Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Dan
Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Dan
Nurul Izzah
Dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam model inflasi dan pertum-
buhan ekonomi memenuhi hubungan sesuai teori. Tetapi tingkat keterpengaruhan masing-
masing variabel terhadap model inflasi dan pertumbuhan ekonomi tidak terlalu kuat. Bagi
pemerintah, pengendalian inflasi sebaiknya dilakukan secara efektif untuk mencapai laju in-
flasi yang rendah sehingga pertumbuhan ekonomi regional pun dapat diwujudkan.
Kata kunci : Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Kebijakan Moneter, Kebijakan Fiskal, Fixed
Effect Model.
Abstract
Inflation and economic growth is macroeconomic indicators that used to glance the condition
of economy. Low inflation will have positif impact on the economy. Some empirical studies
evidence that economic growth can be achieved if the inflation is low. The purpose this study
is to analyze the effect of monetary policy and regional fiscal policy toward price stability and
economic growth in Central Java in 2001-2010. The approach used in this study is fixed effect
model (FEM).
The results of this study is : (1) in partial, taxes and deposits have a significant influence on
inflation, while capital expenditure, credit, interest, Banyumas, Semarang and Surakarta has
not significant influence on inflation. (2) in partial, capital expenditure, credit, Banyumas and
Tegal have a significant influence on economic growth, while taxes, deposits, interest, Sema-
rang does not have significant influence on economic growth.
The conclusion is the rapport variables used in inflation model and economic growth model
according to the theory. But, the influence of each variable is not strong in inflation model and
economic growth model. For the government, inflation should be controlled effectively to get
a low inflation so that regional economic growth can be realized.
PENDAHULUAN
43
Nurul Izzah/ Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)
Dalam suatu perekonomian, antara per- Penelitian ini mencoba untuk melihat dan
tumbuhan ekonomi dan inflasi saling berkaitan. mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan
Pencapaian inflasi yang tinggi akan menyebab- kestabilan harga dan pertumbuhan ekonomi re-
kan pertumbuhan ekonomi menjadi melambat. gional di Jawa Tengah mulai tahun 2001-2010.
Sebaliknya jika pencapaian inflasi relatif stabil Kestabilan harga dan pertumbuhan ekonomi
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Per- merupakan indikator penting yang tidak terlepas
kembangan laju inflasi dan pertumbuhan ekono- dari perubahan yang terjadi di daerah.
mi di Jawa Tengah dapat juga dilihat pada Gam- Hasil penelitian ini diharapkan dapat di-
bar 1. jadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pe-
Di Jawa Tengah Bank Indonesia melaku- megang kebijakan dalam mengambil keputusan
kan pemotretan perkembangan/ fluktuasi har- yang akan dilaksanakan. Selain itu diharapkan
ga dengan melakukan survei harga pada empat juga dapat memberikan tambahan ilmu pengeta-
kota. Keempat kota tersebut adalah Kota Sema- huan dan masukan untuk pembaca yang hendak
rang, Kota Surakarta, Kota Tegal dan Purwoker- melakukan penelitian sejenis.
to (Kabupaten Banyumas). Inflasi sebagai indi-
kator kinerja perekonomian digunakan untuk Landasan Teori
melihat kestabilan perekonomian yang kemudian Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga
digunakan juga untuk melihat pertumbuhan eko- umum barang-barang secara terus menerus sela-
nomi. ma periode tertentu (Nopirin, 1989 : 25). Inflasi
Pemerintah daerah Propinsi Jawa Tengah dapat disebabkan oleh kenaikan permintaan (de-
telah melakukan berbagai kebijakan dalam men- mand-pull inflation) dan kenaikan biaya produksi
dorong pertumbuhan ekonomi dan upaya pen- (cosh-push inflation). Kenaikan permintaan terha-
capaian stabilitas harga melalui kebijakan fiskal dap barang dan jasa menyebabkan kenaikan per-
dan kebijakan moneter. Kedua kebijakan tersebut mintaan total yang mendorong terjadinya ken-
diharapkan memiliki koordinasi yang harmonis aikan harga. Dan kenaikan biaya produksi juga
sehingga kestabilan harga dan pertumbuhan eko- menyebabkan kenaikan harga barang/ jasa yang
nomi yang berkesinambungan dapat terwujud. dihasilkan yang biasanya dimulai dengan adanya
Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi fak- penurunan dalam penawaran total.
tor-faktor yang menentukan laju inflasi dan per- Kerangka yang digunakan untuk melihat
tumbuhan ekonomi regional di Jawa Tengah. Hal interaksi permintaan dan penawaran yaitu mela-
ini penting karena laju inflasi dan pertumbuhan lui IS-LM. Kerangkan ini juga menunjukkan ba-
ekonomi merupakan indikator riil dan merupa- gaimana interaksi kebijakan fiskal dan kebijakan
kan salah satu tujuan dari pembangunan. moneter dalam mempengaruhi tingkat pendapa-
44
Nurul Izzah / Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)
tan. Kurva IS menyatakan hubungan antara ting- menekankan pada pertumbuhan ekonomi dan
kat bunga dan tingkat pendapatan yang muncul kebijakan moneter lebih menekankan inflasi.
di pasar barang atau jasa. Dan kurva LM meny- Kerugian ekonomi akan semakin besar jika ti-
atakan hubungan tingkat bunga dan tingkat pen- dak ada koordinasi kebijakan fiskal dan moneter.
dapatan yang muncul di pasar uang. Dan social lost akan semakin kecil jika kebijakan
Kebijakan moneter adalah tindakan yang fiskal dan moneter dapat bekerjasama.
dilakukan oleh penguasa moneter (biasanya bank Penelitian ketiga adalah penelitian yang
sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang yang dilakukan oleh Rizki E. Wimanda (2006), yai-
beredar dan kredit yang pada gilirannya akan tu Regional Inflation in Indonesia : Characteristic,
mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Convergence, and Determinant. Penelitian tersebut
Tujuan kebijaksanaan moneter, terutama untuk menggunakan sampel 26 daerah di Indonesia.
stabilitas ekonomi yang dapat diukur dengan Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa :
kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca Setelah periode krisis, volatilitas inflasi re-
pembayaran internasional yang seimbang (Nopi- gional lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum
rin, 1992 : 45). Bank Indonesia sebagai pemegang periode krisis.
otoritas moneter memiliki tujuan untuk menca- Daerah di Jawa, Kalimantan Barat, dan
pai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Hal Kalimantan Tengah merupakan “pemimpin”, se-
yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah hingga inflasi di daerah tersebut cenderung mem-
adalah kestabilan terhadap harga-harga barang pengaruhi inflasi regional lainnya.
dan jasa yang tercermin pada inflasi. Faktor- faktor utama penentu dari inflasi
Kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan regional adalah ekspektasi (backward looking) dan
ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi nilai tukar. Pendapatan asli daerah, pengeluaran
perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan rutin, dan anggaran berimbang berpengaruh sig-
jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran nifikan di beberapa daerah. GDP dan pengelua-
pemerintah. Pemerintah dalam menjalankan ke- ran pembangunan tidak berpengaruh signifikan
bijakan fiskal menggunakan instrumen pengelu- terhadap inflasi regional.
aran pemerintah dan pajak. Melalui instrumen
pengeluaran pemerintah dan pajak, pemerintah METODA PENELITIAN
dapat mempengaruhi harga dalam pasar karena Data
permintaan secara agregat akan terpengaruh. Penelitian ini menggunakan dua jenis data
yang terdiri dari data time series dan cross section
Penelitian Terdahulu atau yang disebut dengan data panel. Penelitian
Penelitian yang pertama adalah pene- dilakukan di empat kabupaten/ kota di Provinsi
litian yang dilakukan oleh Priadi Asmanto dan Jawa Tengah yang dijadikan dasar perhitungan
Soebagyo (2007), tentang kebijakan moneter dan inflasi untuk propinsi Jawa Tengah oleh Bank
kebijakan fiskal regional. Metode yang digunakan Indonesia. Kabupaten/ kota tersebut yaitu Kota
adalah metode panel data dengan menggunakan Semarang, Kota Surakarta, Kota Tegal, dan Ka-
pendekatan Fixed Effect Model (FEM). Hasil pen- bupaten Banyumas dari tahun 2001-2010.
elitian menyimpulkan bahwa, setelah penerapan Data dalam penelitian ini diperoleh dari
otonomi daerah variasi dari inflasi dan pertum- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Ten-
buhan ekonomi di 25 wilayah di Jawa Timur gah dan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Ten-
tidak hanya ditentukan oleh variabel-variabel gah. Data-data digunakan tersebut meliputi data
moneter (Bunga, Kredit dan DPK) dan variabel- inflasi, tingkat bunga, kredit, DPK, PDRB, Pene-
variabel fiskal (Pengeluaran Rutin, Pengeluaran rimaan pajak, pengeluaran pembangunan dan
Pembangunan dan PAD) akan tetapi ditentukan bunga SBI.
juga oleh variabel-variabel lain yang tidak dima-
sukkan dalam model, seperti peraturan daerah Data Panel
dan perundang-undangan. Penelitian ini merupakan penelitian data
Penelitian kedua, adalah penelitian yang panel dan menggunakan pendekatan Fixed Effect
dilakukan oleh Iskandar Simorangkir (2007), ten- Model (FEM) dalam mengestimasi model pene-
tang koordinasi kebijakan moneter dan fiskal di litian. Pada dasarnya ada tiga teknik dalam me-
Indonesia. Penelitian tersebut menggunakan pen- regresi data panel (Gujarati, 2012 : 238), yaitu :
dekatan game theory dengan model teoritis yang pendekatan OLS biasa (Pooled Least Square), pen-
didasarkan atas metode dynamic game antara ke- dekatan efek tetap (Fixed Effect Model) dan pende-
bijakan moneter dan kebijakan fiskal. Penelitian karan efek acak (Random Effect Model). Ada be-
ini menyimpulkan bahwa kebijakan fiskal lebih berapa alasan penelitian ini menggunakan Fixed
45
Nurul Izzah/ Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)
Effect Model (FEM) dalam mengestimasi model jukkan kemampuan produksi suatu wilayah. Ke-
penelitian bukan dan dengan teknik lainnya. Per- mampuan suatu wilayah dalam menggali potensi
tama, karakteristik tiap-tiap cross section tidaklah yang dimiliki akan terlihat dari besaran Produk
sama sehingga PLS yang hanya menggunakan Domestik Regional Bruto yang dimiliki wila-
satu konstanta untuk keseluruhan daerah kurang yah tersebut. Selain itu, PDRB juga merupakan
sesuai. Kedua, sampel yang digunakan dalam cerminan kondisi perekonomian suatu wilayah.
penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria Bank Semakin baik perekonomian suatu daerah maka
Indonesia bukan dipilih secara random. akan semakin besar juga PDRB yang dimiliki da-
Model persamaan yang akan diestimasi erah tersebut.
dengan teknik ini ialah model yang dimodifika- Produk Domestik Regional Bruto pro-
si dari penelitian Priadi Asmanto dan Soebagyo pinsi Jawa Tengah mulai dari tahun 2001-2010
(2007). Adapun model tersebut terbagi menjadi 2 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010
sebagai berikut : Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah
Model Inflasi telah mencapai 186.995.480,65 miliar rupiah,
INFLASIit = β0 + β1 GPAJAKit + β2 GEDit + meningkat sebesar 11.310.213,09 miliar rupaih
β3 GDPKit + b4 GKREDITit + b5 BUNGAit + b6 D1 + dari tahun 2009. Krisis global tahun 2008 tidak
b7 D2 + b8 D3 + eit berdampak serius terhadap pertumbuhan produk
domestik regional bruto di Jawa Tengah. Sejak
Model Pertumbuhan Ekonomi tahun 2004 PDRB naik sebesar 5% setiap tahun-
GPDRBit = β0 + β1 GPAJAKit + β2 GEDit + nya, namun pada tahun 2009 pertumbuhannya
β3 GDPKit + b4 GKREDITit + b5 BUNGAit + b6 D1 + hanya mencapai 4,7%. Kondisi ini tidak berlang-
b7 D2 + b8 D3 + eit sung lama, terbukti pada tahun 2010 PDRB Jawa
Tengah naik sebesar 6,4%.
Dimana : Produk Domestik Regional Bruto Jawa
INFLASI = Inflasi di daerah i pada Tengah jika dilihat secara sektoral maka dike-
periode t tahui bahwa setiap sektor mengalami kenaikan.
GPDRB = Pertumbuhan PDRB riil Kenaikan tersebut jumlahnya berbeda-beda antar
daerah i pada periode t satu sektor dengan sektor lainnya. Berdasarkan
GED = Pertumbuhan pengeluaran data Badan Pusat Statistik yang diperoleh dapat
pembangunan daearah i pada periode t diketahui bahwa proporsi PDRB Jawa Tengah
GPAJAK = Pertumbuhan penerimaan masih didominasi sektor industri pengolahan
pajak daerah i pada periode t (32,83 persen) diikuti dengan sektor perdagan-
GDPK = Pertumbuhan dana pihak gan, hotel dan restoran (21,42 persen), dan sektor
ketiga yang dihimpun perbankan umum daerah i pertanian (18,69 persen).
pada periode t Sektor industri pengolahan mendominasi
GKREDIT = Pertumbuhan kredit yang Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah.
disalurkan perbankan umum daerah i pada peri- Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi
ode t sektor industri pengolahan Jawa Tengah berkem-
BUNGA = Suku Bunga riil di daerah i bang lebih cepat dibandingkan dengan sektor
pada periode t ekonomi lainnya. Salah satu indikator sektor ini
D = 1 untuk Kabupaten Banyumas adalah produksi dari subsektor industri maka-
dan 0 untuk kabupaten/ kota lainnya. nan, minuman, dan tembakau yaitu industri ro-
D = 1 untuk Kota Semarang dan kok yang tercermin dari penerimaan cukai rokok.
0 untuk kabupaten/ kota lainnya. Selanjutnya adalah sektor perdagangan. Daerah
D = 1 untuk Kota Tegal dan 0 penyumbang terbesar dari sektor perdagangan,
untuk kabupaten/ kota lainnya. hotel dan restoran ini adalah Kota Semarang dan
β0 =........β = Koefisien regresi Kota Surakarta. Hal ini dapat dilihat dari besar-
eit = Koefisien pengganggu nya penerimaan pajak hotel dan restoran di kedua
kota tersebut. Sektor ketiga penyumbang terbesar
yaitu sektor pertanian. Indikator yang digunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk melihat perkembangan sektor pertanian
Produk Domestik Regional Bruto Jawa yaitu perkembangan produksi tanaman bahan
Tengah makanan seperti produksi padi dan jagung.
Produk Domestik Regional Bruto merupa-
kan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Jawa
suatu wilayah atau daerah. Indikator ini menun- Tengah tujuan pembangunan nasional salah sa-
46
Nurul Izzah / Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)
47
Nurul Izzah/ Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)
48
Nurul Izzah / Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)
49
Nurul Izzah/ Economics Development Analysis Journal 1 (1) (2012)
Rineka Cipta
50