PENDAHULUAN
Cyanobacteria, juga dikenal sebagai Cyanophyta, adalah filum bakteri yang
memperoleh energi melalui fotosintesis. Nama "cyanobacteria" berasal dari warna
bakteri (Yunani: κυανός (Kyanos) = biru). Cyanobacteria (alga biru-hijau) adalah
prokariotik, mikroorganisme fotosintesis, yang sangat kaya metabolit sekunder.
Alga ini disebut alga hijau-biru karena berwarna hijau kebiruan. Warna itu
diakibatkan oleh warna klorofil dan pigmen biru (fikosianin).
Alga hijau-biru banyak dijumpai di tempat-tempat lembab, misalnya di atas
tanah, batu, tembok, sawah, parit,dan di laut. Jika mengering, koloni alga hijau-biru
mengelupas seperti kerak. Alga hijau-biru biasanya hidup hidup di lingkungan yang
sedikit asam hingga basa. Selain hidup bebas, alga hijau- biru juga ada yang hidup
bersimbiosis mutualisme dengan organisme lain. Alga hijau-biru dapat hidup di batuan
di tempat organisme lain sulit hidup. Dengan adanya alga hijau-biru, terjadilah pelapukan
batuan sehingga memungkinkan alga dan tumbuhan lain hidup. Itulah sebabnya alga h jau-
biru dikatakan sebagai tumbuhan perintis.
CIRI-CIRI CYANOBACTERIA
a. Prokariotik
Seperti halnya bakteri, alga ini tidak meiliki membran inti. Bahan inti
terdapat pada suatu daerah di dalam sitoplasmanya. Jadi alga hijau-biru tergolong
organisme prokariotik.
MORFOLOGI
Alga hijau-biru ada yang uniseluler, ada yang membentuk koloni, ada pula
yang berbentuk benang. Sel alga hijau-biru tersusun (dari luar ke dalam) sebagai
berikut :
a. Selubung lendir
Terdapat di sebelah luar dinding sel. Selubung lendir berfungsi mencegah
sel dari kekeringan. Selain itu lender memudahkan sel bergerak, Karena beberapa
alga ini dapat bergerak dengan gerakan osilasi (maju mundur). Belum dipastikan
apa yang menyebabkan alga ini bergerak.
b. Membran sel
Membran sel berfungsi mengatur keluar masuknya zat dari dan ke dalam
sel. Terdapat pelipatan membran sel kea rah dalam membentuk lamella fotosinetik
atau membran tilakoid. Pada membran tilakoid ini terdapat klorofil. Jadi berbeda
dengan sele ukariotik yang memilki klorofil di dalam kloroplas, alga hijau-biru
tidak memiliki kloroplas.
c. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan koloid yang tersusun atas air, protein, lemak, gula,
mineral, enzim, ribosom, dan DNA. Di dalam sitoplasma inilah berlangsung proses
metabolisme sel.
d. Asam Inti atau Asam Nukleat (DNA)
DNA terdapat pada suatu lokasi di dalam sitoplasma, namun tidak memiliki
membrane inti. Karena itulah alga hijau-biru tidak digolongkan ke dalam
prokariotik.
e. Mesosom dan Ribosom
Ribosom merupakan organel untuk sintesis protein. Sedangkan mesosom
merupakan penonjolan membran sel ke arah dalam yang berperan sebagai penghasil
energi.
REPRODUKSI CYANOBACTERIA
a. Pembelahan sel
Alga hijau-biru dapat bereproduksi dengan pembelahan biner, yaitu
pembelahan sel secara langsung. Dengan pembelahan sel, baik sel tunggal
(organisme uniseluler) maupun sel penyusun filamen (benang) akan bertambah
banyak. Filamen akan bertambah panjang karena adanya pembelahan sel.
b. Fragmentasi
Fragmentasi dilakukan oleh alga hijau-biru berbentuk benang. Dengan
fragmentasi (pemenggalan), filament yang panjang akan terputus menjadi dua atau
lebih benang pendek yang disebut hormogonium. Setiap hormogonium akan
tumbuh menjadi filamen baru. Tempat pemutusan filament adalah sel mati yang
terdapat di antara sel penyusun filamen.
c. Pembentukan Spora
Jika kondisi buruk, misalnya kurang air, di antara sel-sel alga hijau-biru ada
yang dapat membentuk sel endospora, seperti pada bakteri. Dindingnya menebal,
Dan ukuran selnya membesar. Bentukan ini disebut akinet, misalnya
pada Nostoc. Spora tahan terhadap lingkungan yang jelek. Jika kondisi lingkungan
telah pulih, spora tumbuh menjadi alga yang baru.
KLASIFIKASI CYANOBACTERIA
1.1. Chroococcus
Bersel satu (uniseluler) hidup di dasar kolam atau tembok yang basah.
Tubuhnya diselubungi lendir. Bereproduksi dengan pembelahan biner. Sering
terdapat sel yang bergandengan dua atau empat. Sel tersebut merupakan sel yang
yang gagal berpisah dengan sel lain.
Gambar 2. Chroococcus
1.2. Gleocapsa
Bersel satu (uniseluler), berbentuk bulat memanjang dan dikelilingi oleh
membran dengan beberapa generasi sel yang terdapat di dalamnya. Membran
kadang – kadang ada yang berpigmen. Gleocapsa memilki selubung lendir seperti
chroococcus. Hidup di permukaan batu yang basah sehingga menyebabkan batu
licin.
Gambar 3. Gleocapsa
2. Pleurocapsales
Berbentuk sel coccoid, agregat atau pseudo-filamen berkembang biak
dengan baeocytes (spora internal). Contohnya Chroococcidiopsis, Pleurocapsa.
Gambar 4. Pleurocapsa
3. Oscillatoriales
Berbentuk benang filamen, tanpa heterosit atau akinet. Contohnya adalah
Lyngbya, Leptolyngbya, Microcoleus, Oscillatoria, Phormidium, Planktothrix.
3.1. Oscillatoria
Berbentuk benang (filament), yang tersusun atas sel-sel yang pipih dan
rapat. Sel tidak diselubungi lendir. Dapat bergerak maju dan mndur yan disebut
gerak osilasi. Belum diketahui penyebab alga ini bergerak. Diantara sel-sel yang
pipih terdapat sel yang mati. Adanya sel yang mati menyebabkan filamen terputus
menjadi beberapa hormogonium. Jika sel ini putus, maka terbetuklah hormogonium
yang akan tumbuh menjadi Oscillatoria baru.
Gambar 5. Oscillatoria
4. Nostocales
Merupakan Cyanobacteria yang berbentuk filamen dan memiliki heterosit.
Contohnya Anabaena, Aphanizomenon, Calothrix, Cylindrospermopsis, Nostoc.
4.1. Nostoc
Tubuh Nostoc tersusun atas sel-sel yang berbentuk bola. Hidup di bebatuan
atau di tanah yang lembab. Nostoc menyebabkan permukaan bebatuan licin karena
adanya selubung lender kekuninan atau kecoklatan yang membungkus selnya. Di
antara sel-sel berbentuk bola itu terdapat sel yang tidak aktif karena sel tersebut
mengalami dormansi (tidur). Di dalam sel tersebt tersebut terkandung spora.
Ukurannya agak lebih besar dari sel-sel berbentuk bola sel ini disebut akinet.
Apabila spora telah masak akan tumbuh filamen baru.
Gambar 7. Anabaena
5. Stigonematales
Merupakan cyanobacteria yang memiliki filamen dan menghasilkan
hormogonia. Contohnya Mastigocladus (Fischerella), Stigonema
PERANAN CYANOBACTERIA
Alga hijau-biru ada yang bersifat menguntungkan, ada pula yang merugikan
1. Spirulina
Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Cyanobacteria
Class : Cyanophyceae
Order : Oscillatoriales
Family : Phormidiaceae
Genus : Arthospira
Spesies : Arthospira maxima
Arthospira plantesis
Kandungan Kimia
1. Protein
Spirulina kering mengandung sekitar 60 % ( 51-71 % ) protein . Ini
adalah protein lengkap yang mengandung semua asam amino
esensial , meskipun dengan jumlah yang berkurang dari metionin ,
sistein dan lisin jika dibandingkan dengan protein daging , telur dan
susu . Hal ini , bagaimanapun , unggul protein tanaman khas , seperti
yang dari kacang-kacangan .
The US National Library of Medicine mengatakan bahwa spirulina
tidak lebih baik dari susu atau daging sebagai sumber protein , dan
sekitar 30 kali lebih mahal per gram
2. Nutrisi lain
Kadar lemak Spirulina adalah sekitar 7 % berat, dan kaya akan asam
gamma - linolenat (GLA), dan juga menyediakan alpha - linolenic
acid (ALA), asam linoleat (LA), asam stearidonic (SDA), asam
eicosapentaenoic (EPA), asam docosahexaenoic (DHA) dan asam
arakhidonat (AA). Spirulina mengandung vitamin B1 (tiamin), B2
(riboflavin) , B3 (nicotinamide), B6 (pyridoxine), B9 (asam folat) ,
vitamin C, vitamin D, vitamin A dan vitamin E. Spirulina juga
merupakan sumber kalium, kalsium, kromium, tembaga, besi,
magnesium, mangan, fosfor, selenium, natrium dan seng .
Spirulina mengandung banyak pigmen yang mungkin bermanfaat
dan bioavailable, termasuk beta -karoten, zeaxanthin, klorofil -a,
xantofil, echinenone, myxoxanthophyll, canthaxanthin,
diatoxanthin, 3' - hydroxyechinenone, beta - cryptoxanthin dan
oscillaxanthin, ditambah phycobiliproteins c - phycocyanin dan
allophycocyanin .
Budidaya
Kebanyakan spirulina dibudidayakan dan diproduksi di saluran terbuka
kolam raceway . , dengan dayung - roda yang digunakan untuk penggerak Produsen
komersial terbesar spirulina berada di Amerika Serikat , Thailand , India , Taiwan,
Cina , Pakistan , Burma ( Myanmar alias ) , Yunani dan Chili.
Keamanan Spirulina
Studi toksikologi dari efek konsumsi spirulina pada manusia dan hewan,
dengan mengkonsumsi makan sebanyak 800mg/kg, dan mengganti hingga 60%
dari asupan protein dengan spirulina, telah menunjukkan tidak ada efek toksik.
Kesuburan , teratogenik, studi peri-dan pasca-natal, dan multi-generasi pada hewan
juga menemukan tidak ada efek samping dari konsumsi spirulina.
Dalam sebuah penelitian 2009, 550 anak kurang gizi diberi makan hingga
10 g / hari bubuk spirulina, tanpa efek samping. Puluhan studi klinis pada manusia
telah sama menunjukkan tidak ada efek berbahaya bagi suplemen spirulina.
Spirulina adalah bentuk cyanobacterium , beberapa di antaranya dikenal
untuk menghasilkan racun seperti microcystins , BMAA , dan lain-lain . Beberapa
suplemen spirulina telah ditemukan terkontaminasi dengan microcystins ,
meskipun pada tingkat di bawah batas yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
Oregon . microcystins dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan , dalam
jangka panjang , kanker hati . Efek dari paparan kronis tingkat bahkan sangat rendah
microcystins menjadi perhatian , karena risiko potensi kanker . Senyawa beracun
ini tidak diproduksi oleh spirulina itu sendiri, tetapi dapat terjadi sebagai akibat
dari kontaminasi batch spirulina dengan ganggang biru-hijau yang menghasilkan
racun lainnya.
Kontaminasi logam berat (timbal , merkuri , dan arsen)dalam suplemen spirulina
banyak terjadi pada produk yang dipasarkan di Cina.
Kegunaan Spirulina
Berdasarkan beberapa penelitian, baik uji preklinik maupun uji klinik, diperoleh
beberapa khasiat spirulina yang dipaparkan pada tabel 2.