Anda di halaman 1dari 6

Studi Aplikasi Co-firing Amonia pada PLTU

Batubara Subkritikal Kelas 600 MW Eksisting di


Indonesia: Investigasi Peralatan Pembakaran
Alfian Muhammad Reza Aga Batry Heksaprilla Andal Adhi Prakoso
Divisi Enjiniring Pembangkitan Divisi Enjiniring Pembangkitan Divisi Enjiniring Pembangkitan
PT PLN Enjiniring PT PLN Enjiniring PT PLN Enjiniring
Jakarta, Indonesia Jakarta, Indonesia Jakarta, Indonesia
alfianreza@plne.co.id aga@plne.co.id andal.adhi@plne.co.id

Abstrak—PLN, sebagai satu-satunya perusahaan penyedia membuat berbagai program untuk menerapkan transisi energi
listrik di Indonesia, masih mengandalkan pembangkit listrik yang mulus untuk mencapai hal tersebut. Pada akhir tahun
tenaga uap (PLTU) batubara untuk sebagian besar kebutuhan 2030, sumber listrik utama diperkirakan masih berasal dari
listriknya. Agenda transisi energi memaksa PLN untuk harus PLTU batubara sekitar 60% berdasarkan RUPTL. PLTU yang
mengkaji ulang opsi-opsi yang ada agar PLTU Batubara dapat sudah ada tidak dapat dipensiunkan secara langsung karena
terus beroperasi hingga akhir masa pakainya. Salah satu dapat mengganggu kestabilan listrik jaringan PLN. Namun
program yang paling hangat dan terbaru di Indonesia adalah demikian, PLN mencoba untuk melakukan dekarbonisasi
co-firing amonia. Amonia, yang merupakan bahan bakar non-
PLTU eksisting dengan cara lain tanpa memensiunkannya [1].
karbon, menggantikan sebagian batu bara untuk dibakar di
dalam boiler. Penerapannya pada boiler eksisting akan Mengacu pada G20 yang diadakan di Indonesia pada
menggeser pola operasi yang ada, terutama pada sisi bulan November tahun lalu, ada beberapa pedoman tindakan
pembakaran. Hasil investigasi mengatakan bahwa co-firing yang harus dilakukan terhadap PLTU Batubara yang sudah
amonia akan mempengaruhi kinerja boiler, profil pembakaran ada sebelum sampai pada tahap terakhir, yaitu
dan beberapa peralatan yang beroperasi. Efisiensi boiler memensiunkannya [3]. Opsi-opsi tersebut mencakup upaya
menjadi lebih rendah dengan kehadiran amonia. Berdasarkan untuk mengurangi produksi emisi karbon, yaitu co-firing
hasil simulasi pembakaran, temperatur pembakaran dapat biomassa, co-firing amonia, dan aplikasi carbon capture. Di
menjadi lebih tinggi karena adanya penambahan panas bahan
Indonesia, aplikasi co-firing biomassa merupakan satu-
bakar yang diinjeksikan untuk mempertahankan output
satunya pilihan dari daftar tersebut yang telah diterapkan. Hal
pembangkit listrik. Beberapa peralatan, seperti kemampuan
draft fan, harus diperiksa kembali karena aplikasi ini dapat ini telah diperkenalkan pada tahun 2019 ke dalam PLTU
meningkatkan tingkat kerjanya. Batubara milik PLN. Namun, program ini tidak dapat
diimplementasikan dengan lancar karena faktor pasokan
Kata kunci—PLTU, Amonia, Co-firing, Indonesia, CO2, biomassa. Penanaman biomassa membutuhkan lahan yang
Pembakaran, Boiler. luas, sedangkan lahan yang tersedia tidak banyak, terutama di
daerah padat penduduk [4].
I. PENDAHULUAN
Opsi yang menjanjikan berikutnya adalah penerapan co-
Dengan meningkatnya permintaan untuk dekarbonisasi di firing amonia pada PLTU eksisting. Seperti yang diketahui,
sektor kelistrikan, PLN (Perusahaan Listrik Negara) amonia dan hidrogen merupakan bahan bakar non-karbon
melakukan upaya besar-besaran untuk mempercepat yang dapat menghasilkan panas tanpa menghasilkan emisi
pengembangan pembangkit listrik sumber energi terbarukan karbon. Hal ini merupakan sesuatu yang baru, terutama bagi
dan mengurangi produksi emisi karbon. Mengacu pada Indonesia. Berbagai studi menyebutkan bahwa hal ini
RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) versi termasuk salah satu program yang paling inovatif, dan ruang
2021-2023, PLN telah merencanakan untuk mengembangkan yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan opsi sebelumnya
berbagai pembangkit listrik energi terbarukan. Di saat yang [5].
sama, untuk pembangkit listrik berbahan bakar fosil eksisting,
PLN mencoba mengembangkan program substitusi bahan Opsi carbon capture harus diteliti lebih lanjut karena tidak
bakar. Pembangkit listrik berbahan bakar fosil memiliki rasio mudah untuk diimplementasikan karena harus
yang cukup signifikan dari total produksi listrik [1]. Yang mempertimbangkan kemana emisi karbon akan disalurkan
terbesar berasal dari batubara. Seperti yang kita ketahui [6]. Oleh karena itu, studi ini difokuskan pada opsi co-firing
Indonesia kaya akan sumber daya batu bara, data dari amonia sebagai tindakan selanjutnya yang dapat diterapkan
Indonesia Energy Outlook 2022 menyebutkan bahwa pada PLTU Batubara yang ada di Indonesia.
Indonesia memiliki cadangan batu bara sebesar 36 miliar ton Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki efek dari co-
pada akhir tahun 2021 [2]. Ini adalah jumlah yang sangat besar firing amonia pada PLTU yang ada di Indonesia, terutama
yang juga menempatkan Indonesia sebagai salah satu pada peralatan pembakaran. Beberapa parameter akan
pemasok batu bara terbesar di dunia. Hal ini juga mendorong berubah dengan adanya penambahan amonia. Yang paling
Indonesia untuk membangun banyak pembangkit listrik terpengaruh adalah sisi pembakaran. Amonia memiliki wujud
tenaga batu bara (PLTU) karena ketersediaan bahan baku dan yang berbeda pada kondisi ambien, rasio udara stoikiometri
harga yang kompetitif. pembakaran, densitas gas buang, dan sebagainya. Aplikasi
Indonesia berkomitmen untuk menerapkan program tersebut dapat mempengaruhi boiler ke kondisi yang lebih
dekarbonisasi dengan target net zero pada tahun 2060. PLN
buruk. Oleh karena itu, perlu diselidiki lebih lanjut untuk TABLE I. PARAMETER UMUM MODEL PLTU
mencegah munculnya risiko tersebut. Parameter Value Unit
Beberapa produsen dan akademisi telah melakukan Daya Netto 660.69 MW
program implementasi co-firing amonia pada CFPP yang Daya Gross 694.36 MW
sudah ada. IHI Corporation telah mengimplementasikan Net Heat Rate (HHV) 2359.70 Kcal/Kg
program co-firing amonia 20% dengan JERA Co, Inc di Gross Heat Rate (HHV) 2479.96 Kcal/Kg
Hekinan yang direncanakan akan beroperasi secara komersial Tekanan Main Steam 170.00 Bar
pada tahun 2025 [7]. Mitsubishi Corporation melakukan studi Temperatur Main Steam 540.00 Celsius
Tekanan Reheated Steam 59.00 Bar
pra-kelayakan untuk aplikasi co-firing amonia 20% di
Tekanan Condenser 0.08 Bar
Indonesia, termasuk rantai suplainya. Referensi pembangkit
Rasio Udara Ekses 15.00 %
yang digunakan adalah PLTU Suralaya unit 5-7 [8]. Lee
Efisiensi Boiler (HHV) 85.70 %
melaporkan perkembangan terbaru dari aplikasi co-firing
Temperatur Flue Gas
amonia untuk pembangkit listrik tenaga panas di sisi burner. Heater Exit 135.00 Celsus
Kehadiran amonia mengubah profil nyala api, yang harus
dipertimbangkan untuk modifikasi burner [9]. Itulah beberapa TABLE II. SPESIFIKASI BATUBARA
referensi kerja co-firing amonia yang dapat menjadi acuan
penelitian ini. Komponen Nilai Satuan
C - Carbon 47.46% As Received
II. METODE H - Hydrogen 3.63% As Received
O - Oxygen 13.25% As Received
Studi ini akan didasarkan pada simulasi pembangkit listrik
S - Sulfur 0.17% As Received
dengan bantuan perangkat lunak heat balance dan simulasi
N - Nitrogen 0.49% As Received
proses. Pertama, akan disusun spesifikasi pembangkit listrik
Total Moisture 29.00% As Received
yang digunakan dalam studi ini dan dimodelkan dalam Ash 6.00% As Received
perangkat lunak heat balance. Dasarnya mengacu pada PLTU Total 100.00% As Received
yang ada di Indonesia, yang akan dijelaskan pada bagian
selanjutnya.
Produksi daya netto adalah 660 MW dengan daya
Setelah model terbentuk, pekerjaan akan dilanjutkan ke auxiliary sekitar 5% dari output daya gross. Nilai ini
simulasi off-design. Pada simulasi ini, parameter desain dari cenderung kecil karena model desain tidak meggunakan
model yang sudah ada akan dipertahankan dengan desulfurisasi gas buang yang dapat berdampak pada konsumsi
memasukkan variabel-variabel yang berbeda agar simulasi daya tambahan yang lebih besar. Tekanan main steam adalah
dapat menggambarkan implementasi co-firing yang 170 bar dan reheated steam adalah 59 bar. Di sisi pembakaran,
mendekati kenyataan. Rasio amonia akan menjadi variabel pembangkit listrik ini memiliki efisiensi boiler sebesar 85,7%
dari penelitian ini dengan rentang 0 - 30% energi. dengan basis higher heating value (HHV). Pembangkit listrik
Simulasi ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh co- ini menggunakan 15% udara ekses dan secara ideal
firing terhadap parameter operasi peralatan pembakaran: fan menghasilkan gas buang pada temperatur 135oC pada pintu
(combustion air fan dan induced draft fan), temperatur gas keluar air pre-heater.
buang, efisiensi boiler, dan pengurangan emisi rumah kaca. Batubara yang dikonsumsi menggunakan batubara kalori
Oleh karena itu, pada setiap variabel, parameter-parameter rendah dengan nilai kalori gross sebesar 4601 Kcal/kg.
tersebut akan diamati. Komposisinya mengikuti data yang disebutkan dalam Table
Hasil simulasi kemudian akan dianalisis untuk II.
memberikan rekomendasi mengenai aplikasi co-firing amonia Pembangkit listrik dimodelkan dengan simulasi neraca
pada PLTU yang sudah ada. panas menggunakan perangkat lunak Steam Pro 30.0. Model
III. BASIS PLTU tersebut dapat dilihat pada Figure 1. Terdapat tiga tahap turbin
uap yaitu tekanan tinggi (high pressure/HP), tekanan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, studi ini akan menengah (intermediate pressure/IP), dan tekanan rendah
menggunakan PLTU Batubara di Indonesia sebagai basis. (low pressure/LP). Turbin ini mengkonsumsi sekitar 338,6
Kelas PLTU yang lebih besar diprioritaskan karena ton/jam batubara untuk menghasilkan daya netto maksimum
keberadaannya lebih vital bagi sistem kelistrikan. Selain itu, seperti yang disebutkan pada Table I.
kapasitas yang lebih besar cenderung lebih efisien, sehingga
dapat terhindar dari program pemensiunan PLTU.
Saat ini, kapasitas PLTU terbesar yang dimiliki oleh PLN
adalah kelas 600 MW, dan terpusat di Pulau Jawa. Ada empat
pembangkit listrik, yaitu Suralaya Unit 5-7, Adipala, Paiton
Unit 9, dan Tanjung Jati B Unit 1-4. Kapasitas bersihnya
berkisar antara 600 - 660 MW. Sebagian besar menggunakan
siklus subkritikal dengan single reheat. Oleh karena itu, PLTU
tersebut menjadi kelas yang paling tepat sebagai dasar studi.
Simulasi pembangkit listrik akan didasarkan pada desain
tipikal dari PLTU yang disebutkan di atas. Parameter masukan
pembangkit listrik secara umum dari simulasi dapat dilihat
pada Table I. Fig. 1. Model PLTU secara Umum
Amonia akan diinjeksikan dalam fase gas dan sudah bersih
dari pengotor. Dalam fase gas, amonia tidak akan menyerap
banyak panas untuk penguapan pada boiler, dan ini
merupakan penerapan yang umum dilakukan berdasarkan
laporan produsen [8][12]. Pertimbangan desain sistem
pengolahan amonia tidak termasuk dalam penelitian ini; oleh
karena itu, amonia diasumsikan sudah siap untuk diinjeksikan
ke dalam boiler. Co-firing amonia dapat mempengaruhi
kinerja boiler yang ada. Sementara itu, sisi turbin uap
diasumsikan memiliki performa yang sama karena hanya
menerima panas dari pembakaran di dalam boiler. Pergeseran
efisiensi boiler akibat pembakaran bersama amonia dapat
mempengaruhi kuantitas energi yang ditransfer ke turbin uap
dan output daya. Oleh karena itu, mungkin diperlukan lebih
banyak input panas dari bahan bakar untuk mempertahankan
Fig. 2. Model PLTU Bagian Pembakaran output pembangkit listrik gross. Dalam penelitian ini, daya
output dari generator merupakan parameter yang akan
Di sisi emisi, PLTU mengikuti Peraturan Indonesia dipertahankan. Seperti yang disebutkan pada Table I, daya
terbaru yaitu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan output generator diwakili oleh daya output gross yaitu 694,36
Kehutanan No. P.15 tahun 2019. Terdapat empat parameter MW.
emisi yang disebutkan dalam peraturan tersebut, yaitu
Partikulat, SO2, NOx, dan Merkuri. Untuk pengendalian Injeksi udara pembakaran ke dalam boiler akan dikontrol.
partikulat, pembangkit menggunakan electrostatic Berdasarkan studi literatur dari IHI Corporation yang telah
precipitator (ESP) untuk menangkap abu. Untuk SO2, tidak melakukan pengamatan terhadap pembakaran bersama
memerlukan peralatan desulfurisasi gas buang karena amonia di PLTU eksisting, direkomendasikan untuk
batubara yang digunakan mengandung lebih sedikit sulfur mempertahankan rasio udara ekses. Namun, aliran udara
(sulfur-compliant coal) [10]. Dan NOx dan merkuri biasanya pembakaran mungkin berbeda meskipun dengan rasio yang
masih di bawah regulasi. sama karena perbedaan reaksi stoikiometri.
boiler yang digunakan adalah pulverized coal dengan tipe V. SIMULASI DAN HASIL
burner opposed firing. Udara untuk pembakaran dihembuskan
Simulasi co-firing amonia menggunakan perangkat lunak
oleh forced draft fan dan primary air fan melalui air preheater
Steam Master 30.0 sebagai simulator off-design. Keberadaan
(tipe regeneratif) di sisi dingin. Udara dari primary air fan
amonia menunjukkan akan mengubah parameter operasi
sebagian dialirkan ke pulverizer untuk mengangkut batubara.
PLTU yang ada. Parameter-parameter tersebut dijelaskan
Di sisi gas buang, untuk menyeimbangkan tekanan boiler,
pada sub-bagian di bawah ini.
induced draft (ID) fan digunakan untuk menarik gas buang
dan menyalurkannya ke cerobong asap. A. Efisiensi Boiler
Di dalam boiler, suhu pembakaran tertinggi berada di titik Pembakaran amonia akan mempengaruhi kondisi gas
atas area radiasi sebesar 1560,3 oC. Panas diserap di beberapa buang dan juga mempengaruhi penyerapan panas pada boiler.
bagian. Dari area radiasi (diserap ke wall tube evaporator) ke Oleh karena itu, hal tersebut dapat mengubah efisiensi boiler
area konvektif (superheater, reheater, dan economizer). seperti yang digambarkan oleh kurva pada Figure 3. Kurva
Diagram pembakaran dapat dilihat pada Figure 2. tersebut menunjukkan bahwa semakin besar rasio co-firing,
maka efisiensi boiler akan menurun. Hal ini terjadi karena gas
IV. KONSEP CO-FIRING AMONIA buang dari pembakaran amonia memiliki massa jenis yang
Amonia (NH3) pada dasarnya adalah senyawa kimia yang lebih rendah, oleh karena itu volume gas buang menjadi lebih
memiliki berbagai fungsi sebagai bahan baku atau utilitas besar dan kemudian menurunkan efisiensi penyerapan panas
dalam proses industri. Saat ini, amonia memiliki kegunaan karena waktu retensi yang lebih cepat. Kuantifikasi
lain yaitu sebagai bahan bakar. Co-firing amonia di PLTU kehilangan gas buang yang disebutkan dalam Table III juga
telah dikembangkan oleh beberapa produsen seperti IHI dapat menjelaskan hubungan ini.
Corporation, Mitsubishi Corporation, dan lainnya. Konsep
co-firing amonia mungkin berbeda dengan biomassa. Amonia 86
Efisiensi Boiler (%)

secara alami memiliki fase uap pada temperatur sekitar


sehingga dapat dikatakan bahwa ia memiliki reaktivitas yang 85
lebih tinggi untuk terbakar. Namun, perambatan api
pembakarannya lebih lambat dari batubara [11]. Oleh karena 84
itu, injeksi amonia merupakan parameter yang harus
dipertimbangkan dengan baik untuk menghasilkan 83
pembakaran co-firing yang efektif.
82
Dalam studi ini, amonia akan diinjeksikan utamanya ke 0 10 20 30
sisi pembakaran bagian bawah. Hal ini bertujuan untuk Rasio Co-firing (%)
mencegah pembakaran amonia yang tidak sempurna karena
kinetika reaksi yang lebih lambat. Burner untuk amonia
mungkin perlu dimodifikasi untuk mengatur profil injeksi. Fig. 3. Efisiensi boiler (HHV) vs Rasio co-firing
Namun modifikasi burner tidak akan menjadi objek utama
yang akan diteliti dalam studi ini.
TABLE III. HASIL SIMULASI PADA LOSSES GAS BUANG C. Draft Fan
Temperatur
Losses Gas Moisture Fan sangat penting dalam sistem boiler yang dapat
Rasio Co- Buang Content Losses menyeimbangkan tekanan boiler dan menjaga proses
Gas Buang
firing (%) Sensibel Gas Buang Laten (%)
(oC)
(%) (%)
pembakaran berjalan dengan baik. Pada sisi hulu, umumnya
0 135.00 6.41 13.84 9.53
terdapat dua jenis fan yang menghembuskan udara
10 142.70 6.75 15.23 10.45
pembakaran ke dalam boiler yaitu forced draft (FD) fan dan
20 148.00 6.86 16.62 11.19 primary air (PA) fan [13]. FD fan memiliki fungsi untuk
30 153.80 6.99 18.02 11.91 mengumpankan udara sekunder untuk menyempurnakan
proses pembakaran. Sedangkan PA fan berfungsi untuk
melakukan proses pembakaran utama dan mengangkut
1570 batubara dari pulverizer ke dalam boiler [14]. Pada sisi hilir,
induced draft (ID) fan berfungsi untuk menarik gas buang dari
Temperatur Pembakaran (oC)

1568 proses pembakaran [15].


1566
TABLE IV. INPUT PANAS DARI BAHAN BAKAR
1564
Input Bahan Peningkatan
1562 Rasio Co-firing (%)
Bakar (KJ/s) (%)
1560 0 1,820,043.00 -
10 1,848,664.00 2%
1558 20 1,869,290.00 3%
0 10 20 30 30 1,889,996.00 4%
Rasio Co-firing (%)

TABLE V. HASIL SIMULASI PADA DRAFT PEMBAKARAN


Fig. 4. Temperatur pembakaran vs Rasio co-firing
Rasio Co-firing(%) 0 10 20 30
Mengacu pada daftar losses energi menurut ASME PTC Laju Alir Udara
2691.30 2682.20 2624.20 2566.70
4, losses gas buang merupakan jumlah losses yang paling Pembakaran (Ton/h)
banyak terjadi pada aplikasi co-firing amonia. Hal ini dibagi Densitas Udara
1.194
menjadi dua, yaitu losses yang sensibel dan laten. Peningkatan (kg/m3)
Laju Alir
losses sensibel secara langsung dipengaruhi oleh kenaikan Volumetrik Udara
temperatur gas buang. Semakin tidak efisien penyerapan 2254.02 2246.40 2197.82 2149.66
Pembakaran
panas di boiler, semakin tinggi temperatur gas buang, hal ini (m3/h)*103
terjadi pada aplikasi co-firing amonia. Yang kedua adalah Tingkat Kerja
100.00% 99.66% 97.51% 95.37%
losses laten, laten berarti jumlah panas laten dari uap air dalam Positive Draft Fan
gas buang. Pada co-firing amonia, gas buang akan menjadi Laju Alir Gas Buang
3002.00 3003.00 2940.50 2878.70
lebih lembab, sehingga kerugian laten akan meningkat. (Ton/h)
Densitas Gas Buang
0.83 0.80 0.78 0.76
B. Temperatur Pembakaran pada Boiler (kg/m3)
Laju Volumetrik
Setiap boiler dirancang untuk menjaga pembakaran dalam Gas Buang 3625.17 3732.29 3752.55 3763.50
kisaran temperatur tertentu. Pada aplikasi co-firing amonia, (m3/h)*103
terdapat kekhawatiran bahwa temperatur pembakaran boiler Level Kerja Induced
100.00% 102.95% 103.51% 103.82%
menjadi lebih tinggi. Figure 4 menunjukkan tren hubungan Draft Fan
co-firing amonia terhadap temperatur pembakaran pada
boiler. Titik temperatur pembakaran yang dimaksud berada di
sisi atas area radiasi. Pengoperasian dapat berubah pada aplikasi co-firing
amonia, meskipun rasio udara ekses tetap dipertahankan. Hal
Secara teoritis, temperatur pembakaran akan meningkat ini terjadi karena secara stoikiometri, oksigen yang
karena input panas dari bahan bakar meningkat dalam aplikasi dibutuhkan untuk membakar antara batubara dan amonia
co-firing untuk mempertahankan daya output untuk berbeda, amonia mengkonsumsi lebih sedikit oksigen
menghasilkan 694,36 MW. Selain itu, amonia memiliki daripada batubara. Investigasi harus dilakukan untuk
perambatan pembakaran yang lebih lama, oleh karena itu, menganalisa kerja dari fan eksisting. Oleh karena itu, ini
pembakaran amonia terjadi di sisi atas boiler sehingga menjadi salah satu parameter yang diamati dalam simulasi.
mempengaruhi terjadinya peningkatan temperatur. Input
panas bahan bakar dari hasil simulasi dapat dilihat pada Table Mengacu pada hasil simulasi, aliran udara pembakaran
IV. dan gas buang pembakaran dapat dilihat pada Table V. Pada
sisi hulu, kerja positive draft fan (FD dan PA fan) cenderung
Peningkatan suhu pembakaran meningkatkan risiko berkurang. Hal ini dikarenakan semakin besar rasio co-firing,
material mengalami overheating. Oleh karena itu, perlu maka udara pembakaran yang dibutuhkan semakin sedikit
pertimbangan lain untuk menjaga temperatur pembakaran dengan rasio udara ekses yang terjaga. Berdasarkan Table I,
agar tetap aman. Jika desain material sudah berada di batas rasio udara ekses dari PLTU adalah 15%.
atas, salah satu solusinya adalah mengoperasikan udara ekses
lebih tinggi. Temperatur pembakaran dapat diturunkan Namun, pembakaran amonia menghasilkan lebih banyak
meskipun dapat menurunkan efisiensi boiler. air karena memiliki komposisi hidrogen yang besar. Dengan
demikian, densitas gas buang akan semakin rendah, yang
berarti secara volumetrik, aliran meningkat. Tingkat kerja
induced draft fan akan meningkat 3,82% dari tingkat kerja
desain maksimum dibandingkan dengan 0% co-firing. Hal ini
dapat menyebabkan ID fan mengalami masalah jika margin
desainnya tidak cukup untuk mengatasi peningkatan level
kerja tersebut. Oleh karena itu, salah satu solusi yang dapat Ketiga, tingkat kerja draft fan positif (FD fan dan PA fan)
dilakukan adalah pengurangan rasio udara berlebih dan induced draft fan akan bergeser. Dalam rasio udara ekses
pembakaran. Ini adalah solusi yang berlawanan dengan aspek yang sama, laju udara pembakaran akan berkurang pada co-
temperatur pembakaran yang merekomendasikan untuk firing amonia. Dengan demikian, kerja draft fan positif
memperbaikinya. Data hasil simulasi ditunjukkan pada Table berkurang dan dapat dikatakan aman. Namun, pada sisi gas
V. buang, densitas gas buang menjadi lebih rendah karena
kenaikan temperatur dan komposisi uap air yang meningkat
D. Emisi Gas Rumah Kaca
sehingga aliran volumetrik gas buang menjadi lebih besar.
Seperti yang telah diinformasikan pada bagian Dari hasil simulasi, aplikasi co-firing sebesar 30% dapat
pendahuluan, aplikasi co-firing amonia bertujuan untuk meningkatkan tingkat kerja ID fan sekitar 3,8%. Kapasitas
mengurangi emisi rumah kaca. Oleh karena itu, penelitian ini desain ID fan harus diperiksa apakah didesain dengan
akan ditutup dengan estimasi emisi rumah kaca. Berdasarkan mempertimbangkan margin atau tidak. Umumnya, ID fan
hasil simulasi, tren penurunan emisi karbon digambarkan didesain untuk menyedot batubara dengan kondisi terburuk,
dalam kurva yang dapat dilihat pada Figure 5. dan terdapat margin tambahan. Hal ini masih dapat dilakukan
Pada aplikasi co-firing 30%, pengurangan emisi CO2 jika kapasitas maksimum (kondisi batubara terburuk ditambah
mencapai 29,26% dengan output daya generator yang sama. margin) masih lebih besar dari pada aplikasi co-firing.
Namun, ini mengasumsikan bahwa kelas amonia yang dipakai Terakhir, program co-firing ditujukan untuk mengurangi
adalah amonia hijau dimana tidak ada emisi CO2 dalam proses emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, perhitungan
pembuatan amonia karena energi yang berasal dari energi pengurangan emisi CO2 diinvestigasi pada bagian terakhir
terbarukan. Jika terdapat CO2 yang dihasilkan dalam proses dari studi ini. Pada rasio co-firing 30%, pembangkitan CO2
tersebut, maka rasio pengurangan CO2 mungkin akan lebih dapat diturunkan sekitar 29,26% untuk output daya bruto yang
rendah dari hasil simulasi studi. sama. Hal ini tidak menghasilkan pengurangan yang linier
karena adanya faktor penurunan kinerja, terutama pada boiler.
VI. KESIMPULAN
Dari hasil simulasi, disimpulkan bahwa beberapa VII. SARAN
parameter operasi PLTU harus dipertimbangkan kembali Studi ini menunjukkan hasil yang baik untuk memulai
ketika menerapkan co-firing amonia. program co-firing amonia di PLTU eksisting. Namun
Pertama adalah efisiensi boiler. Dengan adanya co-firing demikian, investigasi lebih lanjut harus dilakukan untuk
amonia, efisiensi boiler akan berkurang, terutama pada basis memberikan analisis yang lebih komprehensif. Beberapa
HHV. Semakin tinggi temperatur gas buang dan semakin parameter harus diselidiki lebih lanjut yang tercantum di
banyak uap air yang dihasilkan merupakan faktor utama bawah ini.
dalam mengurangi efisiensi boiler. Oleh karena itu, untuk A. Computational Fluid Dynamics (CFD)
mempertahankan output daya generator, harus
mempertimbangkan input panas bahan bakar yang lebih Untuk menyajikan hasil kajian yang lebih rinci mengenai
banyak untuk mempertahankan kuantitas penyerapan panas profil pembakaran yang belum dapat disajikan oleh simulasi
ke air umpan / uap. proses dan heat balance. CFD dapat menyajikan data dapat
berupa parameter seperti emisi NOx, profil kecepatan,
Kedua, karena input panas bahan bakar meningkat, ada distribusi temperatur, dan informasi detail lainnya. Dengan
kekhawatiran bahwa temperatur pembakaran akan meningkat. demikian, aspek teknis dari pembakaran bersama amonia ke
Berdasarkan hasil simulasi, implementasi 30% co-firing akan boiler yang ada dapat diselidiki lebih lanjut.
meningkatkan temperatur pembakaran hingga sekitar 8oC.
Spesifikasi material boiler harus diperiksa ulang, kecuali jika B. Desain Penyimpanan Amonia
suhu pembakaran masih dalam kisaran kemampuan material, Karena amonia menjadi bahan bakar lain dari batu bara
maka overheating dapat dihindari. dalam aplikasi co-firing amonia, peralatan untuk
menyimpannya harus diperhatikan karena akan menggunakan
30.00 area di dalam atau di luar area PLTU eksisting. Peralatan yang
Penurunan CO2 (%)

25.00 dimaksud meliputi fasilitas bongkar muat dari transportasi,


tangki penyimpanan, dan peralatan tambahan lainnya untuk
20.00
menyalurkan amonia ke dalam boiler. Sebagai referensi,
15.00 penulis telah membuat desain awal seperti yang ditunjukkan
pada Figure 6. Namun, hal tersebut belum diselidiki dalam
10.00
penelitian ini. Namun demikian, hal ini akan diteliti dengan
5.00 jelas dalam studi lain oleh penulis.
-
0 10 20 30
Rasio Co-firing (%)

Fig. 5. Penurunan CO2 vs Rasio Co-firing


menyusun studi ini. Terima kasih kepada PLN Enjiniring yang
telah bersedia meminjamkan perangkat lunak simulasi untuk
melakukan simulasi detail mengenai pembakaran bersama
amonia.
REFERENCES
[1] PT. PLN (Persero), RENCANA USAHA PENYEDIAAN
TENAGA LISTRIK (RUPTL) TAHUN 2021-2030, vol. 1. 2021.
[2] BUREAU OF ENERGY POLICY AND ASSEMBLY
FACILITATION SECRETARIATE GENERAL OF THE
NATIONAL ENERGY COUNCIL, “INDONESIA ENERGY
OUTLOOK 2022,” 2022.
[3] B20, “ENERGY, SUSTAINABILITY, AND CLIMATE TASK
Fig. 6. Konsep Penanganan Amonia FORCE,” Bali, 2022.
[4] A. Prasetiyo, I. Suarez, J. Parapat, and Z. Amali, “Ambiguities
versus Ambition: A Review of Indonesia’s Energy Transition
Policy,” 2023.
C. Efek terhadap Daya Keluaran Net [5] S. M. Toufiqur Rahman, M. T. Salim, and S. R. Syeda, “Facility
It possibly consumes power which the quantity is layout optimization of an ammonia plant based on risk and
economic analysis,” in Procedia Engineering, Elsevier Ltd, 2014,
dependent on its type. Penyediaan amonia untuk menerapkan pp. 760–765. doi: 10.1016/j.proeng.2014.11.810.
co-firing amonia membutuhkan peralatan tambahan yang [6] H. J. Herzog, CARBON CAPTURE, vol. 1. Cambridge: The MIT
berpotensi meningkatkan konsumsi tambahan, yang dapat Press, 2018.
mengurangi daya keluaran net. Peralatan tambahan yang [7] IHI Corporation, “IHI’s Developments In Ammonia Combustion
Technologies,” 2022.
paling dipertimbangkan adalah vaporizer. Fase amonia yang [8] Mitsubishi Corporation, Mitsubishi Heavy Industries, and Nippon
diinjeksikan ke dalam boiler berbentuk gas. pada sisi lain, ada Koei, “The Pre-Feasibility Study for Ammonia co-firing and its
kemungkinan pada sisi transportasi untuk mengangkutnya Value Chain in Indonesia,” Jakarta, Jan. 2023.
dalam fase cair karena membutuhkan ruang dan [9] H. Lee and M. J. Lee, “Recent advances in ammonia combustion
technology in thermal power generation system for carbon
penyimpanan yang lebih minim. Oleh karena itu, vaporizer emission reduction,” Energies, vol. 14, no. 18. MDPI, Sep. 01,
adalah hal yang harus diperhatikan untuk mengubah amonia 2021. doi: 10.3390/en14185604.
fase cair menjadi fase gas. Vaporizer berfungsi untuk [10] A. M. Reza, N. A. F. Putera, A. O. Yurwendra, A. A. Prakoso, A.
menambahkan panas (dari sumber beragam) ke amonia cair. C. Khairunnisa, and A. Andriyanto, “Preliminary Study of Dry
Sorbent Injection and Limestone Forced Oxidation Comparison
Alat ini membutuhkan konsumsi daya yang jumlahnya for Coal Fired Steam Power Plant Retrofit,” IEEE, no. 2000, pp.
beragam tergantung pada jenisnya. 48–53, 2020.
[11] X. Wang, W. Fan, J. Chen, G. Feng, and X. Zhang, “Experimental
and Chemical Reaction Kinetic Analysis of the Impact of
D. Ammonia Supplier Ammonia Co-Firing Ratio On Ammonia/Coal Co-Firing Products
Under Air-Staged Combustion in a 45 Kw Combustion-
Karena amonia adalah sesuatu yang baru sebagai bahan Temperature Controlled Staged-Combustion Furnace,” Social
bakar pembangkit, maka perlu untuk mempelajari dari mana Science Research Network, 2022.
amonia akan didapat. Belakangan ini, berbagai pemasok di [12] G. Nagatani, H. Ishii, T. Ito, E. Ohno, and Okuma Yoshitomo,
Indonesia telah menyediakan amonia untuk keperluan “Development of Co-Firing Method of Pulverized Coal and
industri. Namun, skalanya tidak mencukupi untuk memasok Ammonia to Reduce Greenhouse Gas Emissions,” IHI
Engineering Review, vol. 53, no. 1, pp. 1–10, 2020.
bahan bakar ke pembangkit listrik sebagai bahan bakar co- [13] L. F. Drbal, P. G. Boston, K. L. Westra, and R. B. Erickson, Power
firing. Selain itu, kelas amonia haruslah minim karbon Plant Engineering, 1st ed. New York: Springer, 1996. doi:
(minimal: biru). Namun demikian, pengembangan pabrik 10.1007/978-1-4613-0427-2.
amonia biru dan hijau baru telah diprakarsai oleh berbagai [14] P. K. Nag, POWER PLANT ENGINEERING, 4th ed. New Delhi:
pihak yang peduli dengan program transisi bahan bakar fosil. McGraw-Hill Education, 2014.
[15] S. B. Londerville and C. E. Baukal, “Fundamentals for Power,
VIII. UCAPAN TERIMA KASIH Marine & Industrial Applications THE COEN & HAMWORTHY
COMBUSTION HANDBOOK Editors,” 2013.
Kami berterima kasih kepada para stakeholder yang telah
membantu kami dalam menyediakan berbagai data untuk

Anda mungkin juga menyukai