PLN - 26 Studi Aplikasi Co-Firing Amonia Pada PLTU Batubara Subkritikal Kelas 600 MW Eksisting Di Indonesia
PLN - 26 Studi Aplikasi Co-Firing Amonia Pada PLTU Batubara Subkritikal Kelas 600 MW Eksisting Di Indonesia
Abstrak—PLN, sebagai satu-satunya perusahaan penyedia membuat berbagai program untuk menerapkan transisi energi
listrik di Indonesia, masih mengandalkan pembangkit listrik yang mulus untuk mencapai hal tersebut. Pada akhir tahun
tenaga uap (PLTU) batubara untuk sebagian besar kebutuhan 2030, sumber listrik utama diperkirakan masih berasal dari
listriknya. Agenda transisi energi memaksa PLN untuk harus PLTU batubara sekitar 60% berdasarkan RUPTL. PLTU yang
mengkaji ulang opsi-opsi yang ada agar PLTU Batubara dapat sudah ada tidak dapat dipensiunkan secara langsung karena
terus beroperasi hingga akhir masa pakainya. Salah satu dapat mengganggu kestabilan listrik jaringan PLN. Namun
program yang paling hangat dan terbaru di Indonesia adalah demikian, PLN mencoba untuk melakukan dekarbonisasi
co-firing amonia. Amonia, yang merupakan bahan bakar non-
PLTU eksisting dengan cara lain tanpa memensiunkannya [1].
karbon, menggantikan sebagian batu bara untuk dibakar di
dalam boiler. Penerapannya pada boiler eksisting akan Mengacu pada G20 yang diadakan di Indonesia pada
menggeser pola operasi yang ada, terutama pada sisi bulan November tahun lalu, ada beberapa pedoman tindakan
pembakaran. Hasil investigasi mengatakan bahwa co-firing yang harus dilakukan terhadap PLTU Batubara yang sudah
amonia akan mempengaruhi kinerja boiler, profil pembakaran ada sebelum sampai pada tahap terakhir, yaitu
dan beberapa peralatan yang beroperasi. Efisiensi boiler memensiunkannya [3]. Opsi-opsi tersebut mencakup upaya
menjadi lebih rendah dengan kehadiran amonia. Berdasarkan untuk mengurangi produksi emisi karbon, yaitu co-firing
hasil simulasi pembakaran, temperatur pembakaran dapat biomassa, co-firing amonia, dan aplikasi carbon capture. Di
menjadi lebih tinggi karena adanya penambahan panas bahan
Indonesia, aplikasi co-firing biomassa merupakan satu-
bakar yang diinjeksikan untuk mempertahankan output
satunya pilihan dari daftar tersebut yang telah diterapkan. Hal
pembangkit listrik. Beberapa peralatan, seperti kemampuan
draft fan, harus diperiksa kembali karena aplikasi ini dapat ini telah diperkenalkan pada tahun 2019 ke dalam PLTU
meningkatkan tingkat kerjanya. Batubara milik PLN. Namun, program ini tidak dapat
diimplementasikan dengan lancar karena faktor pasokan
Kata kunci—PLTU, Amonia, Co-firing, Indonesia, CO2, biomassa. Penanaman biomassa membutuhkan lahan yang
Pembakaran, Boiler. luas, sedangkan lahan yang tersedia tidak banyak, terutama di
daerah padat penduduk [4].
I. PENDAHULUAN
Opsi yang menjanjikan berikutnya adalah penerapan co-
Dengan meningkatnya permintaan untuk dekarbonisasi di firing amonia pada PLTU eksisting. Seperti yang diketahui,
sektor kelistrikan, PLN (Perusahaan Listrik Negara) amonia dan hidrogen merupakan bahan bakar non-karbon
melakukan upaya besar-besaran untuk mempercepat yang dapat menghasilkan panas tanpa menghasilkan emisi
pengembangan pembangkit listrik sumber energi terbarukan karbon. Hal ini merupakan sesuatu yang baru, terutama bagi
dan mengurangi produksi emisi karbon. Mengacu pada Indonesia. Berbagai studi menyebutkan bahwa hal ini
RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) versi termasuk salah satu program yang paling inovatif, dan ruang
2021-2023, PLN telah merencanakan untuk mengembangkan yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan opsi sebelumnya
berbagai pembangkit listrik energi terbarukan. Di saat yang [5].
sama, untuk pembangkit listrik berbahan bakar fosil eksisting,
PLN mencoba mengembangkan program substitusi bahan Opsi carbon capture harus diteliti lebih lanjut karena tidak
bakar. Pembangkit listrik berbahan bakar fosil memiliki rasio mudah untuk diimplementasikan karena harus
yang cukup signifikan dari total produksi listrik [1]. Yang mempertimbangkan kemana emisi karbon akan disalurkan
terbesar berasal dari batubara. Seperti yang kita ketahui [6]. Oleh karena itu, studi ini difokuskan pada opsi co-firing
Indonesia kaya akan sumber daya batu bara, data dari amonia sebagai tindakan selanjutnya yang dapat diterapkan
Indonesia Energy Outlook 2022 menyebutkan bahwa pada PLTU Batubara yang ada di Indonesia.
Indonesia memiliki cadangan batu bara sebesar 36 miliar ton Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki efek dari co-
pada akhir tahun 2021 [2]. Ini adalah jumlah yang sangat besar firing amonia pada PLTU yang ada di Indonesia, terutama
yang juga menempatkan Indonesia sebagai salah satu pada peralatan pembakaran. Beberapa parameter akan
pemasok batu bara terbesar di dunia. Hal ini juga mendorong berubah dengan adanya penambahan amonia. Yang paling
Indonesia untuk membangun banyak pembangkit listrik terpengaruh adalah sisi pembakaran. Amonia memiliki wujud
tenaga batu bara (PLTU) karena ketersediaan bahan baku dan yang berbeda pada kondisi ambien, rasio udara stoikiometri
harga yang kompetitif. pembakaran, densitas gas buang, dan sebagainya. Aplikasi
Indonesia berkomitmen untuk menerapkan program tersebut dapat mempengaruhi boiler ke kondisi yang lebih
dekarbonisasi dengan target net zero pada tahun 2060. PLN
buruk. Oleh karena itu, perlu diselidiki lebih lanjut untuk TABLE I. PARAMETER UMUM MODEL PLTU
mencegah munculnya risiko tersebut. Parameter Value Unit
Beberapa produsen dan akademisi telah melakukan Daya Netto 660.69 MW
program implementasi co-firing amonia pada CFPP yang Daya Gross 694.36 MW
sudah ada. IHI Corporation telah mengimplementasikan Net Heat Rate (HHV) 2359.70 Kcal/Kg
program co-firing amonia 20% dengan JERA Co, Inc di Gross Heat Rate (HHV) 2479.96 Kcal/Kg
Hekinan yang direncanakan akan beroperasi secara komersial Tekanan Main Steam 170.00 Bar
pada tahun 2025 [7]. Mitsubishi Corporation melakukan studi Temperatur Main Steam 540.00 Celsius
Tekanan Reheated Steam 59.00 Bar
pra-kelayakan untuk aplikasi co-firing amonia 20% di
Tekanan Condenser 0.08 Bar
Indonesia, termasuk rantai suplainya. Referensi pembangkit
Rasio Udara Ekses 15.00 %
yang digunakan adalah PLTU Suralaya unit 5-7 [8]. Lee
Efisiensi Boiler (HHV) 85.70 %
melaporkan perkembangan terbaru dari aplikasi co-firing
Temperatur Flue Gas
amonia untuk pembangkit listrik tenaga panas di sisi burner. Heater Exit 135.00 Celsus
Kehadiran amonia mengubah profil nyala api, yang harus
dipertimbangkan untuk modifikasi burner [9]. Itulah beberapa TABLE II. SPESIFIKASI BATUBARA
referensi kerja co-firing amonia yang dapat menjadi acuan
penelitian ini. Komponen Nilai Satuan
C - Carbon 47.46% As Received
II. METODE H - Hydrogen 3.63% As Received
O - Oxygen 13.25% As Received
Studi ini akan didasarkan pada simulasi pembangkit listrik
S - Sulfur 0.17% As Received
dengan bantuan perangkat lunak heat balance dan simulasi
N - Nitrogen 0.49% As Received
proses. Pertama, akan disusun spesifikasi pembangkit listrik
Total Moisture 29.00% As Received
yang digunakan dalam studi ini dan dimodelkan dalam Ash 6.00% As Received
perangkat lunak heat balance. Dasarnya mengacu pada PLTU Total 100.00% As Received
yang ada di Indonesia, yang akan dijelaskan pada bagian
selanjutnya.
Produksi daya netto adalah 660 MW dengan daya
Setelah model terbentuk, pekerjaan akan dilanjutkan ke auxiliary sekitar 5% dari output daya gross. Nilai ini
simulasi off-design. Pada simulasi ini, parameter desain dari cenderung kecil karena model desain tidak meggunakan
model yang sudah ada akan dipertahankan dengan desulfurisasi gas buang yang dapat berdampak pada konsumsi
memasukkan variabel-variabel yang berbeda agar simulasi daya tambahan yang lebih besar. Tekanan main steam adalah
dapat menggambarkan implementasi co-firing yang 170 bar dan reheated steam adalah 59 bar. Di sisi pembakaran,
mendekati kenyataan. Rasio amonia akan menjadi variabel pembangkit listrik ini memiliki efisiensi boiler sebesar 85,7%
dari penelitian ini dengan rentang 0 - 30% energi. dengan basis higher heating value (HHV). Pembangkit listrik
Simulasi ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh co- ini menggunakan 15% udara ekses dan secara ideal
firing terhadap parameter operasi peralatan pembakaran: fan menghasilkan gas buang pada temperatur 135oC pada pintu
(combustion air fan dan induced draft fan), temperatur gas keluar air pre-heater.
buang, efisiensi boiler, dan pengurangan emisi rumah kaca. Batubara yang dikonsumsi menggunakan batubara kalori
Oleh karena itu, pada setiap variabel, parameter-parameter rendah dengan nilai kalori gross sebesar 4601 Kcal/kg.
tersebut akan diamati. Komposisinya mengikuti data yang disebutkan dalam Table
Hasil simulasi kemudian akan dianalisis untuk II.
memberikan rekomendasi mengenai aplikasi co-firing amonia Pembangkit listrik dimodelkan dengan simulasi neraca
pada PLTU yang sudah ada. panas menggunakan perangkat lunak Steam Pro 30.0. Model
III. BASIS PLTU tersebut dapat dilihat pada Figure 1. Terdapat tiga tahap turbin
uap yaitu tekanan tinggi (high pressure/HP), tekanan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, studi ini akan menengah (intermediate pressure/IP), dan tekanan rendah
menggunakan PLTU Batubara di Indonesia sebagai basis. (low pressure/LP). Turbin ini mengkonsumsi sekitar 338,6
Kelas PLTU yang lebih besar diprioritaskan karena ton/jam batubara untuk menghasilkan daya netto maksimum
keberadaannya lebih vital bagi sistem kelistrikan. Selain itu, seperti yang disebutkan pada Table I.
kapasitas yang lebih besar cenderung lebih efisien, sehingga
dapat terhindar dari program pemensiunan PLTU.
Saat ini, kapasitas PLTU terbesar yang dimiliki oleh PLN
adalah kelas 600 MW, dan terpusat di Pulau Jawa. Ada empat
pembangkit listrik, yaitu Suralaya Unit 5-7, Adipala, Paiton
Unit 9, dan Tanjung Jati B Unit 1-4. Kapasitas bersihnya
berkisar antara 600 - 660 MW. Sebagian besar menggunakan
siklus subkritikal dengan single reheat. Oleh karena itu, PLTU
tersebut menjadi kelas yang paling tepat sebagai dasar studi.
Simulasi pembangkit listrik akan didasarkan pada desain
tipikal dari PLTU yang disebutkan di atas. Parameter masukan
pembangkit listrik secara umum dari simulasi dapat dilihat
pada Table I. Fig. 1. Model PLTU secara Umum
Amonia akan diinjeksikan dalam fase gas dan sudah bersih
dari pengotor. Dalam fase gas, amonia tidak akan menyerap
banyak panas untuk penguapan pada boiler, dan ini
merupakan penerapan yang umum dilakukan berdasarkan
laporan produsen [8][12]. Pertimbangan desain sistem
pengolahan amonia tidak termasuk dalam penelitian ini; oleh
karena itu, amonia diasumsikan sudah siap untuk diinjeksikan
ke dalam boiler. Co-firing amonia dapat mempengaruhi
kinerja boiler yang ada. Sementara itu, sisi turbin uap
diasumsikan memiliki performa yang sama karena hanya
menerima panas dari pembakaran di dalam boiler. Pergeseran
efisiensi boiler akibat pembakaran bersama amonia dapat
mempengaruhi kuantitas energi yang ditransfer ke turbin uap
dan output daya. Oleh karena itu, mungkin diperlukan lebih
banyak input panas dari bahan bakar untuk mempertahankan
Fig. 2. Model PLTU Bagian Pembakaran output pembangkit listrik gross. Dalam penelitian ini, daya
output dari generator merupakan parameter yang akan
Di sisi emisi, PLTU mengikuti Peraturan Indonesia dipertahankan. Seperti yang disebutkan pada Table I, daya
terbaru yaitu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan output generator diwakili oleh daya output gross yaitu 694,36
Kehutanan No. P.15 tahun 2019. Terdapat empat parameter MW.
emisi yang disebutkan dalam peraturan tersebut, yaitu
Partikulat, SO2, NOx, dan Merkuri. Untuk pengendalian Injeksi udara pembakaran ke dalam boiler akan dikontrol.
partikulat, pembangkit menggunakan electrostatic Berdasarkan studi literatur dari IHI Corporation yang telah
precipitator (ESP) untuk menangkap abu. Untuk SO2, tidak melakukan pengamatan terhadap pembakaran bersama
memerlukan peralatan desulfurisasi gas buang karena amonia di PLTU eksisting, direkomendasikan untuk
batubara yang digunakan mengandung lebih sedikit sulfur mempertahankan rasio udara ekses. Namun, aliran udara
(sulfur-compliant coal) [10]. Dan NOx dan merkuri biasanya pembakaran mungkin berbeda meskipun dengan rasio yang
masih di bawah regulasi. sama karena perbedaan reaksi stoikiometri.
boiler yang digunakan adalah pulverized coal dengan tipe V. SIMULASI DAN HASIL
burner opposed firing. Udara untuk pembakaran dihembuskan
Simulasi co-firing amonia menggunakan perangkat lunak
oleh forced draft fan dan primary air fan melalui air preheater
Steam Master 30.0 sebagai simulator off-design. Keberadaan
(tipe regeneratif) di sisi dingin. Udara dari primary air fan
amonia menunjukkan akan mengubah parameter operasi
sebagian dialirkan ke pulverizer untuk mengangkut batubara.
PLTU yang ada. Parameter-parameter tersebut dijelaskan
Di sisi gas buang, untuk menyeimbangkan tekanan boiler,
pada sub-bagian di bawah ini.
induced draft (ID) fan digunakan untuk menarik gas buang
dan menyalurkannya ke cerobong asap. A. Efisiensi Boiler
Di dalam boiler, suhu pembakaran tertinggi berada di titik Pembakaran amonia akan mempengaruhi kondisi gas
atas area radiasi sebesar 1560,3 oC. Panas diserap di beberapa buang dan juga mempengaruhi penyerapan panas pada boiler.
bagian. Dari area radiasi (diserap ke wall tube evaporator) ke Oleh karena itu, hal tersebut dapat mengubah efisiensi boiler
area konvektif (superheater, reheater, dan economizer). seperti yang digambarkan oleh kurva pada Figure 3. Kurva
Diagram pembakaran dapat dilihat pada Figure 2. tersebut menunjukkan bahwa semakin besar rasio co-firing,
maka efisiensi boiler akan menurun. Hal ini terjadi karena gas
IV. KONSEP CO-FIRING AMONIA buang dari pembakaran amonia memiliki massa jenis yang
Amonia (NH3) pada dasarnya adalah senyawa kimia yang lebih rendah, oleh karena itu volume gas buang menjadi lebih
memiliki berbagai fungsi sebagai bahan baku atau utilitas besar dan kemudian menurunkan efisiensi penyerapan panas
dalam proses industri. Saat ini, amonia memiliki kegunaan karena waktu retensi yang lebih cepat. Kuantifikasi
lain yaitu sebagai bahan bakar. Co-firing amonia di PLTU kehilangan gas buang yang disebutkan dalam Table III juga
telah dikembangkan oleh beberapa produsen seperti IHI dapat menjelaskan hubungan ini.
Corporation, Mitsubishi Corporation, dan lainnya. Konsep
co-firing amonia mungkin berbeda dengan biomassa. Amonia 86
Efisiensi Boiler (%)