Anda di halaman 1dari 26

CYANOBACTERIA

Oleh: Nur Hayati Dwi Handayani (2014)

PENDAHULUAN
Cyanobacteria, juga dikenal sebagai Cyanophyta, adalah filum bakteri yang
memperoleh energi melalui fotosintesis. Nama "cyanobacteria" berasal dari warna
bakteri (Yunani: κυανός (Kyanos) = biru). Cyanobacteria (alga biru-hijau) adalah
prokariotik, mikroorganisme fotosintesis, yang sangat kaya metabolit sekunder.
Alga ini disebut alga hijau-biru karena berwarna hijau kebiruan. Warna itu
diakibatkan oleh warna klorofil dan pigmen biru (fikosianin).
Alga hijau-biru banyak dijumpai di tempat-tempat lembab, misalnya di atas
tanah, batu, tembok, sawah, parit,dan di laut. Jika mengering, koloni alga hijau-biru
mengelupas seperti kerak. Alga hijau-biru biasanya hidup hidup di lingkungan yang
sedikit asam hingga basa. Selain hidup bebas, alga hijau- biru juga ada yang hidup
bersimbiosis mutualisme dengan organisme lain. Alga hijau-biru dapat hidup di batuan
di tempat organisme lain sulit hidup. Dengan adanya alga hijau-biru, terjadilah pelapukan
batuan sehingga memungkinkan alga dan tumbuhan lain hidup. Itulah sebabnya alga h jau-
biru dikatakan sebagai tumbuhan perintis.

CIRI-CIRI CYANOBACTERIA

a. Prokariotik
Seperti halnya bakteri, alga ini tidak meiliki membran inti. Bahan inti
terdapat pada suatu daerah di dalam sitoplasmanya. Jadi alga hijau-biru tergolong
organisme prokariotik.

b. Klorofil tidak dalam kloroplas dan memiliki fikosianin


Berbeda dengan bakteri lain, alga hijau-biru ini memiliki klorofil dan
pigmen biru (fikosianin). Klorofil tidak terdapat dalam kloroplas, melainkan pada
membran tilakoid. Oleh karena memiliki klorofil dan dapat berfotosintesis, maka
alga ini dapat menghasilkan gula dan oksigen. Inilah sifat yang tidak dimilki oleh
bakteri pada umumnya.
Pigmen fikosianin mengakibatkan warna hijau kebiruan. Beberapa dari alga
ini ada juga yang berwarna coklat, hitam, kuning, meah, dan hijau. Warna merah
disebabkan oleh pigmen fikoeritrin sedangkan warna kuning disebabkan oleh
pigmen karoten.
Pada umumnya alga hijau-biru memilki kemampuan mengikat nitrogen dari
udara. Proses pengikatan nitrogen ini dilakukan oleh sel khusus yang
disebut heterosista . Heterorista dihasilkan oleh alga hijau-biru berbentuk benang.
Ukuran heterosista lebih besar dibandigkan sel di dekatnnya serta memilki dinding
sel yang lebih tebal. Oleh karena kemampuannnya mengikat nitrogen ini, alga
hijau-biru dapat menyuburkan habitatnya atau menguntungkan organisme lain yang
bersimbiosis dengannya.
Alga hijau-biru ada yang mampu menghasilkan racun (toksin). Racun yang
dikeluarkan di perairan dapat mematikan organisme lain.

MORFOLOGI
Alga hijau-biru ada yang uniseluler, ada yang membentuk koloni, ada pula
yang berbentuk benang. Sel alga hijau-biru tersusun (dari luar ke dalam) sebagai
berikut :
a. Selubung lendir
Terdapat di sebelah luar dinding sel. Selubung lendir berfungsi mencegah
sel dari kekeringan. Selain itu lender memudahkan sel bergerak, Karena beberapa
alga ini dapat bergerak dengan gerakan osilasi (maju mundur). Belum dipastikan
apa yang menyebabkan alga ini bergerak.
b. Membran sel
Membran sel berfungsi mengatur keluar masuknya zat dari dan ke dalam
sel. Terdapat pelipatan membran sel kea rah dalam membentuk lamella fotosinetik
atau membran tilakoid. Pada membran tilakoid ini terdapat klorofil. Jadi berbeda
dengan sele ukariotik yang memilki klorofil di dalam kloroplas, alga hijau-biru
tidak memiliki kloroplas.
c. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan koloid yang tersusun atas air, protein, lemak, gula,
mineral, enzim, ribosom, dan DNA. Di dalam sitoplasma inilah berlangsung proses
metabolisme sel.
d. Asam Inti atau Asam Nukleat (DNA)
DNA terdapat pada suatu lokasi di dalam sitoplasma, namun tidak memiliki
membrane inti. Karena itulah alga hijau-biru tidak digolongkan ke dalam
prokariotik.
e. Mesosom dan Ribosom
Ribosom merupakan organel untuk sintesis protein. Sedangkan mesosom
merupakan penonjolan membran sel ke arah dalam yang berperan sebagai penghasil
energi.

Gambar 1. Morfologi cyanobacteria

REPRODUKSI CYANOBACTERIA
a. Pembelahan sel
Alga hijau-biru dapat bereproduksi dengan pembelahan biner, yaitu
pembelahan sel secara langsung. Dengan pembelahan sel, baik sel tunggal
(organisme uniseluler) maupun sel penyusun filamen (benang) akan bertambah
banyak. Filamen akan bertambah panjang karena adanya pembelahan sel.
b. Fragmentasi
Fragmentasi dilakukan oleh alga hijau-biru berbentuk benang. Dengan
fragmentasi (pemenggalan), filament yang panjang akan terputus menjadi dua atau
lebih benang pendek yang disebut hormogonium. Setiap hormogonium akan
tumbuh menjadi filamen baru. Tempat pemutusan filament adalah sel mati yang
terdapat di antara sel penyusun filamen.
c. Pembentukan Spora
Jika kondisi buruk, misalnya kurang air, di antara sel-sel alga hijau-biru ada
yang dapat membentuk sel endospora, seperti pada bakteri. Dindingnya menebal,
Dan ukuran selnya membesar. Bentukan ini disebut akinet, misalnya
pada Nostoc. Spora tahan terhadap lingkungan yang jelek. Jika kondisi lingkungan
telah pulih, spora tumbuh menjadi alga yang baru.

KLASIFIKASI CYANOBACTERIA

Berdasarkan Bergey's Manual of Systematic Bacteriology (2001), cyanobacteria


terdiri dari 5 ordo seperti yang tercantum dalam tabel 1.
1. Ordo Chroococcales
Berbentuk tunggal atau kelompok tanpa spora, warna biru kehijau – hijauan.
Umumnya alga ini membentuk selaput lendir pada cadas atau tembok yang basah.
Setelah pembelahan sel – sel tetap bergandengan dengan perantaraan lendir tadi
dan dengan demikian terbentuk kelompok – kelompok atau koloni. Contohnya
Chrococcus dan Gleocapsa

1.1. Chroococcus

Bersel satu (uniseluler) hidup di dasar kolam atau tembok yang basah.
Tubuhnya diselubungi lendir. Bereproduksi dengan pembelahan biner. Sering
terdapat sel yang bergandengan dua atau empat. Sel tersebut merupakan sel yang
yang gagal berpisah dengan sel lain.

Gambar 2. Chroococcus

1.2. Gleocapsa
Bersel satu (uniseluler), berbentuk bulat memanjang dan dikelilingi oleh
membran dengan beberapa generasi sel yang terdapat di dalamnya. Membran
kadang – kadang ada yang berpigmen. Gleocapsa memilki selubung lendir seperti
chroococcus. Hidup di permukaan batu yang basah sehingga menyebabkan batu
licin.
Gambar 3. Gleocapsa

2. Pleurocapsales
Berbentuk sel coccoid, agregat atau pseudo-filamen berkembang biak
dengan baeocytes (spora internal). Contohnya Chroococcidiopsis, Pleurocapsa.

Gambar 4. Pleurocapsa

3. Oscillatoriales
Berbentuk benang filamen, tanpa heterosit atau akinet. Contohnya adalah
Lyngbya, Leptolyngbya, Microcoleus, Oscillatoria, Phormidium, Planktothrix.

3.1. Oscillatoria
Berbentuk benang (filament), yang tersusun atas sel-sel yang pipih dan
rapat. Sel tidak diselubungi lendir. Dapat bergerak maju dan mndur yan disebut
gerak osilasi. Belum diketahui penyebab alga ini bergerak. Diantara sel-sel yang
pipih terdapat sel yang mati. Adanya sel yang mati menyebabkan filamen terputus
menjadi beberapa hormogonium. Jika sel ini putus, maka terbetuklah hormogonium
yang akan tumbuh menjadi Oscillatoria baru.

Gambar 5. Oscillatoria

4. Nostocales
Merupakan Cyanobacteria yang berbentuk filamen dan memiliki heterosit.
Contohnya Anabaena, Aphanizomenon, Calothrix, Cylindrospermopsis, Nostoc.
4.1. Nostoc
Tubuh Nostoc tersusun atas sel-sel yang berbentuk bola. Hidup di bebatuan
atau di tanah yang lembab. Nostoc menyebabkan permukaan bebatuan licin karena
adanya selubung lender kekuninan atau kecoklatan yang membungkus selnya. Di
antara sel-sel berbentuk bola itu terdapat sel yang tidak aktif karena sel tersebut
mengalami dormansi (tidur). Di dalam sel tersebt tersebut terkandung spora.
Ukurannya agak lebih besar dari sel-sel berbentuk bola sel ini disebut akinet.
Apabila spora telah masak akan tumbuh filamen baru.

Gambar 6. Nostoc mikroskopis (kiri) dan makroskopis (kanan)


4.2. Anabaena
Seperti halnya Nostoc, Anabaena tersusun atas sel-sel berbentuk bola.
Perbedaannya, disamping memiliki akinet, juga memilki heterosista. Heterosista
adalah penambat nitrogen.

Gambar 7. Anabaena

5. Stigonematales
Merupakan cyanobacteria yang memiliki filamen dan menghasilkan
hormogonia. Contohnya Mastigocladus (Fischerella), Stigonema

Gambar 8. Microcystis aeruginosa

PERANAN CYANOBACTERIA
Alga hijau-biru ada yang bersifat menguntungkan, ada pula yang merugikan

Alga hijau-biru yang merugikan


Alga hijau biru yang hidup di air ada yang mengeluarkan racun. Racun yang
terlarut dalam air dapat meracuni organisme yang meminumnya. Contohnya di
Australia banyak biri-biri yang mati setelah minum air telaga. Ini merupakan sifat
merugikan alga hijau biru.
Sifat merugikan lainnya adalah alga ini dapat tumbuh di tembok dan batu,
sehingga tembok akan mudah lapuk. Demikian pula bangunan candi dari batu yang
banyak terdapat di Indonesia banyak yang terancam menjadi lapuk karena alga.

Alga Hijau-Biru yang Menguntungkan


1) Pengikat Nitrogen bebas
Nostoc, gleocapsa, dan Anabaena merupakan alga hijau-biru yang dapat
menangkap nitrogen dari udara . Kemampuan menangkap Nitrogen ini disebut pula
sebagai kemampuan melakukan fiksasi nitrogen. Anabaena azollae dapat
bersimbiosis dengan tumbuhan Azolla pinnata, yaitu tumbuhan yang banyak
dijumpai di sawah dan mengapung di atas air. Alga hijau-biru melakukan fiksasi
nitrogen (N2) dari udara dan mengubahnya menjadi ammonia.Hal demikian
menguntungkan petani. Azolla pinnata dapat dijadikan pupuk hijau yang
mengandung nitrogen.
2) Sebagai bahan makanan
Ada pula alga hijau-biru yang dapat dijadikan makanan karena mengandung
protein yang cukup tinggi. Misalnnya alga hijau-biru yang tubuhnya berbentuk
spiral dan disebut Arthrospira. Alga ini terkenal dengan nama dagangnya, yaitu
spirulina. Para pakar telah berhasil membudidayakan alga ini unuk dipanen
proteinnya. Di masa depan ada kemungkinan alga ini dapat dikembangbiakkan
dalam jumlah besar untuk menghasilkan protein bagi kebutuhan umat manusia.

PEMANFAATAN SPESIES CYANOBACTERIA

1. Spirulina

Klasifikasi

Kingdom : Bacteria
Phylum : Cyanobacteria
Class : Cyanophyceae
Order : Oscillatoriales
Family : Phormidiaceae
Genus : Arthospira
Spesies : Arthospira maxima
Arthospira plantesis

Spirulina adalah cyanobacterium yang dapat dikonsumsi oleh manusia dan


hewan lainnya dan dibuat terutama dari dua spesies cyanobacteria: Arthrospira
platensis dan Arthrospira maxima. Spirulina merupakan sumber makanan bagi
suku Aztec dan Mesoamericans lain sampai abad ke-16, Suku Aztec menyebutnya
"tecuitlatl“

Arthrospira dibudidayakan di seluruh dunia, digunakan sebagai suplemen


makanan serta makanan utuh, dan tersedia dalam tablet, serpihan dan bubuk. Hal
ini juga digunakan sebagai suplemen pakan dalam akuakultur, akuarium dan unggas
industri.
Morfologi

Spirulina memiliki bentuk berserabut mengambang bebas ditandai dengan


silinder, trikoma multiseluler dalam helix kiri terbuka.

Gambar 9. Arthospira maxima Gambar 10. Arthospira plantesis

Gambar 11. Makroskopis spirulina Gambar 12. Simplisia bubuk spirulina

Kandungan Kimia
1. Protein
 Spirulina kering mengandung sekitar 60 % ( 51-71 % ) protein . Ini
adalah protein lengkap yang mengandung semua asam amino
esensial , meskipun dengan jumlah yang berkurang dari metionin ,
sistein dan lisin jika dibandingkan dengan protein daging , telur dan
susu . Hal ini , bagaimanapun , unggul protein tanaman khas , seperti
yang dari kacang-kacangan .
 The US National Library of Medicine mengatakan bahwa spirulina
tidak lebih baik dari susu atau daging sebagai sumber protein , dan
sekitar 30 kali lebih mahal per gram
2. Nutrisi lain
 Kadar lemak Spirulina adalah sekitar 7 % berat, dan kaya akan asam
gamma - linolenat (GLA), dan juga menyediakan alpha - linolenic
acid (ALA), asam linoleat (LA), asam stearidonic (SDA), asam
eicosapentaenoic (EPA), asam docosahexaenoic (DHA) dan asam
arakhidonat (AA). Spirulina mengandung vitamin B1 (tiamin), B2
(riboflavin) , B3 (nicotinamide), B6 (pyridoxine), B9 (asam folat) ,
vitamin C, vitamin D, vitamin A dan vitamin E. Spirulina juga
merupakan sumber kalium, kalsium, kromium, tembaga, besi,
magnesium, mangan, fosfor, selenium, natrium dan seng .
 Spirulina mengandung banyak pigmen yang mungkin bermanfaat
dan bioavailable, termasuk beta -karoten, zeaxanthin, klorofil -a,
xantofil, echinenone, myxoxanthophyll, canthaxanthin,
diatoxanthin, 3' - hydroxyechinenone, beta - cryptoxanthin dan
oscillaxanthin, ditambah phycobiliproteins c - phycocyanin dan
allophycocyanin .

Budidaya
Kebanyakan spirulina dibudidayakan dan diproduksi di saluran terbuka
kolam raceway . , dengan dayung - roda yang digunakan untuk penggerak Produsen
komersial terbesar spirulina berada di Amerika Serikat , Thailand , India , Taiwan,
Cina , Pakistan , Burma ( Myanmar alias ) , Yunani dan Chili.

Gambar 13. Budidaya Spirulina


Pemanenan Spirulina
Biomassa spirulina dapat dipanen 5-7 hari setelah pengkulturan
menggunakan screen vibrasi tipe T-150 atau setara dengan plankton net no. 25.
Prinsip pemanenan tersebut adalah pemisahan sel spirulina dari medium
tumbuhnya.
Setelah terpisah dari mediumnya, biomassa kemudian dicuci dengan air
mengalir sampai bersih. Tanda-tanda bahwa biomassa sudah bersih adalah tidak
berbuih. Air sisa saringan biomassa dan air pencucian biomassa dapat dialirkan
kembali ke dalam kolam.
Kumpulan biomassa yang telah bersih dikeringkan sesuai dengan
keperluan. Pengeringan untuk keperluan pangan bisa menggunakan drum drier atay
spay drier. Sementara itu pengeringan untuk keperluan pakan unggas dan ikan hias
dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari. Pengeringan dengan tknik drum
drier atau spray drier tidak boleh melampaui 70 derajat Celcius karena akan
merusak dinding sel spirulina sehingga akan berpengaruh pada kualitas nutrisi
lainnya.

Keamanan Spirulina
Studi toksikologi dari efek konsumsi spirulina pada manusia dan hewan,
dengan mengkonsumsi makan sebanyak 800mg/kg, dan mengganti hingga 60%
dari asupan protein dengan spirulina, telah menunjukkan tidak ada efek toksik.
Kesuburan , teratogenik, studi peri-dan pasca-natal, dan multi-generasi pada hewan
juga menemukan tidak ada efek samping dari konsumsi spirulina.
Dalam sebuah penelitian 2009, 550 anak kurang gizi diberi makan hingga
10 g / hari bubuk spirulina, tanpa efek samping. Puluhan studi klinis pada manusia
telah sama menunjukkan tidak ada efek berbahaya bagi suplemen spirulina.
Spirulina adalah bentuk cyanobacterium , beberapa di antaranya dikenal
untuk menghasilkan racun seperti microcystins , BMAA , dan lain-lain . Beberapa
suplemen spirulina telah ditemukan terkontaminasi dengan microcystins ,
meskipun pada tingkat di bawah batas yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
Oregon . microcystins dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan , dalam
jangka panjang , kanker hati . Efek dari paparan kronis tingkat bahkan sangat rendah
microcystins menjadi perhatian , karena risiko potensi kanker . Senyawa beracun
ini tidak diproduksi oleh spirulina itu sendiri, tetapi dapat terjadi sebagai akibat
dari kontaminasi batch spirulina dengan ganggang biru-hijau yang menghasilkan
racun lainnya.
Kontaminasi logam berat (timbal , merkuri , dan arsen)dalam suplemen spirulina
banyak terjadi pada produk yang dipasarkan di Cina.

Kegunaan Spirulina
Berdasarkan beberapa penelitian, baik uji preklinik maupun uji klinik, diperoleh
beberapa khasiat spirulina yang dipaparkan pada tabel 2.

Tabel 2. Khasiat spirulina


Khasiat Senyawa Referensi
Antioksidan Phycocyanin Krustian et al (2013)
Anti-inflamasi Pak et al (2012)
Neuroprotektor Pabon et al (2012)
Hepatoprotektor Bhattacharyya (2012)
Anti kanker Konickova (2014)
Atheroprotektif Strasky (2013)
Antihiperlipidemia Park, et al (2008
Antihipertensi Durran, et. al (2007)
Suplemen Zeaxanthine Yu, et al (2012)
Menurunkan resiko Keratinoid
katarak
Mencegah kerusakan Protein Hassan, et al (2012)
yang disebabkan oleh
racun yang
mempengaruhi jantung,
hati, ginjal, neuron,
mata, ovarium, DNA,
dan testis
Digunakan sebagai Tidak ada penjelasan Bizzi, et al (1980)
treatmen pada keracunan
arsenik yang terkandung
dalam kosmetik
Contoh produk spirulina

Gambar 13. Spirulina tablet Gambar 14. Sirup Spirulina


2. Cyanobacteria sebagai Agen Antikanker
Tabel 3. Cyanobacteria yang berpotensi sebagai antikanker (Costa, 2012).
Lanjutan tabel 3.
Lanjutan tabel 3.
Lanjutan tabel 3.
Tabel 4. Efek antikanker Cyanobacteria pada cell-line (Costa, 2012)
Lanjutan tabel 4.
Lanjutan tabel 4.
Gambar 15. Struktur kimia metabolit sekunder Cyanobacteria (Costa, 2012)
Daftar Pustaka

1. "Cyanophyceae". Cyanophyceae. Access Science. Retrieved 21 April 2011.


2. D.R. BOONE, R.W. CASTENHOLZ, G.M. GARRITY (editors). 2001.
Bergey's Manual of Systematic Bacteriology, second edition, vol. 1 (The
Archaea and the deeply branching and phototrophic Bacteria), Springer-
Verlag, New York.
3. Ahoren Oren (2004). "A proposal for further integration of the cyanobacteria
under the Bacteriological Code". Int. J. Syst. Evol. Microbiol. 54 (Pt 5): 1895–
1902.doi:10.1099/ijs.0.030080.
PMID 15388760.
4. O. P. Sharma. Textbook of Algae
5. Christaki, E.; Florou-Paneri, P.; Bonos, E. (2011). "Microalgae: A novel
ingredient in nutrition". International Journal of Food Sciences and
Nutrition 62 (8): 794–799.doi:10.3109/09637486.2011.582460.
PMID 21574818.
6. Ciferri, O. (1983). "Spirulina, the edible microorganism". Microbiological
reviews 47 (4): 551–578. PMC 283708. PMID 6420655.
7. Vonshak, A. (ed.). Spirulina platensis (Arthrospira): Physiology, Cell-
biology and Biotechnology. London: Taylor & Francis, 1997.
8. Krustian, C., dkk. (2013). Penapisan aktifitas antioksidan dari pigmen
karotenoid mikroalga Dunaliella salina, Isochrysis galbana, dan Spirulina
platensis dengan perlakuan intensitas cahaya dan salinitas.
http://perpusffup.univpancasila.ac.id/index.php?p=show_detail&id=7483
9. Ku, C. S.; Pham, T. X.; Park, Y.; Kim, B.; Shin, M.; Kang, I.; Lee, J. (2013).
"Edible blue-green algae reduce the production of pro-inflammatory
cytokines by inhibiting NF-κB pathway in macrophages and
splenocytes". Biochimica et Biophysica Acta (BBA) - General
Subjects.doi:10.1016/j.bbagen.2013.01.018.PMID 23357040. edit
10. Yu, B.; Wang, J.; Suter, P. M.; Russell, R. M.; Grusak, M. A.; Wang, Y.;
Wang, Z.; Yin, S.; Tang, G. (2012). "Spirulina is an effective dietary source
of zeaxanthin to humans". British Journal of Nutrition 108 (4): 611–
619.doi:10.1017/S0007114511005885.PMID 22313576. edit
11. Pak, W.; Takayama, F.; Mine, M.; Nakamoto, K.; Kodo, Y.; Mankura, M.;
Egashira, T.; Kawasaki, H.; Mori, A. (2012)."Anti-oxidative and anti-
inflammatory effects of spirulina on rat model of non-alcoholic
steatohepatitis". Journal of Clinical Biochemistry and Nutrition 51 (3): 227–
234.doi:10.3164/jcbn.12-18. PMC 3491249.PMID 23170052. edit
12. Pabon, M. M.; Jernberg, J. N.; Morganti, J.; Contreras, J.; Hudson, C. E.;
Klein, R. L.; Bickford, P. C. (2012). "A Spirulina-Enhanced Diet Provides
Neuroprotection in an α-Synuclein Model of Parkinson's Disease". In Block,
Michelle L. PLoS ONE 7 (9): e45256.
doi:10.1371/journal.pone.0045256. PMC 3445455.PMID 23028885. edit
13. Krishnakumari, M.K.; Ramesh, H.P., Venkataraman, L.V. (1981). "Food
Safety Evaluation: acute oral and dermal effects of the algae Scenedesmus
acutus and Spirulina platensis on albino rats". J. Food Protect. 44 (934).
14. Bizzi, A.; et al (1980). "Trattamenti prolungati nel ratto con diete conntenenti
proteine di Spirulina. Aspetti biochimici, morfologici e tossicologici"
[Extended Treatment of Rats with Diets Containing Spirulina. Biochemical,
morphological, and toxicological aspects.]. In Materassi, R.Prospettive della
coltura di Spirulina in Italia (Accademia dei Geo rgofili, Firence) 205.
15. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0378874198000804
16. Chamorro-Cevallos, G.; B.L. Barron, J. Vasquez-Sanchez (2008).
"Toxicologic Studies and Antitoxic Properties of Spirulina". In Gershwin,
M.E. Spirulina in Human Nutrition and Health(CRC Press).
17. http://www.accessdata.fda.gov/scripts/fcn/gras_notices/GRN000394.pdf
18. Marcel, A. K.; Ekali, L. G.; Eugene, S.; Arnold, O. E.; Sandrine, E. D.; Von
Der Weid, D.; Gbaguidi, E.; Ngogang, J.; Mbanya, J. C. (2011). "The Effect
of Spirulina platensis versus Soybean on Insulin Resistance in HIV-Infected
Patients: A Randomized Pilot Study". Nutrients 3 (12): 712–
724. doi:10.3390/nu3070712. PMC 3257696.PMID 22254118. edit
19. Hassan, A. M.; Abdel-Aziem, S. H.; Abdel-Wahhab, M. A. (2012).
"Modulation of DNA damage and alteration of gene expression during
aflatoxicosis via dietary supplementation of Spirulina (Arthrospira) and whey
protein concentrate".Ecotoxicology and Environmental Safety 79: 294–
300.doi:10.1016/j.ecoenv.2012.01.017. PMID 22325339. edit
20. Bhattacharyya, S.; Mehta, P. (2012). "The hepatoprotective potential of
Spirulina and vitamin C supplemention in cisplatin toxicity". Food &
Function 3 (2): 164–169.doi:10.1039/c1fo10172b. PMID 22119940. edit
21. Han, B. P.; Lin, X.; Lei, L.; Gu, J. (2012). "Survivals of D. Galeata in sub-
tropical reservoirs: Harmful effects of toxic cyanobacteria in food
source". Ecotoxicology 21 (6): 1692–1705. doi:10.1007/s10646-012-0940-
1.PMID 22678553.
22. Koníčková R1, Vaňková K1, Vaníková J1, Váňová K1, Muchová
L1, Subhanová I1, Zadinová M2, Zelenka J3, Dvořák A1, Kolář M4, Strnad
H4, Rimpelová S5, Ruml T5, J Wong R6, Vítek L7. Anti-cancer effects of blue-
green alga Spirulina platensis, a natural source of bilirubin-like tetrapyrrolic
compounds. Ann Hepatol. 2014 Mar-Apr;13(2):273-83.
23. Strasky Z1, Zemankova L, Nemeckova I, Rathouska J, Wong RJ, Muchova
L, Subhanova I, Vanikova J, Vanova K, Vitek L, Nachtigal P. Spirulina
platensis and phycocyanobilin activate atheroprotective heme oxygenase-1:
a possible implication for atherogenesis. Food Funct. 2013 Nov;4(11):1586-
94. doi: 10.1039/c3fo60230c.
24. Park, H.; Lee, Y.; Ryu, H.; Kim, M.; Chung, H.; Kim, W. (2008). "A
randomized double-blind, placebo-controlled study to establish the effects of
spirulina in elderly Koreans". Annals of nutrition & metabolism 52 (4): 322–
328. doi:10.1159/000151486. PMID 18714150.
25. Torres-Duran PV, Ferreira-Hermosillo A, Juarez-Oropeza MA
(2007). "Antihyperlipemic and antihypertensive effects of Spirulina maxima
in an open sample of Mexican population: a preliminary report". Lipids
Health Dis 6: 33. doi: 10.1186/1476-511X-6-
33. PMC 2211748.PMID 18039384.
26. Costa M1, Costa-Rodrigues J, Fernandes MH, Barros P, Vasconcelos
V, Martins R.. Review Marine Cyanobacteria Compounds with Anticancer
Properties: A Review on the Implication of Apoptosis. Mararine Drugs
2012, 10, 2181-2207; doi: 10.3390/md10102181 .
www.mdpi.com/journal/marinedrugs .

Anda mungkin juga menyukai