Pulung, DKK, 2016
Pulung, DKK, 2016
2, November 2016
Maria Ludya Pulung1*, Radite Yogaswara2, dan Fajar Ria D.N. Sianipar1
1
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Papua
2
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Papua
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antioksidan dan antibakteri dari minyak kelapa asal Papua.
Ekstrak minyak kelapa diperoleh dengan menggunakan metode fermentasi dan pemanasan. Aktivitas antioksidan
dilakukan dengan metode DPPH sementara aktivitas antibakteri dengan metode sumuran. Hasil uji aktivitas
antibakteri menunjukkan bahwa VCOP lebih baik menghambat pertumbuhan bakteri E.coli, sementara VCO
fermentasi lebih baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus. Uji aktivitas antioksidan menunjukkan
bahwa VCO yang diekstrak dengan menggunakan metode pemanasan (VCOP) sangat berpotensi sebagai
antioksidan alami.
ABSTRACT
This research aims to determine the antioksidant and antibacterial potency of virgin coconut oil from Papua. Virgin
coconut oil was extracted using fermentation and heated methods. The antibakteria potency was determined using
sumuran method, while antioksidant was determined using scavenging DPPH method. Antibacterial activity
showed that VCOP extract most inhibition the growth of E.coli, while the VCOF most inhibit the growth of S. aureus.
The results showed that virgin coconut oil was extract using heated (VCOP) method most potent as antioksidant
nature.
menengah (C-12) yang juga merupakan komponen antibiotic (Tjay & Rahardja, 2002). Meluasnya
terbesar dalam minyak kelapa murni. Asam laurat resistensi mikroba terhadap obat-obatan yang ada,
dalam tubuh manusia dirubah menjadi suatu mendorong pentingnya penggalian antimikroba
bentuk senyawa monogliserida yakni monolaurin. baru dari bahan alam.
Monolaurin merupakan senyawa yang bersifat Selama ini virgin coconut oi lasal Papua
antivirus, antibakteri, dan antijamur. Dalam digunakan oleh masyarakat terbatas hanya sebagai
mekanismenya monolaurin dapat merusak minyak goreng. Maria dkk. (2008) telah
membran lipid (lapisan pembungkus virus) menganalisis kadar asam lemak minyak kelapa
diantaranya virus HIV, influenza, dan beberapa murni (VCO) pada tanaman kelapa asal Papua.
virus lainnya. Beberapa jenis bakteri seperti Hasil analisis menunjukkan minyak kelapa murni
Staphylococcusaureus, Helieobacterpylori asal Papua dapat digunakan sebagai obat karena
(bakteri penyebab sakit maag) dilaporkan dapat memiliki kandungan asam lemak laurat (43%).
dimatikan oleh senyawa monolaurin (Rindengan, Hasil tersebut memenuhi Standar Internasional
2006). kandungan asam lemak dalam VCO. Dalam
Di samping itu Salerno & Smith (1991) rangka menindaklanjuti hasil penelitian yang telah
melaporkan bahwa VCO menghambat dilakukan oleh Maria dkk. (2008) maka perlu
pertumbuhan sel kanker kolon manusia (HT-29) in dilakukan uji antioksidan dan antibakteri pada
vitro dibanding asam linoleat dan asam oleat, VCO asal Papua. Pemanfaatan tanaman kelapa
sedangkan Eder dkk. (2005) melaporkan bahwa asal Papua sebagai antioksidan dan antibakteri
virgin coconutoil menghambat kerusakan oksidasi alami diharapkan dapat meningkatkan nilai
DNA lebih baik dibanding minyak bunga ekonomi tanaman kelapa asal Papua.
matahari. Radikal bebas diketahui sebagai salah
satu penyebab beberapa proses patologis seperti; BAHAN DAN METODE
kanker, atherosclerosis dan perubahan sel negatif
yang berkaitan dengan penuaan dini, dan lain-lain. Bahan dan alat
Konsumsi diet antioksidan sangat dibutuhkan VCO dibuat dari kelapa segar, umur 11-13
dalam melindungi penyakit degeneratif tersebut bulan sesuai dengan parameter kematangan yang
melawan radikal bebas. Antioksidan sintetik ditetapkan oleh Suhardiman (2000), jenis kelapa
sepertiter-butilhidroksi anisol (BHA), ter- dalam dan berasal dari Kabupaten Merauke yang
butilhidroksi toluen (BHT), propil galat (PG), dan dikoleksi secara exsitu oleh UPT Kebun Percobaan
ter-butil hidrokuinon (TBHQ) yang selama ini Universitas Papua di daerah Amban Pantai
digunakan dapat meningkatkan terjadinya Manokwari-Papua Barat. Kelapa disimpan dalam
karsinogenesis (Amarowicz dkk. 2000) dan juga bentuk utuh selama 1-4 minggu di tempat kering
toksik disebabkan karena komponen-komponen pada suhu ruangan (25-28 oC) sebelum digunakan.
hasil degradasi antioksi dan sintetik ini (Farhoosh,
2005). BHA dan BHT yang sering ditambahkan Metode ekstraksi VCO
pada makanan juga menginduksi kerusakan Pertama kelapa diparut dan diambil
deoxyribonucleicacid (DNA) (Wangensteen dkk santannya, kemudian santan didiamkan selama 30
2004). Karena alas an ini, maka pencarian menit. Santan kental yang diperoleh selanjutnya
antioksidan yang berasal dari bahan alami seperti dibagi dua masing-masing sebanyak 325 mL.
tanaman, sayuran, dan buah-buahan menjadi VCO diperoleh dengan cara santan kental
sangat pending dilakukan. dipanaskan pada 130 oC selama 30 menit (VCOP)
Dalam pengobatan penyakit infeksi, dan difermentasi menggunakan fermipan (ragi
masalah yang sering timbul adalah terjadinya yang telah dikomersilkan) 10% selama semalam
resistensi. Resistensi bakteri terhadap antibiotik (VCOF). Sampel VCOP dan VCOF masing-
membawa masalah tersendiri yang dapat masing diuji aktivitas antioksidannya dengan
menggagalkan terapi. Bagi negara–Negara metode DPPH dan antibakteri menggunakan
berkembang timbulnya strain bakteri yang resisten metode sumuran. Selanjutnya pada kedua sampel
terhadap antibiotik menyebabkan angka kematian tersebut diekstrak kandungan total fenoliknya
semakin meningkat. Selain itu cara pengobatan menggunakan metanol dan uji aktivitas
dengan menggunakan kombinasi berbagai antioksidannya.
antibiotic juga dapat menimbulkan masalah yaitu
munculnya bakteri yang multi resisten terhadap
Penentuan kandungan total fenolik pada
VCOP dan VCOF
65 Chem. Prog. Vol. 9. No. 2, November 2016
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 mL pada S. aureus. Hasil uji antibakteri pada bakteri
larutan sampel dan ditambah 1 mL Na2CO3 jenuh kemudian ditentukan dengan mengukur diameter
dibiarkan 10 menit pada suhu kamar, selanjutnya zona hambatan yang terbentuk disekeliling
ditambah 0,5 mL reagen folin-ciocalteu (1:1) dan sumuran sebanyak 3 kali. Semakin besar zona
7,5 mL aquades, digojog dan dibiarkan selama 30 hambatannya, maka semakin besar kemampuan
menit. Absorbansi diukur pada 750 nm, daya hambat VCO terhadap bakteri. Pada Tabel 1.
konsentrasi fenolat sampel dihitung berdasarkan Pengamatan dilakukan sebanyak 2 kali ulangan,
kurva standar yang diperoleh dari fenol murni. duplo.
Ekstrak komponen polifenol pada VCOP dan Tabel 1. Kategori aktivitas antibakteri (diameter
VCOF zona hambat)
Sebanyak 20 gram sampel diekstrak dengan No. Diameter zona Keterangan
50 mL methanol, campuran diaduk selama 1 jam hambat(mm)
pada suhu ruang, dibekukkan selama 1 minggu
1. ˂5 Aktivitas lemah
untuk memisahkan antara fraksi polar dengan lipid
pemisahan dilakukan secara manual, fraksi polar 2. 5-10 Sedang
yang mengandung polifenol adalah fraksi metanol 3. 10-20 Kuat
yang sudah tidak mengandung fraksi lipid (beku) 4. 20-30 Sangat kuat
yang melayang. Fraksi polar yang diperoleh
selanjutnya diuji aktivitas antioksidannya Analisis statistik
menggunakan metode DPPH. Data pengamatan selanjutnya dianalisis
dengan pola rancangan acak lengkap berfaktorial
Pengujian aktivitas antioksidan pada VCOP, dan analisis varian serta uji lanjut Duncan pada
VCOF, polifenol VCOP (PVCOP) dan polifenol taraf kepercayaan α (5%) menggunakan SPSS 22.
VCOF (PVCOF)
Aktivitas antioksidan pada VCOF, VCOP, HASIL DAN PEMBAHASAN
PVCOP dan PVCOF polifenol ditentukan dengan
menggunakan metode DPPH. Pada sampel dibuat Krim santan yang diperoleh dari 5 buah
seri konsentrasi masing-masing 60; 70; 80; 90 dan kelapa adalah sebanyak 750 mL, dimana 325 mL
100 µg/mL lalu ditambahkan DPPH 90 µM dalam dipanaskan pada suhu 130 oC selama 30 menit
95% methanol, dibiarkan pada suhu ruang dan untuk memperoleh VCO pemanasan (VCOP) dan
gelap selama 30 menit dan dihitung absorbansi sebagiannya lagi difermentasi dengan
pada 515 nm, dilakukan juga pada kontrol positif menggunakan fermipan 10% selama 1 malam
(BHT). Data absorbansi yang diperoleh sehingga diperoleh VCO fermentasi (VCOF).
selanjutnya digunakan untuk menghitung Banyaknya minyak VCO yang diperoleh masing-
persentase penangkalan (scavenging) radikal masing adalah 50 dan 40 mL.
bebas DPPH dengan persamaan berikut:
𝐴 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑜 − 𝐴 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 Pengukuran kandungan total fenolik pada
𝑥 100% VCOP, VCOF
𝐴 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
Total polifenol dilakukan secara kualitatif
Nilai IC50 dihitung dengan persamaan regresi linear. menggunakan metode Folin-Ciocalteu reagent
Pengujian aktivitas antibakteri (FCR). Perubahan warna yang terjadi pada larutan
Uji aktivitas antibakteri menggunakan uji menandakan terdapat senyawa golongan
metode sumuran yang dimodifikasi. Sebanyak 0,1 polifenol. Total polifenol pada VCOF dan VCOP
mL bakteri E.coli dari media NB ditetesi pada dapat dilihat pada Tabel 2. Komponen senyawa
media NA dalam cawan petri steril, lalu diratakan fenolat merupakan antioksidan alami yang banyak
terdapat di alam (Parr & Bolwell, 2000). VCO
menggunakan metode sebar. Kemudian dibuat
sumuran dengan curbor steril (diameter 1 cm). merupakan salah produk alam yang juga
Setiap cawan petri dibuat sebanyak 6 sumuran mengandung komponen senyawa fenolik dan dan
yang masing-masing sumuran dimasukkan vitamin E yang bersifat antioksidan (vitamin E
dari golongan monofenol dan asam fenolat dari
sebanyak 10 µL, VCO pemanasan dan VCO
fermentasi serta antibiotik Kloramfenikol 30 mM. golongan polifenol). 1,96
Selanjutnya diinkubasi selama 48 jam pada suhu Tabel 1,96
2. Kandungan
y = 0,1218xtotal fenolik pada VCOP dan
+ 1,7025
ruang 27 o C, perlakuan yang sama juga dilakukan VCOF R² = 0,7376
% Penangkapan DPPH
1,95
1,95 a
1,94
1,94
1,93
Chem. Prog. Vol. 9. No. 2, November 2016 66
R² = 0,7383
metode pemanasan (Kapila dkk., 2009).
Pada proses pemanasan digunakan suhu di 1,94
atas 100 oC, pada saat suhu pemanasan mencapai c
suhu penguapan air maka komponen senyawa 1,93
fenolik yang tadinya bergabung pada fase air
(polar) akan tertarik atau bergabung dengan 1,92
minyak VCO yang telah terpisah. Hal ini
menyebabkan kandungan total fenol pada VCOP 1,91
IC50 = 21,27 µg/mL
kaya akan komponen senyawa fenolik
dibandingkan metode fermentasi. 1,90
1,75 1,80 1,85 1,90 1,95 2,00 2,05
Uji aktivitas antiokisdan VCOP, VCOF, Log Konsentrasi
ekstrak polifenol VCOF dan VCOP
Gambar 1. menunjukkan adanya perbedaan Gambar 1. (a) IC50 Polifenol VCOF; (b) IC50
aktivitas antiosidan sintetik dalam hal ini yang polifenol VCOP; (c) IC50 kontrol positif
digunakan adalah BHT dengan antioksidan (antioksidan BHT)
komponen fenolik pada minyak VCOF dan 1,97
VCOP. Jika dibandingkan aktivitas antioksidan Hal ini disebabkan karena dalam VCOF dan
VCOP terdapat 2 senyawa akseptor yang 1,96
antara VCOF,VCOP, PVCOF dan PVCOP, data
Log % Penangkapan DPPH
pada Gambar 2 memperlihatkan bahwa VCOF dan bertindak dalam menangkap radikal DPPH yakni 1,96
VCOP memiliki aktivitas antioksidan yang lebih komponen senyawa fenolik dan vitamin E. ekstrak 1,95
baik dibanding antioksidan sintetik (BHT). polifenol VCOP (PVCO) memiliki aktivitas yang 1,95
sedikit lebih rendah dibandingkan antioksidan
1,94
BHT. Namun perbedaan tersebut tidaklah
signifikan. 1,94
Minyak kelapa murni diperoleh dengan 1,93
1,93
1,92
1,70
67 Chem. Prog. Vol. 9. No. 2, November 2016
termal yakni suhu dan jenis termal. Produk Menurut Silalahi (2014), VCO tidak
dekomposisi dari oksidasi polifenol tersebutlebih memiliki aktivitas antibakteri terhadap beberapa
stabil dalam scavenging radikal. Beberapa laporan bakteri yaitu Pseudomonas aeruginosa,
mengenai pengaruh suhu terhadap asam fenolat Staphylococcusaureus, Staphylococcus
mungkin dapat menjelaskan fenomena yang epidermidis dan Propionibacterium acnes
terjadi pada polifenol VCO akibat pemanasan dikarenakan VCO mengandung sedikit asam
(PVCOP), diantaranya laporan Murakami dkk. lemak bebas dan tidak ada kehadiran monolaurin.
(2004) menyatakan bahwa asam klorogenat yang VCO pemanasan secara signifikan lebih
dipanaskan pada 100 oC mengalami dekomposisi. baik menghambat pertumbuhan bakteri E.coli
Peningkatan pemanasan sampai 180 oC masih dibandingkan dengan VCO fermentasi. Namun
menghasilkan produk dekomposisi yang masih sebaliknya VCO fermentasi lebih baik dalam
mempunyai aktivitasantioksidan. Dengan menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
demikian perlakuan pemanasan VCO pada suhu aureus. Hal tersebut diduga disebabkan oleh
130 oC selama 30 menit mungkin telah adanya perbedaan kandungan asam lemak rantai
membentuk produk intermediat hasil degradasi sedang (asam laurat dan miristat), komponen
termal polifenol yang lebih besar kemampuannya antioksidan, komponen asam organik dan
dalam scavenging DPPH radikal dibanding produk aromatik, dan bakteriosin hidrofobik pada kedua
intermediat hasil degradasi termal vitamin E. jenis VCO yang digunakan. Menurut Hamdayani
2009, VCO fermentasi mengandung asam laurat
Aktivitas antibakteri pada VCOF dan VCOP (46,82%), kaprilat (6,01%), kaprat (7,5%), miristat
Hasil penelitian menunjukkan bahwaVCO (17,02%), palmitat (7.21%), palmitoleat (3,11%),
fermentasi dan VCO pemanasan dapat stearat (5,41%), dan asam linoleat (1,3%). VCO
menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dan S. fermentasi tersebut menunjukkan aktivitas
aureus. Rata-rata zona hambatan dari VCO antibakteri yang mampu menghambat
fermentasi dan VCO pemanasan terhadap kedua pertumbuhan Bacillus subtilis, E.coli,
bakteri yang diujikan dapat dilihat Tabel 3. Pseudomonas fluorescence, Bacillus cereus dan
Berdasarkan diameter zona hambat yang terbentuk Salmonella. Namun efek penghambatan yang
pada pemberian VCO fermentasi dan VCO paling rendah terjadi pada Bacillus cereusdan E.
pemanasan termasuk dalam kategori sedang (0,5- coli. Asam organik seperti asetat dan laktat mampu
1 cm) dalam merespon hambatan pertumbuhan menghambat pertumbuhan bakteri patogen
bakteri. Kategori ini lebih rendah bila (Carpenter dkk., 2011). Hexanal dan 2-hexenal
dibandingkan dengan kontrol positif yang diujikan mampu mengurangi kecepatan tumbuh dari
(Kloramfenikol) yang memiliki kategori kuat populasi mikroba mesotrofik dan psikrotropik
dalam kemampuan respon hambatan pertumbuhan pada buah olah minimal di suhu dingin.
bakteri uji. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Loung (2014) yakni VCO memiliki aktivitas KESIMPULAN
antibakteri terhadap S.aureus, S. thypi dan E. coli.
Namun lebih rendah daripada kloramfenikol VCO pemanasan (VCOP) dapat
standar dan tetrasiklin. menghambat pertumbuhan bakteri E. coli
dibandingkan dan VCOF lebih kuat dalam
Tabel 3. Rata-rata zona hambatan dari tiap menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
perlakuan terhadap bakteri uji Escherichia coli dan aureus. Kadar total fenol yang terdapat VCOP
Staphylococcus aureus setelah inkubasi 48 jam adalah 59,88 µg/mL sementara kadar total fenol
pada suhu ruang pada VCOF adalah 49,56, µg/mL. Persen
Zona hambatan (cm) penangkapan radikal DPPH menunjukkan bahwa
No. Sampel E. coli S. aureus VCOP (IC50 17,19 µg/mL) dan VCOF (IC50 20,89
µg/mL) memiliki potensi sebagai antioksidan
1. Kloramfeniko 0,833±0,28 1,217±0,57
a a
dibandingkan ekstrak polifenol VCOF (27,26
l µg/mL), ekstrak polifenol VCOP (IC50 21,22
2. VCOP 0,683±0,07 0,500±0,50 µg/mL) dan kontrol positif BHT (21,35 µg/mL.
b b
Minyak kalapa murni (VCO) asal Merauke sangat
3. VCOF 0,650±0,08 0,583±0,14 potensial digunakan sebagai antioksidan dan
b b antibakteri alami.
UCAPAN TERIMAKASIH
69 Chem. Prog. Vol. 9. No. 2, November 2016