Anda di halaman 1dari 355

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 84 TAHUN 2014

TENTANG

PENJUALAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH


BERUPA KENDARAAN PERORANGAN DINAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk memberikan penghargaan atas jasa dan


pengabdiannya, Pejabat Negara, pegawai Aparatur Sipil
Negara, anggota Tentara Nasional Indonesia, dan anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang ditetapkan
sebagai pemegang tetap Barang Milik Negara/Daerah berupa
kendaraan perorangan dinas, dapat diberikan kesempatan
untuk membeli kendaraan tersebut;

b. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1971 tentang


Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas Milik Negara sudah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan
pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, sehingga perlu
diganti;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Penjualan Barang
Milik Negara/Daerah Berupa Kendaraan Perorangan Dinas;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang–Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494);
4. Peraturan…
-2-

4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang


Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENJUALAN BARANG


MILIK NEGARA/DAERAH BERUPA KENDARAAN PERORANGAN
DINAS.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:


1. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
2. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
3. Kendaraan Perorangan Dinas adalah Barang Milik
Negara/Daerah berupa kendaraan bermotor yang digunakan
oleh Pejabat Negara, pegawai Aparatur Sipil Negara, anggota
Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Polri) untuk melaksanakan tugas
dan fungsi pada jabatan yang diembannya.
4. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta
melakukan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
5. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan
Penggunaan Barang Milik Negara/Daerah.
6. Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga tinggi
negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 dan Pejabat Negara lainnya
yang ditentukan oleh undang-undang.

7. Direktur…
-3-

7. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal di lingkungan


Kementerian Keuangan yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pengelolaan Barang Milik Negara.
8. Pegawai Aparatur Sipil Negara, yang selanjutnya disebut
pegawai ASN, adalah pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat
pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan
pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 2

(1) Penjualan Barang Milik Negara/Daerah berupa Kendaraan


Perorangan Dinas dapat dilakukan kepada:
a. Pejabat Negara;
b. mantan Pejabat Negara;
c. pegawai ASN;
d. anggota TNI; atau
e. anggota Polri.

(2) Penjualan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dapat dilakukan dengan cara tanpa melalui lelang.

Pasal 3

Pejabat Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)


huruf a, yaitu:
a. Presiden dan Wakil Presiden;
b. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat;
c. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat;
d. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah;
e. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Agung pada
Mahkamah Agung serta Ketua, Wakil Ketua dan Hakim pada
semua badan peradilan, kecuali Hakim ad hoc;

f. Ketua...
-4-

f. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Mahkamah Konstitusi;


g. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan;
h. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Komisi Yudisial;
i. Ketua, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi;
j. Menteri dan jabatan setingkat menteri;
k. Kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang
berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa
Penuh;
l. Gubernur dan Wakil Gubernur;
m. Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota; dan
n. Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang.

Pasal 4

(1) Kendaraan Perorangan Dinas meliputi kendaraan dinas


bermotor roda empat angkutan darat milik negara/daerah yang
lazimnya digunakan untuk angkutan perorangan, termasuk
namun tidak terbatas pada sedan, jeep, dan minibus.

(2) Kendaraan Perorangan Dinas sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) merupakan kendaraan yang telah ditetapkan dengan
keputusan pejabat yang berwenang untuk digunakan dalam
rangka pelaksanaan tugas Pejabat Negara, pegawai ASN,
anggota TNI, dan anggota Polri.

BAB II
KEWENANGAN

Pasal 5

(1) Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang memiliki


kewenangan memberikan persetujuan atas usul penjualan
Barang Milik Negara berupa Kendaraan Perorangan Dinas
sesuai batas kewenangannya.

(2) Kewenangan...
-5-

(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara


fungsional dilakukan oleh Direktur Jenderal.

Pasal 6

(1) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Barang memiliki


kewenangan mengajukan usul penjualan Barang Milik Negara
berupa Kendaraan Perorangan Dinas yang berada dalam
penguasaannya kepada Pengelola Barang.

(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara


fungsional dilaksanakan oleh Pejabat Eselon I atau pejabat lain
yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas dan fungsi
pengelolaan Barang Milik Negara pada Kementerian
Negara/Lembaga.

Pasal 7

Gubernur/Bupati/Walikota selaku pemegang kekuasaan


pengelolaan Barang Milik Daerah memiliki kewenangan
memberikan persetujuan atas usul penjualan Barang Milik Daerah
berupa Kendaraan Perorangan Dinas sesuai batas kewenangannya.

Pasal 8

Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang Milik Daerah memiliki


kewenangan mengajukan usul penjualan Barang Milik Daerah
berupa Kendaraan Perorangan Dinas kepada
Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 9

Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Barang


Milik Daerah memiliki kewenangan mengajukan usul penjualan
Barang Milik Daerah berupa Kendaraan Perorangan Dinas kepada
Pengelola Barang Milik Daerah.

BAB III...
-6-

BAB III
PERSYARATAN

Bagian Kesatu
Penjualan Kepada Pejabat Negara

Pasal 10

(1) Kendaraan Perorangan Dinas dapat dijual tanpa melalui lelang


kepada Pejabat Negara pemegang tetap kendaraan tersebut
dengan syarat Kendaraan Perorangan Dinas:
a. telah berusia paling singkat 4 (empat) tahun:
1) terhitung mulai tanggal, bulan, tahun perolehannya,
untuk perolehan dalam kondisi baru; atau
2) terhitung mulai tanggal, bulan, tahun pembuatannya,
untuk perolehan selain tersebut pada angka 1); dan
b. sudah tidak digunakan lagi untuk pelaksanaan tugas.

(2) Permohonan penjualan Kendaraan Perorangan Dinas


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada tahun
terakhir periode jabatan Pejabat Negara.
(3) Kendaraan Perorangan Dinas yang dijual tanpa melalui lelang
paling banyak 1 (satu) unit kendaraan bagi 1 (satu) orang
Pejabat Negara, untuk tiap penjualan yang dilakukan.

Pasal 11

Pejabat Negara yang dapat membeli Kendaraan Perorangan Dinas


tanpa melalui lelang harus memenuhi persyaratan:
a. telah memiliki masa kerja atau masa pengabdian selama
4 (empat) tahun atau lebih secara berturut-turut, terhitung
mulai tanggal ditetapkan menjadi Pejabat Negara; dan
b. tidak sedang atau tidak pernah dituntut tindak pidana dengan
ancaman hukuman pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun.

Bagian…
-7-

Bagian Kedua
Penjualan Kepada Mantan Pejabat Negara

Pasal 12

(1) Kendaraan Perorangan Dinas dapat dijual tanpa melalui lelang


kepada mantan Pejabat Negara pemegang tetap kendaraan
tersebut dengan syarat Kendaraan Perorangan Dinas:
a. telah berusia paling singkat 4 (empat) tahun:
1) terhitung mulai tanggal, bulan, tahun perolehannya,
untuk perolehan dalam kondisi baru; atau
2) terhitung mulai tanggal, bulan, tahun pembuatannya,
untuk perolehan selain tersebut pada angka 1); dan
b. sudah tidak digunakan lagi untuk pelaksanaan tugas.
(2) Kendaraan Perorangan Dinas yang dijual tanpa melalui lelang
paling banyak 1 (satu) unit kendaraan bagi 1 (satu) orang
mantan Pejabat Negara, untuk tiap penjualan yang dilakukan.
(3) Permohonan penjualan tanpa melalui lelang dilakukan paling
lama 1 (satu) tahun sejak berakhirnya masa jabatan Pejabat
Negara yang bersangkutan.

Pasal 13

Mantan Pejabat Negara yang dapat membeli Kendaraan Perorangan


Dinas tanpa melalui lelang harus memenuhi persyaratan:
a. telah memiliki masa kerja atau masa pengabdian selama
4 (empat) tahun atau lebih secara berturut-turut, terhitung
mulai tanggal ditetapkan menjadi Pejabat Negara sampai
dengan berakhirnya masa jabatan;
b. belum pernah membeli Kendaraan Perorangan Dinas tanpa
melalui lelang pada saat yang bersangkutan menjabat sebagai
Pejabat Negara;
c. tidak sedang atau tidak pernah dituntut tindak pidana dengan
ancaman hukuman pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun; dan
d. tidak diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya.

Bagian...
-8-

Bagian Ketiga
Penjualan Kepada Pegawai ASN, Anggota TNI, atau Anggota Polri

Pasal 14

Kendaraan Perorangan Dinas dapat dijual tanpa melalui lelang


kepada pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri dengan syarat
Kendaraan Perorangan Dinas telah berusia paling singkat 5 (lima)
tahun:
a. terhitung mulai tanggal, bulan, tahun perolehannya, untuk
perolehan dalam kondisi baru; atau
b. terhitung mulai tanggal, bulan, tahun pembuatannya, untuk
perolehan selain tersebut pada huruf a.

Pasal 15

(1) Pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri yang dapat
membeli Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui lelang
harus memenuhi persyaratan:
a. telah memiliki masa kerja atau masa pengabdian selama
15 (lima belas) tahun atau lebih secara berturut-turut,
terhitung mulai tanggal ditetapkan sebagai pegawai ASN,
anggota TNI atau anggota Polri;
b. telah menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi Utama, Jabatan
Pimpinan Tinggi Madya, Jabatan Fungsional Keahlian
Utama, atau jabatan yang setara pada TNI/Polri, paling
singkat 5 (lima) tahun; dan
c. tidak sedang atau tidak pernah dituntut tindak pidana
dengan ancaman hukuman pidana penjara paling singkat
5 (lima) tahun.

(2) Pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri:


a. yang mempunyai kedudukan dan/atau pangkat yang lebih
tinggi; atau
b. pemegang Kendaraan Perorangan Dinas,
dipertimbangkan untuk mendapatkan prioritas membeli
Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui lelang.

BAB IV...
-9-

BAB IV
TATA CARA PENJUALAN

Pasal 16

(1) Penjualan Barang Milik Negara berupa Kendaraan Perorangan


Dinas dilaksanakan oleh Pengguna Barang setelah mendapat
persetujuan Pengelola Barang.
(2) Penjualan Barang Milik Daerah berupa Kendaraan Perorangan
Dinas dilaksanakan oleh Pengelola Barang setelah mendapat
persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 17

(1) Barang Milik Negara/Daerah berupa Kendaraan Perorangan


Dinas yang akan dijual dilakukan penilaian untuk
mendapatkan nilai wajar.
(2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Pasal 18
Harga jual Barang Milik Negara/Daerah berupa Kendaraan
Perorangan Dinas yang dijual kepada Pejabat Negara/mantan
Pejabat Negara tanpa melalui lelang ditentukan oleh Pengguna
Barang sebagai berikut:
a. kendaraan dengan umur 4 (empat) tahun sampai dengan
7 (tujuh) tahun, harga jualnya adalah 40% (empat puluh
persen) dari nilai wajar kendaraan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17;
b. kendaraan dengan umur lebih dari 7 (tujuh) tahun, harga
jualnya adalah 20% (dua puluh persen) dari nilai wajar
kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17.

Pasal 19

Pembayaran penjualan Barang Milik Negara/Daerah berupa


Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui lelang kepada:
a. Pejabat Negara/mantan Pejabat Negara, harus dibayar sekaligus;
b. pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri, dapat dibayar
secara angsuran paling lama 2 (dua) tahun.

Pasal 20...
- 10 -

Pasal 20

Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dilakukan


melalui penyetoran ke rekening Kas Umum Negara/Daerah:
a. paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal berlakunya
surat persetujuan penjualan, untuk pembayaran sekaligus;
b. sesuai mekanisme yang diatur dalam perjanjian antara
Pengguna Barang dengan pegawai ASN, anggota TNI, atau
anggota Polri, yang membeli, untuk pembayaran secara
angsuran.
Pasal 21
Dalam hal Barang Milik Negara/Daerah berupa Kendaraan
Perorangan Dinas yang dijual kepada Pejabat Negara/mantan
Pejabat Negara, pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri
dengan cara pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
belum dibayar lunas, maka:
a. kendaraan tersebut masih berstatus sebagai Barang Milik
Negara/Daerah;
b. kendaraan tersebut tetap digunakan untuk keperluan dinas;
c. biaya perbaikan/pemeliharaan menjadi tanggung jawab Pejabat
Negara/mantan Pejabat Negara, pegawai ASN, anggota TNI, atau
anggota Polri ; dan
d. kendaraan tersebut dilarang untuk dipindahtangankan,
disewakan, dipinjamkan, atau dijaminkan kepada pihak ketiga.

Pasal 22
(1) Pejabat Negara dan mantan Pejabat Negara yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19,
Pasal 20, dan Pasal 21, dicabut haknya untuk membeli
Kendaraan Perorangan Dinas tersebut.
(2) Pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
huruf b, Pasal 20 huruf b, dan Pasal 21, dicabut haknya untuk
membeli Barang Milik Negara/Daerah berupa Kendaraan
Perorangan Dinas tersebut dan angsuran yang telah dibayarkan
tidak dapat dikembalikan.

Pasal 23
(1) Kendaraan Perorangan Dinas yang batal dibeli oleh Pejabat
Negara/mantan Pejabat Negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 ayat (1), digunakan kembali untuk pelaksanaan tugas.
(2) Kendaraan...
- 11 -

(2) Kendaraan Perorangan Dinas yang batal dibeli oleh pegawai


ASN, anggota TNI, atau anggota Polri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 ayat (2), Pengguna Barang dapat menunjuk
pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri lainnya untuk
membeli Kendaraan Perorangan Dinas tersebut.
(3) Pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1).

Pasal 24

Biaya yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah untuk perbaikan


Kendaraan Perorangan Dinas yang akan dibeli dalam jangka waktu
1 (satu) tahun sebelum adanya persetujuan penjualan, menjadi
tanggungan Pejabat Negara, pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota
Polri yang membeli Kendaraan Perorangan Dinas tersebut dan harus
dibayar sebagai tambahan harga jual sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18.

Pasal 25

Pejabat Negara, pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri yang
pernah membeli Kendaraan Perorangan Dinas berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini, dapat membeli lagi 1 (satu) unit
Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui lelang setelah jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun sejak pembelian yang pertama.

Pasal 26

Pelaksanaan penjualan tanpa melalui lelang dan penghapusan


Barang Milik Negara/Daerah berupa Kendaraan Perorangan Dinas
mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Pasal 27

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penjualan Barang


Milik Negara berupa Kendaraan Perorangan Dinas kepada
pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri tanpa melalui
lelang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

(2) Ketentuan...
- 12 -

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penjualan Barang


Milik Daerah berupa Kendaraan Perorangan Dinas kepada
pegawai ASN tanpa melalui lelang diatur dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri.

BAB V
PENGAWASAN, PENGENDALIAN, DAN PENATAUSAHAAN

Pasal 28

Pengawasan, pengendalian, dan penatausahaan Barang Milik


Negara/Daerah berupa Kendaraan Perorangan Dinas mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah.

Pasal 29

Pengelola Barang dan Pengguna Barang melakukan pengawasan dan


pengendalian pelaksanaan penjualan dan penghapusan Kendaraan
Perorangan Dinas sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-
masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 30

(1) Kendaraan Perorangan Dinas yang tidak dilakukan penjualan


dengan mekanisme sebagaimana diatur dalam Pasal 10,
Pasal 12, Pasal 14, dan Pasal 23 serta sudah tidak digunakan
untuk menyelenggarakan tugas, dapat dilakukan penjualan
secara lelang.

(2) Penjualan secara lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.

Pasal 31...
- 13 -

Pasal 31

(1) Pemerintah dapat menyediakan fasilitas Program Kepemilikan


Kendaraan bagi:
a. Pejabat Negara;
b. Pejabat Pimpinan Tinggi Utama, Pejabat Pimpinan Tinggi
Madya, Pejabat Fungsional Keahlian Utama; atau
c. pejabat pada TNI atau Polri yang setara dengan pejabat
sebagaimana dimaksud pada huruf b,
dengan memperhatikan kemampuan keuangan
negara/daerah.

(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan Program Kepemilikan


Kendaraan di lingkungan Pemerintah Pusat diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri Keuangan.

(3) Ketentuan mengenai pelaksanaan Program Kepemilikan


Kendaraan di lingkungan Pemerintah Daerah diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri setelah
berkoordinasi dengan Menteri Keuangan.

Pasal 32

(1) Guna kesinambungan pelaksanaan tugas dan fungsi


penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah Pusat/Daerah
dapat menyediakan Barang Milik Negara/Daerah berupa
Kendaraan Perorangan Dinas dan kendaraan operasional
melalui sewa beli (leasing).

(2) Ketentuan mengenai sewa beli (leasing) di lingkungan


Pemerintah Pusat diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri Keuangan.

(3) Ketentuan mengenai sewa beli (leasing) di lingkungan


Pemerintah Daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri setelah berkoordinasi dengan Menteri
Keuangan.

BAB VII...
- 14 -

BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 33

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Pejabat Negara


yang telah mengakhiri masa pengabdiannya dapat melakukan
pembelian Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui lelang dengan
syarat:
a. mantan Pejabat Negara telah memiliki masa pengabdian paling
singkat 4 (empat) tahun secara berturut-turut sebagai Pejabat
Negara;
b. mantan Pejabat Negara telah mengakhiri masa jabatan paling
lama 5 (lima) tahun sebelum Peraturan Pemerintah ini berlaku;
c. mantan Pejabat Negara tidak sedang atau tidak pernah dituntut
tindak pidana dengan ancaman hukuman pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun;
d. mantan Pejabat Negara tidak diberhentikan dengan tidak hormat
dari jabatannya;
e. Kendaraan Perorangan Dinas yang dibeli adalah kendaraan yang
digunakan oleh mantan Pejabat Negara pada saat menjabat; dan
f. Kendaraan Perorangan Dinas yang dibeli sudah tidak digunakan
lagi untuk pelaksanaan tugas.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 34

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan


Pemerintah Nomor 46 Tahun 1971 tentang Penjualan Kendaraan
Dinas Perorangan Milik Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1971 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2967), dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 35

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar…
- 15 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Oktober 2014

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 17 Oktober 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 305


PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 84 TAHUN 2014

TENTANG

PENJUALAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH


BERUPA KENDARAAN PERORANGAN DINAS

I. UMUM

Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas telah diatur dengan Peraturan


Pemerintah Nomor 46 Tahun 1971 tentang Penjualan Kendaraan
Perorangan Dinas Milik Negara. Peraturan Pemerintah tersebut didasarkan
pada Pasal 14 Indonesische Comptabiliteitswet yang mengatur ”Barang-
barang bergerak lainnya milik Negara yang penjualannya dianggap perlu
untuk kepentingan-kepentingan Negara, senantiasa harus dijual dihadapan
umum, kecuali dalam hal-hal istimewa, dimana pemerintah telah
memberikan kuasa atau perintah, untuk menjualnya di bawah tangan”.
Diundangkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara membawa paradigma baru dalam pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara mengamanatkan agar Barang Milik
Negara/Daerah wajib dikelola dan ditatausahakan dengan sebaik-baiknya
serta digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah.
Teknis pelaksanaan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
mensyaratkan Barang Milik Negara/Daerah dijual dengan cara lelang,
kecuali dalam hal tertentu yang diatur dalam Peraturan Pemerintah. Agar
tercipta kepastian hukum dengan memperhatikan asas penyelenggaraan
pemerintahan yang baik, perlu merumuskan Peraturan Pemerintah yang
mengatur cara penjualan Barang Milik Negara/Daerah tanpa melalui lelang
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004.

Berkenaan...
-2-

Berkenaan dengan hal tersebut di atas dan dalam rangka perwujudan


pemberian penghargaan atas pengabdian Pejabat Negara, mantan Pejabat
Negara, pegawai ASN, anggota TNI, dan anggota Polri, serta untuk
menjawab kondisi dan praktik pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
berupa penjualan kendaraan perorangan dinas, maka Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 1971 tentang Penjualan Kendaraan
Perorangan Dinas Milik Negara perlu diganti.
Ruang lingkup Peraturan Pemerintah ini adalah penjualan Kendaraan
Perorangan Dinas yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara. Kendaraan Perorangan Dinas
dengan karakteristik penggunanya dapat dikelompokkan sebagai Barang
Milik Negara/Daerah tertentu, sehingga dikecualikan dari penjualan
Barang Milik Negara/Daerah lainnya yang dijual secara lelang sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Selain penjualan Barang Milik Negara tertentu sebagaimana diamanatkan
dalam Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah ini juga mengatur tentang
Program Kepemilikan Kendaraan bagi Pejabat Negara, pegawai ASN,
anggota TNI, dan anggota Polri.
Dengan pengaturan ini, diharapkan tercipta kepastian hukum pelaksanaan
penyediaan kendaraan bagi Pejabat Negara, mantan Pejabat Negara,
pegawai ASN, anggota TNI, dan anggota Polri.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
Cukup jelas.

Pasal 4
Cukup jelas.

Pasal 5...
-3-

Pasal 5
Cukup jelas.

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Cukup jelas.

Pasal 9
Cukup jelas.

Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “tahun terakhir periode jabatan Pejabat
Negara” adalah tahun terakhir pada periode jabatan Pejabat Negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Contoh: untuk menteri, periode jabatan adalah 5 (lima) tahun,
maka penjualan Kendaraan Perorangan Dinas dilaksanakan pada
tahun ke-5 (kelima) pada periode jabatan menteri tersebut.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 11
Yang dimaksud dengan “secara berturut-turut” adalah secara
berkelanjutan menjalani masa jabatan pada instansi yang sama atau
pada instansi yang berbeda.

Pasal 12
Cukup jelas.

Pasal 13...
-4-

Pasal 13
Yang dimaksud dengan “secara berturut-turut” adalah secara
berkelanjutan menjalani masa jabatan pada instansi yang sama atau
pada instansi yang berbeda.

Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pegawai ASN” termasuk pegawai ASN
yang menjabat sebagai Wakil Menteri.
Yang dimaksud dengan “Jabatan Pimpinan Tinggi Utama” adalah
kepala lembaga pemerintah non kementerian.
Yang dimaksud dengan “Jabatan Pimpinan Tinggi Madya” adalah
sekretaris jenderal kementerian, sekretaris kementerian, sekretaris
utama, sekretaris jenderal kesekretariatan lembaga negara,
sekretaris jenderal lembaga nonstruktural, direktur jenderal,
deputi, inspektur jenderal, inspektur utama, kepala badan, staf
ahli menteri, Kepala Sekretariat Presiden, Kepala Sekretariat Wakil
Presiden, Sekretaris Militer Presiden, Kepala Sekretariat Dewan
Pertimbangan Presiden, sekretaris daerah provinsi atau jabatan
lain yang setara.
Yang dimaksud dengan “Jabatan Fungsional Keahlian Utama”
adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan
dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang Aparatur Sipil Negara.
Masa jabatan “paling singkat 5 (lima) tahun” adalah masa jabatan
baik dalam instansi yang sama atau pada instansi yang berbeda
sebagai Wakil Menteri, Jabatan Pimpinan Tinggi Utama, Jabatan
Pimpinan Tinggi Madya, Jabatan Fungsional Keahlian Utama,
dan/atau jabatan pada TNI/Polri yang setara.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 16
Cukup jelas.

Pasal 17...
-5-

Pasal 17
Cukup jelas.

Pasal 18
Cukup jelas.

Pasal 19
Cukup jelas.

Pasal 20
Cukup jelas.

Pasal 21
Cukup jelas.

Pasal 22
Cukup jelas.

Pasal 23
Cukup jelas.

Pasal 24
Yang dimaksud dengan “Biaya yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah
untuk perbaikan” adalah biaya selain pemeliharaan rutin atas kendaraan
perorangan dinas.

Pasal 25
Pembelian kembali atas kendaraan Pejabat Negara dapat dilakukan
sepanjang Pejabat Negara tersebut masih aktif sebagai Pejabat Negara
secara berkelanjutan.

Pasal 26
Cukup jelas.

Pasal 27
Cukup jelas.

Pasal 28…
-6-

Pasal 28
Cukup jelas.

Pasal 29
Cukup jelas.

Pasal 30
Cukup jelas.

Pasal 31
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Pejabat Pimpinan Tinggi Utama/Pejabat
Pimpinan Tinggi Madya/Pejabat Fungsional Keahlian Utama”
adalah pegawai ASN yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi
Utama/Jabatan Pimpinan Tinggi Madya/Jabatan Fungsional
Keahlian Utama.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 32
Cukup jelas.

Pasal 33
Cukup jelas.

Pasal 34
Cukup jelas.

Pasal 35
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5610


Pemindahtanganan
BMN
PEMBAHASAN MATERI
Pemindahtanganan ??

Dasar Hukum

Alasan Pemindahtanganan

Jenis Pemindahtanganan
?
Pengalihan
Kepemilikan Barang
Milik Negara
Prinsip Umum
Pemindahtanganan

harus tidak digunakan dilakukan


di PSP untuk Tusi penilaian dulu
kecuali hibah
bagian ke-4 PMK 111/2016
Efisiensi
Optimalisai
Kepentingan Umum

Mengapa BMN

dipindahtangankan
DASAR
HUKUM
• PP 27 TAHUN 2014 Pengelolaan BMN Diubah
PP 28 Tahun 2020
• PMK 111/PMK.06/2016 Pemindahtanganan
BMN diubah dgn PMK 165/PMK.06/2021
• PMK 4/PMK.06/2015 Pendelegasian
Wewenang
CARA PEMINDAHTANGANAN
Objek Pemindahtanganan
BMN

11
Objek
tanah dan/atau Selain tanah
bangunan dan/atau bangunan

• persetujuan DPR • persetujuan DPR


dengan syarat nilai
BMN > 100 M
tidak perlu
persetujuan DPR

• sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau


penataan kota
• harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan
pengganti sudah disediakan
• diperuntukkan bagi pegawai negeri;
• diperuntukkan bagi kepentingan umum; atau
• dikuasai negara - putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap
13
Permintaan
Persetujuan ke
DPR

Usul untuk memperoleh persetujuan DPR


diajukan oleh Pengelola Barang
(PP 27 tahun 2014 Pasal 56 ayat 1)

14
pelimpahan
kewenangan dari
Pengelola ke
pengguna barang

15
Peran Pengguna Barang

Memberikan Mengajukan usul melaksanakan


Persetujuan kepada pemindahtanganan
Pemindahtangan Pengelola Barang
mengenai
Pemindah
tanganan

Disesuaikan dengan kewenangan sesuai PMK


dan KMK pendelegasian wewenang
Penilaian dilakukan
sebelum
pemindahtanganan
kecuali hibah

17
Penilaian dilakukan
untuk mendapatkan
nilai wajar

18
19
1 PENJUALAN

2 TUKAR MENUKAR

3 HIBAH

4
4 CARA PMPP
penjualan
21
“ pengalihan kepemilikan
BMN kepada pihak lain
dengan menerima
penggantian dalam
bentuk uang

(PP 27 tahun 2014 pasal 1 angka

22
Objek
Penjualan
╸Tanah dan/ ╸Selain
tanah ╸Tanah ╸Selain
tanah
atau dan/atau dan/atau dan/atau
bangunan di bangunan di bangunan di bangunan di
Pengelola pengelola Pengguna Pengguna

23
kajian Penjualan tanah &/bangunan

aspek aspek aspek


ekonomis yuridis
teknis
Pertimbangan BMN dijual

lebih
menguntungkan
Optimalisasi bagi negara pelaksanaan
BMN apabila dijual ketentuan
paraturan
Penjualan Tanah dan Bangunan

Tanpa Tidak Perlu Persetujuan


Perlu Persetujuan DPR dan Presiden
persetujuan
DPR
DPR tapi perlu
Persetujuan
Presiden

Yang tidak
dikecualikan Yang dikecualikan
Yang dikecualikan dan dan nilainya sampai
nilainya di atas 10 M dengan 10 M
prinsip penjualan BMN

Penjualan BMN harus sesuai peraturan:

Penjualan tidak Penjualan


mengganggu dilaksanakan dengan
pelaksanaan tusi cara lelang
Penjualan BMN tanpa lelang

atas BMN yg bersifat khusus:

Rumah negara Kendaraan dinas BMN lainnya


perorangan
Gol III yang dijual dengan
pejabat negara yg
kepada dijual kpd pejabat pertimbangan
penghuninya negara khusus
Penjualan BMN tanpa lelang

BMN Lainnya adalah:

Yang jika dijual Tanah kavling yang


Tanah dan/atau dengan lelang dari awal pengadaan
bangunan yang akan
digunakan untuk akan merusak akan digunakan untuk
tata niaga, seperti rumah pegawai
kepentingan umum
gula, beras negeri
Penjualan BMN tanpa lelang

BMN Lainnya adalah:

selain Tanah Selain tanah


dan/atau bangunan dan/atau Bangunan yang
yang akan digunakan berdiri di atas tanah
untuk kepentingan bangunan akibat pihak lain
umum force majeure
Syarat BMN
dapat dijual
secara ekonomis lebih
menguntungkan bagi negara
apabila barang dijual

31
Your Subtitle

secara fisik secara teknis barang


barang tidak barang tidak mengalami berkurangnya
dapat dapat perubahan barang
digunakan
karena rusak,
digunakan spesifikasi dalam
dan tidak lagi akibat karena timbangan
ekonomis modernisasi; penggunaan karena
apabila penggunaan
diperbaiki;
Pertimbangan aspek teknis Penjualan Tanah
dan/atau bangunan

lokasi tidak lokasi tidak direncanakan


sesuai memungkinkan diperuntukan
dengan RUTR untuk bagi bangunan
pembangunan
disebabkan digunakan
perumahan
berdiri di
dalam rangka
perubahan
pelaksanaan pegawai atas tanah
tata ruang pihak lain
tusi negeri
kota
Penjualan
RUSUN

Nilai jual BMN berupa tanah untuk


pembangunan RUSUN ditetapkan
Menteri Keuangan berdasarkan
perhitungan Menteri PU&Pera

34
35
Permohonan
Penjualan

╸ Permohonan Penjualan BMN yang berada pada Pengguna


Barang dengan cara lelang diajukan paling lama 6 (enam)
bulan sejak tanggal persetujuan Penjualan Pengelola
Barang
╸ Apabila melebihi 6 (enam) bulan dilakukan Penilaian ulang
Lelang Ulang
BMN berupa TB
& STB
• Berlaku untuk BMN Berupa TB & STB pada Pengelola dan
pengguna
• Dapat dilakukan lelang ulang sebanyak 1 (satu) kali
• Lelang ulang yang dilakukan lebih dari 6 (enam) bulan sejak tanggal
lelang sebelumnya, dilakukan Penilaian ulang
• Apabila tetap tidak laku terjual, Pengelola Barang dapat melakukan
alternatif bentuk lain pengelolaan BMN
• Khusus untuk STB pada Pengguna Barang, alternatif bentuk lain
pengelolaan berdasarkan usulan Pengguna Barang
38
Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas tanpa lelang

Penjualan BMN berupa kendaraan perorangan dinas


yang dijual kepada pejabat negara, mantan pejabat
negara, pegawai aparatur sipil negara, anggota
Tentara Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia mengikuti ketentuan
Penjualan BMN Berupa Kendaraan Perorangan
Dinas.

PMK 14/PMK.06/2016
40
yang dapat membeli Kendaraan Perorangan
Dinas tanpa lelang

• ASN, anggota TNI, anggota POLRI minimal masa


pengabdian 15 th
• telah menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi Utama, Jabatan
Pimpinan Tinggi Madya, Jabatan Fungsional Keahlian
Utama, atau jabatan yang setara pada TNI/Polri, paling
singkat 5 (lima) tahun
• tidak sedang atau tidak pernah dituntut tindak pidana dengan
ancaman hukuman pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun.
41
yang dapat membeli Kendaraan Perorangan Dinas tanpa
lelang

• Pejabat negara dan Mantan Pejabat Negara


• telah menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi Utama, Jabatan
Pimpinan Tinggi Madya, Jabatan Fungsional Keahlian
Utama, atau jabatan yang setara pada TNI/Polri, paling
singkat 5 (lima) tahun
• tidak sedang atau tidak pernah dituntut tindak pidana dengan
ancaman hukuman pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun.
42
PENJUALAN BMN BERUPA BONGKARAN BANGUNAN
AKIBAT PENGHAPUSAN KARENA SEBAB-SEBAB LAIN

1. bangunan yang berdiri di atas tanah Pihak Lain atau Pemerintah Daerah dan
Pihak Lain atau Pemerintah Daerah tersebut akan menggunakan tanah
tersebut;
2. bangunan dalam kondisi rusak berat dan/atau membahayakan lingkungan
sekitar;
3. bangunan yang berdiri di atas tanah yang menjadi objek pemanfaatan dalam
bentuk Kerja Sama Serah/Bangun Pemanfaatan,Serah Guna Penyedia
Infrastruktur; atau
4. bangunan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah disediakan dalam
dokumen penganggaran.
43
HIBAH
HIBAH

pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara


dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
Daerah atau kepada pihak lain tanpa
memperoleh penggantian.
tujuan hibah

╸ Untuk kepentingan Mendukung


sosial, budaya, penyelenggaraan
keagamaan, pemerintahan negara/
kemanusiaan, daerah
pendidikan yang
bersifat non
komersial,

46
syarat hibah

✓ Bukan merupakan barang tidak diperlukan dalam


rahasia negara penyelenggaraan tugas dan
fungsi dan penyelenggaraan
✓ bukan merupakan barang pemerintahan negara/daerah
yang menguasai hajat
hidup orang banyak

47
pihak penerima
HIBAH
❑ lembaga sosial, budaya, keagamaan, kemanusiaan, atau pendidikan non komersial;
❑ masyarakat, perorangan atau kelompok, dalam program pembangunan nasional;
❑ pemerintah negara lain dalam kerangka hubungan internasional
❑ masyarakat internasional yang terkena akibat dari bencana alam, perang, atau wabah penyakit
endemik;
❑ Pemerintah Daerah;
❑ BUMN berbentuk perusahaan umum dalam rangka menjaga stabilitas ketahanan pangan atau
BUMN lainnya dengan pertimbangan Pengelola Barang; atau
❑ Pihak Lain yang ditetapkan oleh Pengelola Barang

48
Tatacara Hibah BMN
Pengelola Barang mengkaji perlunya Hibah Barang Milik Negara
berdasarkan pertimbangan dan syarat

apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,


dan telah melalui persetujuan, Pengelola Barang menetapkan Barang Milik Negara yang
akan dihibahkan sesuai batas kewenangannya

pelaksanaan serah terima barang yang dihibahkan harus dituangkan dalam


berita acara serah terima barang
Penerima
Hibah
➢ Naskah Hibah ditandatangani oleh Pengelola Barang/Pengguna
Barang dan penerima Hibah
➢ untuk Hibah yang dilaksanakan oleh Pengelola Barang, paling lama 3
(tiga) bulan
➢ untuk Hibah yang dilaksanakan oleh Pengguna Barang, paling lama 3
(tiga) bulan setelah tanggal persetujuan Pengelola Barang;n setelah
tanggal keputusan Hibah
Hibah yang
Direncanakan Dari
Awal
❑ Hibah atas BMN STB pada Pengguna Barang yang dari sejak awal
pengadaannya dimaksudkan untuk dihibahkan dilakukan penelitian
terkait dengan dokumen penganggaran serta
❑ pengecualian persetujuan Hibah ke DPR
52
53
pengalihan kepemilikan BMN yang dilakukan antara pemerintah
pusat dengan pemerintah daerah, atau antara pemerintah pusat
dengan pihak lain, dengan menerima penggantian dalam bentuk
barang, sekurang-kurangnya dengan nilai seimbang.

PP 27 th 2014

55
tanah dan/atau bangunan di ╸ Selain tanah
pengelola atau di pengguna dan/atau bangunan di
barang
Pengguna

56
syarat tukar
menukar

╸ penggantian utama ╸ nilai barang pengganti


berupa tanah atau sekurang-kurangnya
tanah dan bangunan sama dengan nilai
BMN yang dilepas.

57
prinsip tukar menukar
Your Subtitle

melakukan Pemilihan
dapat mitra tukar
kajian aspek menunjuk menukar
teknis; konsultan ditetapkan
ekonomis; pengawas melalui tender
dan yuridis
pertimbangan BMN di tukarkan

Untuk optimalisasi tidak tersedia


memenuhi dana dari APBN
kebutuhan
operasional
pertimbangan BMN di tukarkan

TB yang tidak menyatukan menyesuaikan


sesuai dengan BMN yang bentuk BMN
tata ruang lokasinya berupa tanah
wilayah atau agar
penataan kota
terpencar penggunaan
optimal
pertimbangan BMN di tukarkan

pelaksanaan TB guna STB yang


rencana strategis mendapatkan/ ketinggalan
pemerintah memberikan teknologi
akses jalan
Tender Tukar Menukar

▸ Paling sedikit 3 (tiga) peserta calon mitra MIN 3 PESERTA TENDER


yang memasukkan penawaran
▸ Tender ulang apabila peserta calon mitra
kurang dari 3 (tiga) Kurang dari 3 peserta :
TENDER ULANG

▸ Apabila peserta calon mitra yang mengikuti


tender ulang terdiri atas 2 (dua) peserta,
maka dilakukan seleksi langsung • 2 peserta : seleksi
langsung
▸ Apabila peserta calon mitra yang • 1 peserta : penunjukan

mengajukan penawaran hanya terdiri atas 1


langsung

(satu) peserta, maka dilakukan penunjukan


langsung
Pasal 62, 66, PMK 111 TAHUN 2016 Tata Cara Pemindahtanganan BMN
Tender Tukar Menukar

MIN 3 PESERTA
TENDER

Kurang dari 3
peserta : TENDER
ULANG

• 2 peserta : seleksi langsung


• 1 peserta : penunjukan langsung
Penilikan Tukar
Menukar

Sebelum dilakukan penyerahan BMN yang


dilepas, Pengelola Barang melakukan penilikan
kesesuaian spesifikasi dan/atau jumlah barang
pengganti dengan yang tertuang dalam perjanjian
Tukar Menukar
BAST Tukar
Menukar
❑ BAST ditandatangani mitra dan Pengelola
Barang/Pengguna Barang atau pejabat struktural yang
ditunjuk:
❑ paling lama 1 (satu) bulan setelah tanggal
penandatanganan perjanjian, untuk barang pengganti
yang telah siap digunakan
❑ paling lama 2 (dua) tahun setelah tanggal
penandatanganan perjanjian, untuk barang pengganti
yang belum siap digunakan
Perjanjian Tukar Menukar

❖ Pengelola Barang/Pengguna Barang berwenang


membatalkan perjanjian secara sepihak, dalam hal
berita acara serah terima tidak ditandatangani
sampai dengan batas waktunya
❖ kewajiban bagi mitra untuk mengembalikan BMN
dalam kondisi sekurang-kurangnya seperti saat
perjanjian ditandatangani dan memenuhi seluruh
klausul yang tercantum dalam perjanjian
PMPP

╸ Pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara


╸ yang semula merupakan kekayaan negara yang tidak
dipisahkan menjadi kekayaan negara yang dipisahkan untuk
diperhitungkan sebagai modal/saham negara pada BUMN,
Badan Usaha Milik Daerah, atau Badan Hukum lainnya yang
dimiliki Negara/Daerah.

68
Tujuan dilakukannya Penyertaan
Modal Pemerintah

memperbaiki peningkatan
pendirian struktur
permodalan kapasitas

Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau


Badan Hukum lainnya yang dimiliki
Negara/Daerah
pelimpahan
kewenangan sebagai
pengguna barang
(KemenKeu)
KMK 239/KMK.01/2021

73
Kepala Biro Manajemen dan Pengadaan
Menandatangani dan mengajukan usul kepada Pengelola Barang
mengenai Pemindahtanganan BMN (penjualan, ukar, hibah) untuk:
1. tanah, bangunan, selain tanah dan/atau bangunan yang memiliki
bukti kepemilikan,
2. Selain tanah dan/atau bangunan yang tidak memiliki bukti
kepemilikan, dengan nilai perolehan di atas Rp100jt

1. menetapkan KMK mengenai pembentukan tim pelaksanaan tukar


BMN serta Menandatangani naskah/ akta Hibah, perjanjian Tukar
Menukar, surat pernyataan, surat keterangan, berita acara, dan
naskah dinas lainnya terkait pelaksanaan Pemindahtanganan BMN
dengan tukar dan hibah , berupa tanah, bangunan, dan selain tanah
dan/atau bangunan yang memiliki bukti kepemilikan
Sekditjen; Sekban; Kabiro Umum
menandatangani nota dinas persetujuan penjualan untuk:
1. Selain tanah dan/atau bangunan yang tidak memiliki bukti
kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100jt
2. bongkaran BMN karena perbaikan (renovasi, rehabilitasi,
restorasi)
1. Menandatangani nota dinas, naskah/ akta Hibah, perjanjian
Tukar Menukar, surat pernyataan, surat keterangan, berita
acara, dan naskah dinas lainnya terkait pelaksanaan
Pemindahtanganan BMN dengan hibah dan tukar, berupa
selain tanah dan/atau bangunan yang tidak memiliki bukti
kepemilikan
Sekditjen; Sekban; Kabiro Umum
memberikan persetujuan HIBAH untuk:
1. BMN dari awal perolehan dimaksudkan untuk
dihibahkan
2. Selain tanah dan/atau bangunan yang tidak
memiliki bukti kepemilikan, dengan nilai perolehan
sampai dengan Rp100jt
3. bongkaran BMN karena perbaikan (renovasi,
rehabilitasi, atau restorasi)
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

SALINAN

PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 4/PMK.06/2015

TENTANG

PENDELEGASIAN KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB TERTENTU


DARI PENGELOLA BARANG KEPADA PENGGUNA BARANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (4)


Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Keuangan tentang Pendelegasian Kewenangan
Dan Tanggung Jawab Tertentu Dari Pengelola Barang Kepada
Pengguna Barang;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang


Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533);

3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang


Kedudukan, Tugas., Dan Fungsi Kementerian Negara Serta
Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135
Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 273);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PENDELEGASIAN


KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB TERTENTU DARI
PENGELOLA BARANG KEPADA PENGGUNA BARANG.

BAB 1.. ...

�1

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK IND ONESIA

-2-

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Pengertian

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BMN,
adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
2. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman
serta melakukan pengelolaan BMN .
3. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan BMN.
4. Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja atau
pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk
menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya
dengan sebaik-baiknya.
5. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna
Barang dalam mengelola dan menatausahakan BMN yang
sesuai dengan tugas dan fungsi instansi yang
bersangkutan.
6. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan BMN.

7. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan BMN kepada


pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk
uang .
8 Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, dari
Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat, . atau dari
Pemerintah Pusat kepada Pihak Lain, tanpa memperoleh
penggantian .
9. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik
dan/atau kegunaan BMN.

10. Penghapusan� . ,

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBUK INDONESIA

-3 -
10 . Penghapusan adalah tindakan menghapus BMN dari daftar
barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang
berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang,
Pengguna Barang, dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari
tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang
berada dalam penguasaannya.
11 . Kementerian Negara, yang selanjutnya disebut
Kementerian, adalah perangkat Pemerintah yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan .
12 . Lembaga adalah organisasi non Kementerian Negara dan
instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau
Peraturan Perundang-undangan lainnya.
13. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang
bertanggung jawab atas penggunaan BMN pada
Kementerian/ Lembaga yang bersangkutan.
14. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah yang
mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam
rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana
yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.
15. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
tugas pembantuan.

Bagian Kedua
Ruang Lingkup

Pasal 2

(1) Peraturan Menteri ini meliputi pendelegasian kewenangan


dan tanggung jawab Pengelola Barang kepada Pengguna
Barang terhadap pengelolaan BMN berupa:
a. Penggunaan;
b. Pemindahtanganan;
c. Pemusnahan;
d. Penghapusan.
(2) Penggunaa�. /

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-4 -
(2) Penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) huruf a
meliputi penetapan status Penggunaan dan Penggunaan
Sementara.

(3) Pemindahtanganan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)


huruf b meliputi Penjualan dan Hibah.
( 4) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1), pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab
pengelolaan BMN pada perwakilan Republik Indonesia di
luar negeri diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
tersendiri.

BAB II
PENDELEGASIAN KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB

Bagian Kesatu
Kewenangan Dan Tanggung Jawab Yang Didelegasikan

Pasal 3

(1) Kewenangan dan tanggung jawab yang didelegasikan oleh


Pengelola Barang kepada Pengguna Barang meliputi:
a . penetapan status Penggunaan BMN;
b . pemberian persetujuan Penggunaan Sementara BMN;
c, pemberian persetujuan atas permohonan
Pemindahtanganan BMN meliputi Penjualan dan Hibah
BMN, kecuali terhadap BMN yang berada pada
Pengguna Barang yang memerlukan persetujuan
Presidenl Dewan Perwakilan Rakyat;
d. pemberian persetujuan atas permohonan Pemusnahan
BMN;
e . pemberian persetujuan atas permohonan Penghapusan
BMN.
(2) Pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaksanakan
oleh MenteriiPimpinan Lembaga selaku Pengguna Barang
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan di
bidang pengelolaan BMN .

(3) Pelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab yang


didelegasikan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1), secara
fungsional dilakukan oleh :
a . Sekretaris Jenderal I Sekretaris Kernenterian I Sekretaris
Utama pada KementerianiLembaga termasuk Kantor
Menteri KoordinatoriKantor Menteri Negara;

b. Jaks� . . /

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBLJK INDONESIA
- 5-
b. Jaksa Agung Muda Pembinaan pada Kejaksaan Agung;
c. Asisten Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Bidang Sm-ana dan Prasarana pada Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
d. Pimpinan Kesekretariatan/Kepaniteraan pada Lembaga
Tinggi Negara .

( 4) Pengguna Barang tidak dapat meneruslimpahkan


pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) kepada Kuasa
Pengguna Barang.

Bagian Kedua
Klasifikasi Pendelegasian Kewenangan Dan Tanggung Jawab

Paragraf 1
Penggunaan BMN

Pasal 4

( 1) Pengguna Barang berwenang dan bertanggung jawab :


a. menetapkan status Penggunaan;
b. memberikan persetujuan PeN.ggunaan Sementara .
( 2) Kewenangan dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) dilakukan terhadap:
a. alat utama sistem persenjataan;
b. BMN selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak
mempunyai dokumen kepemilikan, dengan nilai
perolehan sampai dengan Rp 100.000.000,00 ( seratus
juta rupiah) per unit/ satuan .

Paragraf 2
Pemindahtanganan BMN

Pasal 5
( 1) Pengguna Barang berwenang dan bertanggung jawab
memberikan persetujuan atas permohonan
Pemindahtanganan BMN berupa :
a. Penjualan;
b. Hibah .
(2) Kewenangan dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) huruf a dilakukan terhadap:
a. BM . N� ,

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-6 -
a. BMN selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak
mempu:pyai dokumen kepemilikan, dengan nilai
perolehan sampai dengan Rp100.000 .000,00 ( seratus
juta rupiah) per unit/ satuan;
b . bongkaran BMN karena perbaikan (renovasi,
rehabilitasi, atau restorasi) .
(3) Kewenangan dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) huruf b dilakukan terhadap :
a. BMN yang dari awal perolehan dimaksudkan untuk
dihibahkan dalam rangka kegiatan pemerintahan;
b. BMN selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak
mempunyai dokumen kepemilikan, dengan nilai
perolehan sampai dengan Rp 1 00 . 000.000,00 ( seratus
juta rupiah) per unit/ satuan;
c. bongkaran BMN karena perbaikan (renovasi,
rehabilitasi, atau restorasi) .

(4) BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi


tetapi tidak terbatas pada:
a. BMN yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk
dihibahkan, yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBN;
b. BMN yang berasal dari Dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan;
c. BMN yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari
perjanjian I kontrak;
d. BMN yang diperoleh sesum ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

Paragraf 3
Pemusnahan BMN

Pasal6
( 1) Pengguna Barang berwenang dan bertanggung jawab
memberikan persetujuan atas permohonan Pemusnahan
BMN.

(2) Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)


dilakukan dalam hal :
a. BMN tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan,
dan/atau tidak dapat dipindahtangankan; atau
b. terdapat alasan lain sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
(3) Kewenangan ·/
�;

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBLI K IND ONESIA
-7-
(3) Kewenangan dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan terhadap BMN berupa:
a. Persediaan;
b . Aset Tetap Lainnya berupa hewan, ikan dan tanaman;
c . selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak
mempunyai dokumen kepemilikan, dengan nilai
perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 ( seratus
juta rupiah) per unit/ satuan;
d. bongkaran BMN karena perbaikan (renovasi,
rehabilitasi, atau restorasi).
Paragraf 4
Penghapusan BMN

Pasal 7

(1) Pengguna Barang berwenang dan bertanggung jawab


memberikan persetujuan atas permohonan Penghapusan
BMN terhadap BMN berupa :
a . Persediaan;
b. Aset Tetap Lainnya berupa hewan, ikan dan tanaman;
c. selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak
mempunyai dokumen kepemilikan, dengan nilai
perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 ( seratus
juta rupiah) per unit/ satuan.
(2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sebagai akibat dari sebab- sebab lain yang
merupakan sebab-�ebab secara normal dapat diperkirakan
wajar menjadi penyebab Penghapusan, seperti rusak berat
yang tidak bernilai ekonomis, hilang, susut, menguap,
mencair, kadaluwarsa, mati/cacat beratjtidak produktif
untuk tanamanjhewan, dan sebagai akibat dari keadaan
kahar (force majeure).

BAB III
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 8
Segala akibat hukum yang terjadi dalam pelaksanaan
kewenangan dan tanggung jawab yang didelegasikan oleh
Pengelola Barang kepada Pengguna Barang berda sarkan
Peraturan Menteri m1 menjadi tanggung jawab dari
Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Penggun:a Barang.

Pasal 9 .....

1
www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 8-
Pasal 9

Keputusan dan surat persetujuan atas pengelolaan BMN yang


didelegasikan dari Pengelola Barang kepada Pengguna Barang
mengikuti bentuk dan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Pasal 10

Ketentuan mengenai pendelegasian kewenangan dan tanggung


jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sampai dengan
Pasal 9 berlaku secara mutatis mutandis terhadap pendelegasian
kewenangan dan tanggung jawab dari Pengelola Barang kepada
Pimpinan Satuan Kerja Badan Layanan Umum.

BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 11

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, kewenangan


untuk menetapkan putusan atau memberikan persetujuan
terhadap pengelolaan BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2) huruf b, Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) huruf b, Pasal 6
ayat (3) huruf c, dan Pasal 7 ayat (1) huruf c yang nilainya
tercatat secara kumulatif merupakan kewenangan Pengelola
Barang, berdasarkan Peraturan Menteri ini menjadi kewenangan
Pengguna Barang.

Pasal 12

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:


a. surat persetujuan atas permohonan Penggunaan,
Pemindahtanganan, dan Penghapusan BMN yang telah
diterbitkan oleh Pengelola Barang dinyatakan tetap sah;
b. permohonan Penggunaan, Pemindahtanganan yang meliputi
Penjualan dan Hibah, Pemusnahan, dan Penghapusan yang
telah diajukan oleh Pengguna Barang/ Kuasa Pengguna
Barang kepada Pengelola Barang namun belum diterbitkan
persetujuan, dikembalikan oleh Pengelola Barang kepada
Penguna Barang sepanjang merupakan kewenangan dan
tanggung jawab Pengguna Barang berdasarkan Peraturan
Menteri ini;
c. permohonan. . . . /
.

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-9 -
c. permohonan Penggunaan, Pemindahtanganan yang meliputi
Penjualan dan Hibah, Pemusnahan, dan Penghapusan yang
telah diajukan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna
Barang kepada Pengelola Barang dan telah memperoleh
persetujuan Pengelola Barang, namun terdapat revisi data
yang diajukan oleh Pengguna Barang/Kua sa Pengguna Barang
bersangkutan, dapat diterbitkan persetujuan baru
berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini serta
dikategorikan telah memenuhi syarat dan ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Menteri ini;

d . permohonan Penggunaan, Pemindahtanganan yang meliputi


Penjualan dan Hibah, Pemusnahan, dan Penghapusan yang
berasal dari Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang
telah diajukan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna
Barang kepada Pengelola Barang namun belum diterbitkan
persetujuan, dikembalikan oleh Pengelola Barang kepada
Penguna Barang sepanjang merupakan kewenangan dan
tanggung jawab Pengguna Barang berdasarkan Peraturan
Menteri ini;

e. permohonan Penggunaan, Pemindahtanganan yang meliputi


Penjualan dan Hibah, Pemusnahan, dan Penghapusan yang
berasal dari Daria Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang
telah diajukan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna
Barang kepada Pengelola Barang dan telah memperoleh
persetujuan Pengelola Barang, namun terdapat revisi data
yang diajukan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang
bersangkutan, dapat diterbitkan persetujuan baru
berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini serta
dikategorikan telah memenuhi syarat dan ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Menteri ini.

BABV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 13

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 20 1 5 .

Agar. . . . .
c:J:-j

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBLiK INDONESIA

- 10 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Januari 2015

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

ttd.

BAMBANG P.S. BRODJONEGORO

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 7 J a n u ari 20 15

MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

Y ASONNA H. LAOLY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 20

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO_..UMUM
-::

���NTERIAN
u.b..
-
.

;P
KEPALA AGJA N :
T u.
- - _
\ ':"!"'\
I : :
"�

t1rv
'

GIARTO
�--· l
NIP 1959 420 984021001

www.jdih.kemenkeu.go.id
LAMPI RAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 4/PMK.06/2015
TENTANGPENDELEGASIAN KEWENANGAN DAN
TANGGUNG JAWAB TERTENTU DAR! PENGELOLA
BARANG KEPADA PENGO UNA BARANG

MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

FORMAT DAN BENTUK KEPUTUSAN ATAU SURAT PERSETUJUAN


PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA

I . Umum
1 . Keputusan Menteri/Pimpinan Lembaga tentang pengelolaan BMN yang
ditandatangani Pejabat Eselon I atas nama Menteri/Pimpinan Lembaga
menggunakan format sebagai berikut :
a . ukuran kertas adalah F4 (21,59cm x 33,02cm);
b . huruf menggunakan Bookman Old Style ukuran 12;
c . menggunakan kop yang sesuai dengan ketentuan tata naskah dinas pada
Kernenterian/ Lembaga bersangkutan .
2 . Surat persetujuan Menteri/Pimpinan Lembaga tentang pengelolaan BMN
yang ditandatangani Pejabat Eselon I atas nama Menteri/Pimpinan Lembaga
menggunakan format sebagai berikut :
a . ukuran kertas adalah A4 (21cm x 29,7cm);
b . huruf menggunakan Arial ukuran 11 atau 12;
c. menggunakan kop yang sesuai dengan ketentuan tata naskah dinas pada
Kementerian/Lembaga bersangkutan .

II . Format Keputusan atau Surat Persetujuan atas nama Pimpinan


Kementerian/Lembaga mengenai pengelolaan BMN .
1 . Penetapan Status Penggunaan BMN :
a . format Keputusan Menteri/Pimpinan Lembaga mengenai penetapan status
Penggunaan BMN adalah sebagaimana tercantum pada contoh l .a;
b. format surat persetujuan Menteri/Pimpinan Lembaga mengenai
Penggunaan Sementara BMN adalah sebagaimana tercantum pada
contoh l.b .
2 . Persetujuan Penjualan BMN :
Format surat persetujuan Menteri/Pimpinan Lembaga mengenai Penjualan
BMN adalah sebagaimana tercantum pada contoh 2 .
3 . Persetujuan Hibah BMN :
a . format surat persetujuan Menteri/Pimpinan Lembaga mengenai Hibah
BMN berupa tanah danjatau bangunan adalah sebagaimana tercantum
pada contoh 3 . a;
b . format surat persetujuan Menteri/Pimpinan Lembaga mengenai Hibah
BMN selain tanah danjatau bangunan adalah sebagaimana tercantum
pada contoh 3 . b .

4 . Persetujua �. /

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REP U B LIK IND O N E S I A

-2 -

4. Persetujuan Pemusnahan BMN:


a. format surat persetujuan Menteri/Pimpinan Lembaga mengenai
Pemusnahan BMN berupa tanah dan/ atau bangunan adalah
sebagaimana tercantum pada contoh 4.a;
b. format surat persetujuan Menteri/Pimpinan Lembaga mengenai
Pemusnahan BMN selain tanah danjatau bangunan adalah sebagaimana
tercantum pada contoh 4.b.
5. Persetujuan Penghapusan BMN :
a. format surat persetujuan Menteri/Pimpinan Lembaga mengenai
Penghapusan BMN berupa tanah dan/atau bangunan karena sebab­
sebab lain adalah sebagaimana tercantum pada contoh S.a;
b. format surat persetujuan Menteri/Pimpinan Lembaga mengenai
Penghapusan BMN selain tanah danfatau bangunan karena sebab-sebab
lain adalah sebagaimana tercantum pada contoh S.b.
6. Bentuk Lampiran :
a. format Lampiran keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN selain
tanah danjatau bangunan adalah sebagaimana tercantum contoh 6.a;
b. format Lampiran surat persetujuan BMN berupa tanah dan/atau
bangunan adalah sebagaimana tercantum contoh 6 .b;
c. format Lampiran surat persetujuan BMN selain tanah dan/atau
bangunan adalah sebagaimana tercantum contoh 6.c.

Contoh... ..

www.jdih.kemenkeu.go.id
M ENTERI KEUANGAN
REPU B LIK I N D O NES I A

-3-

Contoh l.a
Format Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN

Kop

KEPUTUSAN MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA ..... (1)


NOMOR ..... (2)

TENTANG

PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA


PADA ..... (3)

MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA ..... (1),

Menimbang a. bahwa penetapan status penggunaan Barang Milik


Negara dilakukan untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang;
b. bahwa Pengguna Barang berwenang dan
bertanggung jawab menetapkan status penggunaan
Barang Milik Negara;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Keputusan Menteri/Pimpinan Lembaga
..... (1) tentang Penetapan Status Penggunaan Barang
Milik Negara pada ..... (3).

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik NegarajDaerah ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5533);
3. Peraturan Presiden Nomor ..... Tahun.. ... tentang . . . . . (4);

4 . Peraturan .. . . .

�------� /-/
www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 4-

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor . . . . . /PMK .06/20 . . . . .


tentang . . . . (5);
.

S.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor . . . . . /PMK .06/2014
tentang Pendelegasian Kewenangan dan Tanggung Jawab
Tertentu Dari Pengelola Barang Kepada Pengguna
Barang;

Memperhatikan Surat . . . . . Nomor . . . . . Tanggal . . . . . perihal . . . . . (6)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan KEPUTUSAN MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA (1)


TENTANG PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN BARANG
MILIK NEGARA PADA . . . . (3) .

PERTAMA Menetapkan status penggunaan Barang Milik Negara berupa


. . . .. (7) sebagai Barang Milik Negara pada . . . . . (3) sesuai ..... (8).
KEDUA Nilai Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam
Diktum PERTAMA seluruhnya sebesar Rp . . . . . ,00 ( . . . . . rupiah) (9).
KETIGA Barang Milik Negara se bagaimana dimaksud dalam Diktum
PERTAMA dicatat dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna pada
Kuasa Pengguna Barang, Daftar Barang Pengguna pada
Pengguna Barang dan Daftar Barang Milik Negara pada
Pengelola Barang .
KEEMPAT (3) dapat melakukan pemanfaatan atau
pemindahtanganan kepada pihak lain setelah mendapat
persetujuan Pengelola Barang sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan .
KELIMA Pengguna Barang wajib melakukan monitoring dan evaluasi
atas optimalisasi penggunaan Barang Milik Negara .
KEENAM Segala biaya pengamanan dan pemeliharaan Barang Milik
Negara yang digunakan oleh . . . . . (3) menjadi tanggung jawab
. . .. . (3)
KETUJUH Keputusan Menteri/Pimpinan Lembaga . . . . . (1) ini mulai
berlaku pada tanggal ditetapkan . Apabila di kemudian hari
terdapat kekeliruan dalam Keputusan Menteri/Pimpinan
Lembaga m1, akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya .

Salinan . . . . .

�------���
www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-5-

Salinan Keputusari Menteri/Pimpinan Lembaga llll


disampaikan kepada:
1 . Menteri/Pimpinan Lembaga . . . . . (1);
2 . Inspektur Jenderal . . . . . (1);
3. Direktur Barang Milik Negara, Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara;
4 . Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan
NegarajKantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang . . . . .
(10) .

Ditetapkan di . . . . . (11)
pada tanggal
a.n. Menteri/Pimpinan Lembaga . . . . . (1)
Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/
Sekretaris Kernenterian

(tanda tangan)
. . . . . (12)

'

------------------------------�
L------------------------- i tf..
www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-6-

Petunjuk Pengisian :

(1) Nama Kementerian/Lembaga .


(2) Nomor Keputusan Menteri/Pimpinan Lembaga diisi menggunakan kode
instansijunit yang menerbitkan sesuai dengan ketentuan tata persuratan
dinas di lingkungan Kementerian/Lembaga masing-masing .
(3) Kuasa Pengguna Barang yang menguasai BMN tersebut, contoh : Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara ( DJKN) c . q . Kanwil DJKN DKI Jakarta c . q . Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Jakarta I.
(4) Peraturan Presiden yang mengatur mengenai Kedudukan, Tugas, Dan
Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara, contoh : Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2010 tentang Kedudukan, Tugas, Dan Fungsi Kementerian Negara Serta
Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 135 Tahun 2014 .
(5) Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai Penetapan Status
Penggunaan BMN, contoh : PMK Nomor 96/PMK .06/2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan dan
Penghapusan Barang Milik Negara .
(6) Surat permohonan penetapan status Penggunaan BMN dari Kuasa
Pengguna Barang .
(7) Keterangan BMN yang dimohonkan penetapan status penggunaannya .
(8) Dokumen kepemilikan atas objek yang ditetapkan status penggunaannya .
Dalam hal jenis BMN tidak memungkinkan untuk ditulis dalam Diktum
PERTAMA, maka jenis dan dokumen kepemilikan dapat dicantumkan dalam
Lampiran Keputusan Menteri/Pimpinan Lembaga tersebut .
(9) Nilai BMN yang menjadi objek penetapan status Penggunaan sesuai dengan
nilai yang tercatat di dalam SIMAK/ dokumen pengadaan/ dokumen
perolehan lainnya yang sah .
(10) Tembusan disampaikan kepada Kepala Kanwil DJKN/Kepala KPKNL yang
wilayah kerjanya melingkupi lokasi Kuasa Pengguna Barang yang
mengajukan permohonan penetapan status Penggunaan .
(11) Lokasi tempat KementerianjLembaga .
(12) Jabatan dan nama lengkap pejabat yang berwenang menandatangani
Keputusan Menteri/Pimpinan Lembaga tersebut .

Contoh . . . . .

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTER! KEUAN GAN
REPUB L I K IND ONESIA

-7-

Contoh l.b
Format Surat Persetujuan Penggunaan Sementara BMN

Kop

Nom or . . . . . (3) . . . . . , . . . . . (2)


S ifat . . . . . (3)
Lam p i ran . . . . . ( . . . . . ) berkas (3)
Hal Persetuj u a n Penggunaan Sementara
B a ra n g M i l i k Negara pada . . . . . (4) oleh
. . . . . (5)

Yth . Sekreta ris Jendera i/Sekretaris Utama/


Sekretaris Kementerian/Kepala Satuan Kerja .. . . . (4)
Jalan . . . . .

S e h u b u n g a n dengan s u rat Saudara Nom or . . . . . tanggal . . . .. hal . . . . . (6) , dengan i n i


d i beritahuka n bahwa perm o h o n a n Penggunaan Sementara Barang M i l i k Negara p a d a . . . . . . . . . . . . (4)
berupa .. . . . (7) oleh . . .. . (5) dengan jangka wa ktu . . . . . (8) sebag a i m a n a terca ntu m dalam l a m p i ran
s u rat ini, pada pri n s ipnya dapat disetuj u i .
G u n a tertib a d m i n istrasi pengelolaan Barang M i l i k Neg a ra, pelaksan a a n pengg unaan
sementara tersebut agar berpedoman pada Peraturan Pemeri ntah No m o r 27 Tah u n 20 1 4 tentang
Pengelolaan Barang M i l i k Negara/Daerah dan Peratura n Menteri Ke uangan Nomor
. . . . . /PMK. 06/20 . . . . . (9) , dengan ketentuan sebagai berikut:
1 . Pengg u naan Sementara Barang M i l i k Negara d i lakukan d a l a m ra n g ka m e n u n jang
penyelenggaraan tug as dan fu ngsi . . . . . (5) dan tanpa i m ba l a n .
2 . Berdasarkan persetuj u a n Pengg unaan Sementara mr, Kuasa P e n g g u n a Barang
m e n i ndaklanj uti dengan m e m b uat perjanjian yang d ituangkan dalam N askah Perjanj i a n
Pengg unaan Sementara p a l i n g lama 1 (satu) b u l a n sejak tanggal s u rat persetuj u a n i n i
d iterbitka n , ya ng sekurang-kurang nya memuat Barang M i l i k Neg a ra y a n g d ig u naka n , jangka
waktu Pengg u n a a n , d a n kewaj i ban Pengg una Barang Sementara u ntuk m e lakukan
peng amanan dan pem e l i h a raan Barang Milik Negara ya ng d i g u n akan sementara.
3 . Kuasa Pengg u n a Barang menyam paikan laporan pelaksanaan Pengg unaan Sementa ra
kepada Peng g u n a B a rang dengan tem busan kepada Pengelola B a rang c. q . . . . . ( 1 0) paling
lama 1 (satu) bulan sejak tanggal Berita Acara Serah Teri m a d itandatangani dengan
melampirka n N askah Perj a njian Penggu naan Sementara dan Berita Aca ra Serah Teri m a .

4. Setelah . . .. .

Gedung ... . . Lt .. . . . Jl ..... Nomor .. ... , Jakarta .....


Telepon : ( 02 1 ) ..... Faksimili : (02 1 ) ..... S itus : .....
( 1 3)

�------� �;
www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERI KEUANGAN
REPUB L I K IN D O NESIA

-8 -

4. Setelah jangka wa ktu berakhir, Barang M i l i k Neg ara tersebut segera disera h ka n kem b a l i
kepada Pengg un a B arang dan d ituangkan d a l a m Be rita Acara Serah Teri m a , y a n g
tembusan nya disampaika n kepada Pengelola Barang .
5. Apabila d i kem ud i a n h a ri terdapat kekeliruan dalam persetuj u a n i n i , maka akan diadakan
perbaikan sebag a i m a n a m esti nya.
Atas perhatian Saud ara , kami ucapkan teri m a kasi h .

a . n . Menteri!P i m p i n a n Lembaga . . . ( 1 )
. .

Sekretaris Jendera i/Sekretaris Uta m a/


Sekretaris Kem e nteri a n

(tanda tangan)

NIP . . . (1 1 )
. .

Tem busan:
1 . Menteri/P i m p i n a n Lembaga . . . ( 1 ) (sebag ai laporan)
. .

2 . Menteri!P i m p i n a n Lembaga . . . (5)


. .

3 . lnspektur Jenderal . . . ( 1 )
. .

4. Direktur Barang M i l i k Negara, Di rektorat Jenderal Kekayaan Neg ara


5. Kepala Kantor Wi layah D i rektorat Jenderal Kekayaan Negara/Ka ntor Pelayanan Kekayaa n
Neg ara dan Lelang . . . .. ( 1 2)

Gedung ..... Lt ..... J l .. . .. Nomor ..... , Jakarta ... ..


Telepon : (02 1 ) ..... Faksimi l i : (02 1 ) . .... Situs : .....
( 1 3)

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERI KEUAN GAN
REPUBLI K I N D O N ESIA

-9 -

Petunjuk Pengisian:

(1) Nama Kementerian / Lembaga .


(2) Kota dan tanggal surat persetujuan Penggunaan Sementara BMN diterbitkan .
(3) Nomor surat ( diisi menggunakan kode instansijunit yang menerbitkan sesuai
dengan ketentuan tata persuratan dinas di lingkungan Kementerian/Lembaga
masing-masing), sifat dan jumlah lampiran surat persetujuan Penggunaan
Sementara BMN .
(4) Kuasa Pengguna Barang pemilik BMN yang dimohonkan persetujuan
Penggunaan Sementara .
(5) Kementerian/Lembaga calon pengguna sementara BMN yang dimohonkan
Penggunaan Sementara .
(6) Nomor, tanggal dan hal surat permohonan Penggunaan Sementara BMN dari
Kuasa Pengguna Barang .
(7) BMN yang dimohonkan Penggunaan Sementara . Dalam hal BMN tersebut
berupa tanah danjatau bangunan, maka dapat ditambahkan lokasi BMN
yang dimohonkan Penggunaan Sementara tersebut .
(8) Jangka waktu Penggunaan Sementara yang disetujui oleh Pengguna Barang .
(9) Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai Pelaksanaan
Penggunaan BMN, contoh: PMK Nomor 96/PMK .06/2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan dan
Penghapusan Barang Milik Negara .
( 10) Kanwil DJKN/KPKNL yang wilayah kerjanya melingkupi lokasi Kuasa
Pengguna Barang yang mengajukan permohonan persetujuari Penggunaan
Sementara BMN .
( 1 1) Jabatan, nama lengkap, dan NIP pejabat yang berwenang menandatangani
surat persetujuan Penggunaan Sementara BMN .
( 12) Tembusan disampaikan kepada Kepala Kanwil DJKN/Kepala KPKNL yang
wilayah kerjanya melingkupi lokasi Kuasa Pengguna Barang yang
mengajukan permohonan persetujuan Penggunaan Sementara .
( 13) Kaki surat diisi dengan alamat unit yang mengeluarkan surat persetujuan
Penggunaan Sementara BMN pada setiap lembar surat, kecuali pada
lampiran berupa nama gedung, nama jalan dan nomor, kota dan kode pos,
nomor telepon dan nomor faksimili, contoh:
Gedung Syafrudin Prawiranegara II Lt. 1 1 , Jl. Lapangan Banteng Timur 2-4, Jakarta 1 07 1 0
Telepon : ( 02 1 ) 3449230 Faksimili : (02 1 ) 3442948 Situs : www . djkn.kemenkeu.go.id

Contoh . . . . fij

www.jdih.kemenkeu.go.id
M E NTERI KEUANGAN
REPU B L I K IN D O NES I A

- 10 -

Contoh 2
Format Surat Persetujuan Penjualan BMN Selain Tanah dan/atau Bangunan

Kop

Nom or . .. .. (3) . . . . . , . . . . . (2)


Sifat . . .. . (3)
La m p i ran . . . . ( . . . . . ) berkas (3)
.

Hal Persetuj u a n Penjualan Barang M i l i k Negara


S e l a i n Tanah dan/atau Bang unan
pada . . . . (4)
.

Yth . Sekretaris Jendera i/Sekretaris Utama/


Sekretaris Keme nterian/Kepala Satuan Kerja . . . (4) . .

Jalan . . . ..

S e h u b u n g a n dengan surat Saudara Nom or . . . . . ta nggal . . . . . h a l .. . . . (5) , dengan i n i


d i beritahukan bahwa perm o h o n a n Penjualan Barang M i l i k Negara selain tanah da n/atau
bangunan pada . .. . . (4) dengan h a rg a perolehan/n i l a i buku sebesar Rp . . . . . , 00 ( . . . . . rupiah) (6)
sebagaimana terca ntu m dalam lampiran surat i n i , pada pri n s i pnya d apat d isetuj u i dengan
ketentuan Penjualan d i l a ksanakan secara lelang .
G u n a tertib ad m i n istrasi pengelolaan Barang M i l i k Negara, pelaksanaan Penj u a l a n
tersebut agar berpedo m a n p a d a Peraturan Pemeri ntah Nomor 27 Ta h u n 20 1 4 tentang
Pengelolaan Barang M i l i k Negara/Daerah dan Peratura n Menteri Ke uangan N o m o r
. . . . ./PMK. 06/20 . .. . (7 ) , dengan ketentuan sebag ai berikut:
.

1 . Penjualan Barang M i l i k Negara tidak menggangg u tugas operasi o n a l kantor Saudara dan
persetuj u a n Penj u a l a n i n i tidak merupakan jam i n a n disediakan nya dana angg aran u ntuk
pengadaan Barang M i l i k Negara yang baru sebaga i pengganti B a ra n g M i l i k Negara yang
d ij u a l .
2. Persetujuan i n i segera d itindaklanjuti dengan Penjualan Barang M i l i k Negara secara lelang .
3 . Pengaj u a n perm o h o n a n atas pelaksanaan lelang secara lengkap paling l a m a 2 (dua) b u lan
sejak tanggal s u rat persetujuan i n i d iterbitka n .
4 . Penjualan secara lelang atas Barang M i l i k Negara a g a r d i l a kukan m e l a l u i Kantor Pelayanan
Kekayaa n Neg ara d a n Lelang (KPKN L) dengan nilai l i m it sebesar R p . . . . . , 00 ( . . . . . ru piah) (8)
berdasarkan pen i l a i a n . . . . . (9) . . . . . ( 1 0) dan hasil Penjualan seluru h nya d isetorkan ke
rekening Kas U m u m Negara .

5 . Pelaksanaan . . . ..

Gedung . . . . . Lt . . . . . J l . . . . . Nomor . . . . . , Jakarta . . . . .


Telepon : (02 1 ) . . . . . Faksimil i : (02 1 ) . . . . . Situs : . . . . .

( 1 4)
�J
�--------------------��
www.jdih.kemenkeu.go.id
ME NTERI KEUANGAN
REPU B L I K I N DONESIA

- 11 -

5. Pelaksanaan Penj u a l a n secara lelang d ituangkan dalam Berita Acara Serah Teri m a paling
lama 1 (satu) bulan setelah tanggal pelaksanaan lelang.
6. Keputusan Penghapu san Barang M i l i k Negara d itetapkan oleh Peng g u n a Barang paling lama
2 (d ua) bulan sejak tanggal Berita Acara Serah Te ri m a d itandata ng a n i .
7 . Pengg una Barang m enyam paikan lapora n pelaksa naan Penj u a l a n secara lelang d a n
pelaksanaan Peng h a pusan barang kepada Pengelola Barang c.q . . . ( 1 1 ) p a l i n g lama 1 . . .

(satu) bulan sej a k Keputusan Penghapusan B M N d itandata n g a n i dengan melampirkan


Risalah Lela n g , Berita Acara Serah Teri m a , Keputusan Peng hapusan yang d itetapkan oleh
Pengg una Barang dan bukti setor ke Rekening Kas Umum Negara.
8. Ke benara n m ateri i l atas jenis, j u m l a h , ta h u n dan nilai Barang M i l i k Negara ya ng d ijual
tersebut m e njadi ta nggung jawab Kuasa Pengguna Barang .
9 . Apa bila d i kem ud i a n hari terdapat kekeliruan dalam persetuj u a n i n i , m a ka akan d iadakan
perba ikan sebag a i m a n a m esti nya.
Atas perhati a n Saud ara , kam i ucapkan teri m a kasi h .

a . n . Menteri/P i m p i n a n Lembaga . . ( 1 )
. . .

Sekretaris Jendera i/Sekretaris Uta m a/


Sekretaris Kem e nterian

(tanda tangan)

N I P . . . . ( 1 2)
.

Tem busa n :
1 . Menteri/P i m pi n a n Lembaga . . ( 1 ) (sebag ai laporan)
. . .

2. l nspektur Jenderal . . . . . ( 1 )
3 . Direktur Barang M i l i k Negara , Di rektorat Jenderal Kekayaan Neg ara
4. Kepala Kantor Wi layah D i re ktorat Jenderal Kekayaan Negara/Ka ntor Pelaya n a n Kekayaan
Negara dan L e l a n g . . . ( 1 3)
. .

Gedung . . ... Lt . .. .. J l ... .. Nomor .. . .. , Jakarta ... ..


Telepon : (02 1 ) ..... Faksimil i : (02 1 ) ..... Situs : ... . .
( 1 4)

L- ----��1
www.jdih.kemenkeu.go.id
M E NTERI KEUANGAN
REPU BLI K I N DON ESIA

- 12 -

Petunjuk Pengisian :

(1) Nama Kementerian/Lembaga.


(2) Kota dan tanggal surat persetujuan Penjualan BMN diterbitkan .
(3) Nomor surat ( diisi menggunakan kode instansijunit yang menerbitkan sesuai
dengan ketentuan tata persuratan dinas di lingkungan Kementerian/Lembaga
masing-masing), sifat dan jumlah lampiran surat persetujuan Penjualan
BMN.
(4) Kuasa Pengguna Barang yang mengajukan permohonan Penjualan BMN .
(5) Nomor, tanggal dan hal surat permohonan Penjualan BMN dari Kuasa
Pengguna Barang .
(6) Nilai BMN yang dimohonkan untuk dijual, dapat berupa nilai bukujnilai
perolehanjnilai wajar .
(7) Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai Pemindahtanganan
BMN, contoh: PMK Nomor 96/PMK .06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan dan Penghapusan Barang
Milik Negara.
(8) Nilai limit Penjualan BMN berupa bongkaran berdasarkan hasil penilaian
tim/panitia Penghapusan/penilai yang berkompeten .
(9) Tim/Panitia PenghapusanjPenilai yang berkompeten yang ditugaskan oleh
Pengguna Barang untuk melakukan penilaian BMN yang akan dihapuskan.
(10) Nomor laporan taksiran nilai yang dijadikan dasar penetapan nilai limit
Penjualan.
(11) Kanwil DJKN/KPKNL yang wilayah kerjanya melingkupi lokasi Kuasa
Pengguna Barang yang mengajukan permohonan persetujuan Penjualan
BMN .
(12) Jabatan, nama lengkap, dan NIP pejabat yang berwenang menandatangani
surat persetujuan Penjualan BMN .
(13) Tembusan disampaikan kepada Kepala Kanwil DJKN/Kepala KPKNL yang
wilayah kerjanya melingkupi lokasi Kuasa Pengguna Barang yang
mengajukan permohonan persetujuan Penjualan.
(14) Kaki surat diisi dengan alamat unit yang mengeluarkan surat persetujuan
Penjualan BMN pada setiap lembar surat, kecuali pada lampiran berupa
nama gedung, nama jalan dan nomor, kota dan kode pos, nomor telepon dan
nomor faksimili, contoh :
Gedung Syafrudin Prawiranegara I I Lt. 11, Jl. Lapangan Banteng Timur 2-4 , Jakarta 10710
Telepon : (021) 3449230 Faksimili : (021) 3442948 Situs : www.djkn. kemenkeu.go.id

Contoh . . . . .

/.j
www.jdih.kemenkeu.go.id
M ENTERI KEUANGAN
REPU B L I K I N DON ES IA

- 13-

Contoh 3.a
Format Surat Persetujuan Menteri/Pimpinan Lembaga tentang Hibah BMN berupa
tanah dan/atau bangunan

Kop

Nomor .. . . . (3) . . ... , . . . . . (2)


S ifat . . . . . (3)
La m p i ran . . . . . ( . . . . . ) berkas (3)
Hal Persetuj u a n H i bah Barang M i l i k Neg a ra
Berupa Ta n a h da n/atau Bangunan
pada . . . . . (4)

Yth . Sekretaris Jendera i/Sekretaris Utama/


Sekretaris Kem e nteria n/Kepala Satu an Kerja . . . . . (4)
Jalan . . . . .

S e h u b u n g a n dengan surat Saudara Nom or . . . . . tanggal . . . . . h a l . .. . . (5) , dengan i n i


diberita h ukan bahwa perm o h o n a n H i ba h Barang M i l i k Negara pada . . . . . (4) y a n g terletak d i . . . . . (6)
be rupa . . . . . (6) u n it tanah da n/atau bangunan terdiri dari tanah dan/atau ban g u n a n . . . . . (6) , seluas
. . . . . m 2 dan nilai perolehan seluru h n ya sebesar Rp . . . . . , 00 ( . . . . . rupiah) (7) kepada . ... (8) .

sebag aimana tercantu m dalam Iam p i ran surat ini untuk digu nakan . . . (9) , pada prinsipnya dapat . .

disetuj u i .
G u n a tertib adm i n istrasi pengelolaan Barang M i l i k Negara, pelaksanaan H i ba h tersebut
agar berpedo m a n pada Peraturan Pemeri ntah Nomor 27 Ta h u n 20 1 4 tentang Pengelolaan B a ra n g
M i l i k Negara/Daera h dan Peraturan Menteri Keuangan Nom or . . . . ./P M K. 06/20 . . . . . ( 1 0) , . . . . . ( 1 1 ) ,
d e n g a n ketentua n sebagai beri kut:
1 . Berdasarkan persetujuan H i ba h i n i , agar Saudara menetapkan keputusan mengenai jenis,
j u m l a h dan n i l a i Barang Milik Neg ara yang akan dihiba h ka n .
2. Persetujuan H i b a h i n i segera ditindaklanj uti dengan pelaksa n a a n H i ba h Barang M i l i k Negara
yang dituangka n dalam N askah Hibah dan Berita Acara Serah Teri m a antara . . . . . (4) dan . . . . (8) .

selaku calon penerima H i ba h paling lama 2 (dua) bulan sejak ta nggal su rat persetujuan H i ba h
i n i d iterbitkan .
3. Keputusan Penghapusan Barang M i l i k Negara ditetapkan oleh Pengg u n a Barang paling l a m a
2 (dua) bu lan sejak t a n g g a l Berita Acara Serah Teri m a d itandata n g a n i .
4 . Barang M i l i k Negara ya n g telah d i h i bahkan a g a r segera dihapus dari Daftar Barang
Pengg u n a/Kuasa Pengg u n a Barang dan Penghapusan d i m aksud didasarkan pada Keputusan
Penghapusan yang d itetapkan oleh Pengg una Barang .

5. Laporan .. . . .

Gedung . . . . . Lt . . . . . Jl . . . . . Nomor . .. .. , Jakarta . . . . .


Telepon : (02 1 ) . . . .. Faksimili : (02 1 ) .. ... Situs : . . . . .

( 1 5)

www.jdih.kemenkeu.go.id
M E NTERI KEUAN GAN
REPU BLI K I N DONESIA

- 14 -

5. Pengg u n a Barang menyampaikan laporan pelaksa naan H i bah kepada Pengelola Barang c.q .
(12) paling l a m a 1 (satu) bulan sejak Keputusan Peng hapusan B M N d itandatang a n i dengan
. . . . .

m elampirkan N askah H ibah, Berita Acara Serah Terim a dan Keputusan Peng hapusan.
6 . Menyampaikan fotokopi Berita Aca ra Serah Teri m a kepada Menteri Keu a n g a n c . q . Direktur
Jenderal Pengelolaan Utang selaku U n it Akuntansi Kuasa Peng g u n a Angg a ra n .
7 . Kebenara n m ateri i l atas jenis, jumlah, tahun d a n n i l a i Barang M i l i k Negara yang d i h i ba h ka n
serta calon peneri m a H i ba h tersebut menjadi tangg ung jawab K u a s a Pengg u n a Barang .
8. Apa bila d i kem u d i a n hari terdapat kekeliruan dalam surat persetuj u a n i n i , m aka akan d i lakukan
perbaikan sebag a i m a n a m esti nya.
Atas perhatia n Saudara, kam i ucapkan teri m a kas i h .

a.n . Menteri/P i m p i n a n Lembaga . . (1)


. . .

Sekretaris Jenderai/Sekretaris Utama/


Sekretaris Kem e nteri a n

(tanda ta ngan)

NIP . . . . . (13)

Tem busan:
1. Menteri/P i m p i n a n Le m baga . . . (1) (sebagai la poran)
. .

2. l nspektur J enderal . . (1)


. . .

3 . Direktur B arang M i l i k Neg ara, D i rektorat Jenderal Kekayaan Negara


4 . Kepala Kantor Wilayah D irektorat Jenderal Kekayaan Negara/Ka ntor Pel ay;:In a n Kekayaa n
Neg ara dan Lelang . (14)
. . . .

Gedung ..... Lt ..... J l ..... Nomor ..... , Jakarta .. . . .


Telepon : (02 1 ) ..... Faksimi l i : (02 1 ) ..... Situs : .... .

(15)

�---
www.jdih.kemenkeu.go.id ---�)
MENTER! KEUANGAN
REPU B L I K INDO N ES I A

- 15-

Petunjuk Pengisian:

(1) Nama Kementerian/Lembaga.


(2) Kota dan tanggal surat persetujuan Hibah BMN diterbitkan.
(3) Nomor surat ( diisi menggunakan kode instansi/unit yang menerbitkan sesuai
dengan ketentuan tata persuratan dinas di lingkungan KementerianjLembaga
masing-masing), sifat dan jumlah lampiran surat persetujuan Hibah BMN.
(4) Kuasa Pengguna Barang yang menguasai BMN, contoh: DJKN c.q. Kanwil
DJKN DKI Jakarta c.q. KPKNL Jakarta I.
(5) Pihak calon penerima Hibah yang disetujui oleh Pengguna Barang
(6) Nomor, tanggal dan hal surat permohonan Hibah BMN dari Kuasa Pengguna
Barang.
(7) Data BMN yang dimohonkan untuk dihibahkan.
(8) Nilai BMN yang dimohonkan untuk dihibahkan, dapat berupa nilai
bukujnilai perolehanjnilai wajar.
(9) Tujuan Penggunaan BMN yang dimohonkan untuk dihibahkan kepada calon
penerima Hibah.
(10) Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai Pemindahtanganan
BMN, contoh: PMK Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan dan Penghapusan Barang
Milik Negara.
(11) Dasar hukum lain yang perlu dicantumkan sesuai dengan jenis BMN yang
dimohonkan untuk dihibahkan.
(12) Kanwil DJKN/KPKNL yang wilayah kerjanya melingkupi lokasi Kuasa
Pengguna Barang yang mengajukan permohonan persetujuan Hibah.
(13) Jabatan, nama lengkap, dan NIP pejabat yang berwenang menandatangani
surat persetujuan Hibah BMN.
(14) Tembusan disampaikan kepada Kepala Kanwil DJKN/Kepala KPKNL yang
wilayah kerjanya melingkupi lokasi Kuasa Pengguna Barang yang
mengajukan permohonan persetujuan Hibah.
(15) Kaki surat diisi dengan alamat unit yang mengeluarkan surat persetujuan
Hibah BMN pada setiap lembar surat, kecuali pada lampiran berupa nama
gedung, nama jalan dan nomor, kota dan kode pos, nomor telepon dan nomor
faksimili, contoh:
Gedung Syafrudin Prawiranegara II Lt. 1 1 , J l . Lapangan Banteng Timur 2-4 , Jakarta 1 07 1 0
Telepon : (02 1 ) 3449230 Faksimi l i : (02 1 ) 3442948 Situs : www.djkn. kemenkeu.go. id

Contoh.....

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERI KEUAN GAN
REPUBL I K I N DON ESIA

- 16 -

Contoh 3.b
Format Surat Persetujuan Hibah BMN selain tanah dan/atau bangunan pada
Pengguna Barang

Kop

Nom or . . . . . (3) . . . .. , . . . . . (2)


S ifat . . . . . (3)
Lam p i ra n . . . . . ( . . . . . ) berkas (3)
Hal Persetuj u a n H i bah Barang M i l i k Negara
S e l a i n Tan a h dan/atau Bang unan
pada . . . . . (4)

Yth . Sekretaris Jendera i/Sekretaris Utama/


Sekretaris Kementeria n/Kepala Satuan Kerja . . . . . (4)
Jalan . . . . .

S e h u b u n g a n dengan surat Saudara Nom or . . . . . tangg a l . . . . . hal . . . . . (5) , dengan i n i


d i berita h u kan ba hwa perm o h o n a n H i b a h Barang M i l i k Negara berupa . . . . . (6) dengan n il a i
sel u ru h nya sebesar R p . ...., 00 ( . .. . . ru piah) ( 7 ) kepada . . . . . ( 8 ) sebag a i m a n a terca ntum dalam
Iam p i ra n s u rat i n i untuk d i g u n akan . . . .. (9) , pada prinsipnya da pat d isetuj u i .
G u n a tertib a d m i n i strasi pengelolaan Barang M i l i k Negara, pelaksanaan H i bah
tersebut agar berpedo m a n pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 Ta h u n 2 0 1 4 tenta ng
Pengelolaan Bara n g M i l i k Negara/Daerah dan Peratura n M ente ri Keuangan Nomor
. . . . ./P M K . 0 6/20 . . . . . ( 1 0), . . . . . ( 1 1 ) , dengan keterituan sebag a i berikut:
1 . Berdasarkan persetujuan H i bah i n i , agar Saudara menetapkan keputusan mengenai jenis,
j u m l a h dan n i l a i B a rang Milik Negara yang akan d i h i ba h ka n .
2 . Persetujuan H i bah i n i segera ditindaklanj uti dengan pelaksanaan H i ba h Barang M i l i k Neg ara
yang dituangkan dalam Naskah Hi bah dan Berita Acara Serah Terim a antara . . . . . (4) dan . . . . . (8)
selaku ca lon peneri m a H i ba h paling lama 2 (dua) bulan sejak ta nggal s u rat persetuj u a n
H i bah i n i d iterbitkan .
3 . Keputusan Penghapusan Barang M i l i k Negara d itetapkan oleh Peng g u n a Barang paling
lama 2 (dua) bulan sejak tanggal Berita Acara Serah Teri m a d itandata n g an i .
4 . Barang M i l i k Neg ara yang telah d i h i bahkan agar segera dihapus d a ri d a ri Dafta r Barang
Peng g u n a/Kuasa Pengg u n a Barang dan Peng hapusan d i m aksud d idasarkan pada
Keputusan Pe ngha pusan yang d itetapkan oleh Pengg u n a Bara n g .

5. Lapora n .. .. .

Gedung .. ... Lt ... . . Jl ..... Nomor ..... , Jakarta .....


Telepon: (021) ..... Faksimili : (021) ..... Situs: .... .
( 1 5)

www.jdih.kemenkeu.go.id ----�1
�---
MENTERI KEUAN GAN
REP U B L I K I N DONESIA

- 17-

5. Pengg una Barang menyam paikan la poran pelaksanaan H i ba h kepada Pengelola Barang c. q .

. . . . . (12) paling l a m a 1 (satu) bulan sejak Keputusan Peng h apusan B M N d itandatang a n i deng a n
melam pirkan Naskah Hibah , Berita Acara Serah Te rim a dan Keputusa n Pen g h a pusa n .
6 . Menya m paikan fotokopi Berita Acara Serah Terim a kepada Mente ri Ke uangan c. q. Di rektur
Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko selaku U n it Aku ntan si Kuasa Pengg u n a
Anggara n .
7 . Kebenara n m ateri i l atas j e n i s , j u m l a h , tah un d a n n i l a i Barang M i l i k Negara y a n g d i h i ba h ka n
serta calon peneri m a H i bah tersebut menjadi ta nggung jawab K u a s a Pengg u n a Barang.
8 . Apabila d i kem u d i a n h ari terda pat kekeliruan dalam surat persetuj u a n i n i , m aka akan d i lakukan
perba ikan sebag a i m a n a mestinya.
Atas perhatian Saudara , kami ucapkan teri ma kas i h .

a . n. Me nteri/Pi mp i n a n Lem bag a .. . .. ( 1 )


Sekretaris Jenderai/Sekretaris Utama/
Sekretaris Kem e nteri a n

(tanda tangan)

N I P . . . . . ( 1 3)

Tem busan:
1. Menteri/Pim pin a n Lembaga . . . . . (1) (sebagai laporan)
2. Menteri/P i m p i n a n Lembaga . . . . . (8)
3. l nspektur Jenderal . . . . . (1 )
4 . Direktu r Barang M i l i k Negara , D i rektorat Jenderal Kekayaa n Neg ara
5. Kepala Kantor Wi layah Direktorat Jenderal Kekayaa n Negara/Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang .. . .. (1 4)

Gedung .... Lt . .. Jl ..... Nomor ..... , Jakarta .... .


. . .

Telepon : (021) .. .. Faksimili : (021) .. Situs : .


. . . . . . . .

( 1 5)
1
L- -------------- ---------------��
www.jdih.kemenkeu.go.id
.
M ENTERI KEUANGAN
. REPU B L I K I N D O NESIA

- 18 -

Petunjuk Pengisian:

(1) Nama Kementerian / Lembaga.


(2) Kota dan tanggal surat persetujuan Hibah BMN diterbitkan.
(3) Nomor surat ( diisi menggunakan kode instansijunit yang menerbitkan sesuai
dengan ketentuan tata persuratan dinas di lingkungan Kementerian/Lembaga
masing-masing), sifat dan jumlah lampiran surat persetujuan Hibah BMN.
(4) Kuasa Pengguna Barang yang mengajukan permohonan Hibah BMN.
(5) Nomor, tanggal dan hal surat permohonan Hibah BMN dari Kuasa Pengguna
Barang.
(6) BMN yang dimohonkan untuk dihibahkan.
(7) Nilai BMN yang dimohonkan untuk dihibahkan, dapat berupa nilai
buku/nilai perolehan/nilai wajar.
(8) Pihak calon penerima Hibah yang disetujui oleh Pengguna Barang .
(9) Tujuan Penggunaan BMN yang dimohonkan untuk dihibahkan kepada calon
penerima Hibah.
( 1 0) Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai Pemindahtanganan
BMN, contoh : PMK Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan dan Penghapusan Barang
Milik Negara.
(11) Dasar hukum lain yang perlu dicantumkan sesuai dengan jenis BMN yang
dimohonkan untuk dihibahkan.
(12) Kanwil DJKN /KPKNL yang wilayah kerjanya melingkupi lokasi Kuasa
Pengguna Barang yang mengajukan permohonan persetujuan Hibah.
( 13) Jabatan, nama lengkap, dan NIP pejabat yang berwenang menandatangani
surat persetujuan Hibah BMN.
(14) Tembusan disampaikan kepada Kepala Kanwil DJKN/Kepala KPKNL yang
wilayah kerjanya melingkupi lokasi Kuasa Pengguna Barang yang
mengajukan permohonan persetujuan Hibah.
( 1 5) Kaki surat diisi dengan alamat unit yang mengeluarkan surat persetujuan
Hibah BMN pada setiap lembar surat, kecuali pada lampiran berupa nama
gedung, nama jalan dan nomor, kota dan kode pos, nomor telepon dan nomor
faksimili, contoh :
G e d u n g Syafrud i n P rawira n e g a ra I I Lt. 1 1 , J l . La p a n g a n Bante n g Ti m u r 2-4 , J a k a rta 1 07 1 0
Tel e p o n : (02 1 ) 3449230 Faksimi l i : (02 1 ) 3442948 Situs : www . dj k n . kem e n ke u . g o . id

Contoh .....
I
� --�

www.jdih.kemenkeu.go.id
M ENTERI KEUANGAN
REPU B L I K I N DON E S IA

- 19 -

Contoh 4.a
Format surat persetujuan Menteri/Pimpinan Lembaga mengenai Pemusnahan
BMN berupa tanah dan jatau bangunan

Kop

Nom o r ... .. (3) . . . . . , . . . . . (2)


S ifat .. . . . (3)
Lampi ra n . . . ( . . . ) berkas (3)
Hal Persetuj u a n Pemusnahan Barang M i l i k Neg a ra
Berupa Tanah dan/atau Bang unan
pada . . . . . (4)

Yth . Sekreta ris Jendera i/Sekretaris Utama/


Sekretaris Kementeria n/Kepala S atuan Kerja . . . . . (4)
Jalan . . . . .

S e h u b u n g a n dengan surat Saudara Nom or . . . . . tangg a l . . . . . h a l . . . . . (5) , dengan i n i


d i beritah u ka n bahwa perm o h o n a n pem usnahan Barang M i l i k Negara p a d a . .. . . (4) yang terletak
di . . . . . (6) berupa . . . . . (6) u n it bang unan terd i ri dari bang unan . . . . . (6) , seluas . . . . . m 2 dan n i l a i
perolehan seluruh nya sebesar Rp . . . . . , 00 (. . . . . rupiah) ( 7 ) sebag a i m a n a terca ntum d a l a m
lampira n surat i n i , p a d a pri n s i pnya dapat d isetuj u i .
G u n a tertib a d m i n istrasi pengelolaan Barang M i l i k Negara , pelaksanaan
pemusnahan tersebut agar berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 Ta h u n 20 1 4
tentang Pengelolaan Barang M i l i k Negara/Oaerah dan Peratura n M enteri Ke uangan Nomor
. . . . ./P M K. 06/20 . . . . (8) , dengan ketentuan sebagai berikut:
.

1 . Pem usnahan Barang M i l i k Negara tidak menggangg u tugas operas i o n a l kantor Saudara.
2 . Pelaksanaan pem usnahan Barang M i l i k Negara d i laksanakan paling l a m a 1 (satu) bulan
sejak tangg a l d iterbitkan nya s u rat persetujuan i n i dan d ituangka n dalam Berita Aca ra
Pem usnahan Barang M i l i k Negara .
3 . Persetuj u a n i n i segera ditindaklanjuti dengan Peng hapusan Barang M i l i k Negara dari Daftar
Barang Kuasa Peng g u n a berdasarkan keputusan Pen g h apusan yang d itetapkan paling
lama 2 (d ua) bulan sejak tanggal Berita Acara Pe m u s n a h a n Barang M i l i k Negara
ditandatang a n i .

4 . Pengg una . . . . .

Gedung . .. . Lt ...... Jl . . . ... Nomor ... , Jakarta ....


. . . . .

Telepon : (02 1 ) .... . . . Faksimili : (02 1 ) .. . . . Situs : ... ................ ..... .... .
.

(1 2)

�---
www.jdih.kemenkeu.go.id ---� )
M E NTERI KEUANGAN
REPUBL I K I N DON ES I A

- 20-

4 . Pengg u n a Barang m e nyam paikan laporan pelaksanaan pem u s n a h a n kepada Pengelola


Barang c.q. . . . .. (9) paling lama 1 (satu) bulan sejak Keputusan Peng h a pusan BMN
d itandatang a n i dengan melampirkan Keputusan Penghapusan dan Berita Acara
Pem u s n a h a n .
5 . Kebenara n m ateri i l atas jenis, j u m l a h , tah un dan n i l a i Barang M i l i k Negara ya ng
d i m usnahka n tersebut menjadi tangg u ng jawab Kuasa Pengg u n a Barang .
6 . Apabila d i kem ud i a n hari terdapat kekeliruan dalam su rat persetuj u a n i n i , m a ka akan
diadakan perbaikan sebag a i m a n a mesti nya.
Atas perhatian Saud ara , kam i ucapkan teri ma kasi h .

a . n . Menteri!P i m p i n a n Lembaga . . (1)


. . .

SekretarisJenderai/Sekretaris Utama/
Sekretaris Kem e nteri a n

(tanda tangan)

N I P . . . . . ( 1 0)

Tem busa n :
1 . Menteri/P i m pi n a n Lem bag a . . . (1) (sebag ai laporan)
. .

2 . l nspektur Jendera l . . . . (1 )
.

3 . Di rektur Barang M i l i k Negara, Di rektorat Jenderal Kekayaa n Negara


4 . Kepala Kantor Wi layah Di rekto rat Jenderal Kekayaan Negara/Kanto r Pelaya n a n Kekayaa n
Negara dan L e l a n g . . . ( 1 1)
. .

Gedung . . . . . Lt . . . . . Jl . . . . . Nomor . . . . . , Jakarta . . . . .


Telepon : (02 1 ) . . . . . Faksimili : (02 1 ) . . . . . Situs : . . . . .
( 1 2)

L---
www.jdih.kemenkeu.go.id
----�1
M ENTERI KEUANGAN
REPUBL I K I N DON ES I A

- 21 -

Petunjuk Pengisian :

(1) Nama KementerianjLembaga.


(2) Kota dan tanggal penerbitan surat persetujuan Pemusnahan BMN
diterbitkan.
(3) Nomor surat ( diisi menggunakan kode instansijunit yang menerbitkan sesuai
dengan ketentuan tata persuratan dinas di lingkungan Kementerian/Lembaga
masing -masing), sifat dan jumlah lampiran surat persetujuan pemusnahan
BMN.
(4) Kuasa Pengguna Barang yang mengajukan permohonan Pemusnahan BMN .
(5) Nomor, tanggal dan hal surat pengajuan permohonan Pemusnahan BMN dari
Kuasa Pengguna Barang.
(6) Data BMN yang dimohonkan untuk dimusnahkan berupa jenis dan lokasi
BMN berada.
(7 ) Nilai BMN yang akan dimohonkan untuk dimusnahkan.
(8) Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai Penghapusan BMN,
contoh: PMK Nomor 50/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penghapusan Barang Milik Negara.
(9) Kanwil DJKN/KPKNL yang wilayah kerjanya melingkupi lokasi Kuasa
Pengguna Barang yang mengajukan permohonan persetujuan Pemusnahan
BMN.
(10) Jabatan, nama lengkap, dan NIP pejabat yang berwenang menandatangani
surat persetujuan Pemusnahan BMN.
(11) Tembusan dapat disampaikan kepada unit internal DJKN yang
berkepentingan, contoh: Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem
Informasi/Kepala Kanwil/Kepala KPKNL.
(12) Kaki surat diisi dengan alamat unit yang menerbitkan surat persetujuan
Pemusnahan BMN pada setiap lembar surat, kecuali pada lampiran surat
berupa nama gedung, nama jalan dan nomor, kota dan kode pos, nomor
telepon, dan nomor faksimili, contoh:

Gedung Syafrudin P rawi ranegara I I Lt. 1 1 , Jl. Lapang an B anteng Timur 2-4 , Jaka rta 1 07 1 0
Telepon : ( 02 1 ) 3449230 Faksimili : (02 1 ) 3442948 S itus : www.djkn.kemenkeu.go.id

Contoh .... .

��
www.jdih.kemenkeu.go.id
M ENTERI KEUANGAN
REP U B L I K I ND O N ESIA

- 22 -

Contoh 4 . b
Format surat persetujuan Menteri/Pimpinan Lembaga mengenai Pemusnahan
BMN selain tanah danjatau bangunan

Kop

Nom o r . . . . . (3) . . . . . , . . . . . (2)


S ifat . . . . . (3)
Lam p i ra n . . . . . ( . . . . . ) berkas (3)
Hal Persetuj u a n Pemusnahan Barang M i l i k Negara
pada . . . . . (4)

Yth . Sekretaris Jenderai/Sekretaris Utama/


Sekretaris Kem e nterian/Kepala Satuan Kerja . . . . . (4)
Jalan . . . . .

S e h u b u n g a n dengan s u rat Saudara Nom or . . . . . tanggal . . . . . h a l . . . . . (5) , dengan i n i


d i berita hukan ba hwa perm o h o n a n pem usnahan Barang M i l i k Negara berupa . . . . . (6) dengan n i l a i
sebesar Rp . . . . . , 00 ( . . . . . rupiah) (7) sebagaimana tercantum dalam l a m p i ra n s u rat i n i , pada
prinsi pnya da pat d isetuj u i .
G u n a tertib adm i n istrasi pengelolaan Barang M i l i k Neg a ra , pelaksanaan pe m us n a h a n
tersebut agar berpedo m a n p a d a Peraturan Pemerintah N o m o r 27 Tah u n 2014 tenta ng
Pengelolaan Barang M i l i k Negara/Daerah dan Peratura n Me nteri Keuangan Nomor
. . . . ./PMK. 06/20 . . . . . (8) , dengan ketentu an sebagai berikut:
1. Pem usnahan B a rang M i l i k Negara tidak mengganggu tugas operas ional kantor Kuasa
Pengg u n a Bara n g .
2 . Pelaksanaan pem usnahan Barang M i l i k Negara dilaksanakan p a l i n g l a m a 1 (satu) b u l a n
sejak tanggal d iterbitkan nya s u rat persetujuan i n i dan d ituangkan dalam Berita Aca ra
Pem usnahan Barang M i l i k Negara .
3 . Persetujuan i n i segera ditindaklanjuti dengan Penghapusan Barang M i l i k Neg ara dari Daftar
Barang Kuasa Peng g u n a berdasarkan keputusan Penghapusan yang d iteta pkan paling l a m a
2 (d ua) bulan sejak t a n g g a l Berita Acara Pem usnahan Barang M i l i k Negara d itandatang a n i .
4 . Pengg u n a Barang m e nyam pa i ka n laporan pelaksanaan pem u sn a h a n kepada Pengelola
Barang c. q. . . . .. (9) pal i n g lama 1 (satu) bulan sejak Keputusan Penghapusan B M N
ditandata n g a n i d e n g a n melampirkan Keputusa n Pen g h apusan dan Berita Aca ra
Pem u s n a h a n .
5 . Kebenaran . . . . .

Gedung .. . .. Lt ... .. Jl ..... Nomor ..... , Jakarta . .. . .


Telepon : (02 1 ) . . . . . Faksimili : (02 1 ) . . ... Situs : . . ...
(12)
L._____.___
__________

www.jdih.kemenkeu.go.id
----:Y_ �J
M E NTER! KEUAN GAN
REPU B L I K I N DONESIA

- 23 -

5. Kebenaran m ateri i l atas jenis, j u m l a h , tah u n dan n i l a i Barang M i l i k Negara yang d i m usnahkan
tersebut menjadi tang g u n g jawa b Kuasa Pengguna Barang .
6 . Apabila d i ke m u d i a n h a ri terdapat keke l i ruan d a l a m su rat persetuj u a n i n i , m aka a k a n d i adakan
perba i ka n sebag a i m a n a m esti nya.
Atas perhatian Saudara , kam i ucapkan terim a kasi h .

a . n . Menteri/P i m p i n a n Lembaga . . . . . (1)


Sekretaris Jenderai/Sekretaris Uta m a/
Sekreta ris Kem e nterian

(tanda tangan)

N I P . . . . . (10)

Tem busa n :
1. Menteri/P i m p i n a n Lembaga . . . . . (1) (sebagai laporan)
2. l nspektu r Jenderal . . . . . (1)
3 . D i rektur Barang M i l i k Negara , D i rektorat Jenderal Kekayaan Neg ara
4 . Kepala Kantor Wilayah Di rektorat Jenderal Kekayaan Negara/Ka ntor Pelayanan Kekayaa n
Negara dan Lelang . . . . . (11)

Gedung . . . . . Lt .. . .. Jl .. . . . Nomor . . , Jakarta .....


. . .

Telepon : (02 1 ) . .. Faksimili : (02 1 ) .. . . Situs : . .. . .


(1 2)
. . .

L- ------------ ------------��.11
www.jdih.kemenkeu.go.id
M ENTER! KEUANGAN
REPU B L I K I N DON ES IA

- 24 -

Petunjuk Pengisian :

(1) Nama Kementerian/Lembaga .


(2) Kota dan tanggal penerbitan surat persetujuan pemusnahan BMN
diterbitkan .
(3) Nomor surat ( diisi menggunakan kode instansijunit yang menerbitkan sesuai
dengan ketentuan tata persuratan dinas di lingkungan Kementerian/Lembaga
masing-masing), sifat dan jumlah lampiran surat persetujuan pemusnahan
BMN .
(4) Kuasa Pengguna Barang yang mengajukan permohonan pemusnahan BMN.
(5) Nomor, tanggal dan hal surat pengajuan permohonan pemusnahan BMN dari
Kuasa Pengguna Barang .
(6) Nilai BMN yang akan dimohonkan untuk dimusnahkan .
(7 ) BMN yang akan dimohonkan untuk dimusnahkan . Dalam hal tidak
memungkinkan mencantumkan data BMN di dalam surat persetujuan,
seperti BMN tersebut beraneka ragam dan berjumlah banyak, cukup
disebutkan kelompok BMN tersebut dalam surat persetujuan (contoh : barang
inventarisjperalatan kantor) dan rincian data BMN tersebut dicantumkan
dalam lampiran surat.
(8) Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai Penghapusan BMN,
contoh : PMK Nomor 50/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penghapusan Barang Milik Negara .
(9) Kanwil DJKNjKPKNL yang wilayah kerjanya melingkupi lokasi Kuasa
Pengguna Barang yang mengajukan permohonan persetujuan Pemusnahan
BMN .
(10) Jabatan, nama lengkap, dan NIP pejabat yang berwenang menandatangani
surat persetujuan pemusnahan BMN .
(11) Tembusan dapat disampaikan kepada unit internal DJKN yang
berkepentingan, contoh : Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem
Informasi/Kepala Kanwil/Kepala KPKNL.
(12) Kaki surat diisi dengan alamat unit yang menerbitkan surat persetujuan
pemusnahan BMN pada setiap lembar surat, kecuali pada lampiran surat
berupa nama gedung, nama jalan dan nomor, kota dan kode pos, nomor
telepon, dan nomor faksimili, contoh :

Gedung Syafrudin Prawiranegara I I Lt. 1 1 , Jl. Lapangan Banteng Timur 2-4 , Jakarta 1 07 1 0
Telepon : ( 02 1 ) 3449230 Faksimili : (02 1 ) 3442948 Situs : www . djkn.kemenkeu.go. id

Contoh . . �j
www.jdih.kemenkeu.go.id
M ENTERI KEUANGAN
REPU B L I K I N DONES IA

- 25 -

Contoh 5 . a
Format surat persetujuan Menteri/Pimpinan Lembaga mengenai Penghapusan
BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan karena sebab-sebab lain

Kop

Nom or . . . . . (3) . . . . . , . . . . . (2)


S ifat . . . . . (3)
Lampira n . . . . . ( . . . . . ) berkas (3)
Hal Persetuj u a n Penghapusan Barang M i l i k Neg a ra
berupa Tanah da n/atau Bangunan
pada . . . . . (4)

Yth . Sekretaris Jendera i/Sekretaris Utama/


Sekretaris Kem enterian/Kepala Satuan Kerja . . . . . (4)
Jalan . . . . .

S e h u b u n g a n dengan s u rat Saudara Nom or . . . . . ta nggal . . . . . h a l . . . . (5) , dengan i n i


.

d i beritahukan bahwa perm o h o n a n Penghapusan Barang M i l i k Negara pada . . . . . (4) ya ng


terletak d i . . . . . (6) berupa . . . . . (6) u n it bang unan terdiri dari bang u n a n . . . . . (6) , seluas . . . . . . . . . . . . m 2
dan n i l a i perolehan seluruh nya sebesar Rp . . . . . , 00 ( . . . . . ru piah) (7) kare n a . . . . . (8) sebag a i m a n a
tercantu m dalam l a m p i ran s u rat i n i , p a d a prinsi pnya dapat d isetuj u i .
G u n a tertib a d m i n istrasi pengelolaan Barang M i l i k Neg a ra , pelaksanaan
Penghapusan tersebut agar berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 Ta h u n 20 1 4
tentang Pengelolaan B a rang M i l i k Negara/Daerah dan Peratura n Me nteri Keuangan N o m o r
. . . . ./PMK. 06/20 . . . . . (9) , dengan ketentuan sebagai berikut:
1 . Persetuj u a n i n i segera d itindaklanj uti dengan Peng hapusan Barang M i l i k Negara dari Daftar
Barang Kuasa Peng g u n a berdasarkan Keputusan Pe nghapusan yang d iteta pkan oleh
Pengg u n a Barang paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal su rat persetuj u a n ini d iterbitka n .
2 . Pengg u n a Barang m e nya m pa i ka n laporan pelaksanaan Peng hapusan kepada Pengelola
Barang c.q . . . . (1 0) paling lama 1 (satu) bulan sejak tangg a l Keputusan Penghapusan
. .

B M N d ita ndata n g a n i dengan melampirkan Keputusan Peng hapusa n .


3 . Apa bila d i kem u d i a n h a ri d item u kan bukti bahwa Penghapusan B a ra n g M i l i k Negara
d i m aksud diakibatkan adanya unsur kelalaian da n/atau kesen g ajaan dari pihak peng u rus
da n/atau pen a n g g u n g j awab BMN tersebut, maka tidak m e n utup kem ungkinan kepada yang
bersang kutan akan d i kenaka n sanksi Tu ntutan Ganti Rugi (TG R) da n/atau pidana ses u a i
ketentuan yan g berlaku.

4 . Apabila . . . . .

Gedung . . . . . Lt . . . .. Jl . . . . . Nomor . . . . . , Jakarta . . . . .


Telepon : (02 1 ) . . . . . Faksimili : (02 1 ) . . . . . Situs : . . . . .
( 1 3)
�------� I
www.jdih.kemenkeu.go.id
M E NTERI KEUANGAN
REP U B L I K I N DON ESIA

- 26 -

4. Apabila d i kem ud i a n h a ri terda pat keke l i ruan d a l a m s u rat persetuj u a n i n i , m aka aka n d iadakan
perbai kan sebag a i m a n a mesti nya .
Atas perh atian Saudara , kam i ucapkan terima kasi h .

a . n . Menteri/P i m p i n a n Lembaga . (1 )
. . . .

Sekretaris Jenderai/Sekretaris Utama/


Sekretaris Kem enterian

(tanda ta ngan)

N I P . . . . (1 1 )
.

Tem busa n :
1 . Menteri/P i m pi n a n Lembaga . . . (1 ) (sebagai laporan)
. .

2. l nspektur Jendera l . . (1 )
. . .

3 . Direktu r Barang M i l i k Negara, Di rektorat Jenderal Kekayaan Negara


4. Kepala Kantor Wilayah Di rektorat Jenderal Kekayaan Negara/Kantor Pelayanan Ke kayaa n
Negara dan Lelang . . . . . (1 2)

Gedung ... . . Lt ... , JI . Nomor .. . , Jakarta . . ..


. . . . . . . . .

Telepon : (02 1 ) . . . . . Faximile : (02 1 ) . . . Situs : . . . ..


. .

(1 3)

www.jdih.kemenkeu.go.id
M ENTERI KEUANGAN
REPU B L I K I N DON ES IA

- 27 -

Petunjuk Pengisian:

(1) Nama Kementerian / Lembaga.


(2) Kota dan tanggal penerbitan surat persetujuan Penghapusan BMN karena
sebab-sebab lain diterbitkan.
(3) Nomor surat ( diisi menggunakan kode instansijunit yang menerbitkan sesuai
dengan ketentuan tata persuratan dinas di lingkungan Kementerian/Lembaga
masing-masing), sifat dan jumlah lampiran surat persetujuan Penghapusan
BMN karena sebab-sebab lain.
(4) Kuasa Pengguna Barang yang mengajukan permohonan Penghapusan BMN
karena sebab-sebab lain.
(5) Nomor, tanggal dan hal surat pengajuan permohonan Penghapusan BMN
karena sebab-sebab lain dari Kuasa Pengguna Barang.
(6) Data BMN yang dimohonkan untuk dihapuskan berupa jenis dan lokasi BMN
berada. Dalam hal tidak memungkinkan mencantumkan data BMN di dalam
surat persetujuan, seperti BMN tersebut beraneka ragam dan berjumlah
banyak, maka cukup disebutkan kelompok BMN tersebut dalam surat
persetujuan dan rincian data BMN tersebut dicantumkan dalam lampiran
surat.
(7 ) Nilai BMN yang akan dimohonkan untuk dihapuskan.
(8) Penyebab terjadinya Penghapusan BMN karena sebab-sebab lain yang
merupakan sebab-sebab secara normal dapat diperkirakan wajar menjadi
penyebab Penghapusan, seperti rusak berat, hilang, susut, menguap,
mencair, kadaluwarsa, matijcacat beratjtidak produktif untuk
tanamanjhewan, dan sebagai akibat dari keadaan kahar (force majeure) .
(9) Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai Penghapusan BMN,
contoh: PMK Nomor 50/PMK .06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penghapusan Barang Milik Negara.
(10) Kanwil DJKN/KPKNL yang wilayah kerjanya melingkupi lokasi Kuasa
Pengguna Barang yang mengajukan permohonan persetujuan Penghapusan
BMN .
(11) Jabatan, nama lengkap, dan NIP pejabat yang berwenang menandatangani
surat persetujuan Penghapusan BMN karena sebab-sebab lain.
(12) Tembusan dapat disampaikan kepada unit internal DJKN yang
berkepentingan, contoh: Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem
Informasi /Kepala Kanwil/Kepala KPKNL .
(13) Kaki surat diisi dengan alamat unit yang menerbitkan surat persetujuan
Penghapusan BMN karena sebab-sebab lain pada setiap lembar surat, kecuali
pada lampiran surat berupa nama gedung, nama jalan dan nomor, kota dan
kode pos, nomor telepon, dan nomor faksimili, contoh:

Gedung Syafrudin P rawi ranegara I I Lt. 1 1 , Jl. Lapangan Banteng Timur 2-4 , Jakarta 1 07 1 0
Telepon : (02 1 ) 3449230 Faksimi l i : (02 1 ) 3442948 Situs : www. djkn.kemenkeu.go.id

Contoh .. .. /
� --�

www.jdih.kemenkeu.go.id
M ENTER! KEUANGAN
REPU B U K I N DON ES IA

- 28 -

Contoh 5.b
Format surat persetujuan Menteri/Pimpinan Lembaga mengenai Penghapusan
BMN selain Tanah dan/atau Bangunan karena sebab-sebab lain

Kop

Nom or . . . . . (3) . . . . . , . . . . . (2)


S ifat . . . . . (3)
Lampiran . . . . ( . . . . ) berkas (3)
. .

Hal Persetuj u a n Penghapusan Barang M i l i k Negara


pada . . . . . (4)

Yth . Sekretaris Jendera i/Sekretaris Utama/


Sekretaris Kem e nteria n/Kepala Satuan Kerja . . . . . (4)
Jalan . . . . .

S e h u b u n g a n dengan surat Saudara Nom or . . . . . tanggal . . . . (5) hal Us u l a n Persetuj u a n


.

Penghapusan B a rang M i l i k Negara pada . . . . . (4) , dengan i n i d i be ritah u ka n ba hwa perm o h o n a n


Penghapusan Barang M i l i k Negara y a n g d isebabkan karen a . . . . . ( 6 ) berupa . . . . . ( 7 ) d e n g a n h a rg a
perolehan/n i l a i buku sebesa r Rp . . . . . , 00 ( . . . . . rupiah) ( 8 ) sebag a i m a n a te rcantum dalam l a m p i ran
s u rat ini, pada pri n s ipnya dapat disetuj u i .
G u n a tertib a d m i n i strasi pengelolaan Barang M i l i k Negara , pelaksanaan Pen g h apusan
tersebut agar berped o m a n pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tah u n 2 0 1 4 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Oaerah . dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor . . . . ./PM K . 06/20 . . . . . (9) ,
dengan ketentua n sebagai berikut:
1 . Persetuj u a n i n i segera d itindaklanj uti dengan Penghapusan Barang M i l i k Negara dari Daftar
Barang Kuasa Pengguna berdasarkan Keputusan Penghapusan yang d itetapkan oleh
Pengg u n a Barang paling lama 2 (d ua) bulan sejak tanggal s u rat persetuj u a n ini d iterbitka n .
2 . Pengg u n a Barang menyam paikan laporan pelaksanaan pem us n a h a n kepada Pengelola Barang
c . q . . . . . . (1 0) p a l i n g lama 1 (satu) bulan sejak tanggal Keputusan Penghapusan BMN
d ita ndata n g a n i dengan m e l a m p i rkan Keputusan Penghapusa n .
3 . Apa bila d i kem ud i a n h a ri d item u kan bukti ba hwa Peng hapusan B a rang M i l i k Negara d i m a ks ud
diaki batkan adanya unsur kelalaian dan/atau kesengajaan d a ri pihak peng u rus dan/atau
penanggung jawab BMN tersebut, m aka tidak m e n utup kem ungkinan kepada yang
bersang kuta n akan d i kenakan sanksi Tu ntutan Ganti Rug i (TG R) dan/atau pidana ses u a i
ketentuan ya n g berlaku .
4 . Apabila d i kem ud i a n h a ri terda pat kekeliruan d a l a m s u rat persetuj u a n i n i , m aka a k a n diadakan
perba ikan sebag a i m a n a m esti nya.

Atas . . . . .

Gedung ..... Lt .. . .. Jl ..... Nomor ..... , Jakarta .....


Telepon : (02 1 ) .. . .. Faksimili : (02 1 ) ..... Situs : . . . . .
( 1 3)

www.jdih.kemenkeu.go.id
M ENTERI KEUAN GAN
REP U B L I K I N D O N ES IA

- 29-

Atas perhatian Saudara , kami ucapkan terim a kas i h .

a . n . Menteri/P i m p i n a n Lembaga . . (1 )
. . .

Sekretaris Jenderai/Sekretaris Uta m a/


Sekreta ris Kem e nterian

(tanda tangan)

NIP . . . . . (1 1 )

Tem busan :
1 . Menteri/P i m pi n a n Lembaga . . (1 ) (sebag ai la poran)
. . .

2. l nspektur Jendera l . . . . . (1 )
3 . Direktur Barang M i l i k Negara , D i rektorat Jenderal Kekayaan Neg ara
4 . Kepala Kantor Wilayah D i re ktorat Jenderal Kekayaan Negara/Kantor Pelaya n a n Kekayaan
Negara dan Lelang . . . . (1 2)
.

Gedung ..... Lt . .. .. , Jl . . . .. Nomor .. . . . , Jakarta . . . ..


Telepon : (02 1 ) ..... Faksimili : (02 1 ) ..... Situs : . . ...
(1 3)
1
� -------------- --------------� �
www.jdih.kemenkeu.go.id
M ENTERI KEUAN GAN
REP U B L I K I N DO N ES IA

- 30 -

Petunjuk Pengisian:

(1) Nama Kementerian/Lembaga .


(2) Kota dan tanggal penerbitan surat persetujuan Penghapusan BMN karena
sebab-sebab lain diterbitkan .
(3) Nomor surat (diisi menggunakan kode instansijunit yang menerbitkan se suai
dengan ketentuan tata persuratan dinas di lingkungan Kementerian/Lembaga
masing-masing), sifat dart jumlah lampiran surat persetujuan Penghapusan
BMN karena sebab- sebab lain .
(4) Kuasa Pengguna Barang yang mengajukan permohonan Penghapusan BMN
karena sebab-sebab lain .
(5) Nomor, tanggal dan hal surat pengajuan permohonan Penghapusan BMN
karena sebab-sebab lain dari Kuasa Pengguna Barang .
(6) Penyebab terjadinya Penghapusan BMN karena sebab-sebab lain yang
merupakan sebab- sebab secara normal dapat diperkirakan wajar menjadi
penyebab Penghapusan, seperti rusak berat, hilang, susut, menguap,
mencair, kadaluwarsa, mati/cacat beratjtidak produktif untuk
tanamanjhewan, dan sebagai akibat dari keadaan kahar (force majeure) .
(7) BMN yang akan dimohonkan untuk dihapuskan karena sebab-sebab lain .
Dalam hal tidak memungkinkan mencantumkan data BMN di dalam surat
persetujuan, seperti BMN tersebut beraneka ragam dan berjumlah banyak,
maka cukup disebutkan kelompok BMN tersebut dalam surat persetujuan
(contoh : barang inventarisjperalatan kantor) dan rincian data BMN tersebut
dicantumkan dalam lampiran surat .
(8) Nilai BMN yang akan dimohonkan untuk dihapuskan karena sebab-sebab
lain.
(9) Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai Penghapusan BMN,
contoh : PMK Nomor 50/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penghapusan Barang Milik Negara .
(10) Kanwil DJKN/KPKNL yang wilayah kerjanya melingkupi lokasi Kuasa
Pengguna Barang yang mengajukan permohonan persetujuan Penghapusan
BMN .
(11) Jabatan, nama lengkap, dan NIP pejabat yang berwenang menandatangani
surat persetujuan Penghapusan BMN karena sebab- sebab lain .
(12) Tembusan dapat disampaikan kepada unit internal DJKN yang
berkepentingan, contoh: Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem
Informasi/Kepala Kanwil/Kepala KPKNL .
(13) Kaki surat diisi dengan alamat unit yang menerbitkan surat persetujuan
Penghapusan BMN karena sebab- sebab lain pada setiap lembar surat, kecuali
pada lampiran surat berupa nama gedung, nama jalan dan nomor, kota dan
kode pos, nomor telepon, dan nomor faksimili, contoh:

Gedun g Syafrudi n Prawira negara I I Lt. 1 1 , J l . Lapan g a n Ba nteng Ti mur 2-4, J akarta 1 07 1 0
Telepon : ( 02 1 ) 3449230 Faksimili : (02 1 ) 3442948 S itus : www.djkn .kemenkeu. go. id

Contoh . . . ",::;Jl_1
www.jdih.kemenkeu.go.id
M E NTERI KEUANGAN
REPU B L I K I N DON E S I A
-
31 -

Contoh 6. a
Format Lampiran Keputusan

LAMPI RAN
KEPUTUSAN MENTERl/ PIMPINAN LEMBAGA REPUB LIK
INDONESIA
Kop NOMOR
TENTANG
PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN BARANG MILIK
NEGARA (2)
. . . . .

S
DAFTAR BARANG MILIK NEGARA SELAIN TANAH DAN / ATAU BANGUNAN YANG DITETAPKAN STATU PENGGUNAANNYA PADA . . . . . ( 3 )

No. Kode B arang NUP Jenis BMN Merek/ Tipe . . . . . Jumlah . . . . . Tahun Nilai . . . . . (6) Keterangan
(4) (5) Perolehan

(1) (2J (3) f4J (5) (6) (7} (8) (9)

a.n. Menteri/ Pimpinan Lemb aga . . . . . ( 1 )


Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Utamaj
Sekretaris Kementerian,

(tanda tangan)
. . . . . (7)


www.jdih.kemenkeu.go.id
M ENTERI KEUANGAN
REPU B L I K INDONES IA

- 32 -

Petunjuk Pengi sian :

(1) Nama Kementerian/Lembaga.


(2) Judul Keputusan Menteri/Pimpinan Lembaga sebagaimana tercantum
dalam batang tubuh Keputusan.
(3) Kuasa Pengguna Barang yang memohonkan penetapan status Penggunaan
BMN.
(4) Diisi dengan merekjtipe atau spesifikasi BMN yang ditetapkan status
penggunaannya.
(5) Diisi dengan jumlah BMN yang ditetapkan status penggunaannya.
(6) Diisi dengan nilai buku/nilai wajar I nilai perolehan BMN sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan .
( 7) Jabatan dan nama lengkap pejabat yang berwenang menandatangani
Keputusan Menteri/Pimpinan Lembaga.

Contoh..... 1
/- i

www.jdih.kemenkeu.go.id
M E NTERI KEUAN GAN
R E P U B L I K I N DO N E S I A
- 33 -

Contoh 6 .b
Format Lampiran Surat Persetuj uan B M N Berupa Tanah dan / atau B angunan

Lampiran
Surat Menteri/P impi n a n Lembaga . . ... ( 1 )
Kop Nomor :
Tanggal:

DAFTAR BARANG M I LI K N EGARA B E R U PA TANAH DAN/ATAU BAN G U NAN YAN G D I S ETUJ U I U NT U K . . . . . (2) PADA . . . . (3)
.

No. Kode Barang NUP Jenis BMN Lokasi Nilai . . . . . (4) Kond isi
(2) (3) (4) (5) (6) (7)
(1)

a.n Menteri/P i m p i n a n Lembaga . . . ( 1 )


. .

Sekretaris J e nderai/Sekretaris Utama/


Sekretaris Kementerian

(tanda tang an)

N I P . . . . (5)
.

A
www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 34 -

Petunjuk Pengisian:

(1) Nama Kementerian/Lembaga.


(2) Judul lampiran diisi hal surat persetujuan, misal hibah, pemusnahan atau
penghapusan.
(3 ) Kuasa Pengguna Barang yang memohonkan persetujuan pengelolaan BMN.
(4) Dapat diisi dengan nilai buku/nilai wajarjnilai perolehan BMN sesuai
dengan maksud persetujuan BMN.
(5) Jabatan, nama lengkap, dan NIP pejabat yang berwenang menandatangani
surat persetujuan.

Contoh . .. . .

t�- J

www.jdih.kemenkeu.go.id
M E NTERI KEUAN GAN
REPU B L I K I N DO N E S I A
- 35 -

Contoh 6. c
Format Lampiran Surat Persetuj uan BMN Selain Tanah dan / atau Bangunan

Lampi ran
Surat Menteri/ P i m p inan Lembaga .. . . .
Nomor :
Tangg al:

M E NTERI/P I M P I NAN LEM BAGA . . . . (1 )


.

REP U B L I K I N DO N E S IA

DAFTAR BARANG M I LI K N EGARA S E LAI N TANAH DAN/ATAU BAN G U NAN YAN G D I S ETUJ U I U NTUK . . . . . (2) PADA . . . . . (3)

Merek!Tipe . . . . . Tah un
No. Kode Barang NUP Jenis BMN Nilai (5) N i l a i Li m it (6) Kondisi
(4) Perolehan
. . . . .

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


·-

a.n Menteri/Pimpinan Lem baga . . (1 ) . . .

Se kretaris Jenderai/Sekretaris Utama/


Sekretaris Kementerian

(tanda tang an)

NIP . . . . . (7)

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTER! KEUANGAN
REPUBL!K INDONESIA

- 36 -

Petunjuk Pengisian :

(1) Nama KementerianjLembaga .


(2) Judul lampiran diisi hal surat persetujuan, misal penggunaan sementara,
penjualan, hibah atau penghapusan .
(3) Kuasa Pengguna Barang yang memohonkan persetujuanjpenetapan
pengelolaan BMN .
(4) Dapat diisi dengan Merek/Tipe untuk BMN selain tanah dan/atau
bangunan atau Lokasi untuk BMN berupa tanah dan/atau bangunan .
(5) Dapat diisi dengan nilai bukujnilai wajarjnilai perolehan BMN sesua1
dengan maksud persetujuan BMN .
(6) Nilai limit dicantumkan apabila BMN yang dimohonkan akan dijual secara
lelang kepada Pengguna . Untuk penjualan selain lelang istilah "nilai limit"
dapat disesuaikan .
(7) Jabatan, nama lengkap, dan NIP pejabat yang berwenang menandatangani
surat persetujuan .

,. M E N TE l� I K E U A N G A N R E P U B LI K I N D O N E S I A ,

ttcl .

B A M B A N G P . S . B R O DJ O N E G O RO
S alinan s e s u ai dengan as linya
KEPA LA B I R O U M U I\1
� b .- · . .

l!�
KEPA LA BA G IAN T . t::J >KEMEN TERIAN

{6 y < v�.:-
-j
• ••

GIARTO\J - 1.1
'?'-

N I P 1 9 5 sfc)4 2 0 1 9 8 4 0 �21 �6 1
'
' I

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTER! KEUANGAN
REPUBUK INDONESIA
SALINAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 165 /PMK.06/2021
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN
NOMOR 111/PMK.06/2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN
PEMINDAHTANGANAN BARANG MILIK NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: bahwa untuk menyempurnakan ketentuan mengenai tata kelola


pemindahtanganan barang milik negara dan untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 74A Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara;

Mengingat 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4916);

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 2 -

3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang


Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5533) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 142,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6523);
4. Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2020 tentang
Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 98);
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1 l 1/PMK.06/2016
tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindahtanganan
Barang Milik Negara (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 1018);
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor l 18/PMK.01/2021
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
1031);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN
ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR
l 1 l/PMK.06/2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN
PEMINDAHTANGANAN BARANG MILIK NEGARA.

PasalI
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
l l l/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1018), diubah sebagai
berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 3 -

1. Ketentuan angka 11 Pasal 1 diubah dan di antara angka


11 dan angka 12 disisipkan 1 (satu) angka, yakni angka
l la sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1. Barang Milik Negara yang selanjutnya disingkat BMN
adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
be ban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
berasal dari perolehan lainnya yang sah.
2. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan
pedoman serta melakukan pengelolaan BMN.
3. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang
kewenangan Penggunaan BMN.
4. Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja
atau pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang
un tuk menggunakan barang yang berada dalam
penguasaannya dengan sebaik-baiknya.
5. Penilai adalah pihak yang melakukan penilaian
secara independen berdasarkan kompetensi yang
dimilikinya.
6. Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan
suatu opini nilai atas suatu objek penilaian berupa
BMN pada saat tertentu.
7. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan
BMN.
8. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan BMN
kepada pihak lain dengan menerima penggantian
dalam ben tuk uang.
9. Tukar Menukar adalah pengalihan kepemilikan BMN
yang dilakukan antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah, atau antara Pemerintah Pusat
dengan pihak lain, dengan menerima penggantian
utama dalam bentuk barang, paling sedikit dengan
nilai seimbang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 4 -

10. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari


Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah atau
dari Pemerintah Pusat kepada pihak lain tanpa
memperoleh penggan tian.
11. Penyertaan Modal Pemerintah Pusat adalah
pengalihan kepemilikan BMN yang semula
merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan
menjadi kekayaan negara yang dipisahkan untuk
diperhitungkan sebagai modal/ saham/ aset
neto / kekayaan bersih milik negara pada badan usaha
milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan
hukum lainnya yang dimiliki negara.
1 la. Penghapusan adalah tindakan menghapus BMN dari
daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari
pejabat yang berwenang untuk membebaskan
Pengelola Barang, Pengguna Barang, dan/ atau Kuasa
Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi
dan fisik atas barang yang berada dalam
penguasaannya.
12. Kementerian Negara yang selanjutnya disebut
Kementerian adalah perangkat Pemerintah yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
13. Lembaga adalah organisasi non Kementerian Negara
dan instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk
untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 atau peraturan perundang-undangan
lainnya.
14. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang
bertanggung jawab atas Penggunaan BMN pada
Kementerian/Lembaga yang bersangkutan.
15. Pihak Lain adalah pihak-pihak selain
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
16. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal di
lingkungan Kementerian Keuangan yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya meliputi pengelolaan
BMN.

www.jdih.kemenkeu.go.id
-5-

17. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal di


lingkungan Kementerian Keuangan yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya meliputi pengelolaan
BMN.
18. Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disingkat
BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan.
19. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya
disingkat BUMD adalah badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
Pemerintah Daerah melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan daerah yang
dipisahkan.

2. Ketentuan Pasal 5 ditambahkan 1 (satu) ayat, yakni ayat


(3) sehingga Pasal 5 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 5
(1) BMN dapat dipindahtangankan setelah dilakukan
penetapan status penggunaan.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), un tuk BMN yang tidak memerlukan
penetapan status penggunaan sesua1 dengan
ketentuan peraturan perundangan-undangan di
bidang pengelolaan BMN.
(3) Dalam hal BMN pada Pengguna Barang yang
diusulkan Pemindahtanganan BMN belum ditetapkan
status penggunaannya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pengelola Barang yang menenma
permohonan Pemindahtanganan BMN terlebih
dahulu menetapkan status Penggunaan BMN
terse but.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 6 -

3. Judul BAB II diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

BAB II
TUGAS DAN WEWENANG

4. Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 10
(1) Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang bertugas:
a. melakukan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian atas Pemindahtanganan BMN;
b. melakukan penatausahaan BMN yang dilakukan
Pemindahtanganan BMN; dan
c. melakukan tugas lainnya di bidang
Pemindahtanganan BMN sesua1 dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang
berwenang:
a. mengajukan usul Pemindahtanganan BMN yang
memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat;
b. memberikan pertimbangan dan meneruskan usul
Pemindahtanganan BMN yang tidak memerlukan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat kepada
Presiden;
c. memberikan keputusan atas usul
Pemindahtanganan BMN yang berada pada
Pengelola Barang yang tidak memerlukan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat/Presiden;
d. memberikan persetujuan atas usul
Pemindahtanganan BMN yang berada pada
Pengguna Barang yang tidak memerlukan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat/Presiden;
e. menetapkan Pemindahtanganan BMN yang berada
pada Pengelola Barang;

www.jdih.kemenkeu.go.id
-7-

f. menandatangani perjanjian Pemindahtanganan


BMN antara lain akta jual beli, perjanjian Tukar
Menukar, dan naskah Hibah yang berada pada
Pengelola Barang;
g. mengenakan sanksi yang timbul dalam
Pemindahtanganan BMN yang berada pada
Pengelola Barang;
h. melakukan peny1mpanan dan pemeliharaan
dokumen Pemindahtanganan BMN berupa tanah
dan/ atau bangunan;
1. menetapkan Pihak Lain yang dapat menenma
Hibah; dan
J. melakukan kewenangan lainnya di bidang
Pemindahtanganan BMN sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Tugas Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh:
a. Direktur Jenderal; dan
b. pejabat struktural di lingkungan Direktorat
Jenderal.
(4) Kewenangan Menteri Keuangan selaku Pengelola
Barang sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilimpahkan kepada:
a. Direktur Jenderal dalam bentuk subdelegasi; dan
b. pejabat struktural di lingkungan Direktorat
Jenderal dalam bentuk mandat.
(5) Kewenangan subdelegasi pada Direktur Jenderal
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a
dilimpahkan dalam bentuk mandat kepada pejabat
struktural di lingkungan Direktorat Jenderal.
(6) Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dan ayat (5) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan
dalam bentuk mandat kepada pejabat struktural di
lingkungan Kementerian Keuangan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 8 -

5. Ketentuan ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) Pasal 11 diubah
sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 11
(1) Pengelola Barang dapat melimpahkan tugas dan
wewenang untuk memberikan persetujuan atas usul
Pemindah tanganan BMN kepada Pengguna Barang.
(2) Pelimpahan tugas dan wewenang se bagaimana
dimaksud pada ayat ( 1) dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai pelimpahan tugas dan wewenang
tertentu dari Pengelola Barang kepada Pengguna
Barang.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), untuk persetujuan atas usul
Pemindahtanganan BMN berupa Penjualan dan
Hibah BMN yang rnemerlukan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat/Presiden.
(4) Pelaksanaan tugas dan wewenang Pengelola Barang
yang telah dilimpahkan kepada Pengguna Barang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan mengacu pada ketentuan Peraturan Menteri
Inl.

6. Ketentuan Pasal 12 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 12
(1) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Barang
bertugas:
a. melakukan Pemindahtanganan BMN, setelah
mendapat persetujuan dari Pengelola Barang;
b. melakukan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian atas pelaksanaan
Pemindahtanganan BMN yang berada dalam
penguasaannya;

www.jdih.kemenkeu.go.id
-9 -

c. melakukan penatausahaan BMN yang


dipindahtangankan yang berada dalam
penguasaannya;
d. melakukan peny1mpanan dan pemeliharaan
dokumen Pemindahtanganan BMN yang berada
dalam penguasaannya; clan
e. melakukan tugas lainnya di bidang
Pemindahtanganan BMN sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Barang
berwenang:
a. mengajukan usul Pemindahtanganan BMN yang
berada dalam penguasaannya kepada Pengelola
Barang;
b. menandatangani perJanJ1an Pemindahtanganan
BMN yang berada pada Pengguna Barang, setelah
mendapat persetujuan dari Pengelola Barang;
c. mengenakan sanksi yang timbul dalam
Pemindahtanganan BMN yang berada dalam
penguasaannya;
d. menetapkan peraturan dan kebijakan teknis
pelaksanaan Pemindahtanganan BMN yang
berada di dalam penguasaannya, sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pengelolaan BMN; dan
e. melakukan kewenangan lainnya di bidang
Pemindahtanganan BMN sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna
Barang dapat melimpahkan tugas dan wewenang
Pengguna Barang se bagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) kepada pejabat di lingkungannya.
(4) Ketentuan mengenai penunjukan pejabat dan teknis
pelaksanaan tugas dan wewenang se bagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Barang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 10 -

7. Ketentuan ayat (2) Pasal 14 diubah sehingga Pasal 14


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 14
(1) Penjualan BMN dilakukan secara lelang, kecuali
dalam hal tertentu.
(2) Hal tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. BMN yang bersifat khusus, yaitu:
1. tanah dan bangunan rumah negara golongan
III atau bangunan rumah negara golongan III
yang dijual kepada penghuninya yang sah
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2. kendaraan perorangan dinas yang dijual
kepada pejabat negara, mantan pejabat
negara, pegawa1 aparatur sipil negara,
anggota Tentara Nasional Indonesia, atau
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
atau perorangan lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang Penjualan BMN berupa kendaraan
perorangan dinas; atau
3. BMN lainnya yang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan dapat
dilakukan Penjualan tanpa melalui lelang;
b. BMN berupa tanah dan/ atau bangunan yang
diperuntukkan bagi kepentingan umum;
c. BMN berupa tanah yang merupakan tanah
kavling yang menurut perencanaan awal
pengadaannya digunakan untuk pembangunan
perumahan pegawai negen sebagaimana
tercantum dalam dokumen penganggaran, antara
lain Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-KL), Kerangka
Acuan Kerja, Petunjuk Operasional Kegiatan, atau
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), yang
diperuntukkan bagi pegawai negeri;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 11 -

d. BMN berupa selain tanah dan/atau bangunan


yang jika dijual secara lelang dapat merusak tata
niaga berdasarkan pertimbangan dari instansi
yang berwenang;
e. BMN berupa bangunan yang berdiri di atas tanah
Pihak Lain atau Pemerintah Daerah/Desa yang
dijual kepada Pihak Lain atau Pemerintah
Daerah/Desa pemilik tanah tersebut; atau
f. BMN lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh
Pengelola Barang.

8. Ketentuan ayat (1) dan ayat (3) Pasal 15 diubah sehingga


Pasal 15 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 15
(1) Dalam rangka Penjualan BMN dilakukan Penilaian
untuk mendapatkan nilai wajar atau nilai taksiran.
(2) Dikecualikan dari ketentuan melakukan Penilaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi Penjualan
BMN berupa tanah yang diperlukan untuk
pembangunan rumah susun sederhana.
(3) Nilai jual BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan
perhitungan yang ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pekerjaan umum.

9. Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 16
( 1) Penilaian se bagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1):
a. untuk tanah dan/ atau bangunan, dilakukan oleh:
1. Penilai Pemerintah; atau
2. Penilai Publik yang ditetapkan oleh Pengelola
Barang;
b. untuk selain tanah dan/ atau bangunan:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 12 -

1. yang berada pada Pengelola Barang,


dilakukan oleh Penilai Pemerintah;
2. yang berada pada Pengguna Barang,
dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh
Pengguna Barang, atau menggunakan Penilai
Pemerintah atau Penilai Publik yang
ditetapkan oleh Pengguna Barang.
(2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan untuk mendapatkan:
a. nilai wajar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, untuk Penilaian yang
dilakukan oleh Penilai Pemerintah atau Penilai
Publik; atau
b. nilai taksiran, untuk Penilaian yang dilakukan
oleh tim yang ditetapkan oleh Pengguna Barang.
(3) Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) merupakan batasan terendah yang disampaikan
kepada Pengelola Barang/ Pengguna Barang.
(4) Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
selanjutnya diperhitungkan dengan faktor
penyesuman untuk menjadi dasar penetapan nilai
limit oleh Pengelola Barang/Pengguna Barang.
(5) Tata cara pelaksanaan Penilaian mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang Penilaian.

10. Ketentuan ayat (2) Pasal 18 diubah sehingga Pasal 18


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 18
(1) BMN berupa tanah atau BMN berupa tanah dan
ban gun an yang berada pad a Pengelola
Barang/ Pengguna Barang yang tidak laku terjual
pada lelang pertama, dapat dilakukan lelang ulang
sebanyak 1 (satu) kali.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 13 -

(2) Pada pelaksanaan lelang ulang sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) yang dilakukan lebih dari 6
(enam) bulan sejak tanggal keputusan/ surat
persetujuan, terlebih dahulu dilakukan Penilaian
ulang.
(3) Dalam hal setelah pelaksanaan lelang ulang, BMN
berupa tanah atau BMN berupa tanah dan bangunan
yang berada pada Pengelola Barang/ Pengguna
Barang tetap tidak laku terjual, Pengelola Barang
dapat melakukan alternatif bentuk lain pengelolaan
BMN, baik BMN yang berada pada Pengelola Barang
maupun BMN yang berada pada Pengguna Barang.

11. Ketentuan ayat (2) Pasal 19 diubah sehingga Pasal 19


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 19
(1) BMN selain tanah dan/atau bangunan yang berada
pada Pengelola Barang/ Pengguna Barang yang tidak
laku terjual pada lelang pertama, dapat dilakukan
lelang ulang sebanyak 1 (satu) kali.
(2) Pada pelaksanaan lelang ulang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang dilakukan lebih dari
6 (enam) bulan sejak tanggal keputusan/ surat
persetujuan, terlebih dahulu dilakukan Penilaian
ulang.
(3) Dalam hal setelah pelaksanaan lelang ulang, BMN
selain tanah dan/ atau bangunan yang berada pada
Pengelola Barang/ Pengguna Barang tetap tidak laku
terjual:
a. Pengelola Barang dapat melakukan alternatif
bentuk lain pengelolaan BMN, untuk BMN yang
berada pada Pengelola Barang; atau
b. Pengelola Barang dapat menyetujui alternatif
bentuk lain pengelolaan BMN berdasarkan usulan
Pengguna Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengguna Barang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 14 -

12. Ketentuan huruf a angka 1 dan angka 2 Pasal 24 diubah


sehingga Pasal 24 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 24
Penjualan BMN berupa tanah kavling yang menurut
perencanaan awal pengadaannya digunakan untuk
pembangunan perumahan pegawai negen dilakukan
dengan persyaratan:
a. pengajuan permohonan Penjualan disertai dengan:
1. bukti perencanaan awal antara lain Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL),
Kerangka Acuan Kerja, Petunjuk Operasional
Kegiatan, atau Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA), yang menyatakan bahwa tanah tersebut
akan digunakan untuk pembangunan perumahan
pegawai negen;
2. rekomendasi dari hasil rev1u aparat pengawasan
in tern pemerin tah; dan
3. surat pernyataan yang memuat kebenaran formil
dan materiil atas BMN yang diusulkan untuk
dijual.
b. Penjualan dilaksanakan kepada masing-masing
pegawai negeri yang ditetapkan oleh Pengguna Barang;
c. pembayaran hasil Penjualan dilaksanakan secara
tunai yang seluruhnya disetor ke kas negara;
d. nilai jual tanah kavling didasarkan pada nilai wajar;
e. luas tanah kavling ditetapkan oleh Pengguna Barang
dengan mengikuti luas tanah sesuai ketentuan
peraturan rumah negara;
f. Penjualan dilaksanakan kepada pegawai negen yang
belum pernah membeli tanah kavling atau rumah
negara;
g. Penjualan dilaksanakan secara langsung antara
Pengguna Barang dengan pegawai negeri calon pembeli
di hadapan pejabat pembuat akta tanah; dan
h. segala biaya yang timbul akibat Penjualan tanah
kavling dibebankan kepada pegawai negeri calon
pembeli.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 15 -

13. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 26 diubah sehingga
Pasal 26 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 26
(1) Selain berdasarkan hasil kajian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25, terhadap Penjualan BMN
berupa kendaraan bermotor dinas operasional, harus
memenuhi persyaratan usia kendaraan yaitu paling
singkat 7 (tujuh) tahun:
a. terhitung mulai tanggal, bulan, dan tahun
perolehannya sesum dokumen kepemilikan,
untuk perolehan dalam kondisi baru; atau
b. terhitung mulai tanggal, bulan, dan tahun
pembuatannya sesuai dokumen kepemilikan,
untuk perolehan tidak dalam kondisi baru.

(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), Penjualan BMN berupa kendaraan
bermotor dapat dilakukan dalam hal kendaraan
bermotor tersebut rusak berat dengan kondisi fisik
paling tinggi 30% (tiga puluh persen) berdasarkan
surat keterangan tertulis dari instansi yang
berwenang.

14. Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 28
Penjualan BMN berupa tanah dan/ atau bangunan yang
berada pada Pengelola Barang se bagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 huruf a dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Pengelola Barang membuat perencanaan Penjualan
yang meliputi tetapi tidak terbatas pada lokasi,
pelaksanaan Penjualan, dan pertimbangan dari aspek
teknis, ekonomis, dan yuridis;
b. Pengelola Barang melakukan:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 16 -

1. penelitian data administratif, yaitu:


a) data tanah, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pacla status dan bukti
kepemilikan, lokasi, luas, nilai perolehan
dan/ atau nilai buku;
b) data bangunan, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Iclentitas Barang (KIB) meliputi tetapi
ticlak terbatas pada luas, jumlah lantai, lokasi,
tanggal perolehan, dan nilai perolehan
dan/ atau nilai buku, serta dokumen
pendukung seperti Izin Menclirikan Bangunan
(IMB) atau Persetujuan Bangunan Gedung
(PBG); dan
2. penelitian fisik, dengan cara mencocokkan fisik
tanah clan/ atau bangunan yang akan dijual
dengan data administratif,
yang clituangkan clalam berita acara penelitian;
c. berita acara penelitian sebagaimana climaksucl pada
huruf b paling seclikit memuat hasil penelitian data
administratif, hasil penelitian fisik, dan rekomendasi
mekanisme pelaksanaan Penjualan;
d. Pengelola Barang mengajukan permohonan kepada
Penilai untuk melakukan Penilaian BMN berupa tanah
clan/ atau bangunan yang akan dijual;
e. hasil Penilaian sebagaimana dimaksucl pada huruf d
diajukan sebagai clasar penetapan nilai limit Penjualan
BMN;
f. dalam hal Penjualan memerlukan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat, Pengelola Barang terlebih dahulu
mengajukan permohonan persetujuan Penjualan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat;
g. dalam hal Penjualan tidak memerlukan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat tetapi BMN yang menjadi
objek Penjualan memiliki nilai lebih clari
Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah),
Pengelola Barang mengajukan permohonan
persetujuan Penjualan kepada Presiden;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 17 -

h. berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud pada


huruf b dan/ atau persetujuan dari Dewan Perwakilan
Rakyat sebagaimana dimaksud pada huruf f atau
Presiden sebagaimana dimaksud pada huruf g,
Pengelola Barang menetapkan keputusan Penjualan,
yang paling sedikit memuat data BMN berupa tanah
dan/ atau bangunan yang akan dijual, nilai wajar BMN
berupa tanah dan/atau bangunan, dan nilai limit
Penjualan dari BMN bersangkutan;
1. dalam hal keputusan sebagaimana dimaksud pada
huruf h menetapkan Penjualan BMN berupa tanah
dan/ atau bangunan dilakukan secara lelang, Pengelola
Barang menyampaikan permohonan Penjualan BMN
dengan cara lelang kepada instansi pemerin tah yang
lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pelayanan lelang;
J. dalam hal permohonan Penjualan BMN dengan cara
lelang diajukan lebih dari 6 (enam) bulan sejak tanggal
keputusan Penjualan, dilakukan Penilaian ulang;
k. dalam hal hasil Penilaian ulang se bagaimana
dimaksud pad a h uruf j menghasilkan nilai yang
berbeda dengan nilai sebelumnya, Pengelola Barang
menetapkan perubahan nilai limit yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari keputusan Pengelola
Barang yang telah ditetapkan sebelumnya;
1. dalam hal BMN berupa tanah dan/atau bangunan
tidak laku terjual pada lelang pertama, dilakukan
lelang ulang se banyak 1 (satu) kali;
m. pada pelaksanaan lelang ulang sebagaimana dimaksud
pada huruf 1 yang dilakukan lebih dari 6 (enam) bulan
sejak tanggal keputusan Penjualan, dilakukan
Penilaian ulang;
n. dalam hal hasil Penilaian ulang sebagaimana
dimaksud pada huruf m menghasilkan nilai yang
berbeda dengan nilai sebelumnya:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 18 -

1. Pengelola Barang menetapkan perubahan nilai


limit yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari keputusan Pengelola Barang yang telah
ditetapkan sebelumnya; dan
2. Pengelola Barang menyampaikan permohonan
Penjualan BMN dengan cara lelang kepada instansi
pemerin tah yang lingku p tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pelayanan lelang;
o. dalam hal keputusan sebagaimana dimaksud pada
huruf h menetapkan Penjualan BMN berupa tanah
dan/ atau bangunan dilakukan tan pa melalui lelang,
Pengelola Barang melakukan Penjualan BMN secara
langsung kepada calon pembeli berdasarkan
keputusan tersebut;
p. serah terima barang dilaksanakan:
1. berdasarkan Risalah Lelang, dalam hal Penjualan
BMN dilakukan secara lelang; atau
2. berdasarkan akta jual beli notaris/pejabat
pembuat akta tanah, dalam hal Penjualan BMN
dilakukan tanpa melalui lelang;
q. serah terima barang sebagaimana dimaksud pada
huruf p dituangkan dalam berita acara serah terima;
dan
r. setelah serah terima sebagaimana dimaksud pada
huruf q, Pengelola Barang melakukan Penghapusan
BMN tersebut dari Daftar Barang Pengelola dengan
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang Penghapusan BMN.

15. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 30
Penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan yang
berada pada Pengelola Barang se bagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 huruf a dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 19 -

a. Pengelola Barang membuat perencanaan Penjualan


yang meliputi tetapi tidak terbatas pada lokasi,
pelaksanaan Penjualan, dan pertimbangan dari aspek
teknis, ekonomis, dan yuridis;
b. Pengelola Barang melakukan:
1. penelitian data administratif, meliputi tetapi tidak
terbatas pada tahun perolehan,
spesifikasi/identitas teknis, bukti kepemilikan,
dan nilai perolehan dan/ atau nilai buku;
2. penelitian fisik, dengan cara mencocokkan fisik
BMN yang akan dijual dengan data administratif,
yang dituangkan dalam berita acara penelitian;
c. berita acara penelitian sebagaimana dimaksud pada
huruf b paling sedikit memuat hasil penelitian data
administratif, hasil penelitian fisik, dan rekomendasi
mekanisme pelaksanaan Penjualan;
d. Pengelola Barang mengajukan permohonan kepada
Penilai untuk melakukan Penilaian atas BMN selain
tanah dan/atau bangunan yang akan dijual;
e. hasil Penilaian sebagaimana dimaksud pada huruf d
diajukan sebagai dasar penetapan nilai limit Penjualan
BMN;
f. dalam hal BMN yang menjadi objek Penjualan memiliki
nilai lebih dari Rpl00.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan
permohonan persetujuan Penjualan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat;
g. dalam hal BMN yang menjadi objek Penjualan memiliki
nilai lebih dari Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) sampai dengan Rpl00.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah), Pengelola Barang terlebih
dahulu mengajukan permohonan persetujuan
Penjualan kepada Presiden;
h. berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud pada
huruf b dan/ atau persetujuan dari Dewan Perwakilan
Rakyat sebagaimana dimaksud pada huruf f atau
Presiden sebagaimana dimaksud pada huruf g,
Pengelola Barang menetapkan keputusan Penjualan,

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 20 -

yang paling sedikit memuat data BMN selain tanah


dan/ atau bangunan yang akan dijual, nilai BMN selain
tanah dan/ atau bangunan, dan nilai limit Penjualan
dari BMN bersangkutan;
1. dalam hal keputusan sebagaimana dimaksud pada
huruf h menetapkan Penjualan BMN selain tanah
dan/ atau bangunan dilakukan secara lelang, Pengelola
Barang menyampaikan permohonan Penjualan BMN
dengan cara lelang kepada instansi pemerintah yang
lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pelayanan lelang;
J. apabila permohonan Penjualan BMN dengan cara
lelang diajukan lebih dari 6 (enam) bulan sejak tanggal
keputusan Penjualan, dilakukan Penilaian ulang;
k. dalam hal hasil Penilaian ulang se bagaimana
dimaksud pada huruf j menghasilkan nilai yang
berbeda dengan nilai sebelumnya, Pengelola Barang
menetapkan perubahan nilai limit yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari keputusan Pengelola
Barang yang telah ditetapkan sebelumnya;
1. dalam hal BMN selain tanah dan/ atau bangunan tidak
laku terjual pada lelang pertama, dilakukan lelang
ulang sebanyak 1 (satu) kali;
m. pada pelaksanaan lelang ulang sebagaimana dimaksud
pada huruf 1 yang dilakukan lebih dari 6 (enam) bulan
sejak tanggal keputusan Penjualan, dilakukan
Penilaian ulang;
n. dalam hal hasil Penilaian ulang sebagaimana
dimaksud pada huruf m menghasilkan nilai yang
berbeda dengan nilai sebelumnya:
1. Pengelola Barang menetapkan perubahan nilai
limit yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari keputusan Pengelola Barang yang telah
ditetapkan sebelumnya; dan
2. Pengelola Barang menyampaikan permohonan
Penjualan BMN dengan cara lelang kepada instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pelayanan lelang;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 21 -

o. dalam hal keputusan sebagaimana dimaksud pada


huruf h menetapkan Penjualan BMN selain tanah
dan/ atau bangunan dilakukan tan pa melalui lelang,
Pengelola Barang melakukan Penjualan BMN secara
langsung kepada calon pembeli berdasarkan
keputusan tersebut;
p. serah terima barang dilaksanakan:
1. berdasarkan Risalah Lelang, dalam hal Penjualan
BMN dilakukan secara lelang; atau
2. berdasarkan perjanjian jual beli, dalam hal
Penjualan BMN dilakukan tanpa melalui lelang;
q. serah terima barang sebagaimana dimaksud pada
huruf p dituangkan dalam berita acara serah terima;
dan
r. setelah serah terima se bagaimana dimaksud pada
huruf q, Pengelola Barang melakukan Penghapusan
BMN tersebut dari Daftar Barang Pengelola dengan
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang Penghapusan BMN.

16. Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 32
Penjualan BMN berupa tanah dan/ atau bangunan yang
berada pada Pengguna Barang dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Pengguna Barang melakukan persiapan permohonan
Penjualan, meliputi:
1. melakukan penelitian data administratif, yaitu:
a) data tanah, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada status dan bukti
kepemilikan, lokasi, luas, nilai perolehan
dan/ atau nilai buku;
b) data bangunan, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada luas, jumlah lantai, lokasi,

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 22 -

tanggal perolehan, dan nilai perolehan


dan/ atau nilai buku, serta dokumen
pendukung seperti Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) atau Persetujuan Bangunan Gedung
(PBG); dan
2. melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan
kesesuaian fisik tanah dan/ atau bangunan yang
akan dijual dengan data administratif,
yang dituangkan dalam berita acara penelitian;
b. dalam hal diperlukan, Pengguna Barang dapat
melibatkan instansi teknis yang kompeten untuk
melakukan persiapan permohonan Penjualan
sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c. berdasarkan berita acara penelitian sebagaimana
dimaksud pada huruf a, Pengguna Barang
mengajukan permohonan Penjualan BMN kepada
Pengelola Barang yang memuat penjelasan dan
pertimbangan Penjualan BMN, dengan disertai:
1. data administratif;
2. berita acara penelitian fisik;
3. hasil Penilaian, dalam hal telah dilakukan
Penilaian; dan
4. surat pernyataan tanggung jawab atas kebenaran
formil data dan dokumen sebagaimana dimaksud
pada angka 1 dan angka 2 serta materiil objek yang
diusulkan;
d. Pengelola Barang melakukan penelitian atas
permohonan Penjualan BMN, dengan tahapan:
1. melakukan penelitian atas pertimbangan
permohonan Penjualan BMN sebagaimana
dimaksud dalam Pas al 13;
2. melakukan penelitian data administratif;
3. melakukan penelitian terhadap pemenuhan
persyaratan Penjualan BMN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 23 -

4. melakukan penelitian terhadap dokumen hasil


Penilaian, termasuk mengajukan permohonan
kepada Penilai untuk melakukan Penilaian atas
BMN berupa tanah dan/atau bangunan, dalam hal
permohonan Penjualan BMN tidak disertai hasil
Penilaian; clan
5. melakukan penelitian fisik BMN yang
direncanakan dilakukan Penjualan dengan
mencocokkan data administratif yang ada, dalam
hal diperlukan;
e. berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud pada
huruf d, Pengelola Barang menyetujui atau menolak
permohonan Penjualan;
f. dalam hal Penjualan memerlukan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat, Pengelola Barang terlebih dahulu
mengajukan permohonan persetujuan Penjualan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat;
g. dalam hal Penjualan tidak memerlukan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat tetapi BMN yang menjadi
objek Penjualan memiliki nilai lebih dari
Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah),
Pengelola Barang mengajukan permohonan
persetujuan Penjualan kepada Presiden;
h. dalam hal permohonan Penjualan BMN tidak disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat/Presiden, Pengelola
Barang menyampaikan secara tertulis kepada
Pengguna Barang disertai dengan alasannya;
1. dalam hal permohonan Penjualan BMN disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud
pada huruf f atau Presiden sebagaimana dimaksud
pada huruf g, Pengelola Barang menerbitkan surat
persetujuan Penjualan BMN kepada Pengguna Barang,
yang paling sedikit memuat:
1. data objek Penjualan, meliputi tetapi tidak terbatas
pada data BMN berupa tanah dan/ atau bangunan
yang akan dijual, nilai BMN berupa tanah
dan/ atau bangunan, dan nilai limit Penjualan dari
BMN bersangkutan; dan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 24 -

2. kewajiban Pengguna Barang untuk melaporkan


pelaksanaan Penjualan BMN kepada Pengelola
Barang;
J. dalam hal surat persetujuan sebagaimana dimaksud
pada huruf i menetapkan Penjualan BMN berupa
tanah dan/ atau bangunan dilakukan secara lelang,
Pengguna Barang menyampaikan permohonan
Penjualan BMN dengan cara lelang kepada instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pelayanan lelang;
k. apabila permohonan Penjualan BMN dengan cara
lelang diajukan lebih dari 6 (enam) bulan sejak tanggal
persetujuan Penjualan, dilakukan Penilaian ulang;
1. dalam hal hasil Penilaian ulang se bagaimana
dimaksud pada huruf k menghasilkan nilai yang
berbeda dengan nilai sebelumnya, Pengelola Barang
menerbitkan surat perubahan nilai limit yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari surat
persetujuan Pengelola Barang yang telah diterbitkan
sebelumnya;
m. dalam hal BMN berupa tanah dan/atau bangunan
tidak laku terjual pada lelang pertama, dilakukan
lelang ulang sebanyak 1 (satu) kali;
n. pada pelaksanaan lelang ulang se bagaimana dimaksud
pada huruf m yang dilakukan lebih dari 6 (enam) bulan
sejak tanggal surat persetujuan, dilakukan Penilaian
ulang;
o. dalam hal hasil Penilaian ulang se bagaimana
dimaksud pada huruf n menghasilkan nilai yang
berbeda dengan nilai se belumnya:
1. Pengelola Barang menerbitkan surat perubahan
nilai limit yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari surat persetujuan Pengelola
Barang yang telah diterbitkan sebelumnya; dan
2. Pengguna Barang menyampaikan permohonan
Penjualan BMN dengan cara lelang kepada instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pelayanan lelang;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 25 -

p. dalam hal surat persetujuan sebagaimana dimaksud


pada huruf i menetapkan Penjualan BMN berupa
tanah dan/ atau bangunan dilakukan tan pa melalui
lelang, Pengguna Barang melakukan Penjualan BMN
secara langsung kepada calon pembeli berdasarkan
surat persetujuan tersebut;
q. serah terima barang dilaksanakan:
1. berdasarkan Risalah Lelang, dalam hal Penjualan
dilakukan secara lelang; atau
2. berdasarkan akta jual beli notaris/pejabat
pembuat akta tanah, dalam hal Penjualan
dilakukan tanpa melalui lelang;
r. serah terima barang se bagaimana dimaksud pada
huruf q dituangkan dalam berita acara serah terima;
dan
s. setelah serah terima se bagaimana dimaksud pada
huruf r, Pengguna Barang melakukan Penghapusan
BMN tersebut dari Daftar Barang Pengguna dengan
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang Penghapusan BMN.

17. Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 33
Penjualan BMN selain tanah dan/ a tau bangunan yang
berada pada Pengguna Barang dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Pengguna Barang melakukan persiapan permohonan
Penjualan, meliputi:
1. melakukan penelitian data administratif, meliputi
tetapi tidak terbatas pada tahun perolehan,
identitas barang, keputusan penetapan status
penggunaan, dan nilai perolehan dan/ atau nilai
buku;dan
r
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 26 -

2. melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan


kesesuaian fisik BMN yang akan dijual dengan data
administratif,
yang dituangkan dalam berita acara penelitian;
b. Pengguna Barang dapat melakukan Penilaian BMN
dengan:
1. membentuk tim internal yang dapat melibatkan
instansi teknis yang kompeten; atau
2. menggunakan Penilai;
c. hasil Penilaian sebagaimana dimaksud pada huruf b,
diajukan sebagai dasar penetapan nilai limit Penjualan
BMN;
d. Pengguna Barang mengajukan permohonan Penjualan
BMN kepada Pengelola Barang yang memuat
penjelasan dan pertimbangan Penjualan BMN dengan
disertai:
1. data administratif;
2. berita acara penelitian fisik;
3. nilai limit Penjualan, dalam hal dilakukan
Penilaian; dan
4. surat pernyataan tanggung jawab atas kebenaran
formil data dan dokumen sebagaimana dimaksud
pada angka 1 dan angka 2 serta materiil objek yang
diusulkan;
e. Pengelola Barang melakukan penelitian atas
permohonan Penjualan BMN, dengan tahapan:
1. melakukan penelitian atas pertimbangan
permohonan Penjualan BMN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13;
2. melakukan penelitian data administratif;
3. melakukan penelitian terhadap pemenuhan
persyaratan Penjualan BMN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25;
4. melakukan penelitian terhadap dokumen hasil
Penilaian, termasuk mengajukan permohonan
kepada Penilai untuk melakukan Penilaian atas
BMN berupa selain tanah dan/ atau bangunan,

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 27 -

dalam hal permohonan Penjualan BMN tidak


disertai hasil Penilaian; dan
5. melakukan penelitian fisik BMN yang
direncanakan dilakukan Penjualan dengan
mencocokkan data administratif yang ada, dalam
hal diperlukan;
f. berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud pada
huruf e, Pengelola Barang menyetujui atau menolak
permohonan Penjualan;
g. dalam hal BMN yang menjadi objek Penjualan memiliki
nilai lebih dari Rpl00.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan
permohonan persetujuan Penjualan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat;
h. dalam hal BMN yang menjadi objek Penjualan memiliki
nilai lebih dari Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) sampai dengan Rpl00.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah), Pengelola Barang terlebih
dahulu mengajukan permohonan persetujuan
Penjualan kepada Presiden;
1. dalam hal permohonan Penjualan BMN tidak disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat/Presiden, Pengelola
Barang menyampaikan secara tertulis kepada
Pengguna Barang disertai dengan alasannya;
J. dalam hal permohonan Penjualan BMN disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud
pada huruf g atau Presiden sebagaimana dirnaksud
pada huruf h, Pengelola Barang menerbitkan surat
persetujuan Penjualan BMN kepada Pengguna Barang,
yang paling sedikit memuat:
1. data objek Penjualan, meliputi tetapi tidak terbatas
pada tahun perolehan, identitas barang, jenis,
jumlah, nilai BMN, dan nilai limit Penjualan; dan
2. kewajiban Pengguna Barang untuk melaporkan
pelaksanaan Penjualan BMN kepada Pengelola
Barang;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 28 -

k. dalam hal surat persetujuan sebagaimana dimaksud


pada huruf j menetapkan Penjualan BMN selain tanah
dan/ atau bangunan dilakukan secara lelang,
Pengguna Barang menyampaikan permohonan
Penjualan BMN dengan cara lelang kepada instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pelayanan lelang;
1. apabila permohonan Penjualan BMN dengan cara
lelang diajukan lebih dari 6 (enam) bulan sejak tanggal
persetujuan Penjualan, dilakukan Penilaian ulang;
m. dalam hal hasil Penilaian ulang se bagaimana
dimaksud pada h uruf 1 menghasilkan nilai yang
berbeda dengan nilai sebelumnya, Pengelola Barang
menerbitkan surat perubahan nilai limit yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari surat
persetujuan Pengelola Barang yang telah diterbitkan
sebelumnya;
n. dalam hal BMN selain tanah dan/atau bangunan tidak
laku terjual pada lelang pertama, dilakukan lelang
ulang se banyak 1 (satu) kali;
o. pada pelaksanaan lelang ulang sebagaimana dimaksud
pada huruf n yang dilakukan lebih dari 6 (enam) bulan
sejak tanggal surat persetujuan, dilakukan Penilaian
ulang;
p. dalam hal hasil Penilaian ulang se bagaimana
dimaksud pada huruf o menghasilkan nilai yang
berbeda dengan nilai sebelumnya:
1. Pengelola Barang menerbitkan surat perubahan
nilai limit yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari surat persetujuan Pengelola
Barang yang telah diterbitkan sebelumnya; dan
2. Pengguna Barang menyampaikan permohonan
Penjualan BMN dengan cara lelang kepada instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pelayanan lelang;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 29 -

q. dalam hal surat persetujuan sebagaimana dimaksud


pada huruf j menetapkan Penjualan BMN selain tanah
dan/ atau bangunan dilakukan tan pa melalui lelang,
Pengguna Barang melakukan Penjualan BMN secara
langsung kepada calon pembeli berdasarkan surat
persetujuan tersebut;
r. serah terima barang dilaksanakan:
1. berdasarkan Risalah Lelang, dalam hal Penjualan
dilakukan secara lelang; atau
2. berdasarkan perjanjian jual beli, dalam hal
Penjualan dilakukan tanpa melalui lelang;
s. serah terima barang sebagaimana dimaksud pada
huruf r dituangkan dalam berita acara serah terima;
dan
t. terhadap Penghapusan BMN dari Daftar Barang
Pengguna:
1. dalam hal terdapat Penghapusan BMN dari Daftar
Barang Pengguna, Pengguna Barang melakukan
Penghapusan BMN tersebut dari Daftar Barang
Pengguna dengan berpedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang
Penghapusan BMN; a tau
2. dalam hal tidak terdapat Penghapusan BMN dari
Daftar Barang Pengguna, Pengguna Barang
menyampaikan lapo ran pelaksanaan
Pemindahtanganan BMN kepada Pengelola
Barang.

18. Ketentuan Pasal 34 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 34
(1) Penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan
berupa bongkaran bangunan yang berasal dari:
a. BMN berupa bangunan yang berdiri di atas tanah
Pihak Lain atau Pemerintah Daerah/Desa dan
Pihak Lain atau Pemerintah Daerah/Desa
tersebut akan menggunakan tanah tersebut;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 30 -

b. BMN berupa bangunan dalam kondisi rusak berat


clan/ atau membahayakan lingkungan sekitar;
c. BMN berupa bangunan yang berdiri di atas tanah
yang menjadi objek pemanfaatan dalam bentuk
Kerja Sama Pemanfaatan, Bangun Guna
Serah/Bangun Serah Guna, Kerja Sama
Penyediaan Infrastruktur;
d. BMN berupa bangunan karena anggaran untuk
bangunan penggan ti sudah disediakan dalam
dokumen penganggaran;
e. BMN berupa bangunan yang dihapuskan karena
terkena program strategis nasional atau terkena
pembangunan untuk kepentingan umum; atau
f. BMN berupa sebagian bangunan:
1. yang melekat pada bangunan milik Pihak Lain
atau Pemerintah Daerah/Desa; dan
2. Pihak Lain atau Pemerintah Daerah/Desa
tersebut akan menggunakan bangunan
miliknya tersebut,
dilakukan sesuai tahapan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 33.
(2) Penjualan BMN selain tanah dan/ atau bangunan
berupa bongkaran bangunan dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. permohonan persetujuan Penjualan BMN
diajukan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola
Barang dalam satu kesatuan dengan persetujuan
Penghapusan BMN;
b. permohonan persetujuan Pengelola Barang atas
permohonan Penjualan menjadi satu kesatuan
dengan persetujuan Penghapusan bangunan; dan
c. Pengguna Barang melakukan Penghapusan BMN
tersebut dari Daftar Barang Pengguna dengan
berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang Penghapusan
BMN.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 31 -

19. Ketentuan ayat (2) dan ayat (3) Pasal 39 diubah sehingga
Pasal 39 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 39
(1) Nilai barang pengganti atas Tukar Menukar paling
sedikit seimbang dengan nilai wajar BMN yang
dilepas.
(2) Nilai barang pengganti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan:
a. nilai penawaran pemenang tender, dalam hal
Tukar Menukar dilakukan melalui tender; atau
b. nilai kesepakatan dengan mitra Tukar Menukar,
dalam hal Tukar Menukar dilakukan tidak
melalui tender,
yang dituangkan dalam perjanjian Tukar Menukar.
(3) Nilai wajar BMN yang dilepas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan nilai wajar yang ditetapkan
dalam persetujuan Tukar Menukar dan dituangkan
dalam perjanjian Tukar Menukar.
(4) Dalam hal terdapat ketidaksesuaian bagian dari
barang pengganti dengan spesifikasi yang telah
ditentukan dalam perjanjian Tukar Menukar:
a. mitra Tukar Menukar wajib menyesuaikan bagian
dari barang penggan ti se bagaimana di ten tukan
dalam Perjanjian Tukar Menukar; atau
b. mitra Tukar Menukar wajib mengganti
kekurangan yang timbul akibat ketidaksesuaian
terse but dengan uang dan/ atau barang senilai
kekurangan tersebut.
(5) Uang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b
disetorkan ke kas negara paling lama 2 (dua) hari
kerja sebelum berita acara serah terima
ditandatangani.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 32 -

20. Ketentuan huruf a Pasal 42 diubah sehingga Pasal 42


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 42
Mitra Tukar Menukar meliputi:
a. Pemerintah Daerah/Desa;
b. BUMN;
C. BUMD;
d. badan hukum lainnya yang dimiliki negara;
e. swasta, baik yang berbentuk badan hukum maupun
perorangan; atau
f. pemerintah negara lain.

21. Ketentuan ayat (2) dan ayat (3) Pasal 45 diubah sehingga
Pasal 45 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 45
(1) Pemilihan mitra dilakukan melalui tender.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), pemilihan mitra dapat dilakukan
melalui penunjukan langsung terhadap Tukar
Menukar:
a. BMN berupa tanah, atau tanah dan bangunan:
1. yang dilakukan dengan Pemerintah
Daerah/Desa, pemerintah negara lain,
dan/ atau Pihak Lain yang mendapatkan
penugasan dari Pemerintah dalam rangka
pelaksanaan kepentingan umum;
2. untuk menyatukannya dalam 1 (satu) lokasi;
3. untuk menyesuaikan bentuk BMN berupa
tanah agar penggunaannya lebih optimal;
4. untuk melaksanakan rencana strategis
Pemerintah; atau
5. guna mendapatkan/memberikan akses jalan;
b. BMN berupa bangunan yang berdiri di atas tanah
Pihak Lain; atau
c. BMN selain tanah dan/atau bangunan yang
dilakukan dengan:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 33 -

1. Pemerintah Daerah/Desa; dan/ atau


2. Pihak Lain yang mendapatkan penugasan dari
Pemerin tah dalam rangka pelaksanaan
kepentingan umum.
(3) Penunjukan langsung mitra Tukar Menukar
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengelola Barang; atau
b. Pengguna Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengguna Barang.

22. Ketentuan ayat (2) Pasal 80 diubah sehingga Pasal 80


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 80
(1) Penyerahan BMN dan barang pengganti dituangkan
dalam berita acara serah terima.
(2) Berita acara serah terima ditandatangani oleh mitra
Tukar Menukar dan Pengelola Barang/ Pengguna
Barang atau pejabat struktural yang ditunjuk:
a. paling lama 1 (satu) bulan setelah tanggal
penandatanganan perjanjian Tukar Menukar,
untuk barang pengganti yang telah s1ap
digunakan pada tanggal perJ anJ ian Tukar
Menukar ditandatangani; atau
b. paling lama 3 (tiga) tah un setelah tanggal
penandatanganan perjanjian Tukar Menukar,
untuk barang pengganti yang belum siap
digunakan pad a tanggal perJ anJian Tukar
Menukar ditandatangani.
(3) Penandatanganan berita acara serah terima hanya
dapat dilakukan dalam hal mitra Tukar Menukar
telah memenuhi seluruh ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini dan seluruh klausul yang tercantum
dalam perjanjian Tukar Menukar.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 34 -

23. Di antara Pasal 81 dan Pasal 82 disisipkan 1 (satu) pasal


yakni Pasal 81A sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 81A
(1) Terhadap proses Tukar Menukar antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah/Desa, dalam hal
berdasarkan penelitian Pengelola Barang atas objek
Tukar Menukar terdapat selisih nilai lebih pada BMN
yang menjadi objek Tukar Menukar:
a. selisih nilai lebih pada BMN yang menjadi objek
Tukar Menukar dapat dilakukan Hibah;
b. persetujuan atas Hibah sebagaimana dimaksud
pada huruf a dicantumkan pula dalam
persetujuan Tukar Menukar;
c. pelaksanaan Hibah sebagaimana dimaksud pada
huruf a dituangkan dalam suatu naskah Hibah
yang merupakan satu kesatuan dengan
perjanjian Tukar Menukar; dan
d. serah terima objek Hibah dan objek Tukar
Menukar dilaksanakan dalam waktu bersamaan.
(2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), proses tindak lanjut atas Hibah mengikuti
ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri ini.

24. Ketentuan huruf b, huruf e, dan huruf f ayat (1) dan ayat
(2) Pasal 86 diubah sehingga Pasal 86 berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 86
(1) Pihak yang dapat menerima Hibah:
a. lembaga sosial, lembaga budaya, lembaga
keagamaan, lembaga kemanusiaan, atau lembaga
pendidikan yang bersifat non komersial;
b. masyarakat, baik perorangan maupun kelompok,
untuk menjalankan kebijakan pemerintah yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 35 -

c. pemerintah negara lain dalam kerangka


hubungan internasional;
d. masyarakat internasional yang terkena akibat
dari bencana alam, perang, atau wabah penyakit
endemik;
e. Pemerintah Daerah/Desa;

f. BUMN berbentuk perusahaan umum untuk


menjaga stabilitas ketahanan pangan atau BUMN
lainnya dalam rangka penugasan pemerintah
sebagaimana tertuang dalam peraturan atau
keputusan yang ditetapkan oleh Presiden; atau
g. Pihak Lain yang ditetapkan oleh Pengelola
Barang.
(2) Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan dengan akta pendirian, anggaran
dasar / anggaran rumah tangga, atau pernyataan
tertulis dari instansi teknis yang kompeten bahwa
lembaga yang bersangkutan adalah sebagai lembaga
termaksud.

25. Ketentuan Pasal 93 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 93
Pelaksanaan Hi bah BMN berupa tanah dan/ atau
bangunan yang berada pada Pengguna Barang dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pengguna Barang melakukan persiapan permohonan
persetujuan Hibah, meliputi:
1. melakukan penelitian data administratif, yaitu:
a) data tanah, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada status dan bukti
kepemilikan, lokasi, luas, nilai perolehan
dan/ atau nilai buku;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 36 -

b) data bangunan, sebagaimana tercantum dalam


Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada luas, jumlah lantai, lokasi,
tanggal perolehan, dan nilai perolehan
dan/atau nilai buku, serta dokumen
pendukung seperti Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) atau Persetujuan Bangunan Gedung
(PBG);
c) data calon penerima Hibah, meliputi tetapi
tidak terbatas pada identitas calon penerima
Hibah; dan
2. melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan
kesesuaian fisik tanah dan/ a tau bangunan dengan
data administratif,
yang dituangkan dalam berita acara penelitian;
b. Pengguna Barang mengajukan permohonan
persetujuan Hibah kepada Pengelola Barang yang
memuat:
1. data calon penerima Hibah;
2. alasan untuk menghibahkan;
3. data dan dokumen atas tanah dan/atau bangunan;
4. peruntukan Hibah;
5. tahun perolehan;
6. status dan bukti kepemilikan atau dokumen
lainnya yang setara;
7. nilai perolehan;
8. jenis/spesifikasi BMN yang dimohonkan untuk
dihibahkan; dan
9. lokasi,
dengan disertai surat pernyataan dari calon penerima
Hibah mengenai kesediaan menerima Hibah;
c. Pengelola Barang melakukan penelitian atas
permohonan Pengguna Barang sebagaimana dimaksud
pada huruf b, dan dalam hal diperlukan, dapat
. melakukan penelitian fisik atas tanah dan/atau
bangunan yang diusulkan untuk dihibahkan;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 37 -

d. dalam hal Hibah memerlukan persetujuan Dewan


Perwakilan Rakyat, Pengelola Barang terlebih dahulu
mengajukan permohonan persetujuan Hibah kepada
Dewan Perwakilan Rakyat;
e. dalam hal Hibah tidak memerlukan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat tetapi BMN yang akan
dihibahkan memiliki nilai lebih dari
Rp 10. 000. 000. 000, 00 (sepuluh miliar rupiah),
Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan
permohonan persetujuan Hibah kepada Presiden;
f. dalam hal permohonan Hibah tidak disetujui,
Pengelola Barang memberitahukan kepada Pengguna
Barang yang mengajukan perrnohonan, disertai
dengan alasannya;
g. dalam hal perrnohonan Hibah disetujui, Pengelola
Barang menerbitkan surat persetujuan pelaksanaan
Hibah yang paling sedikit rnemuat:
1. identitas penerima Hibah;
2. objek Hibah, yaitu mengenai nnc1an tanah
dan/ atau bangunan;
3. nilai tanah dan/ atau bangunan;
4. peruntukan Hibah;
5. kewajiban Pengguna Barang untuk rnenghapus
BMN yang dihibahkan dari Daftar Barang
Pengguna;dan
6. kewajiban Pengguna Barang untuk melaporkan
pelaksanaan Hibah kepada Pengelola Barang;
h. berdasarkan persetujuan Hibah sebagaimana
dimaksud pada huruf g, Pengguna Barang membuat
naskah Hibah yang ditandatangani oleh Pengguna
Barang dan penerima Hibah;
berdasarkan persetujuan Hi bah sebagaimana
dimaksud pada huruf g dan naskah Hibah
sebagaimana dimaksud pada huruf h, Pengguna
Barang rnelakukan serah terima BMN kepada
penerima Hibah, yang dituangkan dalam berita acara
serah terima; dan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 38 -

j. setelah serah terima sebagaimana dimaksud pada


huruf i, Pengguna Barang melakukan Penghapusan
BMN yang telah dihibahkan dari Daftar Barang
Pengguna dengan berpedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang
Penghapusan BMN.

26. Ketentuan Pasal 94 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 94
(1) Pelaksanaan Hibah BMN berupa tanah dan/atau
bangunan yang berada pada Pengguna Barang yang
dari sejak awal pengadaannya dimaksudkan untuk
dihibahkan mengikuti ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 93 dengan penambahan
persyaratan dan penelitian terkait dokumen
penganggaran antara lain Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL), Kerangka
Acuan Kerja, Petunjuk Operasional Kegiatan, atau
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
(2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan tanpa memerlukan:
a. persetujuan Hibah dari Dewan Perwakilan
Rakyat;
b. data administratif berupa Kartu Identitas Barang
(KIB); dan
c. surat pernyataan dari calon penenma Hibah
mengenai kesediaan menerima Hibah.

27. Ketentuan Pasal 95 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 95
Pelaksanaan Hi bah BMN selain tanah dan/ atau bangunan
yang berada pada Pengguna Barang dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Pengguna Barang melakukan persiapan permohonan
persetujuan Hibah, meliputi:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 39 -

1. melakukan penelitian data administratif:


a) BMN, meliputi tahun perolehan,
spesifikasi/ identitas teknis, bukti kepemilikan,
clan nilai perolehan; dan
b) calon penerima Hibah, meliputi tetapi tidak
terbatas pada identitas calon penerima Hibah;
dan
2. melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan
kesesuaian fisik BMN dengan data administratif,
yang dituangkan dalam berita acara penelitian;
b. Pengguna Barang mengajukan permohonan
persetujuan Hibah kepada Pengelola Barang yang
memuat:
1. data calon penerima Hibah;
2. alasan untuk menghibahkan;
3. peruntukan Hibah;
4. tahun perolehan;
5. bukti kepemilikan atau dokumen lainnya yang
setara;
6. nilai perolehan;
7. jenis/spesifikasi BMN yang dimohonkan untuk
dihi bahkan; dan
8. lokasi/ data teknis,
dengan disertai surat pernyataan dari calon penerima
Hibah mengenai kesediaan menerima Hibah;
c. Pengelola Barang melakukan penelitian kelayakan
Hibah dan data administratif, dan dalam hal
diperlukan dapat melakukan penelitian fisik;
d. dalam hal BMN yang akan dihibahkan memiliki nilai
lebih dari Rpl00.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan
permohonan persetujuan Hibah kepada Dewan
Perwakilan Rakyat;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 40 -

e. dalam hal BMN yang akan dihibahkan memiliki nilai


lebih dari Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) sampai dengan Rpl00.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah), Pengelola Barang terlebih
dahulu mengajukan permohonan persetujuan Hibah
kepada Presiden;
f. dalam hal permohonan Hibah tidak disetujui,
Pengelola Barang memberitahukan kepada Pengguna
Barang yang mengajukan permohonan, disertai
dengan alasannya;
g. dalam hal permohonan Hibah disetujui, Pengelola
Barang menerbitkan surat persetujuan pelaksanaan
Hibah yang paling sedikit memuat:
1. BMN yang dihibahkan;
2. pihak yang menerima Hibah;
3. peruntukan Hibah; dan
4. kewajiban Pengguna Barang menetapkan jenis,
jumlah, dan nilai BMN yang akan dihibahkan;
h. berdasarkan persetujuan Hibah sebagaimana
dimaksud pada huruf g, Pengguna Barang membuat
naskah Hibah yang ditandatangani oleh Pengguna
Barang clan penerima Hibah;
berdasarkan persetujuan Hi bah sebagaimana
dimaksud pada huruf g dan naskah Hibah
sebagaimana dimaksud pada huruf h, Pengguna
Barang melakukan serah terima BMN kepada
penerima Hibah, yang dituangkan dalam berita acara
serah terima; dan
j. setelah serah terima sebagaimana dimaksud pada
huruf i, Pengguna Barang melakukan Penghapusan
BMN yang telah dihibahkan dari Daftar Barang
Pengguna dengan berpedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang
Penghapusan BMN.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 41 -

28. Ketentuan Pasal 96 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 96
(1) Pelaksanaan Hibah BMN selain tanah dan/ atau
bangunan yang berada pada Pengguna Barang yang
dari sejak awal pengadaannya dimaksudkan untuk
dihibahkan mengikuti ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 95 dengan penambahan
persyaratan dan penelitian terkait dengan dokumen
penganggaran antara lain Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL), Kerangka
Acuan Kerja, Petunjuk Operasional Kegiatan, atau
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
(2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan tanpa memerlukan:
a. persetujuan Hibah dari Dewan Perwakilan
Rakyat;
b. data administratif berupa Kartu Identitas Barang
(KIB); dan
c. surat pernyataan dari calon penenma Hibah
mengenai kesediaan menerima Hibah.

29. Ketentuan Pasal 99 ditambahkan 1 (satu) ayat, yakni ayat


(3) sehingga Pasal 99 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 99
(1) Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dilakukan dalam
rangka pendirian, memperbaiki struktur permodalan,
dan/ atau meningkatkan kapasitas usaha BUMN,
BUMD, atau badan hukum lainnya yang dimiliki
negara sesua1 dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Penyertaan Modal Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1) dapat dilakukan dengan
pertimbangan:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 42 -

a. BMN yang dari awal pengadaannya sesuai


dokumen penganggaran diperuntukkan bagi
BUMN, BUMD, atau badan hukum lainnya yang
dimiliki negara dalam rangka penugasan
pemerintah; atau
b. BMN lebih optimal apabila dikelola oleh BUMN,
BUMD, atau badan hukum lainnya yang dimiliki
negara, baik yang sudah ada maupun yang akan
dibentuk.
(3) Penugasan pemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah atau Peraturan Presiden.

30. Di antara Pasal 104 dan Pasal 105 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal 104A sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 104A
Penetapan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat yang
berasal dari BMN se bagaimana dimaksud dalam Pasal 104
ayat (2) dilakukan paling lama:
a. 1 (satu) tahun sejak akhir tahun anggaran pengadaan
BMN; atau
b. 1 (satu) tahun sejak akhir tahun anggaran kontrak
tahun j amak.

31. Pasal 105 dihapus.

32. Ketentuan Pasal 106 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 106
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat yang berasal dari
BMN berupa tanah dan/atau bangunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 104 ayat (1) huruf a dan BMN selain
tanah dan/ atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 104 ayat (1) huruf b yang berada pada Pengelola
Barang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 43 -

a. Pengelola Barang melakukan analisis mengenai


kelayakan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
99 ayat (1);
b. dalam hal berdasarkan hasil analisis sebagaimana
dimaksud pada huruf a, rencana Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat dapat ditindaklanjuti:
1. Pengelola Barang mengajukan permohonan
kepada Penilai untuk melakukan Penilaian BMN
yang akan menjadi objek Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat;
2. Pengelola Barang melakukan kajian bersama
dengan calon penenma Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat, Kementerian/Lembaga yang
bertanggungjawab di bidang pembinaan BUMN
atau instansi Pemerintah Daerah yang terkait,
dan/ atau Kementerian/Lembaga sektor terkait;
3. Penilai menyampaikan laporan Penilaian kepada
Pengelola Barang yang menjadi salah satu data
dukung dalam pelaksanaan kajian bersama; dan
4. hasil kajian bersama dituangkan dalam dokumen
hasil kajian;
c. dalam hal berdasarkan hasil kajian sebagaimana
dimaksud pada huruf b, Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat layak dilaksanakan, calon penerima Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat menyampaikan surat
pernyataan kesediaan menerima Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat yang berasal dari BMN;
d. dalam hal Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat,
Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan
permohonan persetujuan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 44 -

e. dalam hal Penyertaan Modal Pemerintah Pusat tidak


memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
tetapi BMN yang menjadi objek Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat memiliki nilai lebih dari
Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah),
Pengelola Barang mengajukan permohonan
persetujuan kepada Presiden;
f. berdasarkan persetujuan dari Presiden atau Dewan
Perwakilan Rakyat, Pengelola Barang menetapkan
keputusan Pemindahtanganan BMN menjadi
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat;
g. Pengelola Barang menyiapkan rancangan Peraturan
Pemerintah mengenai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat dengan nilai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat berdasarkan hasil Penilaian pada saat
persetujuan Pengelola Barang dan melakukan
pembahasan dengan melibatkan instansi terkait;
h. Pengelola Barang mengajukan rancangan Peraturan
Pemerintah mengenai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat sebagaimana dimaksud pada huruf g kepada
Presiden untuk ditetapkan;
1. berdasarkan Peraturan Pemerintah mengenai
penetapan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat,
Pengelola Barang melakukan serah terima dengan
penerima Penyertaan Modal Pemerintah Pusat paling
lama 30 (tiga puluh) hari setelah Peraturan Pemerintah
tersebut diundangkan, yang dituangkan dalam berita
acara serah terima; dan
J. setelah serah terima se bagaimana dimaksud pada
huruf i, Pengelola Barang melakukan Penghapusan
BMN yang telah dijadikan Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat dari Daftar Barang Pengelola dengan
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang Penghapusan BMN.

33. Pasal 107 dihapus.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 45 -

34. Ketentuan Pasal 108 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 108
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat yang berasal dari
BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang berada pada
Pengguna Barang se bagaimana dimaksud dalam Pasal 104
ayat (1) huruf a dan ayat (3) dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Pengguna Barang melakukan inventarisasi BMN
berupa tanah dan/ atau bangunan, serta identifikasi
pihak penerima Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
berdasarkan tujuan dan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 99 ayat (1) dan ayat (2);
b. Pengguna Barang melakukan persiapan Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat, meliputi:
1. menyiapkan kelengkapan data administratif,
meliputi tetapi tidak terbatas pada:
a) data tanah, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada status dan bukti
kepemilikan, lokasi, luas, nilai perolehan
dan/ atau nilai buku;
b) data bangunan, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada luas, jumlah lantai, lokasi,
tanggal perolehan, dan nilai perolehan
dan/ atau nilai buku, serta dokumen
pendukung seperti Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) atau Persetujuan Bangunan Gedung
(PBG);
c) keputusan penetapan status penggunaan BMN
yang diusulkan; dan
2. menyiapkan kajian yang memuat latar belakang
dan pertimbangan Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat serta dampak bagi calon penenma
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dari aspek
finansial dan operasional;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 46 -

c. Pengguna Barang mengajukan permohonan


persetujuan kepada Pengelola Barang yang memuat
penj elasan / pertim bang an mengenai permohonan
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dengan disertai:
1. kelengkapan data administratif sebagaimana
dimaksud pada huruf b angka 1;
2. hasil penelitian BMN;
3. hasil kajian; dan
4. pernyataan kesediaan calon penerima Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat untuk menenma
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat yang berasal
dari BMN;
d. Pengelola Barang meneliti permohonan Pengguna
Barang untuk menentukan kesesuaian antara
permohonan tersebut dengan tujuan Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
99 ayat (1);
e. dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimana
dimaksud pada huruf d, permohonan tidak dapat
ditindaklanjuti, Pengelola Barang memberitahukan
kepada Pengguna Barang yang mengajukan
permohonan disertai dengan alasannya;
f. dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimana
dimaksud pada huruf d, permohonan dapat
ditindaklanjuti:
1. Pengelola Barang melakukan pembahasan
bersama dengan calon penerima Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat, Kementerian/Lembaga yang
bertanggungjawab di bidang pembinaan BUMN
atau instansi Pemerintah Daerah yang terkait,
dan/ atau Kementerian/Lembaga sektor terkait;
2. Pengelola Barang mengajukan permohonan kepada
Penilai untuk melakukan Penilaian BMN yang akan
menjadi objek Penyertaan Modal Pemerintah Pusat;
3. Penilai menyampaikan laporan Penilaian kepada
Pengelola Barang;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 47 -

4. hasil pembahasan bersama dituangkan dalam


dokumen hasil pembahasan; dan
5. dalam hal berdasarkan pembahasan bersama:
a) permohonan Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat ditolak, Pengelola Barang
memberitahukan kepada Pengguna Barang
yang mengajukan permohonan disertai dengan
alasannya; atau
b) permohonan Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat dapat diproses lebih lanjut, Pengelola
Barang melakukan tindak lanjut proses
persetujuan;
g. dalam hal Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat,
Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan
permohonan persetujuan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat;
h. dalam hal Penyertaan Modal Pemerintah Pusat tidak
memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
tetapi BMN yang menjadi objek Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat memiliki nilai lebih dari
Rp 10. 000. 000. 000, 00 (sepuluh miliar rupiah),
Pengelola Barang mengajukan permohonan
persetujuan kepada Presiden;
1. berdasarkan persetujuan dari Dewan Perwakilan
Rakyat atau dari Presiden, Pengelola Barang
menerbitkan surat persetujuan Pemindahtanganan
BMN menjadi Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
kepada Pengguna Barang;
J. Pengelola Barang menyiapkan rancangan Peraturan
Pemerin tah mengenai Penyertaan Modal Pemerin tah
Pusat dengan nilai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat berdasarkan hasil Penilaian pada saat
persetujuan Pengelola Barang dan melakukan
pembahasan dengan melibatkan instansi terkait;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 48 -

k. Pengelola Barang mengajukan rancangan Peraturan


Pemerintah mengenai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat sebagaimana dimaksud pada huruf j kepada
Presiden untuk ditetapkan;
1. berdasarkan Peraturan Pemerintah mengenai
penetapan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat,
Pengguna Barang melakukan serah terima dengan
penerima Penyertaan Modal Pemerintah Pusat paling
lama 30 (tiga puluh) hari setelah Peraturan Pemerintah
tersebut diundangkan, yang dituangkan dalam berita
acara serah terima; dan
m. setelah serah terima sebagaimana dimaksud pada
huruf l, Pengguna Barang melakukan Penghapusan
BMN yang telah dijadikan Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat dari Daftar Barang Pengguna dengan
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang Penghapusan BMN.

35. Ketentuan Pasal 109 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 109
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat yang berasal dari
BMN selain tanah dan/atau bangunan yang berada pada
Pengguna Barang se bagaimana dimaksud dalam Pasal 104
ayat (1) huruf b dan ayat (3) dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Pengguna Barang melakukan inventarisasi BMN selain
tanah dan/ atau bangunan, serta identifikasi pihak
penenma Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
berdasarkan tujuan dan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 99 ayat (1) dan ayat (2);
b. Pengguna Barang melakukan persiapan Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat, meliputi:
1. menyiapkan kelengkapan data administratif,
meliputi tetapi tidak terbatas pada:
a) Kartu Identitas Barang (KIB);

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 49 -

b) daftar BMN yang diusulkan dengan paling


sedikit memuat jenis, jumlah, kondisi, nilai
perolehan dan/ a tau nilai buku, dan tahun
perolehan; dan
c) keputusan penetapan status penggunaan BMN
yang diusulkan;
2. menyiapkan kajian yang memuat latar belakang
dan pertimbangan Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat serta dampak bagi calon penenma
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dari aspek
finansial dan operasional; dan
3. melakukan Penilaian BMN selain tanah dan/ atau
bangunan;
c. Pengguna Barang dapat melakukan Penilaian BMN
dengan:
1. membentuk tim internal yang dapat melibatkan
instansi teknis yang kompeten; atau
2. menggunakan Penilai;
d. Pengguna Barang mengajukan permohonan
persetujuan kepada Pengelola Barang yang memuat
penjelasan/ pertimbangan mengena1 permohonan
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dengan disertai:
1. kelengkapan data administratif sebagaimana
dimaksud pada huruf b angka 1;
2. hasil penelitian BMN;
3. hasil kajian Pengguna Barang; dan
4. hasil Penilaian BMN yang telah ditetapkan oleh
Pengguna Barang;
e. Pengelola Barang meneliti permohonan Pengguna
Barang untuk menentukan kesesuaian antara
permohonan terse but dengan tujuan Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
99 ayat (1);
f. dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimana
dimaksud pada huruf e, permohonan tidak dapat
ditindaklanjuti, Pengelola Barang memberitahukan
kepada Pengguna Barang yang mengajukan
permohonan disertai dengan alasannya;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 50 -

g. dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimana


dimaksud pada huruf e, permohonan dapat
ditindaklanjuti:
1. Pengelola Barang melakukan pembahasan
bersama dengan calon penerima Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat, Kementerian/Lembaga yang
bertanggungjawab di bidang pembinaan BUMN
atau instansi Pemerintah Daerah yang terkait,
dan/ atau Kementerian/Lembaga sektor terkait;
2. Pengelola Barang dapat mengajukan permohonan
kepada Penilai untuk melakukan Penilaian BMN
yang akan menjadi objek Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat;
3. Penilai menyampaikan laporan Penilaian kepada
Pengelola Barang;
4. hasil pembahasan bersama dituangkan dalam
dokumen hasil pembahasan; dan
5. dalam hal berdasarkan pembahasan bersama:
a) permohonan Penyertaan Modal Pemerintah
Pu sat ditolak, Pengelola Barang
memberitahukan kepada Pengguna Barang
yang mengajukan permohonan disertai dengan
alasannya; atau
b) permohonan Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat dapat diproses lebih lanjut, Pengelola
Barang melakukan tindak lanjut proses
persetujuan;
h. dalam hal BMN yang menjadi objek Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat memiliki nilai lebih dari
Rpl00.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)
Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan
permohonan persetujuan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 51 -

1. dalam hal BMN yang menjadi objek Penyertaan Modal


Pemerintah Pusat memiliki nilai lebih dari
Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai
dengan Rpl00.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah),
Pengelola Barang mengajukan permohonan
persetujuan kepada Presiden;
J. berdasarkan persetujuan dari Dewan Perwakilan
Rakyat atau dari Presiden, Pengelola Barang
menerbitkan surat persetujuan Pemindahtanganan
BMN menjadi Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
kepada Pengguna Barang;
k. Pengelola Barang menyiapkan rancangan Peraturan
Pemerintah mengenai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat dengan nilai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat berdasarkan hasil Penilaian pada saat
persetujuan Pengelola Barang dan melakukan
pembahasan dengan melibatkan instansi terkait;
1. Pengelola Barang mengajukan rancangan Peraturan
Pemerintah mengenai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat sebagaimana dimaksud pada huruf k kepada
Presiden untuk ditetapkan;
m. berdasarkan Peraturan Pemerintah mengenai
penetapan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat,
Pengguna Barang melakukan serah terima dengan
penerima Penyertaan Modal Pemerintah Pusat paling
lama 30 (tiga puluh) hari setelah Peraturan Pemerintah
tersebut diundangkan, yang dituangkan dalam berita
acara serah terima; dan
n. setelah serah terima sebagaimana dimaksud pada
huruf m, Pengguna Barang melakukan Penghapusan
BMN yang telah dijadikan Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat dari Daftar Barang Pengguna dengan
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang Penghapusan BMN.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 52 -

36. Di antara Pasal 109 dan 110 disisipkan 2 (dua) pasal yakni
Pasal 109A dan 109B sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 109A
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat yang berasal dari
BMN berupa tanah dan/atau bangunan dan/atau selain
tanah dan/ atau bangunan yang berada pada Pengguna
Barang yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk
dijadikan sebagai Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (2)
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pengguna Barang melakukan persiapan Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat meliputi tetapi tidak terbatas
pada:
1. menyiapkan kelengkapan data administratif,
antara lain:
a) dokumen penganggaran berupa Rencana Kerja
clan Anggaran Kernen terian / Lem baga (RKA-
KL), Kerangka Acuan Kerja, Petunjuk
Operasional Kegiatan, atau Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (D IPA);
b) Berita Acara Serah Terima Operasional
(BASTO), dalam hal BMN telah diserahkan
un tuk dioperasionalkan oleh cal on penerirna
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat, yang
paling sedikit memuat jenis BMN, hak dan
kewajiban calon penerima Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat, dan kewajiban pencatatan
BMN;
c) daftar BMN yang diusulkan, paling sedikit
memuat data mengenai jenis, jumlah, kondisi,
dan nilai realisasi anggaran;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 53 -

d) selain data sebagaimana dimaksud pada huruf


c):
1) dalam hal BMN yang diusulkan berupa
tanah, daftar BMN yang diusulkan
dilengkapi dengan data meliputi tetapi
tidak terbatas pada status dan bukti
kepemilikan, lokasi, dan luas; dan/ atau
2) dalam hal BMN yang diusulkan berupa
bangunan, daftar BMN yang diusulkan
dilengkapi dengan data meliputi tetapi
tidak terbatas pada luas, jumlah lantai,
lokasi, tanggal perolehan, dan dokumen
pendukung seperti Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) a tau Persetujuan
Bangunan Gedung (PBG);
e) dokumen pembahasan perencanaan
pengadaan BMN bersama dengan BUMN,
BUMD, atau badan hukum lainnya yang
dimiliki oleh negara, yang merupakan calon
penerima Penyertaan Modal Pemerintah Pusat;
f) dokumen penugasan pemerintah yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah atau Peraturan
Presiden; dan
g) hasil rev1u aparat pengawasan intern
pemerintah atas nilai realisasi anggaran
pengadaan BMN yang dari awal pengadaannya
direncanakan untuk menjadi Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat; dan
2. menyiapkan kajian yang meliputi latar belakang,
pertimbangan, dan tujuan pemberian Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat berupa BMN dikaitkan
dengan penugasan pemerintah;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 54 -

b. Pengguna Barang mengajukan permohonan


persetujuan kepada Pengelola Barang yang memuat
penjelasan dan pertimbangan mengenai permohonan
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dengan disertai:
1. kelengkapan data administratif sebagaimana
dimaksud pada huruf a angka 1;
2. hasil kajian Pengguna Barang sebagaimana
dimaksud pada huruf a angka 2; dan
3. surat pernyataan kesediaan yang ditandatangani
oleh pimpinan calon penerima Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat untuk menerima Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat yang berasal dari BMN;
c. Pengelola Barang melakukan penelitian atas
permohonan Pengguna Barang untuk menentukan
kesesuaian antara permohonan sebagaimana
dimaksud pada huruf b, dengan pertimbangan dan
tujuan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat, serta
adanya penugasan pemerintah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 99;
d. dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada
huruf b memenuhi persyaratan, Pengelola Barang
menerbitkan surat persetujuan Pemindahtanganan
BMN menjadi Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
kepada Pengguna Barang;
e. Pengelola Barang menyiapkan rancangan Peraturan
Pemerintah mengenai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat dengan nilai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat berdasarkan surat persetujuan Pengelola Barang
dan melakukan pembahasan dengan melibatkan
instansi terkait;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 55 -

f. Pengelola Barang mengajukan rancangan Peraturan


Pemerintah mengenai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat sebagaimana dimaksud pada huruf e kepada
Presiden untuk ditetapkan;
g. berdasarkan Peraturan Pemerintah mengena1
penetapan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat,
Pengguna Barang melakukan serah terima dengan
penerima Penyertaan Modal Pemerintah Pusat paling
lama 30 (tiga puluh) hari setelah Peraturan Pemerintah
tersebut diundangkan, yang dituangkan dalam berita
acara serah terima; dan
h. setelah serah terima sebagaimana dimaksud pada
huruf g, Pengguna Barang melakukan Penghapusan
BMN yang telah dijadikan Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat dari Daftar Barang Pengguna dengan
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang Penghapusan BMN.

Pasal 109B
Dalam hal BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109A
tidak ditetapkan sebagai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat sampai dengan batas waktu yang ditentukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104A, BMN tersebut:
a. tetap dicatat sebagai BMN pada Kementerian/Lembaga
yang melakukan pengadaan; dan
b. proses penetapannya sebagai Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat mengikuti tata cara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 108 atau Pasal 109.

37. Di antara Pasal 118 dan Pasal 119 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal 118A sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 118A
Proses pelaksanaan Pemindahtanganan BMN dapat
dilakukan secara elektronik.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 56 -

38. Ketentuan ayat (1) Pasal 120 diubah sehingga Pasal 120
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 120
(1) Pada saat Peraturan Menteri m1 mulai berlaku,
terhadap BMN berupa persediaan yang dari awal
pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan dan
telah telanjur dipindahtangankan oleh Pengguna
Barang kepada penerima Hibah sebelum mendapat
persetujuan Hibah dari Pengelola Barang yang telah
dilaksanakan sebelum 1 Juli 2015, Pengguna Barang
mengajukan permohonan persetujuan Hibah kepada
Pengelola Barang dengan ketentuan:
a. Pengguna Barang/ Kuasa Pengguna Barang
membuat surat pernyataan atas pelaksanaan
Hibah tersebut;
b. terdapat laporan aparat pengawasan intern
pemerintah atas pelaksanaan Hibah yang
dilakukan Pengguna Barang;
c. permohonan Pengguna Barang disampaikan
kepada Pengelola Barang paling lama 3 (tiga)
tahun setelah Peraturan Menteri ini diundangkan;
d. segala akibat hukum yang menyertai proses
Hibah sebelum diberikannya persetujuan
Pengelola Barang sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna
Barang; dan
e. pelaksanaan pengaJuan permohanan mengikuti
ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 93
atau Pasal 95, dengan pengecualian persyaratan
mengenai perlu adanya:
1. persetujuan Hibah dari Dewan Perwakilan
Rakyat; dan
2. surat pernyataan dari calon penerima Hibah
mengenai kesediaan menerima Hibah.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 57 -

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan aparat


pengawasan intern pemerintah atas pelaksanaan
Hibah yang dilakukan Pengguna Barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur tersendiri oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga.

39. Di antara Pasal 120 dan Pasal 121 disisipkan 4 (empat)


pasal yakni Pasal 120A, Pasal 120B, Pasal 120C, dan Pasal
120D, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 120A
(1) Tukar Menukar BMN yang telah dilaksanakan oleh
Pengguna Barang tanpa persetujuan pejabat
berwenang sebelum tanggal 24 April 2014 dan barang
pengganti telah tersedia seluruhnya dilanjutkan
dengan serah terima BMN dengan barang pengganti,
yang dituangkan dalam berita acara serah terima.
(2) Pelaksanaan serah terima sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan:
a. antara Pengguna Barang dengan mitra Tukar
Menukar; dan
b. terlebih dahulu dilakukan audit oleh aparat
pengawasan intern pemerintah.
(3) Pengguna Barang harus memastikan bahwa nilai
barang penggan ti se bagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit sama dengan nilai BMN yang
di pertukarkan.
(4) Pengguna Barang membuat surat pernyataan
bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan Tukar
Menukar BMN yang dilakukan tanpa persetujuan
pejabat berwenang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 58 -

Pasal 120B
(1) Dalam hal berdasarkan hasil audit sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 120A ayat (2) huruf b terdapat
selisih nilai kekurangan barang pengganti, Pengguna
Barang menetapkan besaran kekurangan nilai barang
pengganti yang harus dipenuhi oleh mitra Tukar
Menukar dalam nilai Rupiah dengan
memperhitungkan nilai saat ini dari kekurangan yang
terjadi.
(2) Mitra Tukar Menukar dapat memenuhi selisih nilai
kekurangan barang pengganti se bagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan cara:
a. menyediakan barang pengganti tambahan paling
sedikit sesuai nilai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dengan memperhatikan kebutuhan
Pengguna Barang dalam rangka penyelenggaraan
tugas dan fungsi; dan/ atau
b. menyetorkan nilai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ke rekening Kas Umum Negara.
(3) Serah terima sebagaimana dimaksud dalam Pasal
120A ayat (1), dilakukan setelah mitra Tukar Menukar
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2).

Pasal 120C
(1) Berdasarkan berita acara serah terima sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 120A ayat (1), Pengguna
Barang mengajukan permohonan Penghapusan
kepada Pengelola Barang atas BMN objek Tukar
Menukar yang telah dilaksanakan tanpa persetujuan
pejabat berwenang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 59 -

(2) Permohonan Penghapusan BMN sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) memuat alasan dan
pertimbangan Penghapusan dan paling sedikit
dilampiri dengan:
a. data dan informasi BMN yang dihapus;
b. rincian barang pengganti;
c. identitas mitra Tukar Menukar;
d. surat pernyataan bertanggung jawab penuh atas
pelaksanaan Tukar Menukar yang ditandatangani
oleh Pengguna Barang;
e. laporan hasil audit Tukar Menukar dari aparat
pengawasan intern pemerintah; dan
f. berita acara serah terima barang.
(3) Tata cara pengajuan permohonan Penghapusan oleh
Pengguna Barang dan persetujuan Penghapusan oleh
Pengelola Barang atas BMN yang telah
diserahterimakan mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang Penghapusan BMN.

Pasal 120D
( 1) Pengguna Barang mengajukan permohonan
penetapan status penggunaan atas barang pengganti
yang telah tersedia seluruhnya.
(2) Tata cara penetapan status Penggunaan BMN
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
Penggunaan BMN.

Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 60 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 November 2021

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

SRI MULYANI INDRAWATI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 23 November 2021

DIREKTUR JENDERAL
PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BENNY RIYANTO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2021 NOMOR 1292

u,

A RIA SYARc,..l
NIP 0213-199703 1 001

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTER! KEUP.NGAN
REPUBUK !NDONESi/-'I

SALINAN

PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 14/PMK.0 6/20 16
TENTANG
TATA CARA PENJUALAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA KENDARAAN
PERORANGAN DINAS KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA,
ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA, ATAU ANGGOTA KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TANPA MELALUI LELANG

DENGAN RAHMAT TUHANYANG MAHA ESA

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 27


ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 8 4 Tahun 20 14 tentang
Penjualan Barang Milik Negara/Daerah Berupa Kendaraan
Perorangan Dinas, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Keuangan tentang Tata Cara Penjualan Barang Milik Negara
Berupa Kendaraan Perorangan Dinas Kepada Pegawai
Aparatur Sipil Negara, Anggota Tentara Nasional Indonesia,
Atau Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Tanpa
Melalui Lelang;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 20 0 4 tentang


Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 20 0 4 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355) ;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 2-

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 20 14 tentang Aparatur


Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 6 , Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 549 4) ;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 20 14 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 20 14 Nomor 9 2,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
56 10 ) ;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 4 Tahun 20 14 tentang
Penjualan Barang Milik Negara/Daerah Berupa
Kendaraan Perorangan Dinas (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 20 14 Nomor 30 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 56 10 ) ;
5. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 20 15 tentang
Kernenterian Keuangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 20 15 Nomor 51) ;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG TATA CARA
PENJUALAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA KENDARAA N
PERORANGAN DINAS KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL
NEGARA, ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA, ATAU
ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TANPA MELALUI LELANG.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Pengertian

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BMN,
adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 3-

beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau


berasal dari perolehan lainnya yang sah.
2. Kendaraan Perorangan Dinas adalah BMN berupa
kendaraan bermotor yang digunakan oleh Pejabat
Negara, pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) , anggota
Tentara Nasional Indonesia (TNI) , dan anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Polri) untuk melaksanakan
tugas dan f ungsi pada jabatan yang diembannya.
3. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman
serta melakukan pengelolaan BMN.
4. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan BMN.
5. Penilai adalah pihak yang melakukan penilaian secara
independenberdasarkan kompetensi yang dimilikinya.
6. Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan
suatu opini nilai atas suatu objek penilaian berupa BMN
pada saat tertentu.
7. Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas Tanpa Melalui
Lelang adalah pengalihan kepemilikan BMN berupa
Kendaraan Perorangan Dinas kepada pegawai ASN,
anggota TNI, atau anggota Polri tanpa melalui lelang
dengan menerima penggantian dalam bentuk uang.
8. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal yang
lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pengelolaan BMN.
9 . Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya meliputi pengelolaan BMN.
10 . Pegawai Aparatur Sipil Negara, yang selanjutnya disebut
pegawai ASN, adalah pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian clan diserahi tugas dalam
suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara
lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang­
undangan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 4-

Bagian Kedua
Ruang Lingkup

Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi tata cara
Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui lelang
yang berada pada Pengguna Barang kepada pegawai ASN,
anggota TNI, atau anggotaPolri tanpa melalui lelang.

Bagian Ketiga
Prihsip Umum

Pasal 3
(1) Kendaraan Perorangan Dinas meliputi kendaraan dinas
bermotor roda empat angkutan darat milik negara yang
lazimnya digunakan untuk angkutan perorangan,
termasuk namun tidak terbatas pada sedan, jeep, dan
minibus.
(2) Kendaraan Perorangan Dinas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan kendaraan yang telah
ditetapkan dengan keputusan pejabat yang berwenang
untuk digunakan dalam rangka pelaksanaan tugas
pegawaiASN, anggota TNI, dan anggotaPolri.

Bagian Keempat
Pihak Pelaksana Penjualan

Pasal 4
Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas Tanpa Melalui Lelang
dilaksanakan oleh Pengguna Barang setelah mendapat
persetujuan Pengelola Barang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 5-

BAB II
KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB

Bagian Kesatu
Pengelola Barang
Pasal 5
(1) Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang memiliki
kewenangan dan tanggung jawab:
a. memberikan persetujuan atas usul Penjualan
Kendaraan Perorangan Dinas Tanpa Melalui Lelang
sesuaibatas kewenangannya; dan
b. melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan persetujuan Penjualan Kendaraan
Perorangan Dinas Tanpa Melalui Lelang.
(2) Kewenangan dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) secara f ungsional dilaksanakan oleh
DirekturJenderal.
(3) Direktur Jenderal dapat mendelegasikan kewenangan
dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada pejabat struktural di lingkungan Direktorat
Jenderal.

Bagian Kedua
Pengguna Barang

Pasal 6
(1) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Barang
memiliki kewenangan dan tanggung jawab:
a. mengajukan usul Penjualan Kendaraan Perorangan
Dinas Tanpa Melalui Lelang yang berada dalam
penguasaannya kepada Pengelola Barang;
b. membuat perjanjian jual beli Kendaraan Perorangan
Dinas dengan pegawai ASN, anggota TNI, atau
anggota Polri yang membeli Kendaraan Perorangan
Dinastanpa melalui lelang;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 6-

c. menetapkan pembayaran Penjualan Kendaraan


Perorangan Dinas Tanpa Melalui Lelang kepada
pegawaiASN, anggota TNI, atau anggotaPolri;
d. menerbitkan Surat Keterangan Pelunasan
Pembayaran; dan
e. menerbitkan Surat Pencabutan Hak Untuk Membeli
Kendaraan Perorangan Dinas Tanpa Melalui Lelang.
(2) Kewenangan dan tanggung jawab Menteri/Pimpinan
Lembaga selaku Pengguna Barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) secara f ungsional dilaksanakan
oleh pejabat struktural eselon I di lingkungan unit
organisasi eselon I yang membidangi pengelolaan BMN
pada Kern enterian/Lembaga bersangkutan.
(3) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Barang
dapat mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pejabat
struktural pada Kementerian/Lembaga bersangkutan.
(4) Ketentuan mengenai pendelegasian kewenangan dan
tanggung jawab Pengguna Barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga sesuai kewenangan dan
tanggung jawabnya masing-masing.

BAB III
PERSYARATAN

Pasal 7
(1) Kendaraan Perorangan Dinas dapat dijual tanpa melalui
lelang kepada pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota
Polri dengan syarat Kendaraan Perorangan Dinas telah
berusia paling singkat 5 (lima) tahun:
a. terhitung mulai tanggal, bulan, tahun perolehannya,
untuk perolehan dalam kondisibaru; atau
b. terhitung mulai tanggal, bulan, tahun
pembuatannya, untuk perolehan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 7-

(2) Kenclaraan Perorangan Dinas yang clijual tanpa melalui


lelang palingbanyak 1 (satu) unit kenclaraanbagi 1 (satu)
orang pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri,
untuktiap penjualan yang clilakukan.

Pasal 8
(1) Pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri yang clapat
membeli Kenclaraan Perorangan Dinas tanpa melalui
lelang harus memenuhi persyaratan:
a. telah memiliki masa kerja atau masa pengabclian
selama 15 (lima belas) tahun atau lebih secara
berturut-turut, terhitung mulai tanggal clitetapkan
sebagai pegawai ASN, anggota TNI, atau anggotaPolri;
b. telah menclucluki Jabatan Pimpinan Tinggi Utama,
JabatanPimpinan Tinggi Maclya, Jabatan Fungsional
Keahlian Utama, atau jabatan yang setara pacla
TNI/Polri, paling singkat 5 (lima) tahun; clan
c. tidak sedang atau ticlak pernah clituntut tinclak
piclana clengan ancaman hukuman piclana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun.
(2) Pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri:
a. yang mempunyai kedudukan clan/atau pangkat
yang lebihtinggi; atau
b. pemegang KenclaraanPerorangan Dinas,
dipertimbangkan untuk menclapatkan prioritas membeli
KendaraanPerorangan Dinastanpa melalui lelang.

BAB IV
TATA CARA PENJUALAN

BagianKesatu
Umum

Pasal 9
(1) Kenclaraan Perorangan Dinas yang akan dijual tanpa
melalui lelang dilakukan Penilaian untuk mendapatkan
nilai wajar.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 8-

(2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengikuti


ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pengelolaan BMN.

Pasal 10
Harga jual Kendaraan Perorangan Dinas yang dijual tanpa
melalui lelang kepada pegawaiASN, anggota TNI, atau anggota
Polri tanpa melalui lelang ditentukan oleh Pengguna Barang
sebagai berikut:
a. kendaraan dengan umur 5 (lima) tahun sampai dengan
7 (tujuh) tahun, harga jualnya adalah 40 % (empat puluh
persen) dari nilai W8.Jar kendaraan sebagaimana
dimaksud dalamPasal 9 ;
b. kendaraan dengan umur lebih dari 7 (tujuh) tahun,
harga jualnya adalah 20 % (dua puluh persen) dari nilai
wajar kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 .

Pasal 11
(1) Biaya yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah untuk
perbaikan Kendaraan Perorangan Dinas yang akan dibeli
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sebelum adanya
persetujuan penjualan, menjadi tanggungan pegawm
ASN, anggota TNI, atau anggota Polri yang membeli
Kendaraan Perorangan Dinas tersebut dan harus dibayar
sebagai tambahan harga jual sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 .
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
biaya selain pemeliharaan rutin atas Kendaraan
Perorangan Dinas.

Pasal 12
Pembayaran Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas Tanpa
Melalui Lelang kepada pegawai ASN, anggota TNI, atau
anggotaPolri, dapat dibayar secara:
a. sekaligus; atau
b. ang suran paling lama 2 (dua) tahun.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 9-

Pasal 13
Pembayaran sebag aimana dimaksud dalam Pasal 12
dilakukan melalui penyetoran ke rekening Kas Umum Neg ara:
a. paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak tang g al
berlakunya surat persetujuan penjualan, untuk
pembayaran sekaligus;
b. sesuai mekanisme yang diatur dalam pe1JanJ1an antara
Peng g una Barang deng an peg awai ASN, ang g ota TNI,
atau ang g ota Polri yang membeli, untuk pembayaran
secara ang suran.

Pasal 14
(1) Dalam hal Kendaraan Perorangan Dinas yang dijual
tanpa melalui lelang kepada peg awai ASN, ang gota TNI,
atau ang gota Polri deng an cara pembayaran sebag aimana
dimaksud dalamPasal 13 belum dibayar lunas, maka:
a. kendaraantersebut masih berstatus sebag ai B MN;
b. kendaraan tersebut tetap dig unakan untuk
keperluan dinas;
c. biaya perbaikan/pemeliharaan menjadi tang g ung jawab
peg awai ASN, ang g ota TNI, atau ang gotaPolri; clan
d. kendaraan tersebut dilarang untuk
dipindahtangankan, disewakan, dipinjamkan, atau
dijaminkan kepada pihak ketig a.
(2) Biaya perbaikan/pemeliharaan sebagai dimaksud pada
ayat (1) huruf c termasuk namun tidak terbatas pada
pajak kendaraan.

Pasal 15
Peg awai ASN, ang g ota TNI, atau ang g ota Polri yang tidak
memenuhi ketentuan sebag aimana dimaksud dalam Pasal 13
dan Pasal 14, dicabut haknya untuk membeli Kendaraan
Perorang an Dinas tersebut dan ang suran yang telah
dibayarkantidak dapat dikembalikan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 10 -

Pasal 16
(1) Pencabutan hak untuk membeli Kendaraan Perorangan
Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
dilaksanakan berdasarkan Surat Pencabutan Hak Untuk
Membeli Kendaraan Perorangan Dinas Tanpa Melalui
Lelang yang diterbitkan olehPengguna Barang.
(2) Surat Pencabutan Hak Untuk Membeli Kendaraan
Perorangan Dinas Tanpa Melalui Lelang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sekurang- kurangnya memuat:
a. nama, NIP/NRP, dan jabatan pegawai ASN, anggota
TNI, atau anggota Polri yang batal membeli
Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui lelang;
b. data Kendaraan Perorangan Dinas yang dijual tanpa
melalui lelang;
c. nomor, tanggal, dan hal surat persetujuan Pengelola
Barang;
d. alasan batalnya pembelian Kendaraan Perorangan
Dinas tanpa melalui lelang; dan
e. klausul yang menyatakan angsuran yang telah
dibayarkan tidak dapat dikembalikan.

Pasal 17
Pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri yang dicabut
haknya untuk membeli Kendaraan Perorangan Dinas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 masih mempunyai
kesempatan untuk membeli Kendaraan Perorangan Dinas
tanpa melalui lelang pada kesempatanberikutnya.

Pasal 18
(1) Kendaraan Perorangan Dinas yang batal dibeli oleh
pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Pengguna
Barang dapat menunjuk pegawaiASN, anggota TNI, atau
anggota Polri lainnya untuk membeli Kendaraan
Perorangan Dinas tersebut.
(2) Pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri lainnya
yang dapat ditunjuk untuk membeli Kendaraan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 11-

Perorangan Dinas tanpa melalui lelang sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalamPasal 8 ayat (1) .

Pasal 19
Pengguna Barang mengajukan permohonan Penjualan
Kendaraan Perorangan Dinas Tanpa Melalui Lelang untuk
pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri yang ditunjuk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) kepada
Pengelola Barang disertai dengan alasan/pertimbangan yang
mendasarinya.

Pasal 20
Dalam hal Pengguna Barang tidak menunjuk pegawai ASN,
anggota TNI, atau anggota Polri lainnya untuk membeli
Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui lelang,
Kendaraan Perorangan Dinas tersebut digunakan kembali
untuk pelaksanaan tugas.

Pasal 21
Pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri yang pernah
membeli Kendaraan Perorangan Dinasberdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 4 Tahun 20 14 tentang Penjualan Barang
Milik Negara/Daerah Berupa Kendaraan Perorangan Dinas,
dapat membeli lagi 1 (satu) unit Kendaraan Perorangan Dinas
tanpa melalui lelang setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
sejak pembelian yang pertama.

Bagian Kedua
Persiapan Permohonan

Pasal 22
(1) Penggguna B arang melakukan pers1apan permohonan
Penjualan berdasarkan surat permohonan dari pegawai
ASN, anggota TNI, atau anggota Polri yang dilengkapi
dengan:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 12-

a. fotokopi keputusan pengangkatan menjadi pegawai


ASN, anggota TNI, atau anggotaPolri;
b. fotokopi keputusan pengangkatan sebagai Pejabat
Tinggi Utama/Pejabat Tinggi Madya/Jabatan
Fungsional Keahlian Utama/Jabatan yang sederajat
pada ling kung an TNI/Polri;
c. fotokopi B erita Acara pelantikan sebagai Pejabat
Tinggi Utama/Pejabat Tinggi Madya/Jabatan
Fungsional Keahlian Utama/Jabatan yang sederajat
pada lingkungan TNI/Polri; clan
d. asli surat keterang an dari pejabat yang berwenang
bahwa pegawaiASN, anggota TNI, atau anggota Polri
tidak sedang atau tidak pernah dituntut tindak
pidana dengan ancaman hukuman pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun.
(2) Persiapan permohonan Penjualan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) , meliputi:
a. melakukan penelitian data administratif pegawai
ASN, anggota TNI, atau anggota Polri yang akan
membeli Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui
lelang;
b. melakukan penelitian data administratif Kendaraan
Perorangan Dinas meliputi tetapi tidak terbatas pada
tahun perolehan, spesifikasi/identitas teknis,
keputusan penetapan status penggunaan, dokumen
kepemilikan, nilai perolehan atau nilai buku; dan
c. melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan
kesesuaian fisik dengan data administratif
Kendaraan Perorangan Dinas yang akan dijual.
(3) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
huruf b, dan huruf c, dituangkan dalam berita acara
penelitian.
(4 ) Dalam melaksanakan penelitian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) , Pengguna B arang dapat membentuk tim
internal.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 13 -

(5) Tim internal menyampaikan laporan hasil pelaksanaan


tug as kepada Peng g una Barang deng an melampirkan
berita acara penelitian.
(6 ) Peng g una Barang meminta Penilai melakukan Penilaian
Kendaraan Perorang an Dinas untuk mendapatkan nilai
wajar dari Kendaraan Perorang an Dinas yang menjadi
objek permohonan.
(7 ) Nilai wajar sebag aimana dimaksud pada ayat (6 ) diajukan
sebag ai dasar penetapan harg a jual Kendaraan
Perorang an Dinas tanpa melalui lelang .

Bagian Ketiga
Permohonan

Pasal 23
(1) Permohonan Penjualan Kendaraan Perorang an Dinas
Tanpa Melalui Lelang diajukan. secara tertulis oleh
Peng g una Barang kepada Peng elola Barang yang
sekurang- kurang nya memuat:
a. penjelasan clan pertimbang an Penjualan Kendaraan
Perorang an Dinas TanpaMelalui Lelang ;
b. data administratif Kendaraan Perorang an Dinas
yang direncanakan dijual tanpa melalui lelang ; dan
c. nilai wajar clan harga jual Kendaraan Perorangan.
Dinas tanpa melalui lelang;
(2) Permohonan Penjualan Kendaraan Perorang an Dinas
Tanpa Melalui Lelang sebag aimana dimaksud pada
ayat (1) harus disertai dokumen sebag aiberikut:
a. fotokopi Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB)
atau dokumen kepemilikan yang setara bag i
Kendaraan Perorang an Dinas pada TNI/Polri;
b. fotokopi Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) atau
reg ister kendaraan yang berlaku bag i Kendaraan
Perorangan Dinas pada TNI/Polri;
c. fotokopi surat permohonan dari peg awai ASN,
ang g ota TNI, atau ang g ota Polri yang akan membeli
Kendaraan Perorang an Dinas tanpa melalui lelang ;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 14 -

d. fotokopiKeputusanPenetapan Status Penggunaan;


e. fotokopi Kartuldentitas Barang (KIB) ;
f. fotokopi keputusan pengangkatan menjadi pegawai
ASN, anggota TNI, atau anggotaPolri;
g. fotokopi keputusan pengangkatan sebagai Pejabat
Tinggi Utama/Pejabat Tinggi Madya/Jabatan
Fungsional Keahlian Utama/Jabatan yang sederajat
pada lingkungan TNI/Polri;
h. fotokopi Berita Acara pelantikan sebagai Pejabat
Tinggi Utama/Pejabat Tinggi Madya/Jabatan
Fungsional Keahlian Utama/Jabatan yang sederajat
pada lingkungan TNI/Polri;
L fotokopi keputusan pejabat yang berwenang yang
menetapkan Kendaraan Perorangan Dinas
digunakan dalam rangka pelaksanaan tugas pegawai
ASN, anggota TNI, dan anggotaPolri.
J. asli surat pernyataan atas kebenaran formil dan
materiil objek dan besaran nilai wajar dan harga jual
yang diusulkan;
k. asli surat keterangan dari pejabat yang berwenang
yang menyatakan bahwa pegawai ASN, anggota TNI,
atau anggota Polri tidak sedang atau tidak pernah
dituntut tindak pidana dengan ancaman hukuman
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun;
1. nnci an biaya yang telah dikeluarkan oleh
Pemerintah untuk perbaikan Kendaraan Perorangan
Dinas yang akan dibeli oleh pegawai ASN, anggota
TNI, atau anggota Polri dalam jangka waktu 1 (satu)
tahun sebelum adanya persetujuan penjualan; dan
m. foto Kendaraan Perorangan Dinas yang akan dijual
tanpa melalui lelang.
(3) Fotokopi dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a sampai dengan huruf i harus disertai dengan
surat keterangan dari pejabat struktural yang berwenang
pada Kementerian/Lembaga bersangkutan yang
menyatakan kebenaranfotokopi dokumen tersebut.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 15-

(4 ) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


disusun sesuai format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkari dari
Peraturan Menteri ini.

Bagian Keempat
Penelitian

Pasal 24
(1) Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonan
Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas Tanpa Melalui
Lelang dari Pengguna Barang.
(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terhadap kelengkapan dan kesesuaian
dokumen yang dipersyaratkan.
(3) Dalam hal hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada
ayat(2) belum mencukupi, Pengelola Barang dapat:
a. meminta keterangan atau data tambahan kepada
Pengguna Barang yang mengajukan permohonan
Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas Tan.pa
Melalui Lelang;
b. melakukan penelitian fisik Kendaraan Perorangan
Din.as yang direncanakan dijual tanpa melalui lelang
dengan mencocokkan data administratif yang ada.

Bagian Kelima
Persetujuan

Pasal 25
(1) Persetujuan Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas
Tanpa Melalui Lelang diterbitkan oleh Pengelola Barang
dalam bentuk surat persetujuan dengan mendasarkan
pada hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 .
(2) Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya 1nemuat:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 16 -

a. data Kendaraan Perorangan Dinas yang


direncanakan dijual tanpa melalui lelang;
b. harga jual Kendaraan Perorangan Dinas;
c. nama clan jabatan pegawai ASN, anggota TNI, atau
anggota Polri yang membeli Kendaraan Perorangan
Dinas tanpa melalui lelang;
d. kewajiban Pengguna Barang untuk membuat
perJanJi an Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas
dengan pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota
Polri yang membeli Kendaraan Perorangan Dinas
tanpa melalui lelang, paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja sejak persetujuan Penjualan Kendaraan
Perorangan Dinas Tanpa Melalui Lelang diterbitkan;
e. kewajiban Pengguna Barang untuk melakukan serah
terima Kendaraan Perorangan Dinas kepada pegawai
ASN, anggota TNI, atau anggota Polri yang membeli
Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui lelang
yang dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima
(BAST) ; clan
f. kewajiban Pengguna Barang untuk melaporkan
pelaksanaan Penjualan Kendaraan Perorangan
Dinas Tanpa Melalui Lelang kepada Pengelola
Barang.
(3) Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui Penjualan
Kendaraan Perorangan Dinas Tanpa Melalui Lelang,
Pengelola Barang memberitahukan secara tertulis kepada
Pengguna Barang yang mengajukan permohonan disertai
dengan alasannya.

Bagian Keenam
Tindak Lanjut Persetujuan

Pasal 26
Persetujuan Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas Tanpa
Melalui Lelang yang diterbitkan Pengelola Barang
ditindaklanjuti dengan mekanisme sebagai berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 17-

a. Pengguna Barang membuat perjanjian Penjualan


Kendaraan Perorangan Dinas dengan pegawai ASN,
anggota TNI, atau anggota Polri yang membeli Kendaraan
Perorangan Dinas tanpa melalui lelang, paling lama
10 (sepuluh) hari kerja sejak persetujuan Penjualan
Kendaraan Perorangan Dinas Tanpa Melalui Lelang
diterbitkan;
b. perJanJi an sebagaimana dimaksud pada huruf a,
sekurang- kurangnya memuat:
1. nama, NIP/NRP, dan jabatan pegawai ASN, anggota
TNI, atau anggota Polri yang membeli Kendaraan
Perorangan Dinas tanpa melalui lelang;
2. data Kendaraan Perorangan Dinas yang dijual tanpa
melalui lelang;
3. nomor, tanggal, dan hal surat persetujuan Pengelola
Barang;
4. bentuk pembayaran dan jangka waktu; dan
5. hak dan kewajiban kedua belah pihak;
c. dalam hal penjualan dibayar secara sekaligus, Pegawai
ASN, anggota TNI, atau anggota Polri yang membeli
Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui lelang
melakukan pembayaran secara sekaligus paling lama
1 (satu) bulan sejak persetujuan Penjualan Kendaraan
Perorangan Dinas Tanpa Melalui Lelang diterbitkan;
d. dalam hal penjualan dibayar secara angsuran, Pegawai
ASN, anggota TNI, atau anggota Polri yang membeli
Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui lelang
melakukan angsuran pembayaran sesuai dengan
perJanJi an atas Kendaraan Perorangan Dinas yang
dibelinya dan menyampaikan setiap bukti pembayaran
angsuran kepada Pengguna Barang;
e. Pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri yang
membeli Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui
lelang menyampaikan bukti pelunasan pembayaran
kepada Pengguna Barang setelah melunasi pembayaran
paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal pelunasan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 18 -

pembayaran Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas


Tanpa Melalui Lelang;
f. berdasarkan bukti pelunasan pembayaran sebagaimana
dimaksud pada huruf e, Pengguna Barang menerbitkan
Surat Keterangan Pelunasan Pembayaran dan melakukan
serah terima Kendaraan Perorangan Dinas kepada
pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri yang
membeli Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui
lelang, yang dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima
(BAST) , paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal
pelunasan pembayaran Penjualan Kendaraan Perorangan
Dinas Tanpa Melalui Lelang;
g. Pengguna Barang melakukan penghapusan Kendaraan
Perorangan Dinas tersebut dari Daf tar Barang Pengguna
dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundang­
undangan dibidang penghapusan BMN;
h. Pengelola Barang melakukan penghapusan Kendaraan
Perorangan Dinas tersebut dari Daf tar Barang Milik
Negara dengan mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan dibidang penghapusan BMN.

Pasal27
Berdasarkan per.Jan.Ji an Penjualan Kendaraan Perorangan
Dinas Tanpa Melalui Lelang dengan pembayaran secara
angsuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf d,
Pengguna Barang:
a. mengeluarkan Kendaraan Perorangan Din.as dari neraca
dan dicatat dalam Daf tar Barang Milik Negara Yang
Dijual Secara Angsuran; dan
b. mengakui dan mencatat piutang yang berasal dari
penjualan angsuran.

Pasal28
Persiapan permohonan, permohonan, penelitian, persetujuan,
dan tindak lanjut persetujuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 sampai dengan Pasal 27 berlaku secara
mutatis mutan.dis terhadap persi apan permohonan,

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 19 -

permohonan, penelitian, persetujuan, dan tindak lanjut


persetujuan Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas Tanpa
Melalui Lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19.

BAB V
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 29
Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas Tanpa Melalui Lelang
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­
undangan dibidang pengawasan dan pengendalian BMN.

BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 30
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. permohonan Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas
Tanpa Melalui Lelang yang telah diajukan oleh Pengguna
Barang kepada Pengelola Barang dan belum memperoleh
persetujuan Pengelola Barang, proses selanjutnya
mengikuti ketentuan dalamPeraturan Menteri ini;
b. persetujuan Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas
Tanpa Melalui Lelang yang telah ditetapkan oleh
Pengelola Barang sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1971 tentang
Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas Milik Negara,
dinyatakan tetapberlaku.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 31
Peraturan Menteri u11 mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 20 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Januari 20 16

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BAMBANG P. S. BRODJONEGORO

Diundangkan diJakarta
Pada Tanggal 29 Januari 20 16

DIREKTURJENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 20 16 NOMOR 148

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Umum

w �
KepaJ
u.b.
�, ementerian

� ' ti3utu v ��--1


...

Q .
----

NIP 1 5904201984021001

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 21 -

LAMPIRAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 14/PMK.06/2016
TENTANG
TATA CARA PENJUALAN BARANG MILIK NEGARA
BERUPA KENDARAAN PERORANGAN DINAS
KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA,
ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA,
ATAU ANGGOTAKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA TANPA MELALUI LELANG

FORMAT SURAT KETERANGAN

I. FORMAT SURAT KETERANGAN KEBENARAN FOTOKOPI BUKU PEMILIK


KENDARAAN BERMOTOR (BPKP) ATAU DOKUMEN KEPEMILIKANYANG
SETARA BAGIKENDARAAN PERORANGAN DINAS PADA TNI/POLRI

KOP SURAT KEMENTERIAN/LEMBAGA

SURAT KETERANGAN
KEBENARAN FOTOKOPI BUKU PEMILIK KENDARAAN BERMOTOR (BPKB)
ATAU DOKUMEN KEPEMILIKANYANG SETARA BAGI KENDARAAN
PERORANGAN DINAS PADA TNI/POLRI
Nomor: ...... . . . . . .. . .... . . . . . .. . (1) . . . . . . .

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
NIP/NRP : ... . . . . .. .. ... . . . .. . . .. . .. . .. . . . . . . . . .. .. . . . .
. . . . . . . . . . . . . . (3)
. . . . .

Jabatan : .. .. .. .. . . .. .... .... ... ................ .. .. .... . ....... . . . . (4)


. . . . .

dengan ini menerangkanbahwa:


fotokopi Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKP) atau Dokumen
Kepemilikan yang SetarabagiKendaraan Perorangan Dinas pada TNI/Polri:
No. Nomor Tanggal Merek/Tipe Nomor Nomor Nomor
Dokumen Dokumen /Jenis Me sin Rangka Palisi
Kepemilikan Kepemilikan
. . (5) . . ( 6) ..(7) ..
. . ..( 8 ) ..
. . ..(9 ) .. . .(10 ) . . . .(11) . .
adalah benar.
Demikian keterangan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dalam
rangka permohonan Penjualan Barang Milik Negara berupa Kendaraan
Perorangan Dinas tanpa melalui lelang.
. . . . . . . . (12) , . . . . . . . . . . . . . . . . (13)
(Nama Lengkap)
.............................. (14)
NIP/NRP. .. .. . . . . ... .. . (15) . . .

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 22 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nomor surat keterangan.
(2) Diisi dengan nama pejabat penandatangan.
(3) Diisi dengan NIP atau NRP pejabat penandatangan.
(4) Diisi dengan jabatan pejabat penandatangan.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6 ) Diisi dengan nomor dokumen kepemilikan.
(7) Diisi dengan tanggal dokumen kepemilikan.
(8 ) Diisi dengan merek/tipe/jenis kendaraan bermotor.
(9 ) Diisi dengan nomor mesin.
(10 ) Diisi dengan nomor rangka.
( 11) Diisi dengan nomor polisi.
(12) Diisi dengan Kota/Kabupaten tempat penandatangan.
(13) Diisi dengan tanggal penandatanganan.
(14) Diisi dengan nama pejabat penandatangan.
(15) Diisi dengan NIP atau NRP pejabat penandatangan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 23 -

II. FORMAT SURAT KETERANGAN KEBENARAN FOTOKOPI SURAT


TANDA NOMOR KENDARAAN (STNK) ATAU REGISTER KENDARAAN
YANG BERLAKU BAGI KENDARAAN PERORANGAN DINAS PADA
TNI/POLRI

KOP SURAT KEMENTERIAN/LEMBAGA

SURAT KETERANGAN
KEBENARAN FOTOKOPI SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN (STNK) ATAU
REGISTERKENDARAANYANG BERLAKU BAGIKENDARAAN PERORANGAN
DINASPADA TNI/POLRI
Nomor: . (l) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama .... ............................................................ (2)
NIP . . . . . . . . . . . . . . . (3)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Jabatan . . . . . . . . . . . . .
. . . (4)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . · · · · · · . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

dengan ini menerangkanbahwa:


fotokopi Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) atau Register Kendaraan
yang Berlaku bagi Kendaraan Perorangan Dinas pada TNI/Polri:
No. Nomor Tanggal Merek/Tipe/ Nomor Nomor Nomor
STNK/ STNK/ Jenis Mesin Rangka Palisi
Register Register
. . (5) . . . . (6 ) . . ..(7).. . . (8 ). . . . (9). . . . (10 ) . . . . (11) . .

adalah benar.

Demikian keterangan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dalam


rangka permohonan Penjualan Barang Milik Negara berupa Kendaraan
Perorangan Dinas tanpa melalui lelang.
. . . . . . (12) .
. . , . . . . . . . . . . . . . . . (13)
(Nama Lengkap)
.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (14)
. . . . . . . . .

NIP. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (15)

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 24 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nomor surat keterangan.
(2) Diisi dengan nama pejabat penandatangan.
(3) Diisi dengan NIP atau NRP pejabat penandatangan.
(4) Diisi dengan jabatan pejabat penandatangan.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6 ) Diisi dengan nomor STNK atau register.
(7) Diisi dengan tanggal STNK atau register.
(8 ) Diisi dengan merek/tipe/jenis kendaraanbermotor.
(9 ) Diisi dengan nomor mesin.
( 10 ) Diisi dengan nomor rangka.
( 11) Diisi dengan nomor polisi.
(12) Diisi dengan Kota/Kabupaten tempat penandatangan.
( 13) Diisi dengan tanggal penandatanganan.
(14) Diisi dengan nama pejabat penandatangan.
(15) Diisi dengan NIP atau NRP pejabat penandatangan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 25 -

III. FORMAT SURAT KETERANGAN KEBENARAN FOTOKOPI DOKUMEN

KOP SURATKEMENTERIAN/LEMBAGA

SURATKETERANGAN
KEBENARAN FOTOKOPI DOKUMEN
Nomor: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (l)
. . .

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
NIP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3)
Jabatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4)

dengan ini menerangkanbahwa:


1. fotokopi surat permohonan dari pegawai ASN, anggota TNI, atau
anggota Polri yang akan membeli Kendaraan Perorangan Dinas tanpa
melalui lelang;
2. fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan Nomor. . . . . . . . (5) ;
3. fotokopi Kartu Identitas Barang (KIB) Nomor. . . . . . . . (6 ) ;
4. fotokopi Keputusan pengangkatan menjadi pegawai ASN, anggota TNI,
atau anggota Polri Nomor. . . . . . . . (7) ;
5. fotokopi Surat Keputusan pengangkatan sebagai Pejabat Tinggi
Utama/Pejabat Tinggi Madya/Jabatan Fungsional Keahlian
Utama/Jabatan yang sederajat pada lingkungan TNI/Polri
Nomor. . . . . . . . (8 ) ;
6 . fotokopi Berita Acara pelantikan sebagai Pejabat Tinggi
Utama/Pejabat Tinggi Madya/Jabatan Fungsional Keahlian
Utama/Jabatan yang sederajat pada lingkungan TNI/Polri
Nomor. . . . . . . . (9 ) ;
7. fotokopi surat keputusan Penetapan Kendaraan Perorangan Dinas
digunakan dalam rangka pelaksanaan tugas pegawai ASN, anggota
TNI, atau anggota Polri Nomor. . . . . . . (10 ) ,
adalah benar.

Demikian keterangan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dalam


rangka permohonan Penjualan Barang Milik Negara berupa Kendaraan
Perorangan Dinas tanpa melalui lelang.
. . . . . . . . (11) , . . . . . . . . . . . . . . . (12)
(Nama Lengkap)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (13)
NIP/NRP. . . . . . . . . . . . . . . . (14)

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 26 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nomor surat keterangan.
(2) Diisi dengan nama pejabat penanclatangan.
(3) Diisi clengan NIP atau NRP pejabat penanclatangan.
(4) Diisi dengan jabatan pejabat penanclatangan.
(5) Diisi clengan nomorKeputusan Penetapan Status Penggunaan.
(6 ) Diisi clengan nomor Kartu Iclentitas Barang (KIB) .
(7) Diisi clengan nomor Keputusan pengangkatan menjacli pegawai ASN,
anggota TNI, atau anggota Polri.
(8 ) Diisi clengan nomor Keputusan pengangkatan sebagai Pejabat Tinggi
Utama/Pejabat Tinggi Maclya/Jabatan Fungsional Keahlian
Utama/Jabatan yang seclerajat pada lingkungan TNI/Polri.
(9 ) Diisi dengan nomor Berita Acara pelantikan sebagai Pejabat Tinggi
Utama/Pejabat Tinggi Maclya/Jabatan Fungsional Keahlian
Utama/Jabatan yang seclerajat pada lingkungan TNI/Polri.
(10 ) Diisi clengan nomor keputusan Penetapan Kendaraan Perorangan Dinas
digunakan dalam rangka pelaksanaan tugas pegawai ASN, anggota TNI,
atau anggota Polri.
(11) Diisi dengan Kota/Kabupatentern pat penandatangan.
(12) Diisi dengan tanggal penandatanganan.
(13) Diisi dengan nama pejabat penandatangan.
(14) Diisi dengan NIP atau NRP pejabat penandatangan.

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAMBANG P. S. BRODJONEGORO

ementerian

www.jdih.kemenkeu.go.id
MENTERJKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 111/PMK.06/2016
TENTANG
TATA CARA PELAKSANAAN PEMINDAHTANGANAN BARANG MILIK NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang bahwa dalam rangka menyikapi perkembangan kondisi dan


praktik tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)
serta melaksanakan ketentuan Pasal 76 Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara;

Mengingat 1. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang


Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan
Lembaran Negara Repubik Indonesia Nomor 5533);
2. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang
Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 51);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA
PELAKSANAAN PEMINDAHTANGANAN BARANG MILIK
NEGARA.

www.jdih.kemenkeu.go.id
-2-

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Pengertian

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BMN,
adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
berasal dari perolehan lainnya yang sah.
2. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman
serta melakukan pengelolaan BMN.
3. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan
Penggunaan BMN.
4. Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja atau
pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk
menggunakan barang yang berada dalam
penguasaannya dengan sebaik-baiknya.
5. Penilai adalah pihak yang melakukan penilaian secara
independen berdasarkan kompetensi yang dimilikinya.
6. Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan
suatu opini nilai atas suatu objek penilaian berupa BMN
pada saat tertentu.
7. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan BMN.
8. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan BMN kepada
pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk
uang.
9. Tukar Menukar adalah pengalihan kepemilikan BMN
yang dilakukan antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah, atau antara Pemerintah Pusat
dengan pihak lain, dengan menerima penggantian utama
dalam bentuk barang, paling sedikit dengan nilai
seimbang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 3 -

10. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari


Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah atau
kepada pihak lain tanpa memperoleh penggantian.
11. Penyertaan Modal Pemerintah Pusat adalah pengalihan
kepemilikan BMN yang semula merupakan kekayaan
yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang
dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham
negara atau daerah pada badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah, atau badan hukum lainnya
yang dimiliki negara.
12. Kementerian Negara, yang selanjutnya disebut
Kementerian, adalah perangkat Pemerintah yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
13. Lembaga adalah organisasi non Kementerian Negara dan
instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang­
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
atau Peraturan Perundang-undangan lainnya.
14. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang
bertanggung jawab atas Penggunaan BMN pada
Kernenterian/ Lembaga yang bersangkutan.
15. Pihak Lain adalah pihak-pihak selain
Kementerian/ Lembaga dan pemerintah daerah.
16. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal di
lingkungan Kernenterian Keuangan yang lingkup tugas
dan tanggung jawabnya meliputi pengelolaan BMN.
17. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal di
lingkungan Kementerian Keuangan yang lingkup tugas
dan tanggung jawabnya meliputi pengelolaan BMN.
18. Badan Usaha Milik Negara, selanjutnya disingkat BUMN,
adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang
dipisahkan.

www.jdih.kemenkeu.go.idd
- 4 -

19. Badan Usaha Milik Daerah, selanjutnya disingkat BUMD,


adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
daerah yang dipisahkan.

Bagian Kedua
Ruang Lingkup

Pasal 2
(1) Ruang lingkup Peraturan Menteri m1 meliputi tata cara
Pemindahtanganan BMN pada:
a. Pengelola Barang;
b. Pengguna Barang.
(2) Pemindahtanganan BMN yang berasal dari kekayaan
negara tertentu yang berasal dari perolehan lainnya yang
sah, antara lain:
a. eks kepabeanan dan cukai;
b. barang gratifikasi;
c. barang rampasan negara;
d. aset bekas milik asing/Tionghoa;
e. aset eks Pertamina;
f. aset eks Kontraktor Kontrak Kerja Sama;
g. aset eks Perjanjian Kerjasama/Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara,
sepanjang tidak diatur khusus dalam Peraturan Menteri
Keuangan tersendiri, mengikuti ketentuan dalam
Peraturan Menteri ini.

Bagian Ketiga
Bentuk Pemindahtanganan

Pasal 3
Bentuk Pemindahtanganan BMN meliputi:
a. Penjualan;
b. Tukar Menukar;

www.jdih.kemenkeu.go.id
-5-

c. Hibah; atau
d. Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.

Bagian Keempat
Prinsip Umum

Pasal 4
BMN yang tidak diperlukan bagi penyelenggaraan tugas
pemerintahan negara dapat dipindahtangankan.

Pasal 5
(1) BMN dapat dipindahtangankan setelah dilakukan
penetapan status penggunaan.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), untuk BMN yang tidak memerlukan
penetapan status penggunaan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundangan-undangan di bidang pengelolaan
BMN.

Pasal 6
(1) Dalam rangka Pemindahtanganan BMN dilakukan
Penilaian atas BMN yang direncanakan menjadi objek
Pemindahtanganan, kecuali Pemindahtanganan dalam
bentuk Hibah.
(2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan nilai
wajar sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang­
undangan.
(3) Dalam hal Penilaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh Pengguna Barang tanpa
melibatkan Penilai, maka hasil Penilaian BMN hanya
merupakan nilai taksiran.

www.jdih.kemenkeu.go.id
-6-

Pasal 7
(1) Pemindahtanganan BMN sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 untuk:
a. tanah dan/atau bangunan;
b. selain tanah dan/atau bangunan yang memiliki nilai
lebih dari Rpl00.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah);
dilakukan setelah mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
(2) Pemindahtanganan BMN berupa tanah dan/atau
bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
tidak memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat, apabila:
a. sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau
penataan kota;
b. harus dihapuskan karena anggaran untuk
bangunan pengganti sudah disediakan dalam
dokumen penganggaran berupa daftar 1s1an
pelaksanaan anggaran, kerangka acuan kerja,
rencana kerja dan anggaran Kementerian/Lembaga,
dan/atau petunjuk operasional kegiatan;
c. diperuntukkan bagi pegawai negeri;
d. diperuntukkan bagi kepentingan umum; atau
e. dikuasai negara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah berkekuatan hukum tetap dan/ atau
berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang­
undangan, yang jika status kepemilikannya
dipertahankan tidak layak secara ekonomis.
(3) Usul untuk memperoleh persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
oleh Pengelola Barang.

Pasal 8
(1) Pemindahtanganan BMN berupa tanah dan/atau
bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)
dilaksanakan dengan ketentuan:

www.jdih.kemenkeu.go.id
-7-

a. untuk tanah dan/atau bangunan yang berada pada


Pengelola Barang dengan nilai lebih dari
Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
dilakukan oleh Pengelola Barang setelah mendapat
persetujuan Presiden;
b. untuk tanah dan/atau bangunan yang berada pada
Pengguna Barang dengan nilai lebih dari
Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
dilakukan oleh Pengguna Barang setelah mendapat
persetujuan Presiden;
c. untuk tanah dan/atau bangunan yang berada pada
Pengelola Barang dengan nilai sampai dengan
Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
dilakukan oleh Pengelola Barang;
d. untuk tanah dan/atau bangunan yang berada pada
Pengguna Barang dengan nilai sampai dengan
Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
dilakukan oleh Pengguna Barang setelah mendapat
persetujuan Pengelola Barang;
(2) Usul untuk memperoleh persetujuan Presiden
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
huruf b diajukan oleh Pengelola Barang.

Pasal 9
(1) Pemindahtanganan BMN selain tanah dan/atau
bangunan dilaksanakan dengan ketentuan:
a. untuk BMN yang berada pada Pengelola Barang
dengan nilai lebih dari Rpl00.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah) dilakukan oleh Pengelola
Barang setelah mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat;
b. untuk BMN yang berada pada Pengguna Barang
dengan nilai lebih dari Rpl00.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah) dilakukan oleh Pengguna
Barang setelah mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat;

www.jdih.kemenkeu.go.id
-8-

c. untuk BMN yang berada pada Pengelola Barang


dengan nilai lebih dari Rpl0.000. 000. 000,00
(sepuluh miliar rupiah) sampai dengan
Rpl00. 000. 000. 000,00 (seratus miliar rupiah)
dilakukan oleh Pengelola Barang setelah mendapat
persetujuan Presiden;
d. untuk BMN yang berada pada Pengguna Barang
dengan nilai lebih dari Rpl0.000. 000.000,00
(sepuluh miliar rupiah) sampai dengan
Rpl00. 000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)
dilakukan oleh Pengguna Barang setelah mendapat
persetujuan Presiden;
e. untuk BMN yang berada pada Pengelola Barang
dengan nilai sampai dengan Rpl0.000. 000. 000,00
(sepuluh miliar rupiah) dilakukan oleh Pengelola
Barang;
f_. untuk BMN yang berada pada Pengguna Barang
dengan nilai sampai dengan Rpl0. 000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah) dilakukan oleh Pengguna
Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola
Barang;
(2) Usul untuk memperoleh persetujuan DPR sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1) huruf a dan huruf b diajukan
oleh Pengelola Barang.
(3) Usul untuk memperoleh persetujuan Presiden
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) huruf c dan
huruf d diajukan oleh Pengelola Barang.

BAB II
KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB

Bagian Kesatu
Pengelola Barang

Pasal 10
(1) Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang memiliki
kewenangan dan tanggung jawab:

www.jdih.kemenkeu.go.id
-9 -

a. mengajukan usul Pemindahtanganan BMN yang


memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat;
b. memberikan pertimbangan dan meneruskan usul
Pemindahtanganan BMN yang tidak memerlukan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat kepada
Presiden;
C. memberikan keputusan atas usul
Pemindahtanganan BMN yang berada pada
Pengelola Barang yang tidak memerlukan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat/Presiden;
d. memberikan persetujuan atas usul
Pemindahtanganan BMN yang berada pada
Pengguna Barang yang tidak memerlukan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat/Presiden;
e. menetapkan Pemindahtanganan BMN yang berada
pada Pengelola Barang;
f. melakukan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian atas Pemindahtanganan BMN;
g. menandatangani perJanJ1an Pemindahtanganan
BMN antara lain akta jual beli, perjanjian Tukar
Menukar, perjanjian Hibah, dan naskah Hibah yang
berada pada Pengelola Barang;
h. melakukan penatausahaan BMN yang dilakukan
Pemindahtanganan BMN;
1. melakukan peny1mpanan dan pemeliharaan
dokumen Pemindahtanganan BMN berupa tanah
dan/atau bangunan;
J. mengenakan sanksi yang timbul dalam
Pemindahtanganan BMN yang berada pada
Pengelola Barang; dan
k. kewenangan dan tanggung jawab lainnya sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Kewenangan dan tanggung jawab Menteri Keuangan
selaku Pengelola Barang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) secara fungsional dilaksanakan oleh Direktur
Jenderal.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 10 -

(3) Direktur Jenderal atas nama Menteri Keuangan dapat


menunjuk pejabat struktural di lingkungan Direktorat
Jenderal untuk melaksanakan kewenangan dan
tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pasal 11
(1) Pengelola Barang dapat mendelegasikan kewenangan
dan tanggung jawab untuk memberikan persetujuan atas
usul Pemindahtanganan BMN kepada Pengguna Barang.
(2) Pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang
mengatur mengenai pendelegasian kewenangan dan
tanggung jawab tertentu dari Pengelola Barang kepada
Pengguna Barang.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), untuk persetujuan atas usul
Pemindahtanganan BMN berupa Penjualan dan Hibah
BMN yang memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat/Presiden.
(4) Pelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab Pengelola
Barang yang telah didelegasikan kepada Pengguna
Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan mengacu pada ketentuan Peraturan
Menteri ini.

Bagian Kedua
Pengguna Barang

Pasal 12
(1) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Barang
memiliki kewenangan dan tanggung jawab:
a. mengajukan usul Pemindahtanganan BMN yang
berada dalam penguasaannya kepada Pengelola
Barang;
b. melakukan Pemindahtanganan BMN, setelah
mendapat persetujuan dari Pengelola Barang;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 11 -

c. melakukan pembinaan, pengawasan dan


pengendalian atas pelaksanaan Pemindahtanganan
BMN yang berada dalam penguasaannya;
d. menandatangani perJanJ1an Pemindahtanganan
BMN yang berada pada Pengguna Barang, setelah
mendapat persetujuan dari Pengelola Barang;
e. melakukan penatausahaan BMN yang
dipindahtangankan yang berada dalam
penguasaannya;
f. melakukan peny1mpanan dan pemeliharaan
dokumen Pemindahtanganan BMN yang berada
dalam penguasaannya; dan
g. mengenakan sanksi yang timbul dalam
Pemindahtanganan BMN yang berada dalam
penguasaannya; dan
h. menetapkan peraturan dan kebijakan teknis
pelaksanaan Pemindahtanganan BMN yang berada
di dalam penguasaannya,
sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan di
bidang pengelolaan BMN.
(2) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Barang
dapat menunjuk pejabat struktural/fungsional di
lingkungannya untuk melaksanakan sebagian
kewenangan dan tanggung jawab Pengguna Barang
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1).
(3) Ketentuan mengenai kewenangan dan tanggung jawab
Pengguna Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga sesuai
kewenangan dan tanggung jawabnya masing-masing.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 12 -

BAB III
PENJUALAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 13
Penjualan BMN dilaksanakan dengan pertimbangan:
a. untuk optimalisasi BMN yang berlebih atau tidak
digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas
dan fungsi Kementerian/Lembaga atau tidak
dimanfaatkan oleh pihak lain;
b. secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara
apabila dijual; dan/atau
c. sebagai pelaksanaan ketentuan Peraturan Perundang­
undangan.

Pasal 14
(1) Penjualan BMN dilakukan secara lelang, kecuali dalam
hal tertentu.
(2) Hal tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. BMN yang bersifat khusus sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan, yaitu:
1) tanah dan bangunan rumah negara golongan III
atau bangunan rumah negara golongan III yang
dijual kepada penghuninya yang sah;
2) kendaraan perorangan dinas yang dijual
kepada pejabat negara, mantan pejabat negara,
pegawai aparatur sipil negara, anggota Tentara
Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan di
bidang Penjualan BMN berupa kendaraan
perorangan dinas.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 13 -

b. BMN lainnya, meliputi:


1) berupa tanah dan/atau bangunan yang
diperuntukkan bagi kepentingan umum;
2) berupa tanah yang merupakan tanah kavling
yang menurut perencanaan awal pengadaannya
digunakan untuk pembangunan perumahan
pegawai negeri sebagaimana tercantum dalam
dokumen penganggaran berupa daftar isian
pelaksanaan anggaran, kerangka acuan kerja,
rencana kerja dan anggaran
Kementerian/Lembaga, dan/atau petunjuk
operasional kegiatan;
3) berupa selain tanah dan/atau bangunan yang
jika dijual secara lelang dapat merusak tata
niaga berdasarkan pertimbangan dari instansi
yang berwenang;
4) berupa selain tanah dan/atau bangunan sebagai
akibat dari keadaan kahar (force majeure);
5) berupa bangunan yang berdiri di atas tanah
Pihak Lain atau Pemerintah Daerah yang dijual
kepada Pihak Lain atau Pemerintah Daerah
pemilik tanah tersebut;
6) berupa BMN yang ditetapkan lebih lanjut oleh
Pengelola Barang.

Pasal 15
( 1) Dalam rangka Penjualan BMN dilakukan Penilaian untuk
mendapatkan nilai wajar.
(2) Dikecualikan dari ketentuan Penilaian sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1) bagi Penjualan BMN berupa
tanah yang diperlukan untuk pembangunan rumah
susun sederhana.
(3) Nilai jual BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan
perhitungan yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 14 -

Pasal 16
(1) Penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1):
a. untuk tanah dan/atau bangunan, dilakukan oleh:
1) Penilai Pemerintah; atau
2) Penilai Publik yang ditetapkan oleh Pengelola
Barang;
b. untuk selain tanah dan/atau bangunan:
1) yang berada pada Pengelola Barang, dilakukan
oleh Penilai Pemerintah;
2) yang berada pada Pengguna Barang, dilakukan
oleh tim yang ditetapkan oleh Pengguna
Barang, dan dapat melibatkan Penilai
Pemerintah atau Penilai Publik yang ditetapkan
oleh Pengguna Barang.
(2) Penentuan nilai dalam rangka Penjualan BMN secara
lelang dilakukan dengan memperhitungkan faktor
penyesuaian.
(3) Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
batasan terendah yang disampaikan kepada Pengelola
Barang/Pengguna Barang sebagai dasar penetapan nilai
limit.
(4) Tata cara pelaksanaan Penilaian mengikuti ketentuan
Peraturan Perundang-undangan di bidang Penilaian
BMN.

Pasal 17
(1) Permohonan Penjualan BMN yang berada pada Pengguna
Barang dengan cara lelang diajukan oleh Pengguna
Barang kepada instansi pemerintah yang lingkup tugas
dan tanggung jawabnya meliputi pelayanan lelang paling
lama 6 (enam) bulan sejak tanggal persetujuan Penjualan
Pengelola Barang.
(2) Dalam hal permohonan Penjualan BMN secara lelang
diajukan melebihi jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), terlebih dahulu dilakukan Penilaian ulang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 15 -

Pasal 18
(1) BMN berupa tanah atau BMN berupa tanah dan
bangunan yang berada pada Pengelola Barang/ Pengguna
Barang yang tidak laku terjual pada lelang pertama,
dapat dilakukan lelang ulang sebanyak 1 (satu) kali.
(2) Pada pelaksanaan lelang ulang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang dilakukan lebih dari 6 (enam) bulan
sejak tanggal lelang sebelumnya, terlebih dahulu
dilakukan Penilaian ulang.
(3) Dalam hal setelah pelaksanaan lelang ulang, BMN
berupa tanah atau BMN berupa tanah dan bangunan
yang berada pada Pengelola Barang/Pengguna Barang
tetap tidak laku terjual, Pengelola Barang dapat
melakukan alternatif bentuk lain pengelolaan BMN, baik
BMN yang berada pada Pengelola Barang maupun BMN
yang berada pada Pengguna Barang.

Pasal 19
(1) BMN selain tanah dan/atau bangunan yang berada pada
Pengelola Barang/Pengguna Barang yang tidak laku
terjual pada lelang pertama, dapat dilakukan lelang
ulang sebanyak 1 (satu) kali.
(2) Pada pelaksanaan lelang ulang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang dilakukan lebih dari 6 (enam) bulan
sejak tanggal lelang sebelumnya, terlebih dahulu
dilakukan Penilaian ulang.
(3) Dalam hal setelah pelaksanaan lelang ulang, BMN selain
tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola
Barang/Pengguna Barang tetap tidak laku terjual:
a. Pengelola Barang dapat melakukan alternatif bentuk
lain pengelolaan BMN, untuk BMN yang berada
pada Pengelola Barang;
b. Pengelola Barang dapat menyetujui alternatif bentuk
lain pengelolaan BMN berdasarkan usulan
Pengguna Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengguna Barang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 16 -

Pasal 20
( 1) Hasil Penjualan BMN wajib disetorkan seluruhnya ke
kas negara sebagai penerimaan negara bukan pajak.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1), terhadap hasil Penjualan BMN yang
pendanaannya berasal dari pendapatan Badan Layanan
Umum atau badan pengusahaan kawasan mengikuti
ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang
mengatur mengenai Badan Layanan Umum atau badan
pengusahaan kawasan.

Bagian Kedua
Pihak Pelaksana Penjualan

Pasal 2 1
Penjualan dilaksanakan oleh:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengelola Barang;
b. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan
Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengguna Barang.

Bagian Ketiga
Objek Penjualan

Pasal 22
Penjualan dapat dilakukan terhadap BMN berupa:
a. tanah dan/atau bangunan;
b. selain tanah dan/atau bangunan,
yang berada pada Pengelola Barang/ Pengguna Barang.

Pasal 23
( 1) Penjualan BMN berupa tanah dan/atau bangunan
dilaksanakan setelah dilakukan kajian berdasarkan
aspek teknis, aspek ekonomis, dan aspek yuridis.

www.jdih.kemenkeu.go.id
..

- 17 -

(2) Aspek teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi tetapi tidak terbatas pada:
a. lokasi tanah dan/atau bangunan menjadi tidak
sesuai dengan tata ruang wilayah;
b. lokasi dan/atau luas tanah dan/atau bangunan
tidak dapat digunakan dalam rangka pelaksanaan
tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga dan/atau
penyelenggaraan tugas pemerintahan negara;
c. tanah dan/atau bangunan yang menurut awal
perencanaan pengadaannya diperuntukkan bagi
pembangunan perumahan pegawai negeri; atau
d. bangunan berdiri di atas tanah milik Pihak Lain.
(3) Aspek ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yaitu secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara
apabila BMN dijual, karena biaya operasional dan
pemeliharaan barang lebih besar daripada manfaat yang
diperoleh.
(4) Aspek yuridis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu
sebagai pelaksanaan ketentuan Peraturan Perundang­
undangan.

Pasal 24
Penjualan BMN berupa tanah kavling yang menurut
perencanaan awal pengadaannya digunakan untuk
pembangunan perumahan pegawai negeri dilakukan dengan
persyaratan:
a. pengajuan permohonan Penjualan disertai dengan:
1) bukti perencanaan awal berupa daftar 1sian
pelaksanaan anggaran, kerangka acuan kerja,
rencana kerja dan anggaran Kementerian/Lembaga,
dan/atau petunjuk operasional kegiatan, yang
menyatakan bahwa tanah tersebut akan digunakan
untuk pembangunan perumahan pegawai negeri;
2) review aparat pengawasan intern pemerintah; dan
3) surat pernyataan yang memuat kebena:ran formil
dan materil atas BMN yang diusulkan untuk dijual.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 18 -

b. Penjualan dilaksanakan kepada masing-masing pegawai


negeri yang ditetapkan oleh Pengguna Barang;
c. pembayaran hasil Penjualan dilaksanakan secara tunai
yang seluruhnya disetor ke kas negara;
d. nilai jual tanah kavling didasarkan pada nilai wajar;
e. luas tanah kavling ditetapkan oleh Pengguna Barang
dengan mengikuti luas tanah sesuai ketentuan peraturan
rumah negara;
f. Penjualan dilaksanakan kepada pegawa1 negen yang
belum pernah membeli tanah kavling atau rumah
negara;
g. Penjualan dilaksanakan secara langsung antara
Pengguna Barang dengan pegawai negeri calon pembeli
di hadapan pejabat pembuat akta tanah; dan
h. segala biaya yang timbul akibat penjualan tanah kavling
dibebankan kepada pegawai negeri calon pembeli.

Pasal 25
(1) Penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan
dilaksanakan setelah dilakukan kajian berdasarkan
aspek teknis, aspek ekonomis, dan aspek yuridis.
(2) Aspek teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagai berikut:
a. BMN tidak dapat digunakan karena rusak berat,
dan tidak ekonomis apabila diperbaiki;
b. BMN secara teknis tidak dapat digunakan lagi
akibat modernisasi;
c. BMN tidak dapat digunakan dan dimanfaatkan
karena mengalami perubahan dalam spesifikasi
akibat penggunaan, seperti terkikis, aus, dan lain­
lain sejenisnya; atau
d. BMN tidak dapat digunakan dan dimanfaatkan
karena mengalami pengurangan dalam
timbangan/ukuran disebabkan penggunaan atau
susut dalam penyimpanan atau pengangkutan.

www.jdih.kemenkeu.go.id

- 19 -

(3) Aspek ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


yaitu secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara
apabila BMN dijual, karena biaya operasional dan
pemeliharaan barang lebih besar daripada manfaat yang
diperoleh.
(4) Aspek yuridis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu
sebagai pelaksanaan ketentuan Peraturan Perundang­
undangan.

Pasal 26
(1) Penjualan BMN berupa kendaraan bermotor dinas
operasional dapat dilaksanakan apabila telah memenuhi
persyaratan, yakni berusia paling singkat 7 (tujuh) tahun:
a. terhitung mulai tanggal, bulan, dan tahun
perolehannya sesuai dokumen kepemilikan, untuk
perolehan dalam kondisi baru; atau
b. terhitung mulai tanggal, bulan, dan tahun
pembuatannya sesuai dokumen kepemilikan, untuk
perolehan tidak dalam kondisi baru.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Penjualan BMN berupa kendaraan
bermotor dapat dilakukan dalam hal kendaraan bermotor
tersebut rusak berat dengan kondisi fisik setinggi­
tingginya 30% (tiga puluh persen) berdasarkan surat
keterangan tertulis dari instansi yang berwenang.

Bagian Keempat
Tata Cara Penjualan BMN Yang Berada Pada Pengelola Barang

Paragraf 1
Umum

Pasal 27
Pelaksanaan Penjualan BMN yang berada pada Pengelola
Barang dilakukan berdasarkan:
a. inisiatif Pengelola Barang; atau
b. permohonan Pihak Lain.

www.jdih.kemenkeu.go.id

- 20 -

Paragraf 2
Tata Cara Penjualan BMN Berupa Tanah Dan/Atau
Bangunan Yang Berada Pada Pengelola Barang

Pasal 28
Penjualan BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang
berada pada Pengelola Barang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 huruf a dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pengelola Barang membuat perencanaan Penjualan yang
meliputi tetapi tidak terbatas pada lokasi, pelaksanaan
Penjualan, dan pertimbangan dari aspek teknis,
ekonomis, dan yuridis.
b. Pengelola Barang melakukan:
1) penelitian data administratif, yaitu:
a) data tanah, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada status dan bukti
kepemilikan, lokasi, luas, nilai perolehan
dan/atau nilai buku;
b) data bangunan, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada luas, jumlah lantai, lokasi,
tanggal perolehan, dan nilai perolehan
dan/atau nilai buku, serta dokumen
pendukung seperti Izin Mendirikan Bangunan
(1MB);
2) penelitian fisik, dengan cara mencocokkan fisik
tanah dan/atau bangunan yang akan dijual dengan
data administratif,
yang dituangkan dalam berita acara penelitian.
c. Berita acara penelitian sebagaimana dimaksud pada
huruf b sekurang-kurangnya memuat hasil penelitian
data administratif, hasil penelitian fisik, dan
rekomendasi mekanisme pelaksanaan Penjualan.
d. Pengelola Barang mengajukan permohonan kepada
Penilai untuk melakukan Penilaian BMN berupa tanah
dan/atau bangunan yang akan dijual.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 21 -

e. Hasil Penilaian sebagaimana dimaksud pada huruf d


dijadikan sebagai dasar penetapan nilai limit Penjualan
BMN.
f. Dalam hal Penjualan memerlukan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat, Pengelola Barang terlebih dahulu
mengajukan permohonan persetujuan Penjualan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.
g. Dalam hal Penjualan tidak memerlukan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat tetapi BMN yang menjadi
objek Penjualan memiliki nilai lebih dari
Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola
Barang mengajukan permohonan persetujuan Penjualan
kepada Presiden.
h. Berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud pada
huruf b dan/atau surat persetujuan dari DPR/Presiden
sebagaimana dimaksud pada huruf f/huruf g, Pengelola
Barang menetapkan keputusan Penjualan, yang
sekurang-kurangnya memuat data BMN berupa tanah
dan/ atau bangunan yang akan dijual, nilai waJar BMN
berupa tanah dan/atau bangunan, dan nilai limit
Penjualan dari BMN bersangkutan.
1. Dalam hal keputusan sebagaimana dimaksud pada
huruf h menetapkan Penjualan BMN berupa tanah
dan/ atau bangunan dilakukan secara lelang, Pengelola
Barang melakukan permintaan Penjualan BMN dengan
cara lelang kepada instansi pemerintah yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya meliputi pelayanan lelang.
J. Apabila hal permohonan Penjualan BMN dengan cara
lelang diajukan lebih dari 6 (enam) bulan sejak tanggal
persetujuan Penjualan, dilakukan Penilaian ulang.
k. Dalam hal hasil Penilaian ulang sebagaimana dimaksud
pada huruf j menghasilkan nilai yang berbeda dengan
nilai sebelumnya, Pengelola Barang menetapkan
perubahan nilai limit yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari keputusan Pengelola Barang yang telah
ditetapkan sebelumnya.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 22

1. Dalam hal BMN berupa tanah dan/atau bangunan tidak


laku terjual pada lelang pertama, dilakukan lelang ulang
sebanyak 1 (satu) kali.
m. Pada pelaksanaan lelang ulang sebagaimana dimaksud
pada huruf 1 yang dilakukan lebih dari 6 (enam) bulan
sejak tanggal lelang pertama, dilakukan Penilaian ulang.
n. Dalam hal hasil Penilaian ulang sebagaimana dimaksud
pada huruf m menghasilkan nilai yang berbeda dengan
nilai sebelumnya:
1) Pengelola Barang menetapkan perubahan nilai limit
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
keputusan Pengelola Barang yang telah ditetapkan
sebelumnya;
2) Pengelola Barang melakukan permohonan Penjualan
BMN dengan cara lelang kepada instansi pemerintah
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pelayanan lelang.
o. Dalam hal keputusan sebagaimana dimaksud pada
huruf h menetapkan Penjualan BMN berupa tanah
dan/atau bangunan dilakukan tanpa melalui lelang,
Pengelola Barang melakukan Penjualan BMN secara
langsung kepada calon pembeli berdasarkan keputusan
Penjualan BMN tanpa lelang tersebut.
p. Serah terima barang dilaksanakan:
1) berdasarkan Risalah Lelang, dalam hal Penjualan
BMN dilakukan secara lelang;
2) berdasarkan akta jual beli notaris/pejabat pembuat
akta tanah, dalam hal Penjualan BMN dilakukan
tanpa melalui lelang.
q. Serah terima barang sebagaimana dimaksud pada
huruf p dituangkan dalam berita acara serah terima.
r. Pengelola Barang melakukan Penghapusan BMN tersebut
dari Daftar Barang Pengelola dengan berpedoman pada
ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang
Penghapusan BMN.

www.jdih.kemenkeu.go.id
..
- 23 -

Pasal 29
Penjualan BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang
berada pada Pengelola Barang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 huruf b dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Permohonan dari Pihak Lain harus diajukan secara
tertulis kepada Pengelola Barang.
b. Berdasarkan permohonan tersebut, Pengelola Barang
mengkaji perlunya dilakukan Penjualan BMN dengan
pertimbangan dari aspek teknis, ekonomis, dan yuridis.
c. Dalam hal berdasarkan pertimbangan dari aspek teknis,
ekonomis, dan yuridis sebagaimana dimaksud pada
huruf b:
1) permohonan tidak disetujui, Pengelola Barang
menyampaikan secara tertulis kepada Pihak Lain
sebagaimana tersebut pada huruf a disertai dengan
alasannya;
2) permohonan disetujui, proses selanjutnya mengikuti
ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 28
huruf b sampai dengan huruf r.

Paragraf 2
Tata Cara Penjualan BMN Selain Tanah Dan/A tau Bangunan
Yang Berada Pada Pengelola Barang

Pasal 30
Penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan yang berada
pada Pengelola Barang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 huruf a dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pengelola Barang membuat perencanaan yang meliputi
tetapi tidak terbatas pada lokasi, pelaksanaan Penjualan,
dan pertimbangan dari aspek teknis, ekonomis, dan yuridis.
b. Pengelola Barang melakukan:
1) penelitian data administratif, meliputi tetapi tidak
terbatas pada tahun perolehan, spesifikasi/identitas
teknis, bukti kepemilikan, dan nilai perolehan
dan/atau nilai buku;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 24 -

2) penelitian fisik, dengan cara mencocokkan fisik


BMN yang akan dijual dengan data administratif,
yang dituangkan dalam berita acara penelitian.
c. Berita acara penelitian sebagaimana dimaksud pada
huruf b sekurang-kurangnya memuat hasil penelitian
data administratif, hasil penelitian fisik, dan
rekomendasi mekanisme pelaksanaan Penjualan.
d. Pengelola Barang mengajukan permohonan kepada
Penilai untuk melakukan Penilaian atas BMN selain
tanah dan/atau bangunan yang akan dijual.
e. Hasil Penilaian sebagaimana dimaksud pada huruf d
dijadikan sebagai dasar penetapan nilai limit Penjualan
BMN.
f. Dalam hal BMN yang menjadi objek Penjualan memiliki
nilai lebih dari Rpl00.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan
permohonan persetujuan Penjualan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
g. Dalam hal BMN yang menjadi objek Penjualan memiliki nilai
lebih dari Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
sampai dengan Rpl00.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan
permohonan persetujuan Penjualan kepada Presiden.
h. Berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud pada
huruf b dan/atau surat persetujuan dari DPR/Presiden
sebagaimana dimaksud pada huruf f/huruf g, Pengelola
Barang menetapkan keputusan Penjualan, yang
sekurang-kurangnya memuat data BMN selain tanah
dan/atau bangunan yang akan dijual, nilai BMN selain
tanah dan/atau bangunan, dan nilai limit Penjualan dari
BMN bersangkutan.
1. Dalam hal keputusan sebagaimana dimaksud pada
huruf h menetapkan Penjualan BMN selain tanah
dan/atau bangunan dilakukan secara lelang, Pengelola
Barang melakukan permintaan Penjualan BMN dengan
cara lelang kepada instansi pemerintah yang · lingkup
tugas dan tanggung jawabnya meliputi pelayanan lelang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 25

J. Apabila permohonan Penjualan BMN dengan cara lelang


diajukan lebih dari 6 (enam) bulan sejak tanggal
persetujuan Penjualan, dilakukan Penilaian ulang.
k. Dalam hal hasil Penilaian ulang sebagaimana dimaksud
pada huruf j menghasilkan nilai yang berbeda dengan
nilai sebelumnya, Pengelola Barang menetapkan
perubahan nilai limit yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari keputusan Pengelola Barang yang telah
ditetapkan sebelumnya.
1. Dalam hal BMN selain tanah dan/atau bangunan tidak
laku terjual pada lelang pertama, dilakukan lelang ulang
sebanyak 1 (satu) kali.
m. Pada pelaksanaan lelang ulang sebagaimana dimaksud
pada huruf 1 yang dilakukan lebih dari 6 (enam) bulan
sejak tanggal lelang pertama, dilakukan Penilaian ulang.
n. Dalam hal hasil Penilaian ulang sebagaimana dimaksud
pada huruf m menghasilkan nilai yang berbeda dengan
nilai sebelumnya:
1) Pengelola Barang menetapkan perubahan nilai limit
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
keputusan Pengelola Barang yang telah ditetapkan
sebelumnya;
2) Pengelola Barang melakukan permohonan Penjualan
BMN dengan cara lelang kepada instansi pemerintah
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pelayanan lelang.
o. Dalam hal keputusan sebagaimana dimaksud pada
huruf h menetapkan Penjualan BMN selain tanah
dan/atau bangunan dilakukan tanpa melalui lelang,
Pengelola Barang melakukan Penjualan BMN secara
langsung kepada calon pembeli berdasarkan keputusan
Penjualan BMN tanpa lelang tersebut.

www.jdih.kemenkeu.go.id
,

- 26 -

p. Serah terirna barang dilaksanakan :


1) berdasarkan Risalah Lelang, dalarn hal Penjualan
BMN dilakukan secara lelang;
2) berdasarkan perJanJian jual beli, dalarn hal
Penjualan BMN dilakukan tanpa rnelalui lelang.
q. Serah terirna barang sebagairnana dirnaksud pada
huruf p dituangkan dalarn berita acara serah terirna.
r. Pengelola Barang rnelakukan Penghapusan BMN tersebut
dari Daftar Barang Pengelola dengan berpedornan pada
ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang
Penghapusan BMN.

Pasal 3 1
Penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan yang berada
pada Pengelola Barang sebagairnana dirnaksud dalam
Pasal 27 huruf b dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Perrnohonan dari Pihak Lain harus diajukan secara
tertulis kepada Pengelola Barang.
b. Berdasarkan perrnohonan tersebut, Pengelola Barang
rnengkaji perlunya dilakukan Penjualan BMN dengan
pertirnbangan dari aspek teknis, ekonornis, dan yuridis.
c. Dalarn hal berdasarkan pertirnbangan dari aspek teknis,
ekonornis, dan yuridis sebagairnana dirnaksud pada
huruf b:
1) perrnohonan tidak disetujui, Pengelola Barang
rnenyarnpaikan secara tertulis kepada Pihak Lain
sebagairnana tersebut pada huruf a disertai dengan
alasannya;
2) perrnohonan disetujui, proses selanjutnya rnengikuti
ketentuan sebagairnana diatur dalarn Pasal 30
huruf b sarnpai dengan huruf r.

www.jdih.kemenkeu.go.id
..
- 27 -

Bagian Kelima
Tata Cara Penjualan BMN Yang Berada Pada Pengguna
Barang

Paragraf 1
Tata Cara Penjualan BMN Berupa Tanah Dan/Atau
Bangunan Yang Berada Pada Pengguna Barang

Pasal 32
Penjualan BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang
berada pada Pengguna Barang dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Pengguna Barang melakukan persiapan permohonan
Penjualan, meliputi:
1) melakukan penelitian data administratif, yaitu:
a) data tanah, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada status dan bukti ·
kepemilikan, lokasi, luas, nilai perolehan
dan/atau nilai buku;
b) data bangunan, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada luas, jumlah lantai, lokasi,
tanggal perolehan, dan nilai perolehan
dan/atau nilai buku, serta dokumen
pendukung seperti Izin Mendirikan Bangunan
(IMB);
2) melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan
kesesuaian fisik tanah dan/atau bangunan yang
akan dijual dengan data administratif,
yang dituangkan dalam berita acara penelitian.
b. Dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, Pengguna Barang dapat membentuk tim
internal.
c. Dalam hal diperlukan, tim internal dapat melibatkan
instansi teknis yang kompeten.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 28

d. Tim internal menyampaikan laporan hasil pelaksanaan


tugas kepada Pengguna Barang, dilampiri berita acara
penelitian.
e. Berdasarkan laporan tim internal, Pengguna Barang
mengajukan permohonan Penjualan BMN kepada
Pengelola Barang yang memuat penjelasan dan
pertimbangan Penjualan BMN, dengan disertai:
1) data administratif;
2) nilai perolehan dan/atau nilai buku BMN; dan
3) surat pernyataan atas kebenaran materiil objek yang
diusulkan.
f. Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonan
Penjualan BMN, dengan tahapan:
1) melakukan penelitian atas pertimbangan
permohonan Penjualan BMN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ;
2) melakukan penelitian data administratif;
3) melakukan penelitian terhadap pemenuhan
persyaratan Penjualan BMN sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ;
4) dalam hal diperlukan, melakukan penelitian fisik
BMN yang direncanakan dilakukan Penjualan
dengan mencocokkan data administratif yang ada,
termasuk mengajukan permohonan kepada Penilai
untuk melakukan Penilaian atas BMN berupa tanah
dan/atau bangunan dalam hal Pengguna Barang
tidak mengajukan permohonan Penilaian BMN.
g. Berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud pada
huruf f, Pengelola Barang menentukan disetujui atau
tidak disetujuinya permohonan Penjualan.
h. Dalam hal Penjualan memerlukan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat, Pengelola Barang terlebih dahulu
mengajukan permohonan persetujuan Penjualan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 29 -

1. Dalam hal Penjualan tidak memerlukan persetujuan


Dewan Perwakilan Rakyat tetapi BMN yang menjadi
objek Penjualan memiliki nilai lebih dari
Rpl0. 000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola
Barang mengajukan permohonan persetujuan Penjualan
kepada Presiden.
J. Dalam hal permohonan Penjualan BMN tidak disetujui
oleh DPR/Presiden, Pengelola Barang menyampaikan
secara tertulis kepada Pengguna Barang disertai dengan
. alasannya.
k. Dalam hal permohonan Penjualan BMN disetujui
oleh DPR/Presiden sebagaimana dimaksud pada
huruf h/huruf i, Pengelola Barang menerbitkan surat
persetujuan Penjualan BMN kepada Pengguna Barang,
yang sekurang-kurangnya memuat:
1) data objek Penjualan, meliputi tetapi tidak terbatas
pada data BMN berupa tanah dan/atau bangunan
yang akan dijual, nilai BMN berupa tanah dan/ atau
bangunan, dan nilai limit Penjualan dari BMN
bersangkutan; dan
2) kewajiban Pengguna Barang untuk melaporkan
pelaksanaan Penjualan BMN kepada Pengelola Barang.
1. Dalam hal surat persetujuan sebagaimana dimaksud
pada huruf k menetapkan Penjualan BMN berupa tanah
dan/atau bangunan dilakukan secara lelang, Pengguna
Barang melakukan permohonan Penjualan BMN dengan
cara lelang kepada instansi pemerintah yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya meliputi pelayanan lelang.
m. Apabila permohonan Penjualan BMN dengan cara lelang
diajukan lebih dari 6 (enam) bulan sejak tanggal
persetujuan Penjualan, dilakukan Penilaian ulang.
n. Dalam hal hasil Penilaian ulang sebagaimana dimaksud
pada huruf m menghasilkan nilai yang berbeda dengan
nilai sebelumnya, Pengelola Barang menerbitkan surat
perubahan nilai limit yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari surat persetujuan Pengelola Barang
yang telah diterbitkan sebelumnya.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 30 -

o. Dalam hal BMN berupa tanah dan/atau bangunan tidak


laku terjual pada lelang pertama, dilakukan lelang ulang
sebanyak 1 (satu) kali.
p. Pada pelaksanaan lelang ulang sebagaimana dimaksud
pada huruf o yang dilakukan lebih dari 6 (enam) bulan
sejak tanggal lelang pertama, dilakukan Penilaian ulang.
q. Dalam hal hasil Penilaian ulang sebagaimana dimaksud
pada huruf p menghasilkan nilai yang berbeda dengan
nilai sebelumnya:
1) Pengelola Barang menerbitkan surat perubahan
nilai limit yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari surat persetujuan Pengelola
Barang yang telah diterbitkan sebelumnya;
2) Pengguna Barang melakukan permohonan
Penjualan BMN dengan cara lelang kepada instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pelayanan lelang.
r. Dalam hal surat persetujuan sebagaimana dimaksud
pada huruf k menetapkan Penjualan BMN berupa tanah
dan/atau bangunan dilakukan tanpa melalui lelang,
Pengelola Barang melakukan Penjualan BMN secara
langsung kepada calon pembeli berdasarkan surat
persetujuan Penjualan BMN tanpa lelang tersebut.
s. Serah terima barang dilaksanakan:
1) berdasarkan Risalah Lelang, dalam hal Penjualan
dilakukan secara lelang;
2) berdasarkan akta jual beli notaris/pejabat pembuat
akta tanah, dalam hal Penjualan dilakukan tanpa
melalui lelang.
t. Serah terima barang sebagaimana dimaksud pada
huruf s dituangkan dalam berita acara serah terima.
u. Pengguna Barang melakukan Penghapusan BMN
tersebut dari Daftar Barang Pengguna dengan
berpedoman pada ketentuan Peraturan Perundang­
undangan di bidang Penghapusan BMN.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 31 -

Paragraf 2
Tata Cara Penjualan BMN Selain Tanah Dan/Atau Bangunan
Yang Berada Pada Pengguna Barang

Pasal 33
Penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan yang berada
pada Pengguna Barang dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Pengguna Barang melakukan pers1apan permohonan
Penjualan, meliputi:
1) melakukan penelitian data administratif, meliputi
tetapi tidak terbatas pada tahun perolehan, identitas
barang, keputusan penetapan status penggunaan,
dan nilai perolehan dan/atau nilai buku;
2) melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan
kesesuaian fisik BMN yang akan dijual dengan data
administratif,
yang dituangkan dalam berita acara penelitian.
b. Dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, Pengguna Barang dapat membentuk tim
internal.
c. Selain melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud
pada huruf b, tim internal dapat melakukan Penilaian
BMN untuk menghasilkan nilai taksiran.
d. Dalam melakukan Penilaian BMN sebagaimana
dimaksud pada huruf c, tim internal dapat melibatkan
instansi teknis yang kompeten atau Penilai.
e. Hasil Penilaian sebagaimana dimaksud pada huruf c,
dan huruf d, diajukan sebagai dasar penetapan nilai limit
Penjualan BMN.
f. Tim internal menyampaikan laporan hasil pelaksanaan
tugas kepada Pengguna Barang, dilampiri berita acara
penelitian dan laporan Penilaian.
g. Berdasarkan laporan tim internal dan laporan hasil
Penilaian, Pengguna Barang mengajukan permohonan
Penjualan BMN kepada Pengelola Barang dengan
disertai:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 32

1) penjelasan dan pertimbangan Penjualan BMN;


2) data administratif;
3) nilai limit Penjualan; dan
4) surat pernyataan atas kebenaran formil dan materiil
objek dan besaran nilai yang diusulkan.
h. Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonan
Penjualan BMN, dengan tahapan:
1) melakukan penelitian atas pertimbangan
permohonan Penjualan BMN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13;
2) melakukan penelitian data administratif;
3) melakukan penelitian terhadap pemenuhan
persyaratan Penjualan BMN sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25;
4) dalam hal diperlukan, melakukan penelitian fisik
BMN yang direncanakan dilakukan Penjualan dengan
mencocokkan data administratif yang ada, termasuk
mengajukan permohonan kepada Penilai untuk
melakukan Penilaian atas BMN selain tanah dan/atau
bangunan dalam hal nilai yang diajukan Pengguna
Barang dihasilkan oleh tim yang ditetapkan Pengguna
Barang tanpa melibatkan Penilai.
1. Berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud pada
huruf h, Pengelola Barang menentukan disetujui atau
tidak disetujuinya permohonan Penjualan.
J. Dalam hal BMN yang menjadi objek Penjualan memiliki
nilai lebih dari Rpl00.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan
permohonan persetujuan Penjualan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
k. Dalam hal BMN yang menjadi objek Penjualan memiliki
nilai lebih dari Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) sampai dengan Rpl00.000.000.000,00 (seratus
miliar rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu
mengajukan permohonan persetujuan Penjualan kepada
Presiden.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 33

1. Dalam hal permohonan Penjualan BMN tidak disetujui


oleh DPR/Presiden, Pengelola Barang menyampaikan
secara tertulis kepada Pengguna Barang disertai dengan
alasannya.
m. Dalam hal permohonan Penjualan BMN disetujui
oleh DPR/Presiden sebagaimana dimaksud pada
huruf j/huruf k, Pengelola Barang menerbitkan surat
persetujuan Penjualan BMN kepada Pengguna Barang,
yang sekurang-kurangnya memuat:
1) data objek Penjualan, meliputi tetapi tidak terbatas
pada tahun perolehan, identitas barang, jenis,
jumlah, nilai BMN, dan nilai limit Penjualan; dan
2) kewajiban Pengguna Barang untuk melaporkan
pelaksanaan Penjualan BMN kepada Pengelola
Barang.
n. Dalam hal surat persetujuan sebagaimana dimaksud
pada huruf m menetapkan Penjualan BMN selain tanah
dan/atau bangunan dilakukan secara lelang, Pengguna
Barang melakukan permohonan Penjualan BMN dengan
cara lelang kepada instansi pemerintah yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya meliputi pelayanan lelang.
o. Apabila permohonan Penjualan BMN dengan cara lelang
diajukan lebih dari 6 (enam) bulan sejak tanggal
persetujuan Penjualan, dilakukan Penilaian ulang.
p. Dalam hal hasil Penilaian ulang sebagaimana dimaksud
pada huruf o menghasilkan nilai yang berbeda dengan
nilai sebelumnya, Pengelola Barang menerbitkan surat
perubahan nilai limit yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari surat persetujuan Pengelola Barang
yang telah diterbitkan sebelumnya.
q. Dalam hal BMN selain tanah dan/atau bangunan tidak
laku terjual pada lelang pertama, dilakukan lelang ulang
sebanyak 1 (satu) kali.
r. Pada pelaksanaan lelang ulang sebagaimana dimaksud
pada huruf q yang dilakukan lebih dari 6 (enam) bulan
sejak tanggal lelang pertama, dilakukan Penilaian ulang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 34 -

s. Dalam hal hasil Penilaian ulang sebagaimana dimaksud


pada huruf r menghasilkan nilai yang berbeda dengan
nilai sebelumnya:
1) Pengelola Barang menerbitkan surat perubahan
nilai limit yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari surat persetujuan Pengelola Barang yang telah
diterbitkan sebelumnya;
2) Pengguna Barang melakukan permohonan
Penjualan BMN dengan cara lelang kepada instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pelayanan lelang.
t. Dalam hal surat persetujuan sebagaimana dimaksud
pada huruf m menetapkan Penjualan BMN selain tanah
dan/atau bangunan dilakukan tanpa melalui lelang,
Pengelola Barang melakukan Penjualan BMN secara
langsung kepada calon pembeli berdasarkan surat
persetujuan Penjualan BMN tanpa lelang tersebut.
u. Serah terima barang dilaksanakan:
1) berdasarkan Risalah Lelang, dalam hal Penjualan
dilakukan secara lelang;
2) berdasarkan pe1JanJ1an jual beli, dalam hal
Penjualan dilakukan tanpa melalui lelang.
v. Serah terima barang sebagaimana dimaksud pada
huruf u dituangkan dalam berita acara serah terima.
w. Dalam hal terdapat Penghapusan BMN dari daftar
Barang Pengguna, Pengguna Barang melakukan
Penghapusan BMN tersebut dari Daftar Barang Pengguna
dengan berpedoman pada ketentuan Peraturan
Perundang-undangan di bidang Penghapusan BMN.
x. Dalam hal tidak terdapat Penghapusan BMN dari daftar
Barang Pengguna, Pengguna Barang menyampaikan
laporan pelaksanaan Pemindahtanganan BMN.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 35 -

Pasal 34
( 1) Penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan berupa
bongkaran bangunan yang berasal dari:
a. BMN berupa bangunan yang berdiri di atas tanah
Pihak Lain atau Pemerintah Daerah dan Pihak Lain
atau Pemerintah Daerah tersebut akan
menggunakan tanah tersebut;
b. BMN berupa bangunan dalam kondisi rusak berat
dan/atau membahayakan lingkungan sekitar;
c. BMN berupa bangunan yang berdiri di atas tanah
yang menjadi objek pemanfaatan dalam bentuk
Kerja Sama Pemanfaatan, Bangun Guna
Serah/Bangun Serah Guna atau Kerja Sama
Penyedia Infrastruktur; atau
d. BMN berupa bangunan karena anggaran untuk
bangunan pengganti sudah disediakan dalam
dokumen penganggaran.
dilakukan sesuai tahapan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33.
(2) Penjualan BMN selain tanah dan/atau bangunan berupa
bongkaran bangunan dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. permohonan persetujuan penjualan BMN diajukan
oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang
dalam satu kesatuan dengan permohonan
persetujuan Penghapusan BMN;
b. persetujuan Pengelola Barang atas permohonan
Penjualan menjadi satu kesatuan dengan
persetujuan Penghapusan bangunan;
c. Pengguna Barang melakukan Penghapusan BMN
tersebut dari Daftar Barang Pengguna dengan
berpedoman pada ketentuan Peraturan Perundang­
undangan di bidang Penghapusan BMN.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 36 -

BAB IV
TUKAR MENUKAR

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 35
Tukar Menukar BMN dilaksanakan dengan pertimbangan:
a. untuk memenuhi kebutuhan operasional
penyelenggaraan pemerintahan;
b. untuk optimalisasi BMN; dan
c. tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.

Pasal 36
Pertimbangan Tukar Menukar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 huruf a dan huruf b meliputi:
a. dalam hal BMN berupa tanah dan/atau bangunan sudah
tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan
kota;
b. guna menyatukan BMN yang lokasinya terpencar;
c. guna menyesuaikan bentuk BMN berupa tanah agar
penggunaannya lebih optimal;
d. dalam rangka pelaksanaan rencana strategis
pemerintah/ negara;
e. terhadap BMN berupa tanah dan/atau bangunan guna
mendapatkan/memberikan akses jalan; dan/atau
f. terhadap BMN selain tanah dan/atau bangunan yang
ketinggalan teknologi.

Pasal 37
( 1) Tukar Menukar dilaksanakan setelah dilakukan kajian
berdasarkan aspek teknis, aspek ekonomis, dah aspek
yuridis.
(2) Aspek teknis sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)
meliputi tetapi tidak terbatas pada:
a. kebutuhan Pengelola Barang/Pengguna Barang; dan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 37 -

b. spesifikasi aset yang dibutuhkan.


(3) Aspek ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi tetapi tidak terbatas pada kajian terhadap nilai
BMN yang dilepas dan nilai barang pengganti.
(4) Aspek yuridis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi tetapi tidak terbatas pada:
a. kesesuaian dengan Peraturan Perundang-undangan
di bidang tata ruang wilayah atau penataan kota; dan
b. ketentuan Peraturan Perundang-undangan lainnya.

Pasal 38
(1) Barang pengganti utama Tukar Menukar BMN berupa
tanah harus berupa:
a. tanah; atau
b. tanah dan bangunan.
(2) Barang pengganti utama Tukar Menukar BMN berupa
tanah dan bangunan harus berupa:
a. tanah; atau
b. tanah dan bangunan.
(3) Barang pengganti Tukar Menukar BMN berupa
bangunan, dapat berupa
a. tanah;
b. tanah dan bangunan;
c. bangunan, dan/atau
d. selain tanah dan/atau bangunan.
(4) Barang pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat (3) harus berada dalam kondisi siap
digunakan pada tanggal penandatanganan berita acara
serah terima.

Pasal 39
(1) Nilai barang pengganti atas Tukar Menuka.r paling sedikit
seimbang dengan nilai wajar BMN yang dilepas.
(2) Nilai barang pengganti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan nilai penawaran pemenang tender
yang dituangkan dalam perjanjian Tukar Menukar.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 38

(3) Nilai waJar BMN yang dilepas sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) merupakan nilai wajar yang ditetapkan
dalam izin prinsip dan dituangkan dalam perJ anJ ian
Tukar Menukar.
(4) Dalam hal terdapat ketidaksesuaian bagian dari barang
pengganti dengan spesifikasi yang telah ditentukan
dalam perjanjian Tukar Menukar:
a. mitra Tukar Menukar wajib menyesuaikan bagian
dari barang pengganti sebagaimana ditentukan
dalam Perjanjian Tukar Menukar; atau
b. mitra Tukar Menukar wajib mengganti kekurangan
yang timbul akibat ketidaksesuaian tersebut dengan
uang dan/atau barang senilai kekurangan tersebut.
(5) Uang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b
disetorkan ke kas negara paling lama 2 (dua) hari kerja
sebelum berita acara serah terima ditandatangani.

Pasal 40
(1) Dalam hal pada pelaksanaan Tukar Menukar, mitra
Tukar Menukar membangun bangunan barang
pengganti, mitra Tukar Menukar menunjuk konsultan
perencana, kontraktor pembangunan, dan konsultan
pengawas.
(2) Konsultan perencana, kontraktor pembangunan, dan
konsultan pengawas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan badan hukum yang bergerak di
bidang konstruksi.
(3) Biaya konsultan perencana, kontraktor pembangunan,
dan konsultan pengawas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menjadi tanggung jawab mitra Tukar Menukar.

Bagian Kedua
Pihak Pelaksana Tukar Menukar

Pasal 41
Tukar Menukar dilaksanakan oleh:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 39 -

a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada


Pengelola Barang;
b. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan
Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengguna Barang.

Pasal 42
Mitra Tukar Menukar meliputi:
a. Pemerintah Daerah;
b. BUMN;
c. BUMD;
d. badan hukum lainnya yang dimiliki negara;
e. swasta, baik yang berbentuk badan hukum maupun
perorangan; atau
f. Pemerintah Negara lain.

Bagian Ketiga
Objek Tukar Menukar

Pasal 43
Tukar Menukar dapat dilakukan terhadap BMN berupa:
a. tanah dan/atau bangunan;
b. selain tanah dan/atau bangunan,
yang berada pada Pengelola Barang/ Pengguna Barang.

Bagian Keempat
Pemilihan dan Penetapan Mitra Tukar Menukar

Paragraf 1
Prinsip Pemilihan Mitra

Pasal 44
Pemilihan mitra didasarkan pada prinsip-prinsip:
a. dilaksanakan secara terbuka;
b. memperoleh manfaat yang optimal bagi negara;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 40 -

c. dilaksanakan oleh panitia pemilihan yang memiliki


integritas tinggi, handal, dan kompeten;
d. tertib administrasi; dan
e. tertib pelaporan.

Paragraf 2
Mekanisme Pemilihan

Pasal 45
(1) Pemilihan mitra dilakukan melalui tender.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), pemilihan mitra dapat dilakukan melalui
penunjukan langsung terhadap Tukar Menukar:
a. BMN berupa tanah, atau tanah dan bangunan:
1) yang dilakukan dengan Pemerintah Daerah,
Pemerintah Negara lain, dan/atau Pihak Lain
yang mendapatkan penugasan dari Pemerintah
dalam rangka pelaksanaan kepentingan umum;
2) untuk menyatukannya dalam 1 (satu) lokasi;
3) untuk menyesuaikan bentuk BMN berupa
tanah agar penggunaannya lebih optimal;
4) dalam rangka pelaksanaan rencana strategis
Pemerintah; atau
5) guna mendapatkan/memberikan akses jalan;
b. BMN berupa bangunan yang berdiri di atas tanah
Pihak Lain;
c. BMN selain tanah dan/atau bangunan yang
dilakukan dengan:
1) Pemerintah Daerah; dan/atau
2) Pihak Lain yang mendapatkan penugasan dari
Pemerintah dalam rangka pelaksanaan
kepentingan umum.
(3) Penunjukan langsung mitra Tukar Menukar
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengelola Barang;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 41 -

b. Pengguna Barang, untuk BMN yang berada pada


Pengguna Barang.

Paragraf 3
Pelaksana Pemilihan

Pasal 46
(1) Pelaksana pemilihan mitra Tukar Menukar BMN yang
berada pada Pengelola Barang terdiri atas:
a. Pengelola Barang; dan
b. panitia pemilihan, yang dibentuk oleh Pengelola
Barang dalam hal pemilihan mitra Tukar Menukar
BMN dilakukan melalui tender.
(2) Pelaksana pemilihan mitra Tukar Menukar BMN yang
berada pada Pengguna Barang terdiri atas:
a. Pengguna Barang; dan
b. panitia pemilihan, yang dibentuk oleh Pengguna
Barang dalam hal pemilihan mitra Tukar Menukar
BMN dilakukan melalui tender.

Paragraf 4
Tugas dan Kewenangan Pengelola Barang/Pengguna Barang

Pasal 47
(1) Dalam pemilihan mitra melalui tender, Pengelola
Barang/ Pengguna Barang memiliki tugas dan
kewenangan sebagai berikut:
a. menetapkan rencana umum pemilihan, termasuk
tetapi tidak terbatas pada menentukan persyaratan
peserta calon mitra dan prosedur kerja panitia
pemilihan;
b. menetapkan rencana pelaksanaan pemilihan, yang
meliputi:
1) kemampuan keuangan;
2) spesifikasi teknis; dan
3) rancangan perJanJ ian.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 42

c. menetapkan panitia pemilihan, dalam hal pemilihan


mitra Tukar Menukar BMN dilakukan melalui tender;
d. menetapkan jadwal proses pemilihan mitra
berdasarkan usulan dari panitia pemilihan;
e. menyelesaikan perselisihan antara peserta calon
mitra dengan panitia pemilihan, dalam hal terjadi
perbedaan pendapat;
f. membatalkan tender, dalam hal:
1) pelaksanaan pemilihan tidak sesuai atau
menyimpang dari dokumen pemilihan;
2) pengaduan masyarakat mengenai adanya
dugaan kolusi, korupsi, atau nepotisme yang
melibatkan panitia pemilihan ternyata terbukti
benar.
g. menetapkan mitra; clan
h. mengawas1 peny1mpanan clan pemeliharaan
dokumen pemilihan mitra.
(2) Selain tugas clan kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1), dapat melakukan tugas dan kewenangan
lain dalam kedudukannya selaku Pengelola
Barang/Pengguna Barang s.esuai ketentuan Peraturan
Perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN.
(3) Pengelola Barang/Pengguna Barang dapat membentuk
tim pendukung guna membantu pelaksanaan tugas dan
kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) clan
ayat (2).

Paragraf 5
Panitia Pemilihan

Pasal 48
( 1) Panitia pemilihan sekurang - kurangnya terdiri atas ketua,
sekretaris, clan anggota.
(2) Keanggotaan panitia pemilihan berjumlah gasal
ditetapkan sesuai kebutuhan, paling sedikit 5 (lima)
orang, yang terdiri atas:

www.jdih.kemenkeu.go.id

- 43 -

a. unsur dari Pengelola Barang dan dapat


mengikutsertakan unsur dari unit kerja/instansi
lain yang kompeten, untuk pemilihan mitra Tukar
Menukar BMN pada Pengelola Barang;
b. unsur dari Pengguna Barang dan dapat
mengikutsertakan unsur dari unit kerja/instansi
lain yang kompeten, untuk pemilihan mitra Tukar
Menukar BMN pada Pengguna Barang;
(3) Panitia pemilihan diketuai oleh:
a. unsur dari Pengelola Barang, untuk pemilihan mitra
Tukar Menukar BMN pada Pengelola Barang;
b. unsur dari Pengguna Barang, untuk pemilihan mitra
Tukar Menukar BMN pada Pengguna Barang.
(4) Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dilarang ditunjuk
dalam keanggotaan panitia pemilihan.

Pasal 49
( 1) Untuk ditetapkan sebagai panitia pemilihan, harus
memenuhi persyaratan:
a. memiliki integritas;
b. memiliki tanggung jawab dan pengetahuan teknis
untuk melaksanakan tugas;
c. memiliki pengetahuan yang memadai di bidang
pengelolaan BMN;
d. mampu mengambil keputusan dan bertindak tegas;
dan
e. tidak menjabat sebagai pengelola keuangan.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)
huruf b sekurang-kurangnya meliputi:
a. berstatus Pegawai Negeri Sipil/anggota Tentara
Nasional Indonesia/Kepolisian Republik Indonesia
dengan golongan paling rendah II/b atau yang
setara;
b. tidak sedang menjalani hukuman disiplin; dan
c. memiliki kemampuan kerja secara berkelompok
dalam melaksanakan setiap tugas/pekerjaannya.

www.jdih.kemenkeu.go.id

.,
- 44 -

Pasal 50
(1) Tugas clan kewenangan panitia pemilihan meliputi:
a. menyusun rencana jadwal proses pemilihan mitra
clan menyampaikannya kepada Pengelola
Barang/Pengguna Barang untuk mendapatkan
penetapan;
b. membuat clan menetapkan dokumen pemilihan;
c. mengumumkan pelaksanaan pemilihan mitra di
media massa nasional clan di website
Kementerian/Lembaga masing-masing;
d. melakukan penelitian kualifikasi peserta calon
mitra;
e. melakukan evaluasi administrasi clan teknis
terhadap penawaran yang masuk;
f. menyatakan tender gagal;
g. melakukan:
1) tender dengan peserta calon mitra yang lulus
kualifikasi;
2) negosiasi dengan calon mitra dalam hal tender
gagal atau pemilihan mitra tidak dilakukan
melalui tender;
h. mengusulkan calon mitra berdasarkan hasil
tender/seleksi langsung/penunjukan langsung
kepada Pengelola Barang/Pengguna Barang;
1. menyimpan dokumen asli pemilihan; clan
J. membuat laporan pertanggungjawaban mengenai
proses clan hasil pemilihan kepada Pengelola
Barang/Pengguna Barang.
(2) Selain tugas clan kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), panitia pemilihan dapat mengusulkan
kepada Pengelola Barang/Pengguna Barang:
a. perubahan spesifikasi teknis; clan/ atau
b. perubahan materi perjanjian.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 45

Paragraf 6
Calon Mitra

Pasal 51
(1) Dalam pemilihan mitra yang ditempuh melalui
mekanisme tender, calon mitra Tukar Menukar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf e wajib
memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya sebagai
berikut:
a. identitas diri/anggaran dasar/anggaran rumah
tangga;
b. menyampaikan dokumen penawaran beserta
dokumen pendukungnya;
c. cakap menurut hukum; dan
d. memiliki domisili tetap dan alamat yang jelas.
(2) Pejabat/pegawai pada Kementerian/ Lembaga atau pihak
yang memiliki hubungan keluarga, baik dengan
Pengelola Barang/Pengguna Barang, tim Tukar Menukar,
maupun panitia pemilihan, sampai dengan derajat ketiga
dilarang menjadi calon mitra.

Paragraf 7
Biaya

Pasal 52
Pengelola Barang/Pengguna Barang menyediakan biaya
untuk persiapan dan pelaksanaan pemilihan mitra yang
dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Paragraf 8
Tender

Pasal 53
Tender dilakukan untuk memilih mitra yang tepat dalam
rangka mewujudkan Pemindahtanganan BMN yang efisien,
efektif, dan optimal.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 46

Pasal 54
Tahapan tender meliputi:
a. pengumuman;
b. pengambilan dokumen pemilihan;
c. pemasukan dokumen penawaran;
d. pembukaan dokumen penawaran;
e. penelitian kualifikasi;
f. pemanggilan peserta calon mitra;
g. Penilaian dan/atau review usulan barang pengganti;
h. pelaksanaan tender; dan
1. pengusulan calon mitra.

Pasal 55
(1) Panitia pemilihan mengumumkan rencana pelaksanaan
tender di media massa nasional, baik media cetak atau
media elektronik, dan website Kementerian/Lembaga.
(2) Pengumuman melalui media massa nasional dilakukan
paling sedikit 2 (dua) kali.
(3) Pengumuman sekurang-kurangnya memuat:
a. nama dan alamat Pengelola Barang/Pengguna
Barang;
b. identitas BMN objek Tukar Menukar; dan
c. jadwal dan lokasi pengambilan dokumen pemilihan.

Pasal 56
(1) Peserta calon mitra dapat mengambil dokumen
pemilihan secara langsung kepada panitia pemilihan
dan/atau mengunduh dari website sesuai waktu dan
tempat yang ditentukan dalam pengumuman.
(2) Panitia pemilihan membuat daftar peserta calon mitra
yang melakukan pengambilan dokumen pemilihan.

Pasal 57
Peserta calon mitra memasukkan dokumen penawaran dalam
jangka waktu dan sesuai persyaratan sebagaimana
ditetapkan dalam dokumen pemilihan.

www.jdih.kemenkeu.go.id

- 47 -

Pasal 58
( 1) Pembukaan dokumen penawaran dilakukan secara
terbuka di hadapan peserta calon mitra pada waktu dan
tempat yang ditentukan dalam dokumen pemilihan.
(2) Pembukaan dokumen penawaran dituangkan dalam berita
acara yang ditandatangani oleh panitia pemilihan dan
2 (dua) orang saksi dari peserta calon mitra yang hadir.

Pasal 59
( 1) Panitia pemilihan melaksanakan penelitian kualifikasi
terhadap peserta calon mitra yang telah mengajukan
dokumen penawaran secara lengkap, benar, dan tepat
waktu untuk memperoleh mitra yang memenuhi
kualifikasi dan persyaratan untuk mengikuti tender
Tukar Menukar.
(2) Hasil penelitian kualifikasi dituangkan dalam berita
acara yang ditandatangani oleh panitia pemilihan.

Pasal 60
Panitia pemilihan melakukan pemanggilan peserta calon
mitra yang dinyatakan lulus kualifikasi untuk mengikuti
pelaksanaan tender melalui surat tertulis dan/ atau surat
elektronik ( e-maiij .

Pasal 6 1
( 1) Dalam hal pada proses pemilihan mitra Tukar Menukar
BMN, barang pengganti yang diusulkan sudah tersedia,
Pengelola Barang mengajukan permohonan kepada
Penilai untuk melakukan Penilaian usulan barang
pengganti calon mitra Tukar Menukar, untuk Tukar
Menukar BMN yang berada pada Pengelola Barang;
(2) Dalam hal pada proses pemilihan mitra Tukar Menukar
BMN, barang pengganti yang diusulkan belum tersedia,
calon mitra Tukar Menukar harus menyampaikan data:
a. spesifikasi barang pengganti berupa tanah, meliputi
tetapi tidak terbatas pada lokasi, luas, status
kepemilikan, dan peruntukan;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 48 -

b. spesifikasi barang pengganti berupa bangunan,


meliputi tetapi tidak terbatas pada desain,
konstruksi, dan rincian anggaran dan biaya;
c. spesifikasi barang pengganti selain tanah dan/ atau
bangunan, meliputi tetapi tidak terbatas pada
identitas barang.
(3) Terhadap barang pengganti sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) , panitia pemilihan mitra meminta unit
kerja/instansi teknis yang kompeten untuk melakukan
review usulan barang pengganti.

Pasal 62
(1) Tender dilakukan untuk memilih mitra yang tepat dari
peserta calon mitra yang lulus kualifikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1).
(2) Tender sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sepanjang terdapat paling sedikit 3 (tiga)
peserta calon mitra yang memasukkan penawaran.
(3) Hasil tender dituangkan dalam berita acara yang
ditandatangani oleh panitia pemilihan dan calon mitra
selaku pemenang tender.

Pasal 63
( 1 ) Pengusulan pemenang tender sebagai calon mitra
Pemindahtanganan disampaikan secara tertulis oleh
panitia pemilihan kepada Pengelola Barang/ Pengguna
Barang berdasarkan berita acara tender.
(2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melampirkan dokumen pemilihan.

Pasal 64
Pengelola Ba.rang/ Pengguna Barang menetapkan keputusan
mengenai pemenang tender sebagai mitra Tukar Menukar
berdasarkan usulan panitia pemilihan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 49

Paragraf 9
Tender Gagal dan Tender Ulang

Pasal 65
( 1) Panitia pemilihan menyatakan tender gagal dalam hal:
a. tidak terdapat peserta calon mitra yang lulus
kualifikasi;
b. ditemukan bukti/indikasi terjadi persamgan tidak
sehat;
c. dokumen pemilihan tidak sesuai dengan Peraturan
Menteri ini; atau
d. calon mitra mengundurkan diri.
(2) Terhadap tender gagal, tidak diberikan ganti rugi kepada
peserta calon mitra.

Pasal 66
( 1) Panitia pemilihan menyatakan tender ulang dalam hal:
a. tender dinyatakan gagal se bagaimana dimaksud
dalam Pasal 65 ayat ( 1); atau
b. peserta calon mitra yang mengikuti tender kurang
dari 3 (tiga) peserta.
(2) Terhadap tender yang dinyatakan panitia pemilihan
sebagai tender ulang, panitia pemilihan segera
melakukan pengumuman ulang di media massa
nasional, baik media cetak atau media elektronik, dan
website Kementerian/Lembaga.
(3) Dalam hal pada pelaksanaan tender ulang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terdapat paling sedikit 3 (tiga)
orang peserta calon mitra, proses dilanjutkan dengan
mekanisme tender.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 50 -

Paragraf 1 0
Seleksi Langsung

Pasal 67
(1) Dalam hal setelah dilakukan pengumuman ulang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2), peserta
calon mitra yang mengikuti tender ulang terdiri atas 2 (dua)
peserta, maka panitia pemilihan menyatakan tender ulang
gagal dan selanjutnya melakukan seleksi langsung.
(2) Seleksi langsung dilakukan dengan 2 (dua) calon mitra
yang mengikuti tender ulang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(3) Tahapan seleksi langsung terdiri atas:
a. pembukaan dokumen penawaran;
b. negosiasi; dan
c. pengusulan calon mitra kepada Pengelola
Barang/Pengguna Barang.
(4) Proses dalam tahapan seleksi langsung dilakukan seperti
halnya proses tender sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 54.

Pasal 68
(1) Negosiasi dilakukan terhadap teknis pelaksanaan Tukar
Menukar dan konsep materi perjanjian.
(2) Hasil negosiasi dituangkan dalam berita acara yang
ditandatangani oleh panitia pemilihan dan peserta calon
mitra.

Pasal 69
(1) Panitia pemilihan melakukan penelitian terhadap berita
acara melalui cara perbandingan antara hasil negosiasi
masing-masing peserta calon mitra.
(2) Panitia pemilihan menyampaikan usulan peserta calon
mitra dengan hasil negosiasi terbaik kepada Pengelola
Barang/Pengguna Barang untuk dapat ditetapkan
sebagai mitra.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 51 -

(3) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai


dengan dasar pertimbangan dan melampirkan dokumen
pemilihan.

Paragraf 11
Penunjukan Langsung

Pasal 70
(1) Dalam hal setelah dilakukan pengumuman ulang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2), peserta
calon mitra yang mengajukan penawaran hanya terdiri
atas 1 (satu) peserta, maka panitia pemilihan
menyatakan tender ulang gagal.
(2) Dalam hal peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memenuhi persyaratan sebagai calon mitra, maka panitia
pemilihan selanjutnya melakukan penunjukan langsung
atas calon mitra tersebut.
(3) Tahapan penunjukan langsung terdiri atas:
a. negosiasi; dan
b. pengusulan calon mitra kepada Pengelola
Barang/ Pengguna Barang.
(4) Negosiasi sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf a dilakukan dengan mengikuti
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68.
(5) Pengusulan calon mitra sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf b disertai dengan dasar pertimbangan dan
melampirkan dokumen pemilihan.

Pasal 71
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tender
diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal.
(2) Petunjuk pelaksanaan atas teknis penyelenggaraan
tender pada Pengguna Barang ditetapkan oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga sesuai kewenangan masing­
masing, dengan berpedoman pada Peraturan Menteri ini
dan ketentuan dalam peraturan Direktur Jenderal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 52 -

Bagian Kelima
Tata Cara Tukar Menukar BMN Yang Berada Pada
Pengelola Barang

Paragraf 1
Umum

Pasal 72
Pelaksanaan Tukar Menukar BMN yang berada pada
Pengelola Barang dilakukan berdasarkan:
a. inisiatif Pengelola Barang; atau
b. permohonan Tukar Menukar dari Pihak Lain.

Paragraf 2
Tata Cara Tukar Menukar BMN Berupa Tanah Dan/Atau
Bangunan Yang Berada Pada Pengelola Barang

Pasal 73
Tukar Menukar atas BMN berupa tanah dan/atau bangunan
yang berada pada Pengelola Barang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 72 huruf a dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Pengelola Barang melakukan penelitian mengenai
kemungkinan melaksanakan Tukar Menukar yang
didasarkan pada pertimbangan sebagaimana dimaksud
<la.lam Pasal 35 sebagai berikut:
1) melakukan penelitian mengenai pertimbangan
Tukar Menukar, baik dari aspek teknis, aspek
ekonomis, dan aspek yuridis;
2) melakukan penelitian data administratif, yakni:
a) data tanah, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada status dan bukti
kepemilikan, lokasi, luas, nilai perolehan
dan/atau nilai buku;

www.jdih.kemenkeu.go.id

..
- 53

b) data bangunan, sebagaimana tercantum dalam


Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada luas, jumlah lantai, lokasi,
tanggal perolehan, dan nilai perolehan
dan / atau nilai buku, serta dokumen
pendukung seperti Izin Mendirikan Bangunan
(1MB) ;
3) melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan
kesesuaian fisik tanah dan / atau bangunan dengan
data administratif,
yang dituangkan dalam berita acara penelitian .
b. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Pengelola B arang
menetapkan BMN berupa tanah dan / atau bangunan
yang menj adi obj ek Tukar Menukar.
c. Pengelola Barang menyusun nnc1an rencana barang
pengganti sebagai berikut:
1) tanah, meliputi luas dan lokasi yang peruntukannya
sesuai dengan tata ruang wilayah;
2) bangunan, meliputi j enis, luas, dan konstruksi
bangunan serta sarana dan prasarana penunj ang.
d. Pengelola Barang mengajukan permohonan kepada
Penilai untuk melakukan Penilaian BMN berupa tanah
dan/ atau bangunan yang akan dilepas .
e. Penilai menyampaikan laporan hasil Penilaian kepada
Pengelola Barang.
f. Pengelola Barang melakukan pemilihan mitra Tukar
Menukar.
g. Pengelola Barang menerbitkan keputusan Tukar
Menukar yang sekurang-kurangnya memuat:
1) . mitra Tukar Menukar;
2) BMN berupa tanah dan/ atau bangunan yang akan
dilepas;
3) nilai barang pengganti dan nilai waj ar BMN berupa
tanah dan / atau bangunan yang akan dilepas yang
masih berlaku pada tanggal keputusan diterbitkan;
dan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 54 -

4) rincian rencana barang pengganti.


h. Dalam hal Tukar Menukar memerlukan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat, Pengelola Barang terlebih
dahulu mengajukan permohonan persetujuan Tukar
Menukar kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
1. Dalam hal Tukar Menukar tidak memerlukan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat tetapi BMN yang
menjadi objek Tukar Menukar memiliki nilai lebih dari
Rpl0. 000. 000. 000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola
Barang mengajukan permohonan persetujuan Tukar
Menukar kepada Presiden.
J. Pengelola Barang dan mitra Tukar Menukar
menandatangani perjanjian Tukar Menukar.
k. Mitra Tukar Menukar menyediakan barang pengganti
sesuai dengan perjanjian Tukar Menukar.
1. Dalam hal mitra Tukar Menukar melaksanakan
pekerjaan pembangunan/pengadaan barang pengganti,
Pengelola Barang melakukan monitoring pelaksanaan
pengadaan/pembangunan barang pengganti berdasarkan
laporan konsultan pengawas dan penelitian lapangan.
m. Sebelum dilakukan penyerahan BMN yang dilepas,
Pengelola Barang melakukan penilikan kesesuaian
spesifikasi dan/atau jumlah barang pengganti dengan
yang tertuang dalam perjanjian Tukar Menukar.
n. Dalam melakukan penilikan sebagaimana dimaksud
pada huruf m, Pengelola Barang dapat melibatkan aparat
pengawasan intern pemerintah.
o. Dalam hal dari hasil penilikan sebagaimana tersebut
pada huruf m terdapat ketidaksesuaian spesifikasi
dan/atau jumlah barang pengganti dengan perJanJian
Tukar Menukar, mitra Tukar Menukar wajib
melengkapi/memperbaiki ketidaksesuaian tersebut.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 55 -

p. Dalam hal kewajiban mitra untuk


melengkapi/memperbaiki ketidaksesuaian sebagaimana
dimaksud pada huruf o tidak dapat dipenuhi, maka
mitra berkewajiban untuk menyetorkan ke kas negara
senilai kewajiban mitra yang belum dipenuhi.
q. Pengelola Barang melakukan penelitian kelengkapan
dokumen barang pengganti, meliputi tetapi tidak terbatas
pada Izin Mendirikan Bangunan (1MB) dan bukti
kepemilikan, serta menyiapkan berita acara serah terima
untuk ditandatangani oleh Pengelola Barang dan mitra
Tukar Menukar.
r. Berdasarkan perjanjian Tukar Menukar sebagaimana
dimaksud pada huruf j, Pengelola Barang melakukan
serah terima barang, yang dituangkan dalam berita acara
serah terima.
s. Pengelola Barang melakukan Penghapusan BMN yang
dilepas dari Daftar Barang Pengelola dengan berpedoman
pada ketentuan Peraturan Perundang-undangan di
bidang Penghapusan BMN serta mencatat barang
pengganti sebagai BMN dalam Daftar Barang Pengelola.

Pasal 74
Tukar Menukar atas BMN berupa tanah dan/atau bangunan
yang berada pada Pengelola Barang se bagaimana dimaksud
dalam Pasal 72 huruf b dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Permohonan dari Pihak Lain harus diajukan secara
tertulis kepada Pengelola Barang, dengan disertai
penjelasan dan data pendukung berupa:
1) rincian peruntukan;
2) jenis/spesifikasi;
3) lokasi/data teknis;
4) perkiraan nilai barang pengganti; dan
5) hal lain yang diperlukan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 56 -

b. Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada


huruf a, Pengelola Barang melakukan penelitian
mengenai kemungkinan melaksanakan Tukar Menukar
yang didasarkan pada pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 dan melakukan kajian dari
aspek teknis, ekonomis, dan yuridis.
c. Dalam hal berdasarkan penelitian dan kajian
sebagaimana dimaksud pada huruf b:
1) permohonan tidak disetujui, Pengelola Barang
menyampaikan secara tertulis kepada Pihak Lain
sebagaimana tersebut pada huruf a disertai dengan
alasannya;
2) permohonan disetujui, proses selanjutnya mengikuti
ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 73
huruf a angka 2) sampai dengan huruf s.

Paragraf 2
Tata Cara Tukar Menukar BMN Selain Tanah Dan/ Atau
Bangunan Yang Berada Pada Pengelola Barang

Pasal 75
Tukar Menukar atas BMN selain tanah dan/ atau bangunan
yang berada pada Pengelola Barang berdasarkan inisiatif
Pengelola Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72
huruf a dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pengelola Barang melakukan penelitian mengena1
kemungkinan melaksanakan Tukar Menukar yang
didasarkan pada pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 dengan tahapan:
1) melakukan penelitian kelayakan Tukar Menukar,
baik dari aspek teknis, ekonomis, maupun yuridis;
2) melakukan penelitian data administratif BMN selain
tanah dan/atau bangunan yang akan dilakukan
Tukar Menukar;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 57 -

3) melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan


kesesuaian fisik BMN selain tanah dan/atau
bangunan dengan data administratif,
yang dituangkan dalam berita acara penelitian.
b. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Pengelola Barang
menetapkan BMN selain tanah dan/atau bangunan yang
menjadi objek Tukar Menukar.
c. Pengelola Barang menyusun nnc1an rencana barang
pengganti.
d. Pengelola Barang mengajukan permohonan kepada
Penilai untuk melakukan Penilaian BMN selain tanah
dan/atau bangunan yang akan dilepas.
e. Penilai menyampaikan laporan hasil Penilaian kepada
Pengelola Barang.
f. Pengelola Barang melakukan pemilihan mitra Tukar
Menukar.
g. Pengelola Barang menerbitkan keputusan Tukar
Menukar yang sekurang-kurangnya memuat:
1) mitra Tukar Menukar;
2) BMN selain tanah dan/atau bangunan yang akan
dilepas;
3) nilai barang pengganti dan nilai Wa.Jar BMN selain
tanah dan/atau bangunan yang akan dilepas yang
masih berlaku pada tanggal keputusan diterbitkan;
dan
4) rincian rencana barang pengganti.
h. Dalam hal BMN yang menjadi objek Tukar Menukar
memiliki nilai lebih dari Rpl00.000.000.000,00 (seratus
miliar rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu
mengajukan permohonan persetujuan Tukar Menukar
kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
1. Dalam hal BMN yang menjadi objek Tukar Menukar
memiliki nilai lebih dari Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) sampai dengan Rpl00.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu
mengajukan permohonan persetujuan Tukar Menukar
kepada Presiden.

www.jdih.kemenkeu.go.id
J,

- 58 -

J. Pengelola Barang dan mitra Tukar Menukar


menandatangani perjanjian Tokar Menukar.
k. Mitra Tukar Menukar menyediakan barang pengganti
sesuai dengan perjanjian Tukar Menukar, termasuk
menyelesaikan pengurusan dokumen administratif yang
diperlukan.
1. Dalam hal mitra Tukar Menukar melaksanakan
pekerjaan pembangunan/pengadaan barang pengganti,
Pengelola Barang melakukan monitoring pelaksanaan
pembangunan/pengadaan barang pengganti.
m. Sebelum dilakukan penyerahan BMN yang dilepas,
Pengelola Barang melakukan penilikan kesesuaian
spesifikasi dan/atau jumlah barang pengganti dengan
yang tertuang dalam perjanjian Tukar Menukar.
n. Dalam melakukan penilikan sebagaimana dimaksud
pada huruf m, Pengelola Barang dapat melibatkan aparat
pengawasan intern pemerintah.
o. Dalam hal dari hasil penilikan sebagaimana tersebut
pada huruf m terdapat ketidaksesuaian spesifikasi
dan/atau jumlah barang pengganti dengan perJanJ1an
Tukar Menukar, mitra Tukar Menukar wajib
melengkapi/memperbaiki ketidaksesuaian tersebut.
p. Dalam hal kewajiban mitra untuk
melengkapi/memperbaiki ketidaksesuaian sebagaimana
dimaksud pada huruf o tidak dapat dipenuhi, maka mitra
berkewajiban untuk menyetorkan ke kas negara senilai
kewajiban mitra yang belum dipenuhi.
q. Pengelola Barang melakukan penelitian kelengkapan
dokumen barang pengganti, meliputi tetapi tidak terbatas
pada bukti kepemilikan, serta menyiapkan berita acara
serah terima untuk ditandatangani oleh Pengelola
Barang dan mitra Tukar Menukar.
r. Berdasarkan perjanjian Tukar Menukar sebagaimana
dimaksud pada huruf j, Pengelola Barang melakukan
serah terima barang, yang dituangkan dalam berita acara
serah terima.

www.jdih.kemenkeu.go.id
a
- 59 -

s. Pengelola Barang melakukan Penghapusan BMN yang


dilepas dari Daftar Barang Pengelola dengan berpedoman
pada ketentuan Peraturan Perundang -undangan di
bidang Penghapusan BMN serta mencatat barang
pengganti sebagai BMN dalam Daftar Barang Pengelola.

Pasal 76
Tukar Menukar atas BMN selain tanah dan/atau bangunan
yang berada pada Pengelola Barang berdasarkan permohonan
Tukar Menukar dari Pihak Lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 72 huruf b dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Permohonan harus diajukan secara tertulis kepada
Pengelola Barang, dengan disertai penjelasan dan data
pendukung berupa:
1) rincian peruntukan;
2) jenis/spesifikasi;
3) lokasi/data teknis;
4) perkiraan nilai barang pengganti; dan
5) hal lain yang diperlukan.
b. Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, Pengelola Barang melakukan penelitian
mengenai kemungkinan melaksanakan Tukar Menukar
yang didasarkan pada pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 dan melakukan kajian dari
aspek teknis, ekonomis, dan yuridis.
c. Dalam hal berdasarkan penelitian dan kajian
sebagaimana dimaksud pada huruf b:
1) permohonan tidak disetujui, Pengelola Barang
menyampaikan secara tertulis kepada Pihak Lain
sebagaimana tersebut pada huruf a disertai dengan
alasannya;
2) permohonan disetujui, proses selanjutnya mengikuti
ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 5
huruf a angka 2) sampai dengan huruf s.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 60

Bagian Keenam
Tata Cara Tukar Menukar BMN Yang Berada Pada Pengguna
Barang

Paragraf 1
Tata Cara Tukar Menukar BMN Berupa Tanah Dan/ Atau
Bangunan Yang Berada Pada Pengguna Barang

Pasal 77
Tukar Menukar atas BMN berupa tanah dan/atau bangunan
yang berada pada Pengguna Barang dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Pengguna Barang mengajukan permohonan persetujuan
Tukar Menukar kepada Pengelola Barang, dengan
disertai:
1) penjelasan/pertimbangan Tukar Menukar;
2) surat pernyataan tanggung jawab atas perlunya
dilaksanakan Tukar Menukar yang ditandatangani
oleh Pengguna Barang atau pejabat struktural yang
diberikan kuasa;
3) peraturan daerah mengenai tata ruang wilayah atau
penataan kota;
4) data administratif BMN yang dilepas, yaitu:
a) data tanah, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada status dan bukti
kepemilikan, lokasi, luas, nilai perolehan
dan/atau nilai buku;
b) data bangunan, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada luas, jumlah lantai, lokasi,
tanggal perolehan, dan nilai perolehan dan/atau
nilai buku, serta dokumen pendukung seperti
Izin Mendirikan Bangunan (1MB);

www.jdih.kemenkeu.go.id
,,
- 61 -

5) rincian kebutuhan barang pengganti, meliputi:


a) tanah, meliputi luas dan lokasi yang
peruntukannya sesuai dengan tata ruang
wilayah; dan/atau
b) bangunan, meliputi Jen1s, luas, dan rencana
konstruksi bangunan, serta sarana dan
prasarana penunJang.
b. Pengelola Barang melakukan penelitian mengenai
permohonan Tukar Menukar dengan tahapan:
1) melakukan penelitian kelayakan permohonan Tukar
Menukar, baik dari aspek teknis, ekonomis,
maupun yuridis;
2) melakukan penelitian data administratif tersebut
pada huruf a angka 4) ; dan
3) melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan
kesesuaian fisik BMN berupa tanah dan/atau
bangunan yang akan dilepas dengan data
administratif, dalam hal diperlukan.
c. Pengelola Barang mengajukan permohonan kepada
Penilai untuk melakukan Penilaian BMN berupa tanah
dan/atau bangunan yang akan dilepas.
d. Penilai menyampaikan laporan hasil Penilaian kepada
Pengelola Barang.
e. Dalam hal permohonan Tukar Menukar tidak disetujui,
Pengelola Barang memberitahukan kepada Pengguna
Barang yang bersangkutan, disertai alasannya.
f. Dalam hal permohonan Tukar Menukar disetujui,
Pengelola Barang menerbitkan 1zm pnns1p Tukar
Menukar, yang sekurang-kurangnya memuat:
1) BMN berupa tanah dan/ atau bangunan yang akan
dilepas;
2) nilai wajar BMN berupa tanah dan/atau bangunan
yang akan dilepas, yang masih berlaku pada tanggal
surat persetujuan diterbitkan; dan
3) rincian kebutuhan barang pengganti.

www.jdih.kemenkeu.go.id
<,

- 62 -

g. Berdasarkan 1zm pnns1p sebagaimana dimaksud pada


huruf f, Pengguna Barang:
1) melakukan pemilihan mitra Tukar Menukar;
2) melakukan pembahasan dengan mitra Tukar
Menukar mengenai nncian kebutuhan barang
pengganti, yang dituangkan dalam lembar
pembahasan;
3) melakukan penelitian data administratif dan fisik;
dan
4) menyiapkan hal - hal yang bersifat teknis lainnya. .
h. Guna menunjang pelaksanaan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada huruf g, Pengguna Barang dapat
membentuk tim.
1. Pengguna Barang mengajukan permohonan 1z1n
pelaksanaan kepada Pengelola Barang dengan
melampirkan laporan tim, termasuk tetapi tidak terbatas
pada dokumen hasil pemilihan mitra dan laporan
penelitian spesifikasi barang pengganti, paling lama
12 (dua belas) bulan sejak izin prinsip diterbitkan.
J. Dalam hal permohonan izin pelaksanaan Tukar Menukar
disetujui, Pengelola Barang menerbitkan surat
persetujuan Tukar Menukar yang sekurang-kurangnya
memuat:
1) nilai wajar BMN berupa tanah dan/atau bangunan
yang akan dilepas, yang masih berlaku pada tanggal
surat persetujuan diterbitkan;
2) spesifikasi barang pengganti;
3) kewajiban Pengguna Barang untuk:
a) menandatangani perjanjian Tukar Menukar
dengan mitra Tukar Menukar;
b) melaporkan hasil pelaksanaan Tukar Menukar
disertai berita acara serah terima;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 63

4) kewajiban mitra Tukar Menukar untuk:


a) menyerahkan barang pengganti;
b) menyelesaikan pengurusan bukti kepemilikan
tanah dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
atas nama Pemerintah Republik Indonesia;
c) menyetor ke kas negara selisih nilai lebih
antara BMN yang menjadi objek Tukar
Menukar dan aset pengganti, berdasarkan hasil
Penilaian.
k. Dalam hal Tukar Menukar memerlukan persetuj uan
Dewan Perwakilan Rakyat, Pengelola Barang terlebih
dahulu mengajukan permohonan persetujuan Tukar
Menukar kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
1. Dalam hal Tukar Menukar tidak memerlukan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat tetapi BMN yang
menjadi objek Tukar Menukar memiliki nilai lebih dari
Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola
Barang terlebih dahulu mengajukan permohonan
persetujuan Tukar Menukar kepada Presiden.
m. Berdasarkan surat persetujuan Tukar Menukar dari
Pengelola Barang, Pengguna Barang dan mitra Tukar
Menukar menandatangani perjanjian Tukar Menukar.
n. Mitra Tukar Menukar menyediakan barang pengganti
sesuai dengan perjanjian Tukar Menukar.
o. Dalam hal mitra Tukar Menukar melaksanakan
pekerjaan pembangunan/pengadaan barang pengganti,
Pengguna Barang melakukan monitoring pelaksanaan
pengadaan/pembangunan barang pengganti berdasarkan
laporan konsultan pengawas dan penelitian lapangan.
p. Sebelum dilakukan penyerahan BMN yang dilepas,
Pengguna Barang melakukan penilikan kesesuaian
spesifikasi dan/atau jumlah barang pengganti dengan
yang tertuang dalam perjanjian Tukar Menukar serta
melaporkan hal tersebut kepada Pengelola Barang.

www.jdih.kemenkeu.go.id

- 64

q. Dalam melakukan penilikan sebagaimana dimaksud


pada huruf p, Pengguna Barang dapat melibatkan aparat
pengawasan intern pemerintah.
r. Dalam hal dari hasil penilikan sebagaimana tersebut
pada huruf p terdapat ketidaksesuaian spesifikasi
dan/ atau jumlah barang pengganti dengan yang tertuang
dalam perJanJ1an, mitra Tukar Menukar wajib
melengkapi/ memperbaiki ketidaksesuaian tersebut.
s. Dalam hal kewajiban mitra Tukar Menukar untuk
melengkapi/ memperbaiki ketidaksesuaian sebagaimana
dimaksud pada huruf r tidak dapat dipenuhi, mitra
Tukar Menukar waj ib menyetor ke kas negara senilai sisa
kewaj ibannya yang belum dipenuhi.
t. Pengguna Barang melakukan penelitian kelengkapan
dokumen barang pengganti, meliputi tetapi tidak terbatas
pada Izin Mendirikan Bangunan (1MB) dan bukti
kepemilikan, serta menyiapkan berita acara serah terima
untuk ditandatangani oleh Pengguna Barang dan mitra
Tukar Menukar.
u. Berdasarkan perjanjian Tukar Menukar sebagaimana
dimaksud pada huruf m, Pengguna Barang
menandatangani berita acara serah terima bersama
mitra Tukar Menukar setelah seluruh kewajiban mitra
telah dipenuhi.
v. Pengguna Barang melakukan Penghapusan BMN yang
dilepas dari Daftar Barang Pengguna dengan
berpedoman pada pada ketentuan Peraturan Perundang­
undangan di bidang Penghapusan BMN serta mencatat
barang pengganti sebagai BMN dalam Daftar Barang
Pengguna.
w. Pengguna Barang melaporkan pelaksanaan serah terima
barang dan Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna
kepada Pengelola Barang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 65

x. Berdasarkan berita acara serah terima, keputusan


Penghapusan dan laporan pelaksanaan Penghapusan
dari Daftar Barang Pengguna, Pengelola Barang
menerbitkan keputusan penetapan status penggunaan
un tuk bar_ang penggan ti.

Paragraf 2
Tata Cara Tukar Menukar BMN Selain Tanah Dan / Atau:
Bangunan Yang Berada Pada Pengguna Barang

Pasal 78
Tukar Menukar atas BMN selain tanah dan/ atau bangunan
yang berada pada Pengguna Barang dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Pengguna Barang mengajukan permohonan Tukar
Menukar kepada Pengelola Barang dengan disertai:
1) penj elasan atas permohonan Tukar Menukar;
2) surat pernyataan tanggung j awab atas perlunya
dilaksanakan Tukar Menukar yang ditandatangani
oleh Pengguna Barang atau pej abat struktural yang
diberikan kuasa;
3) data pendukung mengenai BMN yang akan dilepas;
4) data rincian kebutuhan barang pengganti;
5) nilai taksiran atas BMN yang dilepas dan barang
pengganti; dan
6) calon mitra Tukar Menukar.
b. Pengelola Barang melakukan penelitian mengena1
kemungkinan pelaksanaan Tukar Menukar dengan
tahapan:
1) melakukan penelitian kelayakan permohonan Tukar
Menukar, baik dari aspek teknis, ekonomis,
maupun yuridis;
2) melakukan penelitian data administratif BMN yang
akan dilepas, termasuk meminta data tambahan
dalam hal diperlukan;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 66 -

3) melakukan penelitian fisik atas BMN yang akan


dilepas dan/atau barang pengganti untuk
mencocokkan kesesuaian fisik BMN yang akan
dilepas dan/atau barang pengganti dengan data
administratif, dalam hal diperlukan.
c. Pengelola Barang mengajukan permohonan kepada
Penilai untuk melakukan Penilaian BMN selain tanah
dan/atau bangunan yang akan dilepas.
d. Penilai menyampaikan laporan hasil Penilaian kepada
Pengelola Barang.
e. Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud
dalam huruf b, Pengelola Barang menentukan disetujui
atau tidak disetujuinya permohonan tersebut.
f. Dalam hal permohonan Tukar Menukar tidak disetujui,
Pengelola Barang memberitahukan kepada Pengguna
Barang yang bersangkutan, disertai alasannya.
g. Dalam hal permohonan Tukar Menukar disetujui,
Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan Tukar
Menukar yang sekurang-kurangnya memuat:
1) mitra Tukar Menukar;
2) BMN yang akan dilepas;
3) rincian kebutuhan barang pengganti; dan
4) nilai wajar BMN yang akan dilepas yang masih
berlaku pada tanggal surat persetujuan diterbitkan,
dan nilai barang pengganti.
h. Dalam hal BMN yang menjadi objek Tukar Menukar
memiliki nilai lebih dari Rpl00.000.000.000,00 (seratus
miliar rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu
mengajukan permohonan persetujuan Tukar Menukar
kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
1. Dalam hal BMN yang menjadi objek Tukar Menukar
memiliki nilai lebih dari Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) sampai dengan Rpl00.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu
mengajukan permohonan persetujuan Tukar Menukar
kepada Presiden.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 67 -

J. Berdasarkan persetujuan Pengelola Barang, Pengguna


Barang melaksanakan penandatanganan perJanJ1an
Tukar Menukar dengan mitra Tukar Menukar.
k. Mitra Tukar Men_ukar menyediakan barang pengganti
sesuai dengan perjanjian Tukar Menukar.
1. Setelah pelaksanaan pengadaan barang pengganti
selesai, Pengguna Barang melakukan penelitian barang
pengganti yang meliputi:
1) meneliti kesesuaian barang pengganti dengan
ketentuan yang tertuang dalam perjanjian; dan
2) meneliti kelengkapan dokumen administratif atas
barang pengganti.
m. Pelaksanaan serah terima barang yang dipertukarkan
antara Pengguna Barang dan mitra Tukar Menukar
dilakukan setelah barang pengganti sesuai dengan
perjanjian dan siap pakai, baik secara fisik maupun
secara administratif, atau telah disetorkannya selisih
nilai barang dalam hal nilai BMN lebih tinggi dari barang
pengganti.
n. Pelaksanaan serah terima barang yang dipertukarkan
antara Pengguna Barang dan mitra Tukar Menukar
dituangkan dalam berita acara serah terima.
o. Berdasarkan berita acara serah terima, Pengguna
· Barang:
1) melakukan Penghapusan BMN yang dilepas dari
Daftar Barang Pengguna dengan berpedoman pada
ketentuan Peraturan Perundang-undangan di
bidang Penghapusan BMN;
2) mencatat barang pengganti sebagai BMN dalam
Daftar Barang Pengguna; dan
3) menetapkan atau mengajukan permohonan
penetapan status penggunaan atas BMN yang
diperoleh.
p. Pengguna Barang melaporkan pelaksanaan Penghapusan
BMN kepada Pengelola Barang dengan melampirkan
berita acara serah terima dan keputusan Penghapusan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 68

q. Pengguna Barang menyampaikan keputusan penetapan


status penggunaan BMN yang menjadi kewenangannya
kepada Pengelola Barang.
r. Pengguna Barang mengajukan permohonan penetapan
status penggunaan kepada Pengelola 'Barang terhadap
BMN yang menjadi kewenangan Pengelola Barang.
s. Berdasarkan permohonan penetapan status penggunaan
dari Pengguna Barang sebagaimana dimaksud pada
huruf r, Pengelola Barang menerbitkan keputusan
penetapan status penggunaan BMN.

Bagian Ketujuh
Perjanjian dan Berita Acara Serah Terima

Pasal 79
( 1) Tukar Menukar dituangkan dalam Perjanjian.
(2) Perjanjian sekurang-kurangnya memuat:
a. identitas para pihak;
b. jenis dan nilai BMN yang dilepas;
c. spesifikasi barang pengganti;
d. pelaksanaan Penilaian untuk memastikan
kesesuaian barang pengganti;
e. klausul bahwa dokumen kepemilikan barang
pengganti diatasnamakan Pemerintah Republik
Indonesia;
f. jangka waktu penyerahan objek Tukar Menukar;
g. hak dan kewajiban para pihak;
h. ketentuan dalam hal terjadi ketidaksesuaian bagian
dari barang pengganti dengan spesifikasi yang telah
ditentukan dalam perjanjian Tukar Menukar;
1. ketentuan dalam hal terjadi keadaan kahar (force
majeure);
J. sanksi; dan
k. penyelesaian perselisihan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 69

(3) Perjanjian ditandatangani oleh Pengelola


Barang/Pengguna Barang dan mitra Tukar Menukar:
a. paling lama 3 (tiga) bulan setelah tanggal keputusan
Tukar Menukar, untuk Tukar Menukar yang
dilaksanakan oleh Pengelola Barang;
b. paling lama 3 (tiga) bulan setelah tanggal
persetujuan Pengelola Barang, untuk Tukar
Menukar yang dilaksanakan oleh Pengguna Barang.
(4) Dalam hal pelaksanaan Tukar Menukar memerlukan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat/Presiden,
perjanjian Tukar Menukar ditandatangani paling lama
12 (dua belas) bulan setelah tanggal persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat/Presiden.

Pasal 80
(1) Penyerahan BMN dan barang pengganti dituangkan
dalam berita acara serah terima.
(2) Berita acara serah terima ditandatangani oleh mitra
Tukar Menukar dan Pengelola Barang/Pengguna Barang
atau pejabat struktural yang ditunjuk:
a. paling lama 1 (satu) bulan setelah tanggal
penandatanganan perjanjian Tukar Menukar, untuk
barang pengganti yang telah siap digunakan pada
tanggal perjanjian Tukar Menukar ditandatangani;
b. paling lama 2 (dua) tahun setelah tanggal
penandatanganan perjanjian Tukar Menukar, untuk
barang pengganti yang belum siap digunakan pada
tanggal perjanjian Tukar Menukar ditandatangani.
(3) Penandatanganan berita acara serah terima hanya dapat
dilakukan dalam hal mitra Tukar Menukar telah
memenuhi seluruh ketentuan dalam Peraturan Menteri
ini dan seluruh klausul yang tercantum dalam perjanjian
Tukar Menukar.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 70

Pasal 81
(1) Pengelola Barang/ Pengguna Barang berwenang
membatalkan perjanjian Tukar Menukar secara sepihak,
dalam hal berita acara serah terima tidak ditandatangani
sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 80 ayat (2).
(2) Pembatalan sebagaima�a dimaksud pada ayat (1) disertai
dengan kewajiban bagi mitra Tukar Menukar untuk
mengembalikan BMN dalam kondisi sekurang-kurangnya
seperti pada saat perJ anJ 1an Tukar Menukar
ditandatangani dan memenuhi seluruh klausul yang
tercantum dalam perjanjian Tukar Menukar.

BAB V
HIBAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 82
Hibah BMN dilaksanakan dengan pertimbangan untuk:
a. kepentingan sosial;
b. kepentingan budaya;
c. kepentingan keagamaan;
d. kepentingan kemanusiaan;
e. kepentingan pendidikan yang bersifat non komersial;
dan/atau
f. penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah.

Pasal 83
BMN dapat dihibahkan dalam hal memenuhi persyaratan:
a. bukan merupakan barang rahasia negara;
b. bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup
orang banyak; dan
c. tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas dan
fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 71 -

Pasal 84
BMN yang dihibahkan wajib digunakan sebagaimana
ketentuan yang ditetapkan dalam naskah Hibah.

Bagian Kedua
Pihak Pelaksana Hibah

Pasal 85
Hibah dilaksanakan oleh:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengelola Barang;
b. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan
Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengguna Barang.

Pasal 86
(1) Pihak yang dapat menerima Hibah:
a. lembaga sosial, lembaga budaya, lembaga
keagamaan, lembaga kemanusiaan, atau lembaga
pendidikan yang bersifat non komersial;
b. masyarakat, baik perorangan maupun kelompok,
dalam rangka menjalankan program pembangunan
nasional;
c. pemerintah negara lain dalam kerangka hubungan
internasional;
d. masyarakat internasional yang terkena akibat dari
bencana alam, perang, atau wabah penyakit
endemik;
e. Pemerintah Daerah;
f. BUMN berbentuk perusahaan umum dalam rangka
menjaga stabilitas ketahanan pangan atau BUMN
lainnya dengan pertimbangan Pengelola Barang;
atau
g. Pihak Lain yang ditetapkan oleh Pengelola Barang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 72 -

(2) Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)


dibuktikan dengan akta pendirian, anggaran
dasar/rumah tangga, atau pernyataan tertulis dari
instansi teknis yang kompeten bahwa lembaga yang
bersangkutan adalah sebagai lembaga termaksud.

Bagian Ketiga
Objek Hibah

Pasal 87
Hibah dapat dilakukan terhadap BMN berupa:
a. tanah dan/atau bangunan; dan/atau
b. selain tanah dan/atau bangunan,
yang berada pada Pengelola Barang/Pengguna Barang.

Bagian Keempat
Tata Cara Hibah BMN Yang Berada Pada Pengelola Barang

Paragraf 1
Umum

Pasal 88
Pelaksanaan Hibah BMN yang berada pada Pengelola Barang
dilakukan berdasarkan:
a. inisiatif Pengelola Barang; atau
b. permohonan dari pihak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 86.

Paragraf 2
Tata Cara Hibah BMN Berupa Tanah dan/atau Bangunan
yang Berada Pada Pengelola Barang

Pasal 89
Pelaksanaan Hibah BMN berupa tanah dan/atau bangunan
yang berada pada Pengelola Barang berdasarkan inisiatif
Pengelola Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88
huruf a dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 73 -

a. Pengelola Barang melakukan:


1) penelitian data administratif, yaitu:
a) data tanah, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada status dan bukti
kepemilikan, lokasi, luas, nilai perolehan
dan/ atau nilai buku;
b) data bangunan, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada luas, jumlah lantai, lokasi,
tanggal perolehan, dan nilai perolehan
dan/atau nilai buku, serta dokumen
pendukung seperti Izin Mendirikan Bangunan
(IMB);
c) data calon penenma Hibah, meliputi tetapi
tidak terbatas pada identitas calon penerima
Hibah;
2) penelitian fisik untuk mencocokkan kesesuaian fisik
tanah dan/ atau bangunan dengan data
administratif, dalam hal diperlukan; dan
3) klarifikasi kepada instansi yang berwenang dan
berkompeten mengena1 kesesuaian data calon
penerima Hibah, dalam hal diperlukan,
yang dituangkan dalam berita acara penelitian.
b. Dalam hal berdasarkan berita acara penelitian
sebagaimana dimaksud pada huruf a Hibah dapat
dilaksanakan, Pengelola Barang meminta surat
pernyataan kesediaan menerima Hibah kepada calon
penerima Hibah.
c. Dalam hal Hibah memerlukan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat, Pengelola Barang terlebih dahulu
mengajukan permohonan persetujuan Hibah kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 74 -

d. Dalam hal Hibah tidak memerlukan persetujuan Dewan


Perwakilan Rakyat tetapi BMN yang akan dihibahkan
memiliki nilai lebih dari Rp10. 000. 000. 000, 00 ( sepuluh
miliar rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu
mengajukan permohonan persetujuan Hibah kepada
Presiden.
e. Pengelola Barang menetapkan keputusan pelaksanaan
Hibah, yang sekurang-kurangnya memuat:
1) penerima Hibah;
2) objek Hibah, yaitu mengenai nnc1an data tanah
dan/atau bangunan;
3) nilai tanah dan/atau bangunan; dan
4) peruntukan Hibah.
f. Berdasarkan keputusan pelaksanaan Hibah
sebagaimana dimaksud pada huruf e, Pengelola Barang
membuat naskah Hibah yang ditandatangani oleh
Pengelola Barang dan penerima Hibah.
g. Berdasarkan keputusan pelaksanaan Hibah
sebagaimana dimaksud pada huruf e dan naskah Hibah
sebagaimana dimaksud pada huruf f, Pengelola Barang
melakukan serah terima BMN kepada penerima Hibah,
yang dituangkan dalam berita acara serah terima.
h. Pengelola Barang melakukan Penghapusan BMN yang
telah dihibahkan dari Daftar Barang Pengelola dengan
berpedoman pada ketentuan Peraturan Perundang­
undangan di bidang Penghapusan BMN.

Pasal 90
Pelaksanaan Hibah BMN berupa tanah dan/atau bangunan
yang berada pada Pengelola Barang berdasarkan permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 huruf b dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Permohonan Hibah disampaikan kepada Pengelola
Barang yang memuat data pemohon, alasan
permohonan, peruntukan Hibah, jenis/spesifikasi BMN
yang dimohonkan untuk dihibahkan, dan lokasi/data
teknis dengan disertai surat pernyataan dari pemohon
Hibah mengenai kesediaan menerima Hibah.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 75 -

b. Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada


huruf a, Pengelola Barang melakukan penelitian
mengenai kemungkinan melaksanakan Hibah yang
didasarkan pada pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 82 dan persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 83.
c. Dalam hal berdasarkan penelitian sebagaimana
dimaksud pada huruf b:
1) permohonan tidak disetujui, Pengelola Barang
menyampaikan secara tertulis kepada pemohon
Hibah sebagaimana dimaksud pada huruf a disertai
dengan alasannya;
2) permohonan disetujui, proses selanjutnya mengikuti
ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 89
huruf a sampai dengan huruf h.

Paragraf 3
Tata Cara Hibah BMN Selain Tanah Dan/ Atau Bangunan
Yang Berada Pada Pengelola Barang

Pasal 9 1
Pelaksanaan Hibah BMN selain tanah dan/atau bangunan
yang berada pada Pengelola Barang berdasarkan inisiatif
Pengelola Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88
huruf a dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pengelola Barang melakukan:
1) penelitian data administratif BMN, meliputi tetapi
tidak terbatas pada tahun perolehan,
spesifikasi/ identitas teknis, bukti kepemilikan, dan
nilai perolehan dan/atau nilai buku;
2) penelitian data administratif calon penerima Hibah,
meliputi tetapi tidak terbatas pada identitas calon
penerima Hibah;
3) penelitian fisik untuk mencocokkan kesesuaian fisik
BMN dengan data administratif, dalam hal
diperlukan;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 76 -

4) klarifikasi kepada instansi yang berwenang dan


berkompeten mengenai kesesuaian data calon
penerima Hibah, dalam hal diperlukan,
yang dituangkan dalam berita acara penelitian.
b. Dalam hal berdasarkan berita acara penelitian
sebagaimana dimaksud pada huruf a Hibah dapat
dilaksanakan, Pengelola Barang meminta surat
pernyataan kesediaan menerima Hibah kepada calon
penerima Hibah.
c. Dalam hal BMN yang akan dihibahkan memiliki nilai
lebih dari Rpl00. 000.000. 000,00 (seratus miliar rupiah),
Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan
permohonan persetujuan Hibah kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
d. Dalam hal BMN yang akan dihibahkan memiliki nilai
lebih dari Rpl0.000.000. 000,00 (sepuluh miliar rupiah)
sampai dengan Rpl00. 000.000. 000,00 (seratus miliar
rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan
permohonan persetujuan Hibah kepada Presiden.
e. Pengelola Barang menetapkan keputusan pelaksanaan
Hibah, yang sekurang-kurangnya memuat:
1) penerima Hibah;
2) objek Hibah;
3) nilai BMN objek Hibah; dan
4) peruntukan Hibah.
f. Berdasarkan keputusan pelaksanaan Hibah
sebagaimana dimaksud pada huruf e, Pengelola Barang
membuat naskah · Hibah yang ditandatangani oleh
Pengelola Barang dan penerima Hibah.
g. Berdasarkan keputusan pelaksanaan Hibah
sebagaimana dimaksud pada huruf e dan naskah Hibah
sebagaimana dimaksud pada huruf f, Pengelola Barang
melakukan serah terima BMN kepada penerima Hibah,
yang dituangkan dalam berita acara serah terima.

www.jdih.kemenkeu.go.id

- 77 -

h. Pengelola Barang melakukan Penghapusan BMN yang


telah dihibahkan dari Daftar Barang Pengelola dengan
berpedoman pada ketentuan Peraturan Perundang­
undangan di bidang Penghapusan BMN.

Pasal 92
Pelaksanaan Hibah BMN selain tanah dan/atau bangunan
yang berada pada Pengelola Barang berdasarkan permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 huruf b dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Permohonan Hibah disampaikan kepada Pengelola
Barang yang memuat data pemohon, alasan
permohonan, peruntukan Hibah, jenis/spesifikasi BMN
yang dimohonkan untuk dihibahkan, dan lokasi/data
teknis dengan disertai surat pernyataan dari pemohon
Hibah mengenai kesediaan menerima Hibah.
b. Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, Pengelola Barang melakukan penelitian
mengenai kemungkinan melaksanakan Hibah yang
didasarkan pada pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 82 dan persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 83.
c. Dalam hal berdasarkan penelitian sebagaimana
dimaksud pada huruf b:
1) permohonan tidak disetujui, Pengelola Barang
menyampaikan secara tertulis kepada pemohon
Hibah sebagaimana tersebut pada huruf a disertai
dengan alasannya;
2) permohonan disetujui, proses selanjutnya mengikuti
ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 1
huruf a sampai dengan huruf h.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 78 -

Bagian Kelima
Tata Cara Hibah BMN Yang Berada Pada Pengguna Barang

Paragraf 1
Tata Cara Hibah BMN Berupa Tanah Dan/Atau Bangunan
Yang Berada Pada Pengguna Barang

Pasal 93
Pelaksanaan Hibah BMN berupa tanah dan/atau bangunan
yang berada pada Pengguna Barang dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Pengguna Barang membentuk tim internal untuk
melakukan persiapan permohonan persetujuan Hibah
kepada Pengelola Barang dengan tugas:
1) melakukan penelitian data administratif, yaitu:
a) data tanah, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada status dan bukti
kepemilikan, lokasi, luas, nilai perolehan
dan/atau nilai buku;
b) data bangunan, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada luas, jumlah lantai, lokasi,
tanggal perolehan, dan nilai perolehan
dan/atau nilai buku, serta dokumen
pendukung seperti Izin Mendirikan Bangunan
(IMB);
c) data calon penenma Hibah, meliputi tetapi
tidak terbatas pada identitas calon penerima
Hibah;
2) melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan
kesesuaian fisik tanah dan/atau bangunan dengan
data administratif,
yang dituangkan dalam berita acara penelitian.
b. Tim internal menyampaikan berita acara penelitian
kepada Pengguna Barang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 79 -

c. Pengguna Barang mengajukan permohonan persetujuan


Hibah kepada Pengelola Barang yang memuat data calon
penerima Hibah, alasan untuk menghibahkan, data dan
dokumen atas tanah dan/ atau bangunan, peruntukan
Hibah, tahun perolehan, status dan bukti kepemilikan
atau dokumen lainnya yang setara, nilai perolehan,
jenis/ spesifikasi BMN yang dimohonkan untuk
dihibahkan, dan lokasi dengan disertai surat pernyataan
dari calon penenma Hibah mengena1 kesediaan
menerima Hibah.
d. Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonan
Pengguna Barang sebagaimana dimaksud pada huruf c,
dan dalam hal diperlukan, dapat melakukan penelitian
fisik atas tanah dan/ atau bangunan yang diusulkan
untuk dihibahkan.
e. Dalam hal Hibah memerlukan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat, Pengelola Barang terlebih dahulu
mengajukan permohonan persetujuan Hibah kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.
f. Dalam hal Hibah tidak memerlukan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat tetapi BMN yang akan
dihibahkan memiliki nilai lebih dari
Rp l 0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola
Barang terlebih dahulu mengajukan permohonan
persetujuan Hibah kepada Presiden.
g. Dalam hal permohonan Hibah tidak disetujui, Pengelola
Barang memberitahukan kepada Pengguna Barang yang
mengajukan permohonan, disertai dengan alasannya.
h. Dalam hal permohonan Hibah disetujui, Pengelola
Barang menerbitkan surat persetujuan pelaksanaan
Hibah yang sekurang-kurangnya memuat:
1) identitas penerima Hibah;
2) objek Hibah, yaitu mengenai rincian tanah;
3) nilai tanah;
4) peruntukan Hibah;

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 80 -

5) kewajiban Pengguna Barang untuk menghapus BMN


yang akan dihibahkan dari Daftar Barang Pengguna;
dan
6) kewajiban Pengguna Barang untuk melaporkan
pelaksanaan Hibah kepada Pengelola Barang.
1. Berdasarkan persetujuan Hibah sebagaimana dimaksud
pada huruf h, Pengguna Barang membuat naskah Hibah
yang ditandatangani oleh Pengguna Barang dan
penerima Hibah.
J. Berdasarkan persetujuan Hibah sebagaimana dimaksud
pada huruf h dan naskah Hibah sebagaimana dimaksud
pada huruf i, Pengguna Barang melakukan serah terima
BMN kepada penerima Hibah, yang dituangkan dalam
berita acara serah terima.
k. Pengguna Barang melakukan Penghapusan BMN yang
telah dihibahkan dari Daftar Barang Pengguna dengan
berpedoman pada ketentuan Peraturan Perundang­
undangan di bidang Penghapusan BMN.

Pasal 94
Pelaksanaan Hibah BMN berupa tanah dan/ atau bangunan
yang berada pada Pengguna Barang yang dari sejak awal
pengadaannya dimaksudkan untuk dihibahkan mengikuti
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 dengan
penambahan persyaratan dan penelitian terkait dengan
dokumen penganggaran serta dengan pengecualian
persetujuan Hibah ke Dewan Perwakilan Rakyat.

Paragraf 2
Tata Cara Hibah BMN Selain Tanah Dan/ Atau Bangunan
yang Berada Pada Pengguna Barang

Pasal 95
Pelaksanaan Hibah BMN selain tanah dan/ atau bangunan
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 81 -

a. Pengguna Barang membentuk tim internal untuk


melakukan persiapan permohonan Hibah dengan tugas:
1) melakukan penelitian data administratif:
a) BMN, meliputi tahun perolehan,
spesifikasi/identitas teknis, bukti kepemilikan,
dan nilai perolehan;
b) calon penerima Hibah, meliputi tetapi tidak
terbatas pada identitas calon penerima Hibah;
2) melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan
kesesuaian fisik BMN dengan data administratif,
yang dituangkan dalam berita acara penelitian.
b. Tim internal menyampaikan berita acara penelitian
kepada Pengguna Barang.
c. Pengguna Barang mengajukan permohonan persetujuan
Hibah kepada Pengelola Barang yang memuat data calon
penenma Hibah, alasan untuk menghibahkan,
peruntukan Hibah, tahun perolehan, bukti kepemilikan
atau dokumen lainnya yang setara, nilai perolehan,
jenis/spesifikasi BMN yang dimohonkan untuk
dihibahkan, dan lokasi/data teknis dengan disertai surat
pernyataan kesediaan menerima Hibah.
d. Pengelola Barang melakukan penelitian kelayakan Hibah
dan data administratif, dan dalam hal diperlukan dapat
melakukan penelitian fisik.
e. Dalam hal BMN yang akan dihibahkan memiliki nilai
lebih dari Rpl00.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) ,
Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan
permohonan persetujuan Hibah kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
f. Dalam hal BMN yang akan dihibahkan memiliki nilai
lebih dari Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
sampa1 dengan Rpl00.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah), Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan
permohonan persetujuan Hibah kepada Presiden.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 82 -

g. Dalam hal permohonan Hibah tidak disetujui, Pengelola


Barang memberitahukan kepada Pengguna Barang yang
mengajukan permohonan, disertai dengan alasannya.
h. Dalam hal permohonan Hibah disetujui, Pengelola
Barang menerbitkan surat persetujuan pelaksanaan
Hibah yang sekurang-kurangnya memuat:
1) BMN yang dihibahkan;
2) pihak yang menerima Hibah;
3) peruntukan Hibah; dan
4) kewajiban Pengguna Barang menetapkan J en1s,
jumlah, dan nilai BMN yang akan dihibahkan.
1. Berdasarkan persetujuan Hibah sebagaimana dimaksud
pada huruf h, Pengguna Barang membuat naskah Hibah
yang ditandatangani oleh Pengguna Barang dan
penerima Hibah.
J. Berdasarkan persetujuan Hibah sebagaimana dimaksud
pada huruf h dan naskah Hibah sebagaimana dimaksud
pada huruf i, Pengguna Barang melakukan serah terima
BMN kepada penerima Hibah, yang dituangkan dalam
berita acara serah terima.
k. Pengguna Barang melakukan Penghapusan BMN yang
telah dihibahkan dari Daftar Barang Pengguna dengan
berpedoman pada ketentuan Peraturan Perundang­
undangan di bidang Penghapusan BMN.

Pasa1 96
Hibah atas BMN selain tanah dan/atau bangunan yang
berada pada Pengguna Barang yang dari sejak awal
pengadaannya dimaksudkan untuk dihibahkan mengikuti
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 5 dengan
penambahan persyaratan dan penelitian terkait dengan
dokumen penganggaran serta dengan pengecualian
persetujuan Hibah ke Dewan Perwakilan Rakyat.

www.jdih.kemenkeu.go.id
,

- 83

Bagian Keenam
Naskah Hibah dan Berita Acara Serah Terima

Pasal 97
( 1) Pelaksanaan Hibah dituangkan dalam naskah Hibah.
(2) Naskah Hibah sekurang-kurangnya memuat:
a. identitas para pihak;
b. jenis dan nilai barang yang dilakukan Hibah;
c. tujuan dan peruntukan Hibah;
d. hak dan kewajiban para pihak;
e. klausul beralihnya tanggung jawab dan kewajiban
kepada pihak penerima Hibah; dan
f. penyelesaian perselisihan.
(3) Naskah Hibah ditandatangani oleh Pengelola
Barang/Pengguna Barang dan penerima Hibah:
a. paling lama 3 (tiga) bulan setelah tanggal keputusan
Hibah, untuk Hibah yang dilaksanakan oleh
Pengelola Barang;
b. paling lama 3 (tiga) bulan setelah tanggal
persetujuan Pengelola Barang, untuk Hibah yang
dilaksanakan oleh Pengguna Barang.

Pasal 98
( 1) Penyerahan BMN yang menjadi objek Hibah dituangkan
dalam Berita Acara Serah Terima.
(2) Berita Acara Serah Terima ditandatangani oleh penerima
Hibah dan Pengelola Barang/Pengguna Barang atau
pejabat struktural yang ditunjuk pada saat
penandatanganan naskah Hibah.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 84 -

BAB VI
PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PUSAT

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 99
(1) Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dilakukan dalam
rangka pendirian, memperbaiki struktur permodalan
dan/atau meningkatkan kapasitas usaha BUMN, BUMD,
atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Penyertaan Modal Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) dapat dilakukan dengan
pertimbangan:
a. BMN yang dari awal pengadaannya sesuai dokumen
penganggaran diperuntukkan bagi BUMN, BUMD,
atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara
dalam rangka penugasan pemerintah; atau
b. BMN lebih optimal apabila dikelola oleh BUMN, ·
BUMD, atau badan hukum lainnya yang dimiliki
negara, baik yang sudah ada maupun yang akan
dibentuk.

Pasal 1 00
(1) Setiap Penyertaan Modal Pemerintah Pusat ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
(2) Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk
pelaksanaan Pemindahtanganan BMN yang dari awal
pengadaannya menjadi Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat merupakan persetujuan alokasi anggaran
Pengadaan BMN tersebut pada APBN.

www.jdih.kemenkeu.go.id
,

- 85 -

Pasal 10 1
( 1) Serah terima BMN yang menjadi objek Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat dilaksanakan setelah Peraturan
Pemerintah mengenai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat ditetapkan.
(2) BMN yang dari awal perencanaannya dimaksudkan
untuk menjadi Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
dapat dilakukan serah terima operasional kepada calon
penerima Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.

Bagian Kedua
Pihak Pelaksana Penyertaan Modal Pemerintah Pusat

Pasal 102
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dilaksanakan oleh:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengelola Barang;
b. Pengguna Barang, setelah mendapat persetujuan
Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengguna Barang.

Pasal 103
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dapat diberikan kepada:
a. BUMN;
b. BUMD; atau
c. badan hukum lainnya yang dimiliki negara, termasuk
badan usaha yang terdapat kepemilikan Pemerintah
Pusat di dalamnya.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 86 -

Bagian Ketiga
Objek Penyertaan Modal Pemerintah Pusat

Pasal 104
( 1) Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dapat dilakukan
terhadap BMN berupa:
a. tanah dan/atau bangunan;
b. selain tanah dan/atau bangunan,
yang berada pada Pengelola Barang/Pengguna Barang.
(2) BMN yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk
disertakan sebagai modal Pemerintah Pusat yang berada
pada Pengguna Barang meliputi BMN berupa tanah
dan/atau bangunan dan/atau selain tanah dan/atau
bangunan sesuai dokumen penganggaran dalam rangka
penugasan pemerintah.
(3) BMN yang berada pada Pengguna Barang meliputi BMN
berupa tanah dan/atau bangunan dan/atau selain tanah
dan/atau bangunan yang menjadi Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat dalam rangka optimalisasi BMN.

Pasal 105
( 1) Pengajuan permohonan Pemindahtanganan BMN menjadi
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat oleh Pengguna
Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (2)
dilaksanakan paling lama 6 ( enam) bulan sej ak tanggal
Berita Acara Serah Terima Operasional (BASTO).
(2) Berita Acara Serah Terima Operasional (BASTO)
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) memuat sekurang­
kurangnya:
a. jenis BMN yang akan menjadi objek Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat; dan
b. hak dan kewajiban calon penerima Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat;
c. pencatatan BMN masih menjadi kewajiban Pengguna
Barang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
,

- 87 -

Bagian Keempat
Tata Cara Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
BMN yang Berada Pada Pengelola Barang

Pasal 106
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat yang berasal dari BMN
berupa tanah dan/ atau bangunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 104 ayat (1) huruf a dan BMN selain tanah
dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104
ayat (1) huruf b yang berada pada Pengelola Barang dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pengelola Barang melakukan analisis mengenai
kelayakan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat sesuai
dengan ketentuan dalam Pasal 99.
b. Pengelola Barang mengajukan permohonan kepada
Penilai untuk melakukan Penilaian BMN yang akan
menjadi objek Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.
c. Penilai menyampaikan laporan Penilaian kepada
Pengelola Barang.
d. Berdasarkan hasil analisis kelayakan, Pengelola
Barang melakukan kajian bersama dengan calon
penenma Penyertaan Modal Pemerintah Pusat,
Kementerian/Lembaga yang bertanggungjawab di bidang
pembinaan BUMN atau instansi Pemerintah Daerah yang
terkait, dan/ atau Kementerian/ Lembaga sektor terkait,
yang dituangkan dalam dokumen hasil kajian.
e. Dalam hal berdasarkan kajian bersama, Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat layak dilaksanakan, calon
penenma Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
menyampaikan surat pernyataan kesediaan menerima
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat yang berasal dari
BMN.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 88

f. Pengelola Barang menyiapkan rancangan Peraturan


Pemerintah mengenai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat dengan nilai Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
berdasarkan hasil Penilaian pada saat persetujuan
Pengelola Barang dan melakukan pembahasan dengan
melibatkan instansi terkait.
g. Dalam hal Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat:
1) Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan
permohonan persetujuan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat;
2) berdasarkan surat persetujuan dari Dewan
Perwakilan Rakyat, Pengelola Barang mengajukan
rancangan Peraturan Pemerintah mengenai
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat kepada
Presiden untuk ditetapkan.
h. Dalam hal Penyertaan Modal Pemerintah Pusat tidak
memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
tetapi BMN yang menjadi objek Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat memiliki nilai lebih dari
Rp l 0.000. 000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola
Barang mengajukan permohonan persetujuan kepada
Presiden dan menyertakan rancangan Peraturan
Pemerintah mengenai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat kepada Presiden untuk ditetapkan.
1. Dalam hal Penyertaan Modal Pemerintah Pusat tidak
memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
tetapi BMN yang menjadi objek Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat memiliki nilai di bawah
Rpl0. 000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola
Barang menyampaikan rancangan Peraturan Pemerintah
mengenai Penyertaan Modal Pemerintah Pusat kepada
Presiden untuk ditetapkan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 89

J. Berdasarkan Peraturan Pemerintah mengenai penetapan


Penyertaan Modal Pemerintah Pusat, Pengelola Barang
melakukan serah terima dengan penerima Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat, yang dituangkan dalam berita
acara serah terima.
k. Pengelola Barang melakukan Penghapusan BMN yang
telah dijadikan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dari
Daftar Barang Pengelola dengan berpedoman pada
ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang
Penghapusan BMN.

Bagian Kelima
Tata Cara Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
BMN Yang Berada Pada Pengguna Barang

Pasal 107
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat yang berasal dari BMN
berupa tanah dan/ atau bangunan dan/ atau selain tanah
dan/ atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang yang
dari awal pengadaannya direncanakan untuk dijadikan
sebagai Penyertaan Modal Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 104 ayat (2) dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Pengguna Barang membentuk tim internal yang antara
lain bertugas untuk:
1) menyiapkan kelengkapan data administratif,
meliputi tetapi tidak terbatas pada:
a) dokumen anggaran dan/ atau dokumen
perencanaannya;
b) nilai realisasi pelaksanaan anggaran; dan
c) Berita Acara Serah Terima Operasional (BASTO);
2) menyiapkan kajian yang meliputi latar belakang clan
pertimbangan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat;
3) melakukan Penilaian BMN selain tanah clan/ atau
bangunan; dan
4) menyampaikan laporan hasil kerja tim internal
kepada Pengguna Barang.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 90

b. Dalam hal diperlukan, tim internal dapat melibatkan


Penilai untuk melakukan Penilaian BMN selain tanah
clan/atau bangunan.
c. Pengguna Barang mengajukan permohonan persetujuan
kepada Pengelola Barang yang memuat
penjelasan/pertimbangan mengenai permohonan
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dengan disertai:
1) kelengkapan data administratif sebagaimana
dimaksud pada huruf a angka 1);
2) hasil kajian tim internal;
3) hasil Penilaian BMN selain tanah dan/atau
bangunan yang telah ditetapkan oleh Pengguna
Barang; dan
4) pernyataan kesediaan calon penenma Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat untuk menenma
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat yang berasal
dari BMN.
d. Pengelola Barang melakukan analisis atas permohonan
Pengguna Barang untuk menentukan kesesuaian antara
permohonan tersebut dengan tujuan Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 99.
e. Pengelola Barang mengajukan permohonan kepada
Penilai untuk melakukan Penilaian BMN berupa tanah
dan/atau bangunan yang akan dijadikan objek
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.
f. Dalam hal diperlukan, Pengelola Barang mengajukan
permohonan kepada Penilai untuk melakukan Penilaian
BMN selain tanah dan/atau bangunan yang · akan
menjadi objek Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.
g. Penilai menyampaikan laporan Penilaian kepada
Pengelola Barang.

www.jdih.kemenkeu.go.id

- 91 -

h. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian permohonan


sebagaimana dimaksud pada huruf d, Pengelola Barang
menerbitkan surat persetujuan Pemindahtanganan BMN
menjadi Penyertaan Modal Pemerintah Pusat disertai
nilainya yang berdasarkan pada hasil Penilaian.
1. Pengelola Barang melakukan kajian bersama Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat dengan melibatkan
Kementerian/ Lembaga sebagai Pengguna Barang, calon
penerima Penyertaan Modal Pemerintah Pusat, dan/ atau
Kementerian/ Lembaga yang bertanggungjawab di bidang
pembinaan BUMN atau instansi Pemerintah Daerah,
yang terkait yang dituangkan dalam dokumen hasil
kajian.
J. Pengelola Barang menyiapkan rancangan Peraturan
Pemerintah mengenai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat dengan nilai Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
berdasarkan surat persetujuan Pemindahtanganan dan
melakukan pembahasan dengan melibatkan instansi
terkait
k. Dalam hal BMN yang menjadi objek Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat memiliki nilai lebih dari
Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola
Barang mengajukan permohonan persetujuan kepada
Presiden dan menyertakan rancangan Peraturan
Pemerintah mengenai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat kepada Presiden untuk ditetapkan.
1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah mengenai penetapan
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat, Pengguna Barang
melakukan serah terima dengan penerima Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat yang dituangkan dalam berita
acara serah terima.
m. Pengguna Barang melakukan Penghapusan BMN yang
telah dijadikan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dari
Daftar Barang Pengguna dengan berpedoman pada
ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang
Penghapusan BMN.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 92

Pasal 108
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat yang berasal dari BMN
berupa tanah dan/atau bangunan yang berada pada
Pengguna Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104
ayat (1) huruf a dan ayat (3) dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Pengguna Barang melakukan inventarisasi BMN berupa
tanah dan/atau bangunan, serta identifikasi pihak
penenma Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
berdasarkan tujuan dan pertimbangan sebagaimana
tersebut dalam Pasal 9 9.
b. Pengguna Barang melakukan persiapan Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat dengan membentuk tim internal
yang antara lain bertugas untuk:
1) menyiapkan kelengkapan data administratif,
meliputi tetapi tidak terbatas pada:
a) data tanah, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada status dan bukti
kepemilikan, lokasi, luas, nilai perolehan
dan/atau nilai buku;
b) data bangunan, sebagaimana tercantum dalam
Kartu Identitas Barang (KIB) meliputi tetapi
tidak terbatas pada luas, jumlah lantai, lokasi,
tanggal perolehan, dan nilai perolehan
dan/atau nilai buku, serta dokumen
pendukung seperti Izin Mendirikan Bangunan
(1MB); clan
c) keputusan penetapan status penggunaan BMN
yang diusulkan.
2) menyiapkan kajian yang memuat latar belakang dan
pertimbangan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
serta dampak bagi calon · penerima Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat dari aspek finansial dan
operasional; clan

www.jdih.kemenkeu.go.id
,.

- 93 -

3) menyampaikan laporan hasil kerja tim internal


kepada Pengguna Barang;
c. Pengguna Barang mengajukan permohonan persetujuan
kepada Pengelola Barang yang memuat
penjelasan/pertimbangan mengenai permohonan
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dengan disertai:
1) kelengkapan data administratif sebagaimana
dimaksud pada huruf b angka 1);
2) hasil penelitian BMN;
3) hasil kajian tim internal; dan
4) pernyataan kesediaan calon penenma Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat untuk menenma
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat yang berasal
dari BMN.
d. Pengelola Barang melakukan analisis atas permohonan
Pengguna Barang untuk menentukan kesesuaian antara
permohonan tersebut dengan tujuan Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 99.
e. Pengelola Barang mengkaji permohonan Pengguna
Barang untuk menentukan disetujui atau tidak
disetujuinya permohonan tersebut.
f. Dalam hal permohonan tidak disetujui, Pengelola Barang
memberitahukan kepada Pengguna Barang yang
mengajukan permohonan disertai dengan alasannya.
g. Dalam hal permohonan disetujui, Pengelola Barang
mengajukan permohonan kepada Penilai untuk
melakukan Penilaian BMN yang akan menjadi objek
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
h. Penilai menyampaikan laporan Penilaian kepada
Pengelola Barang.
1. Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan
Pemindahtanganan BMN menjadi Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat disertai nilainya berdasarkan hasil
Penilaian.

www.jdih.kemenkeu.go.id
'
- 94

J. Pengelola Barang menyusun kajian bersama Penyertaan


Modal Pemerintah Pusat dengan melibatkan
Kementerian/Lembaga sebagai Pengguna Barang, calon
penerima Penyertaan Modal Pemerintah Pusat, dan/atau
Kementerian/Lembaga yang bertanggungj awab di bidang
pembinaan BUMN atau instansi Pemerintah Daerah,
yang terkait yang dituangkan dalam dokumen hasil
kajian.
k. Pengelola Barang menyiapkan rancangan Peraturan
Pemerintah mengenai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat dengan nilai Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
berdasarkan surat persetujuan Pemindahtanganan dan
melakukan pembahasan dengan melibatkan instansi
terkait.
1. Dalam hal Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat:
1) Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan
permohonan persetujuan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat;
2) berdasarkan surat persetujuan dari Dewan
Perwakilan Rakyat, Pengelola Barang mengajukan
rancangan Peraturan Pemerintah mengena1
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat kepada
Presiden untuk ditetapkan.
m. Dalam hal Penyertaan Modal Pemerintah Pusat tidak
memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
tetapi BMN yang menjadi objek Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat memiliki nilai lebih dari
Rpl0.000.000. 000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola
Barang mengajukan permohonan persetujuan kepada
Presiden dan menyertakan rancangan Peraturan
Pemerintah mengenai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat kepada Presiden untuk ditetapkan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
,.
..
- 95

n. Dalam hal Penyertaan Modal Pemerintah Pusat tidak


memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
tetapi BMN yang menjadi objek Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat memiliki nilai di bawah
Rpl0. 000. 000. 000,00 (sepuluh miliar rupiah), Pengelola
Barang menyampaikan rancangan Peraturan Pemerintah
mengenai Penyertaan Modal Pemerintah Pusat kepada
Presiden untuk ditetapkan.
o. Berdasarkan Peraturan Pemerintah mengenai penetapan
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat, Pengguna Barang
melakukan serah terima dengan penerima Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat yang dituangkan dalam berita
acara serah terima.
p. Pengguna Barang melakukan Penghapusan BMN yang
telah dijadikan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dari
Daftar Barang Pengguna dengan berpedoman pada
ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang
Penghapusan BMN.

Pasal 109
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat yang berasal dari BMN
selain tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna
Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (1)
huruf b dan ayat (3) dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Pengguna Barang melakukan inventarisasi BMN selain
tanah dan/atau bangunan, serta identifikasi pihak
penenma Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
berdasarkan tujuan dan pertimbangan sebagaimana
tersebut dalam Pasal 99.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 96 -

b. Pengguna Barang melakukan pers1apan Penyertaan


Modal Pemerintah Pusat dengan membentuk tim internal
yang antara lain bertugas untuk:
1) menyiapkan kelengkapan data administratif, meliputi
tetapi tidak terbatas pada:
a) Kartu Identitas Barang (KIB);
b) daftar BMN yang diusulkan dengan sekurang­
kurangnya memuat jenis, jumlah, kondisi, nilai
perolehan dan/atau nilai buku, dan tahun
perolehan; dan
c) keputusan penetapan status penggunaan BMN
yang diusulkan;
2) menyiapkan kajian yang memuat latar belakang dan
pertimbangan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
serta dampak bagi calon penerima Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat dari aspek finansial dan
operasional;
3) melakukan Penilaian BMN selain tanah dan/ atau
bangunan; dan
4) menyampaikan laporan hasil kerja tim internal
kepada Pengguna Barang.
c. Dalam hal diperlukan, tim internal dapat melibatkan
Penilai untuk melakukan Penilaian BMN selain tanah
dan/atau bangunan.
d. Pengguna Barang mengajukan permohonan persetujuan
kepada Pengelola Barang yang memuat
penjelasan/pertimbangan mengenai permohonan
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dengan disertai:
1) kelengkapan data administratif sebagaimana
dimaksud pada huruf b angka 1);
2) hasil penelitian BMN;
3) hasil kajian tim internal;
4) hasil Penilaian BMN yang telah ditetapkan oleh
Pengguna Barang; dan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 97 -

e. Pengelola Barang melakukan analisis atas permohonan


Pengguna Barang untuk menentukan kesesuaian antara
permohonan tersebut dengan tujuan Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 99.
f. Pengelola Barang mengkaji permohonan Pengguna
Barang untuk menentukan disetujui atau tidak
disetujuinya permohonan tersebut.
g. Dalam hal diperlukan, Pengelola Barang mengajukan
permohonan kepada Penilai untuk melakukan Penilaian
BMN yang akan menjadi objek Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat.
h. Dalam hal permohonan tidak disetujui, Pengelola Barang
memberitahukan kepada Pengguna Barang yang
mengajukan permohonan disertai dengan alasannya.
1. Dalam hal permohonan disetujui, Pengelola Barang
menerbitkan surat persetujuan Pemindahtanganan BMN
menjadi Penyertaan Modal Pemerintah Pusat disertai
nilainya berdasarkan hasil Penilaian.
J. Pengelola Barang menyusun kajian bersama Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat dengan melibatkan
Kementerian/Lembaga sebagai Pengguna Barang, calon
penerima Penyertaan Modal Pemerintah Pusat, dan/atau
Kementerian/Lembaga yang bertanggung jawab di bidang
pembinaan BUMN atau instansi Pemerintah Daerah yang
terkait, yang dituangkan dalam dokumen hasil kajian.
k. Pengelola Barang menyiapkan rancangan Peraturan
Pemerintah mengenai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat dengan nilai Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
berdasarkan surat persetujuan Pemindahtanganan dan
melakukan pembahasan dengan melibatkan instansi
terkait.

www.jdih.kemenkeu.go.id
,.,

- 98 -

1. Dalam hal BMN yang menj adi objek Penyertaan Modal


Pemerintah Pusat memiliki nilai lebih dari
Rp l 00 . 000 . 000 . 000,00 (seratus miliar rupiah) :
1 ) Pengelola Barang terlebih dahulu mengajukan
permohonan persetujuan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat;
2) berdasarkan surat persetujuan dari Dewan Perwakilan
Rakyat, Pengelola Barang mengajukan rancangan
Peraturan Pemerintah mengenai Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat kepada Presiden untuk ditetapkan.
m. Dalam hal BMN yang menj adi obj ek Penyertaan Modal
Pemerintah Pu sat memiliki nilai lebih dari
Rp l 0 . 00 0 . 000 . 000,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai
dengan Rp l 00 . 000 . 000. 000,00 (seratus miliar rupiah) ,
Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan
kepada Presiden dan menyertakan rancangan Peraturan
Pemerintah mengenai Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat kepada Presiden untuk ditetapkan.
n. Dalam hal B M N yang menjadi objek Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat memiliki nilai di bawah
Rp l 0 . 00 0 . 000. 000,00 (sepuluh miliar rupiah) , Pengelola
Barang menyampaikan rancangan Peraturan Pemerintah
mengenai Penyertaan Modal Pemerintah Pusat kepada
Presiden untuk ditetapkan .
o. Berdasarkan Peraturan Pemerintah mengenai penetapan
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat, Pengguna Barang
melakukan serah terima dengan penerima Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat yang dituangkan dalam berita
acara serah terima.
p. Pengguna Barang melakukan Penghapusan B M N yang
telah dijadikan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dari
Daftar Barang Pengguna dengan berpedoman pada
ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang
Penghapusan BMN.

www.jdih.kemenkeu.go.id
..
- 99

BAB VII
PELAPORAN PEMINDAHTANGANAN

Pasal 1 1 0
(1) Pengguna Barang melaporkan pelaksanaan
Pemindahtanganan BMN yang merupakan satu kesatuan
dengan laporan Penghapusan BMN kepada Pengelola
Barang.
(2) Ketentuan mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak diberlakukan terhadap
Pemindahtanganan BMN pada Pengguna barang berupa
selain tanah dan/atau bangunan yang tidak terdapat
pelaksanaan Penghapusan

BAB VIII
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 1 1 1
(1) Pengelola Barang melakukan pembinaan, pengawasan,
dan pengendalian terhadap Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang atas pelaksanaan Pemindahtanganan
BMN.
(2) Pengguna Barang melakukan pembinaan, pengawasan,
dan pengendalian terhadap Kuasa Pengguna Barang
yang berada di wilayah kerjanya atas pelaksanaan
Pemindahtanganan BMN
(3) Pengelola Barang/Pengguna Barang dapat meminta
bantuan aparat pengawasan intern pemerintah dalam
melakukan pengawasan dan pengendalian sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) dan ayat (2).

www.jdih.kemenkeu.go.id
'),

- 100 -

Pasal 1 12
Tata cara pengawasan clan pengendalian atas pelaksanaan
Pemindahtanganan BMN mengikuti ketentuan Peraturan
Perundang-undangan di bidang Pengawasan clan
Pengendalian BMN.

BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 1 13
Pemindahtanganan BMN pada perwakilan Pemerintah
Republik Indonesia di luar negen dalam bentuk Penjualan,
Tukar Menukar, clan Hibah mengikuti ketentuan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Pemindahtanganan BMN pada Perwakilan
Pemerintah Republik Indonesia di Luar Negeri.

Pasal 1 14
Penjualan BMN berupa kendaraan perorangan dinas yang
dijual kepada pejabat negara, mantan pejabat negara, pegawai
aparatur sipil negara, anggota Tentara Nasional Indonesia,
atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia mengikuti
ketentuan Peraturan Perundang-undangan mengenai
Penjualan Barang Milik Negara/Daerah Berupa Kendaraan
Perorangan Dinas.

Pasal 1 15
( 1) Tukar Menukar BMN dalam rangka pelaksanaan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang
pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan
umum dilakukan dalam hal BMN objek pengadaan tanah
terdapat bangunan yang dipergunakan secara aktif
untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
('

- 101 -

(2) Ganti kerugian atas objek pengadaan tanah yang telah


berdiri bangunan yang dipergunakan secara aktif untuk
penyelenggaraan tugas pemerintahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara relokasi
dengan nilai didasarkan atas hasil penilaian ganti
kerugian sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang­
undangan.

Pasal 116
Tata cara pelaksanaan Hibah BMN yang diperoleh dari Dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan mengikuti ketentuan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini, kecuali
telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan
tersendiri.

Pasal 117
Berdasarkan kajian Penjualan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 dan Pasal 25, kajian Tukar Menukar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37, kajian atas pertimbangan Hibah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 dan persyaratan
Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83, dan kajian
atas tujuan dan pertimbangan Penyertaan Modal Pemerintah
Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99, Menteri
Keuangan dapat memberikan alternatif bentuk lain
pengelolaan BMN atas permohonan persetujuan
Penjualan/Tukar Menukar/Hibah yang diusulkan oleh
Pengguna Barang.

Pasal 118
Ketentuan mengenai tata cara Pemindahtanganan BMN yang
persetujuannya berada pada Pengguna Barang mengacu pada
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri ini.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 102 -

BAB X
KETENTlJAN PERALIHAN

Pasal 119
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. permohonan Pemindahtanganan BMN yang telah
diajukan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang
dan belum memperoleh persetujuan Pengelola Barang,
proses selanjutnya mengikuti ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini;
b. persetujuan Pemindahtanganan BMN yang telah
diterbitkan oleh Pengelola Barang sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara, dinyatakan
tetap berlaku.

Pasal 120
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, terhadap
BMN berupa persediaan yang dari awal pengadaannya
direncanakan untuk dihibahkan dan telah terlanjur
dipindahtangankan oleh Pengguna Barang kepada
penerima Hibah sebelum mendapat persetujuan Hibah
dari Pengelola Barang yang telah dilaksanakan se belum
1 Juli 2015, Pengguna Barang mengajukan permohonan
persetujuan Hibah kepada Pengelola Barang dengan
ketentuan:
a. Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang
membuat surat pernyataan atas pelaksanaan Hibah
tersebut;

www.jdih.kemenkeu.go.id
,..
- 103 -

b. terdapat laporan aparat pengawasan intern


pemerintah atas pelaksanaan Hibah yang dilakukan
Pengguna Barang;
c. permohonan Pengguna Barang disampaikan kepada
Pengelola Barang paling lama 5 (lima) tahun setelah
Peraturan Menteri ini diundangkan;
d. segala akibat hukum yang menyertai proses hibah
sebelum diberikannya persetujuan Pengelola
Barang sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan aparat
pengawasan intern pemerintah atas pelaksanaan Hibah
yang dilakukan Pengguna Barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur tersendiri oleh
masing-masing Menteri/Pimpinan Lembaga.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 1 2 1
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, ketentuan
mengenai Pemindahtanganan BMN sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007
tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan,
Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 122
Peraturan Menteri m1 mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 104 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Juli 2016

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BAMBANG P. S. BRODJONEGORO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 13 Juli 2016

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1018

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Umum
u.b.

www.jdih.kemenkeu.go.id
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 2022

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 84 TAHUN 2014

TENTANG PENJUALAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH BERUPA

KENDARAAN PERORANGAN DINAS

DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan


dalam penjualan Barang Milik Negara/Daerah berupa
kendaraan perorcrngan dinas dan untuk memberikan
penghargaan atas jasa dan pengaMian tidak hanya bagi
Pejabat Negara, pega.wai Aparatur Sipil Negara, anggota
Tentara Nasional Indonesia, dan anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia, tetapi juga bagi Pimpinan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang ditetapkan
sebagai pemegang tetap Barang Milik Negara/ Daerah
berupa kendaraan perorangan dinas, untuk diberikan
kesempatan membeli kendaraan tersebut;
b bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2Ol4
tentang Penjualan Barang Milik Negara/ Daerah Berupa
Kendaraan Perorangan Dinas sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan pengaturan pengelolaan
Milik Negara/Daerah, sehingga perlu diubah;

c. bahwa . . .

SK No I17939 A
PRESIDEN
REPUELIK INOONESIA

-2-

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 84 Tahun 2014 tentang Penjualan
Barang Milik Negara/ Daerah Berupa Kendaraan
Perorangan Dinas;
Mengingat l. Pasal 5 ayat (21 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OO4 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan kmbaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 6, Tambahan l.embaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5494);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara /Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5533) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2Ol4
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah
(l.embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2O2O
Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6523);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2014 tentang
Penjualan Barang Milik Negara/Daerah Berupa
Kendaraan Perorangan Dinas (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 3O5, Tambahan kmbaran
Negara Republik Indonesia Nomor 561O);

MEMUTUSI(AN:
Menetapkan PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 84 TAHUN 2OI4
TENTANG PENJUALAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH
BERUPA KENDARAAN PERORANGAN DINAS.

PasalI...

SK No 117940A
PRESIDEN
PUBLIK INDONESIA

-3-

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor


84 Tahun 2Ol4 tentang Penjualan Barang Milik
Negara/ Daerah Berupa Kendaraan Perorangan Dinas
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
305, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5610) diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan angka 3 dan angka 6 Pasal 1 diubah, serta
ditambah I (satu) angka yakni angka 9, sehingga Pasal 1
berbunyi sebagai berikut:

Pasal I
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1 Barang Milik Negara adalah semua barang yang
dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau berasal
dari perolehan lainnya yang sah.
2 Barang Milik Daerah adalah semua barang yang
dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau berasal
dari perolehan lainnya yang sah.
3 Kendaraan Perorangan Dinas adalah Barang Milik
Negara/Daerah berupa kendaraan bermotor yang
digunakan oleh Pejabat Negara, pegawai Aparatur
Sipil Negara, anggota Tentara Nasional Indonesia
(TNI), anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Polri), dan Pimpinan Dewan Perwakilan Ralryat
Daerah untuk melaksanakan tugas dan fungsi pada
jabatan yang diembannya.
4 Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang
dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan
pedoman serta melakukan pengelolaan Barang Milik
Negara/ Daerah.
5 Pengguna Barang adalah pejabat pemegang
kewenangan penggunaan Barang Milik
Negara/ Daerah.

6. Pejabat.. .

SK No ll794l A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-4-

6 Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota


lembaga negara sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan Pejabat Negara lainnya yang
ditentukan oleh undang-undang.
7 Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal di
lingkungan Kementerian Keuangan yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya meliputi pengelolaan
Barang Milik Negara.
8 Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya
disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan
atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
9 Pimpinan Dewan Perwakilan Ralryat Daerah yang
selanjutnya disebut Pimpinan DPRD adalah pejabat
daerah yang memegang jabatan ketua dan wakil
ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi,
kabupaten, atau kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2 Ketentuan ayat (1) Pasal 2 ditambah 2 (dua) huruf, yakni


huruf f dan huruf g, sehingga Pasal 2 berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 2

(1) Penjualan Barang Milik Negara/Daerah berupa


Kendaraan Perorangan Dinas dapat dilakukan
kepada:
a. Pejabat Negara;
b. mantan Pejabat Negara;
c. PegawaiASN;

d. anggota

SK No l17942A
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

-5-

d. anggotaTNl;
e. anggota Polri;
f. Pimpinan DPRD; atau
g. mantan Pimpinan DPRD.
l2l Penjualan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan
cara tanpa melalui lelang.

3 Ketentuan Pasal 4 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 4

(1) Kendaraan Perorangan Dinas meliputi kendaraan


bermotor roda empat angkutan darat milik
negara/daerah yang lazimnya digunakan untuk
angkutan perorangan, termasuk n€unun tidak
terbatas pada sedan, jeep, dar. minibus.
(21 Kendaraan Perorangan Dinas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan kendaraan yang
telah ditetapkan dengan keputusan pejabat yang
berwenang untuk digunakan dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai pejabat
Negara, Pegawai ASN, anggota TNI, anggota polri,
dan Pimpinan DPRD.

4 Ketentuan BAB III ditambah 1 (satu) bagian, ,u1rr'


Bagian Keempat sehingga berbunyi sebagai berikut:
Bagian Keempat
Penjualan Kepada Pimpinan DPRD

5 Di antara Pasal 15 dan Pasal 16 disisipkan 2 (dua) pasal,


yakni Pasal l5A dan Pasal 158 sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 15A. . .

SK No l17943A
PRESIDEN
REPI.JBLIK INDONESIA

-6-

Pasal 15A

(1) Kendaraan Perorangan Dinas dapat dijual tanpa


melalui lelang kepada Pimpinan DPRD pemegang
tetap Kendaraan Perorangan Dinas dengan syarat
Kendaraan Perorangan Dinas dimaksud:
a. telah berusia paling singkat 4 (empat) tahun:
l. terhitung mulai tanggal, bulan, tahun
perolehannya, untuk perolehan dalam
kondisi baru; atau
2. terhitung mulai tanggal, bulan, tahun
pembuatannya, untuk perolehan selain
sebagaimana dimaksud pada angka l; dan
b sudah tidak diperlukan bagi
tugas pemerintahan daerah.
l2l Permohonan penjualan Kendaraan perorangan
Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan pada tahun terakhir periode jabatan
Pimpinan DPRD.
(3) Kendaraan Perorangan Dinas yang dijual tanpa
melalui lelang paling banyak 1 (satu) unit kendaraan
bagi I (satu) orang Pimpinan DPRD, untuk setiap
penjualan yang dilakukan.

Pasal 158

Pimpinan DPRD yang dapat membeli Kendaraan


Perorangan Dinas tanpa melalui lelang harus memenuhi
persyaratan:
a. telah memiliki masa kerja atau masa pengabdian
selama 4 (empat) tahun atau lebih secara berturut-
turut, terhitung mulai tanggal ditetapkan menjadi
Pimpinan DPRD; dan
b. tidak sedang atau tidak pernah dituntut tindak
pidana dengan ancaman hukuman pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun.

6. Ketentuan...

SK No 117944A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-7 -

6 Ketentuan BAB III ditambah 1 (satu) bagian, yakni


Bagian Kelima sehingga berbunyi sebagai berikut:
B'gian Kelima
Penjualan Kepada Mantan Pimpinan DPRD

7 Di antara Pasal 15B dan Pasal 16 disisipkan 2 (dua)


pasal, yakni Pasal 15C dan Pasal 15D sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 15C

(1) Kendaraan Perorangan Dinas dapat dijual tanpa


melalui lelang kepada mantan Pimpinan DPRD
pemegang tetap Kendaraan Perorangan Dinas
tersebut dengan syarat Kendaraan Perorangan Dinas
dimaksud:
a. telah berusia paling singkat 4 (empat) tahun:
1. terhitung mulai tanggal, bulan, tahun
perolehannya, untuk perolehan dalam
kondisi baru; atau
2. terhitung mulai tanggal, bulan, tahun
pembuatannya, untuk perolehan selain
sebagaimana dimaksud pada angka l; dan
b. sudah tidak diperlukan lagi penyelenggaraan
tugas pemerintahan daerah.
(2) Kendaraan Perorangan Dinas yang dijual tanpa
melalui lelang paling banyak I (satu) unit kendaraan
bagi 1 (satu) orang mantan Pimpinan DPRD, untuk
setiap penjualan yang dilakukan.
(3) Permohonan penjualan tanpa melalui lelang
dilakukan paling lama 1 (satu) tahun sejak
berakhirnya masa jabatan Pimpinan DPRD yang
bersangkutan.

Pasall5D...

SK No 117945 A
PRESIDEN
IIEPLTBLIK INDONESIA

-8-

Pasal 15D

Mantan Pimpinan DPRD yang dapat membeli Kendaraan


Perorangan Dinas tanpa melalui lelang harus memenuhi
persyaratan:
a. telah memiliki masa kerja atau masa pengabdian
selama 4 (empat) tahun atau lebih secara berturut-
. turut, terhitung mulai tanggal ditetapkan menjadi
Pimpinan DPRD sampai dengan berakhirnya masa
jabatan;
b. belum pernah membeli Kendaraan perorangan Dinas
tanpa melalui lelang pada saat yang bersangkutan
menjabat sebagai Pimpinan DPRD;
c. tidak sedang atau tidak pernah dituntut tindak
pidana dengan ancaman hukuman pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun; dan
d. tidak diberhentikan dengan tidak hormat dari
jabatannya.

8 Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 17

Barang Milik Negara/Daerah berupa Kendaraan


Perorangan Dinas yang dimohonkan untuk dijual
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan
penilaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pengelolaan Barang Milik
Negara/ Daerah.

9 Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 18

(1) Harga jual Barang Milik Negara/ Daerah berupa


Kendaraan Perorangan Dinas yang dijual kepada
Pejabat Negara/mantan Pejabat Negara tanpa
melalui lelang ditetapkan oleh:

a. Pengguna . . .

SK No l17946A
PRESIDEN
UBLIK INDONESIA

-9-
a. Pengguna Barang, untuk Barang Milik Negara;
atau
b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang
Milik Daerah.
(21 Penetapan ssfagaimana dimaksud pada ayat (l)
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. kendaraan dengan umur 4 (empat) tahun
sampai dengan 7 (tujuh) tahun, memiliki nilai
jual 4Oo/o (empat puluh persen) dari hasil
penilaian kendaraan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17; atau
b. kendaraan dengan umur lebih dari 7 (tqiuh)
tahun, memiliki nilai jual 2Oo/o (dua puluh
persen) dari hasil penilaian kendaraan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17.

10. Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 24

(1) Biaya perbaikan Kendaraan Perorangan Dinas yang


telah dikeluarkan oleh Pemerintah dalam jangka
. waktu 1 (satu) tahun sebelum adanya persetqjuan
penjualan, menjadi tanggungan Pejabat Negara,
Pegawai ASN, anggota TNI, atau anggota Polri yang
membeli Kendaraan Perorangan Dinas tersebut.
(21 Biaya perbaikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (l) harus dibayar sebagai tambahan harga jual.

11. Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 25

(l) Pejabat Negara, Pegawai ASN, anggota TNI, anggota


Polri, atau Pimpinan DPRD yang pernah membeli
Kendaraan Perorangan Dinas berdasarkan Peraturan
Pemerintah ini, dapat membeli lagi 1 (satu) unit
Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui lelang
setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak
pembelian yang pertama.

(2) Pembelian . . .

SK No 117947A
PRESIDEN
ELIK INDONESIA

- 10-

(21 Pembelian kembali atas kendaraan Pejabat Negara


atau Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan sepanjang Pejabat Negara
atau Pimpinan DPRD tersebut masih aktif sebagai
Pejabat Negara atau Pimpinan DPRD secara
berkelanjutan.

12. Di antara Pasal 25 dan Pasal 26 disisipkan 7 (tujuh)


pasal, yakni Pasal 25A, Pasal 25El, Pasal 2SC, Pasal 25D,
Pasal 25E, Pasal 25F, dan Pasal 25G sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 25A

Harga jual Barang Milik Daerah berupa Kendaraan


Perorangan Dinas yang dijual kepada pimpinan
DPRD/mantan Pimpinan DPRD tanpa melalui telang
ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. kendaraan dengan umur 4 (empat) tahun sampai
dengan 7 (tujuh) tahun, memiliki nilai jual 40%
(empat puluh persen) dari hasil penilaian kendaraan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17; atau
b. kendaraan dengan umur lebih dari 7 (tqiuh) tahun,
memiliki nilai jual 2Oo/o (dua puluh persen) dari hasil
penilaian kendaraan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17.

Pasal 258

Pembayaran penjualan Barang Milik Daerah berupa


Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui lelang
kepada Pimpinan DPRD/mantan Pimpinan DPRD harus
dibayar sekaligus.

Pasal 25C...

SK No 117948A
PRESIDEN
REPUALIK INDONESIA

- 11-

Pasal 25C

Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25Et


dilakukan melalui penyetoran ke rekening Kas Umum
Daerah paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal
berlakunya surat persetqjuan penjualan.

Pasal 25D

Dalam hal Barang Milik Daerah berupa Kendaraan


Perorangan Dinas yang dijual kepada pimpinan
DPRD/mantan Pimpinan DPRD dengan cara pembayaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25C belum dibayar
lunas, berlaku ketentuan:
a. kendaraan tersebut masih berstatus sebagai Barang
Milik Daerah;
b. kendaraan tersebut tetap digunakan untuk
keperluan dinas;
c. biaya perbaikan/pemeliharaan menjadi tanggung
jawab Pimpinan DPRD/mantan Pimpinan DpRD;
dan
d. kendaraan tersebut dilarang untuk
dipindahtangankan, disewakan, dipinjamkan, atau
dijaminkan kepada pihak ketiga.

Pasal 25E

Pimpinan DPRD/mantan Pimpinan DPRD yang tidak


memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25C dan Pasal 25D, dicabut haknya untuk membeli
Kendaraan Perorangan Dinas tersebut.

Pasal 25F...

SK No 117949A
PRESIDEN
REPUELIK INOONESIA

-12-
Pasal 25F

Kendaraan Perorangan Dinas yang batal dibeli oleh


Pimpinan DPRD/mantan Pimpinan DPRD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25E, digunakan kembali untuk
pelaksanaan tugas dan fungsi.

Pasal 25G

(1) Biaya perbaikan Kendaraan Perorangan Dinas yang


telah dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun sebelum adanya
persetqiuan penjualan, menjadi tanggungan
Pimpinan DPRD yang membeli Kendaraan
Perorangan Dinas tersebut.
(2) Biaya perbaikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dibayar sebagai tambahan harga jual
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25A.

13. Ketentuan ayat (2) Pasal 27 diubah, sehingga berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 27

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penjualan


Barang Milik Negara berupa Kendaraan perorangan
Dinas kepada Pegawai ASN, anggota TNI, atau
anggota Polri tanpa melalui lelang diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penjualan
. Barang Milik Daerah berupa Kendaraan perorangan
Dinas kepada Pimpinan DPRD/mantan pimpinan
DPRD dan Pegawai ASN tanpa melalui lelang diatur
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.

14. Ketentuan...

SK No l17950A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-13-
14. Ketentuan ayat (1) Pasal 30 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 30

(1) Kendaraan Perorangan Dinas yang tidak dilakukan


penjualan dengan mekanisme sebagaimana diatur
dalam Pasal 10, Pasal 12, Pasal 14, Pasal 15A,
Pasal 15C, Pasal 23, dan Pasal 25F serta sudah
tidak digunakan untuk menyelenggarakan tugas dan
fungsi, dapat dilakukan penjualan secara lelang.
(2) Penjualan secara lelang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang
pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

15. Ketentuan Pasal 31 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:

Pasal 3 1

(1) Pemerintah dapat menyediakan fasilitas program


kepemilikan kendaraan bagi:
a. Pejabat Negara;
b. Pejabat Pimpinan Tinggi Utama, Pejabat
Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat Fungsional
Keahlian Utama;
c. pejabat pada TNI atau Polri yang setara dengan
pejabat sebagaimana dimaksud pada huruf b;
atau
d. Pimpinan DPRD,
dengan memperhatikan kemampuan keuangan
negara/daerah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
program kepemilikan kendaraan di lingkungan
Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan.
(3) Ketentuan...

SK No 117984 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-14-
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
program kepemilikan kendaraan di lingkungan
Pemerintah Daerah diatur dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri setelah berkoordinasi dengan Menteri
Keuangan.

16. Pasal 33 dihapus.

17. Di antara Pasal 33 dan Pasal 34 disisipkan I (satu) pasal


yakni Pasal 33A sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 33A

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,


mantan Pimpinan DPRD dapat melakukan pembelian
Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui lelang
dengan persyaratan:
a. telah memiliki masa pengabdian pating singkat 4
(empat) tahun secara berturut-turut sebagai
Pimpinan DPRD;
b. telah mengakhiri masa jabatan paling lama 3 (tiga)
tahun sebelum Peraturan Pemerintah ini berlaku;
c. tidak sedang atau tidak pernah dituntut tindak
pidana dengan ancaman hukuman pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun;
d. ' tidak diberhentikan dengan tidak hormat dari
jabatannya sebagai Pimpinan DPRD;
e. Kendaraan Perorangan Dinas yang akan dibeli
merupakan kendaraan yang digunakan pada saat
menjabat sebagai Pimpinan DPRD; dan
f. Kendaraan Perorangan Dinas yang akan dibeli
sudah tidak digunakan legi p11rrp pelaksanaan
tugas dan fungsi.

Pasal II

Peratdran Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal

Agar

SK No ll7952A
PRESIDEN
REPI'BLIK INDONESIA

- 15-

Agar setiap orang mengetahuinya,


Peraturan Pemerintah ini dengan
dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20Mei2022

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20Mei2022

MENTERI HUKUM DAN HAKASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2022 NOMOR 127


Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Perundang-undangan dan
Hukum,

Djaman

SK No I17954 A
PR,ESIDEN
REPUELIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 2OTAHUN 2022

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 84 TAHUN 2014

TENTANG PENJUALAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH BERUPA

KENDARAAN PERORANGAN DINAS

I. UMUM
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara mengamanatkan agar Barang Milik Negara lDaerah wajib dikelola
dan ditatausahakan dengan sebaik-baiknya serta digunakan untuk
penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah. Undang-Undang tersebut
menetapkan bahwa ketentuan mengenai pedoman teknis dan administrasi
pengelolaan barang milik negara/daerah diatur dengan peraturan
pemerintah, yang kemudian pengaturannya ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Talrun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2O2O tent"ang Perubahan atas Pengelolaan Barang Milik
Negara/ Daerah. Selanjutnya, Undang-Undang tersebut juga mensyaratkan
Barang Milik Negara/ Daerah dijual dengan cara lelang, kecuali dalam hal
tertentu yang diatur dalam Peraturan Pemerintah. Hal tersebut kemudian
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2014 tentang
Penjualan Barang Milik Negara/Daerah Berupa Kendaraan Perorangan
Dinas.

Seiring

SK No l17957A
PRESIDEN
REPI,.IBLIK INOONESIA

-2

Seiring dengan perkembangan, pengelolaan Barang Milik


Negara/Daerah yang semakin kompleks, perlu adanya tata kelola yang
dilalqrkan secara optimal, efektif, dan efisien, sehingga beberapa ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2014 tentang Penjualan
Barang Milik Negara /Daerah Berupa Kendaraan Perorangan Dinas perlu
disesuaikan, antara lain pengaturan mengenai penilaian Barang Milik
Negara/Daerah dan kewenangan penentuan harga jual kendaraan oleh
Pengguna Barang untuk Barang Milik Negara dan
Gubernur/Bupati/Walikota untuk Barang Milik Daerah.
Di sisi lain, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang
Pemerintahan Daerah mengatur bahwa hubungan kerja antara Pimpinan
DPRD dan kepala daerah didasarkan atas kemitraan yang sejajar. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penyelarasan terhadap pengaturan penjualan
Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui lelang sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2Ol4 tentang Penjualan
Barang Milik Negara/Daerah Berupa Kendaraan Perorangan Dinas.
Ketentuan pengaturan mengenai penjualan Kendaraan Perorangan Dinas
dimaksud diberlakukan selain untuk kepala daerah selaku salah satu
Pejabat Negara juga untuk Pimpinan DPRD, dengan tetap memperhatikan
prinsip-prinsip dalam pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah, serta
penjualan Kendaraan Perorangan Dinas bagi Pejabat Negara.
.Adapun materi muatan perubahan yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah ini antara lain mengenai:
a. penambahan pihak yang dapat melakukan pembelian Kendaraan
Perorangan Dinas dengan cara tanpa melalui lelang, yaitu pimpinan
DPRD dan mantan Pimpinan DPRD;
b. penyempurnaan pengaturan terkait Penilaian atas Barang Milik
Negara/Daerah berupa Kendaraan Perorangan Dinas yang akan dijual
I
tanpa melalui lelang, dilakukan sesuai mekanisme penilaian
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah;
c. penyempurnaan pengaturan terkait penetapan harga jual kepada
.

Pejabat Negara/mantan Pejabat Negara, berupa penegasan


kewenangan penentuan harga jual kendaraan oleh Pengguna Barang
untuk Barang Mitik Negara, dan Gubernur/ Bupati/Walikota untuk
Barang Milik Daerah;

d. penambahan . . .

SK No l17968A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-3-

d penambahan pihak dalam pengaturan terkait pembatasan pembelian


Kendaraan Perorangan Dinas tanpa melalui lelang yaitu Pimpinan
DPRD;
e penambahan ketentuan persyaratan dan tata cara penjualan
Kendaraan Perorangan Dinas bagi Pimpinan DPRD dan mantan
Pimpinan DPRD, dengan ketentuan persyaratan dan tata cara
penjualan dipersamakan dengan penjualan Kendaraan Perorangan
Dinas bagi Pejabat Negara dan mantan Pejabat Negara;
f penambahan pihak dalam pengaturan terkait fasilitas Program
Kepemilikan Kendaraan, yaitu bagi Pimpinan DPRD; dan
o
b. pengaturan mengenai Ketentuan Peralihan untuk penjualan
Kendaraan Perorangan Dinas bagi Pimpinan DPRD dan mantan
Pimpinan DPRD.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal I
Angka 1
Pasal 1

Cukup jelas.

Angka 2
Pasal 2
Cukup jelas.

Angka 3
Pasal 4
Cukup jelas

Angka 4
Cukup jelas

Angka 5

SK No 117985 A
PRESIDEN
REPIJELIK INDONESIA

-4-

Angka 5
Pasal l5A
Ayat (1)

Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "tahun terakhir periode
jabatan Pimpinan DPRD" adalah tahun terakhir pada
periode jabatan Pimpinan DPRD sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 15B
Huruf a
Yang dimaksud dengan "secara berturut-turut" adalah
secara berkelanjutan menjalani masa jabatan sebagai
Pimpinan DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota, baik
sebagai Ketua maupun sebagai Wakil Ketua.
Huruf b
Cukup jelas.

Angka 6
Cukup jelas.

Angka 7
Pasal 15C
Cukup jelas.

Pasal lSD
Huruf a
Yang dimaksud dengan osecara berturut-turut" adalah
secara berkelanjutan menjalani masa jabatan sebagai
Pimpinan DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota, baik
sebagai Ketua maupur, 5slagai Wakil Ketua.

Huruf b ...

SK No 117960A
PRESIDEN
REPUELIK INOONESIA

-5-
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "tidak diberhentikan dengan
tidak hormat dari jabatannya' adalah pemberhentian
yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Angka 8
Pasal 17
Cukup jelas.

Angka 9
Pasal 18
Cukup jelas.

Angka 10
Pasd24
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "biaya perbaikan Kendaraan
Perorangan Dinas yang telah dikeluarkan oleh
Pemerintah" adalah biaya selain pemeliharaan rutin
atas Kendaraan Perorangan Dinas.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Angka 11
Pasal 25
Ayat (l)
Cukup jelas.

Ayat(2)...

SK No 11796l A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-6-

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "berkelanjutan" adalah
menjalani masa jabatan sebagai Pejabat Negara atau
Pimpinan DPRD pada instansi yang sama atau pada
instansi yang berbeda.

Angka 12
Pasal 25A
Cukup jelas.
Pasal 25B
Cukup jelas.
Pasal 25C
Cukup jelas.
Pasal 25D
Cukup jelas.
Pasal 25E
Cukup jelas.
Pasal 25F
Cukup jelas.
Pasal 25G
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "biaya perbaikan Kendaraan
Perorangan Dinas yang telah dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah" adalah biaya selain pemeliharaan
rutin atas Kendaraan Perorangan Dinas.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Angka 13
Pasal 27
Cukup jelas.

Angka14...

SK No l17962A
PFESIDEN
REPIIELIK INDONESIA

-7 -

Angka 14
Pasal 30
Cukup jelas.

Angka 15
Pasal 31
Cukup jelas.

Angka 16
Pasal 33
Dihapus.

Angka 17
Pasal 33A
Hurufa
Yang dimaksud dengan "secara berturut-turut' adalah
secara berkelanjutan menjalani masa jabatan sebagai
Pimpinan DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota, baik
sebagai Ketua maupun sebagai Wakil Ketua.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e

Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.

Pasal II
Cukup jelas.

TAMBAI{AN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6797

SK No 117963A

Anda mungkin juga menyukai