Anda di halaman 1dari 8

MANUAL BORANG ONLINE

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

Pengisian borang secara online ini dibagi dalam 3 (tiga) kategori, yaitu [1]pelaporan kasus,
baik yang diperoleh di RS (UGD atau Poli) dan Puskesmas; [2]pelaporan kegiatan UKP; dan
[3]pelaporan kegiatan UKM. Ketiga pelaporan tersebut memiliki jenis dan format yang berbeda.
Namun demikian, ketiga kegiatan tersebut memiliki objektif (tujuan) yang sama, yaitu proses
pemahiran dan pemandirian keterampilan Dokter Internsip sebagai suatu program, Program
Internsip Dokter Indonesia (PIDI).

Diagram alir aktivitas pengisian dan validasi masing-masing pelaporan dapat dilihat pada
Gambar 1, 2, dan 3 di bawah ini. Diagram alir aktivitas ini diharapkan dapat memberikan suatu
gambaran utuh mengenai pelaporan borang sehingga pada level operasionalnya, antara Dokter
Internsip dan Dokter Pendamping memiliki satu persepsi yang sama. Dengan demikian dapat
diharapkan minimnya kemacetan (leak) pengisian dan validasi pelaporan borang karena Dokter
Internsip dan Dokter Pendamping memiliki defenisi yang sama dan alur logika yang sama pula.
Persepsi yang sama ini diharapkan dapat mengantarkan pengelolaan pelaporan dan validasi borang
dapat tertata dengan baik sehingga capaian kemajuan proses pemahiran dan pemandirian
berdasarkan instrumen indikator-indikator yang sudah ditetapkan dapat dimonitor dan dipenuhi
sesuai dengan ketersediaan waktu pelaksanaannya.

Diagram alir aktivitas pengisian dan validasi pelaporan borang terdiri dari 2 (dua) sisi, yaitu sisi
peserta (Dokter Internsip) dan sisi pendamping (Dokter Pendamping). Pengisian pelaporan, baik itu
data kasus, data laporan kegiatan UKP, dan data laporan kegiatan UKM dilakukan oleh peserta.
Pengisian data-data laporan tersebut mengikuti standar yang sudah ditetapkan pada masing-masing
formulir (form) yang dapat dilakukan menggunakan PC/ Laptop, Tablet, atau SmartPhone secara
online. Selanjutnya data isian tersebut akan disampaikan kepada masing-masing pendamping melalui
suatu notifikasi pada dashboard pendamping.

Pendamping memiliki kewenangan untuk mengatakan apakah pelaporan yang diterimanya


sudah valid atau perlu direvisi karena bagian dari fungsinya, yaitu fasilitator, motivator, dan penilai.
Berdasarkan justifikasi pendamping tersebut, pelaporan yang sudah dianggap benar dapat masuk
sebagai arsip laporan (kasus, kegiatan UKP, dan kegiatan UKM) melalui proses validasi. Jika pelaporan
yang dianggap belum valid, maka pendamping dapat mengembalikan laporan tersebut sebagai
laporan revisi (revisi kasus, revisi laporan kegiatan UKP, revisi laporan kegiatan UKM) dengan
memberikan catatan. Revisi tersebut akan dikirim ke peserta melalui suatu notifikasi pada dashboard
peserta.

Peserta dapat melakukan revisi atas laporan-laporan tersebut sesuai arahan dari pendamping
atau menghapusnya sehingga laporan tersebut tidak termasuk kategori (kasus, kegiatan UKP, dan
kegiatan UKM) yang dilaporkan. Perbaikan/ revisi terhadap laporan yang sudah dilakukan peserta
akan dikirimkan pada pendamping melalui suatu notifikasi revisi (revisi kasus, revisi laporan kegiatan
UKP, revisi laporan kegiatan UKM) pada dashboard pendamping.
Gambar 1. Diagram Alir Aktivitas Validasi Kasus
Gambar 2. Diagram Alir Aktivitas Validasi Laporan Kegiatan UKP
Gambar 3. Diagram Alir Aktivitas Validasi Laporan Kegiatan UKM
PETA KOMPONEN INDIKATOR LAPORAN KASUS

Min:40% Max:60%

Min:20% Max:30%

FORM Min:20% Max:30%


ISIAN KASUS
Min:10% Max:20%

Min: 1% Max: 5%

Min: 0% Max: 5%

Min:25% Max:40%

Min:40% Max:60%

Min:15% Max:25%

Min: 50 x / thn

Min: 5 x / thn
Min: 10 x / thn
Min: 10 x / thn
Min: 2 x / thn
Min: 2 x / thn

Gambar 4. Peta Indikator Pengisian Laporan Kasus

Laporan kasus yang diperoleh dari Fasyankes Rumah Sakit (UGD atau Poli) dan Puskesmas akan
dihitung dengan jumlah minimal 400 kasus per peserta. Komponen data yang menjadi perhitungan
indikator antara lain:

1. Kode Kegiatan
a. Medik
b. Bedah
c. Kegawat-Daruratan
d. Kebidanan dan Perinatal
e. Kejiwaan
f. Medikolegal
2. Kategori Pasien
a. Bayi
b. Anak
c. Lansia
3. Tindakan Medis
a. Memasang Infus
b. Memasang Kateter
c. Menjahit Luka
d. Bedah Minor
e. Memasang NGT
f. Menolong Partus Normal

Setiap kasus hanya memiliki 1 kode kegiatan, 1 kategori pasien, dan bisa lebih dari 1 tindakan medis.
Kasus yang dilaporkan boleh lebih dari 400 kasus yang diperoleh dari Rumah Sakit dan Puskesmas.
Jumlah kasus yang dilaporkan dari perolehan di Puskesmas maksimal 80 kasus (20% dari 400 kasus
minimal), dengan kata lain:

1. Jika kasus yang diperoleh dari Rumah Sakit lebih dari 400 kasus, maka kasus yang diperoleh dari
Puskesmas tidak wajib dilaporkan.
2. Jika kasus yang diperoleh dari Rumah Sakit tidak tercapai 400 kasus, maka dapat dilaporkan kasus
yang diperoleh dari Puskesmas.

Sedangkan kasus yang diperoleh dari Rumah Sakit, merupakan gabungan antara kasus yang diperoleh
dari UGD dan Poli, namun tidak boleh hanya kasus dari salah satu stase saja (UGD saja atau Poli saja).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peserta sebaiknya melaporkan kasus-kasus yang dapat
mencapai satuan indikator-indikator yang sudah ditetapkan, seperti kasus yang memiliki tindakan
medis, selain pemenuhan berdasarkan kode kegiatan dan kategori pasien.

Terkait dengan pengisian data diagnosa, daftar pilihan diagnosa yang disediakan mengacu pada
standar ICD 10. Namun demikian, atas pertimbangan teknis (kondisi koneksi di berbagai lapangan),
maka 12.025 daftar diagnosa tidak dimasukkan sebagai pilihan, hanya mengacu pada kode umum saja
sebagai pilihan pencatatan diagnosa.

Dari 21 Chapter diagnosa, hanya kode umum saja yang dimasukkan, yaitu sekitar 1.952 kode diagnosa
yang dapat dipilih oleh peserta.

Contoh untuk Diagnosa Congenital iodine-deficiency syndrome dengan Kode Diagnosa E00, termasuk
kategori Chapter IV, terdapat 4 sub kode khusus, yaitu E00.0; E00.1; E00.2; dan E00.9. Meskipun fakta
dilapangannya peserta memberikan diagnosa Congenital iodine-deficiency syndrome, mixed type dengan
kode E00.9 kepada pasien, tetapi pencatatan hanya mengambil kode besarnya, yaitu E00, dengan kata lain
justifikasi pencatatan diagnosa adalah Congenital iodine-deficiency syndrome.
1 Congenital iodine-deficiency syndrome
Kode ICD 10: E00 (Chapter IV)
Endocrine, nutritional and metabolic diseases (E00-E90)
Disorders of thyroid gland (E00-E07)

2 Congenital iodine-deficiency syndrome, neurological type


Kode ICD 10: E00.0 (Chapter IV)
Endocrine, nutritional and metabolic diseases (E00-E90)
Disorders of thyroid gland (E00-E07)

3 Congenital iodine-deficiency syndrome, myxoedematous type


Kode ICD 10: E00.1 (Chapter IV)
Endocrine, nutritional and metabolic diseases (E00-E90)
Disorders of thyroid gland (E00-E07)

4 Congenital iodine-deficiency syndrome, mixed type


Kode ICD 10: E00.2 (Chapter IV)
Endocrine, nutritional and metabolic diseases (E00-E90)
Disorders of thyroid gland (E00-E07)

5 Congenital iodine-deficiency syndrome, unspecified


Kode ICD 10: E00.9 (Chapter IV)
Endocrine, nutritional and metabolic diseases (E00-E90)
Disorders of thyroid gland (E00-E07)

Tentu justifikasi diagnosa ini memerlukan upaya tersendiri dalam penyesuaian diagnosa di lapangan
dengan ketersediaan pilihan diagnosa yang disediakan. Namun demikian pada dashboard peserta dan
pendamping disediakan fitur untuk mencari daftar diagnosa dengan kode umum dan kode khusus
tersebut seperti yang terdapat pada menu INFORMASI KHUSUS.

Proses pencarian dapat dilakukan dengan menggunakan kode atau mengetikkan secara sebagian atau
lengkap dari nama diagnosa. Nama diagnosa yang mengacu pada ICD 10 masih menggunakan Bahasa
Inggris, oleh karena itu pencarian nama diagnosa juga harus menggunakan kata dalam Bahasa Inggris.
Contoh fitur tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Contoh Fitur Pencarian Diagnosa


PETUNJUK TEKNIS VALIDASI

Anda mungkin juga menyukai