya pada kedua sampel
terhadap antibiotik menyebabkan angka kematian tersebut diekstrak kandungan total fenoliknya
semakin meningkat. Selain itu cara pengobatan menggunakan metanol dan uji aktivitas
dengan menggunakan kombinasi berbagai antioksidannya.
antibiotic juga dapat menimbulkan masalah yaitu
munculnya bakteri yang multi resisten terhadap
Penentuan kandungan total fenolik pada
VCOP dan VCOF
65 Chem. Prog. Vol. 9. No. 2, November 2016

Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 mL pada S. aureus. Hasil uji antibakteri pada bakteri
larutan sampel dan ditambah 1 mL Na2CO3 jenuh kemudian ditentukan dengan mengukur diameter
dibiarkan 10 menit pada suhu kamar, selanjutnya zona hambatan yang terbentuk disekeliling
ditambah 0,5 mL reagen folin-ciocalteu (1:1) dan sumuran sebanyak 3 kali. Semakin besar zona
7,5 mL aquades, digojog dan dibiarkan selama 30 hambatannya, maka semakin besar kemampuan
menit. Absorbansi diukur pada 750 nm, daya hambat VCO terhadap bakteri. Pada Tabel 1.
konsentrasi fenolat sampel dihitung berdasarkan Pengamatan dilakukan sebanyak 2 kali ulangan,
kurva standar yang diperoleh dari fenol murni. duplo.

Ekstrak komponen polifenol pada VCOP dan Tabel 1. Kategori aktivitas antibakteri (diameter
VCOF zona hambat)
Sebanyak 20 gram sampel diekstrak dengan No. Diameter zona Keterangan
50 mL methanol, campuran diaduk selama 1 jam hambat(mm)
pada suhu ruang, dibekukkan selama 1 minggu
1. ˂5 Aktivitas lemah
untuk memisahkan antara fraksi polar dengan lipid
pemisahan dilakukan secara manual, fraksi polar 2. 5-10 Sedang
yang mengandung polifenol adalah fraksi metanol 3. 10-20 Kuat
yang sudah tidak mengandung fraksi lipid (beku) 4. 20-30 Sangat kuat
yang melayang. Fraksi polar yang diperoleh
selanjutnya diuji aktivitas antioksidannya Analisis statistik
menggunakan metode DPPH. Data pengamatan selanjutnya dianalisis
dengan pola rancangan acak lengkap berfaktorial
Pengujian aktivitas antioksidan pada VCOP, dan analisis varian serta uji lanjut Duncan pada
VCOF, polifenol VCOP (PVCOP) dan polifenol taraf kepercayaan α (5%) menggunakan SPSS 22.
VCOF (PVCOF)
Aktivitas antioksidan pada VCOF, VCOP, HASIL DAN PEMBAHASAN
PVCOP dan PVCOF polifenol ditentukan dengan
menggunakan metode DPPH. Pada sampel dibuat Krim santan yang diperoleh dari 5 buah
seri konsentrasi masing-masing 60; 70; 80; 90 dan kelapa adalah sebanyak 750 mL, dimana 325 mL
100 µg/mL lalu ditambahkan DPPH 90 µM dalam dipanaskan pada suhu 130 oC selama 30 menit
95% methanol, dibiarkan pada suhu ruang dan untuk memperoleh VCO pemanasan (VCOP) dan
gelap selama 30 menit dan dihitung absorbansi sebagiannya lagi difermentasi dengan
pada 515 nm, dilakukan juga pada kontrol positif menggunakan fermipan 10% selama 1 malam
(BHT). Data absorbansi yang diperoleh sehingga diperoleh VCO fermentasi (VCOF).
selanjutnya digunakan untuk menghitung Banyaknya minyak VCO yang diperoleh masing-
persentase penangkalan (scavenging) radikal masing adalah 50 dan 40 mL.
bebas DPPH dengan persamaan berikut:
𝐴 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑜 − 𝐴 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 Pengukuran kandungan total fenolik pada
𝑥 100% VCOP, VCOF
𝐴 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
Total polifenol dilakukan secara kualitatif
Nilai IC50 dihitung dengan persamaan regresi linear. menggunakan metode Folin-Ciocalteu reagent
Pengujian aktivitas antibakteri (FCR). Perubahan warna yang terjadi pada larutan
Uji aktivitas antibakteri menggunakan uji menandakan terdapat senyawa golongan
metode sumuran yang dimodifikasi. Sebanyak 0,1 polifenol. Total polifenol pada VCOF dan VCOP
mL bakteri E.coli dari media NB ditetesi pada dapat dilihat pada Tabel 2. Komponen senyawa
media NA dalam cawan petri steril, lalu diratakan fenolat merupakan antioksidan alami yang banyak
terdapat di alam (Parr & Bolwell, 2000). VCO
menggunakan metode sebar. Kemudian dibuat
sumuran dengan curbor steril (diameter 1 cm). merupakan salah produk alam yang juga
Setiap cawan petri dibuat sebanyak 6 sumuran mengandung komponen senyawa fenolik dan dan
yang masing-masing sumuran dimasukkan vitamin E yang bersifat antioksidan (vitamin E
dari golongan monofenol dan asam fenolat dari
sebanyak 10 µL, VCO pemanasan dan VCO
fermentasi serta antibiotik Kloramfenikol 30 mM. golongan polifenol). 1,96
Selanjutnya diinkubasi selama 48 jam pada suhu Tabel 1,96
2. Kandungan
y = 0,1218xtotal fenolik pada VCOP dan
+ 1,7025
ruang 27 o C, perlakuan yang sama juga dilakukan VCOF R² = 0,7376
% Penangkapan DPPH

1,95
1,95 a
1,94
1,94
1,93
Chem. Prog. Vol. 9. No. 2, November 2016 66

No. JenisVCO Kandungan total


fenolik (µg/mL)
1. VCO fermentasi 49,56 ± 3,539
2. VCO pemanasan 59,88 ± 0,515

Tabel 2. menunjukkan adanya perbedaan


kandungan total fenol pada VCO yang diektrak
dengan metode fermentasi dan Pemanasan. Kadar
total fenol pada VCO yang diperoleh dengan
metode pemanasan memiliki kandungan asam
fenolat yang lebih tinggi yakni sebesar 59,88
1,92
µg/mL dibandingan kadar total fenol pada VCO
yang diperoleh dengan menggunakan metode 1,91 y = 0,1616x + 1,5832
fermentasi (49,56 µg/mL). Adanya perbedaan 1,91 R² = 0,9389

Log % Penangkapan DPPH


kandungan total komponen fenolik pada VCOF 1,90
dan VCOP diduga dipengaruhi oleh metode yang 1,90
digunakan untuk mengekstrak VCO. Emulsi b
1,89
santan yang digunakan pada metode fermentasi
1,89
dan pemanasan mengandung fase air, minyak dan
protein (organik). Senyawa fenolik merupakan 1,88
komoponen senyawa yang bersifat polar. 1,88 IC50 = 22,14
Pada proses ekstrak minyak kelapa murni 1,87
dengan menggunakan metode fermentasi, 1,87
pemisahan minyak dari protein dan air diinduksi 1,75 1,80 1,85 1,90 1,95 2,00 2,05
dengan adanya penambahan ragi (fermipan). Pada
saat terjadinya pemisahan diduga senyawa fenolik Log Konsentrasi
yang bersifat polar akan tertarik pada lapisan air 1,96
dan protein, sehingga kandungan senyawa fenolat
y = 0,1586x + 1,6264
yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan 1,95
Log % Penangkapan DPPH

R² = 0,7383
metode pemanasan (Kapila dkk., 2009).
Pada proses pemanasan digunakan suhu di 1,94
atas 100 oC, pada saat suhu pemanasan mencapai c
suhu penguapan air maka komponen senyawa 1,93
fenolik yang tadinya bergabung pada fase air
(polar) akan tertarik atau bergabung dengan 1,92
minyak VCO yang telah terpisah. Hal ini
menyebabkan kandungan total fenol pada VCOP 1,91
IC50 = 21,27 µg/mL
kaya akan komponen senyawa fenolik
dibandingkan metode fermentasi. 1,90
1,75 1,80 1,85 1,90 1,95 2,00 2,05
Uji aktivitas antiokisdan VCOP, VCOF, Log Konsentrasi
ekstrak polifenol VCOF dan VCOP
Gambar 1. menunjukkan adanya perbedaan Gambar 1. (a) IC50 Polifenol VCOF; (b) IC50
aktivitas antiosidan sintetik dalam hal ini yang polifenol VCOP; (c) IC50 kontrol positif
digunakan adalah BHT dengan antioksidan (antioksidan BHT)
komponen fenolik pada minyak VCOF dan 1,97
VCOP. Jika dibandingkan aktivitas antioksidan Hal ini disebabkan karena dalam VCOF dan
VCOP terdapat 2 senyawa akseptor yang 1,96
antara VCOF,VCOP, PVCOF dan PVCOP, data
Log % Penangkapan DPPH

pada Gambar 2 memperlihatkan bahwa VCOF dan bertindak dalam menangkap radikal DPPH yakni 1,96
VCOP memiliki aktivitas antioksidan yang lebih komponen senyawa fenolik dan vitamin E. ekstrak 1,95
baik dibanding antioksidan sintetik (BHT). polifenol VCOP (PVCO) memiliki aktivitas yang 1,95
sedikit lebih rendah dibandingkan antioksidan
1,94
BHT. Namun perbedaan tersebut tidaklah
signifikan. 1,94
Minyak kelapa murni diperoleh dengan 1,93
1,93
1,92
1,70
67 Chem. Prog. Vol. 9. No. 2, November 2016

menggunakan 2 metode yakni fermentasi dan


pemanasan. VCO yang diekstrak dengan metode
fermentasi di sebut VCOF sedangkan VCO yang
diekstrak dengan metode pemanasan di sebut
VCOP. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan
dengan mengukur kemampuan minyak VCO
dalam menangkap (Scavenging) radikal DPPH.
Kemampuan ini di tandai dengan adanya
perubahan warna ungu menjadi kekuning-
kuningan. Gambar 2. menunjukkan perbedaan
nilai IC50 pada VCOF dan VCOP, VCOF
memiliki nilai IC50 yang lebih besar (20,89 1,98
µg/mL) dibandingkan VCOP (17,19 µg/mL) hasil y = 0,1993x + 1,5789
1,98
ini menunjukkan bahwa VCOP lebih potensial

Log % Penangkapan DPPH


1,97 R² = 0,9944
sebagai antioksidan alami dibanding VCOF.
1,97
Semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas
1,96
antioksidannya makin tinggi. Proses ektrak VCO b
1,96
terlihat mempengaruhi aktivitas antioksidan pada
1,95
ke dua sampel tersebut.
1,95
Emulsi santan mengandung 3 lapisan yang IC50 = 17,17 µg/mL
1,94
menyatu yaitu lapisan air, protein (blondo) dan
minyak. Proses fermentasi dan pemanasan 1,94
digunakan untuk memisahkan ke tiga lapisan 1,93
tersebut. Pada proses fermentasi digunakan suhu 1,70 1,80 1,90 2,00 2,10
ruang untuk pemisahan. Suhu tersebut Log Konsentrasi
menyebabkan banyaknya kandungan air yang
Gambar 2 (a) Nilai IC50 pada VCOF dan (b) Nilai
terakumulasi sehingga senyawa polifenol yang
IC50 pada VCOP
bersifat polar akan banyak terdistribusi pada
lapisan air dan protein yang bersifat polar.
Ekstrak polifenol dilakukan dengan
Sementara dengan menggunakan pemanasan
menggunakan pelarut metanol (polar), sehingga
(suhu di atas 100 oC), dapat menyebabkan
pada PVCOF (ekstrak polifenol pada VCOF) dan
terjadinya penguapan air. Penguapan air
PVCOP (ekstrak polifenol pada VCO) yang
menyebabkan senyawa fenolik yang bersifat
bertindak sebagai akseptor radikal DPPH hanya
antioksidan terdistribusi ke lapisan minyak. Hal
senyawa polifenol. Hal ini berdampak pada
inilah yang menyebabkan sehingga aktivitas
aktivitas antioksidannya yang semakin menurun
antioksidan VCOP lebih tinggi dibandingkan
ditandai dengan semakin besar nilai IC50nya
VCOF.
(Gambar 1). Dalam scavenging radikal DPPH,
Aktivitas antioksidan VCOF dan VCOP
senyawa asam fenolat mempunyai berat molekul
jika dibandingkan dengan aktivitas antioksidan
yang lebih kecil dari vitamin E, walaupun struktur
pada ekstrak polifenol VCOF (PVCOF) dan
kimia ke dua komponen mempunyai ikatan ganda
ekstrak polifenol VCOP (PVCOP), terdapat
yangmemberikan karakteristik dalam kekuatan
perbedaan aktivitas yang signifikan. Gambar 2
scavenging radikal, tetapi asam fenolat cenderung
menunjukkan bahwa IC50 VCOF dan VCOP lebih
lebih cepat mendonorkan atom hidrogennya
baik aktivitas antioksidannya dibandingkan
dibanding vitamin E. Vitamin E dan komponen
aktivitas antioksidan pada PVCOP dan PVCOF.
polifenol keduanya memiliki aktivitas antioksidan
Perbedaan aktivitas ini disebabkan karena adanya
namun terdapat perbedaan kemampuan
dua komponen fenolat bersifat antioksidan yang
scavenging radikal diantara keduanya. Vitamin E
bertidak sebagai akseptor radikal DPPH dalam
bereaksi dengan cepat terhadap radikal peroksil
sampel VCOF dan VCOP. Minyak kelapa murni
tetapi bereaksi lambat atau inert terhadap radikal
mengandung dua senyawa fenolat yaitu vitamin E
DPPH (Huang, 2005).
dan asam fenolat. Vitamin E cenderung bersifat
Besarnya pengaruh polifenol VCOP
non polar sementara polifenol bersifat polar.
terhadap scavenging DPPH radikal mungkin juga
dapat disebabkan adanya faktor yang dapat
mempengaruhi dekomposisi polifenol selama
Chem. Prog. Vol. 9. No. 2, November 2016 68

termal yakni suhu dan jenis termal. Produk Menurut Silalahi (2014), VCO tidak
dekomposisi dari oksidasi polifenol tersebutlebih memiliki aktivitas antibakteri terhadap beberapa
stabil dalam scavenging radikal. Beberapa laporan bakteri yaitu Pseudomonas aeruginosa,
mengenai pengaruh suhu terhadap asam fenolat Staphylococcusaureus, Staphylococcus
mungkin dapat menjelaskan fenomena yang epidermidis dan Propionibacterium acnes
terjadi pada polifenol VCO akibat pemanasan dikarenakan VCO mengandung sedikit asam
(PVCOP), diantaranya laporan Murakami dkk. lemak bebas dan tidak ada kehadiran monolaurin.
(2004) menyatakan bahwa asam klorogenat yang VCO pemanasan secara signifikan lebih
dipanaskan pada 100 oC mengalami dekomposisi. baik menghambat pertumbuhan bakteri E.coli
Peningkatan pemanasan sampai 180 oC masih dibandingkan dengan VCO fermentasi. Namun
menghasilkan produk dekomposisi yang masih sebaliknya VCO fermentasi lebih baik dalam
mempunyai aktivitasantioksidan. Dengan menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
demikian perlakuan pemanasan VCO pada suhu aureus. Hal tersebut diduga disebabkan oleh
130 oC selama 30 menit mungkin telah adanya perbedaan kandungan asam lemak rantai
membentuk produk intermediat hasil degradasi sedang (asam laurat dan miristat), komponen
termal polifenol yang lebih besar kemampuannya antioksidan, komponen asam organik dan
dalam scavenging DPPH radikal dibanding produk aromatik, dan bakteriosin hidrofobik pada kedua
intermediat hasil degradasi termal vitamin E. jenis VCO yang digunakan. Menurut Hamdayani
2009, VCO fermentasi mengandung asam laurat
Aktivitas antibakteri pada VCOF dan VCOP (46,82%), kaprilat (6,01%), kaprat (7,5%), miristat
Hasil penelitian menunjukkan bahwaVCO (17,02%), palmitat (7.21%), palmitoleat (3,11%),
fermentasi dan VCO pemanasan dapat stearat (5,41%), dan asam linoleat (1,3%). VCO
menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dan S. fermentasi tersebut menunjukkan aktivitas
aureus. Rata-rata zona hambatan dari VCO antibakteri yang mampu menghambat
fermentasi dan VCO pemanasan terhadap kedua pertumbuhan Bacillus subtilis, E.coli,
bakteri yang diujikan dapat dilihat Tabel 3. Pseudomonas fluorescence, Bacillus cereus dan
Berdasarkan diameter zona hambat yang terbentuk Salmonella. Namun efek penghambatan yang
pada pemberian VCO fermentasi dan VCO paling rendah terjadi pada Bacillus cereusdan E.
pemanasan termasuk dalam kategori sedang (0,5- coli. Asam organik seperti asetat dan laktat mampu
1 cm) dalam merespon hambatan pertumbuhan menghambat pertumbuhan bakteri patogen
bakteri. Kategori ini lebih rendah bila (Carpenter dkk., 2011). Hexanal dan 2-hexenal
dibandingkan dengan kontrol positif yang diujikan mampu mengurangi kecepatan tumbuh dari
(Kloramfenikol) yang memiliki kategori kuat populasi mikroba mesotrofik dan psikrotropik
dalam kemampuan respon hambatan pertumbuhan pada buah olah minimal di suhu dingin.
bakteri uji. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Loung (2014) yakni VCO memiliki aktivitas KESIMPULAN
antibakteri terhadap S.aureus, S. thypi dan E. coli.
Namun lebih rendah daripada kloramfenikol VCO pemanasan (VCOP) dapat
standar dan tetrasiklin. menghambat pertumbuhan bakteri E. coli
dibandingkan dan VCOF lebih kuat dalam
Tabel 3. Rata-rata zona hambatan dari tiap menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
perlakuan terhadap bakteri uji Escherichia coli dan aureus. Kadar total fenol yang terdapat VCOP
Staphylococcus aureus setelah inkubasi 48 jam adalah 59,88 µg/mL sementara kadar total fenol
pada suhu ruang pada VCOF adalah 49,56, µg/mL. Persen
Zona hambatan (cm) penangkapan radikal DPPH menunjukkan bahwa
No. Sampel E. coli S. aureus VCOP (IC50 17,19 µg/mL) dan VCOF (IC50 20,89
µg/mL) memiliki potensi sebagai antioksidan
1. Kloramfeniko 0,833±0,28 1,217±0,57
a a
dibandingkan ekstrak polifenol VCOF (27,26
l µg/mL), ekstrak polifenol VCOP (IC50 21,22
2. VCOP 0,683±0,07 0,500±0,50 µg/mL) dan kontrol positif BHT (21,35 µg/mL.
b b
Minyak kalapa murni (VCO) asal Merauke sangat
3. VCOF 0,650±0,08 0,583±0,14 potensial digunakan sebagai antioksidan dan
b b antibakteri alami.
UCAPAN TERIMAKASIH
69 Chem. Prog. Vol. 9. No. 2, November 2016

International Journal of Pharmarcy and


Penulis mengucapkan terimakasih kepada Technology Research. 6(2), 628-633.
Kemenristek Dikti yang telah membiayai Murakami, M. Yamaguchi, T. Takamura, H. &
penelitian ini melalu dana penelitian dosen pemula Atoba, M.T. 2004. Effects of thermal
tahun 2016. Penulis juga menyampaikan terima treatment on radical-scavenging activity of
kasih kepada teknisi di Jurusan Kimia UNIPA single and mixed poliphenolic compounds.
yang telah membantu peneliti selama melakukan Journal of Food Science. 69(1), FCT7-
penelitian di Laboratorium. FCT10.
Parr, A.J. & Bolwell, G.P., 2000. Phenols in plant
DAFTAR PUSTAKA and in man. The potential for possible
nutritional enhancement of the diet by
Amarowicz, R., Naczk, M. & Shahidi, F. 2000. modifying the phenols content or profile.
Antioxidant activity of crude tannins of Journal of the Science of Food and
canola and Rapeseed Hulls. Journal of the Agriculture. 80(7): 985-1012
American Oil Chemists Society. 77(9), 957- Pulung, M.L. 2008. Analisis kadar asam lemak
961. minyak kelapa murni (VCO) pada tanaman
Eder, E., Wacker, M., Lutz, U., Nair, J., Fang, X., kelapa (Cocos nucifera L.) di Papua.
Bartsch, H., Beland, F.A., Schlatter, J. & Skripsi. Jurusan Kimia, FMIPA,
Lutz, K. W. 2005. Oxidative stress related Universitas Negeri Papua. Manokwari.
DNA adducts in the liver of female ratsfed Rindengan & Novarianto, 2006. Virjin coconut
with sunflower, rapeseed, olive or coconut oil: Pembuatan dan pemanfaatan. Seri
oil supplemented diets. Chem BiolInteract, Agritekno. Penerbar Swadaya.
Oct, paper 164. Salerno, J. W. & Smith, D.E., 1991. Theuse of
Farhoosh, R., 2005. Antioxidant activity and sesame oil and other vegetables oils in the
mechanism of action of buteinin linoleic inhibition of human colon cancer growth in
acid. Food Chemistry. 93(4), 633-699. vitro. Anticancer Research. 11(1), 209-
Hamdayani, R.J., Sulistyo & Rahayu, R.D. 2009. 215.Silalahi, J., Yademe, T.P. & Putra,
Extraction of coconut oil (Cocos nucifera E.D. 2014. Antibacterial activity of
L.) through F=fermentation. Biodiversitas. hydrolyzed virgin coconut oil. Asian
10(3), 151-157. Journal of Pharmaceutical and Clinical
Huang, D., Ou, B. & Prior, L.R. 2005. The Research, 7(2), 90-94.
Chemistry behind antioxidant capacity Tjay, T.H. & Rahardja, K. 2002. Obat-obat
assays. Journal of the Science of Food and penting khasiat, penggunaan dan efek
Agriculture, 53(1), 1841-1856. samping, Edisi IV, Departemen Kesehatan
Kapila N., S., Chamil D., H. & Sagarika, E. 2009. Republik Indonesia, Jakarta, 195-204.
Comparison of the phenolic-dependent Wangensteen, H., Samuelsen, A.B. & Malterud,
antioxidant properties of coconut oil K.E. 2004. Antioxidant activity in extracts
extracted under cold and hot conditions. from Coriander, Food Chemistry. 88(2),
Food Chemistry. 114(4), 1444-1449. 293-297.
Loung, F. S., Silalahi, J. & Suryanto, D. 2014. Lim, F.P.K., Bongosia, L.F.G., Yao, N.B.N. &
Antibacterial activity of enzymatic Santiago, L.A. 2014. Cytotoxic activity of
hydrolyzed of virgin coconut oil and palm the phenolic extract of virgin coconut oil on
kernel oil against Staphylococcus aureus, human hepatocarcinoma cells (HepG2).
Salmonella thypi and Escherichia coli. International Food Research Journal.
21(2), 729-733.

Anda mungkin juga menyukai