Revisi SEMINAR INDUSTRI 2
Revisi SEMINAR INDUSTRI 2
Oleh :
RESKI NUNUK
7100210004
Oleh :
RESKI NUNUK
7100190183
Yogyakarta, Maret,2024
Mengetahui, Menyetujui,
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya maka Seminar Tambang ini dapat diselesaikan sebagaimanamestinya dengan
judul “Pengaruh Geometri Peledakan Terhadap Fragmentasi Batuan Pada PT. PAMA
PERSADA NUSANTARA Site ADARO Provinsi Kalimantan Selatan” dan diajukan
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Seminar Tambang pada
Program Studi Teknik Pertambangan S1 Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang turut membantu dalam penyusunan seminar tambang ini, khususnya pada :
1. Dr. Ir. H. Setyo Pambudi, M.T, selaku Rektor Institut Teknologi
Nasional Yogyakarta.
2. Dr. Ir. Setyo Pambudi, M.T, Selaku Dekan Fakultas Teknik Dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
3. Bayurohman Pangacella Putra S.T.,M.T, selaku Ketua Program Studi
Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
4. Erry Sumarjono, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing seminar tambang.
5. Semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang telah membantu dan
memberikan dukungan sehingga terseleaaikan seminar tambang ini.
Penyusun menyadari dalam penyusunan seminar tambang ini masih jauh dari kata
sempurna, akhir kata penyusun berharap seminar ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penyusun sendiri dan untuk pembaca pada umumnya.
Reski Nunuk
7100210004
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Dan Topografi
Topografi merupakan gambaran keadaan permukaan bumi yang digambarkan dengan garis
kontur. Pada peta topografi dapat dilihat bentuk permukaan dan perbedaan elevasi suatu lokasi
dari kerapatan serta nilai indeks kontur tersebut. jasa pertambangan PT PAMA di Jobsite PT
Adaro Indonesia berada pada zona UTM 50S dengan koordinat 327822 mT – 340322 mT dan
9747775 mU – 9760275 mU. Luas wilayah izin usaha jasa pertambangan (IUJP) PT PAMA di
Jobsite PT Adaro Indonesia adalah seluas 13.340 Ha.
2.3 Peledakan
Peledakan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk pembongkaran
material. Teknik peledakan merupakan tindak lanjut dari kegiatan pemboran, dimana
tujuannya adalah untuk melepaskan batuan dari batuan induknya agar menjadi fragmen-
fragmen yang berukuran lebih kecil sehingga memudahkan dalam proses penanganan
material selanjutnya. Peledakan pada kegiatan penambangan, selain memberaikan batuan
(fragmentasi) juga akan menimbulkan rambatan gelombang seismik yang menggambarkan
perjalanan energi melalui bumi dan mengakibatkan getaran pada massa batuan atau material
disekitarnya. Parameter yang dapat dikendalikan merupakan faktor yang dapat dimodifikasi
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Adapun parameter peledakan yang dapat dikendalikan
adalah diameter lubang ledak, geometri peledakan, kemiringan lubang ledak, pola lubang
ledak, geometri dari bidang bebas, ukuran dan bentuk ledakan, volume ekspansi yang tersedia,
charge configuration, decoupling of the charges, bahan peledak, distribusi bahan peledak
dalam lubang ledak, initiation and priming, waktu tunda dan urutan inisiasi, pengaruh
pemuatan muatan pada desain peledakan, pengeboran yang spesifik dan penyimpangan lubang
ledak. Adapun parameter yang tidak dapat dikendalikan merupakan faktor yang tidak dapat
dimodifikasi atau disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan, diantara parameter yang
tidak dapat dikendalikan ini adalah keadaan geologi, sifat dan kekuatan batuan, struktur
diskontinuitas, kondisi cuaca serta air tanah yang tidak dapat dikontrol.
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang– lubang bor dalam satu
baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun antara lubang bor yang satu
dengan lubang bor yang lainnya.
Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut
1. Box Cut, yaitu pola ini arah lemparan seluruhnya ketengah area peledakan, biasa
digunakan apabila kesulitan atau tidak ada free face lain selain di atas.
2. Echelon, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kesalah satu sudut
dari bidang bebasnya.
3. “V” cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan
membentuk huruf V.
4. Flat Face, yaitu pola peledakan dengan waktu tunda yang sama untuk tiap deret
lubang ledak (row by row).
4. Digging time
Digging time merupakan waktu yang dibutuhkan alat gali muat untuk melakukan
pemuatan material ke dalam bucketnya. Digging time ini sangat dipengaruhi oleh hasil
fragmentasi peledakan dan jenis alat muat yang digunakan oleh perusahaan untuk
memuat tanah penutup hasil peledakan serta keahlian dari operator. Fragmentasi batuan
hasil peledakan yang memiliki banyak boulder akan membuat nilai digging time
menjadi besar. Besarnya digging time akan berpengaruh pada cycle time alat gali
5. Keadaan Aman
Kegiatan peledakan yang bertujuan untuk memisahkan batuan dari induknya dalam
industri pertambangan sangat rentan dengan bahaya[11]. Adapun indikator yang dilihat
pada keadaan aman pada saat aktivitas peledakan ini adalah tidak menggunakan safety,
merokok pada area peledaakan, alat atau manusia berada di jarak tidak aman, memakai
alat elektronik di area peledakan dan misfire.
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak dengan bidang bebas yang
panjangnya tergantung pada sifat batuan.
B = 𝐾𝑏 𝑥 𝐷𝑒 ft atau B = 𝐾𝑏 𝑥 𝐷𝑒 m
12 39,30
2. Spacing
Spasi adalah jarak di antara lubang ledak dirangkai dalam satu baris dan
diukur sejajar terhadap bidang bebas.
S = Ks x B
3. Stemming
Stemming adalah lubang bor pada sisi atas yang tidak diisi bahan peledak,tetapi
biasanya diisi oleh abu dari hasil pemboran dan dipadatkan di atas bahan
peledak.
T = Kt x B
Kh = H / B
5. Subdrilling
Subdrilling adalah lubang ledak yang dibor sampai melebihi batas lantai
jenjang bagian bawah.
J = Kj x B
6. Charge Length
7. Loading Destiny
Loading Density adalah jumlah isian bahan peledak per meter panjangkolom
isian.
𝑉𝑜 0.8 0.1667
𝐸 −0.63
𝑋=𝐴𝑥 ( ) 𝑥𝑄 𝑥 ( )
𝑄𝑒 115
Keterangan:
X = Ukuran rata-rata fragmentasi batuan (cm)
A = Faktor batuan
Vo = Volume batuan per lubang ledak (m3)
Qe = Berat bahan peledak (kg)
E = Kekuatan berat relatif bahan peledak
Untuk memprediksi hasil fragmentasi batuan Rosin Ramler (1933), digunakan suatu
rumusan yang menggunakan parameter ukuran rata-rata fragmentasi dari Kuznetsov (1973)
dan Cunningham (1983), sebagai berikut :
R = e - [X/Xc] x 100%
Keterangan:
R = Presentase batuan diatas ukuran ayakan
e = Epsilon (2,71)
X = Ukuran batuan maksimum
𝑋
𝑋𝑐 = 1
(0.693)𝑛
14𝐵 𝑤 [𝐴′ − 1] 𝑃𝑐
𝑛 = (2.2 − ) (1 − ) (1 + )( )
𝐷 𝐵 2 𝐿
Keterangan:
n = Indeks keseragaman
D = Diameter lubang ledak (mm)
w = Deviasi lubang bor (m)
A’ = rasio spasi terhadap burden
PC = panjang kolom isian (m)
L = Tinggi jenjang (m)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil perhitungan secara teoritis dapat dilihat pada tabel berikut :
Berdasarkan Hasil perhitungan metode kuzram, ukuran fragmentasi dari hasil peledakan
menggunakan geometri peledakan di lapangan berbeda-beda. Fragmentasi yang lolos di bawah
ukuran 75 cm dengan burden 8 m, spasi 9 m, kedalaman 8 m dan panjag kolom isian 3,5 m,
meghasilkan fragmentasi 81,83 %. Sedangkan hasil fragmentasi dengan burden 9 m, spasi 10
m, dengan kedalaman berbeda-beda, yaitu kedalaman 9,5 m dan panjang kolom isian 5 m
menghasilkan fragmentasi 66,63 %, kedalaman 9 m dan panjang kolom isian 4,5 m
meghasilkan fragmentasi 70,99 %, kedalaman 8,5 m dan panjang kolom isian 4 m
menghasilkan fragmentasi yang sama dengan kedalaman 9 m, kedalaman 8 m dan panjang
kolom isian 3,5 meghasilkan fragmentasi 66,68 %, kedalaman 7,5 m dan panjang kolom isian
3 m meghasilkan fragmentasi 73,78 %, kedalaman 7 m dan panjang kolom isian 2,5
menghasilkan fragmentasi 59,8 % yang lolos diukuran 75 cm. Karena yang menjadi patokan
dasar ukuran fragmentasi pada PT. Pamapersada Nusantara adalah 78 cm atau 1/3 ukuran
bucket PC 2000.
3.3 Perhitungan Fragmentasi Secara Aktual
Ukuran fragmentasi secara aktual dapat dilihat pada gambar di bawah ini, dimana yang
menjadi pembanding adalah bola dengan diameter 17 cm.
Ukuran fragmentasi Burden 9 m dan spasi 10 m secara aktual (gambar 2.1) dengan
kedalaman 8,5 m dapat dilihat bahwa fragmentasi yang dihasilkan 100 % lolos
diukuran 75 cm, sedangkan berdasarkan metode kuz-ram, fragmentasi yang dihasilkan
dengan kedalaman 8,5 m hanya menghasilkan 70,99 % ukuran fragmentasi yang lolos
di bawah ukuran 75 cm, kedalaman 8 m secara aktual (gambar 2.2) menghasilkan 100
% fragmentasi yang lolos diukuran 75 cm, sedangkan berdasarkan metode kuz-ram
menghasilkan 66,68 % fragmentasi yang di bawah ukuran 75 cm, kedalaman 9,5 m
dan kedalaman 9 m (gambar 2.3 dan 2.4) secara aktual juga menghasilkan ukuran
fragmentasi 100 % lolos diukuran 75 cm, berbeda dengan hasil berdasarkan metode
kuz-ram, dengan kedalaman 9,5 m menghasilkan 66,63 % dan kedalaman 9 m
menghasilkan 70,99 % yang lolos di bawah ukuran 75 cm, dimana yang menjadi
patokannya adalah 78 cm, sehingga berdasarkan metode kuz-ram yang mendekati
ukuran 78 cm adalah 75 cm. Ukuran fragmentasi dipengaruhi oleh kedalaman lubang
ledak, panjang kolom isian, stemming, subdrilling, apabila kedalaman lubang ledak 9,5
m, panjang stemmingnya 4,5 m maka panjang kolom isian 5 m, dimana disini panjang
kolom isian bahan peledak lebih besar dari stemming, sehingga stemming tidak terlalu
kuat untuk menahan energi yang dihasilkan oleh bahan peledak, karena energi dari
bahan peledak akan mencari bidang yang lemah dan mudah untuk terbongkar. Jika
demikian energi yang berasal dari bahan peledak tidak meyebar secara merata sehingga
fragmentasi yang dihasilkan tidak hancur secara maksimal dan terdapat 33,37 %
berukuran bongkah. Dengan kedalaman 7 m stemming 4,5 dan panjang kolom isian
2,5 m juga akan menghasilkan fragmentasi yang berukuran bongkah sebesar 40,2 %,
dikarenakan kolom isian bahan peledak terlalu kecil sehingga tidak terlalu mampu
untuk menghacurkan batuan karena stemmingnya terlalu panjang dan bahan
peledak yang dipakai terlalu sedikit, ini menyebabkan energi dari bahan peledak akan
mencari batuan disekitarnya yang lebih mudah untuk terbongkar dibandingkan dengan
stemming yang dipakai untuk menutup lubang ledak. Stemming yang terlalu pendek tidak
mampu untuk megurung energi yang terlalu besar begitu juga dengan panjang kolom
isian yang terlalu pendek tidak akan mampu untuk menghancurkan stemming yang
terlalu padat dan terlalu panjang. Burden dan spasi juga mempengaruhi ukuran
fragmentasi, Jika 9 dan spasi 10 dipakai pada material yang keras dengan bahan
peledak yang digunakan sedikit maka daya hancur untuk materialnya akan kurang dan
menyebabkan fragmentasi yang dihasilkan berukuran bongkah.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari hasil pembahasan yang terdapat pada penelitian ini
didapatkan beberapa point yang dapat dijadikan sebagai kesimpulan, yaitu :
4.2 Saran
TETAP SEMANGAT
DOA IBU SELALU MENYERTAIMU :)
BISMILAH......
DAFTAR PUSTAKA