Materi Pengayaan Nyeri
Materi Pengayaan Nyeri
NYERI ABDOMEN
Gambar 2.3 Persarafan diafragma dan bahu; rangsangan pada pleura atau
peritoneum dapat dirasakan sebagai nyeri bahu.
b. Nyeri proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensoris
akibatcedera atau peradangan saraf.Contoh yang terkenal ialah
nyerifantom setelahamputasi, atau nyeri perifer setempat pada herpes zoster.Radang
saraf ini pada herpeszoster dapat menyebabkan nyeri hebat di dinding perut sebelum
gejala atau tandaherpes menjadi jelas dan rasa nyeri ini dapat menetap bahkan setelah
penyakitnya sudah sembuh (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
c. Hiperestesia
Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan dikulit jika ada peradangan pada
rongga dibawahnya.Pada gawat abdomen, hiperestesia sering ditemukan pada
peritonitis local maupun peritonitis umum (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Nyeri peritoneum parietalis dirasakan tepat pada tempat terangsangnya
peritoneum sehingga penderita dapat menunjuk dengan tepat, dan pada tempat itu
terdapat nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri batuk, nyeri lepas, serta tanda rangsang
peritoneum lain dan defans muskuler yang sering disertai hiperestesia kulit setempat
(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
d. Nyeri kontinu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietale akan dirasakan terus-
menerus karena proses berlangsung terus, misalnya pada reaksi radang. Pada saat
pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut
menunjukkan defans muskuler, kontraksi dinding perut yang terjadi secara refleks untuk
melindungi bagian yang meradang dari tekanan setempat.
e. Nyeri kolik
Kolik merupakan nyeri visceral akibat spasme otot polos organ berongga dan
biasanya disebabkan oleh hambatan pasase organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter,
batu empedu, peningkatan tekanan intralumen).Nyeri ini timbul karena hipoksia yang
dialami oleh jaringan dinding saluran.Karena kontraksi ini berjeda, kolik dirasakan hilang
timbul.Fase awal gangguan pendarahan dinding usus juga berupa nyeri kolik.
Serangan kolik biasanya disertai perasaan mual, bahkan sampai muntah.Saat
serangan, pasien sangat gelisah, kadang sampai berguling-guling ditempat tidur atau di
jalan.Yang khas adalah trias kolik yang terdiri atas serangan nyeri perut yang kumatan
disertai mual atau muntah dan gerak paksa (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
f. Nyeri iskemik
Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan
tidak menyurut.Nyeri ini merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis.
Lebih lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum, seperti takikardia, merosotnya
keadaan umum, dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis (Sjamsuhidajat
dkk, 2010).
g. Nyeri pindah
Nyeri dapat berubah sesuai dengan perkembangan patologi.Pada tahap awal
apendisitis, sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri viseral dirasakan
disekitar pusat disertai rasa mual karena apendiks termasuk usus tengah.Setelah radang
terjadi diseluruh dinding termasuk peritoneum viserale, terjadi nyeri akibat rangsangan
peritoneum yang merupakan nyeri somatik.Pada saat ini, nyeri dirasakan tepat pada
letak peritoneum yang meradang, yaitu diperut kanan bawah.Jika apendiks kemudian
mengalami nekrosis dan gangrene (apendisitis gangrenosa), nyeri berubah lagi menjadi
nyeri iskemik yang hebat, menetap dan tidak menyurut, kemudian penderita dapat
jatuh dalam keadaan toksis (lihat Gambar 2.4A) (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Pada perforasi tukak peptik duodenum, isi duodenum yang terdiri atas cairan
asam hidroklorida dan empedu masuk ke rongga abdomen yang sangat merangsang
peritoneum setempat.Si sakit merasa sangat nyeri ditempat rangsangan itu, yaitu
diperut bagian atas. Setelah beberapa waktu, cairan isi duodenum mengalir ke kanan
bawah, melalui jalan di sebelah lateral kolon asendens sampai ke tempat kedua, yaitu
rongga perut kanan bawah, sekitar sekum. Nyeri itu kurang tajam dan kurang hebat
dibandingkan nyeri pertama karena terjadi pengenceran.Pasien sering mengeluh bahwa
nyeri yang mulai di ulu hati pindah ke kanan bawah. Proses ini berbeda sekali dengan
proses nyeri pada apendisitis akut. Akan tetapi kedua keadaan ini, apendisitis akut
maupun perforasi lambung atau duodenum, akan mengakibatkan peritonitis purulenta
umum jika tidak segera di tanggulangi dengan tindak bedah (lihat Gambar 2.4B)
(Sjamsuhidajat dkk, 2010).