Laporan Mini Riset-Filsafat Pendidikan-Kelompok Iii
Laporan Mini Riset-Filsafat Pendidikan-Kelompok Iii
FILSAFAT PENDIDIKAN
PRODI S-1 PENDIDIKAN FISKA
SKOR NILAI:
FILSAFAT PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH :
KELAS D
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga tugas Mini riset ini dapat diselesaikan. Pembuatan Mini riset ini
diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kepemimpinan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
khususnya kepada bapak Sabani, S.Pd., M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah
kepemimpinan, atas arahan dan bimbingannya dalam mengerjakan tugas ini. Kami ucapkan
terima kasih juga kepada semua pihak yang turut membantu dalam proses penyelesaian
tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas Mini riset ini masih banyak
kekurangan dan ketidaksempurnaan, baik dari segi materi maupun teknik penyajiannya.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
agar tugas ini menjadi lebih baik lagi ke depannya.
Besar harapan kami, semoga penyajian Mini riset ini dapat memberikan manfaat dan
dapat menambah wawasan pembaca. Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan
kata-kata yang tidak berkenan dalam penulisan Mini riset ini. Akhir kata, kami ucapkan
terima kasih.
Kelompok III
DAFTAR ISI
A. Filsafat ....................................................................................................................... 4
B. Pembahasan ............................................................................................................. 13
C. Temuan Lapangan ................................................................................................... 15
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 16
B. Saran ........................................................................................................................ 16
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Identifikasi Masalah
Masih terdapat beberapa masalah dan tantangan yang perlu diidentifikasi di dalam
penggunaan filsafat pendidikan dalam sekolah. Pengenalan aliran filsafat yang tepat,
menganalisis masalah dan pertanyaan yang membantu mengidentifikasi kemungkinan
hambatan dalam penggunaan filosofi pendidikan di sekolah dan memungkinkan
pengembangan strategi solusi yang lebih efektif dan tepat terhadap perubahan kebutuhan
pendidikan. Maka masalah dalam penelitian ini dapat di definisikan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka perlu di batasi masalah dari penelitian agar
lebih terarah dan tidak meluas.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan, rumusan masalah
yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan pemahaman yang lebih
mendalam mengenai aliran filsafat melalui cara guru mengajar yang efektif dalam kelas.
Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan rekomendasi yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai aliran filsafat pendidikan.
2
F. Manfaat Survey
Berdasarkan tujuan pengembangan yang telah di uraikan di atas, maka manfaat dari
pengembangan ini adalah:
1) Bagi Narasumber
2) Bagi Dosen
Penelitian ini di harapkan dapat dan memberikan manfaat kepada dosen sebagai acuan
dan masukan dalam memberikan penjelasan atau memberi materi kepada mahasiswa/i.
3) Bagi Peneliti
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Filsafat
Filsafat merupakan ilmu yang sudah sangat tua. Bila kita membicarakan filsafat maka
pandangan kita akan tertuju jauh ke masa lampau di zaman Yunani Kuno. Pada masa itu
semua ilmu dinamakan filsafat. Dari Yunanilah kata “filsafat” ini berasal, “Philos” artinya
cinta yang sangat mendalam, dan “sophia” artinya kebijakan atau kearifan. Istilah filsafat
sering dipergunakan secara populer dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun
tidak sadar.
Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Akan tetapi secara
umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf.
Tegasnya, filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu
kebenaran dengan sedalam-dalamnya.
Pada zaman modern ini pada umunya orang telah sepakat untuk mempelajari ilmu
filsafat itu dengan dua cara, yaitu dengan mempelajari sejarah perkembangan sejak dahulu
kala hingga sekarang (metode historis), dan dengan cara mempelajari isi atau lapangan
pembahasannya yang diatur dalam bidang-bidang tertentu (metode sistematis).
4
Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah sebagai berikut:
Sementara itu Sudarsono (1993) menyatakan bahwa ciri-ciri berfikir filosofis adalah
sebagai berikut:
a) Metodis: menggunakan metode dan cara yang lazim digunakan oleh filsuf (ahli
filsafat) dalam proses berfikir
b) Sistematis: berfikir dalam suatu keterkaitan antar unsurunsur dalam suatu keseluruhan
sehingga tersusun suatu pola pemikiran filosofis
c) Koheren: di antara unsur-unsur yang dipikirkan tidak terjadi sesuatu yang
bertentangan dan tersusun secara logis
d) Rasional: mendasarkan pada kaidah berfikir yang benar dan logis (sesuai dengan
kaidah logika)
e) Komprehensif: berfikir tentang sesuatu dari berbagai sudut pandang (multidimensi)
f) Radikal: berfikir secara mendalam sampai ke akar-akarnya atau sampai pada tingkatan
esensi yang sedalam-dalamnya
g) Universal: muatan kebenarannya bersifat universal, mengarah pada realitas kehidupan
manusia secara keseluruhan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berfilsafat merupakan kegiatan berpikir
yang khas, yaitu radikal, sistematis dan universal untuk mencari kearifan, kebenaran yang
sesungguhnya dari segala sesuatu. Berfilsafat berarti berpikir merangkum (sinopsis) tentang
pokok-pokok atau dasar-dasar dari hal yang ditelaahnya.
B. Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-
masalah pendidikan. Filsafat akan menentukan “mau dibawa kemana” siswa kita. Filsafat
merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah pencapaian tujuan
pendidikan. Oleh sebab itu, filsafat yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat
5
tertentu atau yang dianut oleh perorangan (dalam hal ini Dosen/Guru) akan sangat
mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Filsafat Progressif didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey, dan
Romantic Naturalisme dari Roousseau. Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat
pendidikan Esensialisme, Perenialisme, dan sebagainya.
6
telah menjadi pandangan hidup yang kuat, kukuh pada zaman kuno dan abad
pertengahan.
2. Filsafat pendidikan Esensialisme yang didukung oleh Idealisme dan Realisme.
Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang
mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh
idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam
semesta tempat manusia berada. Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan
kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang
memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih
yang mempunyai tata yang jelas. Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang
membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung utama pada
dirinya masing-masing.
3. Filsafat pendidikan Progressivisme yang didukung oleh filsafat Pragmatisme.
Progressivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut
progressivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada
yang paling ekstrim, serta pluralistis. Menurut progressivisme, nilai berkembang terus
karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah
disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk: mempertinggi taraf kehidupan
sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang
eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan
kebutuhan. Aliran filsafat progressivisme telah memberikan sumbangan yang besar di
dunia pendidikan pada abad ke-20, di mana telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan
dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebebasan baik secara fisik
maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam
dalam dirinya, tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain, Oleh karena
itu filsafat progressivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab,
pendidikan otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai
pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran. Dan sekaligus mematikan daya
kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik.
4. Filsafat pendidikan Rekonstruksionisme yang didukung oleh filsafat pragmatisme
sebagai lanjutan dari filsafat Progressivisme. Aliran rekonstruksionisme adalah suatu
aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup
7
kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme, pada prinsipnya,
sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan
modern. Kedua aliran tersebut, aliran rekonstruksionisme dan perenialisme,
memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai
kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran.
C. Peranan Filsafat Pendidikan
Filsafat termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau
paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat
pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejala
kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu
masyarakat tertentu.
Bagi guru dan pendidik pada umumnya, filsafat pendidikan itu sangat perlu karena
tindakan-tindakannya mendidik dan mengajar akan selalu dipengaruhi oleh filsafat hidupnya
dan oleh filsafat pendidikan yang dianutnya. Filsafat pendidikan akan memberi arah kepada
perbuatannya mendidik dan mengajar. Misal dalam menyusun kurikulum sekolah, guru harus
jelas merumuskan tujuan kurikulum itu, dan untuk itu ia harus merujuk kepada filsafat
pendidikannya perlakuannya terhadap siswa merupakan releksi filsafatnya. Gaya
mengajarnya juga akan dipengaruhi oleh filsafatnya yang dianutnya. Seorang guru seharusnya
memiliki filsafat hidup dan filsafat pendidikan yang jelas yang merupakan bagian dari
kepribadiannya. Oleh karena itu bagi seorang mahasiswa calon guru mempelajari ilmu filsafat
dan ilmu filsafat pendidikan adalah perlu. Bukan saja memperluas wawasannya mengenai
pendidikan serta membantunya dalam memahami siswa dan mengembangkannya gaya belajar
yang tepat, tetapi juga dapat menyadarkannya mengenai makna dari berbagai aspek kehidupan
manusia.dan yang lebih penting lagi bahwa sikap dan tindakannya yang mencerminkan
filsafatnya akan berpengaruh kepada siswanya. Di sinilah peran yang sangat esensial dari
seorang guru.
D. Teori Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh
setiap individu, sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak
dapat berjalan menjadi dapat berjalan, tidak dapat membaca menjadi dapat membaca dan
8
sebagainya. pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dan pendidik juga
beserta seluruh sumber belajar yang lainnya yang menjadi sarana belajar guna mencapai
tujuan yang diinginkan dalam rangka untuk perubahan akan sikap serta pola pikir peserta
didik. Keterkaitan substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya
perubahan perilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional belajar dan pembelajaran
adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan proses belajar atau dengan
kata lain belajar merupakan parameter pembelajaran. Walaupun demikian perlu diingat bahwa
tidak semua proses belajar merupakan konsekuensi dari pembelajaran.
a) Teori behavioristik
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage, Gagne dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan
teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik.Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin
kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
b) Teori Kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap
teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki
perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya
mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang
baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi
diproses.
c) Teori Kontruktivisme
10
BAB III
METODE PENELITIAN
Penulis dalam penelitian ini mengambil lokasi di salah satu sekolah menengah pertama
negeri di Medan, Kecamatan Medan Tembung Kabupaten Kota Medan Provinsi Sumatera
Utara tepat nya di SMPN 35 Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada selasa 14 november
2023.
Subjek Survey : Subjek survey dalam penelitian ini adalah Ibu Friyenti Asni sebagai guru
Matematika.
B. Pengambilan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam kelancaran dan
keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang di
gunakan adalah wawancara.
Menurut Yusuf (2017), wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang
melibatkan proses interaksi antara pewawancara dan orang yang diwawancarai selaku sumber
informasi. Interaksi tersebut berupa upaya pewawancara untuk bertanya langsung kepada
sumber informasi terkait sesuatu yang sedang diteliti menggunakan pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya. Wawancara adalah proses interaksi komunikasi dilakukan oleh dua
orang atau lebih di mana terdapat dasar pembicaraan yang mengacu pada tujuan yang sudah
ditetapkan dengan kebenaran sebagai landasan utama (Herdiansyah, H. 2013). Wawancara
juga memiliki tujuan yaitu untuk memperoleh hasil informasi dan opini dari narasumber
(Bokim, A. 1984: 59).
11
C. Instrumen Pengumpulan Data
D. Analisis Data
Dari hasil wawancara dengan Ibu Friyenti Asni, terdapat beberapa inti dari data melalui
pertanyaan yang diajukan. Pertama, aliran filsafat yang di gunakan Ibu Friyenti Asni dalam
mengajar yaitu aliran filsafat pendidikan progresif. Progresif adalah pendekatan pendidikan
yang menekankan pengembangan potensi individual siswa melalui pembelajaran aktif,
kreativitas, dan keterlibatan langsung, dengan fokus pada pertumbuhan pribadi, kritis, dan
kesadaran sosial.(Aprison, 2016; KHASANAH et al., 2022; muhammad kristiawan, 2016;
Nurgiansah, 2020). Ke dua, Ibu menggunakan strategi pengajaran yang fokus pada kinerja siswa
dengan menggunakan kurikulum Merdeka Siswa. Salah satu kemungkinannya adalah dengan
memberikan penjelasan atau ceramah dalam bahasa yang lebih familiar atau sesuai dengan
bahasa siswa, bahkan dalam bahasa gaul, dengan menambahkan unsur permainan. Tujuan
pendekatan ini adalah agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan mudah dipahami siswa,
terutama pada mata pelajaran seperti matematika yang sering dianggap membosankan. Melalui
metode ini, sang ibu menyadari bahwa penampilan guru juga memegang peranan penting. Ibu
berusaha menampilkan dirinya dengan penampilan yang menarik sehingga dapat menarik
perhatian siswa, sehingga mereka semakin tertarik dan berpartisipasi dalam proses
pembelajaran. Hasilnya, cara ini terbukti efektif, karena siswa yang sebelumnya tidak
memahami materi menjadi lebih paham, sedangkan siswa yang awalnya malu atau ragu untuk
mengikuti pembelajaran menjadi lebih percaya diri dan berani mengemukakan pendapat serta
lebih aktif di kelas. Dengan pendekatan ini, siswa merasa lebih terlibat dan memahami bahwa
belajar tidak harus membosankan, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang lebih
menyenangkan dan mendukung perkembangan mereka dalam memahami mata pelajaran.
Metode ini menunjukkan bahwa pendekatan yang lebih relasional dan interaktif dapat
meningkatkan pemahaman dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
12
BAB IV
Penelitian ini dilakukan dengan siswa kelas IX SMPN 35 Medan sebagai subjek
penelitiannya. Penelitian ini kami lakukan dengan menggunakan metode observasi, survei
dan wawancara terhadap siswa/i dan guru di sekolah tersebut. Kami memberikan beberapa
pertanyaan kepada guru mengenai metode belajar mengajar yang digunakan selama di kelas.
Untuk para siswa kami memberikan beberapa pertanyaan agar dapat menggambarkan proses
pembelajaran dan pencapaian belajar yang telah mereka lakukan selama ini. Dari jawaban
yang diberikan oleh narasumber dan hasil observasi yang kami lakukan, kami mendapatkan
informasi yang kemudian akan kami analisis, untuk membuat kesimpulan terkait topik yang
kami angkat. Setelah menganalisis, kami menemukan bahwa proses pembelajaran di sekolah
tersebut cukup bagus. Guru menggunakan metode pembelajaran yang dapat membuat
siswanya tertarik terhadap materi yang sedang disampaikan, sehingga pencapaian belajar
siswa juga menjadi meningkat. Walaupun tidak semua, namun rata-rata siswa memiliki
perkembangan belajar yang baik. Subjek penelitian memberikan respon yang baik terhadap
penelitian yang telah dilakukan.
B. Pembahasan
13
Alasan saya menggunakan strategi tersebut, karena kita harus melihat realita dimana
mata pelajaran yang saya ajarkan adalah salah satu mata pelajaran yang kurang
disukai murid. Selain itu, penampilan saya juga kurang menarik sehingga siswa juga
kurang tertarik dengan kehadiran saya. Sehingga jika saya memakai bahasa yang
baku dan metode pembelajaran biasa, maka saya khawatir siswa akan merasa bosan.
Karena itulah saya menggunakan metode pembelajaran sambil bermain, dan
menggunakan perumpamaan dengan bahasa yang familiar bagi para siswa.
3. Menurut ibu, apakah strategi tersebut efektif?
Jawab:
Alhamdulillah, sajauh pengamatan saya, strategi yang saya gunakan ini efektif.
Sehingga banyak siswa yang dulunya tidak menyukai mata pelajaran saya, kini
menjadi suka.
14
Namun, penting bagi guru untuk memilih analogi yang relevan dan sesuai dengan
pemahaman siswa. Analogi yang tidak tepat atau membingungkan dapat menyebabkan
kesalahpahaman atau pemahaman yang salah. Oleh karena itu, guru perlu
mempertimbangkan tingkat pemahaman siswa dan memilih analogi yang sesuai dengan
konteks pembelajaran.
C. Temuan Lapangan
Berlokasi di Kenangan Baru, Kec. Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara, 14 November 2023. Kami telah melakukan penelitian berupa observasi dan
wawancara terhadap guru dan siswa di SMPN 35 Medan. Dari hasil riset yang telah kami
lakukan, kami menemukan bahwa narasumber menggunakan metode pembelajaran yang
cukup inovatif, dengan menggunakan perumpamaan yang familiar bagi siswa dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Dari penjelasan beliau dan observasi yang telah kami
lakukan, terbukti bahwa metode yang digunakan oleh guru tersebut cukup efektif. Dimana
pencapaian belajar siswa/i cukup baik. Jika ditinjau dari pandangan filsafat, dapat
disimpulkan bahwa beliau menggunakan analogi dalam mengajar dimana metode ini
termasuk pada penerapan teori belajar kognitif. Teori belajar kognitif berfokus pada
pemahaman, pengolahan informasi, dan konstruksi pengetahuan oleh individu. Metode-
metode dalam teori belajar kognitif bertujuan untuk membantu siswa membangun
pemahaman yang mendalam melalui pengolahan informasi yang aktif. Dalam teori belajar
kognitif, proses belajar dipandang sebagai pengolahan informasi yang melibatkan perhatian,
pemrosesan, penyimpanan, dan pemulihan informasi.
15
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mini riset ini membahas tentang pengaruh filsafat pendidikan terhadap tujuan
pendidikan, aliran-aliran filsafat pendidikan, teori belajar yang relevan, dan metode
penelitian yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru matematika di
sekolah menengah pertama di Medan menggunakan aliran filsafat pendidikan progresif
dalam mengajar, dengan fokus pada pengembangan potensi individual siswa melalui
pembelajaran aktif, kreativitas, dan keterlibatan langsung. Guru tersebut juga menggunakan
strategi pengajaran yang fokus pada kinerja siswa dengan menggunakan kurikulum Merdeka
Siswa, yang terbukti efektif karena siswa menjadi lebih paham dan aktif dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran di sekolah tersebut dinilai cukup bagus, dengan guru
menggunakan metode pembelajaran inovatif yang efektif, termasuk dalam penerapan teori
belajar kognitif.
B. Rekomendasi
16
DAFTAR PUSTAKA
Dokumentasi: