Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PROGRAM PEMERINTAH DALAM PEMBINAAN

PENGOBATAN TRADISIONAL

DISUSUN OLEH KELOMPOK 31 :

1) SUCI WULANDARI (23230251P)


2) SEPTI SUCI AULIA SAPUTRI (23230253P)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-
Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini
tidak bisa selesai dengan baik tanpa bantuan dari banyak pihak. Kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Ns. Tita Septi Handayani, S. Kep., MNS atas tugas yang telah
diberikan.
Dengan tugas ini, ada banyak hal yang bisa kami pelajari melalui makalah ini. Makalah
dengan judul “PROGRAM PEMERINTAH DALAM PEMBINAAN PENGOBATAN
TRADISIONAL” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Keperawatan
Komunitas. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi penulis dan
juga bagi para pembaca. Setelah berhasil menyelesaikan makalah ini, kami berharap dapat
memberikan manfaat bagi orang lain. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 21 Desember 2023

Kelompok 31
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
1. DEFINISI PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL..................................
2. TUJUAN PELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL............................................................................................................
3. DASAR HUKUM PELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL ................................................................................................................
.............................
4. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL MELALUI TOGA
5. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL
PENUTUP..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
1. DEFINISI PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
Pelayanan kesehatan tradisional (Yankestrad) adalah pengobatan/perawatan
yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris
yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat (Kemenkes, 2016).
Pelayanan kesehatan tradisional telah diakui keberadaannya sejak dahulu kala
dan dimanfaatkan oleh masyarakat dalam upaya preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif. Sampai saat ini pelayanan kesehatan tradisional terus berkembang
sesuai dengan kemajuan teknologi disertai dengan peningkatan pemanfaatannya oleh
masyarakat sebagai imbas dari semangat untuk kembali menggunakan hal-hal
yang bersifat alamiah atau dikenal dengan istilah ’back to nature’.
Dalam dunia internasional, perkembangan pelayanan kesehatan tradisional juga
telah mendapat perhatian dari berbagai negara. Dari hasil kesepakatan pertemuan
WHO Congress on Traditional Medicine di Beijing pada bulan November 2008
disebutkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat dapat
diintegrasikan ke dalam sistem pelayanan kesehatan. Dari pertemuan WHA pada
tahun 2009 disebutkan dalam salah satu resolusinya bahwa WHO mendorong
negara-negara anggotanya agar mengembangkan Pelayanan Kesehatan Tradisional
di negaranya sesuai kondisi setempat.

2. TUJUAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL


Tujuan dari program Yankestrad adalah agar masyarakat mendapatkan
pelayanan Kesehatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan aman dan
bermanfaat, dibina dan diawasi oleh pemerintah. Masyarakat juga diberi kesempatan
untuk mengembangkan, meningkatkan, dan menggunakan pelayanan Kesehatan
tradisional yang dapat dipertanggung jawabkan manfaat dan keamanannya.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mempunyai tugas untuk
melaksanakan program pembinaan terhadap pelayanan kesehatan tradisional. Hal ini
bertujuan agar pelayanan kesehatan tradisional dapat diselenggarakan dengan penuh
tanggungjawab terhadap manfaat, keamanan dan juga mutu pelayanannya sehingga
masyarakat terlindungi dalam memilih jenis pelayanan kesehatan tradisional yang
sesuai dengan kebutuhannya. Masyarakat juga perlu diberikan kesempatan yang
seluas-luasnya untuk menggunakan dan mengembangkan pelayanan kesehatan
tradisional dan pemerintah mempunyai kewajiban untuk melakukan penapisan,
pengawasan, dan pembinaan yang baik sehingga masyarakat terhindar dari hal-hal
yang merugikan akibat informasi yang menyesatkan atau pelayanan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
3. DASAR HUKUM PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang
kesehatan terdapat beberapa pasal yang mengatur tentang Pelayanan Kesehatan
tradisional yaitu pada pasal 1, 48, 59, 60 dan 61. Pada pasal 1 butir 16 yang
disebutkan bahwa ”Pelayanan Kesehatan Tradisional adalah pengobatan dan atau
perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan
turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat”. Dalam pasal 48 juga disebutkan
bahwa pelayanan kesehatan tradisional merupakan salah satu penyelenggaraan upaya
kesehatan.
Dalam pasal 59 disebutkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional terbagi
menjadi 2 jenis, yaitu Pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan dan Pelayanan
Kesehatan Tradisional Ramuan. Dalam pasal ini juga disebutkan bahwa seluruh jenis
Pelayanan Kesehatan Tradisional dibina dan diawasi oleh Pemerintah, agar dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan
norma agama. Dalam pasal 60 dan 61 disebutkan bahwa orang yang melakukan
pelayanan kesehatan tradisional harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan, dan
masyarakat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan,
meningkatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.
Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional Ramuan, antara lain: Jamu, Gurah,
Homeopathy, Aroma Terapi, SPA terapi, dan metode lain yang menggunakan
ramuan. Sedangkan yang termasuk dalam Yankestrad Keterampilan, antara lain:
akupunktur, chiropraksi, pijat urut, shiatsu, patah tulang, dukun bayi, battra sunat,
refleksi, akupressur, bekam, apiterapi, penata kecantikan kulit/rambut, tenaga dalam,
paranormal, reiki, qigong, kebatinan, dan metode lainnya yang mengunakan
keterampilan.

4. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN


TRADISIONAL MELALUI TOGA
Pelayanan Kesehatan Tradisional sendiri dapat digunakan masyarakat dalam
mengatasi gangguan kesehatan secara mandiri (self-care), baik untuk pribadi maupun
untuk keluarga melalui pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA). Hal ini sangat
berguna, khususnya di daerah yang mengalami keterbatasan dalam memperoleh
akses pelayanan kesehatan. Untuk itu, Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional
terintegrasi dengan fasyankes puskesmas dan rumah sakit, melakukan program
pembinaan kesehatan tradisional. Program ini, mengembangkan pelayanan kesehatan
yang bertumpu pada kegiatan promotif dan preventif atau promosi dan pencegahan.
Peristiwa Penting Peristiwa chiropraksi yang telah menelan korban jiwa pada tahun
2016 mendorong Kementerian Kesehatan melakukan penyusunan draft Pedoman
Penapisan dan Penilaian Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer.
Bila dilihat lebih jauh manfaat TOGA dalam mendukung masyarakat yang
sehat secara mandiri, akan berdampak pada upaya untuk mewujudkan
pencapaian tujuan MDG’s di bidang Kesehatan, yaitu Menanggulangi Kemiskinan
dan Kelaparan, Menurunkan Angka Kematian Anak, Meningkatkan Kesehatan Ibu,
dan Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya.
Upaya dukungan dari Pelayanan Kesehatan Tradisional dalam
mencapai tujuan MDG’s antara lain perawatan ibu setelah bersalin dengan
memanfaatkan daun Katuk dan Lobak sebagi sayur dan biji jagung tua yang
disangrai untuk memperlancar keluarnya ASI dalam mendukung pencapaian ASI
Eksklusif. Pemanfaatan daun Kacang Panjang, daun Dadap Serep, dan Bawang
Merah untuk mengobati payudara bengkak (mastitis) dengan cara ditumbuk dan
ditempelkan ke seluruh payudara, kecuali pada puting susu. Jeruk nipis dicampur
dengan kapur sirih dan minyak kayu putih juga dapat dimanfaatkan untuk perawatan
perut setelah melahirkan. Dalam menjaga kesehatan anak, bisa menggunakan
Temulawak dan Beras Kencur untuk menambah nafsu makan. Jika anak demam,
dapat diobati dengan memanfaatkan daun Sambiloto dan Pule yang didihkan dengan
air kemudian diminum, selain itu dapat memanfaatkan daun Dadap Serep dan daun
Kembang Sepatu yang diremas-remas dan ditempelkan di kepala anak. Pemanfaatan
pijat pada anak yang sudah ada turun temurun di Indonesia untuk memperlancar
peredaran darah dan meningkatkan kebugaran pada anak. Pemanfaatan daun Jambu
Biji yang masih muda dapat digunakan dalam penanggulangan diare pada Balita
sedangkan untuk mengobati disentri, bisa memanfaatkan daun Sambiloto kering
yang direbus atau menggunakan daun Patikan Cina yang dicampur dengan Bawang
Merah dan Pulosari. Tanaman Serai dan Lavender bisa dimanfaatkan sebagai
pengusir nyamuk. Pemanfaatan TOGA/Jamu untuk memelihara kesehatan yang
berimplikasi pada peningkatan Usia harapan Hidup seperti daun Landep Segar dan
Gandarusa sebagai obat pegal linu dan masih banyak hal-hal lain dari bumi Indonesia
yang belum tergali pemanfaatannya untuk kesehatan.

5. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAYANAN KESEHATAN


TRADISIONAL
Dalam kebijakan Kementerian Kesehatan RI, pembinaan dan pengawasan
Pelayanan Kesehatan Tradisional dilakukan melalui 3 (tiga) pilar. Pilar pertama
adalah Regulasi, adapun dukungan regulasi terhadap Pelayanan Kesehatan
Tradisional telah dituangkan dalam Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 yang
telah disebutkan diatas, SKN tahun 2009 yang menyebutkan bahwa Pengobatan
Tradisional merupakan bagian sub sistem Upaya Kesehatan, Kepmenkes RI Nomor
1076/Menkes/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional dan
Kepmenkes No 1/2010 tentang Saintifikasi Jamu berbasis pelayanan. Pilar kedua
adalah Pembina Kemitraan dengan berbagai Lintas Sektor terkait dan organisasi
(asosiasi) pengobat tradisional termasuk pengawasan terhadap tenaga pengobat
tradisional baik yang asli Indonesia maupun yang berasal dari luar negeri. Pilar
ketiga adalah Pendayagunaan Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan
Tradisional (Sentra P3T) untuk menapis metode Pelayanan Kesehatan Tradisional di
masyarakat dan melakukan pembuktian melalui pengkajian, penelitian, uji klinik,
baik terhadap cara maupun terhadap manfaat dan keamanannya. Pada saat ini sudah
ada 11 Sentra P3T tersebar di 11 Provinsi yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, DKI,
Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Bali, NTB, Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tenggara serta adanya Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) di
Makassar dan Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM) di Palembang.
Pembinaan dan pengawasan terhadap pelayanan kesehatan tradisional
dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat rumah tangga, masyarakat, Pelayanan
Kesehatan Dasar di Puskesmas, Kabupaten/Kota, Provinsi & Kementerian Kesehatan
bersama lintas sektor terkait dan mengikut sertakan asosiasi pengobat tradisional.
Sementara ini Kementerian Kesehatan telah bermitra atau bekerja dengan beberapa
jenis Asosiasi Pengobat Tradisional (Battra) yang terkelompokkan sesuai dengan
metodenya masing-masing. Diharapkan asosiasi Battra bisa membantu Kementrian
Kesehatan dalam pembinaan pengobat di Indonesia namun harus selalu dievaluasi
kemitraannya. Terdapat asosiasi Battra yang ada antara lain :
1. Ikatan Homoeopathy Indonesia (IHI)
2. Persatuan Akupunktur Seluruh Indonesia (PAKSI)
3. Perhimpunan Chiroprakasi Indonesia (Perchirindo)
4. Ikatan Naturopatis Indonesia (IKNI)
5. Persatuan Ahli Pijat Tuna Netra Indonesia (Pertapi)
6. Asosiasi Praktisi pijat Pengobatan Indonesia (AP3I)
7. Asosiasi Reiki Seluruh Indonesia (ARSI)
8. Asosiasi SPA Terapis Indonesia (ASTI)
9. Asosiasi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia (ASPETRI)
10. Ikatan Pengobat Tradisional Indonesia (IPATRI)
11. Forum Komunikasi Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia (FKPPAI)
12. Asosiasi Therapi Tenaga Dalam Indonesia (ATTEDA)
13. Asosiasi Bekam Indonesia (ABI)
14. Persatuan Ahli Kecantikan Tiara Kusuma.

Selain itu untuk pengawasan pengobat tradisional, Kementerian Kesehatan


juga berkerjasama dengan Kantor Imigrasi, Mabes POLRI, Kejaksaan, Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, terutama untuk pengawasan Pengobat Tradisional
Asing yang datang ke Indonesia.
Setiap Warga Negara Indonesia yang bekerja sebagai pengobat tradisional
harus memiliki SIPT/STPT (Surat Izin/Terdaftar Pengobat Tradisional) yang
didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Sampai saat ini, metode
Pelayanan kesehatan tradisional yang telah diakui manfaat dan keamanannya oleh
Indonesia adalah akupuntur. Oleh karena Untuk SIPT hanya dikeluarkan untuk
Battra jenis akupuntur yang telah dilengkapi dengan sertifikat kompetensi, selain
jenis akupuntur saat ini hanya mendapatkan STPT. Untuk Pengobat Tradisional
Asing yang akan masuk ke Indonesia, harus memiliki rekomendasi dari Kementerian
Kesehatan. Rekomendasi ini bisa didapatkan setelah yang bersangkutan dinyatakan
lulus oleh tim penilai. Pengobat tradisional asing tidak diperkenankan berpraktek
langsung ke masyarakat Indonesia melainkan hanya sebagia konsultan dalam rangka
transfer ilmu pengetahuan kepada pengobat tradisional Indonesia.
PENUTUP

Demikianlah makalah yang kami buat dan kami paparkan mengenai materi
Program Pemerintah Dalam Pembinaan Pengobatan Tradisional, tentunya masih
banyak kekurangan mengenai materi yang kami sampaikan karena terbatasnya
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami berharap para pembaca yang ingin memberikan kritik dan saran yang
membangun demi sempurnanya makalah ini. Semoga bermanfaat dan menambah
wawasan bagi yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/daerah/20170216/2119701/kesehatan-tradisional-
primadona-baru-puskesmas/
diakses pada 01 November 2011.

https://pkm-jatibaru.bimakota.go.id/web/kontent/62/kestrad
diakses pada 18 Desember 2021.

https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/110114-mengenal-pelayanan-kesehatan-
tradisional-di-indonesia
diakses pada 16 Februari 2017.

Anda mungkin juga menyukai