Anda di halaman 1dari 18

METODE PENDIDIKAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A

Ridholloh, M.Pd.i

Disusun oleh kelompok 6:

Fitri Habiba : 11210110000006

Nesha Wilda Nur Fadillah : 11210110000018

Renatha Alifia Putri A : 11210110000037

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU


TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat, Taufiq, serta Ridho-Nya kepada kita semua. Alhamdulillah berkat karunia
Allah, kami telah diperkenankan menyusun makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sederhana. Tujuan kami membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir
Tarbawi yang diberikan oleh Bapak Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A dan Ridhollah
Ismat, M.Pd.I. yang berjudul “Metode Pendidikan.”
Tak lupa shalawat serta salam senantiasa kami curahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita semua dari zaman kegelapan menuju zaman
keislaman yang terang benderang seperti sekarang ini. Dalam menyusun makalah ini, kami
banyak mendapat tantangan dan hambatan. Akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak,
tantangan dan hambatan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut terlibat membantu dalam penyusunan
makalah ini, sehingga bisa selesai tepat waktu.
Makalah ini kami akui masih jauh dari kata sempurna karena minimnya pengalaman
dan pengetahuan dalam membuat makalah. Oleh karena itu, kami harapkan kepada Bapak Prof.
Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A dan Ridhollah Ismat, M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata
kuliah Tafsir Tarbawi dan para pembaca untuk memberikan masukan yang bersifat
membangun demi menambah pengalaman dan demi kesempurnaan makalah yang akan dibuat
selanjutnya di lain waktu. Dengan adanya makalah ini semoga dapat bermanfaat khususnya
bagi kami dan umumnya bagi pembaca. Āamiīn.

Ciputat, 1 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3


A. Ayat, Terjemah, & Asbabun Nuzul QS. An-Naml ayat 125-128 serta pendapat
para Mufassir ....................................................................................................... 3
B. Analisis Pemakalah Antara Tema Tentang Metode Pendidikan dengan QS. An-
Naml ayat 125-128 ............................................................................................... 7
C. Ayat, Terjemah, & Asbabun Nuzul QS. Ibrahim ayat 24-27 serta pendapat para
Mufassir ............................................................................................................... 8
D. Analisis Pemakalah Antara Tema Tentang Metode Pendidikan dengan QS.
Ibrahim ayat 24-27 ............................................................................................. 13

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 14


A. Kesimpulan ......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia (huda li al-Nas).
Baik dari segi isi, redaksi maupun pesan sucinya akan memberikan solusi
terhadap problematika kehidupan individu maupun sosial yang dihadapi
manusia. Dalam memahami kitab suci Al-Qur’an perlu melalui berbagai macam
pendekatan yang dikenal dengan istilah Tafsir. Al-Qur’an pun didalamnya
diyakini berkenaan dengan ayat-ayat yang juga mengandung nilai-nilai atau
prinsip-prinsip serta aspek-aspek Pendidikan. Seperti Tujuan Pendidikan,
Metode Pendidikan, Materi Pendidikan dan lain sebagainya.
Di dalam pendidikan diharapkan mampu mengembalikan paradigma
pendidikan kepada sumber dasar ajaran islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist, maka
dibutuhkannya alternatif kajian yang mempunyai relasi dengan Pendidikan
yang kemudian dapat disebut tafsir tarbawi. Dengan adanya tafsir tarbawi maka
dapat memperoleh dua kompetensi, diantaranya yaitu dapat menguasai tafsir
ayat-ayat Al-Qur’an tertentu dan juga akan dapat memperkuat kompetensi ilmu
Pendidikan.
Dalam makalah ini akan membahas mengenai Metode Pendidikan
berdasarkan tafsir al-Qur’an dalam QS. An-Nahl:16 ayat 125-128 dan QS.
Ibrahim:14 ayat 24-27. Metode Pendidikan adalah cara yang digunakan
pendidik untuk menyampaikan materi pendidikan agar dapat diterima oleh
peserta didik. Pendidik akan mengambil penggunaan metode yang dipilih dalam
proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa ayat dan terjemahan, serta pendapat para mufassir mengenai QS. An-Nahl
ayat 125-128 dan QS. Ibrahmi ayat 24-27?
2. Bagaimana Asbababun Nuzul mengenai QS. An-Nahl ayat 125-128 dan QS.
Ibrahmim ayat 24-27?
3. Bagaimana analisis pemakalah mengenai korelasi antara Metode Pendidikan
dengan QS. An-Nahl ayat 125-128 dan QS. Ibrahim ayat 24-27?

1
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan tafsir dan asbabun nuzul menurut para mufassir
terhadap QS. An-Nahl ayat 125-128 dan QS. Ibrahim ayat 24-27
2. Untuk menjelaskan metode Pendidikan yang terdapat didalam QS. An-Nahl
ayat 125-128 dan QS. Ibrahim ayat 24-27
3. Untuk mengidentifikasi pengimplementasian Metode Pendidikan dalam
proses mengajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ayat, Terjemah, & Asbabun Nuzul QS. An-Nahl ayat 125-128 serta
pendapat para Mufassir

1. QS. An-Nahl ayat 125-128 beserta terjemahannya

ِ ِ ِ ‫ك ِِب ْْلِكْم ِة والْمو ِعظى ِة ا ْْل‬ ‫يل ىربِ ى‬


ِ ِ‫ا ْدعُ إِ ى َٰل ىسب‬
‫ك ُه ىو أى ْعلى ُم ِِبى ْن‬
‫س ُن ۚ إِ َّن ىربَّ ى‬ ْ ‫سنىة ۖ ىو ىجاد ْْلُ ْم ِِبلَِِّت ه ىي أ‬
‫ىح ى‬ ‫ىى‬ ْ‫ى ى ى‬
ِ ِِ ِ
﴾١٢٥ ﴿ ‫ين‬ ‫ض َّل ىع ْن ىسبيله ۖ ىو ُه ىو أى ْعلى ُم ِِبل ُْم ْهتىد ى‬ ‫ى‬
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jlan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”1

ِ َّ ِ‫ص ىَْبُُْت ىْلُو ىخ ْْيٌ ل‬ ِ ِ ِ ِ ِ


‫ىوإِ ْن ىعاقى ْب تُ ْم فى ىعاقبُوا ِِبثْ ِل ىما ُعوق ْب تُ ْم بِه ۖ ىولىئ ْن ى‬
‫لصاب ِر ى‬
﴾١٢٦ ﴿ ‫ين‬ ‫ى‬
Artinya: “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan
yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu
bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.”2

﴾١٢٧ ﴿ ‫ض ْي ٍق ِِمَّا َيىْ ُك ُرو ىن‬ َِّ ‫واصَِب وما ص َْب ىك إََِّّل ِِب‬
ُ ‫َّلل ۚ ىوىَّل ىَتْ ىز ْن ىعلىْي ِه ْم ىوىَّل تى‬
‫ك ِِف ى‬ ُ ‫ى ْ ْ ىى ى‬
Artinya: “Bersabarlah (hai Muhammad) dari tiadalah kesabaranmu itu
melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap
(kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang
mereka tipu dayakan.”3

﴾١٢٨ ﴿ ‫ين ُه ْم ُُْم ِسنُو ىن‬ ِ َّ


‫ين اتَّ ىق ْوا ىوالذ ى‬
ِ َّ َّ ‫إِ َّن‬
‫اَّللى ىم ىع الذ ى‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang bertakwa dan orang-
orang yang berbuat kebaikan.”4

1
Al-Qur’an, 16:125
2
Al-Qur’an, 16:126
3
Al-Quran, 16:127
4
Al-Qur’an, 16:128

3
2. Asbabun Nuzul QS. An-Nahl ayat 125-128

Ayat 125 ini turun di Makkah saat diperintahkan agar berdamai


dengan Quraisy. Allah juga memerintah beliau (Nabi Muhammad SAW)
agar berdakwah menyeru kepada agama Allah dan syari'at-Nya dengan
lemah lembut, tidak kasar atau keras. Demikianlah seharusnya kaum
muslim memberikan nasihat tentang hari Kiamat. Yang merupakan
hikmah bagi para pelaku kemaksiatan dari kalangan ahli tauhid, dan
menghapus perintah perang terhadap orang-orang kafir.
Telah dikatakan pula, "Siapa saja dari kalangan orang-orang kafir
yang bisa diharapkan keimanannya dengan cara hikmah maka dia harus
melakukan tanpa ada pertempuran." Wallahu a’lam.
Pada ayat 126, Para ahli tafsir sepakat bahwa ayat ini turun di
Madinah. Turun berkenaan dengan peran yang dimainkan oleh Hamzah
dalam perang hud. Hal itu dilansir dalam Shahih Al Bukhari, pembahasan
tentang sejarah peperangan. Al-Hakim, al-Baihaqi dalam ad-Dalalail dan
al-Bazzar meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata: Rasululllah SAW
berdiri di depan jenazah Hamzah ketika dia gugur syahid tubuhnya
dicincang, beliau bersabda: Aku akan membalas untukmu dengan
mencincang dari mereka tujuh puluh orang. Maka Jibril pun turun
menyampaikan penutup surat An-Nahl ayat 126 ini sampai akhir surat,
maka Rasulullah SAW pun menahan diri dan tidak melakukan apa yang
beliau inginkan.
Sedangkan An-Nuhas berpendapat bahwa ayat ini turun di
Makkah. Makna ayat ini berkaitan dengan ayat sebelumnya yang juga
turun di Makkah, yang berisikan tahapan-tahapan dari orang yang diseru
dan diberi nasihat hingga akhirnya diajak debat, dan yang diberi balasan
karena amal perbuatannya. Akan tetapi apa yang diriwayatkan oleh
Jumhur lebih kuat.5

5
Imam al-Qurthubi “Tafsir Al-Qurthubi”. (Jakarta: Pustaka Azzam). Hal. 498-499

4
Ayat 127-128, Ibnu Zaid berkata, "Ayat ini telah di-nasakh
dengan ayat yang berbicara tentang peperangan. Mayoritas ulama
berpendapat bahwa ayat ini muhkamah. Maksudnya, bersabarlah dengan
memberikan maaf untuk tidak memberikan hukuman seperti siksa yang
ditimpakkan kepada kalian."

‫" ىوَّلى ىَتْ ىز ْن ىعلىْي ِه ْم‬Dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran)
mereka." Maksudnya, berkenaan dengan korban meninggal dalam
perang Uhud karena mereka menuju rahmat Allah.6

3. Pendapat Para Mufassir mengenai QS. An-Nahl ayat 125-128

Menurut Ibnu Katsir Allah Ta'ala menyuruh Rasulullah saw. agar


mengajak makhluk kepada Allah dengan hikmah, yakni dengan berbagai
larangan dan perintah yang terdapat di dalam Al-Kitab dan As-Sunnah,
agar mereka waspada terhadap siksa Allah. Firman Allah, "Dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik," berdialog lah dengan mereka
dengan lembut, halus, dan sapaan yang sopan, sebagaimana hal ini pun
diperintahkan Allah kepada Musa dan Harun tatkala diutus menghadap
Fir'aun, seperti difirmankan, "Maka berbicaralah kamu berdua
dengannya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia
ingat atau takut." (Thaha, 44)
"Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya," yakni Dia mengetahui siapa yang
celaka di antara mereka dan siapa yang bahagia. Keduanya telah
ditetapkan di sisinya dan telah selesai pemutusannya. Serulah mereka
kepada Allah Ta'ala, janganlah kamu bersedih lantaran mereka, sebab
menunjukkan mereka bukanlah tugasmu. Sesungguhnya kamu hanyalah
pemberi peringatan dan penyampai risalah, dan Kamilah yang
menilainya.

6
Ibid,. Hal. 504

5
"Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan
balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu." Allah
Ta'ala menyuruh berlaku adil dalam hal qishash dan kesepadanan dalam
meminta hak. Yakni, jika salah seorang di antara kamu mengambil
haknya, maka ambillah dengan kadar yang sama. Demikian ditafsirkan
Ibnu Sirin dan selainnya, juga dikemukakan oleh Ibnu Zaid. Mereka
diperintah memaafkan kaum musyrikin. Setelah dimaaf kan, maka masuk
Islamlah orang-orang yang gagah, lalu mereka berkata, "Ya Rasulullah,
jika Allah mengizinkan, niscaya kami akan menuntut hak dari anjing
anjing itu." Maka diturunkanlah ayat di atas.7
Firman Allah, "orang-orang yang bertakwa," yaitu mereka yang
meninggalkan apa yang diharamkan, "dan orang-orang yang berbuat
kebaikan," yaitu melakukan aneka ketaatan, maka mereka dijaga Allah
dan ditolong dalam menghadapi musuh-musuhnya. Demikianlah tafsir
surat an-Nahl.
Tafsir Surat An-nahl Ayat 125-128 menurut Quraisy Shihab
dalam Tafsir Al-misbah Menatakan Nabi Muhammad saw. yang
diperintahkan untuk mengikuti Nabi Ibrahim as. sebagaimana terbaca
pada ayat yang lalu, kini diperintahkan lagi untuk mengajak siapapun
agar mengikuti pula prinsip-prinsip ajaran bapak para Nabi dan
pengumandang tauhid itu. Ayat ini menyatakan: “Wahai Nabi
Muhammad saw., serulah yakni lanjutkan usahamu untuk menyeru
semua yang engkau sanggup seru kepada jalan yang ditunjukkan
Tuhanmu. Yakni ajaran Islam dengan hikmah dan pengajaran yang baik
dan bantahlah mereka yakni siapapun yang menolak atau meragukan
ajaran Islam dengan cara yang terbaik. Itulah tiga cara berdakwah yang
hendaknya engkau tempuh menghadapi manusia yang beraneka ragam
peringkat dan kecendrungannya; jangan hiraukan cemoohan, atau
tuduhan-tuduhan tidak berdasar kaum musyrikin dengan serahkan

7
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i “Ringkasan Ibnu Katsir”. (Jakarta: Gema Insani Press), Jilid 2 hal.
1078-1081

6
urusanmu dan urusan mereka pada Allah, karena sesungguhnya
Tuhanmu yang selalu membimbing dan berbuat baik kepadamu dialah
sendiri yang lebih mengetahui dari siapapun yang menduga tahu tentang
siapa yang bejat jiwanya sehingga tersesat dari jalan-Nya dan dialah saja
juga yang lebih mengetahui orang-orang yang sehat jiwanya sehingga
mendapat petunjuk.8 Maksudnya adalah serulah ummatmu wahai para
Rasul dengan seruan agar mereka melaksanakan syari’at yang telah
ditetapkannya berdasarkan wahyu yang diturunkannya, dengan melalui
ibarat dan nasehat yang terdapat di dalam Kitab yang diturunkannya. Dan
hadapilah mereka dengan cara yang lebih baik dari lainnya sekalipun
mereka menyakitimu, dan sadarkanlah mereka dengan cara yang baik.
Ringkasnya ayat tersebut menyuruh agar Rasulullah menempuh
cara berdakwah dan berdiskusi dengan cara yang baik. Sedangkan
petunjuk (al-Hidayah) dan kesesatan (al-dlalal) serta hal-hal yeng terjadi
di antara keduanya sepenuhnya dikembalikan kepada Allah SWT, karena
Dia-lah yang lebih mengetahui keadaan orang-orang yang tidak dapat
terpelihara dirinya dari kesesatan, dan mengembalikan dirinya kepada
petunjuk.9

4. Analisis Pemakalah Antara Tema Tentang Metode Pendidikan dengan


QS. An-Nahl ayat 125-128

Menurut pemakalah keterkaitan antara surah An-nahl ayat 125-


128 dengan metode pendidikan yaitu seorang guru diperlukannya
menguasai metode seruan atau ajakan dengan memahami teknik-teknik
pendidikan yang inisiatif, kreatif dan inovatif. Dalam penyampaian
pembelajaran atau informasi tersebut dilakukan dengan metode tanya
jawab yaitu dengan berdiskusi dan beragumentasi agar terjadinya
interaksi antara guru dan murid. Kemudian jika ada murid yang bersikap
dan berperilaku diluar batas maka guru diperbolehkan memberikan

8
Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah. (Jakarta: Lentera Hati, 2000). hal. 385-386
9
Abudin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2002), hal. 171-172.

7
hukuman tetapi sebagai seorang guru sebaiknya dapat menahan dirinya,
tidak mudah putus asa, tabah, bersabar dan berdedikatif dengan sebaik-
baiknya, karena Allah akan selalu bersama orang-orang yang berbuat
kebaikan.

B. Ayat, Terjemah, & Asbabun Nuzul QS. Ibrahim ayat 24-27 serta
pendapat para Mufassir
1. QS. Ibrahim ayat 24-27 beserta terjemahannya

ٌ‫ىصلُ ىها ىَثبِ ا‬ ٍ ٍ‫شجر ٍۢة‬ ِ


‫ت ىوفى ْر ُع ىها ِِف‬ ْ ‫ٱَّللُ ىمثى ۭاًل ىكل ىم اةۭ طىيِبى اةۭ ىك ى ى ى ى‬
‫أ‬ ‫ة‬ ‫ب‬ِ
‫ي‬‫ى‬‫ط‬ َّ ‫ب‬ ‫ض ىر ى‬
‫ف ى‬
‫أىىَلْ تى ىر ىك ْي ى‬
ِ ‫ٱلسما‬
﴾٢٤﴿ ‫ٓء‬ ‫َّ ى‬
Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit”10

ِ ‫ال لِلن‬
‫َّاس ل ىىعلَّ ُه ْم يىتى ىذ َّك ُرو ىن‬ َّ ‫ب‬
‫ٱَّللُ ْٱْل ْىمثى ى‬ ُ ‫ض ِر‬ ٍ‫تُ ْؤتِٓى أُ ُكلى ىها ُك َّل ِح ا‬
ْ ‫ي ِبِِ ْذ ِن ىرِّبىا ۗ ىويى‬

﴾٢٥﴿
Artinya: “(pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan
seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia
agar mereka selalu ingat.”11

ٍۢ ِ ٍ ِ
﴾٢٦﴿ ‫ض ىما ىْلىا ِمن قى ىرا ٍٍۢر‬
ِ ‫َّت ِمن فى ْو ِق ْٱْل ْىر‬
‫ث‬ ‫ت‬‫ٱج‬ ٍ
‫ة‬ ‫يث‬ِ‫ب‬‫خ‬ ٍ
‫ة‬‫ر‬ ‫ج‬ ‫ش‬‫ك‬‫ى‬ ٍ
ْ ُ ْ ‫ىوىمثى ُل ىكل ىمة ىخبيثى ى ى ى ى ى‬
‫ة‬

10
Al-Qur’an, 14:24
11
Al-Qur’an, 14:24

8
Artinya: “Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang
buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak
dapat tetap (tegak) sedikit pun.”12

ِ ‫اخرةِ ۖ وي‬
َُّ ‫ض ُّل‬ ِ ِ‫ٱَّلل ٱلَّ ِذين ءامنُ ۟وا بِٱلْ ىقو ِل ٱلثَّاب‬
ِ ‫ت ِِف ٱ ْْلي ٰوةِ ٱلدُّنْ يا وِِف ٱلْى‬ ُ ِ‫يُثىب‬
‫ٱَّلل‬ ُ‫ى ى‬ ‫ى ى‬ ‫ىى‬ ْ ‫ت َُّ ى ى ى‬
ِ
﴾٢٧﴿ ُ‫شآء‬
‫ٱَّللُ ىما يى ى‬ ‫ٱلظَّٰل ِم ى‬
َّ ‫ي ۚ ىويى ْف ىع ُل‬
Artinya: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan
ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan
Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan Allah berbuat apa
yang Dia kehendaki.”13

2. Asbabun Nuzul QS. Ibrahim ayat 24-27

Pada ayat 24 merupakan periwayatan perumpamaan pada pohon


yang baik, berdasar pada satu riwayat yang menyatakan (Abdullah) putra
Umar ra berkata: bahwa suatu ketika kami berada disekeliling Rasulullah
saw, lalu beliau bersabda: “Beritahulah aku tentang sebuah pohon yang
serupa dengan seorang muslim, memberikan buahnya pada setiap musim!”
Putra Umar berkata: Terlintas dalam benakku bahwa pohon itu adalah
pohon kurma tetapi Aku lihat Abu Bakar dan Umar tidak berbicara, maka
aku segan berbicara. Dan seketika Rasulullah saw tidak mendengar jawaban
dari hadirin, beliau bersabda: “Pohon itu adalah pohon kurma.” Setelah
selesai pertemuan dengan Rasulullah saw itu, aku berkata kepada ayahku
Umar: Wahai Ayahku! Demi Allah telah terlintas dalam benakku bahwa
yang dimaksud adalah pohon kurma, beliau berkata: Mengapa engkau tidak
menyampaikannya? aku menjawab: aku tidak melihat seorang pun
berbicara maka akupun segan berbicara. Umar ra berkata: seandainya

12
Al-Qur’an, 14:24
13
Al-Qur’an, 14:24

9
engkau menyampaikannya maka sungguh itu lebih kusukai dari ini dan itu.
HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan lain-lain.14
Setelah adanya periwayatan tersebut, terjadi turunnya ayat 25, yang
menjadikan perumpamaan seorang muslim yang baik dengan sebuah pohon
yang menurut Allah baik yaitu digambarkan dengan pohon kurma yang
berbuah setiap saat sehingga sangat bermanfaat bagi manusia. Begitupula
orang beriman, ucapan dan perbuatan baiknya akan selalu berguna bagi
orang lain.
Pada ayat 26 dan 27, sebaliknya yaitu merupakan periwayatan
perumpamaan pohon yang buruk dengan perbuatan yang tidak baik dari
orang kafir dan orang musyrik. Mereka disamakan dengan pohon yang
sudah tumbang dan tidak dapat menghasilkan apa-apa. Begitulah orang
yang mengingkari Tuhan, ia tidak akan berguna bagi masyarakat. Dan pada
ayat 27, Allah akan semakin menyesatkan dan membuat orang kafir dan
musyrik akan semakin terpuruk oleh ucapan dan perbuatan buruknya.15

3. Pendapat Para Mufassir mengenai QS. Ibrahim ayat 24-27

Menurut Imam Ibnu Kathir menjelaskan dalam tafsirnya tentang


surat Ibrāhīm ayat 24-26 yaitu Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan bahwa
Ibnu Abbas ra menafsirkan "kalimat yang baik” sebagai kesaksian tiada
Tuhan melainkan Allah, "pohon yang baik" yaitu seorang mukmin,
"akarnya kokoh" yaitu sebagai kalimat Laa ilaa ha illalaah 'tiada Tuhan
melainkan Allah' yang berada di dalam hati seorang mukmin, dan
"cabangnya ke langit" sebagai amal seorang mukmin yang dinaikkan ke
langit lantaran kalimat itu. Menurut Imam Ibnu Kathir bahwa pohon yang
baik yang digunakan perumpamaan oleh Allah SWT. dalam ayat ini adalah
pohon kurma. Hal ini menunjukkan bahwa perumpamaan seorang mukmin
adalah seperti sebuah pohon, yang akan terus didapati buahnya di setiap

14
M. Quraish Shihab. “Tafsir al-Misbah.” (Jakarta: Lentera Hati2, 2002). Hal, 54
15
Salman Harun. “Tafsir Tarbawi, Nilai-nilai Pendidikan dalam Al-Qur’an.” (Tangerang: UIN
Jakarta Press, 2013). Hal 93-94.

10
waktu. Begitu pula, amalan orang mukmin itu akan terus dinaikkan
(diangkat) ke langit di setiap waktu dengan izin Allah, yakni secara
sempurna, baik, melimpah, thayyib serta berbarakah.
Dan perumpamaan kalimat “yang buruk seperti pohon yang buruk,”
yakni perumpamaan kekufuran orang kafir yang tidak memiliki dasar dan
keteguhan seperti halnya pohon Hanzal (pohon yang pahit rasanya). “yang
telah dicabut dengan akar-akar nya,” yakni dicabut sampai akarnya. “dari
permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.” Yakni, tidak
memiliki dasar dan tidak pula keteguhan. Begitu pula dengan kekafiran
yang tidak memiliki dasar (pokok) dan tidak pula cabang. Amalan orang
kafir tidak bisa naik (diangkat) ke langit dan tidak diterima sesuatu pun
darinya.16
Imam Ibnu Kathir ketika menafsrikan Surat Ibrāhīm ayat 27 lebih
menafsirkan tentang bagaimana keadaan seorang hamba yang mukmin
dengan orang yang kafir mulai dari sakaratul maut sampai dengan keadaan
mereka didalam kubur. Hal ini berdasarkan hadist Rasullullah SAW. yeng
berbunyi, al Bukhari meriwayatkan dari al-Barra’ bin ‘Azib ra, bahwasanya
Rasullullah SAW. Bersabda: “Orang Muslim bila ditanya di dalam kubur,
ia bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (yang haq) selain Allah dan
bahwasanya Muhammad adalah Rasul Allah. Itulah maksud firman Allah
SWT. “Allah SWT. meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan
ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.17
Menurut M. Quraish Shihab dalam tafisrnya Al-Misbah, QS.
Ibrahim ayat 24-26 mengajak siapapun yang dapat melihat, yakni merenung
dan memperhatikan, dengan menyertakan: Tidakkah kamu melihat, yakni
memperhatikan bagaimana Allah SWT. telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik? Kalimat itu seperti pohon yang baik, akarnya teguh
menghujam kebawah sehingga tidak dapat dirobohkan oleh angina dan

16
Imam Ibnu Kathir. “Tafsir Ibn Kathir (Juz 10, 11, 12, 13).” (Insan Kamil: Surabaya.2015)
hal.750.
17
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh. “Tafsir ibn Kathir.” (Jakarta: Pustaka
Imam Asy-Syafi’i, 2008). hal. 86

11
cabangnya menjulang ke langit, yakni ke atas. Ia memberikan buahnya pada
setiap waktu, yakni musim dingin dengan seizin tuhannya sehingga tidak
ada satu kekuatan yang dapat menghalangi pertumbuhan dan hasilnya yang
memuaskan.
Quraish shihab dalam tafsirnya mengatakan bahwa ulama berbeda
pendapat tentang yang dimaksud dengan kalimat yang baik. Ada yang
berpendapat bahwa ia adalah kalimat tauhid atau iman, bahkan ada yang
memahaminya menunjuk kepada pribadi seorang mukmin. Quraish shihab
dalam tafsirnya lebih cenderung menyatakan bahwasanya yang dimaksud
dengan kalimat yang baik itu adalah kalimat tauhid.18
Kalimat yang buruk pun diperselisihkan seperti apa ia, yang jelas ini
adalah contoh bagi keyakinan orang-orang kafir. Ia tidak memiliki pijakan
yang kuat, sangat mudah dirobohkan, amal-amalnya tidak berubah. Alhasil,
kebalikan dari orang-orang beriman.19
Quraish Shihab menyatakan bahwa ayat sebelumnya menjelaskan tentang
kalimat yang baik yang meneguhkan hati orang-orang yang beriman. Tetapi
sebaliknya, pada ayat 27 Allah SWT. menyesatkan orang-orang yang zalim karena
mereka memilih pegangan yang bagaikan pohon yang buruk sehingga selalu
terombang-ambing tidak tahan menghadapi cobaan dan Allah berbuat terhadap apa
yang Dia kehendaki.
Menurut pemahaman Ibnu ‘Asyur Maksud firman Allah SWT.
“meneguhkan orang-orang beriman dengan ucapan yang teguh” adalah
Allah SWT. mempermudah bagi mereka pemahaman ucapan-ucapan
kebenaran yang bersumber dari Allah SWT. Sehingga hati mereka menjadi
tenang, tidak ada keraguan dalam melaksanakan tuntunan Allah SWT dan
menjalankannya dengan dengan konsisten.

18
Quraish Shihab. Tasir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’ān Volume 7. (Jakarta:
Lentera Hati), hal. 52
19
Ibid,. hal. 53

12
4. Analisis Pemakalah Antara Tema Tentang Metode Pendidikan dengan
QS. Ibrahim ayat 24-27

Menurut pemakalah keterkaitan antara surah Ibrahim ayat 24-27


dengan metode pendidikan yaitu salah satu metode pendidikan adalah
memberikan contoh yang baik dalam perkataan maupun perbuatan. Dimana
perkataan dan perilaku dari seorang guru akan berdampak pada murid, jika
seorang guru memberikan kesan dan pengaruh yang baik seperti
memberikan kata-kata nasehat dan mempraktekkannya, maka murid akan
mencontoh dan menerapkan dalam kehidupannya. Sebaliknya, jika perilaku
yang diberikan buruk, maka nasehat-nasehat baik yang diberikan akan
dipertannyakan. Murid-murid tersebut kemudian akan melakukan apa yang
mereka liat bukan apa yang mereka dengar.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, segala sesuatu


persoalan dan permasalahan di dunia ini telah terjawab di dalam Al-Qur’an.
Tetapi tidak semua dapat dipahami dengan mudah dan dibutuhkannya tafsir dari
beberapa ahli mufassir yang akan lebih menyederhanakan maksud dari setiap
ayat Al-Qur’an.
Dalam QS. An-Nahl ayat 125-128 dan QS. Ibrahim ayat 24-27 terdapat
keterkaitan antara kedua surat tersebut dengan metode pendidikan. Pada surah
An-Nahl ayat 125-128 dapat dipahami adanya metode Pendidikan yaitu adanya
seruan dan ajakan yang dilakukan dengan inisiatif dari guru; adanya diskusi,
debat, dan beragumentasi antara guru dan murid; adanya hukuman; dan menjadi
seorang guru sebaiknya tidak cepat putus asa dan emosi serta tetap tabah dan
sabar dalam memnghadapi tantangan apapun.
Pada surah Ibrahim ayat 24-27 dapat dipahami adanya metode Pendidikan
yaitu sebagai seorang guru sebaiknya memberikan contoh perkataan dan
perbuatan yang baik dan tidak sebaliknya. Agar kesan mendalam yang
dirasakan oleh murid juga akan berdampak baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ar-Rifa’I, Muhammad Nasib. Ringkasan Ibnu Katsir. Jilid 2. Jakarta: Gema


Insani Press
Al-Qurtubi, Imam al-Qurthubi. Tafsir Al-Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam.
Harun, Salman. (2013). Tafsir Tarbawi, Nilai-nilai Pendidikan dalam Al-Qur’an.
Tangerang: UIN Jakarta Press.
Kathir, Imam Ibnu. (2015). Tafsir Ibn Kathir (Juz 10, 11, 12, 13). Insan Kamil:
Surabaya.
Nata, Abudin. (2002). Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo.
Syaikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu. (2008). Tafsir ibn
Kathir. Jakarta: Pustaka,Imam Asy-Syafi’i.
Shihab, M Quraish. Tasir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’ān
Volume 7. Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, Quraish Shihab. (2000). Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.

15

Anda mungkin juga menyukai