Anda di halaman 1dari 8

BAHAN AJAR

PRAKTEK MANAGEMEN FARMASI


DISUSUN

OLEH

APT. SANDRA
LEWA, S.Si,
M.Si
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYA
H MANADO
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
D3 FARMASI

1
BAB I

PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI


OBAT, ALAT KESEHATAN, VAKSIN DAN
SERUM DI INDUSTRI FARMASI

A. PENDAHULUAN
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) pertama kali diterbitkan
pada tahun 1988, kemudian disusul dengan penerbitan. Petunjuk Operasional
Penerapan CPOB pada tahun 1989 untuk memberikan penjelasan dalam penjabaran
sehingga Pedoman ini dapat diterapkan secara efektif di industri farmasi.
Dibandingkan dengan edisi sebelumnya, Pedoman CPOB Edisi 2006 mengandung
perbaikan sesuai persyaratan CPOB dinamis, antara lain “Kualifikasi dan
Validasi“, “Pembuatan dan Analisis Obat Berdasarkan Kontrak”, “Pembuatan
Produk Steril” dan penambahan beberapa bab serta aneks yaitu “Manajemen
Mutu”, “Pembuatan Produk Darah”, “Sistem Komputerisasi”, dan “Pembuatan
Produk Investigasi untuk Uji Klinis”.

Diharapkan penerapan Pedoman CPOB ini akan meningkatkan mutu produk


farmasi/obat secara terus menerus serta memberikan perlindungan yang lebih baik
terhadap kesehatan masyarakat. Akhirnya akan menjadi langkah progresif terhadap
perkembangan industri farmasi di Indonesia sehingga mutu obat mendapat
pengakuan dan kepercayaan internasional.

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian
mutu.

Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial untuk


menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan secara
sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan
jiwa, atau memulihkan atau memelihara kesehatan. Tidaklah cukup bila produk jadi
hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang lebih penting adalah
bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada
bahan awal, bahan pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan,
peralatan yang dipakai dan personil yang terlibat.

B. MANAGEMEN MUTU
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin
edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya
karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab
untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan
partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam
perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara

2
konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara
menyeluruh dan diterapkan secara benar
Unsur dasar manajemen mutu adalah :
 Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses dan sumber daya; dan
 Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.

Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik
secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat
yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai
dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu mencakup CPOB
ditambah dengan faktor lain di luar Pedoman ini, seperti desain dan pengembangan
produk.

C. CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB)


CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat
dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai
dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi
produk.

CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu. Persyaratan dasar dari


CPOB adalah:

a) semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara sistematis
berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten menghasilkan
obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah ditetapkan;
b) tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana
penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi;
c) tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk:
 personil yang terkualifikasi dan terlatih;
 bangunan dan sarana dengan luas yang memadai;
 peralatan dan sarana penunjang yang sesuai;
 bahan, wadah dan label yang benar;
 prosedur dan instruksi yang disetujui; dan
 tempat penyimpanan dan transpor- tasi yang memadai.
d) prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang jelas,
tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang
tersedia;
e) operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar;
f) pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama
pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan
dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar - benar dilaksanakan dan

3
jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi;
g) catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran
riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam bentuk
yang mudah diakses;
h) penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap mutu
obat;
i) tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran;

D. PENGAWASAN MUTU
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan
tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok
sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.

Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi Pengawasan Mutu.


Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang memadai
hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu dapat
dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan.

Persyaratan dasar dari Pengawasan Mutu adalah bahwa:


a. sarana dan prasarana yang memadai, personil yang terlatih dan prosedur yang
disetujui tersedia untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian
bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi,
dan bila perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan
b. pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan
c. dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan metode yang disetujui oleh
Pengawasan Mutu;
d. metode pengujian disiapkan dan divalidasi (bila perlu);
e. produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan kuantitatif
sesuai dengan yang disetujui pada saat pendaftaran, dengan derajat kemurnian
yang dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi label
yang benar;
f. dibuat catatan hasil pemeriksaan dan analisis bahan awal, bahan pengemas,
produk antara, produk ruahan, dan produk jadi secara formal dinilai dan
dibandingkan terhadap spesifikasi; dan
g. sampel pertinggal dari bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah
yang cukup untuk dilakukan pengujian ulang bila perlu. Sampel produk jadi
disimpan dalam kemasan akhir kecuali untuk kemasan yang besar.

E. PENGADAAN BAHAN AWAL


a. Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan
memenuhi spesifikasi yang relevan.

4
b. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat.
Catatan hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot,
tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal daluwarsa
bila ada.
c. Sebelum diluluskan untuk digunakan, tiap bahan awal hendaklah memenuhi
spesifikasi dan diberi label dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi.
Singkatan, kode ataupun nama yang tidak resmi hendaklah tidak dipakai.
d. Tiap pengiriman atau bets bahan awal hendaklah diberi nomor rujukan yang
akan menunjukkan identitas pengiriman atau bets selama penyimpanan dan
pengolahan. Nomor tersebut hendaklah jelas tercantum pada label wadah untuk
memungkinkan akses ke catatan lengkap tentang pengiriman atau bets yang
akan diperiksa.
e. Apabila dalam satu pengiriman terdapat lebih dari satu bets maka untuk tujuan
pengambilan sampel, pengujian dan pelulusan, hendaklah dianggap sebagai
bets yang terpisah.
f. Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi
umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya
kerusakan bahan, dan tentang kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari
pemasok. Sampel diambil oleh personil dan dengan metode yang telah
disetujui oleh kepala bagian Pengawasan Mutu.
g. Wadah dari mana sampel bahan awal diambil hendaklah diberi identifikasi.
h. Sampel bahan awal hendaklah diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi. Dalam
keadaan tertentu, pemenuhan sebagian atau keseluruhan terhadap spesifikasi
dapat ditunjukkan dengan sertifikat analisis yang diperkuat dengan pemastian
identitas yang dilakukan sendiri.
i. Hendaklah diambil langkah yang menjamin bahwa semua wadah pada suatu
pengiriman berisi bahan awal yang benar, dan melakukan pengamanan
terhadap kemungkinan salah penandaan wadah oleh pemasok.
j. Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui dan
diluluskan untuk pemakaian oleh kepala bagian Pengawasan Mutu.
k. Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label
hendaklah memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut:
1. nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan;
2. nomor bets/kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan;
3. status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak);
4. tanggal daluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu;
5. jika digunakan sistem penyimpanan dengan komputerisasi yang divalidasi
lengkap, maka semua keterangan di atas tidak perlu dalam bentuk tulisan
yang terbaca pada label.
l. Label yang menunjukkan status bahan awal hendaklah ditempelkan oleh
personil yang ditunjuk oleh kepala bagian Pengawasan Mutu. Untuk mencegah
kekeliruan, label tersebut hendaklah berbeda dengan label yang digunakan oleh
pemasok misalnya dengan mencantumkan nama atau logo perusahaan. Bila
status bahan mengalami perubahan, maka label penunjuk status hendaklah
juga diubah.

5
m. Persediaan bahan awal hendaklah diperiksa secara berkala untuk meyakinkan
bahwa wadah tertutup rapat dan diberi label dengan benar, dan dalam kondisi
yang baik. Terhadap bahan tersebut hendaklah dilakukan pengambilan
sampel dan pengujian ulang secara berkala sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan. Pelaksanaan pengambilan sampel ulang hendaklah diawali dengan
penempelan label uji ulang dan/atau dengan menggunakan sistem dokumentasi
yang sama efektifnya.
n. Bahan awal, terutama yang dapat mengalami kerusakan karena terpapar
o. pada panas, hendaklah disimpan di dalam ruangan yang suhu udaranya
dikendalikan dengan ketat; bahan yang peka terhadap kelembaban dan/atau
cahaya hendaklah disimpan dengan benar di dalam ruangan yang
dikendalikan kondisinya.
p. Penyerahan bahan awal untuk produksi hendaklah dilakukan hanya oleh
personil yang berwenang sesuai dengan prosedur yang telah disetujui. Catatan
persediaan bahan hendaklah disimpan dengan baik agar rekonsiliasi persediaan
dapat dilakukan.
q. Alat timbang hendaklah diverifikasi tiap hari sebelum dipakai untuk
membuktikan bahwa kapasitas, ketelitian dan ketepatannya memenuhi
persyaratan sesuai dengan jumlah bahan yang akan ditimbang.
r. Semua bahan awal yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang menyolok,
ditempatkan terpisah dan dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasoknya.

F. AREA PENYIMPANAN
a. Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untuk
menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti
bahan awal dan bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk
jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang
ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran.
b. Area penyimpanan hendaklah didesain atau disesuaikan untuk menjamin
kondisi penyimpanan yang baik; terutama area tersebut hendaklah bersih,
kering dan mendapat penerangan yang cukup serta dipelihara dalam batas suhu
yang ditetapkan.
c. Apabila kondisi penyimpanan khusus (misal suhu, kelembaban) dibutuhkan,
kondisi tersebut hendaklah disiapkan, dikendalikan, dipantau dan dicatat di
mana diperlukan.
d. Area penerimaan dan pengiriman barang hendaklah dapat memberikan
perlindungan bahan dan produk terhadap cuaca. Area penerimaan hendaklah
didesain dan dilengkapi dengan peralatan yang sesuai untuk kebutuhan
pembersihan wadah barang bila perlu.
e. Apabila status karantina dipastikan dengan cara penyimpanan di area terpisah,
maka area tersebut harus diberi penandaan yang jelas dan akses ke area
tersebut terbatas bagi personil yang berwenang. Sistem lain untuk
menggantikan sistem karantina barang secara fisik hendaklah memberi
pengamanan yang setara.
f. Hendaklah disediakan area terpisah dengan lingkungan yang terkendali untuk
pengambilan sampel bahan awal. Apabila kegiatan tersebut dilakukan di area

6
penyimpanan, maka pengambilan sampel hendaklah dilakukan sedemikian
rupa untuk mencegah pencemaran atau pencemaran silang. Prosedur
pembersihan yang memadai bagi ruang pengambilan sampel hendaklah
tersedia.
g. Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan
dan produk yang ditolak, atau yang ditarik kembali atau yang dikembalikan.
h. Bahan aktif berpotensi tinggi dan bahan radioaktif, narkotik, obat berbahaya
lain, dan zat atau bahan yang mengandung risiko tinggi terhadap
penyalahgunaan, kebakaran atau ledakan hendaklah disimpan di area yang
terjamin keamanannya. Obat narkotik dan obat berbahaya lain hendaklah
disimpan di tempat terkunci.
i. Bahan pengemas cetakan merupakan bahan yang kritis karena menyatakan
kebenaran produk berdasarkan penendaan

G. PEMBUATAN PRODUK BIOLOGI


Metode yang digunakan dalam pembuatan produk biologi merupakan faktor
kritis untuk menyusun peraturan pengawasan yang sesuai. Oleh karena itu produk
biologi dapat ditentukan dengan mengacu pada metode pembuatannya.

Produk biologi yang dicakup dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
ini adalah vaksin, immunosera, antigen, hormon, enzim dan produk lain hasil
fermentasi (termasuk antibodi monoklonal dan produk yang diperoleh dari r-DNA)
yang dibuat dengan metode pembuatan berikut:

a. biakan mikroba;
b. biakan sel dan mikroba;
c. ekstraksi dari jaringan biologi; dan
d. propagasi substrat hidup pada embrio atau hewan

1) Prinsip
Pembuatan produk biologi memerlukan pertimbangan khusus yang
berkaitan dengan sifat alami produk dan proses. Cara yang digunakan untuk
pembuatan, pengendalian serta penggunaan produk biologi memerlukan
perhatian khusus.

Tidak seperti obat konvensional yang dibuat menggunakan bahan kimia


serta teknik fisik yang dapat menjaga tingkat konsistensi yang tinggi,
pembuatan produk biologi melibatkan bahan dan proses biologi, seperti
kultivasi sel atau ektraksi material dari mikroorganisme hidup. Proses biologi
ini dapat menimbulkan variabilitas yang nyata, sehingga sifat dan jenis produk
sampingannya juga bervariasi. Terlebih lagi bahan yang digunakan untuk
proses kultivasi juga merupakan media pertumbuhan yang baik bagi mikroba
pencemar. Pengawasan mutu produk biologi pada umumnya melibatkan teknik
analisis yang mempunyai variabilitas lebih tinggi dibanding dengan penentuan
kimia-fisika. Jadi pengawasan-selama-proses berperan sangat penting pada
pembuatan produk biologi.

7
2) Personil
a) Semua personil (termasuk yang menangani pembersihan, perawatan dan
pengendalian mutu) yang dipekerjakan di area di mana produk biologi
dibuat hendaklah mendapat pelatihan tambahan yang spesifik dengan
produk yang dibuat serta tugas mereka. Personil hendaklah diberi informasi
yang relevan serta pelatihan tentang higiene dan mikrobiologi. Semua
pelatihan hendaklah diselenggarakan secara reguler dan didokumentasikan
dengan baik.
b) Personil yang bertanggung jawab dalam produksi dan pengendalian mutu
hendaklah memiliki latar belakang yang memadai dalam disiplin ilmu yang
relevan, seperti bakteriologi, biologi, biometri, kimia, kedokteran, farmasi,
farmakologi, virologi, imunologi dan kedokteran hewan, serta memiliki
pengalaman praktis yang memadai untuk melaksanakan fungsi manajemen
mereka pada proses terkait.
c) Status imunologi personil hendaklah dipertimbangkan dengan seksama
untuk keamanan produk. Semua personil (termasuk inspektur) yang terlibat
dalam produksi, perawatan, pengujian dan penanganan hewan, jika perlu,
hendaklah divaksinasi dengan vaksin yang sesuai serta diperiksa
kesehatannya secara dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan
pencegahan pengulangan kembali keluhan mencapai standar mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan
spesifikasi produk.

CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu. Persyaratan dasar dari


CPOB adalah:
a) semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara sistematis
berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten menghasilkan
obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah ditetapkan;
b) tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana
penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi;
c) tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk:
 personil yang terkualifikasi dan terlatih;
 bangunan dan sarana dengan luas yang memadai;
 peralatan dan sarana penunjang yang sesuai;
 bahan, wadah dan label yang benar;
 prosedur dan instruksi yang disetujui; dan
 tempat penyimpanan dan transpor- tasi yang memadai.
d) prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang jelas,
tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang
tersedia;
e) operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar;
f) pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama
pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan
dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar-benar dilaksanakan dan
jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi;

Anda mungkin juga menyukai